Anda di halaman 1dari 81

PROFIL KESEHATAN KAB.

SEMARANG
2019

BAB I
DEMOGRAFI

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang adalah salah satu Kabupaten otonom di Provinsi Jawa


Tengah secara geografis terletak pada posisi 110º 14’ 54,75” - 110º 39” 3” Bujur
Timur dan 7º 3 ’57 “ - 7º 30 ’0 “ Lintang Selatan, dengan batas-batas administratif
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
2. Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang
4. Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal
5. Bagian Tengah : Terletak Kota Salatiga

1
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Luas wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 hektar atau sekitar 2,92%
dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif wilayah Kabupaten Semarang
terdiri dari 19 Kecamatan yang terdiri dari 208 desa dan 27 Kelurahan.
Kabupaten Semarang diuntungkan secara geografis mengingat posisinya yang
strategis terletak di jalur-jalur penghubung segitiga pusat perkembangan wilayah
Jogjakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar). Posisi strategis tersebut merupakan
kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah.

A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan data dari Disdukcapil Kabupaten Semarang pada akhir tahun 2019,
Jumlah penduduk Kabupaten Semarang adalah 1.034.331 jiwa dengan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 517.748 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
516.565 jiwa. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Semarang mengalami
peningkatan yang tergambar dalam tabel berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2015 – 2018
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2015 499.066 497.280 996.346
2016 503.539 502.138 1.005.677
2017 506.754 504.881 1.011.635
2018 512.269 510.154 1.022.423
2019 517.748 516.565 1.034.313
Sumber : - Dispendukcapil Kabupaten Semarang Tahun 2015 – 2019

Berikut adalah sebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten


Semarang, dimana jumlah penduduk terbanyak ada di wilayah kecamatan Ungaran
Barat sebanyak 79.261 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit ada di Kecamatan
Bancak sebanyak 24.533 jiwa

2
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 1.2 : Sebaran Penduduk berdasarkan Kecamatan tahun 2019


90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000 Jumlah
Penduduk
20,000
10,000 jumlah KK
-

Sumber: Disdukcapil Kabupaten Semarang

Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan dapat dilihat


pada grafik piramida penduduk berdasarkan kelompok umur di bawah ini dimana
jumlah penduduk terbesar ada pada kelompok umur 35-39 tahun sebanyak 86.813
jiwa . Jumlah laki-laki pada kelompok umur tersebut sebanyak 43.231 jiwa dan
perempuan sebanyak 43.582 jiwa.
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Semarang tahun 2019 adalah sebesar 100,23 yang
berarti bahwa dalam 100 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan
atau dapat diartikan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sama. Sedangkan
perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif (usia 15 – 64 ) tahun dengan
usia non-produktif (usia 0 – 14 dan 65 + ) tahun menghasilkan Angka Beban
Tanggungan (Dependency Ratio) sebesar 43,73. Angka Beban Tanggungan ini
termasuk tinggi yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus
menanggung 44 penduduk usia produktif

3
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Ganbar 1.3. Piramida penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
di Kabupaten Semarang Tahun 2019

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
10 08 06 04 02 00 02 04 06 08 10

PEREMPUAN LAKI-LAKI

Sumber: Disdukcapil Kabupaten Semarang

B. KEADAAN EKONOMI
Berdasarkan Buku Tinjauan Ekonomi Kabupaten Semarang Nilai Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku Kabupaten Semarang tahun 2018 sebesar
46.229.865,77 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang sebesar
42.615.817,45 rupiah.
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu 5,65
persen pada tahun 2017 meningkat menjadi 5,79 persen pada tahun 2018 yaitu
tertinggi pada kategori informasi dan komunikasi dan jasa lainnya.
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Semarang akibat proses pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2014-2018 tidak terlepas dari dua faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir.
Sedangkan factor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.

4
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Tingkat Kemiskinan adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Angka Kemiskinan di Kabupaten
Semarang dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2018 cenderung menurun.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki pengeluaran perkapita perbulan
dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan di Kabupaten Semarang pada tahun
2018 sebesar Rp. 341.576,- per kapita perbulan. Pada tahun 2018 angka kemiskinan
di Kabupaten Semarang sebesar 7,29 persen menurun dibandingkan dengan tahun
2017 sebesar 7,78 persen. Sedangkan penduduk miskin juga mengalami penurunan
dari 79,66 ribu jiwa pada tahun 2017 menjadi 75,67 ribu jiwa pada tahun 2018.

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Dalam pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa” dimana tujuan ini dapat terwujud melalui
pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu indikator penentu indeks
pembangunan masyarakat. Pendidikan masyarakat dapat diukur dengan berbagai
indikator yaitu dengan perhitungan indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Indikator Rata-rata lama sekolah menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia
(SDM) yang diukur dalam aspek pendidikan, Semakin tinggi nilainya semakin tinggi
mutu SDM suatu masyarakat.
Secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten terus membaik. Hal ini
ditunjukan dengan semakin meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS).

5
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 1.4. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk


15 tahun ke atas Kabupaten Semarang
tahun 2015-2018

8.5

8 7.87 7.88
7.48
7.5 7.33

6.5

5.5

5
2015 2016 2017 2018
Sumber. Statistik Pendidikan Kab. Semarang 2018

Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 sebesar 7,88
tahun, hal ini berarti bahwa penduduk di Kabupaten Semarang baru bisa menikmati
pendidikan rata-rata sampai kelas 1 SMP. Rata-rata Lama sekolah di Kabupaten
Semarang mengalami peningkatan tiap tahunnya yang tergambar dalam grafik di
atas. Hal ini disebabkan karena keadaan ekonomi dan kesadaran masyarakat atau
fasilitas pendidikan yang semakin berkembang, selain itu dalam dunia kerja adanya
syarat pendidikan terendah adalah SMA sederajat semakin mendorong masyarakat
untuk melanjutkan pendidikan sampai dengan jenjang SMA sederajat.
Kemampuan membaca dan menulis penduduk berumur 15 tahun ke atas adalah
ukuran kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu. Tinggi
rendahnya angka buta huruf suatu masyarakat mencerminkan kualitas SDM
Masyarakat tersebut.

6
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 1.5. Grafik Angka Melek Huruf (AMH)


Kabupaten Semarang Tahun 2015-2018

97.7
98

97

96 95.33
95.13
95 Angka Melek Huruf
93.91
94

93

92
2015 2016 2017 2018

Sumber. Statistik Pendidikan Kab. Semarang 2018

Angka melek Huruf (AMH) di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 adalah 97,7
persen meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa hanya 2,23
persen saja penduduk Kabupaten Semarang yang belum bisa membaca dan menulis.
Angka Partisipasi Sekolah juga dapat menggambarkan berapa banyak penduduk
usia pendidikan yang bersekolah menurut kelompok umur sekolah atau jenjang
pendidikan tertentu. Ada tiga jenis indikator yang memberikan gambaran mengenai
partisipasi sekolah yaitu angka Partisipasi Sekolah (APS), angka Partisipasi Kasar
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
APS secara umum dikategorikan menjadi 4 kelompok umur yaitu umur 7-12 tahun
mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, 16-18
tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK dan 19-24 tahun mewakili umur
setingkat perguruan tinggi.

7
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 1.6. Grafik Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Kabupaten Semarang Tahun 2018
120%
100% 97.20%
100%

80% 74.39%

60%

40%

19.73%
20%

0%
APS 7-12 tahun APS 13-15 tahun APS 16-18 tahun APS 19-24 tahun

Sumber : Potret Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Semarang 2019

Gambar 1.7. Angka Partisipasi Murni (APM)


Kabupaten Semarang Tahun 2018
100 95.18 93.02
91.95
90 81.83
80 75.02 74.98
70 62.3
60 56.97
2016
50 45.95
2017
40
2018
30
20
10
0
APM SD sederajat APM SMP Sederajat APM SMA sederajat

Sumber : Potret Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Semarang 2019

8
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

APM merupakan perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya. Indikator
tahun 2018 nilai APM untuk SD sederajat 95,18 persen, SMP sederajat 81,83% dan SMA
sederajat 60,67 persen.
Sedangkan Angka Partisipasi Kasar menunjukan jumlah penduduk yang bersekolah pada
usia tertentu pada jenjang pendidikan yang sesuai. NIlai APK yang melebihi 100%
menunjukan masih adanya penduduk yang cepat bersekolah (penduduk usia 7 tahun yang
sudah bersekolah) atau terlambat bersekolah (penduduk usia lebih dari 12 tahun masih
bersekolah SD sederajat). Secara umum nilai APK mengalami kenaikan dari tahun ketahun
tergambar dalam gambar berikut ini .

Gambar 1.8. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut tingkat pendidikan di


Kabupaten Semarang Tahun 2016-2018
120
107.06 106.37
103.03 102.3 101.99
97.53
100
82.92
78.73
80 71.41
2016
60
2017

40 2018

20

0
APK SD sederajat APK SMP sederajat APK SMA sederajat

Sumber : Potret Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Semarang 2019

D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


IPM tersusun dari tiga aspek dasar pembangunan manusia yaitu aspek kesehatan
yang bermakna mempunyai umur panjang diwakili oleh indikator harapan hidup,
aspek pendidikan yang digambarkan oleh indikator harapan lama sekolah dan rata-
rata lama sekolah serta dimensi perekonomian yang bermakna kehidupan yang

9
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

layak digambarkan dengan kemampuan daya beli. Ketiga aspek tersebut dianggap
mampu untuk merepresentasikan pembangunan manusia di suatu wilayah.
Perkembangan komponen kesehatan digambarkan dengan indikator angka harapan
hidup. AHH adalah perkiraan bnayaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
selama hidup. Pada tahun 2018 AHH Kabupaten Semarang meningkat menjadi
75,62 tahun dibandingkan tahun 2017 sebesar 75,57 tahun.
Perkembangan komponen pendidikan meliputi dua indikator yaitu Angka harapan
lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Sedangkan komponen kedua yaitu Rata-rata Lama sekolah yang didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk untuk bersekolah formal. Nilai
RLS Kabupaten semarang pada tahun 2018 adalah 7,88 tahun yang bermakna
penduduk kabupaten Semarang usia 25 tahun ke atas hanya mampu bersekolah
hingga menjelang kelas 8 (kelas 2 SMP). Sedangkan Nilai HLS pada tahun 2018
sebesar 12,85 yang menjelaskan bahwa anak-anak di Kabupaten Semarang yang
baru duduk dibangku Sekolah dasar (SD) pada tahun 2018 diharapkan akan mampu
terus bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi semester 1.
Perkembangan komponen yang terakhir adalah kemampuan daya beli masyarakat
yaitu untuk melihat dimensi ekonomi suatu wilayah. Daya beli merupakan
kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uang untuk barang dan jasa yang
dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan
dapat menaikan atau menurunkan daya beli masyarakat. Paritas daya beli
masyarakat di Kabupaten Semarang tahun 2018 sebesar Rp. 11.807.000,-
meningkat dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh semakin
membaiknya kondisi ekonomi penduduk atau semakin beragamnya barang/jasa
yang dapat dibeli masyarakt termasuk dalam hal memperoleh pendidikan dan
kesehatan.

10
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 1.9. Perkembangan IPM Kabupaten Semarang


Tahun 2014 - 2018
74

73.61

73.2
73

72.4

72
71.89
71.65

71
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber. Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Semarang 2019

Perkembangan IPM Kabupaten Semarang setiap tahun meningkat yaitu pada tahun
2018 mencapai 73,61 dimana angka tersebut masuk dalam kategori Tinggi.

11
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB II

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DAN UKBM

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


1. Akreditasi Puskesmas
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi
standard akreditas. Akreditasi Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber
daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kinerja
puskesmas.
Akreditasi Puskesmas dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.
Puskesmas di Kabupaten Semarang melakukan penilaian akreditasi pertama kali
pada tahun 2016 di 6 (enam) Puskesmas yaitu Pukesmas Ungaran,Puskesmas
Sumowono, Puskesmas Susukan, Puskesmas Suruh, Puskesmas Lerep dan
Puskesmas Tengaran. Kemudian dilanjutkan penilaian akreditasi pada tahun
2017 sebanyak 16 Puskesmas. Tahun 2018 penilaian akreditasi pada 4
Puskesmas. Sedangkan pada tahun 2019 sudah dilakukan penilaian ulang
akreditasi pada 6 Puskesmas.
Adapun strata Akreditasi Puskesmas dari tahun 2016 – 2019 dapat dilihat pada
gambar berikut.

12
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 2.1 Status Akreditasi Puskesmas


Kab. Semarang tahun 2016 - 2019
18
16
16 15

14
12
12
Dasar
10
Madya
8
Utama
6 5 5 5 Paripurna
4 4 4 4
4
2
2 1 1 1 1
0
0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Seksi Yankes dasar dan Rujukan

Pada tahun 2019 telah dilakukan penilaian ulang akreditasi pada 6 (enam )
Puskesmas yang sudah dilakukan penilaian awal pada tahun 2016, status
akreditasi yang didapatkan yaitu 2 puskesmas berstatus paripurna (Sumowono
dan Suruh),dan 4 Puskesmas berstatus Utama ( Lerep, Ungaran,
Tengaran,Susukan). Dari hasil tersebut ada 2 (dua) puskesmas yang bisa
meningkatkan status akreditasinya yaitu Puskesmas Suruh menjadi status
akreditasi Paripurna dan Puskesmas Susukan menjadi berstatus Utama.

2. Puskesmas yang memberikan Pelayanan Sesuai Standar


Penyelenggaraan Puskesmas perlu penataan untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, menjadi suatu hal yang penting bagi setiap
Puskesmas untuk memenuhi standar agar pelayanan dapat dilakukan secara
optimal. Pelayanan terstandar yang harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas yang
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
adalah meliputi beberapa aspek yaitu :

13
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

a. Lokasi
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan seperti geografis,
akses transportasi menjangkau Puskesmas, fasilitas parkir dan keamanan, serta
tidak didirikan di sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
b. Bangunan
Puskesmas dikatakan memiliki pelayanan sesuai standar jika memiliki beberapa
ruang/ruangan yang menunjang kerja Puskesmas. Bangunan-bangunan ini harus
tersedia sehingga pelayanan Puskesmas berjalan secara optimal
c. Prasarana
Puskesmas harus memiliki prasarana yang baik sehingga kegiatan operasional
Puskesmas dapat berjalan dengan baik. Contoh prasarana yang harus dimiliki
Puskesmas diantaranya sistem ventilasi, pencahayaan, sanitasi, listrik,
komunikasi, gas medik, proteksi petir dan kebakaran, pengendalian bising,
sistem transportasi vertical (untuk Puskesmas lebih dari 1 lantai), kendaraan
Puskesmas keliling, dan ambulans. Keberadaan prasarana ini harus dilakukan
perawatan, pemeliharaan, dan pengecekan secara berkala agar keberadaannya
dapat dipastikan berfungsi dengan baik
d. Peralatan
Puskesmas harus memiliki peralatan lengkap dan harus memenuhi persyaratan
standar mutu, kemanan, dan keselamatan, memiliki izin edar serta diuji dan
dikalibrasi secara berkala.
e. Ketenagaan
Sumber daya manusia di Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan. jumlah sumber daya manusia Puskesmas ditentukan
berdasarkan analisis beban kerja, sesuai dengan jumlah pelayanan yang
diberikan, jumlah penduduk di wilayah kerja, pembagian waktu kerja, dll.
Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai standar profesi, standar
pelayanan, standard prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak

14
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

pasien serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan


memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
f. Perizinan dan Registrasi
Puskesmas harus memiliki izin penyelenggaraan yang dikeluarkan pemerintah
daerah setempat dan masih berlaku. Puskesmas juga harus memiliki kode
Puskesmas yang diberikan Pusdatin Kemenkes RI setelah Puskesmas melakukan
registrasi
g. Penyelenggaraan
Puskesmas harus memiliki struktur kerja yang jelas, dimana Kepala Puskesmas
sebagai pemimpin dalam struktur tersebut. Selain itu Puskesmas juga harus
memberikan pelayanan berupa Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP). Di Kabupaten Semarang semua Puskesmas sudah
100 % memberikan pelayanan sesuai standard.
3. Perkembangan Puskesmas Rawat Inap dan Non rawat Inap
Puskesmas Rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya
untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap sesuai pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
Puskesmas Non Rawat inap adalah Puskesmas yang tidak menyelenggarakan
pelayanan rawat inap kecuali pertolongan persalinan normal.

15
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Tabel 2.1 Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Non Rawat Inap
Kabupaten Semarang tahun 2019
No Puskesmas Rawat inap Puskesmas Non rawat Inap
1 Puskesmas Getasan Puskesmas Jetak
2 Puskesmas Tengaran Puskesmas dadapayam
3 Puskesmas Susukan Puskesmas Semowo
4 Puskesmas Kaliwungu Puskesmas Tuntang
5 Puskesmas Suruh Puskesmas Gedangan
6 Puskesmas Pabelan Puskesmas Banyubiru
7 Puskesmas Sumowono Puskesmas Jambu
8 Puskesmas Bringin Puskesmas Ambarawa
9 Puskesmas Bancak Puskesmas Duren
10 Puskesmas Bergas Puskesmas Jimbaran
11 Puskesmas Pringapus Puskesmas Bawen
12 Puskesmas Ungaran
13 Puskesmas Leyangan
14 Puskesmas Kalongan
15 Puskesmas Lerep

Berdasrakan Keputusan Bupati Nomor: 445/0750/2018 tentang Kategori


Puskesmas di Kabupaten Semarang Berdasarkan Karakteristik wilayah Kerja dan
kemampuan Penyelengggaraan, Puskesmas Non rawat inap yang ada di Kabupaten
Semarang sebanyak 15 Puskesmas. Jumlah ini menurun dikarenakan ada 1(satu)
puskesmas yaitu Puskesmas Lerep yang berubah kemampuan penyelenggaraannya
yang semula Puskesmas Rawat inap menjadi Puskesmas Non Rawat Inap.
Selain klasifikasi puskesmas berdasarkan kemampuan penyelengaraannya,
Puskesmas juga dibagi berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya yaitu Puskesmas
Pedesaan, Perkotaan, terpencil dan sangat terpencil. Di Kabupaten Semarang
kategori Puskesmas hanya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Puskesmas Pedesaan
sebanyak 22 puskesmas dan Puskesmas perkotaan sebanyak 4 Puskesmas.

16
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Tabel 2.2 Puskesmas berdasarkan Karakteristik Wilayah


Kabupaten Semarang Tahun 2020

No Puskesmas Pedesaan Puskesmas Perkotaan


1 Puskesmas Getasan Puskesmas Ambarawa
2 Puskesmas Jetak Puskesmas Bergas
3 Puskesmas Tengaran Puskesmas Bawen
4 Puskesmas Susukan Puskesmas Ungaran
5 Puskesmas Kaliwungu
6 Puskesmas Suruh
7 Puskesmas Dadapayam
8 Puskesmas Pabelan
9 Puskesmas Semowo
10 Puskesmas Tuntang
11 Puskesmas Gedangan
12 Puskesmas Banyubiru
13 Puskesmas jambu
14 Puskesmas Sumowono
15 Puskesmas Duren
16 Puskesmas Jimbaran
17 Puskesmas Bringin
18 Puskesmas Bancak
19 Puskesmas Pringapus
20 Puskesmas Kalongan
21 Puskesmas Lerep
22 Puskesmas Leyangan

4. Puskesmas yang Bekerjasama dengan UTD dan RS dalam Pelayanan darah untuk
Menurunkan Angka Kematian ibu (AKI)

Salah satu upaya penurunan angka Kematian Ibu melahirkan adalah dengan
pemenuhan kebutuhan darah bagi ibu melahirkan dengan komplikasi perdarahan.
Karena berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
penyebab kematian di Indonesia didominasi oleh 3 (tiga) penyebab utama yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Untuk mengatasi komplikasi
pedarahan tersebut maka perlu pelayanan darah yang aman dan berkualitas serta
ketersediaan darah sesuai kebutuhan. Berdasarkan data pelayanan darah tahun
2014, produksi darah secara nasional (whole Blood dan komponennya) dalam satu
tahun sebanyak 4,6 juta kantong darah sedangkan rekomendasi WHO

17
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

untukmmemenuhi kebutuhan darah suatu daerah produksi darah minimal 2% dari


jumlah penduduk atau 5 juta kantong darah tiap tahun. Kekurangan ketersediaan
darah tersebut meliputi jenis golongan darah langka yaitu golongan AB, Rhesus
negative dan lainnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peningkatan akses pelayanan darah


yang berkualitas maka perlu dilakukan program kerjasama antara Puskesmas, Unit
Transfusi Daerah dan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan khusunya dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu dan
pemenuhan kekurangan kantong darah dan jenis golongan darah langka. Dalam
kerjasama ini juga diterapkan prinsip portabilitas yaitu dalam pemenuhan darah
tidak mengenal batas wilayah dan juga bermanfaat ganda yaitu jika ketersediaan
darah tidak dipakai oleh ibu bersalin maka pasien lain bisa memakai.

Di Kabupaten Semarang sudah ada kerjasama antara puskesmas dengan Unit


Transfusi Darah (UTD) dan RS yang ditandatangani bersama pada tahun 2017.
Dalam perjanjian kerjasama yang terlibat adalah semua Puskesmas di Kabupaten
Semarang bekerjasama dengan UTD dan 2 (dua) Rumah Sakit (RSUD Ambarawa dan
RSUD Ungaran). Persediaan darah di Kabupaten Darah tidak mengalami kendala
karena kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darah sudah cukup tinggi,
sehingga Pendonor darah yang sudah dipersiapkan yaitu satu ibu hamil harus
menyiapkan 4 calon pendonor darah tidak harus segera mendonorkan darah namun
disesuaikan dengan kebutuhan dan persediaan darah yang ada di UTD. Namun
pendataan calon donor darah tersebut harus tetap dilakukan sebagai upaya
antisipasi.

5. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja dan Olah Raga

Kesehatan kerja adalah Upaya Perlindungan dan Pemeliharaan kesehatan fisik,


mental dan social tenaga kerja di semua pekerjaaan, pencegahan gangguan

18
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

kesehatan tenaga kerja. Sasaran kesehatan kerja yaitu pekerja formal dan pekerja
informal
Kesehatan Olahraga yaitu upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau
latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan sasaran masyarakat dan
prestasi
Pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang sudah terbentuk 77 Pos UKK informal
dengan Pelayanan UKK terintegrasi sebanyak 28 Pos. Pos UKK terbanyak yang
sudah dibentuk adalah di Puskesmas Duren sebanyak 7 Pos UKK

Gambar 2.2 Jumlah Pos UKK di Puskesmas


Kabupaten Semarang Tahun 2019
8 7
7 6 6 6
6
5 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 1
1
0
Susukan
Kaliwungu
Suruh

Pringapus
Jambu

Kalongan
Tuntang

Ungaran
Dadapayam

Banyubiru

Ambarawa

Bergas

Lerep
Semowo

Bancak
Bawen
Getasan

Duren

Bringin
Jetak

Gedangan

Jimbaran
Tengaran

Sumowono

Leyangan
Pabelan

Pos UKK

Kesehatan olahraga di semua puskesmas sudah dilakukan yang meliputi tes


kebugaran Jemaah haji, kesehatan olah raga di masyarakat dan tes kebugaran anak
sekolah tingkat Sekolah Dasar.
Semua Puskesmas di Kabupaten Semarang sudah melakukan tes kebugaran Jemaah
haji, pada tahun 2019 tercatat 683 calon Jemaah haji sudah melakukan tes
kebugaran yang dilaksanakan di masing-masing Puskesmas.

19
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Kesehatan Olah raga di masyarakat yang sudah dilakukan yaitu pembinaan ,


kegiatan olah raga bersama, penyuluhan dan pemeriksaaan kesehatan yang meliputi
pemeriksaaan tekanan darah, berat badan dan pemriksaan laboratorium sederhana.
Tes Kebugaran anak sekolah tingkat SD belum dilaksanakan secara optimal karena
pada tahun 2019 baru 5 Puskesmas saja yang melaksanakan tes kebugaran yaitu
Puskesmas Bancak di 4 sekolah dasar, Puskesmas Gedangan di 2 sekolah dasar,
Puskesmas Ambarawa di 4 Sekolah Dasar , Puskesmas Susukan di 6 sekolah dasar,
Puskesmas tengaran di 2 sekolah dasar. Tes Kebugaran anak sekolah dilakukan
pada murid kelas 4,5 dan 6. Tes kebugaran anak sekolah belum dilakukan di semua
Puskesmas dikarenakan pada tahun 2019 belum semua puskesmas menganggarkan
kegiatan tersebut dan sosialisasi ke Sekolah juga belum maksimal sehingga pihak
sekolah masih ada yang belum mengetahui.

6. Pelayanan Kesehatan Tradisional


Pelayanan kesehatan Tradisional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional
yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. Pelayanan Kesehatan
Tradisional dilaksanakan oleh Penyehat tradisional berdasarkan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh secara turun menurun atau melalui pendidikan non
formal. Cara Pelayanan Kesehatan tradisional empiris dibagi menjadi ketrampilan,
ramuan dan kombinasi dengan memadukan antara penggunaan ramuan dan
ketrampilan.
Di Kabupaten Semarang pada tahun 2019 terdaftar 299 kesehatan tradisonal yaitu
79 kesehatan tradisioanl ramuan dan 220 kesehatan tradisional ketrampilan.

20
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 2.3 Jumlah Pelayanan Kesehatan Tradisional terdaftar


Kabupaten Semarang tahun 2015-2019

250
216 220

200

150 138 138 138

100 79 79

50

0 0 0
0
2015 2016 2017 2018 2019

kestrad ramuan kestrad ketrampilan

Sumber. Seksi Yankes dasar dan Rujukan

Selain kesehatan tradisonal, Di Kabupaten Semarang juga terdapat 4 tenaga


kesehatan akupunktur terapis.

B. KLINIK
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik. Berdasarkan jenis pelayanannya klinik terbagi menjadi klinik pratama
dan klinik utama. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar naik umum maupun khusus, sedangan klinik utama adalahklinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik.
Pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang terdapat 70 klinik yang dimiliki oleh
masyarakat dengan rincian sebagai berikut :

21
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 2.4 Jumlah Klinik berdasarkan jenis pelayanan


Kabupaten Semarang tahun 2019
12
10
10
8
8 7
6 5 5
4 4
4 3 3
2 2 2
2 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1
000 000 000
0

UNGARAN
BANYUBIRU
TUNTANG

DUREN
GETASAN

BRINGIN
SUSUKAN

LEREP
JAMBU
SUMOWONO
TENGARAN

DADAPAYAM
PABELAN

GEDANGAN

JIMBARAN

PRINGAPUS
AMBARAWA

BANCAK
JETAK

KALIWUNGU

SEMOWO

KALONGAN
LEYANGAN
BERGAS
SURUH

BAWEN
Pratama Rawat jalan Pratama Rawat Inap Utama Rawat Inap

Sumber. Seksi Yankes Dasar dan Rujukan

Dari data tersebut, klinik yang bekerjasama dengan BPJS ada sejumlah 36 Klinik dan
yang tidak bekerjasama ada 32 Klinik

C. RUMAH SAKIT

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat berbentuk rumah
sakit statis, rumah sakit bergerak atau rumah sakit Lapangan. Rumah sakit statis
adalah Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan bersifat permanen untuk
jangka waktu lama dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan. Rumah sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna
dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari
satu lokasi ke lokasi lain. Rumah sakit ini dapat berbentuk Bus, Pesawat, Kapal Laut,
Karavan, gerbong Kereta Api atau container.

22
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Sedangkan rumah sakit Lapangan adalah Rumah Sakit yang didirikan di lokasi
tertentu dan bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap darurat
bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu yang bisa berbentuk tenda,
container atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai rumah
sakit.
Berdasarkan Jenis Pelayanannya Rumah sakit dikategorikan sebagai rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus.

Tabel. 2.1 Rumah Sakit berdasarkan Jenis, Jumlah Tempat Tidur, Kelas
dan Status akreditasi Kab. Semarang tahun 2019

NO RUMAH SAKIT JENIS JML KELAS Status


RUMAH TEMPAT RUMAH Akreditasi
SAKIT TIDUR SAKIT
1 RSUD Ungaran Umum 187 C Utama
2 RSUD Ambarawa Umum 248 C Paripurna
3 RSU Ken Saras Umum 200 C Paripurna
4 RSU Bina Kasih Umum 50 D Utama
5 RSU Kusuma Umum 64 D Perdana

Di Kabupaten Semarang terdapat 5 (lima) buah Rumah sakit yang seluruhnya


adalah berbentuk Rumah Sakit statis dan memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit (rumah sakit umum). Berdasarkan kelas Rumah
sakit, di Kabupaten Semarang ada 3 rumah sakit dengan kelas Rumah Sakit C yaitu
RSUD Ungaran, RSUD Ambarawa dan RSU Ken Saras dimana rumah sakit tersebut
memiliki jumlah tempat tidur minimal 100 tempat tidur. Sedangan rumah sakit Bina
Kasih dan Rumah sakit Kusuma mempunyai kelas rumah sakit D karena jumlah
tempat tidur yang dimiliki sebanyak 50 tempat tidur.
Status akreditasi rumah sakit di Kabupaten Semarang yaitu 2 Rumah Sakit berstatus
akreditasi paripurna (RSUD Ambarawa dan RSU Ken saras), 2 Rumah Sakit
berstatus utama (RSUD Ungaran dan RSU Bina Kasih) dan 1 Rumah Sakit berstatus
perdana (RSU Kusuma).

23
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

D. UNIT TRANSFUSI DARAH (UTD)


Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, bermutu, dan
dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam pemenuhan kebutuhan darah di Kabupaten Semarang terdapat satu Unit
Tranfusi Darah (UTD), dan 2 (dua) bank Darah yaitu di RSUD Ungaran dan RSUD
Ambarawa.

E. UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM)


1. Desa Siaga Aktif Mandiri
Desa/ kelurahan siaga aktif adalah sebuah desa/ kelurahan yang mempunyai
pelayanan kesehatan dasar, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
UKBM & mendorong upaya surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penentuan
strata desa siaga mulai tahun 2019 menggunakan skoring 1-4 dari Sembilan
kriteria. Sembilan kriteria desa siaga yaitu Forum kesehatan desa/ kelurahan
(FKD/ FKK), rapat yang diselnggarakan oleh FKD/ FKK, kader pemberdayaan
masyarakat (KPM), kemudahan akses FKTP, jejaring dan jaringannya,
keberadaan posyandu dan UKBM lainnya, dukungan dana, Peran serta
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, peraturan kepala desa bidang
kesehatan, serta pencapaian rumah tangga sehat. Sesuai target seharusnya
setiap wilayah kerja puskesmas mempunyai 1 desa / kelurahan aktif mandiri,
namun pada kenyataannya belum semua puskesmas mempunyai minimal 1
desa / kelurahan siaga aktif mandiri.

24
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 2.5 Capaian Desa Siaga Aktif Mandiri Kabupaten Semarang


Tahun 2017 - 2019
4.00% 3.80%
3.40%
3.50%
3.00% 2.60%
2.50%
2.00%
desi mandiri
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
2017 2018 2019

Sumber : Seksi pembiayaan dan Pemberdayaan kesehatan

Pada tahun 2017 sampai dengan 2018 capaian desa siaga aktif mandiri mengalami
peningkatan dari 2,6% (6 desa) menjadi 3,8% (9 desa). Hal ini dimungkinkan
karena program upaya kesehatan masyarakat (UKM) mulai dianggap penting
kaitannya dengan akreditasi, sehingga masyarakat harus melaksanakan kegiatan
pemberdayaan melalui SMD dan MMD. Disamping itu adanya dukungan dana dari
BOK yang mencukupi sehingga puskesmas aktif melaksanakan pembinaan ke desa /
kelurahan. Pada tahun 2019 Capaian desa siaga aktif mandiri mengalami penurunan
menjadi 3,4% (8 desa) kemungkinan adanya perubahan instrumen sebagai
pedoman penentuan strata desa siaga dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2. Posyandu Mandiri
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sosial dasar untuk mempercepat
penurunan AKI dan AKB. Posyandu sendiri memiliki manfaat untuk mendukung
perbaikan perilaku, keadaan gizi & kesehatan keluarga, Mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat, mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan

25
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

penyakit yg dapat dicegah dengan imunisasi, mendukung pelayanan KB serta


mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman
pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk memotivasi kelompok dasawisma
berperan aktif.
Menurut Permendagri nomor 44 tahun 2016, Pembina posyandu adalah Tim
Pokjanal Posyandu. Dalam penilaian strata posyandu menggunakan 35 indikator,
yang meliputi kepengurusan, kader, sarana prasarana, dana, pelaksanaan program
pokok, pelaksanaan program pengembangan, pelaksanaan administrasi, serta
kinerja.
Gambar 2.6 Capaian Posyandu Mandiri Kabupaten Semarang Tahun 2017 - 2019

48.90%
43.20%
50.00%

40.00% 31.74%

30.00%
posyandu mandiri
20.00%

10.00%

0.00%
2017 2018 2019

Sumber : Seksi Pembiayan dan Pemberdayaan Kesehatan

Diketahui bahwa capaian posyandu mandiri terus mengalami peningkatan dari


tahun 2017 sampai tahun 2019, dari 2017 ke 2018 mengalami kenaikan 11,46%
serta tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami peningkatan 5,7%. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya pembinaan lintas sector dan lintas program terhadap
pelaksanaan program posyandu. Pembinaan linta sector dari TP PKK, Dispermasdes,
serta Dinas Kesehatan melalui puskesmas. Disamping itu adanya dukungan dana
desa untuk kader posyadu,peralatan posyandu, pemberian makan tambahan.
Disamping itu juga peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
posyandu.

26
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB III
SDM KESEHATAN

Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,


disebutkan bahwa yang dimaksud dengan. Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas tenaga
kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan dengan kulaifikasi minimum diploma
tiga kecuali tenaga medis sedangkan assiten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
menabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
ketrampilan melalui pendidikan bidang kesehatan dibawah jenjang Diploma tiga. Asisten
tenaga kesehatan hanya dapat bekerja dibawah supervisi tenaga kesehatan.
Pengelompokan tenaga kesehatan berdasarkan rumpun dan jenisnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Tenaga kesehatan berdasarkan rumpun ketenagaan dan jenisnya

No Rumpun Ketenagaan Jenis Tenaga Kesehatan


1 Tenaga Medis Dokter, Dokter gigi, Dokter Spesialis, Dokter gigi
spesialis
2 Tenaga Psikologi klinis Psikologi Klinis
3 Tenaga Keperawatan Semua jenis perawat
4 Tenaga Kebidanan Bidan
5 Tenaga Kefarmasian Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian
6 Tenaga Kesehatan Masyarakat Epidemiologi kesehatan, tenaga promosi kesehatan
dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,
tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik dan kependudukan serta tenaga kesehatan
reproduksi dan keluarga
7 Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitasi Lingkungan, Entomolog kesehtaan ,
mikrobiologi kesehatan
8 Tenaga Gizi Nutrisionis dan dietisien

27
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

9 Tenaga Keterapian fisik Fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara dan


akupuntur
10 Tenaga Keteknisian medis Perekan medis dan
informasi kesehatan,teknik kardiovaskuler,teknisi
pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris,
teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut
dan audiologis.
11 Tenaga Teknik Biomedika Radiographer,elektromedis, ahli teknologi laboratorium
medik, fisikawan medik, radioterapis dan ortotik
prostetik.
12 Tenaga Kesehatan Tradisional Tenaga kesehatan tradisional ramuan, tenaga
kesehatan tradisional ketrampilan
13 Tenaga Kesehatan lainnya Ditetapkan oleh menteri
Sumber. UU no. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan

Jumlah penduduk di Kabupaten Semarang sejumlah 1.034.331 jiwa dengan


jumlah ketersediaan tenaga SDM Kesehatan Kabupaten Semarang berdasarkan jenis
tenaga antara lain Dokter Spesialis sejumlah 100 orang dengan perhitungan rasio
9,7/100.000 penduduk, Sedangkan untuk Dokter Umum sejumlah 208 orang dengan
perhitungan rasio 20,1/100.000 penduduk, Dokter Gigi sejumlah 57 orang dengan
perhitungan rasio 5,5/100.000 penduduk, Perawat sejumlah 1.028 orang dengan
perhitungan rasio 99,4/100.000 penduduk, Bidan sejumlah 575 orang dengan
perhitungan rasio 55,6/100.000 penduduk, Tenaga Kesehatan Masyarakat sejumlah 70
orang dengan perhitungan rasio 6,8/100.000 penduduk, Tenaga Kesehatan Lingkungan
sejumlah 42 orang dengan perhitungan rasio 4,1/100.000 penduduk, Tenaga Gizi
sebanyak 64 orang dengan perhitungan rasio 6,2/100.000 penduduk, Tenaga Teknis
Kefarmasian sejumlah 146 orang dengan perhitungan rasio 14,1/100.000 penduduk,
Apoteker sejumlah 182 orang dengan perhitungan rasio sejumlah 17,6/100.000
penduduk,Tenaga Keteknisan Medis sejumlah 119 orang dengan perhitungan rasio
11,5/100.000 penduduk.

28
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Tabel 3.2 ketersediaan tenaga SDM kesehatan berdasarkan per 100.000 penduduk di
Kabupaten Semarang tahun 2019

No Jenis SDM Kesehatan Target Rasio Tahun Rasio Kab. Jumlah


Tahun 2018 Semarang Tenaga
2019 (Per Tahun Kabupaten
100.000 2019 Semarang
Penduduk)
Jawa
Tengah

1 Dokter Spesialis 11 13 9,7 100


2 Dokter Umum 45 24 20,1 208
3 Dokter Gigi 13 7 5,5 57
4 Perawat 180 100 99,4 1.028
5 Bidan 120 56 55,6 575
6 Perawat Gigi 18 5
7 Apoteker 12 19 17,6 182
8 Tenaga Teknis Kefarmasian 24 12 14,1 146
9 Tenaga Kesehatan 15 7 6,8 70
Masyarakat
10 Tenaga Sanitarian/ 18 4 4,1 41
Kesehatan Lingkungan
11 Gizi 14 5 6,2 64
12 Keterapian Fisik 5 2 2,3 24
Jumlah 2.495
Sumber : Subbag umum dan kepegawaian

Dari hasil perbandingan atara targer tahun 2019 dengan realisasi menunjukkan bahwa
secara keseluruhan ada beberapa tenaga kesehatan di Kabupaten Semarang yang tidak
terpenuhi itu menandakan bahwa tenaga kesehatan di Kabupaten Semarang masih memiliki
kekurangan. Dilihat dari perbandingan dengan tahun 2018 dan tahun 2019 terjadi penurunan
rasio hampir pada seluruh tenaga kesehatan.

29
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

A. TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


1. Ketersediaan SDMK di Rumah Sakit
Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan di rumah sakit se-kabupaten
semarang tahun 2019 terdiri dari tenaga medis sejumlah 205 orang, perawat
sejumlah 736 orang, bidan sejumlah 123 orang, 124 tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan lainnya sejumlah 188 orang,Kesehatan Masyarakat sejumlah 5 orang,
sanitarian (kesehatan lingkungan) sejumlah 8 orang, tenaga gizi sejumlah 20 orang,
dan tenaga penunjang sejumlah 322 orang.

Gambar 3.1 Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan Rumpun


SDMK di Rumah Sakit se-Kabupaten Semarang tahun 2019
800 736
700
600
500
400 322
300
205 188
200 123 124
100 20
5 8
0

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

2. Tenaga Medis di Rumah Sakit Kabupaten Semarang


a. Dokter Umum dan Dokter Gigi Umum
Di Kabupaten Semarang terdapat 5 unit Rumah Sakit, dengan 2 unit Rumah Sakit
Umum Daerah dan 3 unit Rumah Sakit Umum milik swasta. Dengan jumlah
dokter umum sebanyak 54 orang. Sedangkan untuk dokter gigi sejumlah 13
orang.

30
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 3.2 Jumlah dokter umum dan dokter gigi di Rumah Sakit
se-Kabupaten Semarang tahun 2019
25
21
20

15 14
12 Dokter
Umum
10
6 Dokter Gigi
5 4 4
3
1 1 1
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

b. Dokter Spesialis
Dari 5 Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Semarang memiliki jumlah sokter
spesialis sebanyak 138 orang dengan 130 orang dokter Spesialis dan 8 orang
Dokter Gigi Spesialis. Dari hasil grafik jumlah dokter spesialis diketahui bahwa
untuk Rumah Sakit Bina Kasih dan Kusuma masih belum memiiki dokter gigi
spesialis, sedangkan rumah sakit ken saras memiliki jumlah dokter spesialis
paling banyak dengan jumlah 64 orang dokter spesialis dan 4 orang dokter gigi
spesialis

Gambar 3.3 Jumlah dokter spesialis di RS Kabupaten


Semarang tahun 2019
70 64
60
50
40
30 25 21
20 14
6 Dokter Spesialis
10 2 2 4 0 0
0 Dokter Gigi Spesialis

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

31
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

c. Tenaga Kefarmasian (Apoteker dan Teknis Kefarmasian)


Dari 5 rumah sakit yang ada di kabupaten semarang, tenaga kefarmasian
sejumlah 124 orang, dengan jumlah tenaga teknis kefarmasian sebanyak 88
orang dan tenaga apoteker sebanyak 36 orang. RSU Ken Saras merupakan
rumah sakit dengan tenaga kefarmasian paling banya dengan 58 orang yang
terdiri dari tenaga teknis kefarmasian sebanyak 47 orang dan tenaga apoteker
sebanyak 11 orang.

Gambar 3.4 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit


Kabupaten
47
Semarang Tahun 2019
50
45
40
35
30
Teknis
25 21
19 Kefarmasian
20
15 11 11 11 Apoteker
10
5 1 2 1
0
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

d. Tenaga keperawatan
Keseluruhan Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Semarang telah memiliki
perawat. RSU Ken Saras paling banyak memiliki tenaga perawat dengan jumlah
266 orang, sedangkan RSU Kusuma memiliki tenaga perawat paling sedikit
dengan jumlah 5 orang.

32
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 3.5 Perawat di Rumah Sakit se-Kabupaten Semarang


300 tahun 2019
266
250 220
208
200

150

100

50 37
5
0
RSUD UNGARANRSUD AMBARAWARSU KEN SARAS RSU BINA KASIH RSU KUSUMA

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

e. Tenaga Kebidanan
Keseluruhan Rumah Sakit yang berada di kabupaten semarang telah memiliki
tenaga Bidan. RSUD Ambarawa paling banyak memiliki tenaga Bidan dengan
jumlah 40 orang, sedangkan RSU Kusuma memiliki tenaga Bidan paling sedikit
dengan jumlah 8 orang.

Gambar 3.6 Jumlah Bidan di Rumah Sakit se-Kabupaten


Semarang tahun 2019
45 40
40
35
30 28
26
25 21
20
15
10 8
5
0
RSUD UNGARAN RSUD RSU KEN SARAS RSU BINA KASIH RSU KUSUMA
AMBARAWA

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

33
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

f. Tenaga lainnya
Dari 5 rumah sakit yang berada di kabupaten semarang hanya 3 rumah sakit
yang telah memiliki tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitarian, dan tenaga
gizi yaitu RSUD Ungaran, RSUD Ambarawa, dan RSU Ken Saras. Sedangkan
untuk RSU Bina Kasih hanya memiliki tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga
sanitarian dengan jumlah masing-masing 1 orang. Untuk RSU Kusuma belum
memiliki ketiga tenaga kesehatan ini.

Gambar 3.7 Jumlah tenaga Kesmas, kesling, dan GIZI


9
8
8
7
7
6
5
5 Kesmas
4 Kesling
3 GIZI
2 2
2
1 1 1 1 1 1
1
0 0 0 0
0
RSUD RSUD RSU KEN SARAS RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA KASIH

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian


Sedangkan untuk tenaga kesehatan lainnya seperti tenaga teknis medis yang
meliputi analisi laboratorium, TEM dan rontgen, anestesi dan fisioterapi yang
berada di rumah sakit, hanya 3 rumah sakit yang telah lengkap memiliki tenaga
kesehatan lainnya. Untuk RSU Bina Kasih masih belum memiliki tenaga teknik
biomedika dan untuk RSU Kusuma belum memiliki tenaga keterapian fisik dan
keteknisan medis. Unutk RSU Ken Saras memiliki jumlah tenaga kesehatan
lainnya terbanyak sejumlah 67 orang.

34
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 3.8 Jumlah Tenaga Kesehatan Lainnya di Rumah Sakit se-


Kabupaten Semrang tahun 2019

35 33

30
25 ATLM
25
19 20
20 18
16 Teknik
Biomedika
15 13 13
11
Keterapian
10 Fisik
5 5
5 3 2 2 1 Keteknisan
0 1 1 0 0
Medis
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

g. Tenaga penunjang
Tenaga penunjang terdiri dari tenaga struktural dan dukungan manajemen. Di
rumah sakit se-kabupaten Semarang memiliki jumlah tenaga penunjang
sebanyak 322 orang, dengan jumlah tenaga struktural sebanyak 35 orang dan
tenaga dukungan manajemen sebanyak 287 orang.
RSUD Ungaran menjadi rumah sakit dengan jumlah tenaga struktural paling
banyak sejumlah 13 orang dan RSUD Ambarawa dengan jumlah tenaga
dukungan manajemen paling banyak sejumlah 135 orang. Untuk RSU Kusuma
belum memiliki tenaga dukungan manajemen.

35
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 3.9 Jumlah tenaga struktural dan dukungan manajemen


di Rumah Sakit tahun 2019
140

120

100

80
Struktural
60
Dukungan Manajemen
40

20

0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH KUSUMA

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

B. Tenaga Kesehatan di Puskesmas


a. Tenaga Dokter di Puskesmas Kabupaten Semarang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Bahwa jumlah tenaga Dokter Puskesmas Rawat Inap
sejumlah 2 orang dan Puskesmas Non Rawat Inap sebanyak 1 orang. Tenaga Dokter
di Puskesmas di Kabupaten Semarang (26 Puskesmas) 100% telah memiliki tenaga
dokter, namun untuk pemenuhan berdasarkan standar ada beberapa puskesmas
yang belum tercukupi
Adapun puskesmas Rawat inap yang telah mencukupi standarnya adalah
Puskesmas Tengaran, Susukan, Kaliwungu, Suruh, Sumowono, Bancak, Bergas,
Pringapus, masing-masing memiliki 2 tenaga dokter, sedangkan puskesmas rawat
jalan adalah Puskesmas Tuntang, Gedangan, Ambarawa, Duren, Bawen, Kalongan,
Lerep, sedangkan puskesmas yang masih memiliki 1 tenaga dokter pada puskesmas
rawat inap yaitu Puskesmas Getasan, Pabelan, Bringin, sedangkan pada puskesmas

36
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

rawat jalan yaitu Puskesmas Jetak, Dadapayam, Semowo, Banyubiru, Jambu,


Jimbaran, Leyangan, Ungaran

Gambar 3.10 Tenaga Dokter di Puskesmas Kabupaten Semarang


Tahun 2019

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
Jetak

Semowo

Gedangan
Tengaran

Jimbaran
Sumowono

Leyangan
Pringapus
Getasan

Suruh

Bergas
Sususkan
Kaliwungu

Banyubiru

Ungaran
Pabelan

Kalongan
Jambu
Tuntang

Bancak
Dadapayam

Ambarawa

Bawen

Lerep
Duren

Bringin
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

37
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

b. Tenaga Dokter Gigi di Puskesmas

Dari 26 Puskesmas di Kabupaten Semarang secara keseluruhan telah memiliki


tenaga dokter gigi. Masing-masing Puskesmas memiliki 1 orang tenaga dokter gigi,
sedangkan di Puskesmas Pabelan yang memiliki 2 dokter gigi

Gambar 3.11 Tenaga Dokter Gigi di Puskesmas Kabupaten Semarang


2 tahun 2019
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
Semowo

Gedangan
Jetak
Tengaran

Sumowono

Jimbaran

Leyangan
Getasan

Sususkan

Tuntang

Pringapus
Kaliwungu
Suruh

Pabelan

Kalongan
Jambu

Ungaran
Banyubiru

Bergas
Ambarawa

Lerep
Bawen
Dadapayam

Bancak
Duren

Bringin

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

c. Tenaga Perawat di Puskesmas


Jumlah Tenaga Perawat di Puskesmas Kabupaten Semarang sebanyak 168 orang
adapun sebaran tenaga perawat di Puskesmas se Kabupaten Semaang sangat
bervariasi, dengan jumlah terbanyak berada di Puskesmas Tengaran. Namun masih
banyak puskesmas yang belum memenuhi jumlah minimal perawat seperti
Puskesmas Jetak, Dadapayam, Semowo, Gedangan, Tuntang, Jambu, Ambarawa,
Duren, Jimbaran, Ungaran, Lerep, dan Kalongan

38
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 3.12 Tenaga Perawat di Puskesmas Kabupaten Semarang


tahun 2019
16 15
14
12 12
12 11
10 10 10
10 9
8 8
8 7
6 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3
2 2
2
0
Getasan

Semowo

Gedangan
Tengaran
Jetak

Sumowono

Jimbaran

Leyangan
Ambarawa
Sususkan
Kaliwungu
Suruh

Pringapus

Kalongan
Bringin
Pabelan

Ungaran
Banyubiru
Dadapayam

Jambu
Tuntang

Bergas

Lerep
Bawen

Bancak
Duren
d. Tenaga Bidan di Puskesmas
Tenaga bidan yang ada di Puskesmas se-Kabupaten Semarang sejumlah 331 orang,
dengan jumlah bidan paling banyak berada di Puskesmas Tengaran dengan 24
orang, Puskesmas Sumowono dengan 20 orang, dan Puskesmas Bringin dengan 22
orang

Gambar 3.13 Tenaga Bidan di Puskesmas Kabupaten Semarang


tahun 2019
24 22
18 16 17 20
15 16 16
13 13 13 12 13 11 11 11 9
10 8 8
7 7 7 7 7
Jetak

Semowo
Tengaran

Gedangan

Jimbaran
Suruh

Leyangan
Getasan

Sumowono
Sususkan
Kaliwungu

Bancak

Pringapus
Pabelan

Kalongan
Ungaran
Tuntang

Banyubiru
Jambu

Ambarawa

Bawen

Bergas
Dadapayam

Lerep
Duren

Bringin

39
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

e. Jumlah Puskesmas yang memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan Promotif dan
Preventif
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Tenaga Kesehatan Masyarakat terdiri dari tenaga kesehatan masyarakat,
epidemiologi kesehatan, promosi kesehatan, ilmu perilaku, administrasi, dan
kebijakan kesehatan, biostatistik dan kependudukan reproduksi dan keluarga,
informasi kesehatan.

Gambar 3.14 Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kabupaten


Semarang tahun 2019
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
Semowo

Leyangan
Sususkan

Pabelan
Jetak
Tengaran

Jimbaran
Getasan

Tuntang

Jambu
Suruh

Pringapus

Kalongan
Ungaran
Bawen

Bergas

Lerep
Bancak
Duren

Bringin

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

2. Tenaga Kesehatan Lingkungan di Puskesmas


Dari 26 puskesmas masih terdapat 1 puskesmas yang belum memiliki tenaga kesehatan
lingkungan yaitu puskesmas Duren,

Gambar 3.15 Tenaga Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kabupaten


3 Semarang tahun 2019
2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
0
Pringapus
Jetak

Semowo

Gedangan
Banyubiru

Leyangan
Tengaran

Jimbaran
Getasan

Bergas
Sususkan
Kaliwungu
Suruh

Ungaran
Pabelan

Kalongan
Jambu
Tuntang

Bawen

Bancak

Lerep
Duren

Bringin

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

40
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

3. Tenaga Gizi di Puskesmas Kabupaten Semarang


Dari 26 Puskesmas yang berada di Kabupaten Semarang masih terdapat 1 puskesmas
yang belum memiliki tenaga gizi yaitu pada Puskesmas Dadapayam

Gambar 3.16 Tenaga Gizi di Puskesmas Kabupaten Semarang


3
tahun 2019
2 2 2 2 2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
0

Sumowono

Jimbaran
Tengaran

Gedangan
Jetak

Semowo

Leyangan
Getasan

Sususkan

Pringapus
Kaliwungu
Suruh

Lerep
Pabelan

Ungaran
Banyubiru
Jambu

Bergas
Tuntang

Bancak
Ambarawa

Bawen
Duren

Bringin
4. Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Dari 26 puskesmas di Kabupaten Semarang semuanya telah memiliki tenaga ahli
teknologi laboratorium medik, dengan Puskesmas Dadpayam dan Pringapus yang
memiliki 2 tenaga ahli teknologi laboratorium medik

Gambar 3.17 Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik di Puskesmas


Kabupaten Semarang tahun 2019
3

2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
Tengaran

Sumowono
Jetak

Semowo

Gedangan

Jimbaran

Leyangan
Getasan

Suruh

Pringapus
Sususkan
Kaliwungu

Ungaran
Pabelan

Kalongan
Tuntang

Banyubiru
Jambu

Bergas
Ambarawa

Lerep
Dadapayam

Bawen

Bancak
Duren

Bringin

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

41
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

5. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian terdiri dari tenaga teknik kefarmasian dan apoteker. Jumlah tenaga
kefarmasian di Puskesmas se Kabupaten Semarang sebanyak 57 orang, dengan jumlah
tenaga teknik kefarmasian sebesar 27 orang dan apoteker 30 orang. Di 26 puskesmas
yang ada sudah memiliki tenaga kefarmasian baik itu tenaga teknis kefarmaisan
maupun apoteker
Berdasarkan tenaga teknis kefarmasian dapat dilihat bahwa di seluruh puskesmas
sudah memiliki tenaga teknis kefarmasian dengan jumlah minimal 1 orang, sedangkan
untuk Puskesmas Dadapayam memiliki jumlah tenaga sebanyak 2 orang.

Puskesmas di Kabupaten Semarang seluruhnya telah memiliki tenaga apoteker,


sedangkan untuk jumlah tenaga apoteker paling banyak terdapat pada Puskesmas
Tengaran, Suruh, Bancak, Dan Pringapus dengan jumlah 2 orang tenaga.

Gambar 3.18 Jumlah Apoteker di Puskesmas se-Kabupaten Semarang


tahun 2019
3

2 2 2 2
2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1

0
Jetak

Semowo

Gedangan

Sumowono

Leyangan
Tengaran

Jimbaran
Getasan

Sususkan
Kaliwungu
Suruh

Pringapus
Pabelan

Ungaran

Kalongan
Banyubiru
Jambu
Tuntang

Bergas

Lerep
Bawen

Bancak
Dadapayam

Ambarawa
Duren

Bringin

Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian

42
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB IV

PEMBIAYAAN KESEHATAN

A. ANGGARAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG


Belanja Daerah Kabupaten Semarang pada tahun 2019 sesuai dengan Laporan
Keuangan Seksi Perencanaan dan Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
yang bersumber dari Badan Keuangan Daerah Kabupaten Semrang sejumlah Rp
2.479.678.308.000,00. Sesuai amanat Undang Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 Bab XV Pasal 171 ayat 2 bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji, sehingga alokasi anggaran
untuk kesehatan minimal adalah Rp 247.967.830.800,00 sedangkan total anggaran
kesehatan Kabupaten Semarang sebesar Rp 565.757.679.000,00 bila dibandingkan
dengan alokasi minimal alokasi kesehatan Kabupaten Semarang sudah mencapai
lebih dari 10% yaitu sebesar 22,8%.

Gambar 4.1 Alokasi anggaran Kesehatan Kab. Semarang


Tahun 2019

600,000,000,000.00
500,000,000,000.00
400,000,000,000.00
300,000,000,000.00
200,000,000,000.00
100,000,000,000.00
0.00
Alokasi Kesehatan sesuai Alokasi Kesehatan Kab.
UU Semarang

Sumber : Subbag Perencanaan dan Keuangan

43
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Alokasi anggaran kesehatan tahun 2019 mencapai 22,8% terjadi peningkatan bila
dibandingkan pada tahun 2018 yang hanya sebesar 17,65%. Sedangkan untuk
anggaran kesehatan per kapita sebesar Rp 357.748

Anggaran Kesehatan Kabupaten Semarang dialokasikan untuk Dinas Kesehatan


beserta Puskesmas, RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa sumber anggarannya
berasal dari DAU, DAK, DBH Provinsi Umum dan Pajak Rokok, PAD, DBHCHT serta
Silpa. Total anggaran kesehatan sebesar Rp 565.757.679.000,00 terbagi atas belanja
langsung sebesar Rp 318.465.928.000,00 dan belanja tidak langsung Rp
195.733.992.000,00 serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp
51.557.759.000,00.
Belanja langsung dibagi untuk Dinas Kesehatan beserta puskesmas sebesar Rp
121.027.775.000,00, RSUD Ungaran Rp 114.176.251.000,00, serta RSUD Ambarawa
sebesar Rp 83.261.902.000,00, sedangkan belanja tidak langsung dibagi untuk Dinas
Kesehatan sebesar RP 77.831.293.000,00, RSUD Ungaran sebesar Rp
86.190.016.000,00 dan RSUD Ambarawa sebesar Rp 31.712.683.000,00.
Total anggaran kesehatan dari tahun 2015 terus mengalami kenaikan sampai
dengan tahun 2019, kecuali pada tahun 2017(Rp 311.067.825.894,00) terjadi
penurunan dibandingkan pada tahun 2016 (Rp 421.592.616.300,00) yaitu sebesar
Rp 110.524.790.406,00, dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

44
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 4.2 Anggaran Kesehatan Kabupaten Semarang


Tahun 2015-2019

562,815,569,901
600,000,000,000

500,000,000,000
421,592,616,300
565,757,679,000
400,000,000,000 348,138,313,234
311,067,825,894
300,000,000,000

200,000,000,000

100,000,000,000

-
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Subbag Perencanaan dan Keuangan

Dari grafik terlihat bahwa anggaran terendah terdapat pada tahun 2017 sebesar Rp
311.067.825.894,00 sedangkan anggaran tertinggi terdapat pada tahun 2019 yaitu
sebesar Rp 565.757.679.000,00.

B. DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2019


Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2019
sebesar Rp 51.557.759.000,00 terbagi menjadi 2 jenis yaitu DAK fisik sebesar Rp
25.090.144.000,00 dan DAK non fisik sebesar Rp 26.467.615.000,00. DAK fisik
terbagi menjadi reguler sejumlahRp 21.026.764.000,00, penugasan sejumlah Rp
4.063.380.000,00 dan afirmasi sejumlah Rp 0. Sedangkan DAK non fisik terbagi
untuk BOK sejumlah Rp 20.459.990.000,00, akreditasi sejumlah Rp
1.064.625.000,00 dan Jampersal sejumlah Rp 4.943.000,00. DAK bidang kesehatan
dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 terus mengalami peningkatan, kecuali
di tahun 2018 terjadi penurunan. Peningkatan anggaran DAK terbesar yaitu di
tahun 2019 yaitu lebih dari 100% dibandingkan tahun 2018.

45
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Grafik DAK dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat di bawah ini

Gambar 4.3 Alokasi DAK Kabupaten Semarang


Tahun 2015-2019

60,000,000,000
51,557,759,000
50,000,000,000
36,346,243,130
40,000,000,000

30,000,000,000 25,363,713,128

16,962,741,000
20,000,000,000

10,000,000,000
1,620,683,000
-
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Subbag Perencanaan dan Keuangan

C. BELANJA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN


1. Total Belanja Kesehatan Kabupaten Semarang / Total Health Expenditure (THE)
Total belanja kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2019 sebesar Rp
565.757.679.000,00 hanya berasal dari APBD Kabupaten, sedangkan untuk
sumber yang lain seperti APBD Provinsi, APBN, pinjaman hibah luar negeri dan
sumber pemerintah lain tidak ada anggaran. Sedangkan belanja kesehatan dari
tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 sumber anggarannya berasal dari APBD
Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Sumber Pemerintah Lain. Untuk sumber
anggaran dari pinjaman hibah luar negeri dari mulai tahun 2015 dan tahun
2019 tidak ada.

46
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Grafik sumber anggaran Belanja Kabupaten Semarang dari tahun


2015 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 4.4 Anggaran Belanja Kabupaten Semarang


berdasarkan sumber Anggaran tahun 2015-2019

600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
-
2015 2016 2017 2018 2019
APBD Kab APBD Prov
APBN Pinjaman Hibah Luar Negeri
Sumber Pemerintah Lain

Sumber : Subbag Perencanaan dan Keuangan

2. Jaminan Kesehatan
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) merupakan program pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera
berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayarkan pemerintah.
Penyelenggaraan JKN sendiri merupakan interaksi antara unsur peserta,
fasilitas kesehatan dan Badan Penyelenggara dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional harus memperhatikan
mutu pelayanan, berorientasi pada keselamatan pasien, efektifitas tindakan,
kesesuaian dengan kebutuhan pasien serta efisiensi biaya. Untuk mewujudkan
hal tersebut, BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program JKN-

47
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

KIS senantiasa berupaya menjalin kerjasama dan memperkuat hubungan


kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun organisasi
kemasyarakatan dan kegamaan, sehingga implementasi program JKN-KIS di
lapangan dapat berjalan lancar.
Menurut Undang – Undang nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) bertujuan memenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya. Salah satu kebutuhan
dasar yaitu kesehatan. Jaminan Kesehatan ini menggunakan prinsip
diantaranya kegotong royongan, nirlaba dan bersifat wajib , maka seharusnya
seluruh penduduk menjadi peserta JKN / KIS. Namun semuanya butuh waktu
dan proses yang panjang, sejak munculnya undang – undang SJSN dampai
lahirnya JKN butuh waktu 10 tahun, yaitu JKN lahir tahun 2014.
Dalam pelaksanan JKN sendiri sebagai upaya dilaksanakan untuk
mewujudkan jaminan kesehatan semesta (Universal helath Coverage). UHC
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang layak melalui
penerapan sistem kendali biaya dan kendali mutu, dan diselenggarakan
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas bagi seluruh penduduk di
wilayah Republik Indonesia. Untuk mencapai UHC perlu peran berbagai
sektor. Dalam rangka percepatan UHC, Presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 8 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional. Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan
peran dalam program JKN KIS melalui perluasan cakupan kepesertaan
mendorong Universal Health Coverage (UHC), meningkatkan kualitas
pelayanan, dan peningkatan kepatuhan.

48
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 4.5 Cakupan Peserta JKN KIS Kabupaten Semarang Tahun 2017 - 2019

900000
806322
800000 751859

700000 668781

600000

500000

400000

300000

200000

100000

0
2017 2018 2019

peserta JKN / KIS

Sumber : Seksi Pembiayaan dan Pemberdayaan Kesehatan

Kepesertaan JKN / KIS tahun 2017 hingga tahun 2019 terus mengalami
peningkatan. Tahun 2019 jumlah penduduk 1.031.772 jiwa dan peserta JKN/
KIS sebesar 806.242 jiwa atau 78,15%. Sesuai target pemerintah bahwa tahun
2019 seluruh penduduk atau setidaknya 95% penduduk menjadi peserta JKN
(Universal Health Coverage), maka kepesertaan JKN / KIS masih perlu terus
ditingkatkan sehingga bisa dicanangkan UHC di Kabupaten Semarang.
Peningkatan peserta cukup signiikan yaitu pada segmen PBI APBD (Penerima
Bantuan Iuran) baik PBI Kabupaten Semarang maupun PBI Provinsi Jawa
Tengah dan segmen Pekerja Penerima Upah. Peningkatan peserta PBI APBD
karena anggaran dari APBD yang meningkat untuk pembeyaran premi JKN PBI
APBD, sedangkan peningkatan peserta pada segmen Pekerja Penerima Upah
karena adanya kewajiban pemberi kerja untuk mendaftarkan pekerjanya
sebagai peserta JKN KIS

49
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Jaminan kesehatan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Semarang pada tahun 2019 yaitu jaminan kesehatan daerah
(jamkesda) terdiri dari pembiayaan pembayaran premi asuransi kesehatan dan
pembiayaan perawatan kesehatan sebesar Rp 33.889.806.000,00.
Anggaran jaminan kesehatan daerah Kabupaten Semarang dari mulai tahun
2015 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4. 6 Anggaran Jaminan Kesehatan Kabupaten Semarang


tahun 2015-2019

35,000,000,000

30,000,000,000

25,000,000,000

20,000,000,000

15,000,000,000

10,000,000,000

5,000,000,000

-
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Subbag Perencanaan dan Keuangan

Dari grafik di atas terlihat bahwa anggaran untuk jaminan kesehatan daerah
Kabupaten Semarang selalu mengalami kenaikan dari mulai tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019, kecuali pada tahun 2017 (Rp 10.689.796.000,00) agak
sedikit mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2016 (Rp
11.072.450.000,00). Anggaran jaminan kesehatan terkecil terdapat di tahun
2015 yaitu sebesar Rp 6.441.667.000, sedangkan anggaran kesehatan terbesar
terdapat pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp 33.889.806.000,00.
Bila dibandingkan anggaran jaminan kesehatan pada tahun 2018 anggaran pada
tahun 2019 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu lebih dari 100% .
Hal ini menandakan bahwa Pemerintah Kabupaten Semarang serius dalam
menjamin kesehatan masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Semarang.

50
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Dengan adanya jaminan kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas


kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin, yang dijamin melalui
jaminan kesehatan daerah (jamkesda).

51
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB V
KESEHATAN KELUARGA

A. KESEHATAN IBU
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang tahun 2019 mengalami peningkatan
bila dibandingkan tahun 2018. Bila di tahun 2018 AKI 51,47% per 100.000 KH
(7 kasus) maka pada tahun 2019 naik menjadi 70,71% per 100.000 KH (10
kasus). Hal tersebut disebabkan karena ada pergeseran penyebab kematian yaitu
pada tahun 2018 kematian terbanyak karena Preeklamsi sedangkan pada tahun
2019 penyebab tertinggi karena perdarahan.

Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu Kabupaten Semarang


Tahun 2015 - 2019
140

120 120.34
111.83
100 103.39

80
70.71
AKI
60
51.47
40

20

0
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi

Kematian ibu terbesar terjadi pada ibu pada usia usia ibu 20-35 tahun (7 kasus),
usia > 35 tahun (2 kasus) dan usia ibu < 20 tahun (1 kasus). Kematian tertinggi
terjadi pada masa bersalin (6 kasus) dan masa nifas (3 kasus). Penyebab
Kematian Ibu terbesar disebabkan karena perdarahan (5 kasus), Hipertensi
Kehamilan (3 kasus) dan Gangguan system peredaran darah (2 kasus).

52
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Upaya yang sudah dilakukan antara lain Jejaring Ibu Bayi Selamat melalui WA
gateway, Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang terintegrasi dengan WA Gateway,
Peningkatan Ketrampilan Obstetri Neonatal petugas Puskesmas melalui On Job
Training (OJT) di RS PONEK, Pertemuan Percepatan Penurunan AKI, Pertemuan
koordinasi dan Evaluasi Kegiatan Program Ibu, Pembahasan Medis Audit
Maternal Perinatal (AMP), Pembelajaran Hasil AMP, Pertemuan konsultasi ahli
dan Penyeliaan fasilitatif berjenjang yaitu dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas
dan dari Puskesmas ke bidan desa.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi standar kuantitas dan standar
kualitas. Standar Kuantitas yang dimaksud adalah Pelayanan kesehatan ibu hamil
dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali selama kehamilan yaitu 1(satu)
kali pada trimester1, 1 (satu) kali pada trimester 2 dan dua kali pada trimester
ketiga. Sedangkan Standar Kualitas yaitu setiap pelayanan kesehatan pada ibu
hamil memenuhi standar kualitas 10 T yaitu Pengukuran berat badan, tekanan
darah, Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran tinggi puncak Rahim (fundus
uteri), penentuan presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), pemberian
imunisasi sesuai dengan status imunisasi, pemberian tablet tambah darah
minimal 90 tablet, Tes Laboratorium, Tata laksana/penanganan kasus dan Temu
wicara / konseling.
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja,
yang digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Bila pada tahun 2018
persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Kabupaten Semarang sebesar

53
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

100 %, maka persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 pada tahun 2019
sama yaitu 100 %..
b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2
dan dua kali pada trimester 3, yang digunakan untuk mengetahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap sesuai standar yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil serta menggambarkan kemampuan
manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu dan Anak.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Semarang tahun
2018 sebesar 89,1 %, mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi
sebesar 91,7 %. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman tentang
pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil pada trimester 3. Selain itu
pemantauan pemeriksaan kehamilan oleh bidan lebih intensif sehingga
cakupan K4 meningkat. Sistem pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil di
desa juga semakin meningkat penggunaanya dalam pemantauan pemeriksaan
kehamilan.

Gambar 5.2 Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Semarang


tahun 2015 - 2019
110

100 100 100 100 100


100

K1
91.7
90.3 89.5 K4
90 88.4 89.1

80
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi

54
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

3. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri

Imunisasi Program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai


bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan, dan
Imunisasi khusus.

Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td) pada wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan imunisasi lanjutan. Batasan Wanita Usia Subur (WUS) yang menjadi
sasaran imunisasi adalah usia antara 15 – 49 tahun. Imunisasi yang diberikan
pada WUS / ibu hamil diberikan sebanyak 5 (lima) kali dengan masa
perlindungan tertentu.

Tabel. 5.1 Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Imunisasi Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan


T1 - -
T2 4 minggu setelah T 1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 Tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Juknis pelayanan Imunisasi

Imunisasi Pada Wanita Usia Subur pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang
sejumlah 10.865 WUS dari jumlah seluruh WUS 193.726. Cakupan imunisasi
5,6% dari target 80%. Cakupan ini lebih sedikit dari target karena jumlah yang
tercatat adalah Imunisasi Td WUS yang dilakukan pada tahun berjalan dan juga
pencatatan yang belum maksimal pada Td WUS yang tidak dilakukan pada tahun
berjalan.

55
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Pelayanan Kesehatan Masa Melahirkan, yang selanjutnya disebut Persalinan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu
sejak dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan. Setiap
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Tenaga Penolong minimal 2 orang yang terdiri dari dokter dan bidan,
2 orang bidan atau bidan dan perawat. Persalinan dilakukan sesuai dengan
standar Persalinan Normal (APN).

Gambar 5.3 Cakupan Persalinan oleh Nakes dan Persalinan di


Fasyankes Kabupaten Semarang Tahun 2016 - 2019
101
99.9 99.9 99.97
99.8
100
99 99.7 99.8 99.9

98
97
96
95 95.2

94
93
92
2016 2017 2018 2019

Persalinan Nakes Persalinan di Fasyankes

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2015 sampai dengan tahun
2019 mengalami peningkatan begitupun cakupan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Dari grafik dapat digambarkan bahwa masih ada
persalinan yang dilakukan tidak oleh tenaga kesehatan dan tidak difasyankes
yaitu sebanyak 4 orang ibu. Hal ini disebabkan karena ibu tersebut melahirkan
didalam mobil saat menuju ke fasyankes dikarenakan jarak rumah yang jauh,
selain itu karena ada ibu yang malu untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan

56
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

karena status perkawinannya, serta ada ibu yang mengikuti aliran tertentu tidak
mau melahirkan di tenaga kesehatan.
Upaya yang sudah dilakukan antara lain pembinaan dukun bayi, penjelasan
tanda-tanda persalinan melalui kelas Ibu Hamil, Sosialisasi melalui PKK dan
organisasi kemasyarakatn yang lain tentang pentingnya bersalin di tenaga
kesehatan, Konseling pada setiap ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan agar
bersalin dengan tenaga kesehatan dan mengupayakan jaminan (pembiayaan
persalinan) bagi ibu hamil.
5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu mulai 6 jam
– 42 hari setelah melahirkan. Kunjungan nifas (KF) minimal dilakukan sebanyak
3 kali dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama (KF-1) pada masa 6 jam
– 3 hari pasca persalinan, kunjungan nifas kedua (KF-2) dalam waktu 2 minggu
(8-14 hari) setelah persalinan dan kunjungan nifas ketiga (KF-3) dalam waktu 6
minggu (36-42 hari) setelah persalinan.
Cakupan pelayanan nifas tahun 2018 sebesar 94,9 %, menurun bila dibandingkan
dengan cakupan pelayanan nifas tahun 2019 sebesar 94,6 %. Sedangkan cakupan
pemberian Vitamin A pada ibu nifas tahun 2018 sebesar 99,1 %, meningkat pada
tahun 2019 sebesar 99,4 % .
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan capaian kunjungan nifas antara
lain dengan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan dan pelayanan nifas melalui
kunjungan rumah. Selain itu juga dilakukan pembinaan kepada bidan desa dalam
rangka mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil dan bidan
desa bertanggung jawab melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas.
6. Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah kegiatan yang
di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

57
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin


dan nifas, termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB)
pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media pencatatan
sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009)
Kelas Ibu hamil adalah kelompok belajar yang diikuti ibu-ibu hamil dengan
jumlah peserta maksimal 10 orang untuk meningkatkan pengetahuan, merubah
sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu
dan janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat,
pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas.
Seluruh Puskesmas Di Kabupaten Semarang sudah melaksanakan Kelas Ibu
Hamil yang diselenggarakan minimal 1 kelas ibu hamil di tiap desa. Begitu pula
dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
semua Puskesmas sudah melaksanakan program ini dengan melibatkan lintas
sector terkait.
7. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu melalui: 1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan 2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan
hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas. 3. Mencegah atau memperkecil terjadinya
kematian pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah
kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis
untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering dan terlalu banyak)

58
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 5.4 Cakupan peserta KB aktif Kabupaten Semarang


Tahun 2015-2019
90 83.2 83.16 83.1
80 76
67.9
70
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : DP3AKB Kab. Semarang

KB Pasca Persalinan adalah Pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan


sampai kurun waktu 42 hari. Cakupan peserta KB pasca persalinan sebanyak
8.175 peserta (58%) dari 14.103 ibu bersalin. Hal ini memperlihatkan bahwa
partisipasi ibu dalam penggunaan KB pasca salin masih rendah, hal ini
disebabkan bahwa ibu lebih memilih menggunakan alat kontrasepsi setelah masa
nifas selesai. Metode kontrasepsi yang banyak dipilih pada KB pasca salin adalah
dengan menggunakan metode suntik (56,7%) yang paling sedikit digunakan
adalah metode Operasi pria (MOP) 0,4% dan kondom 0,5%.

B. KESEHATAN ANAK
1. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal essensial
sesuai standar yaitu standar kuantitas dan standar kualitas.
Standar Kuantitas yaitu kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal yaitu
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 – 48 jam, kunjungan neonatal 2 (KN2) 3-7 hari
dan kunjungan neonatal 3 (KN3) 8-28 hari.

59
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Standar kualitas yaitu pelayanan neonatal essensial saat lahir (0-6jam) meliputi
pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Injeksi
vitamin K1, Pemberian salep/tetes mata antibiotic, pemberian Imunisasi Vaksin
Hb0. Pelayanan Neonatal essensial setelah lahir (6 jam – 28 hari) meliputi
konseling perawtan bayi baru lahir dan ASI ekslusif, memeriksa kesehatan
dengan menggunakan pendekatan MTBM, pemberian vitamin K1 bagi yang lahir
tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin
K1, imunitas hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong
tenaga kesehatan dan penanganan rujukan kasus neonatal komplikasi.

Gambar 5.5 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap


di Kabupaten Semarang
Tahun 2015 - 2019
97

96.49
96.5 96.4
96.3
96.11

96

95.6

95.5

95
2015 2016 2017 2018 2019

KN lengkap

Sumber : Seksi Kesga Gizi

Cakupan Kunjungan Neonatus (KN Lengkap) di Kabupaten Semarang tahun


2019 mengalami peningkatan namun tidak signifikan dibandingkan tahun
2018 yaitu 96,11 %. Pencapaian ini merupakan hasil dari perbaikan sistem

60
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

pencatatan dan pelaporan serta adanya sosialisasi mengenai penggunaan


register kohort ibu dan bayi.
2. Imunisasi
a. Imunisasi dasar bagi Bayi
Cakupan imunisasi rutin bayi dan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020
seluruhnya telah mencapai target yang telah ditentukan. Tercapainya
target cakupan imunisasi karena telah dilaksanakannya Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) imunisasi oleh puskesmas. Dengan menggunakan
PWS, semua wilayah desa / kelurahan di Kabupaten Semarang dapat
terpantau cakupannya.

Tabel 5.2 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Semarang tahun 2017-2019

2017 2018 2019


Antigen
Hb 0 < 7 hari 95,34 % 95,34 % 94,7 %
BCG 99,08 % 97,87 % 99,8 %
DPT-Hb-Hib 3 116,44 % 105, 73 % 103,3 %
Polio 4 116,10 % 105, 67 % 102,3 %
Campak/MR 114,73 % 105, 8 % 101,6 %
Imunisasi
Dasar 114,73 % 105,7 % 101,4 %
Lengkap
Sumber : Seksi PTM dan Imunisasi

Berdasarkan tabel diatas cakupan imunisasi dasar lengkap Kabupaten


sudah mencapai 80% begitupun untuk cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
di wilayah Puskesmas.

61
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

b. Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)


Tabel 5.3 Pencapaian UCI Kabupaten Semarang Tahun 2015 – 2019

TAHUN UCI Desa

2015 100 %

2016 100%

2017 100 %

2018 100 %

2019 100 %
Sumber : Seksi PTM dan imunisasi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 – 2019, seluruh desa /
kelurahan di Kabupaten Semarang telah mencapai UCI desa / kelurahan sesuai
dengan target 100 % UCI desa / kelurahan. Target tersebut dapat tercapai
karena semua hasil pelayanan imunisasi dicatat dalam kohort sehingga dapat
dilihat kelengkapan / status imunisasinya. Apabila ditemukan bayi belum
lengkap imunisasinya maka dilakukan sweping bayi / kunjungan rumah untuk
melengkapi status imunisasinya sehingga mengurangi angka Drop Out (DO).
Juga dilakukan monitoring evaluasi pencatatan / pelaporan secara berkala,
dan manajemen logistik imunisasi sehingga cakupan pelayanan dan
penggunaan vaksinnya dapat tercukupi dan terpantau.
c. Imunisasi Lanjutan pada Anak Baduta (bawah dua tahun)
Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang
sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi ini terdiri dari imunisasi
terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta
campak.

62
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Cakupan imunisasi lanjutan pada anak Baduta untuk antigen DPT-HB-Hib4


sebesar 93,2 % dan antigen Campak/MR 2 sebesar 90 %.
Cakupan tersebut sudah mencapai target minimal sebesar 80%, hal ini
disebabkan karena system pencatatan dan pelaporan di tingkat FKTP sudah
sangat baik begitu pula dengan kesadaran masyarakat untuk mengimunisasi
anaknya setelah selesasi imunisasi dasar .
d. Imunisasi Anak Sekolah
Imunisasi anak sekolah merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari
imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus dan Difteri dan diselenggarakan
pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha
kesehatan sekolah.
Cakupan imunisasi anak sekolah di Kabupaten Semarang sudah mencapai
target minimal yaitu 98%. Hal ini disebabkan karena kerjasama yang baik
antara sekolah dan Dinas Kesehatan serta kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit. Adapun cakupan imunisasi
Campak/MR pada anak sekolah sebesar 99,49 %, imunisasi DT 99,75 % dan
imunisasi Td 99,53%.

3. Pelayanan Kesehatan Anak Usia pendidikan dasar


Pelayanan Kesehatan Anak Usia pendidikan dasar adalah pelayanan kesehatan
yang dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 disekolah minimal
satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 – 15 tahun diluar sekolah seperti
di pondok pesantren, panti/LKSA, lapas/LPKA dan lainnya sesuai standar. Hal
yang dilakukan adalah skrining kesehatan yang meliputi penilaian status gizi,
penilaian tanda vital, penilaian kesehatan gigi dan mulut dan penilaian
ketajaman indera, selain itu juga tindak lanjut hasil skrining yang meliputi
memberikan umpan balik hasil skrining kesehatan, melakukan rujukan dan
memberikan penyuluhan kesehatan.

63
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Cakupan Puskesmas yang melaksanakan penjaringan Kesehatan sudah 100 %


sedangkan capaian pelayanan kesehatan anak usia pendidikan dasar sebesar
93 % .

C. KESEHATAN USIA LANJUT


Pelayanan Kesehatan usia lanjut adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada
masyarakat usia 60 tahun ke atas sesuai standar meliputi edukasi perilaku hidup
bersih dan sehat dan skrining factor resiko penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Skrining factor resiko dilakukan minimal 1 kali dalam setahun yang
terdiri dari pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut, pengukuran
tekanan darah, gangguan mental, gangguan kognitif, tingkat kemandirian usia
lanjut dan anamnesa perilaku berisiko. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut
sesuai standar sebesar 76,9 % hal ini disebabkan karena kesadaran usila untuk
datang ke posyandu yang masih kurang karena keterbatasan fisik, akses dan lain-
lain. Untuk itu maka Puskesmas perlu untuk melakukan inovasi agar nantinya
semua usila dapat terlayani.

D. GIZI

Penilaian status gizi balita dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran


Berat Badan dan Panjang / Tinggi Badan dengan standar antropometri penilaian
status gizi balita usia 0 – 60 bulan berdasar Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1995 / MENKES / SK / XII / 2010 yang menggunakan
indeks :

1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Indeks ini digunakan untuk menilai balita dengan status gizi kurang (-3 SD
sampai dengan <-2 SD). Seorang balita dengan BB/U rendah, kemungkinan
mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks
BB/PB atau BB/TB.

64
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

2. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks ini digunakan untuk mengidentifikasi status gizi kurus / sangat kurus (-
3SD sampai dengan <-2 SD). Kondisi gizi kurus / sangat kurus antara lain
disebabkan penyakit atau kekurangan asupan gizi.
3. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U)
Indeks ini mengidentifikasi status gizi pendek (stunted) dengan indikator (-3SD
sampai dengan <-2 SD) dan status gizi sangat pendek (severely stunted) dengan
indikator <-3 SD, yang disebabkan oleh status gizi kurang dalam waktu lama
atau sering sakit.

Gambar 5.6 Prosentase status gizi Balita di Kabupaten Semarang


tahun 2019
5
4.5 4.3

4
3.5
3.5
3
2.5
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Balita Gizi Kurang (BB/U) Balita Pendek (TB/U) Balita kurus (BB/TB)

Sumber : Seksi Kesga gizi


Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa Balita gizi kurang (BB/U)
sebesar 4,3 %, Balita pendek berdasarkan pengukuran tinggi badan berbanding
umur (TB/U) sebesar 2,5 % dan Balita kurus berdasarkan pengukuran berat
badan berbanding tinggi badan (BB/TB) sebesar 3,5 %.
Upaya yang sudah dilakukan dalam rangka menurunkan status gizi kurang dan
kurus antara lain dengan pemberian PMT (Pemberian Makanan tambaha)

65
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

berupa susu dan biscuit, sosialisasi ASI Ekslusif, Sosialisasi PMBA (Pemberian
Makan Bayi dan Anak) bagi kader dan tenaga kesehatan, pemantauan status
gizi buruk dan status gizi kurang secara rutin. Sedangkan upaya untuk
menurunkan status gizi pendek dan sangat pendek (Stunting) yaitu Sosialisasi
1000 hari pertama kelahiran dan pemberian tablet Fe pada remaja putri.

66
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT

A. Penyakit Menular Langsung


1. Tuberculosis
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah
dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.
Kesuksesan dalam penanggulangan TB adalah dengan menemukan penderita
dan mengobati penderita sampai sembuh. WHO menetapkan target global Case
Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus TB sebesar 70% dan Cure Rate (CR)
atau angka kesembuhan pengobatan sebesar 85%. Angka kesembuhan
menunjukkan persentasi pasien TB paru yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan diantara pasien TB paru yang tercatat (Kemenkes RI, 2011).
Target Program nasional Penanggulangan TB sesuai dengan target eliminasi
global adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun
2050. Eliminasi kasus TB adalah kasus TB kurang dari 1 per 100.000 penduduk.
Jumlah keseluruhan kasus TB (Case Notification Rate/CNR) di Kabupaten
Semarang sudah diatas 50 %. Informasi terakhir dari Kementerian Kesehatan,
untuk target penemuan kasus baru TB BTA + tidak dapat dijadikan target
pencapaian oleh Kabupaten / Kota. Target yang harus dicapai oleh Kabupaten /
Kota dalam kasus penemuan TB adalah CNR diatas 50 %.
Masih rendahnya penemuan kasus baru TB BTA + disebabkan antara lain
karena : (1) masih adanya stigma di masyarakat bahwa penyakit TB adalah
penyakit kutukan, sehingga masyarakat malu ketika nanti ditemukan
penyakitnya, (2) keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan, pemeriksaan dan perawatan belum optimal, (3) jejaring penemuan
kasus TB, baik internal kesehatan maupun eksternal belum optimal.
Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi masalah diatas adalah
antara lain dengan : (1) melakukan penyuluhan kepada masyarakat bahwa
penyakit TB bukanlah penyakit kutukan dan bisa disembuhkan dengan

67
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

pengbatan teratur dan berkesinambungan, (2) melakukan pembinaan teknis


kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam hal
penyuluhan, pemeriksaan maupun perawatan pasien TB, (3) melakukan
koordinasi untuk membentuk jejaring internal dan eksternal mengusulkan
kepada Kementerian Kesehatan untuk bisa mendapatkan bantuan dukungan
dari LSM sebagai mitra dalam pengendalian kasus TB.
Angka kesembuhan (cure rate) tahun 2019 di Kabupaten Semarang sebesar
92,3% naik jika dibandingkan dengan angka kesembuhan tahun 2018 86,30%.
Hal ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran pasien penderita TB untuk
periksa dan menjalani pengobatan sampai dengan tuntas, karena bila
pengobatan TB tidak dilakukan secara tuntas nantinya kuman akan kebal
terhadap dosis obat TB yang telah diberikan sehingga pengobatannya
dibutuhkan waktu yang lebih lama dengan dosis obat yang lebih tinggi dan efek
samping obat yang keras. Petugas memberikan arahan kepada penderita TB
bahwa mereka harus disiplin dalam minum obat dan periksa agar tidak
menularkan penyakitnya kepada anggota keluarga yang lain juga masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya.

2. HIV/AIDS
Penemuan kasus HIV / AIDS adalah fenomena gunung es. Kasus yang ditemukan
hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang belum ditemukan. Sampai
dengan saat ini masih merupakan fase pencarian atau penemuan kasus. Di
Kabupaten Semarang, jumlah penderita HIV / AIDS ditemukan pada tahun 2019
jumlahnya meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018
ditemukan 77 kasus HIV dan 17 kasus AIDS. Sedangkan pada tahun 2019 kasus
baru HIV sebanyak 92 kasus dan kasus baru AIDS sebanyak 85 kasus.
Dengan seringnya dilakukan penyuluhan oleh petugas kesehatan diharapkan
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk datang dan periksa ke klinik
VCT, sehingga akan semakin banyak kasus HIV / AIDS yang ditemukan. Belum
optimalnya penemuan kasus masih disebabkan adanya rasa takut bila hasil

68
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

pemeriksaan ternyata reaktif akan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat, hal
tersebut disebabkan masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap penderita
HIV-AIDS.
Terhadap mereka yang sudah positif menderita HIV / AIDS juga tetap dilakukan
penyuluhan dan pendampingan agar mereka teratur minum obat seumur hidup.
Sedangkan bagi mereka dengan perilaku yang beresiko tertular HIV / AIDS juga
dilakukan penyuluhan agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan mau memeriksakan diri ke klinik VCT terdekat.
Jumlah penderita HIV / AIDS dalam 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2014 –
2018 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.1 Jumlah Penderita HIV / AIDS di Kabupaten Semarang


Tahun 2014-2018
TAHUN HIV AIDS

2015 80 26

2016 82 29

2017 74 21

2018 77 17

2019 92 85
Sumber : Seksi P2M

3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyebabkan
peradangan atau cairan di paru-paru yang menyebabkan sulit bernafas dan
membatasi asupan oksigen. Pda anak-anak bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah pneumokokus dan Haemophilus influenza tipe b (Hib).
Gejala pneumonia termasuk panas tinggi disertai batuk, kesulitan bernafas,
pernafasan cepat, tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing) dan atau
mengi. Prevalensi pneumonia pada Balita di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan

69
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

diagnose tenaga kesehatan adalah 1,80 % sedangkan di Kabupaten Semarang


sebesar 1,03%
Cakupan penemuan kasus pneumonia di tahun 2019 sebanyak 1.510 Balita
(71,1%) dikarenakan perhitungan jumlah perkiraan kasus pneumonia Balita
berdasarkan hasil prevalensi kabupaten dan jumlah Balita yang ada yaitu 2124
Balita.
Kondisi ini terjadi karena adanya peningkatan Ketrampilan Tenaga Kesehatan
dan kesadaran masyarakat untuk segera periksa fasilitas kesehatan.

4. Diare
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang seperti Indonesia karena tingkat morbiditas dan moratlitasnya
yang masih tinggi. Kasus diare yang ditemukan di Kabupaten Semarang pada
tahun 2019 sebanyak 15.268 kasus (54,8%) pada kategori semua umur dari
estimasi sasaran semua umur sebesar 27.846 sedangkan kasus diare pada
Balita dapat ditemukan sebanyak 3.854 kasus(38,9%) dari estimasi sasaran
Balita 9.920 kasus. Semua kasus yang ditemukan sudah ditangani dan
mendapatkan oralit dan juga tablet zinc untuk Balita.

70
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Gambar 6.1 Jumlah seluruh Kasus Diare Kabupaten


Semarang tahun 2015-2019
25000

20447 23204
20000
19250
17300
15000 15268

10000
2015 2016 2017 2018 2019

Jml Kasus Diare

Sumber : Seksi P2

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat tren penemuan kasus diare yang dari
tahun 2018, hal tersebut dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk periksa dan berobat sedini mungkin agar lebih cepat tertangani dan lekas
sembuh, karna apabila tidak segera ditangani akan berbahaya dan besar
kemungkinan menyebabkan kematian, sehingga kewaspadaan dini dalam
penemuan dan penanganan diare sangat dibutuhkan.
5. Kusta
Penemuan kasus baru kusta pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang sebanyak
5 kasus (PB dan MB), sedangkan pada anak usia 0 – 14 tahun tidak ditemukan
adanya kasus kusta. Angka cacat tingkat 2 ditemukan 1 kasus di wilayah
Susukan. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Semarang masih
berpotensi ditemukan kasus kusta lainnya.
Penularan penyakit kusta sangatlah spesifik yaitu dengan adanya sentuhan
kulit dengan penderita yang terjadi berulang-ulang dan dalam waktu lama, baik
sentuhan kulit langsung maupun lewat pakaian atau handuk yang digunakan
bergantian oleh anggota keluarga maupun orang yang tinggal satu rumah. Oleh
karena itu masyarakat selalu diberikan penyuluhan dan himbauan agar
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya
sehari-hari untuk dapat mengurangi resiko penularan berbagai macam penyakit.

71
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Angka kesembuhan penderita kusta yang mencapai 100 % menggambarkan


adanya peningkatan kesadaran penderita yang kooperatif untuk melakukan
pengobatan sampai tuntas.

B. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi dan saat ini menjadi imunisasi wajib
adalah untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum, hepatitis, difteri, pertussis,
polio dan Campak. Pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang tidak ditemukan kasus
tetanus, difteri dan Pertusis namun ada 86 kasus suspek campak yang ditemukan
dengan Insiden rate 8,3 %. Kasus PD3I tersebut segera dilakukan pelacakan dalam
waktu kurang dari 24 jam dan segera dirujuk ke Rumah Sakit sehingga tidak meluas.
Masih ditemukan penyakit Campak, meskipun cakupan imunisasi campaknya sudah
tinggi, karena Program CBMS (Case Base Measles Surveilans) di Kabupaten Semarang
aktif, sehingga semua kasus campak klinis dicatat dan ditindaklanjuti dengan
pengambilan sampel untuk diperiksa secara laboratorium di BLK Yogyakarta
Sedangkan untuk kasus AFP pada penduduk < 15 tahun ditemukan kasus AFP 5,1 %
(12 kasus).

C. Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis


1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) per
100.000 penduduk di Kabupaten Semarang pada tahun 2019 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. IR DBD tahun 2019 sebesar 44,3
per 100.000 penduduk dari 458 kasus ditemukan dan ditangani. Sedangkan IR
DBD tahun 2018 sebesar 17,1 per 100.000 penduduk dari 175 kasus ditemukan
dan ditangani.
Peningkatan kasus disebabkan karena musim penghujan yang juga panjang.
Peningkatan kasus sebaiknya diiringi juga dengan peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan agar terbebas dari penyakit
terutama penyakit DBD. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat antara lain

72
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M plus.


Program PSN 3M Plus, yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang
sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2) Menutup,
yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.Plus pemakaian Repelant
yaitu obat atau bahan yang mampu mengusir nyamuk.
Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) DBD di Kabupaten Semarang tahun
2019 sebesar 0,2 % (1 kasus) , mengalami penurunan jika dibandingkan tahun
2018 yang sebesar 0,2 % (2 kasus).
Untuk mengubah pola pikir tersebut telah dilakukan penyuluhan mencegah
penularan DBD dengan PSN dan pentingnya periksa sesegera mungkin ke
fasilitas pelayanan kesehatan apabila mendapati tanda-tanda terserang DBD.

2. Malaria
Kasus malaria yang ditemukan di Kabupaten Semarang tahun 2014 merupakan
kasus yang awal mulai terjangkitnya didapat dari luar Kabupaten Semarang saat
yang bersangkutan bekerja boro (kasus import). Jumlah kasus malaria
ditemukan tahun 2019 sebanyak 8 kasus, yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Jimbaran (5 kasus), Wilayah kerja Puskesmas Ungaran (3 kasus).
Angka Kesakitan (Annual Parasite Incidence/API) malaria di tahun 2019 sebesar
0.008 per 1.000 penduduk.

73
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

Tabel 6.2 Angka Kesakitan Malaria di Kabupaten Semarang


Tahun 2015 -2019
TAHUN Angka Kesakitan Malaria (per 1.000 pddk)
2014 0,0010

2015 0,006022

2016 0,0079
2017 0,00494
2018 0
2019 0,008
Sumber : Seksi P2PL

3. Filariasis
Kasus Filariasis di Kabupaten Semarang tahun 2019 terdapat 13 kasus Filariasis,
1 kasus kronis pindah dan 12 kasus kronis meninggal. Kabupaten Semarang oleh
Kementerian Kesehatan telah dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis,
sehingga seluruh penduduk Kabupaten Semarang yang berumur 2 – 70 tahun
harus minum obat filariasis setahun sekali berturut-turut selama 5 tahun.
Program pemberian obat masal pencegahan filariasis ini dimulai tahun 2017
sampai tahun 2021. Dengan program tersebut memperkecil kemungkinan
penularan penyakitnya terhadap warga sekitar. Terhadap warga masyararakat
juga dilakukan penyuluhan terus - menerus karena filariasis dapat ditularkan
lewat gigitan nyamuk. Penularan filariasis dapat ditekan dengan meningkatan
kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.

D. Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi
karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap
lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian
dini.

74
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor resiko seperti merokok, kurang
aktifitas fisik, diet yang tidak sehat dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap faktor resiko PTM sangat penting dalam
pengendalian PTM.
a. Hipertensi
Pada tahun 2019 estimasi penduduk >15 tahun yang menderita hipertensi adalah
sebanyak 171.246 jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan prevalensi
hipertensi Kabupaten Semarang yang dikalikan dengan jumlah penduduk >15
tahun. Sebanyak 103.318 (60,3%) penduduk yang mendapatkan pelayanan
hipertensi sesuai standard.
Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standard adalah pelayanan kesehatan pada
penderita hipertensi yang meliputi :
1) Pengukuran tekanan darah
2) Edukasi
a) Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP..
b) Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pengukuran
tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan, edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat,
Melakukan rujukan jika diperlukan
c) Tekanan Darah Sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg ditambahkan
pelayanan terapi farmakologi

Apabila faktor resiko PTM tersebut terpantau secara dini / rutin, maka dapat
diupayakan menjaga kondisi normal, atau jika berada dalam kondisi buruk faktor
resiko tersebut dikendalikan supaya kembali pada kondisi normal, sehingga angka
kesakitan dan kematian akibat hipertensi dapat dikendalikan.
b. Diabetes Mellitus
Setiap penderita diabetes mellitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus sesuai standar meliputi:

75
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

1) Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas


pelayanan kesehatan
2) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau Nutrisi
3) Melakukan rujukan jika diperlukan
4) Gula darah sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan pelayanan
terapi farmakologi
Pada tahun 2019 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebesar 30.663 jiwa dan
pelayanan yang dilakukan sesuai standard sebesar 37.163 jiwa (121,2%).

c. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara


Pada tahun 2019 semua puskesmas di Kabupaten Semarang sudah
melaksanakan kegiatan deteksi dini IVA dan SADANIS. Target perempuan usia 30-
50 tahun sebanyak 158.782 jiwa. Jumlah pemeriksaan Leher Rahim dan Payudara
sebanyak 2.602 (1,6%), dari jumlah pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil
107 (4,1%) perempuan mendapatkan hasil IVA positif, Curiga kanker 16 orang
(0,6%) dan ditemukan benjolan pada pemeriksaan payudara sebanyak 19 orang
(0,7%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kasus IVA postif masih cukup tinggi
dan memungkinkan jika lebih banyak lagi perempuan yang melakukan skrining
maka kasus IVA postif juga akan semakin banyak. Selain itu perempuan yang
melakukan skrining adalah perempuan yang mayoritas sudah menikah sedangkan
bagi perempuan yang sudah pernah kontak seksual namun belum menikah tidak
melakukan skrining. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pencegahan primer
yaitu berguna untuk untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan penyebab
dan faktor risiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek
dari penyebab kanker. Selain faktor risiko, ada faktor protektif yang akan
mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker. Pendekatan pencegahan ini
memberikan peluang paling besar dan sangat cost-effective dalam pengendalian.
Kegiatan tersebut merupakan upaya agar memberdayakan masyarakat agar peduli
dan menjaga kesehatan dan meningkatkan perilaku sehat individu masing-masing
melalui perilaku CERDIK yaitu Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin

76
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

aktifitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, serta Kelola stress. Kegiatan promosi
spesifik lebih mengarah kepada faktor risiko spesifik terhadap penyebab Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim, seperti riwayat keluarga dengan tumor/kanker,
permasalahan hormonal, perilaku seksual yang aman.

77
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

BAB VII

KESEHATAN LINGKUNGAN

A. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


Desa STBM adalah desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5 pilar
STBM. Sedangkan STBM adalah pendekatan yang dilakukan untuk mengubah
perilaku hygiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB)
sembangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Untuk dapat melaksanakan 5 pilar STBM bukanlah hal yang mudah. Pada tahun 2018
desa STBM meningkat menjadi 4 desa di Kecamatan Tengaran. Sedangkan pada 2019
Desa yang melaksanakan STBM 232 desa (98,7%) sedangkan desa STBM yang sudah
melaksanakan 5 pilar ada 116 desa (49,4%). Dan semua Desa/Kelurahan sudah
menjadi Desa Stop BABS (SBS) yaitu 235 desa/kelurahan (100%). Untuk dapat
mencapai pilar – pilar yang lain, perlu adanya pemicuan yang berkelanjutan dan kerja
sama lintas program dan lintas sektor.

B. AIR MINUM
Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan air
minun sehat dan layak konsumsi adalah air yang tidak berasa, berbau, berwarna,
tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam
berat.
Persentase penyelenyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan pada
tahun 2019 sebanyak 298 sarana airminum dari 377 sarana air minum yang
diperiksa dan diambil sampelnya. Untuk lebih meningkatkan persentase
penyelenggaraan air minum yang memenuhi syarat Puskesmas lebih mengaktifkan

78
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019

kegiatan klinik sanitasi dan melakukan penyuluhan mengenai tata cara pengolahan
dan penanganan air yang belum sesuai dengan baku mutu air minum.

C. AKSES SANITASI LAYAK


Penduduk Kabupaten Semarang yang memiliki akses sanitasi yang layak pada tahun
2018 sebesar 98,4 % (1.006.013 orang), Sedangkan Pada Tahun 2019 Semua
Keluarga Sudah Memiliki Akses Terhadap Sanitasi Yang Layak/Jamban Sehat.
Kondisi ini tercipta karena didukung oleh adanya kegiatan pemicuan CTLS yang
dimulai sejak tahun 2011, dengan maksud agar masyarakat terpicu untuk memiliki
jamban sehat di rumahnya serta tidak buang air besar di sembarang tempat.

D. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

Persentase Tempat-tempat umum memenuhi syarat pada tahun 2019 di Kabupaten


Semarang meningkat bila dibandingkan tahun 2018. Untuk tahun 2018, persentase
tempat-tempat umum memenuhi syarat sebesar 89,37 %, sedangkan pada tahun
2019 sebesar 89,5 %. Hal ini disebabkan oleh masih meningkatnya kesadaran dari
masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan TTU serta kegiatan bersih-bersih
lingkungan yang dilaksanakan secara terus – menerus.
Selama ini telah dilakukan kegiatan penyuluhan dan kunjungan ke tempat – tempat
umum dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. Kerja sama dengan asosiasi /
paguyuban juga menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan
di TTU.

E. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)

Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan / TPM di Kabupaten Semarang pada


tahun 2019 jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) sebanyak 1.782 TPM
dan TPM yang memenuhi syarat hygiene sanitasi dalam pengelolaan makanan
sebanyak 1.583 TPM (88,8%).
Dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
menjaga hygiene sanitasi maka telah diadakan kegiatan kursus penjamah
makanan untuk menjamin kualitas makanan yang dikelola, sehingga dapat

79
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
terhindar dari kejadian keracunan makanan sebagai akibat dari buruknya
kondisi sanitasi. Kerja sama lintas program dan lintas sektor mutlak diperlukan
untuk menunjang keberhasilan kegiatan ini.

80

Anda mungkin juga menyukai