BERITA
RESMI
STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN JEMBER
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, yakni tahun 2018 sampai dengan 2019,
persentase jumlah penduduk miskin Kabupaten Jember mengalami penurunan sebesar 0,73
poin persen. Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa persentase jumlah penduduk miskin Kabupaten
Jember turun dari 9,98 persen pada tahun 2018 menjadi 9,25 persen pada tahun 2019. Secara
absolut, jumlah penduduk miskin Kabupaten Jember yang semula berjumlah 243,42 ribu jiwa
pada tahun 2018 turun menjadi 226,57 ribu jiwa pada tahun 2019.
Grafik 1. Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Jember Tahun 2010 – 2019
14,00 13,27
12,44
13,00
11,76 11,68
12,00 11,28 11,22
10,97 11,00
11,00
9,98
10,00 9,25
9,00
8,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan
Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Jember Tahun 2010 -2019
Jml
Garis
Penduduk Perubahan Indeks Indeks
Kemiskinan Persentase
dibawah Persentase Kedalaman Keparahan
Tahun (Rupiah Penduduk
Garis Penduduk Kemiskinan Kemiskinan
/kapita Miskin (P0)
Kemiskinan Miskin (%) (P1) (P2)
bulan)
(000)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Garis kemiskinan sendiri merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan
esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), pada periode tahun
2018 sampai dengan tahun 2019, garis kemiskinan meningkat sebesar Rp. 15.511,- per kapita
per bulan atau meningkat sebesar 4,78 persen, yaitu dari Rp. 324.174,- per kapita per bulan
pada tahun 2018 menjadi Rp. 339.685,- per kapita per bulan.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-
rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang
disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2).
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar
0,23 poin menjadi 1,22 dibanding tahun 2018 yang sebesar 1,45. Sementara itu, Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan yakni sebesar 0,09 poin atau turun
menjadi 0,24 pada tahun 2019.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua
komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-
Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk
daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan
diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2019 adalah
data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2019.