Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGANGGURAN DI KABUPATEN MAGELANG

Agus Tohir
1810101012
Novia Tri Utami
1810101024
Eddo Gama Saputra
1810101067
Siti Afifatul Farichah
1910101087

Abstrak
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya dan strategi dalam
mengatasi pengangguran di Kabupaten Magelang. Hasil analisis menunjukkan penyebab
terjadinya pengangguran di Kabupaten Magelang adalah masih rendahnya tingkat
pendidikan, rendahnya keterampilan dan pengalaman yang dimiliki, dan tidak sebandingnya
antara pencari kerja dan lahan pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten
Magelang sebesar 3,12 persen naik dari Agustus 2018 yang sebesar 2,91 persen. Jumlah
angkatan kerja di Kabupaten Magelang pada Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu orang,
bertambah sebanyak 41,19 ribu orang dibanding Agustus 2018. Komponen pembentuk
Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang
bekerja pada Agustus 2019 sebanyak 717,9 ribu orang, bertambah sebanyak 38,4 ribu
orang dibanding setahun yang lalu. Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 23,1
ribu orang, mengalami kenaikan sekitar 2,7 ribu orang dibanding setahun yang lalu. Strategi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pengangguran di Kabupaten Magelang
adalah dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Magelang,
meningkatkan keterampilan dan pengalaman, serta memperluas lapangan pekerjaan.

Kata Kunci : Pengangguran, Angkatan Kerja, Pendidikan, Penduduk

Pendahuluan
Pengangguran merupakan hal dimana menjadi permasalahan disetiap negara.
Misalkan, di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Jerman, dll memiliki
masalah pengangguran. Hanya saja berbeda dengan negara berkembang, dimana jumlah
pengangguran jumlahnya masih sangat banyak. Pada dasarnya pengangguran harus
segera dikurangi atau dihindari, karena memiliki dampak yang negatif terhadap bangsa
tersebut. Pengangguran juga mengindikasikan bahwa gagalnya tingkat produksi suatu
negara, yang tidak mencapai tingkat maksimum.

Pengangguran juga memiliki dampak yang diterima oleh dirinya sendiri, misalkan
dia tidak mempunyai pendapatan sehingga individu tersebut tidak bisa memenuhi
kebutuhaanya sendiri. Dengan begitu masalah baru akan muncul, dimana aksi kriminal,
pencopetan terjadi. Tingginya tingkat pengangguran terjadi karena kegagalan pembangunan.
Jika pengangguran terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan krisis sosial,
dan masalah sosial. Masalah sosial yang timbul bisa dilihat dimana banyaknya anak-
anak usia sekolah, tetapi mereka malah turun kejalanan untuk mengemis atau mengamen.
Hal tersebut terjadi bisa terjadi, misalkan orang tua anak tersebut merupakan seorang
pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2016 menurut BPS (Badan
Pusat Statistik) sekitar 7.02 juta orang, data tersebut lebih rendah dibanding tahun 2015 yang
jumlah pengangguran sebanyak 7.45 juta orang.

Secara teori, apabila masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan
penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja tentunya dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Dari penjelasan
itu dapat dikatakan bahwa dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi),
maka tingkat kemiskinan juga rendah.

Kabupaten Magelang merupakan Kabupaten yang menghasilkan jumlah


pengangguran yang cukup tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Dengan banyaknya jumlah
penduduk ditambah lagi adanya perguruan di sekitar kabupaten/kota Magelang,
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang ada. Dengan banyaknya para
pendatang dari seluruh Indonesia yang datang mencari ilmu ke Kabupaten Magelang
yang dapat menimbulkan masalah baru pada Kabupaten Magelang.X
Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang
1320000
1299859
1300000
1280000 1268396
1257123
1260000
1245496
1240000 1233695
1221681 Jumlah Penduduk
1220000 1209375
1200000 1196917
1181723
1180000
1160000
1140000
1120000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2020

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di kabupaten Magelang selalu
mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2020. Dengan jumlah penduduk setiap
tahunnya meningkat maka kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang padat
penduduk, maka akan menambah jumlah pengangguran di kabupaten Magelang.

Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Magelang, 2011-2020


8
7 7.45
Pengangguran Terbuka

6 6.22
5.98
5 5.16
4 4.47 4.27
3
2.89 3.07
2 2.44

1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019 2020

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel tingkat pengangguran terbuka kabupaten Magelang di atas,


menunjukkan bahwa kabupaten Magelang memiliki tingkat pengangguran terbuka yang
cenderung meningkat bahkan beberapa tahun terakhir ini, pada tahun 2017 sebesar 2,44%,
dan tahun 2018 naik menjadi 2,89% hingga tahun 2020 meningkat menjadi 4,27%.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab tingginya angka
pengangguran di Kabupaten Magelang dan Bagaimana strategi atau solusi yang tepat dalam
menangani atau mengurangi persoalan pengangguran di Kabupaten Magelang.

Tinjauan Pustaka
Pengangguran

Menurut badan pusat statistic (BPS) pengangguran (unemployment) adalah penduduk


yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha
baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum
mulai bekerja. Sedangkan menurut sukirno (1994) pengangguran (unemployment)
merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja ingin
memperoleh pekerjaan akan tetapi belum mendapatkannya. Penyebab terjadinya
pengangguran adalah kurangnya pengeluaran agregat.

Pengangguran (unemployment) merupakan masalah makroekonomi yang berpengaruh


secara langsung dalam kelangsungan hidup manusia. Ketika seseorang kehilangan pekerjaan
akan mempengaruhi penurunan standart kehidupan keluarga. Sebab untuk bertahan hidup
manusia harus bekerja untuk memenuhi setiap kebutuhannya, sehingga pengangguran
menjadi topik perbincangan dan perdebatan.

Pada teori kependudukan Malthus berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk


cenderung melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Menurutnya, penduduk tumbuh
secara “deret ukur” sedangkan persediaan makanan tumbuh secara “deret hitung”. Pada
tesisnya, Malthus menekankan bahwa penduduk tumbuh secata tidak terbatas sehingga
mencapai bata persediaan makanan. Malthus menyimpulkan bahwa kuantitas manusia akan
terjerumus ke dalam kemiskinan kelaparan. Dalam janngka panjang tidak ada kemajuann
teknologi yang mampuu mengalihkan keadaan karena kenaikan supply makanan terbatas
sedangkan “pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir
makanan untung menjaga kelangsungan hidup manusia”.

Malthus menyatakan bahwa penduduk bertumbuh secara tak terbatas hingga


mencapai batas persediaan makanan, dalam hal ini menimbulkan manusia saling bersaing
dalam menjamin kelangsungan hidupnya dengan cara mencari sumber makanan, dengan
persaingan ini maka akan ada sebagian manusia yang tersisih serta tidak mampu lagi
memperoleh bahan makanan. Pada masyarakat modern diartikan bahwa semakin pesatnya
jumlah penduduk akan menghassilkan tenaga kerja yang semakin banyak pula, namun hal ini
tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang ada. Karena jumlah kesempatan yang sedikit
itulah maka manussia saling bersaing dalam memperoleh pekerjaan dan yang tersisih dalam
persaingan tersebut menjadi golongan penganggur.

Angkatan kerja

Menurut BPS angkatan kerja adalah penduduk dengan umur kerja yang ingin bekerja
maupun sedang mencari pekerjaan. Menurut UU No. 20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2,
angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau
mempunyai pekerjaan. Sedangkan menurut Sumarsono, angkatan kerja adalah bagian
penduduk yang sanggup dan bersiap untuk menjalankan suatu pekerjaan

Berdasarkan struktur usia, penduduk pada usia 15-64 termasuk kedalam usia kerja dan
bukan usia kerja. Sedangkan penduduk pada usia 0-14 termasuk kedalam usia non produktif
dan usia ≥ 65 termasuk kedalam lanjut usia. Penduduk yang termasuk kedalam usia kerja
hanya mereka yang mencari pekerjaan atau bekerja yang masuk angkatan kerja. Sedangkan
sebagian penduduk yang tidak bekerja tidak termasuk kedalam angkatan kerja. Angkatan
kerja yang termasuk dalam kategori bekerja apabila minimum bekerja selama 1 jam selama
seminggu lalu untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan
adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang
mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Meskipun
demikian, tidak semua angkatan kerja mendapatkan lapangan kerja, sehingga mereka inilah
yang disebut pengangguran.

Pendidikan

Menurut (Todaro. 2004), permintaan Pendidikan dipengaruhi dua hal, yaitu pertama
harapan seorang siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di
masa yang akan datang baik bagi siswa ataupun keluarganya dimana biaya pendidikan yang
ada ditanggung oleh siswa dan keluarganya. Yang kedua, dari penawaran jumlah sekolah di
berbagai jenjang Pendidikan yang lebih banyak ditemui pada proses politik yang sering tidak
berkaitan dengan kriteria ekonomi.
Pendidikan merupakan salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia yang
dinamakan dengan Human Capital (teori modal manusia). Investasi pendidikan dapat dinilai
stok manusia, dimana nilai stok manusia setelah mengikuti pendidikan dengan berbagai jenis
dan bentuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai yang berupa
peningkatan penghasilan, peningkatan produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional
individu dibandingkan sebelum mengenyam pendidikan.

Teori modal manusia menjelaskan proses pendidikan memiliki pengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi. Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia
dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah,
akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih
rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang
memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional
akan lebih tinggi.

Penduduk

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
agama, jenis kelamin, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Para ahli membedakan antara ilmu kependudukan (demografi) dengan sstudi tentang
kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk
dan Grafien – tulisan yang diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah
tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor
tersebut berubah dari waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan
yang bersifat kualitatif. Demografi yang bersifat kuantitatif lebih banyak menggunakan
hitungan-hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih
banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-
studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-
masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya

Hasil penelitian terdahulu

1. Riska Franita (2016), dalam penelitian yang berjudul analisis pengangguran di


Indonesia. Peneliti mengungkapkan keadaan pengangguran dengan berbagai
penyebabnya. Dapat disimpulkan Pemerintah harus segera tanggap dan Cepat dalam
memecahkan permasalah Pengangguran yang semakin Meningkat. Pemerintah harus
meningkatkan Pelatihan – pelatihan kepada masyarakat, Dalam meningkatkan jiwa
kewirausahaan, Memperluas usaha kecil menengah, agar mereka dapat mandiri secara
ekonomi. Angka pengangguran akan berkurang seiring dengan perbaikan ekonomi
yang dilakukan pemerintah. Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga
pendidikan di dalam dan diluar negri untuk dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkompeten.

2. Muhdar (2015), dalam penelitiannya yang berjudul potret ketenagakerjaan,


pengangguran, dan kemiskinan di Indonesia: masalah dan solusi. Dalam penilian
dapat disimpulkan bahwa penanganan masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di
Indonesia dilakukan dengan pendekatan sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter dan
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri dan sinergisitas kebijakan
Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Sedangkan penangangan masalah kemiskinan dilakukan melalui
pengembangan strategi dan program penanggulangan kemiskinan.

3. Edyson Susanto (2017), dalam penelitiannuya yang berjudul pengaruh inflasi dan
pendidika terhadap pengangguran dan kemiskinan. Dalam penelitian ini Inflasi
berpengaruh langsung dan signifikan terhadap pengangguran di Kota Samarinda.
Pendidikan berpengaruh langsung terhadap Pengangguran di Kota Samarinda,
meningkatnya Penduduk yang tamat SMA dari tahun ke tahun namun lapangan
pekerjaan semakin sulit di Peroleh sehingga penduduk yang mempunyai tingkat
pendidikan SMA sederajat semakin bersaing ketat dalam memperoleh pekerjaan.

Hasil dan Pembahasan


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,12 persen naik dari Agustus 2018
yang sebesar 2,91 persen.

Angkatan kerja mencerminkan jumlah penduduk yang secara aktual siap memberikan
kontribusi terhadap produksi barang dan jasa di suatu wilayah/negara. Jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Magelang pada Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu orang, bertambah
sebanyak 41,19 ribu orang dibanding Agustus 2018. Komponen pembentuk Angkatan
Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada
Agustus 2019 sebanyak 717,9 ribu orang, bertambah sebanyak 38,4 ribu orang dibanding
setahun yang lalu. Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 23,1 ribu orang,
mengalami kenaikan sekitar 2,7 ribu orang dibanding setahun yang lalu.

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga mengalami kenaikan. TPAK pada Agustus 2019 tercatat sebesar 74,55 persen,
naik 3,27 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan indikasi
adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan yang signifikan antara TPAK


laki-laki dan TPAK perempuan. Pada Agustus 2019, TPAK laki-laki tercatat sebesar 85,09
persen sementara TPAK perempuan hanya mencapai 64,08 persen. Dibandingkan dengan
kondisi setahun yang lalu TPAK laki-laki mengalami kenaikan 4,52 persen poin dan
TPAK perempuan mengalami kenaikan sebesar 2,05 persen poin.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar
kerja. Berbagai kebijakan pemerintah terkait penciptaan lapangan kerja masih
menyisakan PR dalam menekan tingkat pengangguran, ditunjukkan oleh TPT yang
bergerak naik dari 2,91 persen pada Agustus 2018 menjadi 3,12 persen pada Agustus 2019.

Dilihat dari jenis kelamin, pada tahun 2019 TPT perempuan cenderung lebih
tinggi dibanding TPT laki-laki. Pada Agustus 2019, TPT perempuan sebesar 3,30
persen, sedangkan TPT laki-laki hanya 2,99 persen. Dibandingkan setahun yang lalu,
kondisi tingkat pengangguran laki-laki mengalami penurunan sebesar 0,22 persen poin
sedangkan perempuan mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen poin.

Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2019, TPT untuk lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar
8,65 persen. TPT tertinggi berikutnya pada penduduk berpendidikan Sekolah Menengah
Atas (Umum) sebesar 5,54 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang
berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMA Kejuruan. Mereka yang berpendidikan
rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, hal ini dapat dilihat dari TPT SD
ke bawah yang tercatat paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar
1,12 persen. Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, beberapa jenjang pendidikan
mengalami penurunan angka TPT yaitu jenjang SMP, SMA Umum, Diploma I/II/III dan
Universitas,

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan hampir diseluruh daerah.


Permasalahan terjadi karena dampak dari pengangguran berpengaruh terhadap berbagai
sektor pemerintahan khususnya sektor ekonomi. Solusi penyelesaian permasalahan
pengangguran bisa didapatkan jika penyebab pengangguran sudah diketahui.

Penyebab Pengangguran di Kabupaten Magelang adalah:

 Rendahnya tingkat pendidikan.


 Rendahnya keterampilan dan pengalaman yang dimiliki.
 Tidak sebandingnya antara pencari kerja dan lahan pekerjaan.
 Faktor-faktor lain.

Strategi dalam Mengurangi Persoalan Pengangguran di Kabupaten Magelang.


Beberapa strategi untuk mengurangi pengangguran berdasarkan penyebab pengangguran di
Kabupaten Magelang adalah :

1. Meningkatkan Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kebumen Solusi


meningkatkan tingkat pendidikan dapat dilakukan dengan cara memperbanyak
beasiswa pendidikan. Beasiswa pendidikan tersebut tidak hanya dari dana APBD
namun dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama berbagai rekanan perusahaan,
yayasan ataupun organisasi yang mempunyai program beasiswa pendidikan.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman Tingginya tingkat pendidikan tentunya
meningkatkan keterampilan dan pengalaman. Namun selain tingkat pendidikan, perlu
diadakan pelatihan-pelatihan kerja yang akan meningkatkan keterampilan dan
pengalaman.
3. Memperluas lapangan pekerjaan Lapangan pekerjaan diperluas dengan menumbuhkan
potensi wirausahawan yang ada didaerah-daerah contohnya dengan UMKM.
Dukungan terhadap UMKM dapat diwujudkan dengan cara bantuan modal usaha,
diadakan pameran UMKM dan bantuan promosi hasil UMKM, dll.

Kesimpulan
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Magelang Agustus 2019 sebanyak 741,1 ribu
orang, bertambah 4,2 ribu orang dibanding Agustus 2018. Sejalan dengan itu Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 74,55 persen.

Dalam setahun terakhir, secara absolut pengangguran bertambah sekitar 2,7 ribu
orang, kenaikan pengangguran jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan jumlah
penduduk yang bekerja . Angka TPT Agustus 2019 naik sebesar 0,21 poin persen
dibandingkan dengan Agustus 2018 menjadi 3,12 persen. TPT tertinggi berada pada
kelompok penduduk dengan pendidikan tamatan SMK, yaitu sebesar 8,65 persen.

Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pengangguran di Kabupaten


Magelang adalah dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Magelang,
meningkatkan keterampilan dan pengalaman, serta memperluas lapangan pekerjaan.
Daftar Pustaka
Alghofari, F., & Pujiyono, A. (2011). Analisis tingkat pengangguran di Indonesia tahun
1980-2007 (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

BPS Kabupaten Magelang. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Magelang Agustus


2019. https://magelangkab.bps.go.id

BPS Kabupaten Magelang. (2020). Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang, 2010-2020.


https://magelangkab.bps.go.id/

BPS Kabupaten Magelang. (2020). Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Magelang,


2011-2020. https://magelangkab.bps.go.id/

Derian Dwi Permana. 2018. Analisis Pengangguran Di Yogyakarta. akultas Ekonomi


Universitas Islam Indonesia

Franita, R. (2016). Analisa pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(3),
88-93.

Mahsunah, D. (2013). Analisis pengaruh jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran


terhadap kemiskinan di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).

Muhdar, H. M. (2015). Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dankemiskinandi Indonesia:


Masalah Dan Solusi. Al-Buhuts, 11(1), 42-66.

Muslim, M. R. (2014). Pengangguran terbuka dan determinannya. Jurnal Ekonomi & Studi
Pembangunan, 15(2), 171-181.

Riska Franita. 2016. Analisa Pengangguran Di Indonesia. Nusantara ( Jurnal Ilmu


Pengetahuan Sosial ). Vol. 1.

Saputra, W. A., & Mudakir, Y. B. (2011). Analisis pengaruh jumlah penduduk, pdrb, ipm,
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Universitas Diponegoro).

Soleh, A. (2017). Masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmiah


Cano Ekonomos, 6(2), 83-92.

Suaidah, I. (2013). Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pengangguran Di


Kabupaten Jombang. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).
Susanto, E., Rochaida, E., & Ulfah, Y. (2018). Pengaruh inflasi dan pendidikan terhadap
pengangguran dan kemiskinan. Inovasi, 13(1), 19-27.

Anda mungkin juga menyukai