Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Nama Kelompok : 1. Diah Angelina Khusmaini 2051010269


2. Irawan Ferdi Hari Saputra 2051010223
3. Nelly Noviyana 2051010258
4. Nia Nurhalimah 2051010268

Kelas :D/5
Program Studi : Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Ekonomi Regional
Dosen Pengampu : Femei Purnamasari, M.Si
SOAL

1. Bagaimana dampak disparitas secara fisik, sosial, dan ekonomi?


2. Mengapa disparitas yang tinggi harus dihindari dan bagaimana cara menganalisis dampak dari disparitas?
3. Bagaimana solusi untuk mengurangi disparitas di Indonesia?

JAWABAN :

1. Dampak dari terjadinya disparitas wilayah secara fisik, social dan ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Adanya perbedaan kuantitas dan kualitas faktor produksi seperti lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal, organisasi, dan perusahaan.
 Akumulasi diberbagai faktor seperti lingkaran kemiskinan, baik karena sumberdaya yang terbatas dan ketertinggalan masyarakat yang menyebabkan kemiskinan, maupun kondisi masyarakat yang tertinggal,
produktivitas rendah, efisiensi rendah, investasi rendah, pendapatan rendah, konsumsi rendah, standar hidup rendah, pengangguran meningkat yang mengakibatkan wilayah tersebut semakin tertinggal.
 Terjadinya Pasar bebas dan pengaruh spread effect dan backwash effect. Kekuatan pasar bebas telah mengakibatkan faktor - faktor ekonomi seperti tenaga kerja, modal, perusahaan dan ektivitas ekonomi
cenderung terkonsentrasi di wilayah - wilayah berkembang atau maju. Perkembangan wilayah ini terjadi karena penyerapan sumberdaya dari wilayah sekitar (backwash effect), sedangkan spread effect terjadi lebih
lemah dibanding backwash effect sehingga wilayah yang beruntung akan semakin berkembang dan kawasan yang kurang beruntung akan semakin tertinggal.
 Adanya Distorsi pasar seperti immobilitas, kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi, keterbatasan keterampilan, tenaga kerja, dll.
 Berbagai tindakan criminal
 Timbulnya kecemburuan social
 Adanya kesenjangan kualitas sumber daya manusia
 Masih kurangnya Sekolah dan Tenaga Pendidik di daerah-daerah terpencil sehingga masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah.
 Perlakuan berbeda antara konsumen yang berpenampilan seperti orang kaya dan orang biasa saat berbelanja di Mall atau Supermarket.
 Perbedaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit untuk pasien kaya dan pasien miskin yang menggunakan KIS (Kartu Indonesia Sehat).

2. Karena Ketimpangan antar wilayah (regional disparity) di sebabkan oleh Ketidakmerataan dalam Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi . Ketimpangan antar wilayah akan Menimbulkan beberapa dampak negatif,
di antaranya :
 Kecemburuan terhadap wilayah yang kurang tersentuh oleh pembagunan ,
 Akan menimbulkan tuntuan separatis (pemisahan ) yang mengancam keutuhan NKRI.

3. Upaya mengatasi disparitas ekonomi


Dalam menghadapi disparitas yang terjadi, pemerintah mengeluarkan kebijakan Untuk itu pemerintah akan memfokuskan pada 4 (empat) program Quick Wins dalam KPE yang memiliki dampak paling besar
untuk mengurangi ketimpangan di masyakarat.
a) Quick Wins Reforma Agraria, termasuk Legalisasi Lahan Transmigrasi
Kebijakan dengan Pemberian sertifikat tetapi bukan sekadar bagi-bagi lahan. Tetapi fokus pada tanah yang telah diberikan dapat menjadi modal ekonomi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
b) Quick Wins Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Ada 2 (dua) langkah kebijakan yang akan diambil pemerintah yaitu:
Pertama, dengan penyusunan dan penguatan peta jalan pendidikan dan pelatihan vokasi. Hal ini dilakukan melalui reklasifikasi lapangan usaha dan jabatan serta prioritisasi lapangan usaha dan jabatan di Indonesia.
Kedua, dengan adanya kebijakan Job Matching antara Vokasi dan Industri. Pemerintah akan fokus pada penguatan program vokasi untuk industri yang memiliki asosiasi kuat dan skema vokasional yang telah
berjalan untuk sektor otomotif, pariwisata dan perhubungan.

c) Quick Wins Perumahan untuk Masyarakat Miskin Perkotaan


Pemerintah juga berkomitmen pada pembangunan perumahan yang berada di dalam wilayah perkotaan yang terkoneksi baik dengan pusat aktivitas, sumber ekonomi dan transportasi publik bagi masyarakat miskin
perkotaan. Tiga kebijakan inti perumahan, antara lain: Penyediaan tanah untuk perumahan yang terjangkau (land availability); Kebijakan Penerapan Skema Perumahan Bagi MBR (social housing); dan, Kebijakan
Penguatan Skema Pembiayaan bagi Masyarakat (housing financing).
d) Quick Wins Ritel Modern dan Pasar Tradisional
Pemerintah juga memetakan beberapa kebijakan untuk meningkatkan daya saing sektor ritel serta memperkuat sinergitas ritel tradisional dan modern. Implementasi dari seluruh kebijakan ini tidak semuanya dapat
ditargetkan dalam jangka pendek, namun juga sampai jangka panjang. Dalam hal ini Pemerintah yakin Kebijakan Pemerataan Ekonomi ini tidak hanya mewujudkan transformasi ekonomi nasional yang lebih baik,
tetapi juga merupakan landasan yang perlu dan cukup untuk menyiapkan ekonomi nasional Indonesia lolos dari jebakan penghasilan menengah (middle income trap) menuju status sebagai negara maju.

Upaya mengatasi disparitas ekonomi perspektif fiskal Islam dilakukan dengan cara pembangunan ekonomi harus memegang teguh dasar-dasar filosofis berupa tauhid rubu>biyah, keadilan, khalifah dan tazkiyah . Di
sisi lain, dalam konteks upaya mengatasi disparitas ekonomi dapat dilakukan dengan cara optimalisasi penerimaan dari instrumen kebijakan fiskal Islam seperti zakat, kharaj, jizyah, ‘usyr, dan pendapatan tidak tetap
terdiri dari khums, infak, shadaqah, wakaf, hibah, kaffarah, warisan, kala>lah, dan pendapatan halal lainnya melalui penguataan regulasi, modernisasi manajemen dan pengelolaan serta sinkronisasi dan integrasi antara
kebijakan fiskal konvensional dan fiskal Islam.
PDRB PROVINSI LAMPUNG MENURUT HARGA BERLAKU 2017 – 2021

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha (Juta


Rata - rata Rata - rata
Lapangan Usaha Rupiah) Laju (%) Kontribusi
Pertumbuhan Distribusi
2017 2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2021
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 93751154.7 99405834.4 102702718 105263912 105585562 0.06 0.03 0.02 0.00 0.03 31% 30% 29% 30% 28% 29%
B Pertambangan dan Penggalian 17314967.4 19089012.1 19810265.2 17702494 20769872.8 0.10 0.04 -0.11 0.17 0.05 6% 6% 6% 5% 6% 6%
C Industri Pengolahan 58341708.7 64830740.7 71329301.2 68671275 73094757.7 0.11 0.10 -0.04 0.06 0.06 19% 20% 20% 19% 20% 20%
D Pengadaan Listrik dan Gas 484505.19 521804.7 579221.82 568916.34 519616.34 0.08 0.11 -0.02 -0.09 0.02 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
E dan Daur Ulang 325584.16 344992.47 364143.11 383700.5 414777.33 0.06 0.06 0.05 0.08 0.06 0% 0% 0% 0% 0% 0%
F Konstruksi 28636024 31511091.2 33980715 33166648 36765257.9 0.10 0.08 -0.02 0.11 0.07 9% 9% 10% 9% 10% 10%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G Mobil dan Sepeda Motor 33851034.9 37111243.8 41355187.4 39520069 43510157.9 0.10 0.11 -0.04 0.10 0.07 11% 11% 12% 11% 12% 11%
H Transportasi dan Pergudangan 16181628.6 17223851.2 18707281.4 17774369 18479307 0.06 0.09 -0.05 0.04 0.04 5% 5% 5% 5% 5% 5%
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4688520.29 5247598.3 5805585.13 5543843.2 5496433.15 0.12 0.11 -0.05 -0.01 0.04 2% 2% 2% 2% 1% 2%
J Informasi dan Komunikasi 12019946 13074276.1 14219546.8 15272831 15844743.7 0.09 0.09 0.07 0.04 0.07 4% 4% 4% 4% 4% 4%
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6763221.31 7135059.11 7463430.18 7730170.1 8246871.2 0.05 0.05 0.04 0.07 0.05 2% 2% 2% 2% 2% 2%
L Real Estate 8915659.93 9446577.67 10559346.3 10606320 10804056.9 0.06 0.12 0.00 0.02 0.05 3% 3% 3% 3% 3% 3%
M,N Jasa Perusahaan 481872.94 499126.16 527312.94 529980.15 539293.27 0.04 0.06 0.01 0.02 0.03 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
O Jaminan Sosial Wajib 10759290.6 11478738.2 12094770.7 12825591 13320699.7 0.07 0.05 0.06 0.04 0.05 4% 3% 3% 4% 4% 4%
P Jasa Pendidikan 8512028.78 9360850.36 10401937.8 10976359 11345059.4 0.10 0.11 0.06 0.03 0.07 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2904930.58 3113547.5 3377868.59 3778680.6 4000441.86 0.07 0.08 0.12 0.06 0.08 1% 1% 1% 1% 1% 1%
R,S,T,U Jasa Lainnya 2768352.68 3051726.68 3398197.05 3214880.8 3166263.58 0.10 0.11 -0.05 -0.02 0.04 1% 1% 1% 1% 1% 1%
Total PDRB 306700431 332446071 356676828 353530039 371903172 0.08 0.07 -0.01 0.05 0.05 100% 100% 100% 100% 100% 100%
PDRB KAB LAMPUNG SELATAN

PDRB KAB. LAMPUNG SELATAN ATAS DASAR


HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN Rata-Rata RATA-
Kategori
USAHA (Milyar Rupiah) LAJU (%) Pertumbuhan KONTRIBUSI RATA
2017 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020 2021
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11419.4 12328.5 12732.1 13061 13443.3 0.08 0.03 0.03 0.03 0.04 29.80% 29.65% 28.49% 29.49% 28.96% 29.28%
B. Pertambangan dan Penggalian 636.14 669.16 714.48 724.57 704.98 0.05 0.07 0.01 -0.03 0.03 1.66% 1.61% 1.60% 1.64% 1.52% 1.60%
C. Industri Pengolahan 9385.4 10083.2 10963.9 10639.9 11280.8 0.07 0.09 -0.03 0.06 0.05 24.49% 24.25% 24.54% 24.02% 24.30% 24.32%
D. Pengadaan Listrik dan Gas 42.26 45.11 49.82 51.84 55.49 0.07 0.10 0.04 0.07 0.07 0.11% 0.11% 0.11% 0.12% 0.12% 0.11%
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 48.95 51.8 54.6 57.91 60.89 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.13% 0.12% 0.12% 0.13% 0.13% 0.13%
F. Konstruksi 4607.27 5212.38 5701.95 5491.43 6020.71 0.13 0.09 -0.04 0.10 0.07 12.02% 12.53% 12.76% 12.40% 12.97% 12.54%
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 4388.38 4843.71 5447.1 5513.37 5794.25 0.10 0.12 0.01 0.05 0.07 11.45% 11.65% 12.19% 12.45% 12.48% 12.04%
H. Transportasi dan Pergudangan 2468.8 2643.64 2847.09 2337.56 2386.68 0.07 0.08 -0.18 0.02 0.00 6.44% 6.36% 6.37% 5.28% 5.14% 5.92%
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 564.83 621.97 669.46 645.11 656.61 0.10 0.08 -0.04 0.02 0.04 1.47% 1.50% 1.50% 1.46% 1.41% 1.47%
J. Informasi dan Komunikasi 1053.07 1135.02 1231.14 1335.51 1384.55 0.08 0.08 0.08 0.04 0.07 2.75% 2.73% 2.76% 3.02% 2.98% 2.85%
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 691.95 724.47 752.42 782.15 851.07 0.05 0.04 0.04 0.09 0.05 1.81% 1.74% 1.68% 1.77% 1.83% 1.77%
L. Real Estate 813.88 861.95 956.67 959.5 990.79 0.06 0.11 0.00 0.03 0.05 2.12% 2.07% 2.14% 2.17% 2.13% 2.13%
M,N. Jasa Perusahaan 34.8 36.29 38.5 38.6 39.52 0.04 0.06 0.00 0.02 0.03 0.09% 0.09% 0.09% 0.09% 0.09% 0.09%
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 859.59 921.97 973.55 1033.6 1072 0.07 0.06 0.06 0.04 0.06 2.24% 2.22% 2.18% 2.33% 2.31% 2.26%
P. Jasa Pendidikan 874.77 942.82 1043.18 1098.4 1136.38 0.08 0.11 0.05 0.03 0.07 2.28% 2.27% 2.33% 2.48% 2.45% 2.36%
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 211.39 226.91 246.21 272.54 287.39 0.07 0.09 0.11 0.05 0.08 0.55% 0.55% 0.55% 0.62% 0.62% 0.58%
R,S,T,U. Jasa Lainnya 221.55 237.22 263.21 250.07 248.95 0.07 0.11 -0.05 0.00 0.03 0.58% 0.57% 0.59% 0.56% 0.54% 0.57%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 38322.4 41586.1 44685.4 44293 46414.3 0.09 0.07 -0.01 0.05 0.05 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
KLASSEN TYPOLOGY

KABUPATEN LAMPUNG
PROVINSI LAMPUNG
SELATAN LAMPUNG SELATAN
Kategori
Rata - rata Rata - rata Rata-Rata Rata-Rata
Pertumbuhan Distribusi Pertumbuhan Distribusi Keterangan Kuadran
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.03 29% 0.04 29.28% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
B. Pertambangan dan Penggalian 0.05 6% 0.03 1.60% Sektor relative tertinggal 4
C. Industri Pengolahan 0.06 20% 0.05 24.32% Sektor maju tapi tertekan 2
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.02 0% 0.07 0.11% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.06 0% 0.06 0.13% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
F. Konstruksi 0.07 10% 0.07 12.54% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.07 11% 0.07 12.04% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
H. Transportasi dan Pergudangan 0.04 5% 0.00 5.92% Sektor maju tapi tertekan 2
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.04 2% 0.04 1.47% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
J. Informasi dan Komunikasi 0.07 4% 0.07 2.85% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.05 2% 0.05 1.77% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
L. Real Estate 0.05 3% 0.05 2.13% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
M,N. Jasa Perusahaan 0.03 0% 0.03 0.09% Sektor maju dan tumbuh pesat 1
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.05 4% 0.06 2.26% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
P. Jasa Pendidikan 0.07 3% 0.07 2.36% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.08 1% 0.08 0.58% Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat 3
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.04 1% 0.03 0.57% Sektor relative tertinggal 4
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 0.05 100% 0.05 100.00%
PDRB Per kapita (y)
Laju yi < y
yi > y
Catatan : Pertumbuhan (r)

Kuadran 1 = Sektor Maju Dan Tumbuh Pesat


ri > r (Kuadran II) (Kuadran I)
Kuadran 2 = Sektor Maju Tapi Tertekan Daerah Berkembang Cepat Daerah Cepat Maju dan
Cepat Tumbuh
Kuadran 3 = Sektor Potensial Atau Masih Dapat Berkembang Dengan Pesat
ri < r (Kuadran III) (Kuadran IV)
Kuadran 4 = Sektor Relatif Tertinggal Daerah Relatif Tertinggal Daerah Maju Tapi Tertekan

KLASSEN TYPOLOGY
Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Alat analisis ini dapat digunakan melalui dua
pendekatan, yang pertama adalah dengan pendekatan sektoral sedangkan pendekatan yang kedua adalah dengan pendekatan wilayah/daerah seperti yang untuk mengetahui klasifikasi daerah berdasarkan dua indikator
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata PDRB per
kapita sebagai sumbu horizontal. Pendekatan wilayah menghasilkan empat klasifikasi kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai karakteristik pertumbuhan ekonomi yang berbeda yaitu:

1. Daerah maju dan cepat tumbuh (Rapid Growth Region/Kuadran I)

Daerah maju dan cepat tumbuh (Rapid Growth Region) adalah daerah yang mengalami laju pertumbuhan PDRB dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata seluruh daerah. Pada dasarnya daerah-
daerah tersebut merupakan daerah yang paling maju, baik dari segi tingkat pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan. Biasanya daerah-daerah ini merupakan daerah yang mempunyai potensi pembangunan yang
sangat besar dan telah dimanfatkan secara baik untuk kemakmuran masyarakat setempat.

2. Daerah berkembang cepat (Growing Region / Kuadran II)


Daerah berkembang cepat (Growing Region) pada dasarnya adalah daerah yang memiliki potensi pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara baik. Oleh karena itu, walaupun tingkat pertumbuhan
ekonominya tinggi namun tingkat pendapatan per kapitanya, yang mencerminkan tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Karena di masa
mendatang daerah ini diperkirakan akan mampu berkembang pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju.

3. Daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region / Kuadran III).

Kemudian daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region) adalah daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada di bawah rata-rata dari seluruh daerah. Ini berarti bahwa baik
tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di daerah ini tidak akan berkembang di masa mendatang. Melalui
pengembangan sarana dan prasarana perekonomian daerah berikut tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat diperkirakan daerah ini secara bertahap akan dapat pula mengejar ketertinggalannya
(Sjafrizal,1997).

4. Daerah maju tapi tertekan (Retarted region/Kuadran IV)

Daerah maju tapi tertekan (Retarted Region) adalah daerah-daerah yang relatif maju tetapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan.
Karena itu, walaupun daerah ini merupakan daerah telah maju tetapi di masa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak akan begitu cepat , walaupun potensi pembangunan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar

INDEKS WILIAMSON

Dalam kasus ini ketimpangan ekonomi diukur dengan Indeks Williamson yang digunakan untuk melihat persentase ketidakmerataan dimulai dari 0 sampai 1. Dari data diatas terlihat bahwa perkembangan
ketimpangan ekonomi di wilayah-wilayah yang ada di provinsi Lampung cenderung bervariasi satu sama lainnya. Dari 13 kabupaten dan 2 kota madya yang ada diprovinsi Lampung terdapat 5 kabupaten/kota yang
memiliki indeks ketimpangan diatas rata-rata yaitu kabupaten Tulang Bawang, Bandar Lampung, Lampung Tengah, Mesuji dan kabupaten Lampung Selatan, sementara 10 kabupaten/kota lagi memiliki indeks
ketimpangan di bawah rata-rata.yaitu kabupaten Lampung Barat, Pesawaran, Pringsewu, Way Kanan, Lampung Timur, Lampung Utara, Metro, Pesisir Barat, Tulang Bawang Barat, dan kabupaten Tanggamus.
Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat tingkat ketimpangan pendapatan perkapita kabupaten/kota diprovinsi Lampung relative lebih besar dibangdingkan dengan Lampung. Tabel dibawah ini menunjukkan hasil
perhitungan ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota diprovinsi Lampung dari tahun 2017 - 2021.
Jika dilihat dari rata-rata indeks Williamson dirovinsi Lampung selama tahun 2017 - 2021. Provinsi yang indeksnya tertinggi berada di kabupaten Tulang Bawang (53.625.254,33) dan diikuti oleh Bandar Lampung
(52.958.038). Sementara indeks rata-rata terendah berada dikabupaten Lampung Barat (23.059.643,75). Ini berarti ketimpangan paling tinggi selama tahun 2017 – 2021 diprovinsi Lampung berada pada kabupaten Tulang
Bawang dan paling paling rendah pada kabupaten Lampung Barat.

HASIL PERHITUNGAN INDEKS WILIAMSON ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017-2021

Nama
2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata
Kabupaten/Kota
Lampung Barat 20504816 22020487 23404088 23614681 24714990 23.059.643.75
Tanggamus 22868022 24535780 26034307 24224635 25297765 25.185.569
Lampung Selatan 38601740 41625302 44129169 41704922 43307952 43.047.347.67
Lampung Timur 35176788 38475985 39797485 36710498 38323275 38.277.086
Lampung Tengah 48319770 52172319 55368656 48861769 50315555 51.515.326.67
Lampung Utara 33545008 36066710 38512596 37549879 39212125 38.424.866.67
Way Kanan 27400047 29378161 31022091 29594040 30746033 30.454.054.67
Tulang Bawang 45086321 48366068 51065626 53691359 56118778 53.625.254.33
Pesawaran 32109199 34428270 36433510 34047403 34965125 35.148.679.33
Pringsewu 24589373 26202959 27851928 27563217 28666813 28.027.319.33
Mesuji 45089162 49011125 51934466 45812389 47414096 48.386.983.67
Tulang Bawang Barat 36611195 39562991 41859787 39971513 41571981 41.134.427
Pesisir Barat 25880838 27855760 30246494 28889489 30062936 29.732.973
Bandar Lampung 49298498 53002954 56217749 50753356 51903009 52.958.038
Metro 33634916 35671429 37683219 37361032 38737510 37.927.253.67
Provinsi Lampung 20504816 22020487 39437411.4 37356678.8 38757196.2 38.460.321.52
Dari tabel diatas menunjukkan angka indeks ketimpangan PDRB perkapita antar wilayah di provinsi Lampung selama periode 2017-2021 yaitu rata-rata 38460321.52 . Jika dilihat dari angka indeksnya terlihat jarak yang
cukup jauh antara wilayah yang tingkat ketimpangannya paling tinggi dengan wilayah yang tingkat ketimpangannya terendah selama lima tahun terakhir, yang berarti ketimpangan yang terjadi provinsi Lampung tidaklah
merata dan terjadi gap yang cukup lebar antara wilayah yang kaya dengan wilayah yang miskin. Kecenderungan ketimpangan yang terjadi di provinsi Lampung tidaklah merata dan terjadi gap yang cukup lebar antara
wilayah yang kaya dengan wilayah yang miskin, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

GRAFIK INDEKS WILIAMSON ANTAR WILAYAH DI PROVINSI LAMPUNG, TAHUN 2017-2021

Provinsi Lampung
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
1 2 3 4 5 6

Provinsi Lampung

Anda mungkin juga menyukai