Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL REVIEW

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

STATISTIK EKONOMI

Dr. ZULKARNAIN SIREGAR, ST, MM

ARIANTO
NIM.7181210020
MANAJEMEN B 2018

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas Critical Journal Review (CJR) Tugas Critical Journal Review
(CJR) ini di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu STATISTIK
EKONOMI.

Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua. Saya menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini masih jauh dari
kesempurnaan. Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, saya
mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai salah. Hanya Maha Kuasa
yang paling sempurna, karena ilmu kami belum seberapa banyak. Karena itu kami sangat
menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun untuk dapat
menyempurnakan tugas Critical Journal Review ini.

Akhir kata saya berharap semoga tugas Critical Journal Review ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang akan memerlukannya di masa maupun waktu
yang akan datang. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 19 Mei 2019

2
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3

A. RASIONALISASI ....................................................................................................... 2
B. TUJUAN ...................................................................................................................... 2
C. MANFAAT .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4

A. PENDAHULUAN........................................................................................................ 4
B. IDENTITAS JURNAL .................................................................................................4
C. LAMPIRAN JURNAL................................................................................................. 4
D. METODEDOLOGI...................................................................................................... 4
E. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 4

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 5

A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN........................................................................ 5


B. SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 5
C. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 5

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi
Dewasa ini, pendidikan Indonesia mengalami transformasi yang luar biasa. Hal ini
dapat dilihat pergeseran paradigma pendidikan yang didominasi oleh aspek kognitif saja
menuju pendidikan yang lebih menekankan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
berdasarkan proses dan pengalaman belajar. Selain itu, aspek kognitif yang dilatih bukan
hanya pada level mengingat, memahami, dan menerapkan saja, namun telah meningkat pada
kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, dan kemampuan mencipta.
Pendidikan di abad ini penting untuk menjamin peserta didik siswa maupun
mahasiswa memiliki keterampilan belajar dan berinovasi serta terampil menggunakannya
sebagai life skill. Keterampilan belajar dan berinovasi meliputi kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, serta kemampuan berkomunikasi dan
berkolaborasi. Kemampuan mengomunikasikan hasil pemikiran dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa pada jenjang
pascasarjana adalah Critical Journal Review.Secara harfiah, Critical Journal Review adalah
kegiatan mengkritisi sebuah jurnal penelitian. Namun Critical Journal Review bukan sekedar
membuat laporan atau tulisan tentang isi sebuah penelitian atau artikel, tetapi lebih
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan
dan kelemahan sebuah penelitian, menyoroti hal yang menarik dari penelitian tersebut, serta
menganalisis pengaruh gagasan tersebut terhadap cara berpikir kita dan menambah
pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu.
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas Critical Journal Review mata kuliah STATISTIK EKONOMI.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada didalam Jurnal.
3. Mencari metode baru dalam penyelesaian penelitian di bidang STATISTK EKONOMI.

C. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang STATISTIK EKONOMI.
2. Menguji kualitas Jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
yang sama atau penulis lainnya.

4
3. Dan sebagai salah satu pembelajaran dalam proses penulisan karya ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN
A.IDENTITAS JURNAL UTAMA
JUDUL : ANALISIS STATISTIKA DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
(STUDI KASUS: PROVINSI SUMATERA UTARA)
PENULIS : Muhammad Farhan Qudrathullah
TAHUN : 2010
NO :2
VOLUME :3
ISSN : 2541-0458
B. IDENTITAS JURNAL PEMBANDING

JUDUL : ANALISIS SEKTOR KEUANGAN TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI WILAYAH JAWA
(PENDEKATANMODEL LEVINE)
PENULIS : Utami Baroroh
TAHUN : 2012

NO :2

VOLUME :3

ISSN :

A. Lampiran Jurnal Utama

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh
komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Blakely, 1989). Tolak ukur keberhasilan pembangunan
dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan
pendapatan antarpenduduk, antardaerah, dan antarsektor, Perbedaan laju pembangunan
antardaerah menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan antardaerah,
terutama antara Jawa dengan luar Jawa, antar Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan
Timur Indonesia (KTI) (Haeruman 1996, p.41-48; Kuncoro, 2002).

Peranan statistika di sini adalah sebagai alat analisis. Beberapa alat analisis statistika yang
digunakan adalah scatterplot, angka indeks, dan analisis regresi logistik. Pertama, scatterplot
digunakan sebagai alat analisis tipologi daerah untuk mengetahui struktur perekonomian suatu
daerah. Kedua, bilangan indeks yang meliputi Indeks Williamson (IW) untuk mengetahui tingkat
ketimpangan antar daerah, Indeks Location Quotient (LQ) untuk menentukan subsektor unggulan
perekonomian.

5
Sebagai studi kasus digunakan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan data
jumlah penduduk untuk setiap Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993
sampai 2005.

Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 10- 40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas
wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km 2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik
Indonesia.Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi
serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Sampai
tahun 2008 jumlah Kota/ Kabupatendi Provinsi Sumatera Utara telah bertambah jumlahnya
menjadi 28 Kota/ Kabupaten.

Gambar 1. Peta Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan
keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan
dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur terdiri atas 12 Kabupaten/ Kota yaitu Labuhan Batu,
Asahan, Simalungun, Karo, Deli Serdang, Langkat, Sergei, Tanjung Balai, Pemantang Siantar,
Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai. Sedangkan wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi terdiri atas
13 Kota/ Kabupaten, yaitu Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Utara, Toba Samosir, Dairi, Nias Selatan, Humbahas, Pakpak Barat, Samosir, Sibolga, dan Padang
Sidimpuan.

6
B.METODE PENELITIAN
Scatterplot merupakan salah satu bentuk penyajian data yang mengunakan nilai-nilai atribut untuk
menentukan posisi. Scatterplot dua dimensi adalah bentuk yang paling umum digunakan. Scatterplot
di sini berperanan sebagai alat analisis tipologi suatu daerah.
Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah
yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high
growth and high income), daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), daerah
berkembang pesat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low
income) (Hill, 1989; Kuncoro, 1996; Kuncoro, 2004).

Tabel 1. Tipologi Daerah

dimana:
r : rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota/ Kabupaten
y : rata-rata PDRB Kota/ Kabupaten
ri : rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten/ Kota yang diamati (i)
yi: rata-rata PDRB Kabupaten/ Kota yang diamati (i)

Bilangan indeks adalah bilangan yang dibentuk untuk menunjukan perubahan-perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu pada suatu tempat, atau variasi yang terjadi dari tempat ke tempat pada waktu
yang sama (Soejoeti, 1986). Bilangan indeks yang digunakan di sini adalah Indeks Williamson (IW),
Indeks Location Quotient (LQ), dan Indeks Spesialisasi Regional (IS).

1. Indeks Williamson (IW)


Indeks Williamson (IW) untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar daerah (Kota/Kabupaten).
Semakin kecil atau semakin mendekati 0 nilai IW menunjukan ketimpangan antar Kabupaten/ Kota
semakin kecil, atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin jauh dari 0 menunjukan
ketimpangan semakin melebar (Kuncoro, 2004).

dimana:
IW = Indeks Williamson
Yi = PDRB per kapita di Kabupaten/ Kota ke-i
Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi

7
ni = Jumlah penduduk di Kabupaten/ Kota ke-i
n = Jumlah penduduk Provinsi

2. Indeks Location Quotient (LQ)


Analisis LQ digunakan untuk menentukan subsektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu
pada formulasi (Bendavid-Val, 1991, p.74; Kuncoro, 2004) berikut:

dimana:
LQ = Indeks Location Quotient
Xr = Nilai produksi subsektor tertentu (i) pada Kota/ Kabupaten
Xn = Nilai produksi subsektor tertentu (i) Provinsi
RVr = Total PDRB Kota/ Kabupaten
RVn = Total PDRB Provinsi

3. Indeks Spesialisasi Regional (IS)


Pengunaan alat analisis indeks spesialisasi regional adalah untuk mengetahui tingkat spesialisasi
antardaerah, dengan mengunakan indeks Krugman sebagaimana yang diterapkan oleh (Kim, 1995,
p.881-908; Kuncoro, 2004), berikut formulanya:

dimana:
SIjk = Indeks Spesialisasi Kabupaten/ Kota j dan k
Eij = PDRB Sektor i pada Kabupaten/ Kota j
Eik = PDRB Sektor i pada Kabupaten/ Kota k
Ej = Total PDRB Kabupaten/ Kota j
Ek = Total PDRB Kabupaten/ Kota k

4. Analisis Regresi Logistik Multinomial


Analisis regresi logistik multinomial dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
membedakan pengklasifikasian daerah yang berdasarkan hasil analisis tipologi yang membagi
wilayah menjadi 4 (empat) klasifikasi. Persamaan regresi multinomial dengan p variabel dependen,
secara umum ditulis:

8
C.HASIL DAN PEMBAHSAN

Hasil Analisis Tipologi Daerah


Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita Kabupaten/ Kota dapat disajikan
scatterplot untuk menunjukan pola dan struktur perekonomian provinsi Sumatera Utara menurut
tipologi daerah, tahun 1994-2005 (gambar 2). Dari gambar tersebut, Kabupaten/ Kota di

Gambar 2. Pola dan struktur perekonomian Provinsi Sumatera Utara

9
provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan/ digolongkan sebagai berikut:
Tampak bahwa 8 Kabupaten/ Kota yang tergolong maju dan cepat tumbuh, adalah Kabupaten/ Kota
yang berada pada wilayah pantai timur sedangkan hanya 2 Kabupaten/ Kota wilayah pantai barat yang
tergolong maju dan cepat tumbuh. Sementara itu, 6 Kabupaten/ Kota yang termasuk tertinggal adalah
Kabupaten/ Kota yang berada di wilayah pantai barat dan hanya 1 Kabupaten/ Kota yang berada di
pantai timur yang dianggap tertinggal. Hal ini berarti, terdapat indikasi adanya perbedaan
(ketimpangan) ekonomi antara Kota/Kabupaten yang berada di pantai barat dan pantai timur.

Hasil Analisis Ketimpangan Daerah


Berdasarkan gambar 3 di bawah ini, tampak bahwa nilai indeks Williamson (IW) Provinsi Sumatera
Utara dari tahun 1993–2005 terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukankan ketimpangan
antar Kabupaten/ Kota di provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun semakin berkurang. Penurunan
IW paling tajam terjadi pada periode 2002/2003, hal ini terjadi dimungkinkan karena pada tahun 2002
pemerintah Sumetera Utara melakukan pemekaran wilayah secara lebih intensif dengan membentuk
empat Kabupaten baru, yaitu Nias Selatan, Humbahas, Pakpak Barat, dan Padang Sidimpua, Jika
diperhatikan lebih teliti, pada grafik di bawah.

Gambar 3. Grafik Indeks Williamson provinsi Sumatera Utara (1993-2005)

pada sektor pertanian dan jasa-jasa sedangkan pada 7 sektor lainnya Kabupaten/ Kota yang berada di
wilayah pantai timur lebih unggul.

Tabel 2. Sektor/subsektor unggulan tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

10
11
12
Hasil Analisis Regresi Logistik
1. Analisis Regresi Logistik Multinomial
Variabel dependen yang digunakan dalam analisis regresi logistik multinomial adalah klasifikasi
daerah yang terdiri atas empat kelompok. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah
pertumbuhan PDRB, PDRB perkapita, dan indeks spesialisasi daerah (SI).

13
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa variabel pertumbuhan PDRB (GR) memiliki nilai sig. 0,201 >
0,05 yang berarti pada tingkat kepercayaan 95% variabel ini tidak signifikan dalam mempengaruhi
pengklasifikasian daerah. Sehingga perlu dilakukan analisis ulang dengan mengeluarkan variabel
pertumbuhan PDRB (GR) dari model regresi logistik. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4 dan terlihat
bahwa semua variabel telah signifikan (nilai sig. = 0,000 < 0,05).

B.Lampiran Jurnal Pembanding


Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat tergantung pada perkembangan dinamis dan
kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional
juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor
perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal (Kiryanto,
2007).
Sektor keuangan sendiri memegang peranan yang sangat penting dalam memicu pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Menurut Bank Dunia, sektor keuangan yang semakin berkembang
diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, menurunkan kemiskinan, dan meredam
volatilitas ekonomi makro. Namun rekomendasi tersebut masih menimbulkan perdebatan baik
secara teori maupun secara empiris.
Atas dasar itu semua, pengembangan sistem keuanganyang mampu menjalankan fungsi-
fungsinya secara efektif dan memiliki ketahanan yang tinggi merupakan langkah yang sangat
strategis dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi Indonesia dan menjaga kestabilan
makroekonomi. Berkaitan dengan itu, salah satu aspek yang sering diperdebatkan di dalam
pengembangan sistem keuangan adalah menurut teori endogenous growth (Solow), pertumbuhan
ekonomi atau output di dorong oleh physical maupun human capital yang diakselerasi oleh
variabel produktitas.
Levine (1997) membagi fungsi utama sistem keuangan tersebut ke dalam lima fungsi dasar, yaitu:
memobilisasi tabungan, mengalokasikan sumber daya, memantau para manajer dan
melaksanakan pengawasan perusahaan, memfasilitasi perdagangan, lindung-nilai, diversifikasi,
dan penggabungan risiko, dan memfasilitasi transaksi barang dan jasa agar lebih efisien.
Masing-masing fungsi sistem keuangan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
melalui dua jalur, yaitu: jalur akumulasi modal (modal fisik dan modal manusia) dan jalur inovasi
teknologi. Kedua jalur tersebut merupakan dua sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka
panjang yang berkembang di dalam literatur teori pertumbuhan ekonomi.
Terakhir, bank harus mengelola likuiditas dari asetnya sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi giro wajib minimum tanpa menanggung beban yang besar. Dua aset dari neraca bank
sentral penting karena dua alasan. Pertama, perubahan dalam aset mendorong perubahan
cadangan dan mengakibatkan perubahan uang beredar. Kedua, karena aset-aset ini (surat utang
pemerintah dan discount loan) menerima pendapatan bunga, sedangkan kewajiban tidak
menghasilkan bunga.
Bencivenga dan Smith (1991) mengembangkan model dimana individu menghadapi
ketidakpastian akan kebutuhan likuiditasnya di masa depan. Individu dapat memilih investasi
pada aset yang likuid dan tidak berisiko, namun mempunyai tingkat produktivitas yang rendah,
dan atau memilih investasi pada aset yang tidak likuid dan berisiko, namun mempunyai tingkat
produktifitas yang rendah, dan atau memilih investasi pada aset yang tidak likuid dan berisiko,
namun mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, sektor keuangan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran tabungan ke proyek-proyek yang
mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi dan sekaligus dapat menurunkan risiko likuiditas
yang dihadapi oleh individu.
Selain menurunkan risiko likuiditas, sektor keuangan juga dapat menurunkan risiko investasi.
B.METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan analisis panel data. Data panel adalah
gabungan dari data cross section 6 propinsi di Pulau Jawa dan time series dengan data tahunan
dari tahun 2005 – 2010.

14
Pemilihan analisis data panel dilakukan karena beberapa kelebihan yang dimilikinya antara lain
yaitu dapat memberikan data yang lebih informatif, mengurangi kolinearitas antar variabel,
derajat kebebasan yang lebih banyak dan model yang lebih efisien (Baltagi, 2001 p:235).
Ketiga, data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-ulang sehingga
metode data panel cocok digunakan untuk study of dynamic adjustment. Keempat, tingginya
jumlah observasi berimplikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif, kolinearitas antar
variabel yang semakin berkurang, dan peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom)
sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

Model ekonometri yang dipergunakan adalah model yang dirumuskan oleh Levine (2000) yaitu:

Banyaknya unit waktu di setiap unit individu inilah yang mencirikan apakah data panel tersebut
seimbang atau tidak. Jika tiap-tiap unit individu diobservasi dalam waktu yang sama maka data
panel dikatakan seimbang (balanced panel data).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum melakukan analisis dengan data panel, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
terhadap seluruh data. Hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa seluruh data variabel
penelitian berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Setelah dilakukan
uji normalitas, selanjutnya dilakukan estimasi dengan pendekatan Pooled Least Squares (PLS)
dan diikuti estimasi dengan pendekatan fixed effect model (FEM).
Hasil penelitian dengan model PLS menunjukkan bahwa sebagian besar variable-variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Pulau
Jawa.Variabel aset signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen, demikian juga denganvariable
kredit dan DPK. Nilai R-squared menunjukkan model yang digunakan mampu menjelaskan
fenomena sebesar 89,31persen.
Hasil estimasi model FEM yang terlihat menunjukkan bahwa semua variable bebas
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Pulau Jawa. Variabel
asset, kredit dan DPK signifikan pada tingkat kepercayaan alpha = 5%. Nilai R-squared
menunjukkan model yang digunakan mampu menjelaskan fenomena sebesar 71,81persen.

15
Untuk lebih memastikan model mana yang paling tepat pada model penelitian, dilakukan
Uji Chow untuk membandingkan model PLS vs FEM dan Uji Hausman untuk membandingkan
model FEM vs REM. Berdasarkan hasil uji Chow diperoleh nilai probability dari F statistik
dengan d.f (5,27) 0.00005 yang berarti menolak hipotesis untuk menggunakan Pooled Least
Squared dan menerima hipotesis untuk menerima fixed effect model. Maka berdasarkan hasil uji
tersebut model yang digunakan adalah fixed effect model.
Setelah dilakukan uji Chow dan menghasilkan model efek tetap, selanjutnya dilakukan
estimasi model efek acak (random effct model). Hasil estimasi random effct model (REM)
menunjukkan bahwa sebagian besar variable-variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Pulau Jawa. Tingkat signifikan suatu variabel dapat
dilihat pada nilai probabilitasnya, bila lebih besar dari 0.05 maka variable tersebut tidak
signifikan pada tingkat kepercayaan 5%, dan hasil menunjukkan semua variable bebas bernilai
lebih besar dari 0.05. Nilai Adjusted R-squared juga menunjukkan model yang digunakan hanya
mampu menjelaskan fenomena sebesar 8,95 persen.
Setelah melakukan estimasi random effect model selanjutnya dilakukan uji model antara
estimasi FEM dan estimasi REM dengan uji Hausman. Uji Hausman memberikan penilaian
dengan menggunakan chi-square statistik. Berdasarkan hasil uji Hausman yang
dilakukan,didapatkan Chi-Sq Statistik sebesar 0.220913 dengan probabilitas 0.9417 pada d.f 3,
dengan menggunakan chi-tabel diperoleh nilai sebesar 0.58. Hasil tes menyatakan bahwa chi
statistik lebih besar dari pada chi-tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan model
terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian adalah Fixed Effect Model. Menurut
Nachrowi dan Usman (2006), kelebihan dari fixed effect model adalah model dapat membedakan
efek individual serta tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan
variable bebas.
Berdasarkan regresi model PLS, FEM dan REM serta uji model yang dilakukan seperti
uji Chow dan Uji Hausman semua menunjukkan hasil model terbaik adalah model FEM. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. Variabel Aset berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional pulau
Jawa dan memiliki hubungan positif dengan nilai koefisien adalah sebesar 0,34. Hal ini
mengartikan bahwa apabila jumlah aset perbankan naik sebesar satu persen maka jumlah
pertumbuhan ekonomi regional Pulau jawa akan meningkat pula sebesar 0,34 persen.
Variabel kredit juga menunjukkan pengaruh yang positif dengan nilai koefisien 0,072. Nilai
koefisien menunjukkan bahwa apabila jumlah kredit perbankan naik sebesar satu persen maka
jumlah pertumbuhan ekonomi regional Pulau Jawa akan meningkat sebesar 0,072 persen. Hasil
ini konsisten dengan teori yang dikemukakan oleh Levine (1997), King and Levine (1993) dan
Edward S.Shan (1973).

Berdasarkan perhitungan dapat terlihat bahwa masing-masing provinsi memiliki tingkat


koefisien fixed effect yang berbeda-beda antara satu sama lain. Keadaan tersebut menjelaskan
bahwa variable aset perbankan, kredit dan dana pihak ketiga memiliki tingkat pengaruh yang
berbeda terhadap pertumbuhan ekonomi regional di masing-masing provinsi. Besar kecilnya nilai
intersep tersebut memberikan gambaran mengenai daerah-daerah yang berpotensi sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil estimasi 3 provinsi dengan nilai intersep terbesar yaitu
DKI Jakarta, Banten dan Jawa Timur dan 3 propinsi dengan nilai intersep terkecil yaitu Jawa
Tengah, DIY dan Jawa Barat. Dengan demikian 3 propinsi terbesar tersebut merupakan daerah
potensial pertumbuhan ekonomi sementara propinsi dengan intersep terkecil merupakan propinsi
yang kurang potensial sebagai tujuan pertumbuhan.
Hasil yang didapat memperlihatkan nilai intersep pada propinsi Banten adalah 9,223383
yang dapat diartikan bila terdapat perubahan pada sektor finansial maupun waktu, maka Propinsi
Banten akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 9,223383%. DKI Jakarta
sebagai pusat pemerintah sekaligus pusat bisnis mempunyai intersep sebesar 12,166233 dan
tertinggi di Pulau Jawa. Hal ini semakin membuktikan bahwa propinsi DKI Jakarta memang

16
pusat pertumbuhan ekonomi. Selain itu nilai intersep dapat ditafsirkan bahwa bila terjadi
perubahan pada sektor finansial maupun waktu, maka propinsi DKI Jakarta akan mendapat
pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 12,166233%.
Hasil pengujian pada propinsi Jawa Barat menunjukkan nilai 6,290249 dan Jawa Barat
termasuk daerah yang kurang potensial sebagai tujuan pertumbuhan. Propinsi Jawa Barat menjadi
kurang kompetitif jika dibandingkan dengan propinsi Banten. Begitu pula dengan propinsi Jawa
Tengah. Jawa Tengah adalah propinsi yang paling tidak potensial sebagai tujuan pertumbuhan
bila dibandingkan dengan 5 propinsi lainnya. Pengaruh individu pada propinsi Jawa Tengah
hanya sebesar 4,578999%.
Propinsi DIY masih lebih baik bila dibandingkan dengan Jawa Tengah karena hasil dari efek
individu berada di atas propinsi Jawa Tengah. Nilai intersep utuk provinsi DIY adalah sebesar
5,173155 persen sehingga jika terjadi perubahan sektor finansial maka propinsi DIY hanya akan
mendapat pengaruh individu sebesar 5,173155 persen. Sedangkan Propinsi Jawa Timur termasuk
dalam propinsi yang merupakan tujuan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari efek individu
yang bernilai 7,033417 persen masih dibawah propinsi DKI Jakarta dan Banten.

BAB III
PENUTUP

A.Kelebihan Kedua Jurnal


Bahasa yang digunakan cukup mudah di analisis oleh pembaca kedua jurnal tersebut,
Kemudian di penulisan jurnal kedua jurnal tersebut kedua penulis menambahkan beberapa
contoh-contoh diagram dan variabel yang mendukung kedua jurnal tersebut agar mudah
diapahami.
Penulis juga menyertakan lokasi beliau melakukan penelitiannya sehin gga bisa beliau
bisa mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya tersebut secara rinci dan efisien.

B.Kelemahan kedua jurnal


Menurut saya kedua jurnal tersebut tidak memilki kelemahan yang cukup menonjol,
Namun ada beberapa penulisan kata yang sebenarnya tidak perlu sering di ulang-ulang dan
juga dalam penulisan jurnal tersebut terdapat beberapa kesalahan penyusunan kalimat yang
sebagian orang akan sulit untuk memahami isi dari kedua jurnal tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Statistika adalah suatu cabang ilmu yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk dalam
bidang pembangunan ekonomi daerah, yaitu untuk mengetahui pola dan struktur perekonomian,
mengetahui ada atau tidaknya ketimpangan perekonomian, mengetahui sektor/ subsektor ungulan,
merumuskan dan mengevaluasi kebijakan.
Kemudian pada kedua kasus di atas telah dijelaskan secara rinci mengenai hasil penelitianya, serta
para penulis juga melakukan pengujian untuk memperkuat hasil karya ilmiah mereka tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, E. J. (1989). Planning local economic development: Theory and practice. California: SAGE
Publication, Inc
Chatterjee, S. & Hadi, A. S. (2006). Regreeion analysis by example. New Jersey: John Willey & Sons, Inc.
http://www.bappeda.sumutprov.go.id/File_Upload/ BAB%20II%20DRAFT%20RPJMD%20SUMUT.doc.
Diakses tanggal 22 September 2009.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi & pembangunan daerah: Reformasi, perencanaan, strategi, dan peluang.
Jakarta: Erlangga.
Bardhan, P, et.al. 1998, Wealth Inequality, Wealth Constrains and Economic Performance.
University of Massachusetts Amherst.
Benchivenga, V.R & Smith, B.D. 1991. Financial Intermediations and Endogenous Growth.
Review of Economics Studies, pp 195 – 209.
Darmawan, K. 2004. Analisis Rasio-rasio Bank. Info Bank. Juli, 18-21
Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Gujarati, D. 2007. Basic Econometrics, Fourth edition. New York: McGraw Hill.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada

18

Anda mungkin juga menyukai