Disusun Oleh :
Muklisha Dewi K 7111417070
Muhammad Alfareza 7111417087
Ristu Kurniawati 7111417106
Hestin Astuninggar 7111417118
Tahun
Lapangan Usaha
2014 2015 2016
1.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,59 1,58 1,61
2.Pertambangan dan penggalian 2,00 1,94 1,62
3.Industri pengolahan 0,80 0,81 0,82
4.Pengadaan Listrik dan Gas 0,21 0,21 0,22
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0,88 0,87 0,87
6.Konstruksi 0,64 0,64 0,64
7.Perdagangan Besar dan Eceran 1,00 0,99 0,97
8.Transportasi dan Pergudangan 1,40 1,39 1,42
9.Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,91 0,91 0,91
10.Informasi dan Komunikasi 0,76 0,76 0,77
11. Jasa Keuangan dan Auransi 0,82 0,82 0,82
12. Real Estate 0,68 0,68 0,70
13. Jasa Perusahaan 1,01 1,01 1,00
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jamsos Wjib 0,98 0,97 0,97
15. Jasa Pendidikan 1,36 1,36 1,38
16. Jas kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,13 1,14 1,14
17. Jasa Lainnya 1,16 1,16 1,13
Analisis Shift-Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau
produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebh besar
(regional atau nasional). Analisis ini digunakan untuk melengkapi analisis LQ yang telah dilakukan
sebelumnya.
Analisis Shift-Share diterapkan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah
dengan memperhatikan perekonomian daerah dengan memperhatikan perekonomian daerah yang
lebih tinggi (nasional). Perhitungan analisis Shift-Share dilakukan dengan menggunakan variabel
regional PDRB sektoral Kabupaten Boyolali dan PDB sektoral Provinsi Jawa Tengah. Pengamatan
dilakukan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2014 sampai dengan 2016.
Kriteria pengukuran Shift-Share, apabila angka Cij menunjukkan hasil yang positif maka
dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor ekonomi yang kompetitif atau
menujukkan nilai competitive advantages suatu wilayah. Sebaliknya apabila nilai angka Cij
menunjukkan hasil yang negatif maka dapat simpulkan sektor tersebut bukan sektor ekonomi yang
kompetitif.
Modifikasi terhadap analisis Shift-Share Klasik oleh Esteban-Marquillas membagi komponen
keunggulan menjadi keunggulan kompetitif karena adanya homothetic employment (Cij) dan
keunggulan kompetitif karena efek alokasi (Aij). Sedangkan modifikasi terhadap analisis Klasik oleh
Archelus adalah mengganti keunggulan kompetitif dengan sebuah komponen yang disebabkan oleh
pertumbuhan wilayah (Rij) dan sebuah komponen bauran industri regional (Rlij).
Hasil perhitungan Shift-Share Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa selama tahun 2014
sampai 2016, perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali sebesar Rp 198.063.360. Dan nilai PDRB
sektoral Kabupaten Boyolali telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut
tumbuh sebesar 10,00 %. Sedangkan perekonomian nasional Provinsi Jawa Tengah tumbuh sebesar
7,92 %. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional (Nij), bauran
industri (Mij) dan keunggulan kompetitif (Cij).
Masih terdapat dua komponen lain yang memberikan pengaruh yaitu bauran industri dan
keunggulan kompetitif. Komponen bauran industri menyatakan besar perubahan perekonomian
wailayah akibat adanya bauran industri. Dalam perhitungan keunggulan kompetitif dapat dilakukan
melalui tiga cara. Salah satu caranya, yaitu menggunakan analisis Shift-Share Klasik yang
menghasilkan nilai keunggulan kompetitif (Cij). Dari tabel diatas terlihat bahwa perekonomian
Kabupaten Boyolali selama periode 2014 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 8.420.581,143.
Peningkatan kinerja perekonomian di Kabupaten Boyolali tersebut dapat dilihat dari sektor – sektor
yang bernilai positif dimana sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan sebesar 8.022.921,726. Selain sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan, terdapat sektor – sektor yang memiliki keunggulan kompetitif yaitu diantaranya sektor
Industri Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Kontruksi, sektor Transportasi dan
Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor
Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, dan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Nilai tersebut juga mengindikasikan bahwa keunggulan kompetitif yang dihasilkan akan
menambah atau meningkatkan perkembangan perekonomian Kabupaten Boyolali. Kenaikan
pertumbuhan sektor – sektor di Kabupaten Boyolali disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, pengaruh bauran industri dan pengaruh
keunggulan kompetitif, untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut :
A. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah (Nij)
Pengaruh pertumbuhan ekonomi sektor atau industri di Provinsi Jawa Tengah (Nij)
terhadap pertumbuhan ekonomi sektor atau industri di Kabupaten Boyolali memberikan
kontribusi positif sebesar Rp 18.8619.970,9. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi sektor
Kabupaten Boyolali dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan relatif sektor di tingkat
provinsi menunjukkan bahwa secara rata – rata sektor atau industri yang berada ditingkat
kabupaten lebih tinggi dari sektor atau industri ditingkat provinsi.
B. Pengaruh Bauran Industri (Mij)
Pengaruh bauran industri (Mij) dalam perekonomian di Provinsi Jawa Tengah
memberikan kontribusi positif sebesar Rp 1.022.807,961. Dilihat dari output yang dihailkan
bauran industri sebagian sektor memiliki dampak positif dan negatif. Nilai positif mempunyai
arti bahwa tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari petumbuhan sektor secara keseluruhan
atau mengindikasikan bahwa komposisi sektor pada PDRB Kabupaten Boyolali akan
mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh relatif cepat.
Dapat dilihat dalam tabel diatas, sektor – sektor yang mendapat pengaruh bauran
industri yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Transportasi dan Pergudangan,
sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa
Keuangan dan Asuransi, sektor Real Estate, sektor Jasa Perusahaan, sektor Jasa Pendidikan,
sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa Lainnya.
C. Pengaruh Keunggulan Kompetitif (Cij)
Keunggulan kompetitif (Cij) disetiap sektor memberikan kontribusi positif sebesar Rp
8.420.581,143.
3. Analisis Klassen Tipology
A. Indeks Williamson
Indeks Williamson
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 - 2016
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata ketimpangan PDRB Per Kapita antar
Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2014 – 2016 mencapai nilai
0,032967. Ketimpangan antar Kabupaten yang terjadi ini cenderung meningkat. Pada tahun
2014 nilai Indeks Williamson sebesar 0,0296278 naik menjadi 0,03474503 pada tahun 2015.
Lalu meningkat kembali pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,03452817.
Secara umum, nilai Indeks Williamson Kabupaten di provinsi Jawa Tengah selama
periode tahun 2014 – 2016 mengalami kecenderungan meningkat meskipun tidak besar. Dapat
digambarkan melalui grafik dibawah ini.
Indeks Williamson
0,036
0,034
0,032
0,03 Indeks
Williamson
0,028
0,026
1 2 3
Nilai Indeks Williamson antar tahun di Provinsi Jawa Tengah jika dilihat secara rata –
rata tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita antar tahun mengalami
ketimpangan yang relatif kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai kesenjangan yang terjadi antar
Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2014 – 2016.
Pada tahun 2014, nilai Indeks Entropi Theil sebesar 1,212888 yang mana hal ini
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan yang ada di Jawa Tengah pada tahun
2014 adalah relatif tinggi. Pada tahun 2015 nilai dari Indeks Entropi Theil mengalami
penurunan yaitu sebesar 1,148396. Namun pada tahun 2016 nilai Entropi Theil mengalami
sedikit kenaikan yaitu sebesar 1,151004. Angka tersebut menunjukan bahwa tingkat
ketimpangan yang ada di Jawa Tengah relatif tinggi.
Untuk memudahkan melihat pergerakan nilai Indeks Theil dari tahun ke tahun dapat
dilihat gambar dibawah ini. Grafik tersebut memperlihatkan pergerakan nilai Theil yang
menurun namun mengalami sedikit kenaikan kembali. Adapaun rata – rata nilai Indeks Theil
yaitu sebesar 1,170763.
Indeks Entropi Theil
1,25
1,2
Indeks Entropi
1,15
Theil
1,1
1 2 3
5. Analisis Skalogram
Perhubungan &
Pendidikan Sarana Perdagangan Kesehatan Komunikasi
Jml Tmpt Puskes Rmh Jml
Kecamatan Pddk SD TK Pesantren SLTP SMU SMK Pertokoan Pasar Kios Restoran Ibadah mas Skt Jembatan Wartel Fasilitas Jml Unit Rangking
Boyolali 68373 38 52 3 9 6 6 13 6 1156 455 347 3 4 77 0 14 2175 1
Simo 45649 32 28 3 4 2 6 3 4 1141 296 418 1 1 17 0 14 1956 2
Ngemplak 84717 33 48 4 5 1 1 18 5 1086 311 318 1 1 30 0 14 1862 3
Mojosongo 52429 35 29 3 5 1 2 7 7 898 359 290 1 1 11 0 14 1649 4
Nogosari 65580 33 38 3 5 1 1 2 3 1074 140 313 1 0 13 0 13 1627 5
Karanggede 38963 25 23 6 5 3 2 10 6 978 126 342 1 1 39 0 14 1567 6
Andong 55337 37 26 15 7 2 4 10 15 691 121 401 1 1 8 0 14 1339 7
Ampel 78279 43 38 3 9 2 4 4 4 546 193 451 2 0 13 0 13 1312 8
Wonosegoro 50720 31 27 5 6 1 2 2 9 600 50 461 2 0 8 0 13 1204 9
Cepogo 56250 35 33 7 3 1 1 3 4 599 118 358 1 0 36 0 13 1199 10
Musuk 56705 45 38 5 4 1 1 6 7 543 74 322 2 0 33 0 13 1081 11
Teras 44631 26 30 3 3 2 2 8 4 560 154 240 1 0 46 0 13 1079 12
Sambi 42688 33 30 3 5 2 2 5 5 547 17 329 2 1 10 0 14 991 13
Banyudono 49355 33 36 2 3 1 1 10 6 562 118 178 2 1 21 0 14 974 14
Kemusu 40604 26 17 1 4 1 1 2 7 519 99 279 2 0 5 0 13 963 15
Klego 40588 26 21 2 4 2 2 4 4 382 109 333 2 0 1 0 13 892 16
Sawit 30753 22 19 3 3 0 1 8 2 403 186 185 2 1 7 0 13 842 17
Selo 29408 22 17 6 2 0 1 6 3 310 19 132 1 0 15 0 12 534 18
Juwangi 32661 24 19 6 4 1 1 5 4 119 50 158 1 0 26 0 13 418 19
Jumlah Tipe 19 19 19 19 17 19 19 19 19 19 19 19 9 15 0 250
Jumlah Unit 599 569 83 90 30 41 145 124 12733 3014 5855 29 12 416 0
Keterangan :
Jumlah unit tertinggi = 2175
Jumlah unit terendah = 418
Perhitungan Hierarki :
2175 – 418 = 1757
2757 : 3 = 585,66 dibulatkan menjadi 586
Wilayah Kabupaten dengan Hierarki terbesar adalah di Kecamatan Boyolali (Hierarki I) sebagai Ibu Kota Kabupaten, pusat pemerintahan,
dan pusat pendidikan. Selain itu, Kecamatan Boyolali memiliki peringkat ke 3 dengan jumlah penduduk terbesar yaitu mencapai 68.373 jiwa.
Wilayah ini memiliki sarana dan prasarana yaang memadai mulai dari fasilitas pendidikan, peribadatan dan perdagangan dan jasa. Kecamatan
Boyolali merupakan wilayah sebagai pusat kota dan wilayah yang sedang dalam pengembangan jaringan jalah dan pembangunan infrastruktur. Hal
itu menyebabkan Kecamatan Boyolali sebagai pusat kegiatan di Kabupaten Boyolali yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang tersedia.
Disusul Kecamatan Andong (Hierarki II) sebagai pusat perdagangan dengan jumlah pasat terbanyak yaitu 15. Sedangkan wilayah dengan
hierarki paling rendah (Hierarki III) yaitu Kecamatan Juwangi. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut jauh dari pusat kota dan belum memiliki
fasilitas selengkap wilayah lainnya di Kabupaten Boyolali.
Hasil Pembobotan Berdasarkan Analisi Location Quotient (LQ), Shift-Share Di
Kabupaten Boyolali Periode 2014 - 2016
Pada tabel diatas dapat dilihat peringkat masing – masing lapangan usaha hasil pembobotan
berdasarkan analisis Location Quetient (LQ) dan Shift-Share dimana berdasarkan peringkat tertinggi
hasil pembobotan yang paling unggul atau prima adalah sektor Pertanian, Perhutanan dan Perikanan.
Sektor Pertanian menjadi paling unggul di Kabupaten Boyolali dikarenakan potensi sektor
yang dimiliki oleh Kabupaten Boyolali cukup besar. Keadaan topografi yang bervariasi yang
mendukung untuk melakukan pengembangan sektor pertanian, baik untuk sub sektor tanaman bahan
makanan maupun sub sektor lainnya. Dalam Kabupaten Boyolali terdapat dua daerah yaitu daerah
dalam dataran tinggi dan dataran rendah. Daerah yang termasuk dalam dataran tinggi lebih cocok
digunakan untuk budidaya tanaman jenis sayur – sayuran (wortel, kobis, sawi, dan bayam) dan
budidaya di bidang peternakan (sapi). Sedangkan daerah dalam dataran rendah relatif cocok untuk
ditanami tanaman padi dan palawija serta pengembangan sub sektor kehutanan (tanaman sengon dan
mahoni).
Hal ini juga didukung dengan pengembangan pertanian organik yang terus diupayakan dan
dikembangkan guna menambah nilai PDRB daerah. Ketersediaan lahan pertanian dan sumber air di
Kabupaten Boyolali juga mendukung unggulnya sektor pertanian yang berkelanjutan. Sektor
pertanian merupakan andalan pemerintah daerah Kabupaten Boyolali yang termasuk kedalam sektor
prima ( sektor yang memiliki kontribusi besar sekaligus laju pertumbuhan yang positif). Walaupun
sudah termasuk kedalam sektor prima, pemerintah tidak boleh semata – mata menggampangkan
sektor ini. Hasil ini hendaknya menjadi acuan bagi pemerintah setempat agar dapat terus menyajikan
strategi atau kebijakan untuk kinerja sektor pertanian masa mendatang. Salah satunya melalui adopsi
teknologi pertanian dan teknologi pasca panen serta akses yang mudah bagi para petani untuk
memperoleh saprodi diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivas usaha tani.
Selain itu, dari sisi sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan mengingat sebagian besar
petani Kabupaten Boyolali masih menerapkan teknis budidaya konvensinal. Upaya peningkatan
kualitas SDM dapat dilakukan dengan pemerataan dan aktivasasi melalui penyuluhan intensif,
pendampingan dan pembinaan mulai dari on farm sampai off farm. Kolaborasi dengan sektor
perekonomian lainnya juga diperlukan antara lain sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan
Besar dan Eceran untuk memperkuat pangsa pasar komoditas pertanian dan produk olahannya.
Melalui peningkatan internal sektor pertanian dan sinergitas dengan sektor perekonomian lainnya
diharapkan kinerja sektor pertanian dapat meningkat dan mampu mempertahankan posisi saat ini di
sektor prima.
Kabupaten Boyolali menyimpan potensi sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya
potensi perikanan yang luar biasa di Kabupaten Boyolali. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali
ikut andil dalam menjaga dan melestarikan potensi ikan yang ada melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan (Disnakkan) dengan membangunan Boyolali Aquatik di kawasan obyek wisata Tlatar.
Pembangunan Boyolali Aquatik ini untuk menggairahkan kembali minat warga, memberikan daya
tarik warga Boyolali untuk dapat menikmati wahana yang disediakan. Balai Benih Ikan (BBI)
terpadu tidak hanya memproduksi benih ikan tetapi juga produksi berbagai jenis ikan termasuk ikan
hias dan juga edukasi.
Perikanan di Kabupaten Boyolali meningkat, setelah adanya Wadung Kedung Ombo (WKO)
yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan sistem karamba jaring apung, serta waduk lainnya
yang dimanfaatkan sebagai usaha budidaya ikan oleh masyarakat sendiri. Kabupaten Boyolali sendiri
memiliki potensi perikanan dengan komoditas unggulan berupa ikan lele, ikan mas, dan ikan nilai,
serta ikan air tawar jenis lainnya. Produksi perikanan di Kabupaten Boyolali selalu bagus, hal ini
tercermin dari pola capaian air tawar yang selalu bagus dalam mensuplai kebutuhan masyarakat
Boyolali.
Selain itu, Kabupaten Boyolali telah mendapat berbagai penghargaan lomba, diantaranyaa
Juara II Nasional Lomba Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Juara II Nasional Lomba
Cipta Menu Ikan Garut Lele, dan Juara I Masak Ikan Kudapan Tingkat Jawa Tengah. Diharapkan
pemerintah melakukan langkah – langkah sinergi dan harmonitas di sektor perikanan. Pemerintah
dapat memberikan bantuan – bantuan seperti benih ikan, pakan ikan, dan pinjaman modal agar
pembudidaya ikan dapat lebih sejahtera lagi sehingga Kabupaten Boyolali diharapkan dapat menjadi
teladan dalam kualitas mutu produk perikanan air tawar yang berdaya saling tinggi di tingkat
nasional.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam makalah makalah analisis ini, maka
dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa nilai Location
Quotient tertinggi pada sektor Pertambangan dan Penggalian dimana nilai LQ sebesar (2,00),
(1,94), dan (1,62). Sedangkan LQ terendah adalah pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas
dimana nilai LQ sebesar (0,21), (0,21), dan (0,22). Berdasarkan pengataman, sektor yang
mempunyai nilai LQ > 1 pada tahun 2013 sampai 2015 terdapat sektor yang mengalami
penurunan. Sektor yang memiliki nilai LQ > 1 sebanyak tujuh sektor diantaranya yaitu sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Jasa
Pendidikan, sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial, sektor Pertambangan dan penggalian,
sektor Jasa Perusahaan, dan Jasa Lainnya.
2. Hasil analisis Shif-Share menunjukkan bahwa peningkatan kinerja perekonomian di Kabupaten
Boyolali dapat dilihat dari sektor – sektor yang bernilai positif dimana sektor yang memberikan
kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 8.022.921,726.
Selain sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, terdapat sektor – sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif yaitu diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik
dan Gas, sektor Kontruksi, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Real Estate, sektor Jasa
Pendidikan, dan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
3. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, terdapat empat sektor yang termasuk kategori
sektor prima, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Transportasi dan
Pergudangan, sektor Jasa Pendidikan, dan sektor Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor – sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki laju
pertumbuhan cepat dan kontribusinya yang besar terhadap PDRB Kabupaten Boyolali.
4. Berdasarkan hasil analisis Entrophi Theiil dan Williamson menunjukkan pendapatan antar
tahun di Provinsi Jawa Tengah pada periode tahun 2014 – 2016 mengalami ketimpangan /
disparitas antar tahun di Jawa Tengah tergolong rendah namun menunjukkan kecenderungan
meningkat. Meskipun menunjukkan peningkatan, nilai Indeks Williamson berada dibawah nilai
batas ambang 0,5 yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antar tahun di Kabupaten
Boyolali rendah.