Anda di halaman 1dari 12

EFESIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN

Dosen Pengampu : Wahyu Ichsan, ME

Di susun oleh:
Yudisth Fawwaz (
Sayed Maulana Ikbal (180602121)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDAACEH 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt.
Yang telah melimpahkan rahmat, memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami
selaku pemakalah sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam,
semoga selalu dilimpahkan pada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad saw. Kepada
keluarganya dan kepada para sahabatnya, mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umatnya. Amin, yarabbal’alamin.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam, selain itu juga untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, tentang materi “Efesiensi Alokasi dan distribusi pendapatan”. Kami
menyadari banyak kekurangan yang perlu di sempurnakan dalam makalah ini, itu
dikarenakan terbatas nya ilmu yang kami miliki. Namun demikian kami telah
berusaha semaksimal mungkin. Semoga makalah ini bisa berguna untuk kita semua.

Banda Aceh,30 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A、Latar Belakang
B、Rumusan Masalah
C、Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep moral dalam sistem distribusi pendapatan islam
B. Pertukaran dan keseimbangan konsumsi antar individu
C. Efesiensi alokasi
D. Efesiensi keadlian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Konsep Moral Dalam Sistem Distribusi Pendapatan Islam


Secara umum, Islam mengarahkan mekanisme distribusi pendapatan berbasis
moral spiritual dalam pemeliharaan keadilan sosial pada setiap aktivitas
ekonomi.Latar belakangnya karena ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah
hal yang mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial.Upaya pencapaian
kebahagiaan manusia, membimbing manusia untuk menerapkan keadilan ekonomi
yang dapat menyudahi kesengsaraan di muka bumi ini.Hal ini akan sulit dicapai
tanpa adanya keyakinan pada prinsip moral sekaligus kedisiplinan dalam
mengimplementasikan konsep moral tersebut. Ini adalah fungsi dari menerjemahkan
konsep moral sebagai faktor endogen dalam perekonomian, sehingga etika ekonomi
menjadi hal yang sangat membumi untuk dapat mengalahkan setiap kepentingan
pribadi.
Distribusi pendapatan dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai
manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu: nilai kebebasan dan nilai
keadilan.Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa Allah sebagai pemilik mutlak
kekayaan telah member amanat kepada manusia untuk mengatur dan mengelola
kekayaan disertai kewenangan untuk memiliki kekayaan tersebut. Sehubungan
dengan masalah distribusi pendapatan ini,Qardhawi menjelaskan dasar dalam
distribusi pendapatan sebagai berikut:
1.Nilai kebebasan
Kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi harus dilandasi keimanan
kepada Allah serta keyakinan manusia kepada Sang Pencipta.Allah yang menciptakan
dan Dia pula yang mengatur segala urusan sehingga tidak layak bagi manusia
menyombongkan diri serta bertindak otoriter terhadap makhluk lainnya.Keyakinan
manusia kepada Allah didasarkan atas persiapan material dan spiritual yang
diberikan Allah kepada manusia dalam melakukan tugasnya sebagai
khalifah.Kebebasan manusia adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupannya. Seorang yang terbelenggu tidak akan produktif. Islam memberikan
kebebasan kepada manusia untuk berusaha,memiliki,mengelola dan membelanjakan
hartanya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Allah sehingga manusia
pantas dimuliakan dan menerima amanah dari Allah dan dipertanggungjawabkan di
hari Kemudian.Bukti nilai-nilai kebebasan ini,yaitu:
A.Hak Milik Pribadi.
Kepemilikan adalah suatu bukti prinsip kebebasan.Seorang yang memiliki
suatu benda dapat menguasai dan memanfaatkannya.Ia dapat pula
mengembangkan hak miliknya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh Islam.Islam
mengajarkan perlindungi terhadap hak milik pribadi dari perbuatan zalim dan
menganjurkan mempertahankan hak miliknya. Kebebasan mengharuskan seseorang
untuk menanggung risiko sesuai dengan apa yang dilakukan dan memberikan hak
orang lain yang terdapat di dalam hartanya.
Islam menyadari pengakuan terhadap kepemilikan adalah hal yang sangat
penting. Setiap hasil usaha ekonomi seorang muslim, dapat menjadi hak
miliknya,karena hal inilah yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi
dan pembangunan. Landasannya, jika seseorang yang
berusaha lebih keras daripada orang lain dan tidak diberikan apresiasi lebih misalnya
dalam bentuk pendapatan, maka tentunya tidak ada orang yang mau berusaha
dengan keras.Pendapatan itu sendiri tidak akan ada artinya kecuali dengan mengakui
adanya hak milik. Motivasi ini kemudian membimbing manusia untuk terus
berkompetisi dalam menggapai kepemilikannya.
B.Warisan dan Wasiat
Disyari‟atkannya warisan adalah sebagai pencerminan kebebasan.seseorang
dapat melestarikan dan mengelola secara berkesinambungan apa yang menjadi
miliknya.Perolehan hak milik dari pemilik yang lama kepada penggantinya dapat
terjadi dalam dua hal, yaitu: melalui warisan dan wasiat.Kedua hal ini diakui oleh
syar‟i dengan maksud untuk memelihara kemaslahatan individu, keluarga dan
masyarakat.
Kemaslahatan individu dapat diperoleh dengan memenuhi keinginan
serta menjaga kepentingannya dari perampasan hak yang merupakan salah satu
hikmah disyari‟atkannya wasiat dan waris.Kedua hal tersebut dapat pula
menguatkan hubungan keluarga dan saling tolong dan saling mewarisi setelah
kematian seseorang.

2. Nilai Keadilan.
Kebebasan dalam Islam tidak bersifat mutlak.Oleh karena itu, meskipun
seseorang diperbolehkan memiliki namun ada ketentuan batasannya atau aturan
dalam memperoleh,mengembangkan dan mengkonsumsi harta yang
dimilikinya.Islam juga mewajibkan setiap orang untuk mengeluarkan bagian tertentu
dari harta yang dimilikinya.
Hal di atas dimaksudkan karena pada dasarnya manusia sangat senang
mengumpulkan harta sehingga dalam pembelanjaan hartanya terkadang ia berlaku
boros dan bersifat kikir.Oleh karena itu,Islam memberikan perhatian mengenai
keadilan dan larangan berbuat zalim.Dalam al-Qur‟an juga ditegaskan bahwa
seorang Muslim tidak diperbolehkan berbuat zalim terhadap orang lain termasuk
lingkungannya.Kaitannya dengan distribusi pendapatan adalah jika dalam
pendistribusian pendapatan dilakukan dengan tidak adil, maka akan menimbulkan
keresahan dan protes dari pemilik faktor produksi.

B. Pertukaran dan keseimbangan konsumsi antar individu


Untuk memahami latar belakang dan sebab-sebab pertukaran konsumsi
antar indivu dan keseimbangan konsumsi keduanya, berikut akan kita berikan asumsi
yang cukup releven untuk mendukung analisis. Asumsi tersebut adalah ada dua
individu yang mengonsumsi dan macam komoditas yang total penawarannya tetap.
Pada gambar 11.1, panel (a) dan (b) adalah ruang konsumsi untuk masing-masing
idividu. Titik origin atau titik awal konsumsi individu A kita sebut OA dan untuk
individu B kita sebut saja dengan OB.
Untuk mempermudah pembahasan keseimbangan konsumsi anatarindividu
tersebut, maka kita gabungkan kedua ruang konsumsi indiviu 2 hingga 180o, maka
kita akan mendapatkan sebuah kotak yang berisikan ruang konsumsi untuk kedua
individu. Dengan tidak mengubah letak titik origin maka kita melihat bahwa titik
origin (baik OA maupun OB)maka semakin tinggi tingkat kepuasan konsumsi. Kita
asumsikan ada dua komoditi yang dikomsumsi oleh individu A dan B, yaitu beras dan
gandum. Jumlah komsumsi beras diilustrasikan dengan garis horizontal (X) dan
gandum dengan garis vertikal (Y). A dan B adalah sama dengan total penawran beras
(X). Demikian pula untuk konsumsi gandum.
Dalam literatur kontemporer, lotak dari ruang konsumsi untuk menganalisa
pertukaran dua komoditi dari dua individu disebut dengan Edgeworth box.[4]
Individu A maupun individu B akan mengombinasikan kedua komoditas tersebut
sesuai dengan prefensi dan endwment yang dimiliki. Kita tuliskan saja konsumsi
untuk individu A adalah CA =(CAX , CAY), di mana CAX mempresentasikan konsumsi
poin keseimbangan konsumsinya kita tuliskan CB=(CBX , CBY). Keadaan di mana CA
dan CB adalaha tingkat konsumsi yang fair maka hal inilah yang dimaksudkan dengan
alokasi. Alokasi untuk konsumsi komoditas X dan Y dibatasi oleh total penawaran
dari komoditas X dan Y:
CAX + CBY = w...AX + w...BY
CAY + CBY = ...wAY + ...wBY

Dua ruang komoditas


Catatan: ruang individu A untuk barang x dan y digambarkan oleh panel (a)
sedangkan untuk individu B digambarkan dengan panel (b)
Perputaran Sumbu Ruang Konsumsi Individu B
Catatan: untuk menyatukan kedua ruang konsumsi, maka ruang individu B diputar
180o untuk mendapatkan empat persegi panjang

Gambar 11.1. Diagram Pembentukan Edgeworth Box

Pada gambar 11.1 dapat kita lihat bagaimana sebuah box yang sering disebut
dengan Edgeworth Box dibentuk. Pada panel (a) dan (b), diperlihatkan bahwa
seorang konsumen akan berusaha meningkatkan tingkat kepuasan konsumsinya
dengan cara memilih tingkat konsumsi pada garis indifference curve yang paling jauh
dari titik originnya. Dengan melakukan analisis terhadap dua orang dan
mengonsumsikan bahwa total komoditi yang tersedia akan dibagi di antara kedua
konsumen tersebut maka dibuatlah sebuah kotak untuk memperlihatkan ruang
konsumsi masing-masing konsumen. Disebut kondisi ekuilibrium telah tercapai
apabila tingkat konsumsi untuk masing-masing konsumen telah optimal, pada
kondisi ini bila salah satu konsumen meningkatkan konsumsinya maka secra
otomatis akn mengurangi konsumsi pihak kedua.
Gambar 11.1 adalah box ruang konsumsi kedua konsumen yang telah
dilengkapi dengan kurva indifference. Perhatikan bahwa IC untuk individu A diberi
tanda ICA, sedangkan untuk individu B diberi tanda ICB. Walau ICA berwujud cekung
dan ICB berwujud cembung, namun kedua kurva tersebut mempunyai fungsi yang
sama, yaitu untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen. Untuk meningkatkan
kepuasannya individu A akan berusaha akan mengonsumsi pada kurva IC yang paling
jauh dari titik origin A. Misalnya, ICA2 lebih tinggi dari ICA1 begitu juga bagi konsumsi
B pada kurva ICB2 memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada ICB1.
Tingkat keseimabangan untuk konsumen A dan B terjadi bila kurva ICA berpotongan
atau bersinggungan dengan ICB. Namun, tingkatan keseimbangan tersebut belum
tentu memenuhi syarat dari pareto optimal. Misalkan, titik E’ adalah tingkat
keseimbangan kedua konsumen, namun titik E’ belum menunjukan tingkat yang
paling optimal bagi kedua konsumen. Titik E’ dihasilkan dari perpotongan antara
kurva ICA2 untuk preferensi individu A dan kurva ICB1. Bagi konsumen A, titik E’
sudah optimal, namun bgi konsumen B titik E’ belum optimal karena baru berada
pada tingkat kepuasan ICB1 karena tanpa mengurangi tingkat kepuasan konsumen A,
konsumen B masih dapat mingkatkan tingkat kepuasannya menjadi ICB2. Pada kurva
kepuasan inilah antara konsumen B dan akan memperoleh tingkat yang paling
optimal yaitu titik E. Nah, di titik E inilah tingkat pareto optimal tercapai.

C.Efisiensi Alokasi
Efisiensi alokasi sering disebut Pareto Efficient.Pareto adalah Ekonom Itali
yang menulis konsep ini. Suatu alokasi dikatakan Pareto Efficient apabila barang-
barang yang tidak dapat dialokasikan ulang untuk membuat keadaan seseorang lebih
baik tanpa membuat keadaan orang lain lebih buruk.Dalam ekonomi konvensional
keadaan ini dikenal sebagai Efficient Allocation of Goods.Yaitu alokasi barang-barang
dikatakan efisien apabila tidak seorang pun dapat meningkatkan utilitynya tanpa
mengurangi utility orang lain.Situasi semacam ini dianggap efisien,karena pada
situasi lainnya masih terdapat peluang untuk meningkatkan kegunaan seseorang
tanpa mengurangi kegunaan orang lain.Imam Ali r.a diriwayatkan pernah
mengatakan “Janganlah kesejahteraan salah seorang di antara kamu meningkat
namun pada saat yang sama kesejahteraan yang lain menurun.
”Misal, Firman dan Ryan mempunyai 10 unit makanan dan 6
pakaian.Awalnya Firman memiliki 7 unit makanan dan 1 unit pakaian sedangkan
Ryan memiliki 3 unit makanan dan 5 pakaian.Bagi Ryan, ia bersedia memberikan 3
unit pakaian untuk mendapatkan 1 unit makanan. Sedangkan bagi Firman, ia
bersedia memberikan ½ unit pakaian untuk mendapatkan 1 unit makanan.Karena
Firman lebih menyukai pakaian dari pada Ryan, maka keduanya dapat lebih tinggi
utilitynya dengan melakukan pertukaran.
Selama MRS (marginal rate of subtitusion) dari Firman dan Ryan berbeda,
maka mereka akan terus melakukan pertukaran karena keduanya dapat terus
meningkatkan utilitynya. Atau bisa dikatakan,selama MRS nya berbeda maka alokasi
belum dikatakan efesien. Alokasi yang efesien tercapai ketika MRS setiap orang
sama.

D.Efisiensi Keadilan
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6407/10/
bab9_Efisiensi_alokasi_rokhmat_ok_book_antiq_arab.pdf
Zuraidah.(2013).”Penerapan konsep moral dan etika dalam distribusi pendapatan
perspektif ekonomi islam”Hukum Islam, Vol. XIII No. 1 Nopember 2013
http://sellawati13.blogspot.com/2016/10/makalah-pertukaran-dan-
keseimbangan.html

Anda mungkin juga menyukai