net/publication/330734929
CITATIONS READS
0 68
2 authors:
All content following this page was uploaded by Jopie Tamtelahitu on 13 February 2019.
Keywords: Potential Sector, Central Provinsi Jawa Tengah berupaya untuk selalu meningkatkan potensi sektor yang
Java Province dimilikinya. Apabila potensi sektor tersebut meningkat, maka pertumbuhan
ekonomi tercipta dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Keterkaitan antar
sektor dapat membantu meningkatkan potensi dari sektor yang kurang potensinya.
Melalui kebijakan perencanaan yang tepat, maka semua sektor dapat berpotensi
untuk maju sehingga kesejahteraan masyarakat tercipta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor
ekonomi untuk memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi daerah pada masa
yang akan datang, menganalisis sektor yang dominan pertumbuhan dan potensial
pertumbuhan dan menganalisis sektor yang potensial berdasarkan kriteria
pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Sedangkan data yang digunakan adalah
Tabel Input Output Jawa Tengah 2013, PDRB Jawa Tengah tahun 2007 – 2013,
serta PDB tahun 2007 – 2013. Metode yang digunakan Shift Share, LQ dan
Tipologi Klasen
20
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
21
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
1. Sektor apa yang mempunyai peranan ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi
regional maupun nasional? dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan
2. Sektor apa yang menjadi basis sektor? nonbasis. Hanya kegiatan basis yang dapat
3. Bagaimanakah pola dan struktur pertumbuhan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut
masing-masing sektor ekonomi untuk (Tarigan, 2007).
memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi B. Model Pertumbuhan Interregional
daerah pada masa yang akan datang? Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor,
4. Sektor apa yang dominan pertumbuhan dan yaitu dengan menambah faktor – faktor yang
potensial pertumbuhan? bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor
5. Sektor apa yang potensial berdasarkan kriteria hanya membahas daerah itu sendiri tanpa
pertumbuhan dan kriteria kontribusi? memperhatikan dampak dari daerah tetangga.
B. Tujuan Model ini memasukkan dampak dari daerah
Tujuan dari studi ini adalah: tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model
1. Menganalisis sektor yang mempunyai peranan interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi
secara regional maupun nasional. juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada
2. Menganalisis sektor yang menjadi basis sektor. suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang
3. Menganalisis pola dan struktur pertumbuhan berhubungan erat.
masing-masing sektor ekonomi untuk Model ini memiliki dua model skenario tentang
memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi pertumbuhan antar daerah, yaitu :
daerah pada masa yang akan datang. o Surplus impor karena peningkatan pendapatan
4. Menganalisis sektor yang dominan → investasi masuk → tenaga kerja masuk →
pertumbuhan dan potensial pertumbuhan. impor meningkat → mendorong ekspor daerah
5. Menganalisis sektor yang potensial berdasarkan sekitarnya → impor daerah sekitarnya
kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. meningkat → ekspor daerah i meningkat →
pemerataaan pembanguanan.
2. KAJIAN LITERATUR o Surplus impor karena produksi merosot →
A. Teori Basis Ekonomi investasi keluar → migrant tenaga kerja keluar
Teori basis ini menyatakan bahwa faktor penentu → impor daerah luar meningkat → ekspor
utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah daerah i meningkat → menjadi sadle-point
berhubungan langsung dengan permintaan akan untuk daerah i tetapi dengan tingkat pendapatan
barang dan jasa dari luar daerah. Strategi yang lebih rendah → pembangunan daerah
pembangunan daerah yang muncul yang makin pincang.
didasarkan pada teori ini adalah penekanan Masalah kunci untuk daerah i adalah pada saat
terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha impor daerah sekitarnya meningkat, seberapa jauh
yang mempunyai pasar secara nasional maupun kebutuhan impor dapat dipenuhi daerah i. apabila
internasional. ekspor daerah i hanya meningkat sedikit, daerah
Kelemahan model ini adalah ini didasarkan pada akan tertinggal. Sebaliknya, apabila ekspor daerah i
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya naik cukup tinggi maka pendapatan daerah i akan
akan menyebabkan ketergantungan yang sangat meningkat mengejar daerah sekitarnya. Dalam
tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara model interregional terlihat bahwa kemampuan
nasional maupun global. Namun demikian, model untuk meningkatkan ekspor sangat berpengaruh
ini sangat berguna untuk menentukan dalam menjamin kelangsungan pertumbuhan
keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor suatau daerah dan menciptakan pemerataan
yang dibutuhkan masyarakat untuk pertumbuhan antar daerah.
mengembangkan stabilitas ekonomi (Arsyada,
2005). 3. METODOLOGI PENELITIAN
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangan Studi ini menggunakan data sekunder dari Badan
bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Pusat.
22
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
Adapun data yang digunakan adalah Tabel Input o Cij untuk menghitung pengaruh keunggulan
Output Jawa Tengah 2013, PDRB Jawa Tengah kompetitif.
tahun 2007 – 2013, serta PDB tahun 2007 – 2013. o Eij = PDRB di sektor i di wilayah j (Propinsi
PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan nilai Jawa Tengah)
keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi di o Ein = PDRB di sektor i ditingkat nasional
suatu wilayah (dalam studi ini adalah Indonesia) o En = PDRB nasional, semuanya diukur pada
dalam jangka waktu tertentu (1 tahun). Sedangkan suatu tahun dasar.
PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) o * = notasi akhir tahun pengamatan
merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang B. Location Quotient (LQ)
diproduksi di suatu wilayah (dalam studi ini adalah Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh
Provinsi Jawa Tengah) dalam jangka waktu mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di
tertentu (1 tahun) (BPS, beberapa tahun terbitan). suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang
Metode penelitian yang digunakan adalah: merupakan sektor basis atau leading sector. Pada
A. Shift-Share (SS) dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan
Analisis SS adalah salah satu teknik kuantitatif relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah
yang biasa digunakan untuk menganalisis yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang
perubahan struktur ekonomi wilayah administratif sama pada daerah yang menjadi acuan. (Arsyadb,
yang lebih tinggi sebagai pembanding atau 2010; Tarigan, 2007). Rumus untuk menghitung
referensi, sehingga dapat diketahui sektor mana LQ adalah sebagai berikut.
yang mempunyai peranan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara regional maupun
nasional. Menurut metode ini pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga di mana :
komponen utama, yakni pertumbuhan nasional LQ : Location Quotients dari sektor i di wilayah
(national growth component), pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah.
sektoral atau bauran industri (industrial mix Vi : Pendapatan dari sektor i di wilayah Provinsi
component atau proportional shift), dan Jawa Tengah.
pertumbuhan daya saing (competitive effect Vt : Pendapatan total dari wilayah Provinsi Jawa
component atau differential shift) (Widodo, 2006). Tengah.
Rumus yang dipakai dalam analisis SS adalah Vi : Pendapatan dari sektor i di wilayah nasional.
sebagai berikut Vt : Pendapatan total dari wilayah nasional.
Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = E*ij – Eij…...(1) C. Tipologi Klassen
Nij = Eij.r n…………………………...(2) Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk
Mij = Eij ( rin – r n )…………………..(3) pola dan struktur pertumbuhan masing-masing
Cij = Eij (rij–rin)……………………….…(4) sektor ekonomi untuk memperkirakan prospek
rin , r n dan rij mewakili laju pertumbuhan wilayah pertumbuhan ekonomi daerah pada masa yang akan
dan laju pertumbuhan nasional yang masing- datang. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing
masing didefinisikan sebagai : sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan
rij = (E*ij - Eij ) / Eij………………...(5) sebagai sektor prima, berkembang, potensial dan
rin = ( E*in – Ein ) / Ein……………..(6) terbelakang. (Widodo, 2006). Tipologi Klassen
rn = (E*n–En)/En……………………………(7) pendekatan sektoral membagi wilayah berdasarkan
dimana : dari hasil perhi¬tungan Location Quotient dan hasil
o Dij untuk menghitung dampak riil pertumbuhan perhitungan Shift Share (Sjafrizal, 1997 dalam
ekonomi daerah. Puspitawati, 2013). Gambar kuadran tipologi
o Nij untuk menghitung pengaruh pertumbuhan Klassen adalah sebagai berikut.
ekonomi referensi.
o Mij untuk menghitung pergeseran proportional
(proportional shift) atau pengaruh bauran
industri.
23
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
bahwa sektor listrik, air dan gas sangat komunikasi serta sektor keuangan, sewa dan jasa
berpengaruh terhadap perubahan kebijakan perusahaan merupakan sektor non basis di semua
nasional, yang berarti bahwa apabila terjadi tahun analisis karena nilai LQ < 1.
perubahan kebijakan nasional maka kontribusi Adapun hasil perhitungan LQ adalah sebagai
sektor listrik, air dan gas beserta subsektornya berikut.
akan mengalami penurunan. Sektor ekonomi Tabel 3. Hasil Perhitungan LQ
dengan kontribusi PN terbesar adalah adalah
sektor industri. Hal ini berarti bahwa sektor
industri memiliki pengaruh yang besar terhadap
perubahan kebijakan nasional.
d. Pergeseran proporsional (proportional shift) atau
pengaruh bauran industri ditunjukkan oleh Mij
di mana sektor yang memiliki pertumbuhan
yang cepat (Mij > 0) adalah sektor jasa lain,
sektor listrik, air dan gas, sektor keuangan, sewa
dan jasa perusahaan, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor
transportasi dan komunikasi. Sedangkan sektor
yang memiliki pertumbuhan yang lambat (Mij <
0) adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor Sumber: BPS, diolah
pertambangan. C. Hasil Tipologi Klassen
e. Pengaruh keunggulan kompetitif ditunjukkan Sesuai dengan hasil perhitungan LQ dan SS
oleh Cij di mana sektor ekonomi yang dapat (berasal dari komponen pengaruh keunggulan
bersaing dengan baik (Cij > 0) dengan sektor kompetitif / Cij), maka dapat digabungkan ke
ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor dalam Tipologi Klassen. Adapun hasil tipologi
perdagangan, hotel, restoran, sektor Klassen adalah sebagai berikut.
pertambangan, sektor keuangan, sewa, dan jasa
perusahaan serta sektor industri sedangkan
sektor ekonomi yang tidak dapat bersaing
dengan baik (Cij < 0) dengan sektor ekonomi
pada wilayah lainnya adalah sektor transportasi
dan komunikasi, sektor pertanian, sektor jasa
lain, sektor listrik, air dan gas, sektor bangunan.
f. Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah (Dij)
di mana sektor ekonomi yang termasuk
kelompok progresif (maju) (Dij > 0) adalah
semua sektor. Tidak ada sektor ekonomi di
Provinsi Jawa Tengah yang tergolong
pertumbuhannya lamban (Dij < 0).
B. Hasil analisis Location Quatient (LQ)
Jika nilai LQ > 1 maka sektor tersebut dapat
dikatakan sebagai sektor potensial Sumber : BPS, diolah
(basis). Apabila nilai LQ < 1 maka sektor tersebut Gambar 2. Hasil Tipologi Klassen
bukan merupakan sektor potensial (non basis). Sesuai dengan Gambar 2, menunjukkan bahwa
Berdasarkan Tabel 3, sektor pertanian, sektor Kuadran I sebagai daerah untuk sektor prima
industri, sektor listrik, air dan gas, sektor karena LQ > 1 dan SS-nya positif. Sektor yang
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa termasuk kategori prima adalah sektor
lain menjadi basis di semua tahun analisis karena perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
nilai LQ > 1. Sedangkan sektor pertambangan, industri. Kuadran II sebagai daerah potensial
sektor bangunan, sektor transportasi dan karena LQ < 1 dan SS-nya positif. Sektor yang
25
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
termasuk kategori potensial adalah sektor sebagai sektor dengan dominan pertumbuhan
pertambangan dan sektor keuangan. Kuadran III dan potensial pertumbuhan.
sebagai daerah berkembang karena LQ > 1 dan SS- b. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (-)
nya negatif. Sektor yang termasuk kategori berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan
berkembang adalah sektor pertanian, sektor listrik, yang menonjol ditingkat nasional, namun belum
air dan gas, sektor jasa lain. Kuadran IV sebagai menonjol di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
daerah terbelakang karena LQ < 1 dan SS-nya Sektor jasa lain termasuk klasifikasi kedua.
negatif. Sektor yang termasuk kategori terbelakang c. Klasifikasi ketiga, yaitu nilai RPr (-) dan RPs
adalah sektor bangunan, sektor transportasi dan (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan
komunikasi. yang tidak menonjol ditingkat nasional
D. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan sementara pada tingkat Provinsi Jawa Tengah
(MRP) termasuk menonjol. Sektor pertambangan dan
Analisis MRP dilakukan untuk menganalisis sektor sektor industri termasuk klasifikasi ketiga.
ekonomi yang menekankan pada kriteria d. Klasifikasi keempat, yaitu nilai RPr (-) dan
pertumbuhan eksternal (referensi/nasional) maupun RPs(-) berarti sektor tersebut memiliki
internal (wilayah studi/provinsi). Sehingga hasil pertumbuhan yang rendah baik di tingkat
MRP ini dapat diketahui sektor ekonomi yang Provinsi Jawa Tengah maupun di tingkat
merupakan dominan pertumbuhan dan potensial nasional. Sektor yang masuk klasifikasi keempat
pertumbuhan. (Yusuf, 1999). yaitu sektor pertanian.
E. Hasil Analisis Overlay
Tabel 4. Hasil Perhitungan MRP Analisis Overlay merupakan rangkuman antara
hasil dari analisis LQ dengan komponen Model
Rasio Pertumbuhan (MRP) yaitu Rasio
Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs).
26
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
b. RPs bernilai positif (+) dan LQ negatif (-), sektor listrik, air dan gas, sektor perdagangan,
sektor tersebut pertumbuhannya dominan tetapi hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya.
kontribusinya kecil, hasil analisis adalah bahwa 3. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen bahwa
sektor pertanian, dan sektor jasa lain masuk pola dan struktur pertumbuhan masing-
kategori ini. masing sektor ekonomi untuk memperkirakan
c. RPs bernilai negatif (-) dan LQ bernilai positif prospek pertumbuhan ekonomi daerah pada
(+), berarti sektor tersebut pertumbuhannya masa yang akan datang, maka sektor prima
kecil, tetapi kontribusinya besar. Sektor ini adalah sektor perdagangan, hotel dan
sangat memungkinkan merupakan sektor yang restoran; sektor potensial adalah sektor
sedang mengalami penurunan. Sektor pertambangan dan sektor keuangan; sektor
pertambangan, sektor bangunan, sektor berkembang adalah sektor pertanian; sektor
transportasi dan komunikasi, sektor keuangan, listrik, air dan gas serta sektor jasa lain.
sewa dan jasa perusahaan sebagai sektor yang 4. Berdasarkan analisis MRP, sektor yang
pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya dominan dan potensial pertumbuhan adalah
besar. sektor listrik, air dan gas; sektor bangunan,
d. RPs dan LQ keduanya bernilai negatif (-), sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
berarti sektor tersebut tidak potensial baik dari transportasi dan komunikasi; sektor
kriteria pertumbuhan maupun dari kriteria keuangan, sewa dan jasa perusahaan.
kontribusi. Hasil analisis menunjukkan tidak ada 5. Berdasarkan analisis overlay, sektor yang
setor yang masuk kategori ini.. potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan
dan kriteria kontribusi adalah sektor industri;
5. KESIMPULAN sektor listrik, air dan gas; serta sektor
1. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor yang perdagangan, hotel dan restoran.
mempunyai peranan meningkatkan Sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan, semua
pertumbuhan ekonomi secara regional sektor di Jawa Tengah mempunyai peranan untuk
(Provinsi Jawa Tengah) adalah semua sektor dikembangkan karena semua sektor saling
ekonomi. Hal ini sesuai hasil Differential berkaitan, namun demikian untuk menentukan
Shift (Dij) bahwa semua sektor bernilai sektor yang menjadi prioritas disesuaikan dengan
positif (progresif/maju), artinya bahwa semua perencanaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
sektor mempunyai peran yang positif dalam Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan perencanaan
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menetapkan strategi pengembangan sektor
Jawa Tengah. Namun demikian, terdapat ekonomi di Jawa Tengah yaitu secara periodik
sektor yang kompetitif di tingkat regional jangka pendek, jangka menengah dan jangka
(Provinsi Jawa Tengah) atau sesuai hasil panjang, dengan maksud agar sektor-sektor
competitiveness (Cij) yaitu sektor ekonomi yang belum merupakan sektor yang
perdagangan, hotel dan restoran; sektor potensial, di masa yang akan datang dapat
pertambangan, sektor keuangan, sewa dan ditingkatkan outputnya. Sesuai dengan hasil
jasa perusahaan; dan sektor industri. Output pemetaan menggunakan Tipologi Klassen maka
yang dihasilkan dari bauran industri (Mij) dapat disesuaikan dengan kegiatan perencanaan di
pada perekonomian Jawa Tengah adalah Provinsi Jawa Tengah untuk pengembangan
sektor jasa lain; sektor listrik air dan gas; ekonomi daerah di masa yang akan datang. Pilihan
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; strategi pengembangan dapat dibagi ke dalam
sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel periode jangka pendek, jangka menengah dan
dan restoran; serta sektor transportasi dan jangka panjang.
komunikasi. Pengaruh pertumbuhan ekonomi Jangka pendek adalah 1 – 5 tahun adalah untuk
nasional terhadap perekonomian Provinsi strategi pengembangan sektor yang masuk kategori
Jawa Tengah (Nij) adalah sektor industri. prima, jangka menengah (5 – 10 tahun) untuk
2. Berdasarkan analisis LQ, sektor yang menjadi sektor dengan kategori berkembang agar menjadi
basis adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor potensial, dan sektor potensial agar menjadi
sektor prima. Jangka panjang (10-25 tahun) untuk
27
JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)
DAFTAR PUSTAKA
Arsyada, Lincolin. (2005). Pengantar Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Kedua.
Yogyakarta : UPP STIE YKPN.
Arsyadb, Lincolin. (2010). Ekonomi
Pembangunan. Yogyakarta : UPP STIE
YKPN.
Boediono, (2001). Ekonomi Makro (Seri Sinopsis
Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2).
Yogyakarta: BPFE UGM.
BPS, Beberapa Tahun Terbitan. Statistik Indonesia.
BPS, Beberapa Tahun Terbitan. Jawa Tengah
Dalam Angka.
Puspitawati, Linda Tustiana. (2013). Analisis
Perbandingan Faktor-Faktor Penyebab
Ketimpangan Pembangunan Antar
Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsapur.
Economics Development Analysis Journal 2
(2) (2013).
Sjafrizal, (2014). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Tarigan, Robinson. (2007). Ekonomi Regional
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. (2015).
Economic Development. New Jersey:
Pearson Education Inc.
Widodo, Tri. (2006). Perencanaan Pembangunan:
Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yusuf, Maulana. (1999). Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) Sebagai Salah Satu Alat
Analisis Alternatif Dalam Perencanaan
Wilayah dan Kota Aplikasi Model : Wilayah
Bangka-Belitung. Ekonomi dan Keuangan
Indonesia Vol. XLVII No. 2 – 1999.
28