Anda di halaman 1dari 8

Profil Kemiskinan di Provinsi Lampung Maret 2020

No. 55/07/20/Th. XII, 15 Juli 2020

Profil Kemiskinan Provinsi


Lampung Maret 2020
• Pada bulan Maret 2020, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Persentase pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Lampung
mencapai 1,05 juta orang (12,34 persen), naik sebesar 7,84 ribu orang
Penduduk dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 1,04 juta orang
Miskin (12,30 persen).

Maret 2020 • Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2020 adalah
sebesar 9,02 persen atau naik 0,42 poin dibandingkan September 2019
naik menjadi yang sebesar 8,60 persen. Sementara persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan pada Maret 2020 sebesar 13,83 persen atau mengalami
12,34 persen penurunan 0,13 poin jika dibandingkan September 2019 yang sebesar 13,96
persen.
• Selama periode September 2019 - Maret 2020, jumlah penduduk miskin
di daerah perkotaan naik sebanyak 12,41 ribu orang (dari 224,69 ribu
orang pada September 2019 menjadi 237,10 ribu orang pada Maret 2020),
sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 4,57 ribu orang (dari 816,79
ribu orang pada September 2019 menjadi 812,22 ribu orang pada Maret
2020).
• Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan
terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2020 tercatat sebesar 75,41 persen.
Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan kondisi September 2019 yaitu
sebesar 75,08 persen.
• Gini Ratio pada Maret 2020 adalah sebesar 0,327. Angka ini mengalami
penurunan jika dibandingkan September 2019 yang sebesar 0,331. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan di Provinsi Lampung termasuk
kategori ketimpangan rendah.

Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020 1


1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2015 - Maret 2020
Secara umum, pada periode Maret 2015 - September 2019 tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung
mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase, perkecualian pada Maret 2016, Maret
2018 dan Maret 2020. Kenaikan kemiskinan pada Maret 2016 disebabkan oleh Kenaikan harga barang
kebutuhan pokok salah satunya beras yang merupakan makanan pokok masyarakat. Serupa dengan hal
tersebut, kenaikan kemiskinan Maret 2018 juga dipengaruhi oleh harga komoditas bahan pokok yang
belum terkendali. Salah satunya disebabkan gagal panen akibat banjir di sejumlah wilayah di Provinsi
Lampung. Sedangkan kenaikan tingkat kemiskinan pada Maret 2020 salah satunya disebabkan kenaikan
harga sejumlah bahan pokok. Perkembangan tingkat kemiskinan Maret 2015 sampai dengan Maret 2020
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1
Tren Persentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung, Maret 2015 - Maret 2020

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2019 - Maret 2020


Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2020 mencapai 1,05 juta orang. Terjadi kenaikan
jumlah penduduk miskin sebanyak 7,84 ribu orang dibandingkan September 2019. Sementara jika
dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 14,34
ribu orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2019 - Maret 2020, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebesar 12,41 ribu orang sedangkan di daerah perdesaan
turun sebesar 4,57 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 8,60 persen menjadi 9,02
persen. Sementara itu, di perdesaan turun dari 13,96 persen menjadi 13,83 persen.
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2019 - Maret 2020
Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang) Persentase Penduduk Miskin
(1) (2) (3)
Perkotaan
Maret 2019 231,86 8,92
September 2019 224,69 8,60
Maret 2020 237,10 9,02
Perdesaan
Maret 2019 831,80 14,27
September 2019 816,79 13,96
Maret 2020 812,22 13,83
Total
Maret 2019 1 063,66 12,62
September 2019 1 041,48 12,30
Maret 2020 1 049,32 12,34

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019, September 2019 dan Maret 2020

2 Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020


3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2019 - Maret 2020
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi
miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada
Maret 2019 sampai dengan Maret 2020.

Tabel 2
Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah,
Maret 2019 - Maret 2020
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/Tahun
Makanan Bukan Makanan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Maret 2019 335 947 127 707 463 654
September 2019 344 994 132 077 477 071
Maret 2020 364 654 136 066 500 720
Perubahan Mar’19 - Mar’20 (%) 8,54 6,54 7,99
Perubahan Sep’19 - Mar’20 (%) 5,70 3,02 4,96

Perdesaan
Maret 2019 304 512 94 425 398 937
September 2019 318 866 97 828 416 694
Maret 2020 333 219 100 624 433 843
Perubahan Mar’19 - Mar’20 (%) 9,43 6,56 8,75
Perubahan Sep’19 - Mar’20 (%) 4,50 2,86 4,12

Total
Maret 2019 313 620 104 689 418 309
September 2019 326 364 108 311 434 675
Maret 2020 342 151 111 581 453 733
Perubahan Mar’19 - Mar’20 (%) 9,10 6,58 8,47
Perubahan Sep’19 - Mar’20 (%) 4,84 3,02 4,38

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019, September 2019 dan Maret 2020

Selama periode September 2019 - Maret 2020, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,38 persen, yaitu
dari Rp 434.675,- per kapita per bulan pada September 2019 menjadi Rp 453.733,- per kapita per bulan
pada Maret 2020. Sementara pada periode Maret 2019 - Maret 2020 , Garis Kemiskinan naik sebesar 8,47
persen, yaitu dari Rp 418.309,- per kapita per bulan pada Maret 2019 menjadi Rp 453.733,- per kapita per
bulan pada Maret 2020. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin
khususnya mereka yang berada disekitar garis kemiskinan belum mampu mengimbangi kenaikan harga
pada saat garis kemiskinan mengalami kenaikan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat pada Tabel 3 bahwa peranan komoditi
makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan
GKM terhadap GK pada Maret 2020 sebesar 75,41 persen. Artinya kenaikan harga pada bahan makanan
di tengah masyarakat menjadi salah satu penyebab kenaikan garis kemiskinan yang terjadi di Provinsi
Lampung.

Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020 3


Tabel 3
Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap
Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2020
Jenis komoditi Perkotaan Jenis komoditi Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Makanan: 72,83 Makanan: 76,81
Beras 19,48 Beras 25,99
Rokok kretek filter 15,14 Rokok kretek filter 10,14
Telur ayam ras 4,49 Telur ayam ras 4,04
Daging ayam ras 2,37 Gula pasir 2,86
Gula pasir 2,35 Roti 2,86
Tempe 2,05 Cabe rawit 2,46
Bawang merah 2,04 Bawang merah 2,40
Mie instan 1,94 Tempe 2,33
Roti 1,91 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1,86
Cabe merah 1,70 Mie instan 1,65
Bukan Makanan: 27,17 Bukan Makanan: 23,19
Perumahan 7,82 Perumahan 6,32
Listrik 3,76 Bensin 3,98
Bensin 3,54 Listrik 2,53
Pendidikan 2,25 Pendidikan 1,27
Perlengkapan mandi 1,23 Perlengkapan mandi 0,98
Pakaian jadi perempuan dewasa 0,90 Pakaian jadi anak-anak 0,79
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020

Pada Maret 2020, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK baik di
perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras memberi sumbangan sebesar 19,48
persen di perkotaan dan 25,99 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar
kedua terhadap GK (15,14 persen di perkotaan dan 10,14 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah
telur ayam ras (4,49 persen di perkotaan dan 4,04 persen di perdesaan), gula pasir (2,35 persen di perkotaan
dan 2,86 persen di perdesaan), tempe (2,05 persen di perkotaan dan 2,33 persen di perdesaan), bawang
merah (2,04 persen di perkotaan dan 2,40 di perdesaan), dan seterusnya. Komoditi bukan makanan yang
memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin,
listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan


Kondisi kemiskinan suatu wilayah selain dapat dilihat dari persentase penduduk miskin juga dapat
dilihat tingkat ketejamannya melalui indeks kedalaman dan juga indeks keparahan. Indeks kedalaman
kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Pada periode September 2019 - Maret 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2019
adalah 1,988 dan pada Maret 2020 mengalami penurunan menjadi 1,899. Demikian juga dengan Indeks
Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,442 menjadi 0,411 (Tabel
4). Sementara untuk periode Maret 2019 - Maret 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami penurunan.

4 Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020


Tabel 4
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Provinsi Lampung, menurut Daerah, Maret 2019 - Maret 2020
Tahun Perkotaan Perdesaan Lampung
(1) (2) (3) (4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2019 1,466 2,140 1,932
September 2019 1,379 2,260 1,988
Maret 2020 1,225 2,200 1,899
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2019 0,349 0,480 0,439
September 2019 0,336 0,490 0,442
Maret 2020 0,240 0,487 0,411

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019, September 2019 dan Maret 2020

Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.
Pada September 2019, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar 1,379
sedangkan di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,260. Sementara itu nilai Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan adalah 0,336 sedangkan di perdesaan mencapai sebesar
0,490.

5. Perkembangan Gini Ratio


Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar
antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Pada rentang
2016 - 2020 Gini Ratio Lampung tercatat sebesar 0,364 pada Maret 2016 dan mengalami fluktuasi hingga
mencapai angka 0,327 pada Maret 2020.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di wilayah perkotaan pada Maret 2020 tercatat
0,345. Angka ini turun sebesar 0,004 poin dibandingkan Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,349.
Untuk daerah pedesaan Gini Ratio Maret 2020 tercatat sebesar 0,298. Angka ini naik sebesar 0,004 poin
dibanding Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,294.

Gambar 2
Perkembangan Gini Ratio, 2016 - 2020

0,50

0,393 0,384
0,40 0,364 0,360 0,367
0,338 0,346 0,349 0,345
0,364 0,358
0,333 0,346 0,331 0,327
0,30 0,330 0,334 0,317 0,326 0,329
0,311 0,297 0,301 0,299 0,298
0,294 0,294
0,20

0,10

0,00
Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018 Mar 2019 Sep 2019 Mar 2020

Kota Desa Lampung


Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 - Maret 2020

Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020 5


6. Perkembangan Distribusi Pengeluaran September 2019 - Maret 2020
Selain Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran
pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank
Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan
tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12
persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12 - 17 persen, serta ketimpangan rendah jika
angkanya berada diatas 17 persen. Pada Maret 2020, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen
terbawah adalah sebesar 20,67 persen yang berarti Lampung berada pada kategori ketimpangan rendah.
Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada bulan Maret 2020 ini mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 20,13 persen.
Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari Gini Ratio, ukuran ketimpangan Bank Dunia pun
mencatat hal yang sama yaitu ketimpangan di perkotaan lebih buruk dibandingkan dengan ketimpangan
di perdesaan. Persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan
pada Maret 2020 adalah sebesar 19,89 atau tergolong ketimpangan rendah. Sementara itu, persentase
pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perdesaan pada Maret 2020 adalah
sebesar 21,95 persen yang berarti juga berada pada kategori ketimpangan rendah.

Gambar 3
Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah,
Maret 2019 - Maret 2020
22,50
21,93 21,95
22,00 21,75
21,50
21,00 20,67
20,33
20,50 20,13
19,89
20,00
19,45
19,50
19,01
19,00
18,50
18,00
17,50
Perkotaan Perdesaan Lampung

Mar 2019 Sep 2019 Mar 2020


Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019 - Maret 2020

7. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan dan Perkembangan


Gini Ratio
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan perkembangan Gini
Ratio selama periode September 2019 - Maret 2020 antara lain adalah:
1. Selama periode September 2019 - Maret 2020, inflasi umum yang terjadi yaitu sebesar 1,42
persen.
2. Pada periode September 2019 - Maret 2020, laju pertumbuhan beberapa harga komoditi
pangan cukup fluktuatif. Harga komoditi beras sempat mengalami kenaikan sebesar 1,30
persen dari Rp 11.070,- (September 2019) menjadi Rp 11.213,- (Maret 2020). Pada Maret
2020, harga komoditas gula pasir mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar
25,94 persen dari Rp 12.593,- (September 2019) menjadi Rp 15.859,- (Maret 2020). Demikian
juga dengan komoditas telur ayam ras yang mengalami kenaikan sebesar yaitu 9,53 persen dari
Rp 21.543,- (September 2019) menjadi Rp 23.596,- per kilogram (Maret 2020). Harga bawang
merah mengalami kenaikan yang sangat tinggi yaitu sebesar 100,39 persen dari Rp 23.884,-
(September 2019) menjadi Rp 47.862,- (Maret 2020).

6 Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020


3. Secara umum perkembangan perekonomian Lampung idak terlalu baik, pada triwulan I 2020 ekonomi
tumbuh sebesar 1,73 persen, dimana yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi berasal dari kategori jasa lainnya sebesar 0,62 persen, dan kategori kontruksi sebesar 0,40 persen.
4. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2020 terlihat bahwa ada kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per
bulan pada penduduk level bawah. Pengeluaran penduduk pada desil 1 meningkat sebesar 5,35 persen
dibandingkan September 2019. Hal yang sama juga terjadi pada desil 3 yang mengalami peningkatan
sebesar 4,23 persen.

8. Penjelasan Teknis dan Sumber Data


1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk
miskin terhadap total penduduk.
2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen,
yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan
Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, Penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili
oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-
kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
4. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
5. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2020 adalah data
Susenas bulan Maret 2020.

Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020 7


Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh


Provinsi Lampung
Jl. Basuki Rahmat No.54 Undang-Undang, hak cipta melekat pada
Bandar Lampung - 35215 Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,
mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
Mas’ud Rifai, S.ST menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
Kepala Bidang Statistik Sosial untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan
Telepon: (0721) 482909, Pswt 133
Email: bps1800@bps.go.id Pusat Statistik.

8 Profil Kemiskinan Provinsi Lampung Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai