SEMARANG
2019
BAB I
DEMOGRAFI
1
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Luas wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 hektar atau sekitar 2,92%
dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif wilayah Kabupaten Semarang
terdiri dari 19 Kecamatan yang terdiri dari 208 desa dan 27 Kelurahan.
Kabupaten Semarang diuntungkan secara geografis mengingat posisinya yang
strategis terletak di jalur-jalur penghubung segitiga pusat perkembangan wilayah
Jogjakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar). Posisi strategis tersebut merupakan
kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah.
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan data dari Disdukcapil Kabupaten Semarang pada akhir tahun 2019,
Jumlah penduduk Kabupaten Semarang adalah 1.034.331 jiwa dengan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 517.748 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
516.565 jiwa. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Semarang mengalami
peningkatan yang tergambar dalam tabel berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2015 – 2018
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2015 499.066 497.280 996.346
2016 503.539 502.138 1.005.677
2017 506.754 504.881 1.011.635
2018 512.269 510.154 1.022.423
2019 517.748 516.565 1.034.313
Sumber : - Dispendukcapil Kabupaten Semarang Tahun 2015 – 2019
2
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
3
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Ganbar 1.3. Piramida penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
di Kabupaten Semarang Tahun 2019
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
10 08 06 04 02 00 02 04 06 08 10
PEREMPUAN LAKI-LAKI
B. KEADAAN EKONOMI
Berdasarkan Buku Tinjauan Ekonomi Kabupaten Semarang Nilai Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku Kabupaten Semarang tahun 2018 sebesar
46.229.865,77 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang sebesar
42.615.817,45 rupiah.
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu 5,65
persen pada tahun 2017 meningkat menjadi 5,79 persen pada tahun 2018 yaitu
tertinggi pada kategori informasi dan komunikasi dan jasa lainnya.
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Semarang akibat proses pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2014-2018 tidak terlepas dari dua faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir.
Sedangkan factor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
4
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Tingkat Kemiskinan adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Angka Kemiskinan di Kabupaten
Semarang dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2018 cenderung menurun.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki pengeluaran perkapita perbulan
dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan di Kabupaten Semarang pada tahun
2018 sebesar Rp. 341.576,- per kapita perbulan. Pada tahun 2018 angka kemiskinan
di Kabupaten Semarang sebesar 7,29 persen menurun dibandingkan dengan tahun
2017 sebesar 7,78 persen. Sedangkan penduduk miskin juga mengalami penurunan
dari 79,66 ribu jiwa pada tahun 2017 menjadi 75,67 ribu jiwa pada tahun 2018.
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Dalam pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa” dimana tujuan ini dapat terwujud melalui
pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu indikator penentu indeks
pembangunan masyarakat. Pendidikan masyarakat dapat diukur dengan berbagai
indikator yaitu dengan perhitungan indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Indikator Rata-rata lama sekolah menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia
(SDM) yang diukur dalam aspek pendidikan, Semakin tinggi nilainya semakin tinggi
mutu SDM suatu masyarakat.
Secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten terus membaik. Hal ini
ditunjukan dengan semakin meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS).
5
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
8.5
8 7.87 7.88
7.48
7.5 7.33
6.5
5.5
5
2015 2016 2017 2018
Sumber. Statistik Pendidikan Kab. Semarang 2018
Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 sebesar 7,88
tahun, hal ini berarti bahwa penduduk di Kabupaten Semarang baru bisa menikmati
pendidikan rata-rata sampai kelas 1 SMP. Rata-rata Lama sekolah di Kabupaten
Semarang mengalami peningkatan tiap tahunnya yang tergambar dalam grafik di
atas. Hal ini disebabkan karena keadaan ekonomi dan kesadaran masyarakat atau
fasilitas pendidikan yang semakin berkembang, selain itu dalam dunia kerja adanya
syarat pendidikan terendah adalah SMA sederajat semakin mendorong masyarakat
untuk melanjutkan pendidikan sampai dengan jenjang SMA sederajat.
Kemampuan membaca dan menulis penduduk berumur 15 tahun ke atas adalah
ukuran kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu. Tinggi
rendahnya angka buta huruf suatu masyarakat mencerminkan kualitas SDM
Masyarakat tersebut.
6
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
97.7
98
97
96 95.33
95.13
95 Angka Melek Huruf
93.91
94
93
92
2015 2016 2017 2018
Angka melek Huruf (AMH) di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 adalah 97,7
persen meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa hanya 2,23
persen saja penduduk Kabupaten Semarang yang belum bisa membaca dan menulis.
Angka Partisipasi Sekolah juga dapat menggambarkan berapa banyak penduduk
usia pendidikan yang bersekolah menurut kelompok umur sekolah atau jenjang
pendidikan tertentu. Ada tiga jenis indikator yang memberikan gambaran mengenai
partisipasi sekolah yaitu angka Partisipasi Sekolah (APS), angka Partisipasi Kasar
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
APS secara umum dikategorikan menjadi 4 kelompok umur yaitu umur 7-12 tahun
mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, 16-18
tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK dan 19-24 tahun mewakili umur
setingkat perguruan tinggi.
7
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
80% 74.39%
60%
40%
19.73%
20%
0%
APS 7-12 tahun APS 13-15 tahun APS 16-18 tahun APS 19-24 tahun
8
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
APM merupakan perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya. Indikator
tahun 2018 nilai APM untuk SD sederajat 95,18 persen, SMP sederajat 81,83% dan SMA
sederajat 60,67 persen.
Sedangkan Angka Partisipasi Kasar menunjukan jumlah penduduk yang bersekolah pada
usia tertentu pada jenjang pendidikan yang sesuai. NIlai APK yang melebihi 100%
menunjukan masih adanya penduduk yang cepat bersekolah (penduduk usia 7 tahun yang
sudah bersekolah) atau terlambat bersekolah (penduduk usia lebih dari 12 tahun masih
bersekolah SD sederajat). Secara umum nilai APK mengalami kenaikan dari tahun ketahun
tergambar dalam gambar berikut ini .
40 2018
20
0
APK SD sederajat APK SMP sederajat APK SMA sederajat
9
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
layak digambarkan dengan kemampuan daya beli. Ketiga aspek tersebut dianggap
mampu untuk merepresentasikan pembangunan manusia di suatu wilayah.
Perkembangan komponen kesehatan digambarkan dengan indikator angka harapan
hidup. AHH adalah perkiraan bnayaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
selama hidup. Pada tahun 2018 AHH Kabupaten Semarang meningkat menjadi
75,62 tahun dibandingkan tahun 2017 sebesar 75,57 tahun.
Perkembangan komponen pendidikan meliputi dua indikator yaitu Angka harapan
lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Sedangkan komponen kedua yaitu Rata-rata Lama sekolah yang didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk untuk bersekolah formal. Nilai
RLS Kabupaten semarang pada tahun 2018 adalah 7,88 tahun yang bermakna
penduduk kabupaten Semarang usia 25 tahun ke atas hanya mampu bersekolah
hingga menjelang kelas 8 (kelas 2 SMP). Sedangkan Nilai HLS pada tahun 2018
sebesar 12,85 yang menjelaskan bahwa anak-anak di Kabupaten Semarang yang
baru duduk dibangku Sekolah dasar (SD) pada tahun 2018 diharapkan akan mampu
terus bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi semester 1.
Perkembangan komponen yang terakhir adalah kemampuan daya beli masyarakat
yaitu untuk melihat dimensi ekonomi suatu wilayah. Daya beli merupakan
kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uang untuk barang dan jasa yang
dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan
dapat menaikan atau menurunkan daya beli masyarakat. Paritas daya beli
masyarakat di Kabupaten Semarang tahun 2018 sebesar Rp. 11.807.000,-
meningkat dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh semakin
membaiknya kondisi ekonomi penduduk atau semakin beragamnya barang/jasa
yang dapat dibeli masyarakt termasuk dalam hal memperoleh pendidikan dan
kesehatan.
10
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
73.61
73.2
73
72.4
72
71.89
71.65
71
2014 2015 2016 2017 2018
Perkembangan IPM Kabupaten Semarang setiap tahun meningkat yaitu pada tahun
2018 mencapai 73,61 dimana angka tersebut masuk dalam kategori Tinggi.
11
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB II
12
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
14
12
12
Dasar
10
Madya
8
Utama
6 5 5 5 Paripurna
4 4 4 4
4
2
2 1 1 1 1
0
0
2016 2017 2018 2019
Pada tahun 2019 telah dilakukan penilaian ulang akreditasi pada 6 (enam )
Puskesmas yang sudah dilakukan penilaian awal pada tahun 2016, status
akreditasi yang didapatkan yaitu 2 puskesmas berstatus paripurna (Sumowono
dan Suruh),dan 4 Puskesmas berstatus Utama ( Lerep, Ungaran,
Tengaran,Susukan). Dari hasil tersebut ada 2 (dua) puskesmas yang bisa
meningkatkan status akreditasinya yaitu Puskesmas Suruh menjadi status
akreditasi Paripurna dan Puskesmas Susukan menjadi berstatus Utama.
13
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
a. Lokasi
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan seperti geografis,
akses transportasi menjangkau Puskesmas, fasilitas parkir dan keamanan, serta
tidak didirikan di sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
b. Bangunan
Puskesmas dikatakan memiliki pelayanan sesuai standar jika memiliki beberapa
ruang/ruangan yang menunjang kerja Puskesmas. Bangunan-bangunan ini harus
tersedia sehingga pelayanan Puskesmas berjalan secara optimal
c. Prasarana
Puskesmas harus memiliki prasarana yang baik sehingga kegiatan operasional
Puskesmas dapat berjalan dengan baik. Contoh prasarana yang harus dimiliki
Puskesmas diantaranya sistem ventilasi, pencahayaan, sanitasi, listrik,
komunikasi, gas medik, proteksi petir dan kebakaran, pengendalian bising,
sistem transportasi vertical (untuk Puskesmas lebih dari 1 lantai), kendaraan
Puskesmas keliling, dan ambulans. Keberadaan prasarana ini harus dilakukan
perawatan, pemeliharaan, dan pengecekan secara berkala agar keberadaannya
dapat dipastikan berfungsi dengan baik
d. Peralatan
Puskesmas harus memiliki peralatan lengkap dan harus memenuhi persyaratan
standar mutu, kemanan, dan keselamatan, memiliki izin edar serta diuji dan
dikalibrasi secara berkala.
e. Ketenagaan
Sumber daya manusia di Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan. jumlah sumber daya manusia Puskesmas ditentukan
berdasarkan analisis beban kerja, sesuai dengan jumlah pelayanan yang
diberikan, jumlah penduduk di wilayah kerja, pembagian waktu kerja, dll.
Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai standar profesi, standar
pelayanan, standard prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak
14
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
15
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Tabel 2.1 Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Non Rawat Inap
Kabupaten Semarang tahun 2019
No Puskesmas Rawat inap Puskesmas Non rawat Inap
1 Puskesmas Getasan Puskesmas Jetak
2 Puskesmas Tengaran Puskesmas dadapayam
3 Puskesmas Susukan Puskesmas Semowo
4 Puskesmas Kaliwungu Puskesmas Tuntang
5 Puskesmas Suruh Puskesmas Gedangan
6 Puskesmas Pabelan Puskesmas Banyubiru
7 Puskesmas Sumowono Puskesmas Jambu
8 Puskesmas Bringin Puskesmas Ambarawa
9 Puskesmas Bancak Puskesmas Duren
10 Puskesmas Bergas Puskesmas Jimbaran
11 Puskesmas Pringapus Puskesmas Bawen
12 Puskesmas Ungaran
13 Puskesmas Leyangan
14 Puskesmas Kalongan
15 Puskesmas Lerep
16
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
4. Puskesmas yang Bekerjasama dengan UTD dan RS dalam Pelayanan darah untuk
Menurunkan Angka Kematian ibu (AKI)
Salah satu upaya penurunan angka Kematian Ibu melahirkan adalah dengan
pemenuhan kebutuhan darah bagi ibu melahirkan dengan komplikasi perdarahan.
Karena berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
penyebab kematian di Indonesia didominasi oleh 3 (tiga) penyebab utama yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Untuk mengatasi komplikasi
pedarahan tersebut maka perlu pelayanan darah yang aman dan berkualitas serta
ketersediaan darah sesuai kebutuhan. Berdasarkan data pelayanan darah tahun
2014, produksi darah secara nasional (whole Blood dan komponennya) dalam satu
tahun sebanyak 4,6 juta kantong darah sedangkan rekomendasi WHO
17
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
18
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
kesehatan tenaga kerja. Sasaran kesehatan kerja yaitu pekerja formal dan pekerja
informal
Kesehatan Olahraga yaitu upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau
latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan sasaran masyarakat dan
prestasi
Pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang sudah terbentuk 77 Pos UKK informal
dengan Pelayanan UKK terintegrasi sebanyak 28 Pos. Pos UKK terbanyak yang
sudah dibentuk adalah di Puskesmas Duren sebanyak 7 Pos UKK
Pringapus
Jambu
Kalongan
Tuntang
Ungaran
Dadapayam
Banyubiru
Ambarawa
Bergas
Lerep
Semowo
Bancak
Bawen
Getasan
Duren
Bringin
Jetak
Gedangan
Jimbaran
Tengaran
Sumowono
Leyangan
Pabelan
Pos UKK
19
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
20
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
250
216 220
200
100 79 79
50
0 0 0
0
2015 2016 2017 2018 2019
B. KLINIK
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik. Berdasarkan jenis pelayanannya klinik terbagi menjadi klinik pratama
dan klinik utama. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar naik umum maupun khusus, sedangan klinik utama adalahklinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik.
Pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang terdapat 70 klinik yang dimiliki oleh
masyarakat dengan rincian sebagai berikut :
21
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
UNGARAN
BANYUBIRU
TUNTANG
DUREN
GETASAN
BRINGIN
SUSUKAN
LEREP
JAMBU
SUMOWONO
TENGARAN
DADAPAYAM
PABELAN
GEDANGAN
JIMBARAN
PRINGAPUS
AMBARAWA
BANCAK
JETAK
KALIWUNGU
SEMOWO
KALONGAN
LEYANGAN
BERGAS
SURUH
BAWEN
Pratama Rawat jalan Pratama Rawat Inap Utama Rawat Inap
Dari data tersebut, klinik yang bekerjasama dengan BPJS ada sejumlah 36 Klinik dan
yang tidak bekerjasama ada 32 Klinik
C. RUMAH SAKIT
22
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Sedangkan rumah sakit Lapangan adalah Rumah Sakit yang didirikan di lokasi
tertentu dan bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap darurat
bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu yang bisa berbentuk tenda,
container atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai rumah
sakit.
Berdasarkan Jenis Pelayanannya Rumah sakit dikategorikan sebagai rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus.
Tabel. 2.1 Rumah Sakit berdasarkan Jenis, Jumlah Tempat Tidur, Kelas
dan Status akreditasi Kab. Semarang tahun 2019
23
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
24
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Pada tahun 2017 sampai dengan 2018 capaian desa siaga aktif mandiri mengalami
peningkatan dari 2,6% (6 desa) menjadi 3,8% (9 desa). Hal ini dimungkinkan
karena program upaya kesehatan masyarakat (UKM) mulai dianggap penting
kaitannya dengan akreditasi, sehingga masyarakat harus melaksanakan kegiatan
pemberdayaan melalui SMD dan MMD. Disamping itu adanya dukungan dana dari
BOK yang mencukupi sehingga puskesmas aktif melaksanakan pembinaan ke desa /
kelurahan. Pada tahun 2019 Capaian desa siaga aktif mandiri mengalami penurunan
menjadi 3,4% (8 desa) kemungkinan adanya perubahan instrumen sebagai
pedoman penentuan strata desa siaga dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2. Posyandu Mandiri
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sosial dasar untuk mempercepat
penurunan AKI dan AKB. Posyandu sendiri memiliki manfaat untuk mendukung
perbaikan perilaku, keadaan gizi & kesehatan keluarga, Mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat, mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan
25
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
48.90%
43.20%
50.00%
40.00% 31.74%
30.00%
posyandu mandiri
20.00%
10.00%
0.00%
2017 2018 2019
26
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB III
SDM KESEHATAN
27
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
28
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Tabel 3.2 ketersediaan tenaga SDM kesehatan berdasarkan per 100.000 penduduk di
Kabupaten Semarang tahun 2019
Dari hasil perbandingan atara targer tahun 2019 dengan realisasi menunjukkan bahwa
secara keseluruhan ada beberapa tenaga kesehatan di Kabupaten Semarang yang tidak
terpenuhi itu menandakan bahwa tenaga kesehatan di Kabupaten Semarang masih memiliki
kekurangan. Dilihat dari perbandingan dengan tahun 2018 dan tahun 2019 terjadi penurunan
rasio hampir pada seluruh tenaga kesehatan.
29
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
30
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Gambar 3.2 Jumlah dokter umum dan dokter gigi di Rumah Sakit
se-Kabupaten Semarang tahun 2019
25
21
20
15 14
12 Dokter
Umum
10
6 Dokter Gigi
5 4 4
3
1 1 1
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH
b. Dokter Spesialis
Dari 5 Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Semarang memiliki jumlah sokter
spesialis sebanyak 138 orang dengan 130 orang dokter Spesialis dan 8 orang
Dokter Gigi Spesialis. Dari hasil grafik jumlah dokter spesialis diketahui bahwa
untuk Rumah Sakit Bina Kasih dan Kusuma masih belum memiiki dokter gigi
spesialis, sedangkan rumah sakit ken saras memiliki jumlah dokter spesialis
paling banyak dengan jumlah 64 orang dokter spesialis dan 4 orang dokter gigi
spesialis
31
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
d. Tenaga keperawatan
Keseluruhan Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Semarang telah memiliki
perawat. RSU Ken Saras paling banyak memiliki tenaga perawat dengan jumlah
266 orang, sedangkan RSU Kusuma memiliki tenaga perawat paling sedikit
dengan jumlah 5 orang.
32
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
150
100
50 37
5
0
RSUD UNGARANRSUD AMBARAWARSU KEN SARAS RSU BINA KASIH RSU KUSUMA
e. Tenaga Kebidanan
Keseluruhan Rumah Sakit yang berada di kabupaten semarang telah memiliki
tenaga Bidan. RSUD Ambarawa paling banyak memiliki tenaga Bidan dengan
jumlah 40 orang, sedangkan RSU Kusuma memiliki tenaga Bidan paling sedikit
dengan jumlah 8 orang.
33
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
f. Tenaga lainnya
Dari 5 rumah sakit yang berada di kabupaten semarang hanya 3 rumah sakit
yang telah memiliki tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitarian, dan tenaga
gizi yaitu RSUD Ungaran, RSUD Ambarawa, dan RSU Ken Saras. Sedangkan
untuk RSU Bina Kasih hanya memiliki tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga
sanitarian dengan jumlah masing-masing 1 orang. Untuk RSU Kusuma belum
memiliki ketiga tenaga kesehatan ini.
34
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
35 33
30
25 ATLM
25
19 20
20 18
16 Teknik
Biomedika
15 13 13
11
Keterapian
10 Fisik
5 5
5 3 2 2 1 Keteknisan
0 1 1 0 0
Medis
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU KUSUMA
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH
g. Tenaga penunjang
Tenaga penunjang terdiri dari tenaga struktural dan dukungan manajemen. Di
rumah sakit se-kabupaten Semarang memiliki jumlah tenaga penunjang
sebanyak 322 orang, dengan jumlah tenaga struktural sebanyak 35 orang dan
tenaga dukungan manajemen sebanyak 287 orang.
RSUD Ungaran menjadi rumah sakit dengan jumlah tenaga struktural paling
banyak sejumlah 13 orang dan RSUD Ambarawa dengan jumlah tenaga
dukungan manajemen paling banyak sejumlah 135 orang. Untuk RSU Kusuma
belum memiliki tenaga dukungan manajemen.
35
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
120
100
80
Struktural
60
Dukungan Manajemen
40
20
0
RSUD RSUD RSU KEN RSU BINA RSU
UNGARAN AMBARAWA SARAS KASIH KUSUMA
36
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
Jetak
Semowo
Gedangan
Tengaran
Jimbaran
Sumowono
Leyangan
Pringapus
Getasan
Suruh
Bergas
Sususkan
Kaliwungu
Banyubiru
Ungaran
Pabelan
Kalongan
Jambu
Tuntang
Bancak
Dadapayam
Ambarawa
Bawen
Lerep
Duren
Bringin
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian
37
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
Semowo
Gedangan
Jetak
Tengaran
Sumowono
Jimbaran
Leyangan
Getasan
Sususkan
Tuntang
Pringapus
Kaliwungu
Suruh
Pabelan
Kalongan
Jambu
Ungaran
Banyubiru
Bergas
Ambarawa
Lerep
Bawen
Dadapayam
Bancak
Duren
Bringin
38
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Semowo
Gedangan
Tengaran
Jetak
Sumowono
Jimbaran
Leyangan
Ambarawa
Sususkan
Kaliwungu
Suruh
Pringapus
Kalongan
Bringin
Pabelan
Ungaran
Banyubiru
Dadapayam
Jambu
Tuntang
Bergas
Lerep
Bawen
Bancak
Duren
d. Tenaga Bidan di Puskesmas
Tenaga bidan yang ada di Puskesmas se-Kabupaten Semarang sejumlah 331 orang,
dengan jumlah bidan paling banyak berada di Puskesmas Tengaran dengan 24
orang, Puskesmas Sumowono dengan 20 orang, dan Puskesmas Bringin dengan 22
orang
Semowo
Tengaran
Gedangan
Jimbaran
Suruh
Leyangan
Getasan
Sumowono
Sususkan
Kaliwungu
Bancak
Pringapus
Pabelan
Kalongan
Ungaran
Tuntang
Banyubiru
Jambu
Ambarawa
Bawen
Bergas
Dadapayam
Lerep
Duren
Bringin
39
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
e. Jumlah Puskesmas yang memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan Promotif dan
Preventif
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Tenaga Kesehatan Masyarakat terdiri dari tenaga kesehatan masyarakat,
epidemiologi kesehatan, promosi kesehatan, ilmu perilaku, administrasi, dan
kebijakan kesehatan, biostatistik dan kependudukan reproduksi dan keluarga,
informasi kesehatan.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
Semowo
Leyangan
Sususkan
Pabelan
Jetak
Tengaran
Jimbaran
Getasan
Tuntang
Jambu
Suruh
Pringapus
Kalongan
Ungaran
Bawen
Bergas
Lerep
Bancak
Duren
Bringin
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
0
Pringapus
Jetak
Semowo
Gedangan
Banyubiru
Leyangan
Tengaran
Jimbaran
Getasan
Bergas
Sususkan
Kaliwungu
Suruh
Ungaran
Pabelan
Kalongan
Jambu
Tuntang
Bawen
Bancak
Lerep
Duren
Bringin
40
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
0
Sumowono
Jimbaran
Tengaran
Gedangan
Jetak
Semowo
Leyangan
Getasan
Sususkan
Pringapus
Kaliwungu
Suruh
Lerep
Pabelan
Ungaran
Banyubiru
Jambu
Bergas
Tuntang
Bancak
Ambarawa
Bawen
Duren
Bringin
4. Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Dari 26 puskesmas di Kabupaten Semarang semuanya telah memiliki tenaga ahli
teknologi laboratorium medik, dengan Puskesmas Dadpayam dan Pringapus yang
memiliki 2 tenaga ahli teknologi laboratorium medik
2 2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
Tengaran
Sumowono
Jetak
Semowo
Gedangan
Jimbaran
Leyangan
Getasan
Suruh
Pringapus
Sususkan
Kaliwungu
Ungaran
Pabelan
Kalongan
Tuntang
Banyubiru
Jambu
Bergas
Ambarawa
Lerep
Dadapayam
Bawen
Bancak
Duren
Bringin
41
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
5. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian terdiri dari tenaga teknik kefarmasian dan apoteker. Jumlah tenaga
kefarmasian di Puskesmas se Kabupaten Semarang sebanyak 57 orang, dengan jumlah
tenaga teknik kefarmasian sebesar 27 orang dan apoteker 30 orang. Di 26 puskesmas
yang ada sudah memiliki tenaga kefarmasian baik itu tenaga teknis kefarmaisan
maupun apoteker
Berdasarkan tenaga teknis kefarmasian dapat dilihat bahwa di seluruh puskesmas
sudah memiliki tenaga teknis kefarmasian dengan jumlah minimal 1 orang, sedangkan
untuk Puskesmas Dadapayam memiliki jumlah tenaga sebanyak 2 orang.
2 2 2 2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
Jetak
Semowo
Gedangan
Sumowono
Leyangan
Tengaran
Jimbaran
Getasan
Sususkan
Kaliwungu
Suruh
Pringapus
Pabelan
Ungaran
Kalongan
Banyubiru
Jambu
Tuntang
Bergas
Lerep
Bawen
Bancak
Dadapayam
Ambarawa
Duren
Bringin
42
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN
600,000,000,000.00
500,000,000,000.00
400,000,000,000.00
300,000,000,000.00
200,000,000,000.00
100,000,000,000.00
0.00
Alokasi Kesehatan sesuai Alokasi Kesehatan Kab.
UU Semarang
43
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Alokasi anggaran kesehatan tahun 2019 mencapai 22,8% terjadi peningkatan bila
dibandingkan pada tahun 2018 yang hanya sebesar 17,65%. Sedangkan untuk
anggaran kesehatan per kapita sebesar Rp 357.748
44
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
562,815,569,901
600,000,000,000
500,000,000,000
421,592,616,300
565,757,679,000
400,000,000,000 348,138,313,234
311,067,825,894
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
-
2015 2016 2017 2018 2019
Dari grafik terlihat bahwa anggaran terendah terdapat pada tahun 2017 sebesar Rp
311.067.825.894,00 sedangkan anggaran tertinggi terdapat pada tahun 2019 yaitu
sebesar Rp 565.757.679.000,00.
45
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Grafik DAK dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat di bawah ini
60,000,000,000
51,557,759,000
50,000,000,000
36,346,243,130
40,000,000,000
30,000,000,000 25,363,713,128
16,962,741,000
20,000,000,000
10,000,000,000
1,620,683,000
-
2015 2016 2017 2018 2019
46
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
-
2015 2016 2017 2018 2019
APBD Kab APBD Prov
APBN Pinjaman Hibah Luar Negeri
Sumber Pemerintah Lain
2. Jaminan Kesehatan
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) merupakan program pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera
berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayarkan pemerintah.
Penyelenggaraan JKN sendiri merupakan interaksi antara unsur peserta,
fasilitas kesehatan dan Badan Penyelenggara dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional harus memperhatikan
mutu pelayanan, berorientasi pada keselamatan pasien, efektifitas tindakan,
kesesuaian dengan kebutuhan pasien serta efisiensi biaya. Untuk mewujudkan
hal tersebut, BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program JKN-
47
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
48
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Gambar 4.5 Cakupan Peserta JKN KIS Kabupaten Semarang Tahun 2017 - 2019
900000
806322
800000 751859
700000 668781
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2017 2018 2019
Kepesertaan JKN / KIS tahun 2017 hingga tahun 2019 terus mengalami
peningkatan. Tahun 2019 jumlah penduduk 1.031.772 jiwa dan peserta JKN/
KIS sebesar 806.242 jiwa atau 78,15%. Sesuai target pemerintah bahwa tahun
2019 seluruh penduduk atau setidaknya 95% penduduk menjadi peserta JKN
(Universal Health Coverage), maka kepesertaan JKN / KIS masih perlu terus
ditingkatkan sehingga bisa dicanangkan UHC di Kabupaten Semarang.
Peningkatan peserta cukup signiikan yaitu pada segmen PBI APBD (Penerima
Bantuan Iuran) baik PBI Kabupaten Semarang maupun PBI Provinsi Jawa
Tengah dan segmen Pekerja Penerima Upah. Peningkatan peserta PBI APBD
karena anggaran dari APBD yang meningkat untuk pembeyaran premi JKN PBI
APBD, sedangkan peningkatan peserta pada segmen Pekerja Penerima Upah
karena adanya kewajiban pemberi kerja untuk mendaftarkan pekerjanya
sebagai peserta JKN KIS
49
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Jaminan kesehatan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Semarang pada tahun 2019 yaitu jaminan kesehatan daerah
(jamkesda) terdiri dari pembiayaan pembayaran premi asuransi kesehatan dan
pembiayaan perawatan kesehatan sebesar Rp 33.889.806.000,00.
Anggaran jaminan kesehatan daerah Kabupaten Semarang dari mulai tahun
2015 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
35,000,000,000
30,000,000,000
25,000,000,000
20,000,000,000
15,000,000,000
10,000,000,000
5,000,000,000
-
2015 2016 2017 2018 2019
Dari grafik di atas terlihat bahwa anggaran untuk jaminan kesehatan daerah
Kabupaten Semarang selalu mengalami kenaikan dari mulai tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019, kecuali pada tahun 2017 (Rp 10.689.796.000,00) agak
sedikit mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2016 (Rp
11.072.450.000,00). Anggaran jaminan kesehatan terkecil terdapat di tahun
2015 yaitu sebesar Rp 6.441.667.000, sedangkan anggaran kesehatan terbesar
terdapat pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp 33.889.806.000,00.
Bila dibandingkan anggaran jaminan kesehatan pada tahun 2018 anggaran pada
tahun 2019 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu lebih dari 100% .
Hal ini menandakan bahwa Pemerintah Kabupaten Semarang serius dalam
menjamin kesehatan masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Semarang.
50
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
51
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB V
KESEHATAN KELUARGA
A. KESEHATAN IBU
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang tahun 2019 mengalami peningkatan
bila dibandingkan tahun 2018. Bila di tahun 2018 AKI 51,47% per 100.000 KH
(7 kasus) maka pada tahun 2019 naik menjadi 70,71% per 100.000 KH (10
kasus). Hal tersebut disebabkan karena ada pergeseran penyebab kematian yaitu
pada tahun 2018 kematian terbanyak karena Preeklamsi sedangkan pada tahun
2019 penyebab tertinggi karena perdarahan.
120 120.34
111.83
100 103.39
80
70.71
AKI
60
51.47
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019
Kematian ibu terbesar terjadi pada ibu pada usia usia ibu 20-35 tahun (7 kasus),
usia > 35 tahun (2 kasus) dan usia ibu < 20 tahun (1 kasus). Kematian tertinggi
terjadi pada masa bersalin (6 kasus) dan masa nifas (3 kasus). Penyebab
Kematian Ibu terbesar disebabkan karena perdarahan (5 kasus), Hipertensi
Kehamilan (3 kasus) dan Gangguan system peredaran darah (2 kasus).
52
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Upaya yang sudah dilakukan antara lain Jejaring Ibu Bayi Selamat melalui WA
gateway, Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang terintegrasi dengan WA Gateway,
Peningkatan Ketrampilan Obstetri Neonatal petugas Puskesmas melalui On Job
Training (OJT) di RS PONEK, Pertemuan Percepatan Penurunan AKI, Pertemuan
koordinasi dan Evaluasi Kegiatan Program Ibu, Pembahasan Medis Audit
Maternal Perinatal (AMP), Pembelajaran Hasil AMP, Pertemuan konsultasi ahli
dan Penyeliaan fasilitatif berjenjang yaitu dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas
dan dari Puskesmas ke bidan desa.
53
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
100 %, maka persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 pada tahun 2019
sama yaitu 100 %..
b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2
dan dua kali pada trimester 3, yang digunakan untuk mengetahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap sesuai standar yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil serta menggambarkan kemampuan
manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu dan Anak.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Semarang tahun
2018 sebesar 89,1 %, mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi
sebesar 91,7 %. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman tentang
pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil pada trimester 3. Selain itu
pemantauan pemeriksaan kehamilan oleh bidan lebih intensif sehingga
cakupan K4 meningkat. Sistem pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil di
desa juga semakin meningkat penggunaanya dalam pemantauan pemeriksaan
kehamilan.
K1
91.7
90.3 89.5 K4
90 88.4 89.1
80
2015 2016 2017 2018 2019
54
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td) pada wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan imunisasi lanjutan. Batasan Wanita Usia Subur (WUS) yang menjadi
sasaran imunisasi adalah usia antara 15 – 49 tahun. Imunisasi yang diberikan
pada WUS / ibu hamil diberikan sebanyak 5 (lima) kali dengan masa
perlindungan tertentu.
Imunisasi Pada Wanita Usia Subur pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang
sejumlah 10.865 WUS dari jumlah seluruh WUS 193.726. Cakupan imunisasi
5,6% dari target 80%. Cakupan ini lebih sedikit dari target karena jumlah yang
tercatat adalah Imunisasi Td WUS yang dilakukan pada tahun berjalan dan juga
pencatatan yang belum maksimal pada Td WUS yang tidak dilakukan pada tahun
berjalan.
55
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
98
97
96
95 95.2
94
93
92
2016 2017 2018 2019
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2015 sampai dengan tahun
2019 mengalami peningkatan begitupun cakupan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Dari grafik dapat digambarkan bahwa masih ada
persalinan yang dilakukan tidak oleh tenaga kesehatan dan tidak difasyankes
yaitu sebanyak 4 orang ibu. Hal ini disebabkan karena ibu tersebut melahirkan
didalam mobil saat menuju ke fasyankes dikarenakan jarak rumah yang jauh,
selain itu karena ada ibu yang malu untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan
56
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
karena status perkawinannya, serta ada ibu yang mengikuti aliran tertentu tidak
mau melahirkan di tenaga kesehatan.
Upaya yang sudah dilakukan antara lain pembinaan dukun bayi, penjelasan
tanda-tanda persalinan melalui kelas Ibu Hamil, Sosialisasi melalui PKK dan
organisasi kemasyarakatn yang lain tentang pentingnya bersalin di tenaga
kesehatan, Konseling pada setiap ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan agar
bersalin dengan tenaga kesehatan dan mengupayakan jaminan (pembiayaan
persalinan) bagi ibu hamil.
5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu mulai 6 jam
– 42 hari setelah melahirkan. Kunjungan nifas (KF) minimal dilakukan sebanyak
3 kali dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama (KF-1) pada masa 6 jam
– 3 hari pasca persalinan, kunjungan nifas kedua (KF-2) dalam waktu 2 minggu
(8-14 hari) setelah persalinan dan kunjungan nifas ketiga (KF-3) dalam waktu 6
minggu (36-42 hari) setelah persalinan.
Cakupan pelayanan nifas tahun 2018 sebesar 94,9 %, menurun bila dibandingkan
dengan cakupan pelayanan nifas tahun 2019 sebesar 94,6 %. Sedangkan cakupan
pemberian Vitamin A pada ibu nifas tahun 2018 sebesar 99,1 %, meningkat pada
tahun 2019 sebesar 99,4 % .
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan capaian kunjungan nifas antara
lain dengan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan dan pelayanan nifas melalui
kunjungan rumah. Selain itu juga dilakukan pembinaan kepada bidan desa dalam
rangka mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil dan bidan
desa bertanggung jawab melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas.
6. Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah kegiatan yang
di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
57
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
58
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
B. KESEHATAN ANAK
1. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal essensial
sesuai standar yaitu standar kuantitas dan standar kualitas.
Standar Kuantitas yaitu kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal yaitu
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 – 48 jam, kunjungan neonatal 2 (KN2) 3-7 hari
dan kunjungan neonatal 3 (KN3) 8-28 hari.
59
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
Standar kualitas yaitu pelayanan neonatal essensial saat lahir (0-6jam) meliputi
pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Injeksi
vitamin K1, Pemberian salep/tetes mata antibiotic, pemberian Imunisasi Vaksin
Hb0. Pelayanan Neonatal essensial setelah lahir (6 jam – 28 hari) meliputi
konseling perawtan bayi baru lahir dan ASI ekslusif, memeriksa kesehatan
dengan menggunakan pendekatan MTBM, pemberian vitamin K1 bagi yang lahir
tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin
K1, imunitas hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong
tenaga kesehatan dan penanganan rujukan kasus neonatal komplikasi.
96.49
96.5 96.4
96.3
96.11
96
95.6
95.5
95
2015 2016 2017 2018 2019
KN lengkap
60
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
61
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2015 100 %
2016 100%
2017 100 %
2018 100 %
2019 100 %
Sumber : Seksi PTM dan imunisasi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 – 2019, seluruh desa /
kelurahan di Kabupaten Semarang telah mencapai UCI desa / kelurahan sesuai
dengan target 100 % UCI desa / kelurahan. Target tersebut dapat tercapai
karena semua hasil pelayanan imunisasi dicatat dalam kohort sehingga dapat
dilihat kelengkapan / status imunisasinya. Apabila ditemukan bayi belum
lengkap imunisasinya maka dilakukan sweping bayi / kunjungan rumah untuk
melengkapi status imunisasinya sehingga mengurangi angka Drop Out (DO).
Juga dilakukan monitoring evaluasi pencatatan / pelaporan secara berkala,
dan manajemen logistik imunisasi sehingga cakupan pelayanan dan
penggunaan vaksinnya dapat tercukupi dan terpantau.
c. Imunisasi Lanjutan pada Anak Baduta (bawah dua tahun)
Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang
sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi ini terdiri dari imunisasi
terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta
campak.
62
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
63
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
D. GIZI
64
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks ini digunakan untuk mengidentifikasi status gizi kurus / sangat kurus (-
3SD sampai dengan <-2 SD). Kondisi gizi kurus / sangat kurus antara lain
disebabkan penyakit atau kekurangan asupan gizi.
3. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U)
Indeks ini mengidentifikasi status gizi pendek (stunted) dengan indikator (-3SD
sampai dengan <-2 SD) dan status gizi sangat pendek (severely stunted) dengan
indikator <-3 SD, yang disebabkan oleh status gizi kurang dalam waktu lama
atau sering sakit.
4
3.5
3.5
3
2.5
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Balita Gizi Kurang (BB/U) Balita Pendek (TB/U) Balita kurus (BB/TB)
65
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
berupa susu dan biscuit, sosialisasi ASI Ekslusif, Sosialisasi PMBA (Pemberian
Makan Bayi dan Anak) bagi kader dan tenaga kesehatan, pemantauan status
gizi buruk dan status gizi kurang secara rutin. Sedangkan upaya untuk
menurunkan status gizi pendek dan sangat pendek (Stunting) yaitu Sosialisasi
1000 hari pertama kelahiran dan pemberian tablet Fe pada remaja putri.
66
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT
67
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2. HIV/AIDS
Penemuan kasus HIV / AIDS adalah fenomena gunung es. Kasus yang ditemukan
hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang belum ditemukan. Sampai
dengan saat ini masih merupakan fase pencarian atau penemuan kasus. Di
Kabupaten Semarang, jumlah penderita HIV / AIDS ditemukan pada tahun 2019
jumlahnya meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018
ditemukan 77 kasus HIV dan 17 kasus AIDS. Sedangkan pada tahun 2019 kasus
baru HIV sebanyak 92 kasus dan kasus baru AIDS sebanyak 85 kasus.
Dengan seringnya dilakukan penyuluhan oleh petugas kesehatan diharapkan
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk datang dan periksa ke klinik
VCT, sehingga akan semakin banyak kasus HIV / AIDS yang ditemukan. Belum
optimalnya penemuan kasus masih disebabkan adanya rasa takut bila hasil
68
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
pemeriksaan ternyata reaktif akan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat, hal
tersebut disebabkan masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap penderita
HIV-AIDS.
Terhadap mereka yang sudah positif menderita HIV / AIDS juga tetap dilakukan
penyuluhan dan pendampingan agar mereka teratur minum obat seumur hidup.
Sedangkan bagi mereka dengan perilaku yang beresiko tertular HIV / AIDS juga
dilakukan penyuluhan agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan mau memeriksakan diri ke klinik VCT terdekat.
Jumlah penderita HIV / AIDS dalam 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2014 –
2018 dapat dilihat pada tabel berikut :
2015 80 26
2016 82 29
2017 74 21
2018 77 17
2019 92 85
Sumber : Seksi P2M
3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyebabkan
peradangan atau cairan di paru-paru yang menyebabkan sulit bernafas dan
membatasi asupan oksigen. Pda anak-anak bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah pneumokokus dan Haemophilus influenza tipe b (Hib).
Gejala pneumonia termasuk panas tinggi disertai batuk, kesulitan bernafas,
pernafasan cepat, tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing) dan atau
mengi. Prevalensi pneumonia pada Balita di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan
69
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
4. Diare
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang seperti Indonesia karena tingkat morbiditas dan moratlitasnya
yang masih tinggi. Kasus diare yang ditemukan di Kabupaten Semarang pada
tahun 2019 sebanyak 15.268 kasus (54,8%) pada kategori semua umur dari
estimasi sasaran semua umur sebesar 27.846 sedangkan kasus diare pada
Balita dapat ditemukan sebanyak 3.854 kasus(38,9%) dari estimasi sasaran
Balita 9.920 kasus. Semua kasus yang ditemukan sudah ditangani dan
mendapatkan oralit dan juga tablet zinc untuk Balita.
70
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
20447 23204
20000
19250
17300
15000 15268
10000
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : Seksi P2
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat tren penemuan kasus diare yang dari
tahun 2018, hal tersebut dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk periksa dan berobat sedini mungkin agar lebih cepat tertangani dan lekas
sembuh, karna apabila tidak segera ditangani akan berbahaya dan besar
kemungkinan menyebabkan kematian, sehingga kewaspadaan dini dalam
penemuan dan penanganan diare sangat dibutuhkan.
5. Kusta
Penemuan kasus baru kusta pada tahun 2019 di Kabupaten Semarang sebanyak
5 kasus (PB dan MB), sedangkan pada anak usia 0 – 14 tahun tidak ditemukan
adanya kasus kusta. Angka cacat tingkat 2 ditemukan 1 kasus di wilayah
Susukan. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Semarang masih
berpotensi ditemukan kasus kusta lainnya.
Penularan penyakit kusta sangatlah spesifik yaitu dengan adanya sentuhan
kulit dengan penderita yang terjadi berulang-ulang dan dalam waktu lama, baik
sentuhan kulit langsung maupun lewat pakaian atau handuk yang digunakan
bergantian oleh anggota keluarga maupun orang yang tinggal satu rumah. Oleh
karena itu masyarakat selalu diberikan penyuluhan dan himbauan agar
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupannya
sehari-hari untuk dapat mengurangi resiko penularan berbagai macam penyakit.
71
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
72
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2. Malaria
Kasus malaria yang ditemukan di Kabupaten Semarang tahun 2014 merupakan
kasus yang awal mulai terjangkitnya didapat dari luar Kabupaten Semarang saat
yang bersangkutan bekerja boro (kasus import). Jumlah kasus malaria
ditemukan tahun 2019 sebanyak 8 kasus, yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Jimbaran (5 kasus), Wilayah kerja Puskesmas Ungaran (3 kasus).
Angka Kesakitan (Annual Parasite Incidence/API) malaria di tahun 2019 sebesar
0.008 per 1.000 penduduk.
73
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
2015 0,006022
2016 0,0079
2017 0,00494
2018 0
2019 0,008
Sumber : Seksi P2PL
3. Filariasis
Kasus Filariasis di Kabupaten Semarang tahun 2019 terdapat 13 kasus Filariasis,
1 kasus kronis pindah dan 12 kasus kronis meninggal. Kabupaten Semarang oleh
Kementerian Kesehatan telah dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis,
sehingga seluruh penduduk Kabupaten Semarang yang berumur 2 – 70 tahun
harus minum obat filariasis setahun sekali berturut-turut selama 5 tahun.
Program pemberian obat masal pencegahan filariasis ini dimulai tahun 2017
sampai tahun 2021. Dengan program tersebut memperkecil kemungkinan
penularan penyakitnya terhadap warga sekitar. Terhadap warga masyararakat
juga dilakukan penyuluhan terus - menerus karena filariasis dapat ditularkan
lewat gigitan nyamuk. Penularan filariasis dapat ditekan dengan meningkatan
kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
74
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor resiko seperti merokok, kurang
aktifitas fisik, diet yang tidak sehat dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap faktor resiko PTM sangat penting dalam
pengendalian PTM.
a. Hipertensi
Pada tahun 2019 estimasi penduduk >15 tahun yang menderita hipertensi adalah
sebanyak 171.246 jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan prevalensi
hipertensi Kabupaten Semarang yang dikalikan dengan jumlah penduduk >15
tahun. Sebanyak 103.318 (60,3%) penduduk yang mendapatkan pelayanan
hipertensi sesuai standard.
Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standard adalah pelayanan kesehatan pada
penderita hipertensi yang meliputi :
1) Pengukuran tekanan darah
2) Edukasi
a) Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP..
b) Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pengukuran
tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan, edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat,
Melakukan rujukan jika diperlukan
c) Tekanan Darah Sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg ditambahkan
pelayanan terapi farmakologi
Apabila faktor resiko PTM tersebut terpantau secara dini / rutin, maka dapat
diupayakan menjaga kondisi normal, atau jika berada dalam kondisi buruk faktor
resiko tersebut dikendalikan supaya kembali pada kondisi normal, sehingga angka
kesakitan dan kematian akibat hipertensi dapat dikendalikan.
b. Diabetes Mellitus
Setiap penderita diabetes mellitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus sesuai standar meliputi:
75
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
76
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
aktifitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, serta Kelola stress. Kegiatan promosi
spesifik lebih mengarah kepada faktor risiko spesifik terhadap penyebab Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim, seperti riwayat keluarga dengan tumor/kanker,
permasalahan hormonal, perilaku seksual yang aman.
77
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN
B. AIR MINUM
Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan air
minun sehat dan layak konsumsi adalah air yang tidak berasa, berbau, berwarna,
tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam
berat.
Persentase penyelenyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan pada
tahun 2019 sebanyak 298 sarana airminum dari 377 sarana air minum yang
diperiksa dan diambil sampelnya. Untuk lebih meningkatkan persentase
penyelenggaraan air minum yang memenuhi syarat Puskesmas lebih mengaktifkan
78
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
kegiatan klinik sanitasi dan melakukan penyuluhan mengenai tata cara pengolahan
dan penanganan air yang belum sesuai dengan baku mutu air minum.
79
PROFIL KESEHATAN KAB.SEMARANG
2019
terhindar dari kejadian keracunan makanan sebagai akibat dari buruknya
kondisi sanitasi. Kerja sama lintas program dan lintas sektor mutlak diperlukan
untuk menunjang keberhasilan kegiatan ini.
80