Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Desy Ekayanti

Nim : 1411622010
Program Studi : Geografi / B
Dosen Pengampu : Lia Kusumawati, S.Si, M.Eng
Mata Kuliah : Geografi Ekonomi

UJIAN TENGAH SEMESTER


Semester Genap Tahun Akademik 2023/2024

Judul Analisis Tipologi Daerah Berdasarkan Indikator Fundamental Ekonomi

Penulis Vivi Ukhwatul Khasanah Masbiran

Jurnal Jurnal Kebijakan Pembangunan

Tahun 2019

Volume & Halaman Vol. 14/ No. 2

Reviewer Putri Desy

Tanggal Senin, 16 Oktober 2023

Pendahuluan Pada pendahuluan ini, peneliti menjelaskan bahwa tipologi daerah penting untuk
pembangunan ekonomi. Tipologi daerah dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
ekonomi dan kesejahteraan suatu daerah, serta untuk menentukan kebijakan
pembangunan yang tepat. Penjelasan ini didukung oleh beberapa teori dan konsep
terkait dengan tipologi daerah, seperti:
1. Teori pertumbuhan ekonomi regional yang menjelaskan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal
daerah tersebut.
2. Teori pembangunan ekonomi yang menjelaskan bahwa pembangunan
ekonomi suatu daerah dapat dicapai melalui berbagai strategi, salah satunya
adalah dengan melakukan klasifikasi daerah berdasarkan karakteristiknya.
3. Peneliti juga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan
berbagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antar daerah. Salah satu upaya
tersebut adalah dengan melakukan klasifikasi daerah berdasarkan indikator
fundamental ekonomi.

Peneliti juga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai


upaya untuk mengurangi kesenjangan antar daerah. Salah satu upaya tersebut adalah
dengan melakukan klasifikasi daerah berdasarkan indikator fundamental ekonomi.
Penjelasan ini didukung oleh beberapa peraturan pemerintah, seperti:
1. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal, Daerah Perbatasan, dan Daerah Khusus.

Tujuan Tujuan penelitian dijelaskan dengan jelas dan spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi
Penelitian tipologi daerah di Sumatera Barat berdasarkan indikator fundamental ekonomi.
Indikator fundamental ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita.

Metode Metode penelitian dalam jurnal ini sudah tepat untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis klasifikasi.
Metode klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
cluster. Metode ini digunakan untuk mengelompokkan daerah berdasarkan kesamaan
karakteristiknya.

Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Barat. Data tersebut mencakup data pertumbuhan ekonomi, pendapatan per
kapita, dan indeks pembangunan manusia. Data yang telah dikumpulkan dianalisis
menggunakan metode analisis cluster. Hasil analisis klasifikasi menunjukkan bahwa
terdapat tiga tipologi daerah di Sumatera Barat, yaitu:
1. Tipologi I: Daerah dengan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan
indeks pembangunan manusia yang tinggi
2. Tipologi II: Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita
yang tinggi, tetapi indeks pembangunan manusia yang rendah
3. Tipologi III: Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan
manusia yang tinggi, tetapi pendapatan per kapita yang rendah

Hasil dan Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis cluster. Hasil
Pembahasan analisis klasifikasi menunjukkan bahwa terdapat tiga tipologi daerah di Sumatera
Barat, yaitu:

Tipologi I
Tipologi I terdiri dari dua kabupaten, yaitu Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Kedua
kabupaten ini memiliki pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan indeks
pembangunan manusia yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Kota Padang dan Kota
Bukittinggi rata-rata mencapai 6,2% per tahun selama periode 2010-2018.
Pendapatan per kapita kedua kabupaten ini juga tinggi, yaitu Rp 37,1 juta dan Rp 35,9
juta pada tahun 2018. Indeks pembangunan manusia kedua kabupaten ini juga tinggi,
yaitu 73,0 dan 72,5 pada tahun 2018.

Tipologi II
Tipologi II terdiri dari lima kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten
Agam, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Pasaman
Barat. Kelima kabupaten ini memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per
kapita yang tinggi, tetapi indeks pembangunan manusia yang rendah. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kabupaten
Padang Pariaman, dan Kabupaten Pasaman Barat rata-rata mencapai 5,8% per tahun
selama periode 2010-2018. Pendapatan per kapita kelima kabupaten ini juga tinggi,
yaitu Rp 27,7 juta, Rp 26,8 juta, Rp 26,2 juta, Rp 25,6 juta, dan Rp 24,9 juta pada
tahun 2018. Indeks pembangunan manusia kelima kabupaten ini juga rendah, yaitu
68,0, 67,6, 67,3, 66,9, dan 66,6 pada tahun 2018.

Tipologi III
Tipologi III terdiri dari enam kabupaten, yaitu Kabupaten Sijunjung, Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pesisir
Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Keenam kabupaten ini memiliki
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang tinggi, tetapi
pendapatan per kapita yang rendah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai rata-rata mencapai
5,5% per tahun selama periode 2010-2018. Indeks pembangunan manusia keenam
kabupaten ini juga tinggi, yaitu 69,5, 69,3, 69,1, 68,8, 68,6, dan 68,4 pada tahun
2018. Pendapatan per kapita keenam kabupaten ini juga rendah, yaitu Rp 24,0 juta,
Rp 23,6 juta, Rp 23,3 juta, Rp 22,9 juta, Rp 22,6 juta, dan Rp 22,3 juta pada tahun
2018.

Hasil kesimpulan diatas menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan pembangunan


ekonomi di antara daerah-daerah di Sumatera Barat. Tipologi I menunjukkan bahwa
terdapat dua kabupaten yang memiliki pembangunan ekonomi yang tinggi. Tipologi
II menunjukkan bahwa terdapat lima kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan per kapita yang tinggi, tetapi indeks pembangunan manusia yang
rendah. Tipologi III menunjukkan bahwa terdapat enam kabupaten yang memiliki
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang tinggi, tetapi
pendapatan per kapita yang rendah.

Hasil penelitian jurnal menunjukkan bahwa terdapat empat kuadran tipologi daerah di
Sumatera Barat, yaitu:

1. Kuadran Daerah Tertinggal: Kabupaten Agam, Kabupaten Dharmasraya,


Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten
Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung, dan Kabupaten Solok Selatan.
2. Kuadran Daerah Maju: Kabupaten Padang, Kabupaten Padang Panjang,
Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Payakumbuh, dan Kota Bukittinggi.
3. Kuadran Daerah Maju Tapi Tertekan: Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten
Pasaman, dan Kabupaten Solok.
4. Kuadran Daerah Berkembang Cepat: Kota Padang Panjang, Kota
Payakumbuh, dan Kota Sawahlunto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 kabupaten yang masuk ke dalam


kuadran Daerah Tertinggal, 5 kabupaten yang masuk ke dalam kuadran Daerah Maju,
4 kabupaten yang masuk ke dalam kuadran Daerah Maju Tapi Tertekan, dan 3
kabupaten yang masuk ke dalam kuadran Daerah Berkembang Cepat. Berdasarkan
indikator kesejahteraan, daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan IPM tinggi
adalah daerah administratif Kota, sedangkan daerah dengan pendapatan per kapita
dan IPM rendah didominasi oleh daerah kabupaten.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketimpangan


pembangunan di Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kabupaten yang
masuk ke dalam kuadran Daerah Tertinggal.

Kesimpulan Kesimpulan dari jurnal ini menggambarkan bahwa Sumatera Barat memiliki
keragaman dalam tipologi daerahnya. Mayoritas daerah termasuk dalam kategori
relatif tertinggal dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kualitas manusia
yang rendah. Kota-kota administratif memiliki pendapatan dan kualitas manusia yang
lebih tinggi, sedangkan sebagian besar kabupaten masih tertinggal. Hal ini
mencerminkan ketimpangan pembangunan regional di Sumatera Barat. Pemetaan
klasifikasi daerah berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan IPM menunjukkan bahwa
perbaikan pertumbuhan ekonomi dapat mendukung peningkatan kualitas manusia.
Secara pribadi, saya percaya bahwa upaya perbaikan dan pembangunan daerah relatif
tertinggal perlu menjadi fokus untuk mengurangi ketidaksetaraan di wilayah tersebut,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
manusia.

Kelebihan Pada jurnal ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1) Menggunakan metode yang tepat untuk menganalisis data, yaitu metode


kuantitatif dengan analisis klasifikasi.
2) Menggunakan indikator-indikator yang relevan untuk mengukur kondisi
ekonomi dan kesejahteraan suatu daerah.
3) Hasil penelitian disajikan secara jelas dan mudah dipahami.
4) Kesimpulan yang jelas dan ringkas
5) Pembahasan yang komprehensif
6) Rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah
7) Data yang digunakan adalah data yang valid dan reliabel.

Kelemahan Pada jurnal ini juga memiliki kelemahan, yaitu:

A. Peneliti hanya menjelaskan secara singkat tentang indikator fundamental


ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pertumbuhan ekonomi,
pendapatan per kapita, dan indeks pembangunan manusia. Penjelasan yang
lebih mendalam tentang indikator-indikator tersebut akan membantu pembaca
untuk memahami hasil penelitian dengan lebih baik.
B. Peneliti hanya menjelaskan secara singkat tentang metode klasifikasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode analisis cluster. Penjelasan yang
lebih rinci tentang metode klasifikasi tersebut akan membantu pembaca untuk
memahami hasil klasifikasi dengan lebih baik.
C. Tidak banyak informasi / konteks regional untuk memberikan pemahaman
yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tipologi
daerah.
D. Hanya menggunakan dua indikator, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapita.
E. Tidak menggunakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan antar indikator.

Sumber Analisis Tipologi Berdasarkan Indikator Fundamental Ekonomi Daerah | Jurnal


Kebijakan Pembangunan (jkpjournal.com)
PERPRES No. 38 Tahun 2018 (bpk.go.id)
PERMENDAGRI No. 9 Tahun 2018 (bpk.go.id)

Anda mungkin juga menyukai