Anda di halaman 1dari 10

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020

No. 14/02/33/Th. XV, 15 Februari 2021

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI JAWA TENGAH

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah


September 2020
 Pada bulan September 2020, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah
mencapai 4,12 juta orang (11,84 persen), bertambah sebanyak 139,03 ribu
Persentase orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 yang berjumlah

Penduduk 3,98 juta orang (11,41 persen).


 Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik menjadi 10,57 persen
Miskin pada September 2020 yang sebelumnya sebesar 10,09 persen pada

September 2020 Maret 2020. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan juga naik dari
12,80 persen pada Maret 2020 menjadi 13,20 persen pada September 2020.
naik 0,43 persen  Selama periode Maret 2020 – September 2020, jumlah penduduk miskin di

poin, menjadi daerah perkotaan bertambah sebanyak 84,84 ribu orang (dari 1,81 juta orang
pada Maret 2020 menjadi 1,89 juta orang pada September 2020). Demikian juga
11,84 persen di daerah perdesaan, mengalami kenaikan sebanyak 54,18 ribu orang (dari
2,18 juta orang pada Maret 2020 menjadi 2,23 juta orang pada September 2020).
dibanding Maret  Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar
2020 dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap
yang sebesar Garis Kemiskinan pada September 2020 tercatat sebesar 74,46 persen. Kondisi

11,41 persen. ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2020 yaitu sebesar 74,38 persen.
 Jenis pengeluaran komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai
Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan antara lain beras, rokok
kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan gula pasir. Sementara itu,
untuk komoditi bukan makanan yang besar pengaruhnya mencakup perumahan,
bensin, listrik, dan pendidikan.
 Pada periode Maret 2020 – September 2020, baik Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami
kenaikan.

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


1
1. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2011 – 2020

Secara umum, persentase kemiskinan di Jawa Tengah periode 2011 – 2020 mengalami fluktuasi
dengan tren menurun. Kenaikan terjadi pada September 2011, Maret 2014, Maret 2015, Maret 2020 dan
September 2020, sementara kondisi di waktu lainnya selalu mencatat penurunan. Perkembangan tingkat
kemiskinan tahun 2011 sampai dengan September 2020 ditunjukkan pada Grafik 1.

Grafik 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret 2011 – September 2020

16.20
15.72
15.34
14.98
14.56 14.44 14.46
13.58 13.58 13.32 13.27 13.19 13.01
12.23
11.84
11.32 11.19 11.41
10.80 10.58

5.14 5.32 5.05 4.95 4.83 4.81 4.84 4.56 4.58 4.51 4.51 4.49 4.45 4.20 4.12
3.90 3.87 3.74 3.68 3.98

Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019 2019 2020 2019

% Pend. Miskin Jumlah Pend. Miskin (juta orang)

Keterangan: Maret 2011 – September 2013 merupakan backcasting dari penimbang proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2019 – September 2020

Penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2020 berjumlah 4.119,93 ribu orang. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2020, maka jumlah penduduk miskin Jawa
Tengah bertambah 139,03 ribu orang. Demikian pula apabila dibandingkan dengan keadaan pada September
tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin September 2020 lebih banyak 440,53 ribu orang.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2020 – September 2020, jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 84,84 ribu orang, dan di daerah perdesaan mengalami
kenaikan sebanyak 54,18 ribu orang. Demikian juga secara persentase, penduduk miskin di perkotaan
maupun di perdesaan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan yang tercatat pada Maret 2020.

2 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 10,09 persen menjadi 10,57 persen, sementara di
perdesaan naik dari 12,80 persen menjadi 13,20 persen.

Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah
September 2019 – September 2020

Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk


Daerah/Tahun
(ribu orang) Miskin (persen)
(1) (2) (3)
Perkotaan
September 2019 1.602,26 8,99
Maret 2020 1.805,65 10,09
September 2020 1.890,49 10,57
Perdesaan
September 2019 2.077,15 12,26
Maret 2020 2.175,25 12,80
September 2020 2.229,44 13,20
Perkotaan+Perdesaan
September 2019 3.679,40 10,58
Maret 2020 3.980,90 11,41
September 2020 4.119,93 11,84

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

3. Perubahan Garis Kemiskinan September 2019 – September 2020

Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai nilai rupiah yang menjadi batas untuk mengelompokkan
penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan Garis
Kemiskinan pada September 2019 sampai dengan September 2020.

Selama periode Maret 2020 – September 2020, Garis Kemiskinan naik sebesar 0,78 persen, yaitu dari
Rp. 395.407,- per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp. 398.477,- per kapita per bulan pada
September 2020. Sementara itu Garis Kemiskinan selama periode September 2019 – September 2020 naik
sebesar 4,32 persen, yaitu dari Rp. 381.992,- per kapita per bulan menjadi Rp. 398.477,- per kapita per bulan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat pada Tabel 3 bahwa peranan

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


3
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Pada Tabel 2 terlihat bahwa besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada
September 2020 mencapai 74,46 persen.

Tabel 2
Garis Kemiskinan dan Perubahannya menurut Daerah,
September 2019 – September 2020

Garis Kemiskinan Komposisi Garis


(Rp/Kapita/Bulan) Kemiskinan
Daerah/Tahun Persentase
Bukan Persentase
Makanan Total Non
Makanan Makanan
Makanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Perkotaan
September 2019 284.099 103.546 387.646 73,29 26,71
Maret 2020 295.446 106.325 401.771 73,54 26,46
September 2020 297.510 106.941 404.451 73,56 26,44
Perubahan September 2019 – September 2020 (%) 4,72 3,28 4,34 0,27 -0,27
Perubahan Maret 2020 – September 2020 (%) 0,70 0,58 0,67 0,02 -0,02
Perdesaan
September 2019 282.349 93.750 376.099 75,07 24,93
Maret 2020 292.760 96.035 388.796 75,30 24,70
September 2020 295.899 96.317 392.216 75,44 24,56
Perubahan September 2019 – September 2020 (%) 4,80 2,74 4,29 0,37 -0,37
Perubahan Maret 2020 – September 2020 (%) 1,07 0,29 0,88 0,14 -0,14
Perkotaan+Perdesaan
September 2019 283.217 98.776 381.992 74,14 25,86
Maret 2020 294.095 101.313 395.407 74,38 25,62
September 2020 296.697 101.781 398.477 74,46 25,54
Perubahan September 2019 – September 2020 (%) 4,76 3,04 4,32 0,32 -0,32
Perubahan Maret 2020 – September 2020 (%) 0,88 0,46 0,78 0,08 -0,08

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada September 2020, jenis komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK
hampir sama di perkotaan maupun di perdesaan. Beras memberi sumbangan sebesar 16,59 persen di
perkotaan dan 18,61 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua
terhadap GK (13,95 persen di perkotaan dan 10,66 persen di perdesaan). Komoditi lainnya antara lain telur

4 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


ayam ras (4,04 persen di perkotaan dan 4,34 persen di perdesaan), daging ayam ras (3,74 persen di
perkotaan dan 3,65 persen di perdesaan), gula pasir (3,00 persen di perkotaan dan 2,90 persen di
perdesaan). Sedangkan komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar, baik pada GK
perkotaan maupun perdesaan, meliputi perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap
Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), September 2020

Perkotaan Perdesaan
Komoditi Komoditi
(%) (%)
(1) (2) (3) (4)
Makanan 73,56 Makanan 75,44
Beras 16,59 Beras 18,61
Rokok kretek filter 13,95 Rokok kretek filter 10,66
Telur ayam ras 4,04 Telur ayam ras 4,34
Daging ayam ras 3,74 Daging ayam ras 3,65
Gula pasir 3,00 Gula pasir 2,90
Tempe 2,33 Tempe 2,81
Kue basah 2,25 Cabe rawit 2,72
Mie instan 2,18 Kue basah 2,39
Cabe rawit 2,17 Mie instan 2,37
Tahu 1,96 Tahu 2,26
Komoditi makanan lainnya 21,35 Komoditi makanan lainnya 22,74
Bukan Makanan 26,44 Bukan Makanan 24,56
Perumahan 6,85 Perumahan 6,85
Bensin 4,03 Bensin 3,25
Listrik 2,61 Listrik 1,65
Pendidikan 1,80 Pendidikan 1,35
Perlengkapan mandi 1,46 Kesehatan 1,23
Komoditi non makanan lainnya 9,69 Komoditi non makanan lainnya 10,23
Total 100,00 Total 100,00
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

4. Garis Kemiskian per Rumah Tangga September 2020

Garis kemiskinan per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang
harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya selama sebulan agar tidak
dikategorikan miskin. Secara rata-rata, garis kemiskinan per rumah tangga pada September 2020
mencapai Rp 1,82 juta per bulan, atau naik sebesar 7,86 persen dibanding kondisi Maret 2020 yang
sebesar Rp 1,69 juta per bulan.

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


5
Tabel 4
Garis Kemiskinan per Kapita Rumah Tangga Miskin, Maret 2020 – September 2020

Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan Rata-rata Anggota
Rumah Tangga Miskin
Tahun per Kapita Rumah Tangga
(Juta Rp/rumah
(Rp/kapita/bulan) Miskin
tangga/bulan)
(1) (2) (3) (4)
Maret 2020 395.407 4,27 1,69
September 2020 398.477 4,57 1,82
Perubahan Maret 2020 – 0,78 - 7,86
September 2020 (%)
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Dalam upaya memahami fenomena kemiskinan bukan hanya sekedar mengetahui berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin saja, tetapi perlu diperhatikan dimensi lain yaitu tingkat kedalaman kemiskinan
dan tingkat keparahan kemiskinan. Jadi, selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin,
kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan dan keparahan
kemiskinan.

Selama periode Maret 2020 – September 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Maret 2020 tercatat sebesar
1,720 dan naik pada September 2020 menjadi 1,835 (Tabel 5). Demikian juga dengan Indeks Keparahan
Kemiskinan yang mengalami kenaikan dari 0,342 menjadi 0,431 pada periode yang sama. Apabila
dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, yaitu September 2019 – September 2020, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami kenaikan (Tabel 5).

Apabila kedua indeks tersebut dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan tercatat lebih tinggi
dibandingkan indeks di daerah perkotaan. Pada September 2020, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1)
untuk daerah perkotaan sebesar 1,611, sementara P1 perdesaan tercatat lebih tinggi yaitu mencapai 2,073.
Sementara itu, nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,385 dan di daerah
perdesaan mencapai 0,479.

6 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


Tabel 5
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
menurut Daerah, September 2019 – September 2020

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


(1) (2) (3) (4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2019 1,282 1,595 1,434
Maret 2020 1,526 1,924 1,720
September 2020 1,611 2,073 1,835
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2019 0,254 0,305 0,279
Maret 2020 0,311 0,376 0,342
September 2020 0,385 0,479 0,431

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

6. Faktor-faktor Terkait Tingkat Kemiskinan

Beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2020 –
September 2020 antara lain adalah:

a. Ekonomi Jawa Tengah triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 (y-on-y) mengalami pertumbuhan
negatif yaitu sebesar -3,79 persen (y-on-y). Angka ini jauh menurun dibanding capaian triwulan I-2020
yang tumbuh sebesar 2,65 persen (y-on-y).
b. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2020 mengalami pertumbuhan negatif yaitu
sebesar -1,89 persen (y-on-y), melemah dibandingkan triwulan I-2020 yang tumbuh sebesar
3,46 persen.
c. Selama periode Maret 2020 – September 2020 tingkat inflasi umum cukup rendah, yaitu sebesar
0,18 persen.
d. Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan September 2020 sebesar 101,82 mengalami penurunan jika
dibandingkan NTP pada bulan Maret 2020 yang sebesar 102,12.
e. Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,48 persen. Terjadi kenaikan
sebesar 2,04 persen poin dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 4,44 persen. Persentase setengah
pengangguran pada Agustus 2020 juga mengalami kenaikan jika dibandingkan Agustus 2019 yaitu dari
5,36 persen menjadi 8,60 persen.

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


7
f. Sebanyak 3,97 juta penduduk usia kerja (14,68 persen) terdampak Covid-19 pada Agustus 2020,
dengan rincian:
 377 ribu penduduk menjadi pengangguran
 125 ribu penduduk menjadi bukan angkatan kerja
 273 ribu penduduk sementara tidak bekerja
 3,19 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours)
g. Bantuan sosial pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sangat membantu
penduduk pada masa pandemi, terutama penduduk pada lapisan bawah.
h. Menurut desil pengeluaran per kapita per bulan, pada periode Maret – September 2020 rata-rata
pengeluaran per kapita pada Desil 1 mengalami penurunan sebesar 0,69 persen sedangkan di Desil 2
hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,69 persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
GK pada periode tersebut yang meningkat sebesar 0,78 persen.

7. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur tingkat kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan penduduk dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index,
yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang merupakan penjumlahan
dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan
perdesaan di masing-masing provinsi. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan
diwakili oleh 52 jenis komoditi (yang mewakili sub kelompok pengeluaran padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)

d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

8 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


e. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-
masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-
rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan.

f. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di


antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin.

g. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2020 adalah data
Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) September 2020. Sebagai informasi tambahan, juga
digunakan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD), yang dipakai untuk memperkirakan
proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan (yang belum terinci di
Susenas).

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020


9
Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh


Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan No. 6 Undang-undang, hak cipta melekat pada Badan
Semarang Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,
Muh. Saichudin, S.Si, M.Si. mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
Koord. Fungsi Statistik Sosial menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
Surel: saichudin@bps.go.id untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari
Website: jateng.bps.go.id Badan Pusat Statistik

10 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September 2020

Anda mungkin juga menyukai