"Kemiskinan Maret 2022 menurun. Tingkat kemiskinan di Maret 9,54 persen atau
26,16 juta orang dari September 2021 sebesar 9,71 persen atau 26,5 juta orang," ujarnya
dalam konferensi pers, Jumat
Menurunnya angka kemiskinan berdasarkan laporan terakhir BPS semakin membuka
harapan terhadap prospek pemulihan ekonomi. Setelah melonjak hingga dobel digit pada
2020 akibat pandemi, tingkat kemiskinan kembali dapat ditekan ke level 9,71% pada
September 2021. Perkembangan ini sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi yang sejak
tahun lalu kembali positif.
Meskipun belum menyamai situasi pra-pandemi (9,22 persen pada September 2019),
penurunan angka kemiskinan setidaknya menjadi salah satu indikasi bahwa perekonomian
nasional berangsur membaik.
Paling tidak ada tiga faktor yang mendorong penurunan tingkat kemiskinan pada 2021.
Pertama, tingkat mobilitas orang dan barang yang lebih lancar dibandingkan dengan tahun
awal pandemi.
Kedua, harga barang-barang yang relatif terkendali, khususnya untuk golongan bahan
pangan. Harga bahan pangan berperan sangat besar dalam struktur pengeluaran masyarakat
miskin.
Penurunan jumlah penduduk miskin yang tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik
(BPS) dinilai tidak jadi jaminan pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan.
Meski jumlah penduduk miskin turun, kualitas hidup dan ketergantungan terhadap
berbagai bantuan-bantuan dari pemerintah dianggap masih terlalu tinggi sehingga masyarakat
belum mandiri atau lepas dari kemiskinan absolut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai
27,55 juta orang pada September 2020, atau setara dengan 10,19 persen dari total penduduk
di Indonesia. Angka ini naik 1,13 juta orang (0,41 persen) dibandingkan posisi Maret 2020,
juga meningkat 2,76 orang dibanding September 2019.