BERITA
RESMI
STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI D.I YOGYAKARTA
Profil Kemiskinan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Maret 2019
• Untuk Maret 2019, Garis kemiskinan di Daerah Istimewa
(D.I.) Yogyakarta adalah Rp 432.026 per kapita per bulan.
Pada Maret Garis kemiskinan tersebut meningkat 4,13 persen dari kondisi
2019, September 2018 yang besarnya Rp 414.899 per kapita per
bulan.
persentase • Komoditi makanan masih mendominasi pembentukan Garis
penduduk Kemiskinan dibandingkan dengan komoditi bukan makanan.
Pada Maret 2019, Garis Kemiskinan Makanan tercatat sebesar
miskin di D.I. Rp 310.947 per kapita per bulan dan kontribusinya terhadap
Garis Kemiskinan sebesar 71,97 persen. Sementara pada
Yogyakarta saat yang sama, Garis Kemiskinan Non Makanan sebesar
tercatat Rp 121.079 per kapita per bulan dan berkontribusi sebesar
28,03 persen terhadap Garis Kemiskinan.
sebanyak 11,70 • Pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin di D.I. Yogyakarta
persen atau sebanyak 448,47 ribu orang atau 11,70 persen terhadap total
penduduknya. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin
turun 0,11 poin sebanyak 1,78 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
September 2018, yang jumlahnya mencapai 450,25 ribu
dibandingkan orang.
kondisi • Namun demikian, terdapat peningkatan pada Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Maret 2019 dibandingkan
September dengan September 2018. Kondisi yang sama juga terjadi
2018. pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang menunjukkan
adanya peningkatan.
Pada Maret 2019, GK di daerah perkotaan tercatat sebesar Rp. 452.628 per kapita per
bulan. Sementara itu, pada saat yang sama, GK di perdesaan sebesar Rp. 378.873 per kapita
per bulan. Secara umum, tingkat konsumsi penduduk di perkotaan lebih tinggi daripada tingkat
konsumsi di perdesaan. Kondisi tersebut juga tercermin dari GK yang lebih tinggi di perkotaan
dibandingkan dengan di perdesaan.
Baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, beras memberikan kontribusi terbesar bagi
pembentukan GKM. Kontribusi beras di perkotaan dan perdesaan masing-masing sebesar 24,94
persen dan 38,09 persen. Rokok kretek filter berada pada posisi kedua pembentukan GKM di
wilayah perkotaan (10,10 persen) dan perdesaan (7,58 persen). Di perkotaan, posisi berikutnya
untuk komoditi pembentuk GKM adalah telur ayam ras (7,31 persen), daging ayam ras (6,80
persen), dan kue basah (4,76 persen). Sementara itu, untuk perdesaan, komoditi pembentuk
GKM pada posisi yang sama adalah daging ayam ras (5,79 persen), telur ayam ras (5,78 persen),
dan tahu (3,71 persen).
Adapun untuk GKNM, lima komoditas yang mempunyai andil terbesar dalam
pembentukannya sedikit berbeda untuk wilayah perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan kelima
komoditas tersebut adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan kesehatan. Sementara
itu, di perdesaan kelima komoditas utama penentu GKNM adalah perumahan, bensin, listrik,
kayu bakar, dan perlengkapan mandi. Terlihat bahwa komoditi pembentuk GKNM didominasi
oleh barang-barang yang harganya ditentukan oleh pemerintah (administered price), yaitu
bensin dan listrik. Dengan demikian laju perubahan GNKM seharusnya lebih mudah dikendalikan.
Perkotaan
Maret 2018 305,24 11,03
September 2018 298,47 10,73
Maret 2019 304,66 10,89
Perdesaan
Maret 2018 154,86 15,12
September 2018 151,78 14,71
Maret 2019 143,81 13,89
Kota+Desa
Maret 2018 460,10 12,13
September 2018 450,25 11,81
Maret 2019 448,47 11,70
Di D.I. Yogyakarta penduduk miskin paling banyak terdapat di daerah perkotaan. Pada Maret
2019, jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan D.I. Yogyakarta tercatat sebanyak 304,66
ribu orang atau lebih dua kali lipat jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan yang banyaknya
143,81 ribu orang. Meskipun demikian, secara persentase jumlah penduduk miskin di perdesaan
lebih banyak dibandingkan di perkotaan, dimana angkanya mencapai 13,89. Sementara itu, pada
saat yang sama, persentase penduduk miskin di perkotaan sebanyak 10,89 persen.
Selama periode Maret 2018 - Maret 2019, jumlah dan persentase penduduk miskin di
wilayah perkotaan menunjukkan fluktuasi. Pada Maret 2018, jumlah penduduk miskin perkotaan
tercatat sebanyak 305,24 ribu orang. Selanjutnya, pada September 2018 turun sebesar 2,22 persen
atau menjadi 298,47 ribu orang. Namun demikian, pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin
kembali meningkat menjadi 304,66 atau terjadi kenaikan sebesar 6,2 persen. Secara persentase,
tingkat kemiskinan di perkotaan juga menunjukkan pola yang sama dengan pergerakan jumlah
penduduk miskin secara absolut. Pada Maret 2018, persentase penduduk miskin sebanyak 11,03
persen. Selanjutnya pada September 2018, persentase penduduk miskin di perkotaan turun
menjadi 10,73 persen. Kemudian, pada Maret 2019, persentase penduduk miskin terhadap total
penduduk perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,16 persen menjadi 10,89 persen.
Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah dan persentase kemiskinan di perdesaan
menunjukkan trend penurunan yang konsisten. Selama satu tahun terakhir, jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan dari 154,86 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 151,78 ribu
orang atau turun 1,99 persen pada September 2018. Selanjutnya, pada Maret 2019, jumlahnya
kembali turun menjadi 143,81 ribu orang. Selain itu, penurunan yang konsisten juga terlihat pada
persentase penduduk miskin di perdesaan dari Maret 2018 sampai dengan Maret 2019. Selama
satu tahun terakhir, persentase penduduk miskin perdesaan turun dari 15,12 persen menjadi
13,89 persen.
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret
2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019
Selama periode Maret 2013 - Maret 2019 situasi kemiskinan di D.I. Yogyakarta menunjukkan
fluktuasi tetapi dengan kecenderungan yang semakin menurun (Gambar 1). Pada Maret 2013,
jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 553,07 ribu orang. Jumlah tersebut terus mengalami
penurunan meskipun sempat terjadi lonjakan pada Maret 2015. Pada saat itu, jumlah penduduk
miskin meningkat menjadi 550,23 ribu orang atau bertambah sebanyak 3,31 persen dibandingkan
dengan September 2014 yang besarnya 532,59 ribu orang. Selanjutnya, sejak Maret 2016 sampai
dengan Maret 2019 jumlah penduduk miskin di D.I. Yogyakarta menunjukkan kecenderungan
yang menurun secara konsisten. Pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak
448,47 ribu penduduk.
Secara keseluruhan, dalam periode enam tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di
D.I. Yogyakarta telah berkurang sebanyak 104,6 ribu penduduk. Dalam kurun waktu tersebut,
secara rata-rata, jumlah penduduk miskin di provinsi ini berkurang sebanyak 8,04 ribu orang
per semester. Penurunan jumlah kemiskinan di D.I. Yogyakarta yang cukup signifikan terjadi
pada periode Maret 2015 - September 2015. Dimana pada waktu itu, jumlah penduduk miskin
berkurang sebanyak lebih dari 64 ribu orang dalam kurun waktu satu semester.