Anda di halaman 1dari 6

Esai Permasalahan Ekonomi di Surabaya

Mikael Gabe Pahala Tambunan

Anuradha 12

Nomor Absen 19

I. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah termasuk negara berkembang, pada negara


berkembang banyak yang harus dilakukan dan diperhatikan dengan fokus oleh
pemerintahan dalam melakukan pengembangan dan perwujudan dalam
mencapai suatu negara yang lebih maju. Dari upaya-upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia untuk membangun suatu negara yang lebih maju
seperti dengan lebih memperhatikan masalah pembangunan suatu negara
seperti halnya masalah kemiskinan, masalah distribusi pendapatan, masalah
pembangunan manusia, masalah utang luar negeri dan banyak lagi masalah
yang bisa menghambat kemajuan suatu negara berkembang.

Dengan mengambil contoh suatu kota, seperti Kota Surabaya adalah kota
terbesar kedua setelah Jakarta yang termasuk Ibukota Indonesia, semakin
besar kota tersebut semakin banyak masalah yang sangat signifikan yang bisa
dan akan menghambat jalannya pertumbuhan ekonomi.

Seperti halnya masalah penduduk yang menganggur akibat dari jumlah


penduduk yang sangat melonjak tinggi dan melonjaknya angka kelahiran yang ada
di Kota Surabaya tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang berada di
Kota Surabaya tersebut. Dengan melonjaknya angka kelahiran yang ada pada
Kota Surabaya tersebut semakin banyaknya masalah yang bisa menghambat suatu
pembangunan perkonomian yang berhubungan langsung atau secara tidak
langsung dengan masalah kemiskinan yang terjadi pada daerah tersebut.
Namun hingga saat ini masalah kemiskinan masih saja belum terselesaikan
dengan baik. Kemiskinan yang terjadi di kota Surabaya sungguhlah sangat serius
dan wajib menjadi perhatian pemerintah kota Surabaya. Dengan banyaknya
anggota keluarga yang kurang memenuhi kehidupan dan kebutuhan hidupnya
secara layaknya. Penyelesaian problem kemiskinan menjadi salah satu prioritas
Pemkot Surabaya hingga kini. Namun, alih-alih angka kemiskinan berkurang,
namun justru bertambah. Padahal, intervensi anggaran yang disediakan pemkot
dari tahun ke tahun terus naik.

Berdasar data Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas), angka


kemiskinan di Surabaya tak kunjung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Pada
2008, penduduk miskin di kota ini terdata 113 ribu KK (kepala keluarga). Data
ini juga dipakai acuan pemerintah pada program raskin 2011.

Dalam rapat koordinasi yang diadakan Badan Perencanaan dan


Pembangunan Kota (Bappeko) kemarin (4/2), masalah kemiskinan di Surabaya
menjadi problem krusial yang harus segera diselesaikan. "Harus dicari apa yang
salah. Intervensi pemerintah dari tahun ke tahun semakin tinggi anggarannya,
namun jumlah penduduk miskin belum juga berkurang," kata Kapala Bappeko Tri
Rismaharini yang juga menjabat sebagai Walikota Surabaya. Menurut Risma,
selama ini begitu banyak program bantuan yang diberikan pemerintah untuk
mengentas masyarakat miskin. Lembaga yang menangani pun beragam. Namun,
program tersebut seolah lebih bersifat amal . "Bantuan yang telah diberikan tetap
tidak bisa mengentas kemiskinan secara mendasar," ujarnya.
Perlu dicari faktor yang melatarbelakangi mengapa masyarakat sulit
dientaskan dari kemiskinan. Seorang warga miskin yang butuh pendidikan tak
bisa disamakan dengan warga miskin yang membutuhkan beras khusus warga
miskin . Karena itu, pemberian bantuan kemiskinan akan didasarkan pada tingkat
kebutuhan masyarakat miskin. Pemkot akan menyusun kriteria kemiskinan secara
khusus. Kriteria yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dianggap ada yang
tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Surabaya sekarang. Kriteria yang dipakai
pemkot cenderung sesuai dengan kriteria kemiskinan produk Chumbers. Yakni,
masyarakat miskin, rentan miskin, tak berdaya, terisolasi, dan punya intensitas
sakit tinggi. Dengan demikian, bantuan kemiskinan tak harus selalu berhubungan
pada masalah pangan, tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan seseorang yang
bersangkutan.

Banyaknya intervensi bantuan yang diberikan lembaga-lembaga donor


atau pemerintah juga membingungkan masyarakat. Misalnya, raskin dan biaya
operasional sekolah (BOS). Menurut saya sebaiknya hanya ada satu lembaga aja
yang menaungi masalah kemiskinan. Lembaga tersebut bertugas memantau secara
intens perkembangan sasaran keluarga miskin (gakin) .Dengan begitu ada progres
dalam pengentasan kemiskinan. (NRP 3610100070)

Angka dan garis kemiskinan serta jumlah penduduk miskin kota surabaya
tahun 2010-2014

Kemiskinan 2013 2014

Angka Kemiskinan (%) 6 5.79

Garis Kemiskinan (Rp) 372511 393151

Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 169.4 164.36


Dengan mengedepankan transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan
anggaran pembangunan daerah. Sejak menjadi Kepala Bina Program Kota
Surabaya, Risma dikenal telah mulai mempelopori penggunaan sistem e-
procurement untuk melelang pekerjaan yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Dengan sistem lelang yang memanfaatkan internet ini,
Surabaya akhirnya berhasil menarik perhatian kota-kota lain untuk belajar tentang
pengelolaan anggaran pembangunan yang lebih transparan.

II. PEMBAHASAN
Namun hingga saat ini masalah kemiskinan masih saja belum
terselesaikan dengan baik. Kemiskinan yang terjadi di kota Surabaya
sungguhlah sangat serius dan wajib menjadi perhatian pemerintah kota
Surabaya. Dengan banyaknya anggota keluarga yang kurang
memenuhi kehidupan dan kebutuhan hidupnya secara layaknya.
Penyelesaian problem kemiskinan menjadi salah satu prioritas Pemkot
Surabaya hingga kini. Namun, alih-alih angka kemiskinan berkurang,
namun justru bertambah. Padahal, intervensi anggaran yang disediakan
pemkot dari tahun ke tahun terus naik. Berdasarkan data Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BAPEMNAS), angka kemiskinan di
Surabaya tak kunjung berkurang dalam tiga tahun terakhir.

Dalam rapat koordinasi yang diadakan Badan Perencanaan dan


Pembangunan Kota (Bappeko) kemarin (4/2), masalah kemiskinan di
Surabaya menjadi problem krusial yang harus segera diselesaikan.
"Harus dicari apa yang salah. Intervensi pemerintah dari tahun ke
tahun semakin tinggi anggarannya, namun jumlah penduduk miskin
belum juga berkurang," kata Kapala Bappeko Tri Rismaharini yang
juga menjabat sebagai Walikota Surabaya. Menurut Risma, selama ini
begitu banyak program bantuan yang diberikan pemerintah untuk
mengentas masyarakat miskin. Lembaga yang menangani pun
beragam. Namun, program tersebut seolah lebih bersifat amal.
III. PEMECAHAN MASALAH
Masalah ini harus di perhatikan matang-matang oleh
pemerintah kota Surabaya, karena jika tidak maka angka kenaikan
akan terus bertambah setiap tahunnya. Masalah ini bisa di
pecahkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang ada di
Surabaya, serta menambah kuota dana bos, selain itu dengan
menaikkan lapangan kerja yang ada di surabaya dengan cara
mengajak para pembisnis yang ada di Surabaya untuk membuka
lapangan kerja. Sehingga angka penggangguran dapat berkurang,
jika angka penganguran berkurang, maka kemiskinan juga bisa
berkurang atau teratasi dengan baik. Sehingga kehidupan
masyarakat kota surabaya dapat hidup dengan enak atau dengan
sejahtera.

IV. KESIMPULAN
Angka kemiskinan sangat mempengaruhi perekonomian atau
kesejahteraan masyarakat. Jika angka kemiskinan terus menaik,
maka Indonesia tidak bisa mencapai keinginannya untuk
mengurangi atau meniadakan kemiskinan di Indonesia. Jika angka
kemiskinan di Indonesia berkurang, maka masyarakat juga dapat
hidup dengan sejahtera atau layak dan bangsa Indonesia dapat
membayarkan hutang yang telah di pakai untuk pembangunan,
serta seumpama angka kemiskinan berkurang maka juga banyak
anak yang tidak mampu dapat bersekolah dan tidak perlu lagi
memikirkan biaya untuk pendidikan lanjut seperti kuliah. Saya
menyadari dengan giatnya saya belajar dan bisa membuat lapangan
kerja, berarti saya juga membantu Indonesia menyukseskan dalam
bentuk SDG dan membantu menyejahterakan bangsa Indonesia.
V. DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/firdhael/kemiskinan-di-surabaya-yang-tak-
kunjung-usai_550b07a0a33311cf1c2e3c0f

https://surabayakota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/511

https://geotimes.co.id/kolom/risma-dan-program-pengentasan-
kemiskinan/

Anda mungkin juga menyukai