Agus Tohir
1810101012
Novia Tri Utami
1810101024
Eddo Gama Saputra
1810101067
Siti Afifatul Farichah
1910101087
Abstrak
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya dan strategi dalam
mengatasi pengangguran di Kabupaten Magelang. Hasil analisis menunjukkan penyebab
terjadinya pengangguran di Kabupaten Magelang adalah masih rendahnya tingkat
pendidikan, rendahnya keterampilan dan pengalaman yang dimiliki, dan tidak sebandingnya
antara pencari kerja dan lahan pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten
Magelang sebesar 3,12 persen naik dari Agustus 2018 yang sebesar 2,91 persen. Jumlah
angkatan kerja di Kabupaten Magelang pada Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu orang,
bertambah sebanyak 41,19 ribu orang dibanding Agustus 2018. Komponen pembentuk
Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang
bekerja pada Agustus 2019 sebanyak 717,9 ribu orang, bertambah sebanyak 38,4 ribu
orang dibanding setahun yang lalu. Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 23,1
ribu orang, mengalami kenaikan sekitar 2,7 ribu orang dibanding setahun yang lalu. Strategi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pengangguran di Kabupaten Magelang
adalah dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Magelang,
meningkatkan keterampilan dan pengalaman, serta memperluas lapangan pekerjaan.
Pendahuluan
Pengangguran merupakan hal dimana menjadi permasalahan disetiap negara.
Misalkan, di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Jerman, dll memiliki
masalah pengangguran. Hanya saja berbeda dengan negara berkembang, dimana jumlah
pengangguran jumlahnya masih sangat banyak. Pada dasarnya pengangguran harus
segera dikurangi atau dihindari, karena memiliki dampak yang negatif terhadap bangsa
tersebut. Pengangguran juga mengindikasikan bahwa gagalnya tingkat produksi suatu
negara, yang tidak mencapai tingkat maksimum.
Pengangguran juga memiliki dampak yang diterima oleh dirinya sendiri, misalkan
dia tidak mempunyai pendapatan sehingga individu tersebut tidak bisa memenuhi
kebutuhaanya sendiri. Dengan begitu masalah baru akan muncul, dimana aksi kriminal,
pencopetan terjadi. Tingginya tingkat pengangguran terjadi karena kegagalan pembangunan.
Jika pengangguran terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan krisis sosial,
dan masalah sosial. Masalah sosial yang timbul bisa dilihat dimana banyaknya anak-
anak usia sekolah, tetapi mereka malah turun kejalanan untuk mengemis atau mengamen.
Hal tersebut terjadi bisa terjadi, misalkan orang tua anak tersebut merupakan seorang
pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2016 menurut BPS (Badan
Pusat Statistik) sekitar 7.02 juta orang, data tersebut lebih rendah dibanding tahun 2015 yang
jumlah pengangguran sebanyak 7.45 juta orang.
Secara teori, apabila masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan
penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja tentunya dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Dari penjelasan
itu dapat dikatakan bahwa dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi),
maka tingkat kemiskinan juga rendah.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di kabupaten Magelang selalu
mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2020. Dengan jumlah penduduk setiap
tahunnya meningkat maka kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang padat
penduduk, maka akan menambah jumlah pengangguran di kabupaten Magelang.
6 6.22
5.98
5 5.16
4 4.47 4.27
3
2.89 3.07
2 2.44
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019 2020
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab tingginya angka
pengangguran di Kabupaten Magelang dan Bagaimana strategi atau solusi yang tepat dalam
menangani atau mengurangi persoalan pengangguran di Kabupaten Magelang.
Tinjauan Pustaka
Pengangguran
Angkatan kerja
Menurut BPS angkatan kerja adalah penduduk dengan umur kerja yang ingin bekerja
maupun sedang mencari pekerjaan. Menurut UU No. 20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2,
angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau
mempunyai pekerjaan. Sedangkan menurut Sumarsono, angkatan kerja adalah bagian
penduduk yang sanggup dan bersiap untuk menjalankan suatu pekerjaan
Berdasarkan struktur usia, penduduk pada usia 15-64 termasuk kedalam usia kerja dan
bukan usia kerja. Sedangkan penduduk pada usia 0-14 termasuk kedalam usia non produktif
dan usia ≥ 65 termasuk kedalam lanjut usia. Penduduk yang termasuk kedalam usia kerja
hanya mereka yang mencari pekerjaan atau bekerja yang masuk angkatan kerja. Sedangkan
sebagian penduduk yang tidak bekerja tidak termasuk kedalam angkatan kerja. Angkatan
kerja yang termasuk dalam kategori bekerja apabila minimum bekerja selama 1 jam selama
seminggu lalu untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan
adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang
mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Meskipun
demikian, tidak semua angkatan kerja mendapatkan lapangan kerja, sehingga mereka inilah
yang disebut pengangguran.
Pendidikan
Menurut (Todaro. 2004), permintaan Pendidikan dipengaruhi dua hal, yaitu pertama
harapan seorang siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di
masa yang akan datang baik bagi siswa ataupun keluarganya dimana biaya pendidikan yang
ada ditanggung oleh siswa dan keluarganya. Yang kedua, dari penawaran jumlah sekolah di
berbagai jenjang Pendidikan yang lebih banyak ditemui pada proses politik yang sering tidak
berkaitan dengan kriteria ekonomi.
Pendidikan merupakan salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia yang
dinamakan dengan Human Capital (teori modal manusia). Investasi pendidikan dapat dinilai
stok manusia, dimana nilai stok manusia setelah mengikuti pendidikan dengan berbagai jenis
dan bentuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai yang berupa
peningkatan penghasilan, peningkatan produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional
individu dibandingkan sebelum mengenyam pendidikan.
Teori modal manusia menjelaskan proses pendidikan memiliki pengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi. Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia
dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah,
akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih
rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang
memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional
akan lebih tinggi.
Penduduk
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
agama, jenis kelamin, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Para ahli membedakan antara ilmu kependudukan (demografi) dengan sstudi tentang
kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk
dan Grafien – tulisan yang diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah
tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor
tersebut berubah dari waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan
yang bersifat kualitatif. Demografi yang bersifat kuantitatif lebih banyak menggunakan
hitungan-hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih
banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-
studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-
masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya
3. Edyson Susanto (2017), dalam penelitiannuya yang berjudul pengaruh inflasi dan
pendidika terhadap pengangguran dan kemiskinan. Dalam penelitian ini Inflasi
berpengaruh langsung dan signifikan terhadap pengangguran di Kota Samarinda.
Pendidikan berpengaruh langsung terhadap Pengangguran di Kota Samarinda,
meningkatnya Penduduk yang tamat SMA dari tahun ke tahun namun lapangan
pekerjaan semakin sulit di Peroleh sehingga penduduk yang mempunyai tingkat
pendidikan SMA sederajat semakin bersaing ketat dalam memperoleh pekerjaan.
Angkatan kerja mencerminkan jumlah penduduk yang secara aktual siap memberikan
kontribusi terhadap produksi barang dan jasa di suatu wilayah/negara. Jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Magelang pada Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu orang, bertambah
sebanyak 41,19 ribu orang dibanding Agustus 2018. Komponen pembentuk Angkatan
Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada
Agustus 2019 sebanyak 717,9 ribu orang, bertambah sebanyak 38,4 ribu orang dibanding
setahun yang lalu. Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 23,1 ribu orang,
mengalami kenaikan sekitar 2,7 ribu orang dibanding setahun yang lalu.
Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga mengalami kenaikan. TPAK pada Agustus 2019 tercatat sebesar 74,55 persen,
naik 3,27 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan indikasi
adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar
kerja. Berbagai kebijakan pemerintah terkait penciptaan lapangan kerja masih
menyisakan PR dalam menekan tingkat pengangguran, ditunjukkan oleh TPT yang
bergerak naik dari 2,91 persen pada Agustus 2018 menjadi 3,12 persen pada Agustus 2019.
Dilihat dari jenis kelamin, pada tahun 2019 TPT perempuan cenderung lebih
tinggi dibanding TPT laki-laki. Pada Agustus 2019, TPT perempuan sebesar 3,30
persen, sedangkan TPT laki-laki hanya 2,99 persen. Dibandingkan setahun yang lalu,
kondisi tingkat pengangguran laki-laki mengalami penurunan sebesar 0,22 persen poin
sedangkan perempuan mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen poin.
Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2019, TPT untuk lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar
8,65 persen. TPT tertinggi berikutnya pada penduduk berpendidikan Sekolah Menengah
Atas (Umum) sebesar 5,54 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang
berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMA Kejuruan. Mereka yang berpendidikan
rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, hal ini dapat dilihat dari TPT SD
ke bawah yang tercatat paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar
1,12 persen. Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, beberapa jenjang pendidikan
mengalami penurunan angka TPT yaitu jenjang SMP, SMA Umum, Diploma I/II/III dan
Universitas,
Kesimpulan
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Magelang Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu
orang, bertambah 4,2 ribu orang dibanding Agustus 2018. Sejalan dengan itu Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 74,55 persen.
Dalam setahun terakhir, secara absolut pengangguran bertambah sekitar 2,7 ribu
orang, kenaikan pengangguran jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan jumlah
penduduk yang bekerja . Angka TPT Agustus 2019 naik sebesar 0,21 poin persen
dibandingkan dengan Agustus 2018 menjadi 3,12 persen. TPT tertinggi berada pada
kelompok penduduk dengan pendidikan tamatan SMK, yaitu sebesar 8,65 persen.
Franita, R. (2016). Analisa pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(3),
88-93.
Muslim, M. R. (2014). Pengangguran terbuka dan determinannya. Jurnal Ekonomi & Studi
Pembangunan, 15(2), 171-181.
Saputra, W. A., & Mudakir, Y. B. (2011). Analisis pengaruh jumlah penduduk, pdrb, ipm,
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Universitas Diponegoro).