Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA Dan Lingkungan Islam
Dosen pengampu : Lutfi Nurfita, S.E.,SY., ME
Oleh :
Alifian Nurrahmat
63020190029
7A
UIN Salatiga
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
iiEkonomi Syariah
2022
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "
Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam : Kesejahteraan dan Discounting", yang
menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna untuk
mengetahui fondasi ekonomi sumber daya alam yang lebih mendalam. Melalui kata
pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Penulis
ii
iii
Kata
Pengatar................................................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................................................
ii
Konsep dan Pengertian Ekonomi Sumber Daya Alam 1
Barang Publik, Eksternalitas, dan Hak Kepemilikan 5
iv
Bab 1: Konsep dan Pengertian Ekonomi Sumber Daya Alam
v
Pengukuran jenis sumberdaya dapat diperbarui (flow), digunaan konsep antara lain:
1. Potensi Maksimum Sumber Daya
2. Kapasitas Lestari (Sustainable Capacity/Sustainable Yield)
3. Kapasitas Penyerapan (Absoptive Capacity)
4. Kapasitas Daya Dukung (Carrying Capacity)
vi
Bab 2: Barang Publik, Eksternalitas, dan Hak Kepemilikan
A. Barang Publik
Dalam pandangan ekonomi, barang (goods) dapat diklasifikasikan menurut kriteria-
kriteria penggunaan atau konsumsinyadan hak kepemilikannya. Masalah dalam barang public
timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi
barang tersebut dan konsumen juga tau bahwa produsen tidak memiliki kendali sama sekali
siapa yang mengkonsumsinya. Berdasaran ciri-cirinya, barang public memiliki 2 sifat
dominan, yaitu :
1. Non-rivalry (tidak ada keterssaingan) atau non-divisible (tidak habis).
2. Non-Excludable (tidak ada larangan)
vii
Bab 3: Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam
A. Ekonomi Kesejahteraan
1.Kurva Permintaan
Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah
bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau
kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Ukuran kesejahteraan yang sudah
menjadi fondasi ekonomi neo klasik, yakni pengukuran surplus yang dapat diperoleh dari
konsumsi maupun produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam.
Surplus yang diperoleh dari sumber daya alam pada dasarnya didapat dari interaksi
antara permintaan dan penawaran.
Dalam perspektif ekonomi neo klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi
yang berbeda. Pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan
kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa
(ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall.
Kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimasikan pengeluaran yang
akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau
sering disebut juga kurva permintaan Hicks.
viii
karena konsumen juga dibatasi oleh pendapatan yang tetap. Dengan demikian, keputusan
yang harus diambil oleh konsumen adalah bagaimana memilih kedua barang tersebut
yang akan menghasilkan kepuasan maksimum dengan kendala anggaran yang ada.
3. Surplus
Salah satu hal yang krusial dari ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana surplus
dari sumber daya alam dimanfaatkan secara optimal. Pada dasarnya konsep surplus
menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi
dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang
tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor dan biaya yang dikeluarkan masyarakat
untuk mengekstraksi sumber daya alam. Menggunakan pendekatan surplus untuk
mengukur sumber daya alam merupakan pengukuran yang tepat karena pemanfaatan
sumber daya dinilai berdasarkan alternatif penggunaan terbaiknya.
Surpus ekonomi yang dimaksud akan dibedakan kedalam surplus konsumen, surplus
produsen, dan rente sumber daya alam. Surplus konsumen sama dengan manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus produsen dapat
juga dianggap sebagai surplus yang bisa diperoleh oleh pemilik sumber daya atau aset
yang produktif pada saat pendapatan dari sumber daya melebihi biaya pendapatannya.
Komponen ketiga dari pengukuran surplus adalah resource rent atau rente sumber daya.
Rente sumber daya ini merupakan surplus yang bisa dinikmati oleh pemilik sumber daya
(misal: pemerintah) yang merupakan selisih antara jumlah yang diterima dari
pemanfaatan sumber daya dikurangi dan biaya yang dikeluarkan untuk mengekstrasinya.
ix
4. Discounting
Seperti dijelaskan di atas, ekstraksi sumber daya alam merupakan proses
pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal. Hal ini disebabkan karena sumber
daya alam , baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan , adalah aset atau kapital
(natural asset) yang pemanfaatannya tidak hanya ditentukan oleh produktivitas dari
kapital itu sendiri, namun juga menyangkut ketersediaan (supply) untuk konsumsi di
masa mendatang, serta adanya risiko dan ketidakpastian dari ekstraksi sumber daya alam.
Dari sisi produsen, keputusan intertemporal juga menyangkut biaya oportunitas
(opportunity cost) dari kapital, dalam hal ini kapital apakah kapital yang diinvestasikan
untuk mengekstraksi sumber daya alam lebih bernilai daripada diinvestasikan untuk
kegiatan ekonomi lain di masa mendatang. Demikian juga, opportunity cost dari natural
capital menyangkut apakah misalnya ikan yang kita tangkap saat ini lebih bernilai
daripada kalau kita menunggu untuk memanennya di masa mendatang.
Dalam ekonoi sumber daya alam, kita harus berhati-hati dalam membicarakan
discount rate ini karena kegagalan memahami konsep ini akan membawa persepsi yang
salah. Dalam ilmu ekonomi Neo-Klasik discount rate dibedakan antara utility discount
rate atau social discount rate dengan consumption discount rate. Utility Discount Rate
disebut sebagai pure rate of time preference dimana jika laju (rate) ini positif
menunjukan derajat keinginan atau preferensi sekarang daripada di kemudian hari.
Utility discount rate diartikan juga sebagai rate dimana nilai peningkatan dari utilitas
berubah pada saat waktu konsumsi tertunda. Nilai UDR ini terkait dengan konsep
maksimisasi kesejahteraan yang didasarkan pada fondasi utilitarian.
x
e U (C )
∞ pt
W= ∫ t t
t=0
Consumption discount rate atau CDR di sisi lain diartikan sebagai rate di mana nilai
increament konsumsi berubah pada saat konsumsi mengalami penundaan. Nilai CDR ini
terkait dengan maksimisasi kesejahteraan yang didasarkan pada konsumsi.
e C
∞ −rt
W= ∫ t
t=0
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa SDR dan CDR merupakan dua indikator
discount rate yang berbeda ,yang keduanya dapat dipisahkan melalui pemecahan. Jika di
asumsikan bahwa utilitas meningkat sejalan dengan konsumsi dan peningkatan tersebut
mengalami laju yang menurun atau diminishing return yang ditunjukkan oleh turunan
kedua dari fungsi utilitas, bisa di definisikan elastisitas utilitas marjinal terhadap
konsumsi
η=−
C. (∂ U/∂U )
2 2
C
τ =ρ+η
C
.
Di mana C adalah derivatif dari konsumsi terhadap waktu. Persamaan (3.27)
menggambarkan secara jelas hubungan antara CDR dan SDR. Dari persamaan tersebut di
atas bisa dilihat bahwa besaran CDR ditentukan oleh tiga hal yakni :
ρ
1. Laju discount rate sosial (pure time preference),
η
2. Elastisitas uulitas marjinal terhadap konsumsi ( ), dan
xi
.
C C
3. Laju pertumbuhan konsumsi ( / )
Dari persamaan di atas juga dapat disimpulkan bahwa CDR akan sama dengan SDR
.
jika dan hanya jika C / C sama dengan nol yang berarti laju pertumbuhan konsumsi
konstan sepanjang waktu atau elastisitas η = 0 yang berimplikasi bahwa utilitas bersifat
linier (sulit ditemukan dalam realitas). secara umum Hanley dan Spash (1995)
menyatakan bahwa SDR akan lebih kecil dari CDR atau ρ < r karena beberapa alasan di
bawah ini :
2. Setiap individu juga berada dalam peran masyarakat akan memberikan dan
menginginkan discount rate (SDR) yang lebih rendah daripada jika individu tersebut
berperan sebagai dirinya sendiri.
3. Menentukan SDR atau p=0 adalah hal yang tidak mungkin karena bagaimanapun
motif ketidaksabaran (impatience motive) masih tetap akan ada.
xii
Bab 4: Model Ekonomi Sumber Daya Tidak Terbarukan
Sumber daya alam tidak dapat diperbarukan atau sumber daya terhabiskan
(depletable) adalah sumber daya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara
biologs. Sumber daya ini dibetuk secara geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk
dapat dijadikan sebagai sumber daya alam yang siap diolah atau siap dipakai, misalnya
tambang minyak dan tambang emas. Sumber daya alam ini merupakan sumber daya alam
yang memiliki stok tetap. Sehingga dengat sifat sifatnya menyebabkan cara ekstraksi sumber
dayalam tidak terbarukan dan terbarukan menjadi berbeda. Bbeberapa perbedaan pokok
antara pengelolaan sumber daya alam dan model ekonomi konvnsional misanya antara lan :
Dalam model ekonomi kompetitif, maksimisasi keuntungan ditentukan pada saat
penerimaan marginal sama dengan biaya marginal. Dalam model sumber daya alam
tidak terbaruka, stok yang tidak terekstraksi memiliki nilai yang dicerminkan dari
biaya oportunitasnya. Dengan demikian, ekstraksi optimal sumber daya alam tidak
hana ditentukan leh harga dan biaya marginal tapi juga biaya oportunitas.
Estraksi sumberd aya alam merupakan masalah investasi karena niai rente sumber
daya yang diperoleh terkait oleh waktu, dehingga penentuanrente atau keuntungan
tidak saja dihitung untuk masa kini tapi sepanjang waktu.
Ekstraksi sumber daya tidak terbarukan menghadapi kendala stok. Karena tidak
adanya proses regenerasi.
xiii
Bab 5: Ekonomi Sumber Daya Terbarukan Perikanan
Pertanyaan eknomi mendasar antara suber daya tidak terbarukan dan terbarukan
pada prinsipnya sama, yakni menyankutseberapa besar ekstraksi harus diambil saat ini dan
berapa tersedia untuk masa depan serta bagaimana ekstraksi efisien dan optimal yang
menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.
xv
2. Analisis Ekonomi Hutan Multiguna
Model ekonomi pengelolaan hutan yang sudah dibahas sampai saat ini hanya berfokus
pada nilai ekonomi hasil hutan. Inilah sebenarnyak ekurangan mendasar, baik dari model
Fisher dan model Faustmann. Mengingat pentingnya peranan nilai guna lain dari hasil
hutan, pengembangan model ekonomi smber daya hutan harus mengakomodasikan
atribut-atribut multiguna.
Daftar Pustaka
1) Boggess, W., R. Lacewell, dan D. Zilberman. Ekonomi Penggunaan Air dalam Pertanian.
1993.” Dalam Ekonomi Sumber Daya Pertanian dan Lingkungan, GA Carlson, D. Zilberman,
dan JA Miranowski (Eds.), New York: Oxford University Press.
2) Hanley, NJF Shogren, dan B. White. 2007. Ekonomi Lingkungan: Secara Teori dan
Praktek. Edisi kedua. New York: Pers Universitas Oxford.
3) Hanley, N., JF Shogren, dan B. White. 1997. Ekonomi Lingkungan: Dalam Teori dan
Praktek. New York: Pers Universitas Oxford.
4) Hartwick, JM, dan ND Olewiler. 1998. Ekonomi Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Edisi
ke- 2 , Massachusetts: Addison-Wesley.
5) Howitt, Richard. 1994. “Pasar Air, Insentif Individu dan Tujuan Lingkungan.” Pilihan
(Kuartal Pertama 1994)::5-9.
xvi
6) McInerney, J. 1981. Ekonomi Sumber Daya Alam: Prinsip Analitis Dasar.” Dalam John A.
Butlin (ed.), Ekonomi Kebijakan Lingkungan dan Sumber Daya Alam .
7) Perman, R., Y. Ma, dan J. McGilvray. 1996. Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. London: Longman.
8) Rosegrant, MW 1997. Sumber Daya Air di Abad Kedua Puluh Satu: Tantangan dan
Implikasi untuk Tindakan.” Makalah Diskusi Pangan, Pertanian, dan Lingkungan 20, IFPRI,
Maret 1997.
10) Tegas. 2002. Instrumen Kebijakan untuk Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya
Alam. RFF dan Bank Dunia.
11) Tietenberg, T. 2008. Ekonomi Lingkungan dan Sumber Daya Alam (Edisi ke-8)1,
Pearson Education, Inc.
xvii