Pusat Kajian Metodologi dan Komputasi Statistik, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
1
Email: yordani@stis.ac.id
1
Email: soegie@stis.ac.id
2
ABSTRACT
The Regional Development Unit (RDU) strategy followed by the service center of each RDU used by the
Provincial Government of East Java stated in its local regulations about Spasial Plan is suspected to be unable to
reflect the real conditions. This study examines whether the indicators of development results, using the 2012-2013
Sustainable Development Indicators, can form a clustering or polarization of development in East Java Province.
The study indicates the absence of any proper alignment between the service center Satuan Wilayah Pembangunan
(SWP) and the growth clusters. This study concludes cities and some counties than can be implemented as service
centers are those with high development indicators. Based on Sustainable Development Indicators, this study
classifies growth of of cites/regencies in East Java and provides indicators in forming each city/regency cluster in
East Java for the period of 2012 and 2013.
Keywords : East Jatim RDU, SOM, PCA, cluster, suistainable development indicator
JEL Classification: Q01, C38, R11
ABSTRAK
Strategi pembentukan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) yang diikuti dengan dibentuknya pusat layanan
dari masing-masing SWP oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur yang tertuang di dalam Peraturan Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diduga belum sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Penelitian ini mempelajari
apakah indikator-indikator hasil pembangunan berkelanjutan 2012-2013 selama ini telah membentuk pengklasteran
pembangunan pada Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan belum adanya kesesuaian yang tepat
antara pusat layanan SWP dengan klaster pertumbuhan yang terbentuk. Selain itu juga penelitian ini menyimpulkan
bahwa beberapa kota dan kabupaten yang dapat dijadikan pusat layanan di Provinsi Jawa Timur, adalah daerah yang
memiliki indikator pembangunan tinggi. Berdasarkan tingkat pencapaian dari Indikator Pembangunan Berkelanjutan,
penelitian ini dapat mengklasifikasikan pertumbuhan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan juga memberikan
hasil indikator penyusun dalam pembentukan di masing-masing klaster kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
untuk 2012 dan 2013.
Kata Kunci : SWP Jawa Timur, SOM, AKU, cluster, indikator pembangunan berkelanjutan
Klasifikasi JEL: Q01, C38, R11
17
PENDAHULUAN sosial, lingkungan, maupun kelembagaan secara
berimbang dan terintegrasi (BPS, 2015). Selama
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang
ini untuk mengukur perkembangan antara satu
pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian
wilayah dengan wilayah lainnya, hanya dilihat
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
berdasarkan satu indikator ekonomi dalam satu
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
wilayah saja, belum diukur keterkaitan dan
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam
pengaruh antar wilayah satu dengan yang lainnya
rangka pembinaan bangsa (nation building)”.
serta hubungannya seperti yang dinyatakan dalam
Sedangkan Kartasasmita (1994) dikutip dalam
teori Hinterland bahwa wilayah sekitar kota
Mahmudah (2015) memberikan pengertian yang
berfungsi sebagai pemasok kebutuhan kota.
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya Keadaan geografis dan potensi sumber
yang dilakukan secara terencana”. Seiring dengan daya daerah yang berbeda-beda menyebabkan
hal tersebut, hakikat tujuan utama dari pelaksaaan perbedaan kondisi ekonomi pada wilayah
pembangunan adalah ingin meningkatkan tersebut. Contohnya suatu daerah yang
kesejahteraan masyarakat dengan cara memenuhi memiliki potensi dan sumber daya yang tinggi,
kebutuhan dan aspirasi mereka (BPS, 2015). biasanya akan menjadikan daerah tersebut
menjadi pusat perekonomian diantara daerah
Pembangunan suatu wilayah biasanya
sekitarnya. Aktivitas yang dilakukan daerah
digambarkan oleh pembangunan ekonomi,
pusat perekonomian ini akan menggerakkan
yang direfleksikan oleh pertumbuhan ekonomi,
dan memacu pembangunan, yang secara tidak
dan peningkatan kondisi sosialnya. Ketika
langsung berdampak pada kemajuan daerah
pembangunan wilayah tersebut berhasil maka
tersebut dan daerah sekitarnya.
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
meningkat dan kondisi sosial semakin baik. Aktivitas kegiatan ekonomi pada daerah
sebagai pusat pertumbuhan akan memberikan
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
dampak yang luas (spread effect) dan dampak
pertumbuhan ekonomi, karena sesungguhnya
ganda (multiple effect) pada wilayah sekitarnya,
pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari
atau dengan kata lain, wilayah yang menjadi pusat
pembangunan ekonomi. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi akan membuat wilayah
beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan
di sekitarnya juga mengalami peningkatan
ekonomi bisa dijadikan sebagai salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi.
untuk melihat pembangunan suatu wilayah.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di suatu Konsep kutub pertumbuhan sebagai model
wilayah maka semakin cepat pula pembangunan perencanaan operasional, yang menggambarkan
ekonomi dan pembangunan di wilayah tersebut. kondisi di mana pertumbuhan di suatu wilayah
Namun beberapa ahli lain berpendapat berbeda, akan menjadi faktor pemicu kenaikan pertumbuhan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tidak untuk wilayah lainnya, dengan menggunakan
selalu memberikan dampak yang positif terhadap indikator pembangunan berkelanjutan belum
pembangunan, karena dapat terjadi beberapa banyak digunakan. Oleh karena itu, konsep
permasalahan yang muncul dari pembangunan yang dapat menggambarkan klasifikasi daerah
dan pertumbuhan ekonomi tersebut. berdasarkan teori kutub pertumbuhan dan
pembangunan berkelanjutan sangat diperlukan
dalam rangka mengambil kebijakan pada
Pembangunan Berkelanjutan Sebagai perencanaan ekonomi regional.
Dasar Kutub Pertumbuhan
Provinsi Jawa Timur membentuk Satuan
To l o k u k u r p e m e c a h a n p e r m a s a l a h a n Wilayah Pengembangan (SWP) dengan setiap
pembangunan dapat didekati dengan konsep SWP diarahkan mempunyai fungsi wilayah
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini sesuai dengan potensi wilayah masing-masing
mengusung pembangunan yang bersifat yang dituangkan dalam Perda No.2/2006 tentang
holistik, yang mempertimbangkan segala aspek RTRW. Berdasarkan SWP tersebut Pemda Provinsi
pembangunan secara sekaligus baik ekonomi, Jawa Timur ingin memeratakan pembangunan dan
3. Madiun dan sekitarnya Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kota Madiun
Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi
4. Kediri dan sekitarnya Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kota Kediri
Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung
5. Probolinggo-Lumajang Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Kota Probolinggo
Lumajang
6. Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar Kota Blitar
7. Jember dan Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Perkotaan Jember
sekitarnya Situbondo
8. Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan Banyuwangi
9. Madura dan Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Perkotaan Pamekasan
Kepulauan Sumenep
Gambar 1. Koridor Ekonomi Jawa Sebagai Pendorong Industri dan Jasa Nasional dan
Klaster Pengembangan Industri Provinsi Jawa Timur
Analisis Klaster
METODE PENELITIAN
Untuk melihat pengelompokan kabupaten/
Klaster dapat dikatakan sebagai kelompok,
kota berdasarkan indikator pembangunan
dengan demikian pada dasarnya analisis gerombol
berkelanjutan akan digunakan metode SOM.
akan menghasilkan sejumlah klaster/kelompok/
Metode SOM digunakan karena mampu mengatasi
gerombol. Analisis ini diawali dengan pemahaman
permasalahan berkaitan dengan data multidimensi
bahwa sejumlah data tertentu sebenarnya
seperti data yang memiliki banyak variabel
mempunyai kemiripan diantara anggotanya,
yang menjadikannya sulit diintepretasi. Metode
karena itu dimungkinkan untuk mengelompokkan
ini memberikan kemudahan intepretasi data
anggota-anggota yang mirip atau mempunyai
multidimensi dengan visualisasi serta memiliki
karakteristik yang serupa tersebut dalam satu
keunggulan pada akurasi dan ketahanan (accuracy
gerombol atau lebih.
and robustness) (Yan Li&Subana S, 2007) dikutip
Secara umum metode utama pengklasteran dalam Mahmudah (2015).
dapat diklasifikan menjadi:
Untuk melihat variabel pembentuk yang
1. Metode Hierarki mencirikan dalam pengelompokan wilayah,
Metode hierarki merupakan metode yang penelitian ini menggunakan Analisis Komponen
memulai pengklasteran dengan dua atau lebih Utama (AKU). Metode analisis ini merupakan
obyek yang mempunyai kesamaan paling metode multivariat yang bertujuan memperkecil
dekat, kemudian proses dilanjutkan ke objek dimensi variabel asal sehingga diperoleh variabel
lain yang mempunyai kedekatan kedua (tidak baru (komponen utama) yang tidak saling
terlalu dekat). Demikian seterusnya sehingga berkorelasi tetapi menyimpan sebagian besar
klaster akan membentuk semacam pohon informasi yang terkandung pada variabel asal.
dimana ada hierarki yang jelas antar obyek.
2. Metode Non Hierarki Data dan Variabel
Metode non hierarki merupakan metode
Data yang digunakan dalam penelitian ini
yang dimulai dengan menentukan terlebih
adalah data beberapa indikator pembangunan
dahulu jumlah klaster yang diinginkan.
berkelanjutan tahun 2012-2013, yang meliputi
Kemudian dilakukan proses pengklasteran
aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
tanpa mengikuti proses hierarki.
Selain itu juga digunakan data hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dari Provinsi Jawa
menghasilkan dua komponen utama berdasarkan Dengan dua komponen utama hasil
patahan yang signifikan dari scree plot yang dari pemilihan komponen utama pada
terbentuk. Peneliti akan menggunakan cara kedua langkah sebelumnya, peneliti mendapatkan
untuk memudahkan analisis.. klaste yang terbentuk berdasarkan Indikator
Dapat dilihat dari tabel 3, bahwa berdasarkan Pembangunan Tahun 2013 pada Provinsi Jawa
penggunaan beberapa indeks penentuan jumlah Timur adalah seperti pada gambar 3, dengan
klaster yang optimum, hasil indeks tersebut memvisualisasikannya ke dalam peta.
sebagian besar memunculkan jumlah klaster Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa terdapat
sebanyak 3 sebagai jumlah klaster yang optimum tiga klaster wilayah kabupaten/kota di Jawa
dalam analisis penelitian ini. Untuk selanjutnya Timur, ditandai dengan warna merah untuk
peneliti akan melakukan pengklasteran kelompok 1, warna ungu untuk kelompok 2
menggunakan metode SOM. dan warna hijau untuk kelompok 3. Dari peta
merupakan variabel yang mencirikan dalam setiap belum mampu memberikan kesesuaian dan efek
pembentukan klaster-klaster tersebut. dengan kondisi riilnya.
Sebagai contoh penjelasan, terlihat dari 3 Penelitian ini menunjukkan bahwa belum
kabupaten yang termasuk kondisi pembangunan ada kesesuaian yang tepat antara pusat layanan
rendah (Kabupaten Sumenep, Bangkalan dan SWP dengan klaster pertumbuhan yang terbentuk.
Sampang). Variabel yang mendominasi dengan Berdasarkan pembahasan di atas, setidaknya
nilai tinggi pada klaster tersebut adalah jumlah yang dapat dijadikan pusat layanan adalah yang
pembunuhan, luas lahan yang sementara tidak menjadi kutub pertumbuhan dalam kabupaten/
diusahakan, angka kematian bayi, jumlah kota di Jawa Timur.
penduduk miskin, jumlah penerangan bukan
listrik, rata-rata bayi lahir hidup, dan luas lahan DAFTAR PUSTAKA
tegal kebun hutan rakyat ladang huma.
Arribas-Bel, D., & Schmidt, C. R. (2013). Self-
organizing maps and the US urban spatial
KESIMPULAN structure. Environment and Planning B:
S t r a t e g i p e m b e n t u k a n S a t u a n Wi l a y a h Planning and Design, 40(2), 362-371.
Pengembangan (SWP) yang diikuti dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2013).
adanya pusat layanan dari masing-masing SWP Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun
oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur 2012 Provinsi Jawa Timur. Jakarta: BPS.
yang dituangkan dalam perda RTRW tampaknya