Anda di halaman 1dari 23

Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum Terhadap

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Banten Periode Tahun 2018-2021

Adindia Putri

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jalan Raya Palka Km 3
Sindangsari, Pabuaran, Kab.Serang, Banten, Indonesia

Email : 5553200110@untirta.ac.id

Abstrack : This study aims to analyze the variables that affect the open unemployment rate
and minimum wage on the poverty level using panel data method. The rapid growth rate of
the labor force and the relatively slow growth of employment opportunities have made the
problem of unemployment in an area even more serious. The large unemployment rate is a
reflection of the lack of success of development in a country, besides that the minimum wage
that is not met makes poverty even worse. they are generally inadequate. Overcoming the
problem of poverty cannot be done separately from the problems of unemployment,
education, health, minimum wages and other issues that are closely related to the problem of
poverty.
Keyword : Open Unemployment, Wage, Poverty

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi tingkat
pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap tingkat kemiskinan baik dengan metode
data panel. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan
pekerjaan yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah
menjadi makin serius. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang
berhasilnya pembangunan di suatu negara, disamping itu upah minimum yang tidak
termenuhi membuat terjadinya kemiskinan semakin menjadi.Kemiskinan juga berkaitan
dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin
tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka
pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara
terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan, upah minimum dan
masalah-masalah lain yang berkaitan erat dengan masalah kemiskinam

Kata Kunci : Tingkat pengangguran terbuka, Upah Minimum, Kemiskinan


I. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk negara berkembang, dan untuk menjadi negara maju, kita harus
memiliki kemauan dan keinginan yang kuat untuk belajar 1. Indonesia harus berupaya
mengejar ketertinggalan dari negara lain melalui pembangunan berkelanjutan guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Berbagai cara pembangunan ekonomi
dilakukan oleh pemerintah dengan menuingkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
ekonomi tetapi pada kenyataannya masih ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan
berupa pengangguran dan kemiskinan. Masalah kemiskinan tidak hanya di Indonesia tetapi
merupakan masalah global.

Grafik 1. Persentase Tingkat Kemiskinan di Beberapa Negara

Asia Tenggara Tahun 2016


Sumber : World Bank, 2017

Menurut gambar diatas, Indonesia berada pada urutan kedua sebagai negara termiskin
di Asia Tenggara hingga menyentuh angka 41,7% pada tahun 2016 2. Dari data tesebut
terlihat bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang mendapatkan upah dibawah UMR
dan banyak pengangguran karena kurang lapangan pekerjaan dan tingkat pendidikan
sehingga tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut. Apalagi di
Provinsi Banten, tingkat pengangguran dengan perkmebangan penduduk dan kesempatan
kerja erat kaitannya, sehingga kedua hal tersebut harus dalam kondisi yang baik agar
terciptanya kedstabilan ekonomi, sosialn dan politik.

Tabel 1. Ketenagakerjaan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten


Jumlah Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten (Jiwa)
Kabupaten/Kota
Bekerja Pengangguran Terbuka
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Kab Pandeglang 483947 481092 509778 45955 48470 42523
Kab Lebak 553290 596379 585592 47857 63527 49970
Kab Tangerang 1651254 1596938 1675211 161671 239788 166798
Kab Serang 618820 614320 634825 73256 85538 75111
Kota Tangerang 1026031 1030255 1038183 78859 97344 103537
Kota Cilegon 182473 178699 185593 19475 25976 20914
Kota Serang 285989 292638 290045 25097 29846 30139
Kota Tangerang
Selatan 750650 761851 779117 37655 70572 73318
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Berdasarkan tabel ketenagakerjaan Kab/Kota di Provinsi Banten jumlah pengangguran


tertinggi di terdapat pada pada Kab. Tangerang hingga 293.788 juta jiwa di tahun3 2020 dan
jumlah pengangguran terendah terdapat di daerah Kota Cilegon dengan angka 19.475 juta
jiwa pada tahun 2019. Namun di Kota Serang dan Kota Tangerang terjadi kenaikan jumlah
pengangguran dan untuk yang lainnya terjadi fluktuasi pada tahun 2019-2021. Salah satu
peneybab utama nya adalah Covid-19 sehingga terjadi PHK besar-besaran di Provinsi
Banten dan sekitarnya.

Pendekatan kontemporer melihat bahwa penyebab kemiskinan dapat dilihat dari tiga
teori berikut. Pertama, teori yang menekankan nilai. Mereka tidak bahagia karena mereka
bodoh, malas, tidak persuasif, tidak produktif, dan fatalistik. Kedua, teori yang menekankan
pada organisasi ekonomi masyarakat. Teori ini beranggapan bahwa orang menjadi miskin
karena kekurangan kesempatan dan kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya. Ketiga,
teori yang menekankan pada pembagian kekuasaan dalam struktur sosial dan tatanan
masyarakat. Tatanan dan struktur masyarakat yang ada dilihat sebagai hasil paksaan (bukan
persetujuan) oleh sekelompok kecil anggota masyarakat yang berkuasa dan kaya atas
mayoritas orang miskin, dan inilah penyebab kemiskinan. Penyebab kemiskinan itu sendiri
berawal dari ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mengakibatkan
seseorang dikatakan miskin.
Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat erat sekali, jika suatu masyarakat
sudah bekerja pasti masyarakat atau orang tersebut berkecukupan atau kesejahterannya
tinggi, namun di dalam masyarakat ada juga yang belum bekerja atau menganggur,
penganguran secara otomatis juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan. (Sukirno dalam
Yogatama, 2010:34), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya mengurang tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang.
Semakin turunnya kesejahteraamasyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
kemiskinan. Apabila pengangguran disuatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan
sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangun ekonomi dalam jangka panjang. Kesempatan kerja
akan menampung semua tenaga kerja.

II. KAJIAN TEORITIS

A. Pengangguran Terbuka

Pengangguran adalah seseorang yang ingin bekerja tapi belum mendapatkan pekerjaan
dan tidak berperan dalam proses produksi barang dan jasa (Mankiw, 2006:131). Menurut
teori Keynes yang menyatakan bahwa pengangguran yang terjadidi masyarakat disebabkan
adanya kekurangan permintaan umum terhadap barang dan jasa, sehingga tingkat upah
yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja.

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh setiap negara didunia
terutama negara-negara berkembang. Membahas mengenai pengangguran, berarti tidak
hanya berbicara tentang masalah sosial tetapi juga berbicara tentang masalah ekonomi,
karena pengangguran selain menyebabkan masalah sosial juga memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara khususnya negara berkembang seperti
Indonesia.

Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana


seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun
tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin meningkat.

Pengangguran merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sangat berpengaruh


terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengangguran mengakibatkan orang tidak
memiliki pendapatan dan mendorong mereka jatuh ke jurang kemiskinan. Secara umum
pemerintah mengatasi pengangguran dengan mengupayakan memperluas kesempatan
kerja, baik di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.

Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan disetiap


negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya, akan
menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja juga
akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan maka
mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena kondisi ekonomi, Kebijakan
Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, Pengembangan sektor ekonomi non-real,
pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan, keterbatasan lapangan kerja
yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja, memiliki pedidikan yang tinggi tapi tidak memilki peluang kerja
dikarena tidak memiliki akses sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya
lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak
pernah mengalami penurunan, budaya suatu daerah dimana yang berkerja itu hanya
perempuan saja sementara kaum adam tidak berkerja, Selain itu juga kurang efektifnya
informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat
dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan
yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang
kurang kondusif; peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor
impor, dan lain-lain.

Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia sangat cukup tinggi dari
tahun ke tahun, lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan
masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan"
dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Sementara dampak sosial dari jenis
pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negatif dari hal ini salah satunya
tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi.
Mengingat kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada
kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi
dimensional. Fenomena pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial
lainnya seperti yang sudah diterangkan di atas. Di samping itu tentu saja akan menciptakan
angka produktivitas sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan
masyarakat nantinya. Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang
kini dihadapi ternyata telah memporak porandakan tatanan kehidupan bangsa. Menurut
data BPS angka pengangguran penduduk Indonesia dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:

Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama


Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan
Jenis Kegiatan 2021 2022
Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk Berumur 15 Tahun
Ke Atas 205360436.00 206708299.00 208544086.00 209420383.00
Angkatan Kerja 139810313.00 140152575.00 144014048.00 143722644.00
a. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%) 68.08 67.80 69.06 68.63
b. Bekerja 131064305.00 131050523.00 135611895.00 135296713.00
c. Pengangguran Terbuka *) 8746008.00 9102052.00 8402153.00 8425931.00
d. Tingkat Pengangguran
Terbuka (%) 6.26 6.49 5.83 5.86
Bukan Angkatan Kerja 65550123.00 66555724.00 64530038.00 65697739.00
a. Sekolah 15271168.00 14644442.00 16255396.00 15609539.00
b. Mengurus Rumah Tangga 39848534.00 40577943.00 39456344.00 41249965.00
c. Lainnya 10430421.00 11333339.00 8818298.00 8838235.00
Tingkat Kesempatan Kerja 93.74 93.51 94.17 94.14

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tabel 2 diatas. Tingkat Pengangguran penduduk Indonesia pada Tahun 2021
presentase tingkat pengangguran terbuka naik dari 6.26% menjadi 6.49%. Pada tahun 2022
mengalami penurunan tingkat pengangguran menjadi 5.83% tapi naik lagi menjadi 5.86%.
Data tersebut merupakan hasil dari Badan Pusat Statistik.

Pengangguran menurut Keynes dianggap selalu wujud dalam perekonomian karena


permintaan efektif yang wujud dalam4 masyarakat (pengeluaran agregat) adalah lebih
rendah dari kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Dalam menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap dalam
pemecahan masalah pengangguran. Masalah Pengangguran memang tidak mudah,
Pemerintah harus mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan tingkat
pengangguran.Sebuah Negara yang ingin berubah harus meningkatkan tingkat
pendidikannya.Pendidikan berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia
yang berkompeten. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang kompeten maka akan
mampu mengurangi angka pengangguran.

Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun suatu penyakit yang terus
menjalar di beberapa Negara, dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Mengurangi jumlah angka pengangguran harus adanya kerjasama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa faktor peyebab pengangguran:

1. Kemajuan teknologi membuat tenaga manusia tidak lagi dibutuhkan yang mana
perusahaan beralih menggunakan robot.

2. Kerampilan pelamar yang tidak memenuhi kriteria. Ketika perusahaan membutuhkan


karyawan dengan skill yang tinggi. Secara otomatis hanya beberapa pelamar yang
memiliki kesempatan.

3. Kurangnya pendidikan menyebabkan seseorang sangat sulit menyerap sebagai tenaga


kerja. Orang yang tidak berpendidikan biasanya hanya berakhir sebagai pekerja buruh
kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan, maka
seseorang akan berakhir menjadi pengangguran yang menyebabkan tingkat kemiskinan di
Indonesia semakin tinggi.

4. PHK atau pemutusan hubungan kerja. Perusahaan biasa melakukan ini untuk menstabilkan
sistem dalam perusahaan tersebut.

5. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota, dan


sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

6. Masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan untuk


meningkatkan softskill budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang
membuat para pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

Menurut Sukirno (2006) sebab terjadinya pengangguran dapat digolongkan kepada tiga
jenis yaitu :

1. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila ekonomi telah


mencapai kesempatan kerja penuh.
2. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam struktur atau komposisi
perekonomian.

3. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian tenaga manusia oleh mesin-
mesin dan bahan kimia yang disebabkan perkembangan teknologi.

4. Pengangguran terbuka adalah penduduk usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan apapun
yang secara aktif mencari pekerjaan.

Kebijakan Mengurangi Pengangguran yang dapat dilakukan :

1. Kebijakan untuk mengontrol populasi. Dikarenakan pertumbuhan yang lambat dalam


kesempatan kerja namun pertumbuhan yang cepat dalam angkatan kerja. Maka
sosialisasikan program-program perencanaan keluarga dan program-program perbaikan
kesehatan, nutrisi, pendidikan, distribusi pendapatan dan dorongan bagi para wanita
untuk meningkatkan fertilitas dan pertumbuhan polasi, dengan mengurangi angkatan
kerja berumur 15 sampai 20 tahun.

2. Kebijakan mengurangi migrasi desa-kota. Menurut data pengangguran di kota adalah 2


kali lipat di desa. Dengan demikian pengangguran dikota layak mendapatkan perhatian
dengan menurunkan migrasi desa-kota dan memfasilitasi secara intens lapangan
pekerjaan di desa.

3. Teknologi yang tepat maksudnya adalah memproduksi produk yang padat tenaga kerja
seperti kain dari katun bukan kain dari nilon. Karena kain katun lebih banyak
melibatkan tenaga kerja manusia. Dapat dilakukan juga dengan mendistribukasikan
pendapatan lebih merata. Karena jika pendapatan lebih merata maka permintaa barang
yang mucul adalah barang-barang untuk keperluan rakyat banyak yang biasanya
berbentuk barang padat tenaga kerja. Dapat dilakukan juga dengan tidak menggunakan
mesin yang terlalu modern, sehingga masih membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

B. Upah Minimum
Menurut Yudha (2013:18) tujuan utama5 ditetapkannya upah minimum adalah
memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan
pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan
rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan
meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan
sehingga terbebas dari kemiskinan.

Menurut Rosandi, dkk (2017), upah minimum adalah suatu standar minimum yang
digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada
pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.Upah secara umum bisa diartikan sebagai
pendapatan atas jasa yang telah dilakukan6. Upah minimum sesuai dengan yang tertera
dalam Peraturan Menteri Tengaa Kerja dan Transmigrasi nomor 7 tahun 2013 adalah upah
bulanan terendah yang terdiri datas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan
oleh gubernur sebagai jaring pengaman. Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk
menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjaannya. Undang-
undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan
(Mankiw, 2006).
Peran pekerja atau buruh, pengusaha dan pemerintah sangat diperlukan dalam
menyikapi dampak penetapan upah minimum. Tidak bisa hanya pengusaha saja yang
harus menanggung dampak penetapan upah minimum ini. Dengan pengertian dan
pemahaman serta kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan hubungan industrial ini
maka dapat dicapai tujuan bersama yaitu pekerja atau buruh sejahtera, perusahaan
berkembang dan lestari serta pemerintah dapat menjaga perkembangan dan peningkatan
perekonomian dengan baik.

Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum
seperti untuk kesehatan, efisiensi konsumsi, dan kesejahteraan pekerja. Ditingkatkannya
upah minimum melalui kebijakan pemerintah adalah bagian dari usaha untuk mengangkat
derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja pekerja formal yang kurang
sejahtera. Semakin meningkat tingkat upah minimum maka akan meningkatkan
pendapatan masyarakat, sehingga kesejahteraan juga meningkat dan bisa menekan
peningkatan tingkat kemiskinan.

Nomor 07/MEN/1990 tentang pengelompokan komponen upah dan pendapatan non upah
disebutkan bahwa:

a. Termasuk Komponen Upah adaah:

1) Upah pokok, merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat
atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian.

2) Tunjangan tetap, suatu pembayaran yang7 teratur berkaitan dengan pekerjaan yang
diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan
upah pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan
kehamilan. Tunjangan makan, tunjangan transport dapat dimasukkan dalam tunjangan
pokok asalkan tidak dikaitkan dengan kehadiran buruh, dengan kata lain tunjangan tersebut
diberikan tanpa mengindahkan kehadiran buruh dan diberikan bersamaan dengan
pembayaran upah pokok.

3) Tunjangan tidak tetap, suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap bagi buruh dan keluarganya serta
dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

b. Tidak termasuk komponen upah adalah:

1) Fasilitas, kenikmatan dalam bentuk nyata/natura karena hal-hal yang bersifat khusus
atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, seperti fasilitas kendaraan antar jemput,
pemberian makanan secara cuma-cuma, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi,
kantin, dan sejenisnya.

2) Bonus, pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan perusahaan atau karena
buruh berprestasi melebihi target produksi yang normal atau karena peningkatan
produktivitas.

3) Tunjangan Hari Raya (THR), dan pembagian keuntungan lainnya.

C. Tingkat Kemiskinan

Para ahli mengatakan kemiskinan memiliki banyak segi. Dengan kata lain, kemiskinan
memiliki banyak aspek karena kebutuhan manusia berbeda-beda. Dari perspektif kebijakan
umum, kemiskinan memiliki dimensi primer berupa kemiskinan aset, organisasi sosial
politik, pengetahuan dan keterampilan, dan dimensi ganda berupa kemiskinan jaringan
sosial, dana dan informasi. Mengandung unsur-unsur berikut. : Berupa kekurangan gizi,
air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang buruk dan pendidikan yang rendah.

Selain itu, ukuran kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung, juga relevan.
Dengan kata lain, kemajuan atau kegagalan di satu bidang dapat mempengaruhi kemajuan
atau hasil di bidang lain. Dan aspek lainnya dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin
itu adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Namun ada penyebutan
kemiskinan perdesaan, kemiskinan perkotaan dan lain sebagainya. Namun, bukan kita
menlebeli “desa atau kota”-nya yang miskin melainkan karena pendapatan daerah nya
yang begiru rendah.

Kemiskinan di Indonesia dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang


dialami individu, kelompok dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan standar minimum.
Seperi contohnya pemenuhan untuk menyenyam pendidikan memiliki standar yang rendah
sehingga banyak terjadi pengangguran serta banyak msyarakat yang tidak bisa mengakses
program atau pelayanan pemerintah sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemiskinan terbagi menjadi beberapa aspek yaitu

1. Kemiskinan absolut adalah seseorang yang berpendapatan rendah sehingga tidak


mempu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, perumahan dan
pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidupn dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang disebabkan karena tidak merata nya
kebijakan pembangunan sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan antar
daerah.

3. Kemiskinan Kultural adalah kondisi dimana masyarakat tidak mau memperbaiki


nasib dikarenakan faktor sikap yang ada pada budaya tersebut.

4. Kemiskinan struktural adalah situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan.

III. METODE PENELITIAN

A. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


Obyek dan ruang lingkup pada penelitian ini yaitu tingkat pengangguran terbuka dan
upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten periode 2018–2021
dengan menggunakan data-data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Ruang
lingkup penelitian ini yaitu mengkaji hubungan antara tingkat pengangguran terbuka dan
upah minimum terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten periode 2018-2021.

B. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kumulatif, yaitu dengan menggunakan metode penelitian yang menekankan
analisis pada masalah actual dengan data berupa angka. Data yang digunakan adalah data
ONEMP, Wage, dan Poverty di Provinsi Banten periode tahun 2018-2021

Dalam melakukan penelitian ini terdapat lima variable yang menjadi objek penelitian
dimana tingkat kemiskinan adalah variable terikat, sedangkan yang menjadi variable bebas
adalah tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum. Konstelasi pengaruh antar
variable di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Tingkat Kemiskinan

X1 = Tingkat pengangguran terbuka

X 2 = Upah minimum

Tabel 3. Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator

Keadaan saat ketidakmampuan untuk Proporsi penduduk yang


Tingkat memenuhi kebutuhan dasar seperti memiliki pengeluaran per
Kemiskinan (Y) makanan, pakaian, tempat berlindung, kapita dibawah garis
pendidikan dan kesehatan. kemiskinan

Seseorang yang telah lulus dari SLTA


Jumlah penduduk yang tidak
Tingkat dan Perguruan Tinggi negeri atau
bekerja, ditinjau berdasarkan
Pengangguran swasta dan ingin mendapatkan
tamatan penddikan (SLTA
Terbuka (X1) kesempatan kerja tetapi belum
dan Universitas)
mendapatkan kesempatan tersebut.

Standar minimum yang digunakan oleh


Besaran yang ditentukan oleh
Upah Minimum para pelaku kerja atau industri untuk
Pemerintah yang dinotasikan
(X2) memberikan upah kepada para
dalam bentuk rupiah.
pekerjanya.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data runtut (time series) dan deret lintang (cross section). Periode dalam penelitian
yaitu tahun 2018 hingga tahun 2021. Data time series ialah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu terhadap suatu wilayah, sedangkan data cross section adalah data yang
dikumpulkan dalam satu waktu terhadap Tingkat kemiskinan (Poverty), Tingkat
pengangguran terbuka (open unemployment), upah minimum (wage) time series sebanyak
4 tahun dari tahun 2018-2021 dan data cross section provinsi Banten. Data sekunder
diperoleh dari sumber-sumber seperti catatan atau laporan dari Badan Pusat Statistik
(BPS).
D. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variable penelitian ini diperlukan untuk memenuhi jenis dan indicator dari
variable-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, proses ini dimaksudkan
untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing variable sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistic dapat dilakukan secara luas.

1. Tingkat kemiskinan(Poverty)
2. Tingkat pengangguran terbuka (Opeunemployment)
3. Upah minimum (wage)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Uji Chow
Tabel 4. Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 4.026903 (3,30) 0.0161


Cross-section Chi-square 12.182114 3 0.0068

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa besaran nilai Prob. Cross-section Chi Square
adalah 0.0068 lebih rendah dibanding nilai alpha (0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model sementara nya adalah FEM.
Uji Hausman

Tabel 5. Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.942814 2 0.6241

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa besaran nilai Prob. Cross-section Random adalah
0.6241 lebih besar dibanding nilai alpha (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model sementara nya adalah REM.

Uji FEM

Tabel 6. Uji FEM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 33.65255 6.595325 5.102485 0.0000


UNEMP 1.318986 0.617164 2.137174 0.0401
WAGE -4.20E-06 1.55E-06 -2.708599 0.0106

R-squared 0.220929 Mean dependent var 31.14944


Adjusted R-squared 0.173712 S.D. dependent var 7.034360
S.E. of regression 6.394259 Akaike info criterion 6.628333
Sum squared resid 1349.256 Schwarz criterion 6.760293
Log likelihood -116.3100 Hannan-Quinn criter. 6.674391
F-statistic 4.679066 Durbin-Watson stat 1.510259
Prob(F-statistic) 0.016256

Persamaan model secara umum regresi data panel adalah sebagai berikut :
Y = 33,65255 +1,318 𝑋1𝑡 – 4,20E-06 𝑋2𝑡 + 𝑢𝑡
Keterangan :
Y = Tingkat Kemiskinan
X1 = Tingkat Penganguran Terbuka
X2 = Upah Minimum
Selain itu hasil regresi data pada data panel dengan menggunakan metode pool data
dengan model fixed effect intersep setiap ksb/kots yang menjadi sampel. Hasil penelitian
tersebut nenunjukkan bahwa Provinsi Banten mempunyai konstanta yang paling tinggi
yaitu 33,65255

Uji Asumsi Klasik


- Uji Normalitas

Grafik 2. Uji Normalitas


8
Series: Standardized Residuals
7 Sample 1 36
Observations 36
6
Mean -1.06e-15
5 Median -0.488086
Maximum 14.84153
4
Minimum -9.841741
3
Std. Dev. 6.208879
Skewness 0.431680
2 Kurtosis 2.467386

1 Jarque-Bera 1.543602
Probability 0.462180
0
-10 -5 0 5 10 15

Berdasarkan parameter ini diketahui bahwa besaran nilai probabilitas pada JB adalah
0.462180 lebih besar dibanding nilai 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
persebaran data dalam model regresi terdistribusi normal.

- Uji Multikolineritas
Tabel 7. Uji Multikolineritas
UNEMP WAGE

UNEMP 1.000000 0.286029


WAGE 0.286029 1.000000

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi di antara variabel
independen kurang dari 0,80 tapi hanya variabel IPM dengan PMA yang nilai
Coefficient Correlations nya lebih besar dari 0,80. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa di antara variabel independen tersebut tidak ada korelasi atau tidak terjadi
Multikolinearitas pada model regresi linier kecuali pada variabel IPM dengan PMA.
- Uji Heterokedastisitas

Tabel 8. Uji Heterokedatisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 33.65255 6.595325 5.102485 0.0000


UNEMP 1.318986 0.617164 2.137174 0.0401
WAGE -4.20E-06 1.55E-06 -2.708599 0.0106

R-squared 0.220929 Mean dependent var 31.14944


Adjusted R-squared 0.173712 S.D. dependent var 7.034360
S.E. of regression 6.394259 Akaike info criterion 6.628333
Sum squared resid 1349.256 Schwarz criterion 6.760293
Log likelihood -116.3100 Hannan-Quinn criter. 6.674391
F-statistic 4.679066 Durbin-Watson stat 1.510259
Prob(F-statistic) 0.016256

Untuk uji heterokedastisitas memiliki kriteria, yaitu Jika Chi square hitung < Chi
square tabel maka tidak terjadi heterokedastisitas, Jika Chi square hitung > Chi
square tabel maka terjadi heterokedastisitas.
 Cara menghitung chi square hitung yaitu: R squared x n = 0.220929 x 36 = 7,953444
 Chi square tabel dihitung pada ms. Excel: = CHIINV(0,05;36-2) = 48,6024
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai Chi square hitung (7,95344) lebih
kecil dari Chi square tabel (55,00270), Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas

- Uji Autokorelasi

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji Durbin Watson (DW). Nilai DW yang berasal di antara nilai dU dan 4-
dU menunjukkan model yang terbebas dari masalah autokorelasi. Adapun hasil uji
autokorelasi diatas menunjukkan DW sebesar 2,821693 dengan dL = 1,0706 dan dU =
1,8326 (Lihat di table dL dU). Dapat di jelaskan bahwa hasil DW > (4-dL) atau 1,83 <
2,92. Artinya hasil pengujian autokorelasi memenuhi syarat tersebut dan dapat
dinyatakan bahwa model yang digunakan terdapat autokorelasi.
Uji-t

Diketahui: T tabel = Tinv(a; n − k) → = Tinv(0.05; 36 − 3) = 2,034515


- Tingkat Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) (X1) terhadap Tingkat
Kemiskinan (Poverty)
Kesimpulan: Dari hasil output regresi berganda nilai t statistik (2,137174) > t tabel
(2,034515) dengan probabilitas (0,04) < α (0,05) maka H0 ditolak, konsekuensinya yaitu
tidak tolak H1, artinya secara parsial variabel Tingkat pengangguran terbuka
berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten periode
tahun 2018-2021.
- Upah minimum (Wage) (X2) terhadap Tingkat Kemiskinan (Poverty)

Kesimpulan: Dari hasil regresi berganda nilai t statistik (-2,708599) < t tabel (2,034515)
maka H0 ditolak , konsekuensi nya yaitu tidak tolak H1, artinya secara parsial variabel
upah minimum berpengaruh singnifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten
periode tahun 2018-2021.
Uji- F

F tabel = Finv(a; k − 1; n − k) → = Finv(0.05; 6 − 1; 30 − 6) = 3,284918

Berdasarkan output diatas terlihat bahwa nilai f statistik (4.679066) > f table (3,284918)
dengan probabilitas (0,016256) < α (0.05) maka H0 di tolak, konsekuensinya yaitu tidak
tolak H1, artinya secara simultan variabel variabel Tingkat pengangguran terbuka (open
unemployment) dan upah minimum (wage) berpengaruh secara simultan terhadap
Tingkat kemiskinan (poverty) di Provinsi Banten pada periode tahun 2018-2021.

Uji Koefisien Korelasi (R)

Dapat dilihat pada output diatas, bahwa nilai R-squared sebesar 0.220929. Nilai tersebut
menggambarkan bahwa sumbangan variabel Open Unemployment dan Wage terhadap naik
turunnya atau variasi variabel Poverty adalah sebesar 22,09% dan sisanya sebesar 77,91%
merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model yang diajukan
dalam penelitian tersebut (terkumpul dalam Variabel Pengganggu atau ∈).

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sedangkan untuk besarnya korelasi pada nilai r (Adjusted R-squared) sebesar 0.173712
atau 17,37% berarti hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen dalam
penelitian tersebut dapat dikatakan mempunyai hubungan yang kuat karena mendekati 100%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran


terbuka (open unemployment) dan upah minimum memiliki pengaruh dan signifikan
terhadap terhadap tingkat kemiskinan (Poverty).

1. Dari hasil output regresi berganda nilai t statistik (2,137174) > t tabel (2,034515)
dengan probabilitas (0,04) < α (0,05) maka H0 ditolak, konsekuensinya yaitu tidak
tolak H1, artinya secara parsial variabel Tingkat pengangguran terbuka berpengaruh
dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten periode tahun 2018-
2021.

2. Dari hasil regresi berganda nilai t statistik (-2,708599) < t tabel (2,034515) maka H0
ditolak , konsekuensi nya yaitu tidak tolak H1, artinya secara parsial variabel upah
minimum berpengaruh singnifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten
periode tahun 2018-2021.

- Saran

Kepada pemetintah untuk lebih memperhatikan mata pencaharian atau lapangan


pekerjaan untuk masyarakat kurang mampu di setiap daerah hal tersebut juga merupakan
upaya untuk menurunkan angjka kemiskinan di Indonesia. Dapat juga dilakukan dengan
meberikan Bantuan Langsung tunai kepada masyarakat kurang mampu guna untuk modal
usaha kecil yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas. Maka harus dilakukan
studi lebih mendalam dengan data dan metode yang lengkap sehingga dapat melengkapi
kekurangan dari hasil jurnal yang saya buat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Suhendra I, Wicaksono BH. Tingkat Pendidikan, Upah, Inflasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Pengangguran Di Indonesia. J Ekon. 2020;6(1):1–17. doi:10.35448/jequ.v6i1.4143

Kuswantoro K, Permata Dewi IG. Analisis Tingkat Pendidikan, Pdrb Dan Upah Minimum
Regional Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten. J Ekon. 2016;6(1):18–35.
doi:10.35448/jequ.v6i1.4165
Mahroji D, Nurkhasanah I. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat
Pengangguran Di Provinsi Banten. J Ekon. 2019;9(1). doi:10.35448/jequ.v9i1.5436

Putra IKAA, Arka S. Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Kesempatan Kerja,
Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi
Bali. EP Unud. 2016;7(3):416–444.

Setyadi S, Indriyani L. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Anak. J Ekon Dan
Kebijak Publik. 2021;4:1–11. https://spektrumonline.com/2020/11/11/dampak-pandemi-
covid-19-multidimensi/

Rah Adi Fahmi G, Setyadi S, Suiro U. Analisis Strategi Penanggulangan Kemiskinan Di


Provinsi Banten. J Ekon. 2018;8(2):227–248. doi:10.35448/jequ.v8i2.4450

Zurisdah Z. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan Di


Provinsi Banten. Skripsi. Published online 2016:1–82.

RAHAYU, A. (2017). PENGARUH ANGKATAN KERJA, KESEMPATAN KERJA DI


SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PENGANGGURAN
TERBUKA DI ENAM (6) KABUPATEN/KOTA PROVINSI BANTEN TAHUN 2003-
2014 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA).

Setyadi, S., & Indriyani, L. (2021). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Peningkatan
Resiko Kemiskinan Di Indonesia. PARETO: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 4(1),
53-66.

Fahmi, G. R. A., Setyadi, S., & Suiro, U. (2018). Analisis strategi penanggulangan
kemiskinan di provinsi banten. Jurnal Ekonomi-Qu, 8(2).

Penempatan Tabel
Tabel 1. Ketenagakerjaan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Jumlah Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi


Banten (Jiwa)
Kabupaten/Kota
Bekerja Pengangguran Terbuka
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Kab Pandeglang 483947 481092 509778 45955 48470 42523
Kab Lebak 553290 596379 585592 47857 63527 49970
Kab Tangerang 1651254 1596938 1675211 161671 239788 166798
Kab Serang 618820 614320 634825 73256 85538 75111
Kota Tangerang 1026031 1030255 1038183 78859 97344 103537
Kota Cilegon 182473 178699 185593 19475 25976 20914
Kota Serang 285989 292638 290045 25097 29846 30139
Kota Tangerang
Selatan 750650 761851 779117 37655 70572 73318

Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama


Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan
Jenis Kegiatan 2021 2022
Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk Berumur 15 Tahun
Ke Atas 205360436.00 206708299.00 208544086.00 209420383.00
Angkatan Kerja 139810313.00 140152575.00 144014048.00 143722644.00
a. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%) 68.08 67.80 69.06 68.63
b. Bekerja 131064305.00 131050523.00 135611895.00 135296713.00
c. Pengangguran Terbuka *) 8746008.00 9102052.00 8402153.00 8425931.00
d. Tingkat Pengangguran
Terbuka (%) 6.26 6.49 5.83 5.86
Bukan Angkatan Kerja 65550123.00 66555724.00 64530038.00 65697739.00
a. Sekolah 15271168.00 14644442.00 16255396.00 15609539.00
b. Mengurus Rumah Tangga 39848534.00 40577943.00 39456344.00 41249965.00
c. Lainnya 10430421.00 11333339.00 8818298.00 8838235.00
Tingkat Kesempatan Kerja 93.74 93.51 94.17 94.14

Tabel 3. Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator

Tingkat Keadaan saat ketidakmampuan untuk Proporsi penduduk yang

Kemiskinan (Y) memenuhi kebutuhan dasar seperti memiliki pengeluaran per


makanan, pakaian, tempat berlindung, kapita dibawah garis
pendidikan dan kesehatan. kemiskinan

Seseorang yang telah lulus dari SLTA


Jumlah penduduk yang tidak
Tingkat dan Perguruan Tinggi negeri atau
bekerja, ditinjau berdasarkan
Pengangguran swasta dan ingin mendapatkan
tamatan penddikan (SLTA
Terbuka (X1) kesempatan kerja tetapi belum
dan Universitas)
mendapatkan kesempatan tersebut.

Standar minimum yang digunakan oleh


Besaran yang ditentukan oleh
Upah Minimum para pelaku kerja atau industri untuk
Pemerintah yang dinotasikan
(X2) memberikan upah kepada para
dalam bentuk rupiah.
pekerjanya.

Tabel 4. Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 4.026903 (3,30) 0.0161


Cross-section Chi-square 12.182114 3 0.0068

Tabel 5. Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.942814 2 0.6241

Tabel 6. Uji FEM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 33.65255 6.595325 5.102485 0.0000


UNEMP 1.318986 0.617164 2.137174 0.0401
WAGE -4.20E-06 1.55E-06 -2.708599 0.0106

R-squared 0.220929 Mean dependent var 31.14944


Adjusted R-squared 0.173712 S.D. dependent var 7.034360
S.E. of regression 6.394259 Akaike info criterion 6.628333
Sum squared resid 1349.256 Schwarz criterion 6.760293
Log likelihood -116.3100 Hannan-Quinn criter. 6.674391
F-statistic 4.679066 Durbin-Watson stat 1.510259
Prob(F-statistic) 0.016256

Tabel 7. Uji Multikolineritas


UNEMP WAGE

UNEMP 1.000000 0.286029


WAGE 0.286029 1.000000

Tabel 8. Uji Heterokedatisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 33.65255 6.595325 5.102485 0.0000


UNEMP 1.318986 0.617164 2.137174 0.0401
WAGE -4.20E-06 1.55E-06 -2.708599 0.0106

R-squared 0.220929 Mean dependent var 31.14944


Adjusted R-squared 0.173712 S.D. dependent var 7.034360
S.E. of regression 6.394259 Akaike info criterion 6.628333
Sum squared resid 1349.256 Schwarz criterion 6.760293
Log likelihood -116.3100 Hannan-Quinn criter. 6.674391
F-statistic 4.679066 Durbin-Watson stat 1.510259
Prob(F-statistic) 0.016256

Penempatan Gambar

Grafik 1. Persentase Tingkat Kemiskinan di Beberapa Negara


Grafik 2. Uji Normalitas
8
Series: Standardized Residuals
7 Sample 1 36
Observations 36
6
Mean -1.06e-15
5 Median -0.488086
Maximum 14.84153
4
Minimum -9.841741
3
Std. Dev. 6.208879
Skewness 0.431680
2 Kurtosis 2.467386

1 Jarque-Bera 1.543602
Probability 0.462180
0
-10 -5 0 5 10 15

Anda mungkin juga menyukai