Anda di halaman 1dari 9

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Covid-19 atau coronavirus disease 19 muncul pertama kali di China

tepatnya di kota Wuhan pada tanggal 31 Desember 2019 dimana World Health

Organization (WHO) mendapatkan laporan tentang adanya pneumonia yaitu

infeksi akut yang menyerang paru-paru (Bima Baskara, 2020) Berdasarkan data

pemerintahan china seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun menjadi

orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal

itu dan seterusnya angka penduduk di China yang terjangkit Covid-19 mengalami

peningkatan yaitu pada tanggal 15 Desember 2019 jumlah total infeksi mencapai

27 kasus. Jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19 telah

mencapai 60 orang.(Josephine Ma, 2020). Setelah banyak kasus yang terjadi

penyebaran covid-19 telah menyebar di hampir diseluruh dunia pada bulan Juni

hingga Agustus 2020 kasus Covid-19 rata-rata bertambah sekitar 250 ribu kasus

dan 6.000 kematian akibat virus covid-19 dan pada bulan Januari 2021 kasus

covid-19 telah mencapai 350 juta kasus dan kematian mencapai 5 juta kasus

(Coronavirus Statistics Worldometer, 2022).

Pada awal bulan Maret 2020 dengan kasus pertama teridentifikasi

merupakan transmisi lokal menjadi awal mulanya penyebaran kasus Covid-19 di

Indonesia hingga saat ini jumlah kasus akibat virus covid-19 pada bulan Januari

2021 telah mencapai 4 juta kasus dan 144 ribu jumlah kematian akibat virus

covid-19 (Coronavirus Statistics - Worldometer,2022) dengan banyaknya jumlah

kasus covid-19 yang terjadi tentu saja hal ini menyebabkan banyak kerugian di
berbagai sektor terutama sektor ekonomi dan sosial dimana penyebaran virus

covid-19 ini membuat hampir diseluruh dunia mengalami penurunan tingkat

ekonomi bahkan Amerika Serikatmengalami penurunan sebesar 4,8% di tahun

2020. Sedangkan, di indonesia mengalami penurunan tingkat ekonomi diprediksi

mencapai 0,4 % dari hasil perhitungan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS)

dimana tingkat pengangguran bertambah 5 juta orang pada bulan Februari 2020

(Wahyu daniel, 2020).

Dampak lain yang terjadi akibat virus covid-19 adalah fisik dan psikis

dimana diberbagai negera yang mengalami pandemi covid-19 ini mengharuskan

seluruh masyarakatnya untuk dapat menerapkan Social Distancing yaitu menjaga

jarak aman dan tidak berinteraksi hingga pandemi covid-19 dapat diatasi dan hal

ini telah terjadi selama 2 tahun lamanya. Dalam upaya pencegahan dan untuk

menekan laju penyebaran virus covid-19 diberbagai negara telah

melakukanLockdown atau karantina wilayah, Pembatasan Sosial Bersekala Besar

(PSBB) hingga pergerakan manusia antar negara,kota,kabupaten dan desa harus

dibatasi.

Di Indonesia dalam upaya pencegahan covid-19 menerapkan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berpengaruh pada aktivitas bisnis yang

berimbas kepada penurunan tingkat ekonomi dan bertambahnya jumlah

pengangguran dari hasil simulasi menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) meningkat dari 4,99 persen pada Februari 2020 menjadi sekitar

6,17 persen 6,65 persen pada Maret 2020. (Badan Pusat Statistik, 2020) dengan

banyaknya penggangguran yang ada membuat perekonomian Indonesia juga ikut


melemah. Musi Rawas merupakan salah satu daerah di Sumatera Selatan yang

juga menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang membuat

banyak masyarakat yang harus bekerja dirumah ataupun harus diberhentikan dari

pekerjaannya, dikarenakan hal tersebut Musi Rawas mengalami penambahan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yaitu meningkat dari 2,91 persen menjadi

3,29 persen.(Badan Pusat Statistik, 2022).

Berdasarkan situasi akibat virus covid-19 ini pemerintah tidak bisa menggali

potensi yang ada untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan

Asli Daerah (PAD) adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dari

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.(BPKAD, 2017). Dengan

diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat ekonomi

nasional mengalami kelambatan dalam memenuhi target penerimaan Pajak Asli

Daerah (PAD) yang telah ditentukan, banyak faktor yang mempengaruhi hal

tersebut selain dikarenakan menurunnya daya beli dan daya saing masyarakat

khususnya dalam kondisi pandemi ini juga keterbatasan yang tidak dapat

dilakukan sehingga membawa dampak terhadap penurunan penerimaan negara

dan daerah (Paramitha, 2021). Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang no. 33 tahun

2004, PAD yang sah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih kurs, dan,

komisi/potongan dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi
dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan (PAP) dan Pajak Rokok. Adapun

pajak kabupaten/kota terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan,

Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Berdasarkan penelitian di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2013-2017

Penerimaan pajak daerah dari tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 sudah dapat

dikatakan sangat efektif dilihat dari rata-rata tingkat efektivitas sebesar 99,59%

dan Efisien penerimaan Pajak daerah dinilai sudah sangat efisien (Talondong

dkk., 2018). Penelitian yang dialakukan di UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah

Provinsi Jawa Timur Bondowoso menunjukan Efktivitas Pajak Kendaraan

Bermotor yang diperoleh tahun 2013 sampai 2017 diketahui bahwa efektivitas

Pajak Kendaraan Bermotor selama lima tahun dikatakan sangat efektif (Sita Irfani

dkk, 2019).

Penelitian yang dilakukan SAMSAT makassar II pada priode tahun 2020

telah mencapai target yang telah di tentukan, namun mengalami penururnan dan

hanya mendapatkan 6% dari tahun sebelumnya. Tetapi meskipun demikian,

efektivitas penerimaan pajak kendaraan pada pandemi Covid-19 masih dalam

kategori sangat efektif, sedangkan untuk efisiensi pemungutan pajak juga masih

dalam kategori efisien, dikarenakan penerimaan pajak kendaraan di masa pandemi


Covid-19 masih lebih besar dibanding dengan biaya pemungutan pajak (Anthon,

2021), penelitian di sulawesi utara walaupun di masa pandemi covid-19

pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)masih digolong efisien walupun

masih ada perbedaan penerimaan pajak sebelum dan selama masa pandemi covid-

19 (Tumuli dkk., 2021), Pengelolaan keuangan dan aset daerah melaui kantor

Samsat Kabupaten Belu atas target dan realisasi efektivitas pemungutan pajak

kendaraan bermotor dari tahun 2015-2019 rata-rata adalah efektif (Aribowo &

Ahoinai, 2022).

Penerimaan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) oleh masyarakat

di Musi Rawas tentu saja melibatkan juga UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah

Musi Rawas atau lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan Kantor

Bersama Sistem Administrasi Menunggal dibawah Satu Atap (SAMSAT) yang

didalamnya tergabung tiga instansi yaitu Dispenda Musi Rawas, Kepolisian

Republik Indonesia dan Asuransi Jasa Raharja. Di Musi Rawas Pajak kendaraan

Bermotor (PKB) merupakan salah satu yang berkontribusi dalam Penerimaan

Pajak Daerah sehingga sangat penting dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB).

Kendaraan di Musi Rawas tiap tahunnya mengalami peningkatan yang

didominasi oleh kendaraan sepeda motor dan mobil penumpang. Namun, dari data

yang diambil dari UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi Rawas jumlah

kendaraan yang membayar pajak diwilayah tersebut mengalami penurunan tahun

2020 saat terjadi lonjakan civid-19 di wilayah Musi Rawas.


Tabel 1 Jumlah Kendaraan Yang Membayar Pajak
JENIS KENDARAAN
TAHUN MOBIL BUS TRUK SEPEDA LAINNYA JLH
PENUMPANG MOTOR
2019 5.213 45 1.096 19.478 2.720 28.552
2020 4.013 30 894 15.237 2.320 22.494
2021 4.662 37 1.100 17.040 2.596 25.435
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

Data yang ditampilkan merupakan jumlah kendaraan yang membayar pajak

di UPTB Pengelolaana Pendapatan daerah Musi Rawas II, penurunan jumlah

kendaraan terjadi pada tahun 2020 dimana karena penurunan jumlah kendaraan

yang membayar pajak membuat penerimaan pajak juga ikut mengalami

penurunan.

Tabel 2 Penerimaan Pajak kendaraan Bermotor (PKB)


TAHUN TARGET PENERIMAAN PAJAK
2019 Rp. 6.800.000.000 Rp. 7.484.606.000
2020 Rp. 8.484.000.000 Rp. 6.965.708.500
2021 Rp. 9.240.800.000 Rp. 9.442.870.750
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

Berdasarkan data yang ditampilkan dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan

pajak pada tahun 2019 melebihi target dengan jumlah selisih sebesar Rp.

684.606.000,- dan tahun 2020 mengalami penurunan dan tidak mencapai target

dan pada tahun 2021 mengalami peningkatan kembali penerimaan pajak

kendaraan.

Berdasarkan penjabaran yang telah di jelaskan dengan fenomena yang ada

di Musi Rawas dengan ini saya melakukan penelitian tentang “ Analisis

Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB) selama masa pandemi Covid-19 di UPTB

Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi Rawas”.


2. Identifikasi Masalah

Beberapa uraian yang telah dijelaskan paada latar belakang maka

identifikasi masalah yang terjadi di Musi Rawas menurunnya penerimaan

kendaraaan bermotor selama masa pandemi covid-19 dikarenakan bnyak

masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan sulitnya ekonomi sehiggga

penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) di UPTB Pengelolaan Pendapatan

Daerah Musi Rawas II tidak mencapai target yang telah ditentukan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya dengan ini

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Seberapa besar efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor

selama masa pandemi covid-19 di UPTB Pengelolaan Pendapatan

daerah Musi Rawas II ?

2. Seberapa besar laju penerimaan pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di

UPTB Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II ?

4. Batasan Masalah

Batasan masalah digunakan untuk menghindari terjadinya penyimpangan

pada fokus penelitian, selain itu agar penelitian tersebut dapat lebih terarah

serta tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Penelitian ini dilakukan di

UPTB Pengelolaan pendapatan daerah Musi Rawas II yang terletak di


Tugumulyo, data yang digunakan berupa laporan penerimaan pajak

kendaraan bermotor tahun 2019 hingga tahun 2021.

5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor selama masa

pandemi covid-19 di UPTB Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II.

2. Mengetahui laju penerimaan pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di UPTB

Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II.

6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Hasil penelitian yang

diperoleh juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya difokus penelitian berbeda.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Penulis Penelitian ini

Penelitian yang dilakukan memberikan manfaat bagi Peneliti

berupa tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai perhitungan


penerimaan pajak kendaraan selama masa pandemi covid-19 i Musi

Rawas sehingga dijadikan acuan dalam meningkatkan penerimaan

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

b. Bagi penulis selanjutnya

Hasil penelitian ini juga dapat jadikan sebagai bahan rujukan dan

perbandingan bagi penelitian selanjutnya di masa depan, khususnya

yang berkaitan dengan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) selama masa pandemi covid-19

Anda mungkin juga menyukai