Anda di halaman 1dari 17

Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam : Kesejahteraan dan Discounting

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA Dan Lingkungan Islam
Dosen pengampu : Lutfi Nurfita, S.E.,SY., ME

Oleh :
Alifian Nurrahmat
63020190029
7A

UIN Salatiga
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
iiEkonomi Syariah
2022

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "
Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam : Kesejahteraan dan Discounting", yang
menurut penulis dapat memberikan manfaat yang  besar bagi kita guna untuk
mengetahui fondasi ekonomi sumber daya alam yang lebih mendalam. Melalui kata
pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon  permakluman bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Salatiga, 3 Oktober 2022

Penulis

ii
iii
Kata
Pengatar................................................................................................................................ i

Daftar Isi.......................................................................................................................................
ii
Konsep dan Pengertian Ekonomi Sumber Daya Alam 1
Barang Publik, Eksternalitas, dan Hak Kepemilikan 5

Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam 8


Model Ekonomi Sumber Daya Tidak Terbarukan 13
Ekonomi Sumber Daya Terbarukan Perikanan 14
Ekonomi Sumber Daya Terbarukan Kehutanan 15
Daftar Pustaka.................................................................................................................................... 16

iv
Bab 1: Konsep dan Pengertian Ekonomi Sumber Daya Alam

A.Definisi Sumber Daya


Ilmu ekonomi sumber daya alam adalah ilmu yang mempelajari pengalokasian
sumber daya alam seperti air, lahan, hutan atau kita sebut hayati dan nonhayati. Ilmu ini
mencari jawaban seberapa besar sumberdaya harus diekstrasi sehingga menghasilkan manfaat
yang sebesar besarnya bagi masyarakat.

B. Pandangan terhadap Sumber Daya Alam


Dalam memahami sumber daya alam, ada 2 pandangan yang umum digunakan yaitu:
1. Pandangan Konservatif atau Pandangan Pesimis/perspektif.
2. Pandangan Eksploitatif atau Perspektif Ricardiani.

C. Klasifikasi Sumber Daya Alam


Secara umum sumber daya alam kita kelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Kelompok stok, kelompok ini memiliki cadangan yang terbatas atau tidak dapat diperbarui.
Contoh: sumber daya mineral, logam, minyak, dan gas bumi.
2. Kelompok “flows” (alur), pada jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber
daya berubah sepanjang waktu dan dapat diperbarui.

D. Pengukuran Ketersediaan Sumber Daya Alam


Pengukuran sumber daya disederhanakan dari konsep Rees (1990). Untuk kelompok
sumber daya stok, beberapa konsep yang digunakan antara lain:
1. Sumber daya hipotetikal, konsep pengukuran deposit yang belum diketahui namun
diharapkan ditemukan dimasa mendatang berdasar survey yang dilakukan saat ini.
2. Sumber daya spekulatif, konsep ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin
ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum dieksplorasi, dimana kondisi geologi
memungkinkan ditemukannya deposit.
3. Cadangan kondisional, deposit yang sudah diketahui namun dengan kondisi harga outoput
dan teknologi yang ada saat ini belum bisa dianfaatkan secara ekonomis.
4. Cadangan terbukti, sumber daya alam yang sudah diketahui dan dimanfaatkan secara
ekonomis.

v
Pengukuran jenis sumberdaya dapat diperbarui (flow), digunaan konsep antara lain:
1. Potensi Maksimum Sumber Daya
2. Kapasitas Lestari (Sustainable Capacity/Sustainable Yield)
3. Kapasitas Penyerapan (Absoptive Capacity)
4. Kapasitas Daya Dukung (Carrying Capacity)

E. Pengukuran Kelangkaan Sumber Daya Alam


Salah satu aspek krusial adalah dalam pemahaman kapan sumber daya tersebut akan
habis.Menyadari akan kelemahan pengukuran fisik , Hanley et al., (1997) menyarankan
untuk menggunakan pengukuran moneter dengan cara menghitung harga riil, unit cost, dan
rente ekonomi dari sumber daya.

F. Ketertarikan antara Sumber Daya Alam dan Ekonomi


Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Keterkaitan
antara sumber daya alam dengan ekonomi dapat dilihat digambar.

vi
Bab 2: Barang Publik, Eksternalitas, dan Hak Kepemilikan

A. Barang Publik
Dalam pandangan ekonomi, barang (goods) dapat diklasifikasikan menurut kriteria-
kriteria penggunaan atau konsumsinyadan hak kepemilikannya. Masalah dalam barang public
timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi
barang tersebut dan konsumen juga tau bahwa produsen tidak memiliki kendali sama sekali
siapa yang mengkonsumsinya. Berdasaran ciri-cirinya, barang public memiliki 2 sifat
dominan, yaitu :
1. Non-rivalry (tidak ada keterssaingan) atau non-divisible (tidak habis).
2. Non-Excludable (tidak ada larangan)

B. Eksternalitas dan Kegagalan Pasar


Konsumsi barang public sering menimbulkan apa yang disebut sebagai eksternalitas
atau dampak eksternal. Eksternalits didefinisikan sebagai dapak (positif atau negatif) atau
dalam ekonomi sebagai netcost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain.
Friedman (1990) menyatakan bahwa ekternalitas dan barang publik adalah 2 cara pandang
yang berbeda dalam melihat masalah yang sama.
Kegagalan pasar adalah cerminan sifat, sumber daya alam yang dalam beberapa hal
menjadi barang publik. Jadi , barang public, eksternalitas dan kegagalan pasar, adalah satu
mata rantai yang sering timbul dalam pengelolaan sumber daya alam. Untuk mengerti
kegagalan pasar ada beberapa indikasi yang bisa dipelajari. Ledyard (1987) mengemukakan
bahwa kegagalan pasar dapat dipahami dengan pendekatan konsep keberhasilan pasar.

C. Hak dan Rezim Pemilikan


Kegagalan dalam menentukan dengan jelas hak pemilikanjuga akan menimbulkan
eksternalitas , khususnya dalam kaitan dengan pengolaan sumber daya alam. Hak pemilikan
(property right) adalah klaim yang sah (secure claim) terhadap sumber daya ataupun jasa
yang dihasilkan dari sumber daya tersebut.

D. Respons terhadap Eksternalitas


Secara ummum ada beberapa tindakan untuk mencegah atau engurangi terjadinya
eksternalitas, yakni memberikan hak pemilikan (assigning property rights), internalisasi, dan
pemberlakuan pajak (pigouvian tax).

vii
Bab 3: Fondasi Ekonomi Sumber Daya Alam

A. Ekonomi Kesejahteraan
1.Kurva Permintaan
Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah
bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau
kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Ukuran kesejahteraan yang sudah
menjadi fondasi ekonomi neo klasik, yakni pengukuran surplus yang dapat diperoleh dari
konsumsi maupun produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam.
Surplus yang diperoleh dari sumber daya alam pada dasarnya didapat dari interaksi
antara permintaan dan penawaran.

Dalam perspektif ekonomi neo klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi
yang berbeda. Pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan
kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa
(ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall.
Kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimasikan pengeluaran yang
akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau
sering disebut juga kurva permintaan Hicks.

Teori konsumen neo-klasik mengasumsikan bahwa individu bertindak rasional dan


dengan kendala yang ada, berupaya untuk memaksimumkan kepuasan terhadap
konsumsi dua barang. Kepuasan untuk mengkonsumsi dua barang bukan tak terbatas,

viii
karena konsumen juga dibatasi oleh pendapatan yang tetap. Dengan demikian, keputusan
yang harus diambil oleh konsumen adalah bagaimana memilih kedua barang tersebut
yang akan menghasilkan kepuasan maksimum dengan kendala anggaran yang ada.

2. Kurva Penawaran Mempengaruhi Ekonomi Kesejahteraan


Penurunan kurva penawaran secara teoritis lebih mudah dilakukan dan dipahami
daripada penurunan kurva permintaan. Kurva penawaran dari suatu barang dan jasa
menggambarkan kuantitas dari barang yang dapat ditawarkan oleh produsen pada tingkat
harga tertentu. Karena kurva penawaran diturunkan dari fungsi biaya (khususnya biaya
jangka pendek). Produsen hanya akan memproduksi jika harga output sama dengan biaya
marjinal untuk memproduksinya. Namun tidak semua tingkat harga akan memenuhi
syarat untuk memproduksi barang.

3. Surplus
Salah satu hal yang krusial dari ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana surplus
dari sumber daya alam dimanfaatkan secara optimal. Pada dasarnya konsep surplus
menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi
dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang
tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor dan biaya yang dikeluarkan masyarakat
untuk mengekstraksi sumber daya alam. Menggunakan pendekatan surplus untuk
mengukur sumber daya alam merupakan pengukuran yang tepat karena pemanfaatan
sumber daya dinilai berdasarkan alternatif penggunaan terbaiknya.

Surpus ekonomi yang dimaksud akan dibedakan kedalam surplus konsumen, surplus
produsen, dan rente sumber daya alam. Surplus konsumen sama dengan manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus produsen dapat
juga dianggap sebagai surplus yang bisa diperoleh oleh pemilik sumber daya atau aset
yang produktif pada saat pendapatan dari sumber daya melebihi biaya pendapatannya.
Komponen ketiga dari pengukuran surplus adalah resource rent atau rente sumber daya.
Rente sumber daya ini merupakan surplus yang bisa dinikmati oleh pemilik sumber daya
(misal: pemerintah) yang merupakan selisih antara jumlah yang diterima dari
pemanfaatan sumber daya dikurangi dan biaya yang dikeluarkan untuk mengekstrasinya.

ix
4. Discounting
Seperti dijelaskan di atas, ekstraksi sumber daya alam merupakan proses
pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal. Hal ini disebabkan karena sumber
daya alam , baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan , adalah aset atau kapital
(natural asset) yang pemanfaatannya tidak hanya ditentukan oleh produktivitas dari
kapital itu sendiri, namun juga menyangkut ketersediaan (supply) untuk konsumsi di
masa mendatang, serta adanya risiko dan ketidakpastian dari ekstraksi sumber daya alam.
Dari sisi produsen, keputusan intertemporal juga menyangkut biaya oportunitas
(opportunity cost) dari kapital, dalam hal ini kapital apakah kapital yang diinvestasikan
untuk mengekstraksi sumber daya alam lebih bernilai daripada diinvestasikan untuk
kegiatan ekonomi lain di masa mendatang. Demikian juga, opportunity cost dari natural
capital menyangkut apakah misalnya ikan yang kita tangkap saat ini lebih bernilai
daripada kalau kita menunggu untuk memanennya di masa mendatang.

Dari sisi konsumen, aspek intertemporal menyangkut preferensi waktu (time


preference). Konsumen sering dicirikan oleh time preference yang positif dimana mereka
lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat kemudian hari. Dengan kata lain,
pilihan intertemporal menyangkut membandingkan nilai atau manfaat ekonomi dari
sumber daya alam pada periode waktu yang berbeda. Lalu bagaimana pilihan tersebut
harus ditentukan? Salah satu kunci dari penentuan pengambilan keputusan yang bersifat
intertemporal tersebut adalah melalui proses discounting dengan penentuan discounting
rate yang tepat. Proses discounting merupakan cerminan dari bagaimana masyarakat
berperilaku terhadap ekstrasi sumber daya alam dan bagaimana masyarakat berperilaku
terhadap ekstrasi sumber daya alam itu sendiri. Berikut ini akan dibahas beberapa
pengertian mengenai discount rate dan kaitannya dengan ekstrasi sumber daya alam.

Dalam ekonoi sumber daya alam, kita harus berhati-hati dalam membicarakan
discount rate ini karena kegagalan memahami konsep ini akan membawa persepsi yang
salah. Dalam ilmu ekonomi Neo-Klasik discount rate dibedakan antara utility discount
rate atau social discount rate dengan consumption discount rate. Utility Discount Rate
disebut sebagai pure rate of time preference dimana jika laju (rate) ini positif
menunjukan derajat keinginan atau preferensi sekarang daripada di kemudian hari.
Utility discount rate diartikan juga sebagai rate dimana nilai peningkatan dari utilitas
berubah pada saat waktu konsumsi tertunda. Nilai UDR ini terkait dengan konsep
maksimisasi kesejahteraan yang didasarkan pada fondasi utilitarian.

x
e U (C )
∞ pt
W= ∫ t t
t=0

Kesejahteraan masyarakat secara matermatik ditulis dimana Ut(Ct) adalah utilitas


atau kepuasan yang diperoleh dari konsumsi Ct.

Consumption discount rate atau CDR di sisi lain diartikan sebagai rate di mana nilai
increament konsumsi berubah pada saat konsumsi mengalami penundaan. Nilai CDR ini
terkait dengan maksimisasi kesejahteraan yang didasarkan pada konsumsi.

e C
∞ −rt
W= ∫ t
t=0

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa SDR dan CDR merupakan dua indikator
discount rate yang berbeda ,yang keduanya dapat dipisahkan melalui pemecahan. Jika di
asumsikan bahwa utilitas meningkat sejalan dengan konsumsi dan peningkatan tersebut
mengalami laju yang menurun atau diminishing return yang ditunjukkan oleh turunan
kedua dari fungsi utilitas, bisa di definisikan elastisitas utilitas marjinal terhadap
konsumsi

η=−
C. (∂ U/∂U )
2 2

=−C.U \( C \) } over {U' \( C \) } } >0} {¿¿¿


∂U/∂C

Sehingga hubungan antara CDR dan SDR dapat ditulis sebagai :4

C
τ =ρ+η
C
.
Di mana C adalah derivatif dari konsumsi terhadap waktu. Persamaan (3.27)
menggambarkan secara jelas hubungan antara CDR dan SDR. Dari persamaan tersebut di
atas bisa dilihat bahwa besaran CDR ditentukan oleh tiga hal yakni :

ρ
1. Laju discount rate sosial (pure time preference),

η
2. Elastisitas uulitas marjinal terhadap konsumsi ( ), dan

xi
.
C C
3. Laju pertumbuhan konsumsi ( / )

Dari persamaan di atas juga dapat disimpulkan bahwa CDR akan sama dengan SDR
.
jika dan hanya jika C / C sama dengan nol yang berarti laju pertumbuhan konsumsi

konstan sepanjang waktu atau elastisitas η = 0 yang berimplikasi bahwa utilitas bersifat
linier (sulit ditemukan dalam realitas). secara umum Hanley dan Spash (1995)

menyatakan bahwa SDR akan lebih kecil dari CDR atau ρ < r karena beberapa alasan di
bawah ini :

1. Secara keseluruhan masyarakat berpandangan bahwa investasi di masa kini akan


memberikan manfaat di masa mendatang sehingga secara keseluruhan masyarakat
secara kolektif akan melakukan saving lebih besar besar daripada individu.
Konsekuensinya, pemerintah sebagai wakil dari publik harus memberikan SDR yang
lebih rendah terhadap investasi untuk kepentingan publik.

2. Setiap individu juga berada dalam peran masyarakat akan memberikan dan
menginginkan discount rate (SDR) yang lebih rendah daripada jika individu tersebut
berperan sebagai dirinya sendiri.

3. Menentukan SDR atau p=0 adalah hal yang tidak mungkin karena bagaimanapun
motif ketidaksabaran (impatience motive) masih tetap akan ada.

5. Market Discount Rate dan Consumption Discount Rate


Market Discount Rate ( MDR ) diindentikan dengan interest rate adalah rate yang
ditentukan oleh keseimbangan borrowing rate dan landing rate dari pasar uang, itu
semacam lembaga perbankan. Meski MDR dapat dijadikan panduan untuk tingkat rate
yang tepat untuk ekstraksi sumber daya alam, para ekonom sampai saat ini belum
sepenuhnya sepakat tentang penentuan rate yang tepat. Hal ini disebabkan karena
kompleksitas dari ekstraksi sumberdaya alam serta interaksi ekonomi yang ada di
dalamnya. Sebagian ekonom mengusulkan diterapkannya discount rate yang dibobot
antara CDR dan MDR sehingga diperoleh nilai SDR yang lebih tepat. Catatan mengenai
Discount rate adalah mengenai nilai yang diukur. Investasi kapital erat dengan risiko
ketidakpastian sehingga menyebabkan terjadi variasai untuk nilai discount rate.

xii
Bab 4: Model Ekonomi Sumber Daya Tidak Terbarukan

Sumber daya alam tidak dapat diperbarukan atau sumber daya terhabiskan
(depletable) adalah sumber daya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara
biologs. Sumber daya ini dibetuk secara geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk
dapat dijadikan sebagai sumber daya alam yang siap diolah atau siap dipakai, misalnya
tambang minyak dan tambang emas. Sumber daya alam ini merupakan sumber daya alam
yang memiliki stok tetap. Sehingga dengat sifat sifatnya menyebabkan cara ekstraksi sumber
dayalam tidak terbarukan dan terbarukan menjadi berbeda. Bbeberapa perbedaan pokok
antara pengelolaan sumber daya alam dan model ekonomi konvnsional misanya antara lan :
 Dalam model ekonomi kompetitif, maksimisasi keuntungan ditentukan pada saat
penerimaan marginal sama dengan biaya marginal. Dalam model sumber daya alam
tidak terbaruka, stok yang tidak terekstraksi memiliki nilai yang dicerminkan dari
biaya oportunitasnya. Dengan demikian, ekstraksi optimal sumber daya alam tidak
hana ditentukan leh harga dan biaya marginal tapi juga biaya oportunitas.
 Estraksi sumberd aya alam merupakan masalah investasi karena niai rente sumber
daya yang diperoleh terkait oleh waktu, dehingga penentuanrente atau keuntungan
tidak saja dihitung untuk masa kini tapi sepanjang waktu.
 Ekstraksi sumber daya tidak terbarukan menghadapi kendala stok. Karena tidak
adanya proses regenerasi.

Ekstraksi sumber daya terbarukan berkaita dengan aspek intertemporal dimana


peranan waktu sangat krusial.

xiii
Bab 5: Ekonomi Sumber Daya Terbarukan Perikanan

Pertanyaan eknomi mendasar antara suber daya tidak terbarukan dan terbarukan
pada prinsipnya sama, yakni menyankutseberapa besar ekstraksi harus diambil saat ini dan
berapa tersedia untuk masa depan serta bagaimana ekstraksi efisien dan optimal yang
menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.

1. Prinsip Dasar Ekonomi Sumber Daya Ikan


Selain sebagai pemenuhan kebutuhan, sumber daya ikan juga menyerap tenaga kerja
dan salah satu pemasukan pendapatan suatu Negara. Perikanan juga memberikan
kontribusi dalam kesejahteraan suatu bangsa. Pendekatan ekonomi sumber daya ikan
mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an.
A. Teori Gordon-Schaefer
Gordon menyatakan bahwa sumber daya ikan pada umumnya bersifat open
access. Siapa saja bisa berpartisipasi tanpa harus emiliki sumber daya tersebut. Gordon
memulai analisisnya berdasarkan asumsi konsep produksi biologi kuadratik yang
dikembangkan oleh Verhulst pada tahun 1883 yang kemudian diterapkan untuk
perikanan oleh seorang ahli biologi perikanan, Schaefer, pada tahun 1957. Dari sinilah
teori Gordon-Schaefer dikenal. Model Gordon-Schaefer adalah model ekonomi
perikanan yang didasarkan pada faktor input, yakni upaya.
B. Teori Optimasi Model Copes
xiv
Untuk memahami pengelolaan perikanan yang optimal secara ekonomis bisa
dilakukan dengan pendekatan faktr output atau prouksi (yield). Pendekatan ini pertama
kali dikembangkan oleh Copes (1972) yang juga seorang perintis teori ekonomi
perikanan. Dalam memahami ekonomi sumber daya perikanan, Copes (1972) lebih
mendekatina dari sisi kriteria optimisasi kesejahteraan dengan menggunakan analisis
surpus konsumen, surplus produsen, dan rente sumber daya.

2. Kebijakan Ekonomi Sumber Daya Ikan


Sebagaimana dikemukakan oleh model Gordon-Schaefer, bahwa perikanan dengan
rezim pengelolaan akses terbuka menimbulkan inefisiensi ekonomi, karena selain
menghilangkan potensi rente ekonomi smber daya, juga terjadi capital waste karena upaya
yang berlebihan selayaknya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif lainnya. Untuk
mencegah terjadinya hal-hal tersebut, beberapa kebijakan dapat iambil seperti penetapan
pajak pada input dan output, pembatasan upaya, serta kuota.

Bab 6: Ekonomi Sumber Daya Terbarukan Kehutanan


Hutan merupakan aset mutiguna yang tidak saja menghasilkan arang, kayu, pulp, dan
lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain yaitu seperti pelndung panas, pemecah angina, dan
pelindung tanah dari bahaya erosi. Hutan tiadk saja memberikan manfaat pada saat mereka
dimanfaatkan eksploitasi namun juga banyak memberikan manfaat jika dibiarkan. Namun
yang menjadikan perbedaan dengan sumber daya ikan adalahsumber daya hutan
kebanyakan tidak bersifat common property resource.
1. Pendekatan Ekonomi Pengelolaan Hutan
Pendekatan dimulai dengan metode sederhana dari model Fisher dan model
Faushtman.
A. Model Fisher
Model Fisher atau sering disebut “once and for all forest” melihat suatu area
lahan yang ditanami pohon prouk hutan dan kemudian menentukan kapan suatu hutan
harus ditebang. Skali hutan ditebang habis, lahan tersebut tidak dapat digunakan
pemanfaatan lainnya. Dengan menggunakan kerangka waktu yang kontinyu, masalah
yang dihadapi oleh pemilik hutan adalah bagaimana memilih waktu tebang yang tepat.
B. Model Faustmann
Pada model Faustmann pengelolaanhutan merupakan proses yang terus
menerus, dimana ketika hutan ditebang , penanaman dilakukan kembali sehingga proses
tanam dan tebang dapat dilakukan secara terus-menerus. Proses ini disebut juga urutan
penebangan atau sequent harvest.

xv
2. Analisis Ekonomi Hutan Multiguna
Model ekonomi pengelolaan hutan yang sudah dibahas sampai saat ini hanya berfokus
pada nilai ekonomi hasil hutan. Inilah sebenarnyak ekurangan mendasar, baik dari model
Fisher dan model Faustmann. Mengingat pentingnya peranan nilai guna lain dari hasil
hutan, pengembangan model ekonomi smber daya hutan harus mengakomodasikan
atribut-atribut multiguna.

Daftar Pustaka
1) Boggess, W., R. Lacewell, dan D. Zilberman. Ekonomi Penggunaan Air dalam Pertanian.
1993.” Dalam Ekonomi Sumber Daya Pertanian dan Lingkungan, GA Carlson, D. Zilberman,
dan JA Miranowski (Eds.), New York: Oxford University Press.

2) Hanley, NJF Shogren, dan B. White. 2007. Ekonomi Lingkungan: Secara Teori dan
Praktek. Edisi kedua. New York: Pers Universitas Oxford.

3) Hanley, N., JF Shogren, dan B. White. 1997. Ekonomi Lingkungan: Dalam Teori dan
Praktek. New York: Pers Universitas Oxford.

4) Hartwick, JM, dan ND Olewiler. 1998. Ekonomi Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Edisi
ke- 2 , Massachusetts: Addison-Wesley.

5) Howitt, Richard. 1994. “Pasar Air, Insentif Individu dan Tujuan Lingkungan.” Pilihan
(Kuartal Pertama 1994)::5-9.

xvi
6) McInerney, J. 1981. Ekonomi Sumber Daya Alam: Prinsip Analitis Dasar.” Dalam John A.
Butlin (ed.), Ekonomi Kebijakan Lingkungan dan Sumber Daya Alam .

7) Perman, R., Y. Ma, dan J. McGilvray. 1996. Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. London: Longman.

8) Rosegrant, MW 1997. Sumber Daya Air di Abad Kedua Puluh Satu: Tantangan dan
Implikasi untuk Tindakan.” Makalah Diskusi Pangan, Pertanian, dan Lingkungan 20, IFPRI,
Maret 1997.

9) Solow, Robert M. 2000. “Keberlanjutan: Perspektif Seorang Ekonom.” Dalam Ekonomi


Lingkungan: Bacaan Terpilih . Edisi ke- 4 . Ed. RN Stavin. NewYork:Norton & Perusahaan.

10) Tegas. 2002. Instrumen Kebijakan untuk Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya
Alam. RFF dan Bank Dunia.

11) Tietenberg, T. 2008. Ekonomi Lingkungan dan Sumber Daya Alam (Edisi ke-8)1,
Pearson Education, Inc.

xvii

Anda mungkin juga menyukai