Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah pusat pertumbuhan dan
bagaimana interaksi spasial dan keterkaitan spasial wilayah tersebut dengan wilayah
hinterland. Alat analisis yang digunakan yaitu skalogram, indeks sentralitas, analisis
gravitasi dan indeks moran’s I. Berdasarkan hasil analisis skalogram dan indeks sentralitas,
Kota Tangerang Selatan, Kota Serang dan Kabupaten Lebak merupakan wilayah pusat
pertumbuhan di Provinsi Banten. Hasil analisis gravitasi menunjukkan bahwa Kota
Tangerang memiliki interaksi paling kuat dengan wilayah pusat pertumbuhan Kota
Tangerang Selatan. Analisis indeks moran’s I secara global maupun secara lokal
menunjukan hasil bahwa terdapat keterkaitan spasial antar wilayah di Provinsi Banten
berdasarkan PDRB sektor tersier-nya.
Key words: Indeks moran’s I, Interaksi spasial, Keterkaitan spasial, Pusat pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tumbuh pada kisaran 5,5 sampai 5,9 persen
dilihat dari nilai rata-ratanya masih berada lebih tinggi dibandingkan Tahun 2016
diposisi tiga terbawah jika dibandingkan (Banten Dalam Angka, 2017). Beberapa
dengan enam Provinsi yang terdapat di faktor yang mendorong akselerasi
pulau Jawa. Akan tetapi, jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tersebut di
dengan nilai rata-rata laju pertumbuhan antaranya adalah optimisme perbaikan
ekonomi nasional yang sebesar 5,63 ekonomi global dan nasional. Seluruh
persen, pertumbuhan ekonomi di Provinsi komponen PDRB di sisi pengeluaran
Banten masih berada diatasnya. Hal ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi, begitu
menunjukan bahwa Provinsi Banten pula dengan kinerja lapangan usaha utama
mempunyai potensi untuk meningkatkan seperti industri pengolahan yang
pertumbuhan ekonominya. Banten berpotensi tumbuh lebih kuat seiring
mempunyai potensi untuk meningkatkan dengan membaiknya kinerja korporasi
pertumbuhan ekonominya. (Banten Dalam Angka, 2017).
Potensi yang dimiliki Provinsi Banten dapat Penetapan pusat pertumbuhan oleh
dimaksimalkan untuk meningkatkan laju pemerintah Provinsi Banten berdasarkan
pertumbuhan ekonominya, seperti potensi RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
geografis, potensi ekonomi dan potensi- Menengah Daerah) yang tertuang dalam
potensi lainnya. Letak Provinsi Banten yang PERDA bahwa terdapat empat kawasan
sangat strategis, yaitu berdekatan dengan pusat pertumbuhan di Provinsi Banten
wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi yaitu Kota Tangerang Selatan, Kota Serang,
Jawa Barat, yang mana kedua provinsi Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Setiap
tersebut menjadi pusat perekonomian di kawasan pusat pertumbuhan yang
Indonesia. Untuk mewujudkan ditetapkan mempunyai wilayah intinya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi masing-masing. Untuk Kota Tangerang
dibutuhkan suatu kebijakan pemerintah. Selatan, yang menjadi kawasan inti pusat
Salah satu solusi yang dapat diambil untuk pertumbuhan yaitu kawasan Setu, untuk
mempercepat pembangunan suatu daerah Kota Serang wilayah yang menjadi pusat
adalah pengembangan wilayah dengan pertumbuhan adalah kawasan Kaseman,
menetapkan pusat pertumbuhan. untuk Kota Cilegon yang menjadi kawasan
pusat pertumbuhan adalah Kecamatan
Perekonomian Provinsi Banten secara Cilegon, dan untuk wilayah Kabupaten
keseluruhan Tahun 2017 diperkirakan Lebak yang menjadi inti pusat
pertumbuhan adalah kawasan Malingping Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten
dan Rangkasbitung (RPJMD Provinsi dilihat dari nilai rata-ratanya masih berada
Banten, 2012-2017). diposisi tiga terbawah jika dibandingkan
dengan enam Provinsi yang terdapat di
TINJAUAN LITERATUR pulau Jawa. Akan tetapi, jika dibandingkan
Menurut Perroux dalam Komarovskiy dan dengan nilai rata-rata laju pertumbuhan
Bondaruk (2013) kutub pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,63 persen,
adalah pusat-pusat dalam arti keruangan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten
yang abstrak, sebagai tempat masih berada diatasnya. Hal ini
memancarnya kekuatan-kekuatan menunjukan bahwa Provinsi Banten
sentrifugal dan tertariknya kekuatan- mempunyai potensi untuk meningkatkan
kekuatan sentripetal. Perroux berpendapat pertumbuhan ekonominya. Banten
bahwa fakta dasar dari perkembangan mempunyai potensi untuk meningkatkan
spasial, sebagaimana halnya dengan pertumbuhan ekonominya.
perkembangan industri bahwa
pertumbuhan tidak terjadi di sembarang Potensi yang dimiliki Provinsi Banten dapat
tempat dan juga tidak terjadi secara dimaksimalkan untuk meningkatkan laju
serentak, pertumbuhan terjadi pada titik- pertumbuhan ekonominya, seperti potensi
titik atau kutub perkembangan dengan geografis, potensi ekonomi dan potensi-
intensitas yang berubah- ubah dan potensi lainnya. Letak Provinsi Banten yang
perkembangan itu menyebar sepanjang sangat strategis, yaitu berdekatan dengan
saluran-saluran yang beraneka ragam dan wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi
dengan efek yang beraneka ragam Jawa Barat, yang mana kedua provinsi
terhadap keseluruhan perekonomian. tersebut menjadi pusat perekonomian di
Indonesia. Untuk mewujudkan
Berdasarkan interpretasi spasial yang pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dikemukan beberapa ahli terhadap konsep dibutuhkan suatu kebijakan pemerintah.
pusat pertumbuhan (seperti Myrdal (1957), Salah satu solusi yang dapat diambil untuk
Boudville (1966), dan Friedmann (1972) mempercepat pembangunan suatu daerah
dalam Muta’ali (1999:3), dapat disimpulkan adalah pengembangan wilayah dengan
bahwa pusat pertumbuhan dapat menetapkan pusat pertumbuhan.
mendorong spread effect atau trickling
down effect dan backwash effect atau Perekonomian Provinsi Banten secara
polarization effect terhadap daerah di keseluruhan Tahun 2017 diperkirakan
sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat tumbuh pada kisaran 5,5 sampai 5,9 persen
berupa pengaruh positif dan negatif. lebih tinggi dibandingkan Tahun 2016
Pengaruh positif terhadap perkembangan (Banten Dalam Angka, 2017). Beberapa
daerah sekitarnya disebut spread effect. faktor yang mendorong akselerasi
Contohnya, seperti terbukanya kesempatan pertumbuhan ekonomi tersebut di
kerja, transfer teknologi, banyaknya antaranya adalah optimisme perbaikan
investasi yang masuk dan tersedianya ekonomi global dan nasional. Seluruh
lapangan kerja. Sedangkan pengaruh komponen PDRB di sisi pengeluaran
negatif disebut backwash effect. Contohnya, diperkirakan tumbuh lebih tinggi, begitu
adalah adanya ketimpangan antar wilayah. pula dengan kinerja lapangan usaha utama
seperti industri pengolahan yang
berpotensi tumbuh lebih kuat seiring Sentralitas, Skala Ordinal, Indeks Gravitasi
dengan membaiknya kinerja korporasi dan Indeks Moran’s.
(Banten Dalam Angka, 2017).
Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas
Penetapan pusat pertumbuhan oleh Analisis skalogram yang digunakan dalam
pemerintah Provinsi Banten berdasarkan penelitian ini adalah dengan metode
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka menuliskan ada atau tidaknya fasilitas
Menengah Daerah) yang tertuang dalam (fasilitas sosial, ekonomi dan
PERDA bahwa terdapat empat kawasan pemerintahan) di suatu wilayah, yaitu
pusat pertumbuhan di Provinsi Banten dengan mengisikan angka 1 bila fasilitas
yaitu Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, tersebut terdapat pada suatu wilayah dan
Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Setiap mengisikan angka 0 bila fasilitas tersebut
kawasan pusat pertumbuhan yang tidak terdapat di suatu wilayah
ditetapkan mempunyai wilayah intinya (Rodinelli,1985:115). Selajutnya analisis
masing-masing. skalogram ini dapat dikembangkan untuk
menentukan indeks sentralitas terbobot.
Untuk Kota Tangerang Selatan, yang Indeks sentralitas ini tidak hanya
menjadi kawasan inti pusat pertumbuhan berdasarkan jumlah fungsi atau fasilitas
yaitu kawasan Setu, untuk Kota Serang pelayanan yang ada pada suatu wilayah,
wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan tetapi juga berdasarkan frekuensi
adalah kawasan Kaseman, untuk Kota keberadaan fungsi atau fasilitas tersebut
Cilegon yang menjadi kawasan pusat pada wilayah yang ditinjau.
pertumbuhan adalah Kecamatan Cilegon, Oleh karena itu, untuk mengetahui pusat
dan untuk wilayah Kabupaten Lebak yang pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
menjadi inti pusat pertumbuhan adalah dalam penelitian ini menggunakan analisis
kawasan Malingping dan Rangkasbitung skalogram dengan menggabungkan analisis
(RPJMD Provinsi Banten, 2012-2017). indeks sentralitas dengan teknik
pembobotan. Fungsi alat analisis indeks
METODOLOGI sentralitas ini sama dengan analisis
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Banten skalogram, yaitu digunakan untuk
yang mencakup 8 wilayah kabupaten/kota.. mengetahui struktur/hirarki pusat
Variabel yang digunakan pada penelitian ini pertumbuhan ekonomi yang ada dalam
meliputi jumlah fasilitas (pendidikan, suatu wilayah dengan menghitung berapa
kesehatan dan peribadatan), potensi jumlah fungsi yang ada, berapa jenis fungsi
ekonomi, PDRB berdasrkan rata-rata dan serta seberapa besar frekuensi keberadaan
sektor, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah suatu fungsi dalam suatu wilayah.
penduduk. Data dalam penelitian ini berupa
data sekunder yang diperoleh dari Badan Analisis Gravitasi
Pusat Statistik dengan rentang waktu Model gravitasi adalah model yang paling
tahun 2011–2016. Teknik analisis data yang banyak digunakan untuk melihat besarnya
digunakan dalam penelitian ini adalah daya tarik dari suatu potensi yang berada
analisis kuantitatif deskriptif dengan pada suatu lokasi. Model ini sering
beberapa alat analisis, yaitu Tipologi digunakan untuk melihat kaitan potensi
Klassen, Analisis Skalogram, Indeks suatu lokasi dan besarnya wilayah
pengaruh dari potensi tersebut. Dalam
perencanaan wilayah, model ini sering Keterkaitan Spasial
dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi Untuk melihat keterkaitan perekonomian
berbagai fasilitas kepentingan umum telah kabupaten/kota di Provinsi Banten,
berada pada tempat yang benar. Selain itu digunakan Indeks Moran global (Asosiasi
juga model ini dapat digunakan untuk Spasial Global) dan Local Indicator of
menentukan lokasi yang optimal dalam Spasial association (LISA). Teknik-teknik ini
pembangunan fasilitas baru. Itulah dibuat untuk mendeskripsikan dan
sebabnya model gravitasi berfungsi ganda, memvisualisasikan sebaran spasial,
yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat mengidentifikasi lokasi pemusatan
dalam perencanaan (Tarigan, 2005:148). (cluster/hot spot) dan juga lokasi pencilan
Rumus Gravitasi secara umum adalah (outlier) (Suchaini, 2013).
sebagai berikut (Tarigan, 2004:149) :
PEMBAHASAN
Iij= k p ipj 1. Hasil Analisis Skalogram
ij Diketahui jenis fungsi yang digunakan
untuk menganalisis skalogram dalam
Selanjutnya penggunaan rumus gravitasi penelitian ini sebanyak 33 jenis fungsi (26
tersebut dapat disederhanakan menjadi jenis fasilitas dan 7 jenis potensi ekonomi).
(Daldjoeni dalam Ermawati, 2010): Dari 8 kabupaten/kota yang ada di Provinsi
I= p1p2 Banten total jenis fungsi yang tertinggi
d2 sebanyak 29 dan yang terendah 23.
Keterangan : terendah 23 (Lampiran 1). Dengan
I= Besarnya interaksi antara kota/wilayah memperhitungkan jumlah banyaknya
A dan B p1= Jumlah penduduk kota/wilayah kabupaten/kota (n) dan selisih dari jumlah
i (ribuan jiwa) p2= Jumlah penduduk fungsi tertinggi dan terendah mengunakan
kota/wilayah j (ribuan jiwa) dij(d)= Jarak metode strugess, maka dapat ditemukan
antara kota i dan kota j (km) besarnya jarak antar interval yaitu tiga dan
k = Bilangan konstanta berdasarkan terdapat empat tingkatan hierarki. Untuk
pengalaman lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel
b = Pangkat dari dij yang sering digunakan 4.9 berikut ini :
b =2
Tabel 4 Hasil Indeks Gravitasi (Interaksi Spasial) dan Rangking Dengan Skala
Ordinal Kota Serang Sebagai Pusat Pertumbuhan