Anda di halaman 1dari 10

Nama : Putri Saqila Yasmein

Nim : 08040422165
Kelas : Ekonomi Syariah 3/F

Artikel UTS Mata Kuliah Aplikasi Komputer


“Analisis Tantangan dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia”
Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang kompleks dan mendalam yang
telah menjadi perhatian utama di berbagai negara di seluruh dunia. Indonesia, sebagai negara
dengan populasi terbesar keempat di dunia, tidak terkecuali dari tantangan ini. Kemiskinan di
Indonesia memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan jutaan orang dan menjadi
hambatan utama bagi pembangunan berkelanjutan.Terbukti dalam dekade terakhir, Indonesia
telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi kesenjangan ekonomi dan sosial
masih menjadi kenyataan yang sulit diatasi. Faktor-faktor kompleks, seperti ketidaksetaraan,
keterbatasan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, serta pengangguran, terus menjadi
permasalahan serius yang berkaitan dengan kemiskinan di negara ini.(Syawie, 2011)

Artikel ini akan membahas secara ringkas tentang tantangan kemiskinan di Indonesia,
menguraikan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini, dan menyoroti
pentingnya upaya bersama dalam mengatasi permasalahan ini, Artikel ini juga akan
memberikan dan menyoroti gambaran umum tentang berbagai inisiatif dan program yang
telah diluncurkan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan di Indonesia. Tantangan kemiskinan di Indonesia memerlukan perhatian bersama
dari seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang akar masalah kemiskinan dan kolaborasi yang
kuat, ada harapan bahwa langkah-langkah yang efektif dapat diambil untuk mengatasi
tantangan ini dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga Indonesia.

Sebelum kita melihat secara gamblang apa yang sedang kita hadapi terhadap
tantangan apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia, Saya telah sedikit mengumpulkan
beberapa data yang akan saya sajikan dalam artikel ini. Karena seperti yang kita ketahui
bahwa Situasi perekonomian yang tidak hanya di Indonesia namun di dunia juga tidak bias
berhenti dan stagnan dalam satu kondisi tertentu, Kondisi perekonomian di dunia akan
bergerak secara dinamis entah itu naik atau turun tergantung dari banyak Faktor-faktor apa
saja yang terjadi dalam Negara atau Wilayah tersebut.(Pardosi, 2015)
Pada Maret 2023, situasi kemiskinan di Indonesia menunjukkan perbaikan yang
menggembirakan. Persentase penduduk miskin pada periode tersebut tercatat sebesar 9,36
persen, mengalami penurunan sebanyak 0,21 persen poin dibandingkan dengan September
2022, dan bahkan menurun sebanyak 0,18 persen poin jika dibandingkan dengan Maret 2022.
Hal ini menandakan progres signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di negara ini.
Lebih lanjut, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 turut mengalami penurunan yang
cukup berarti, mencapai 25,90 juta orang. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,46
juta orang dibandingkan dengan data September 2022, serta penurunan sebesar 0,26 juta
orang jika dibandingkan dengan Maret 2022. Penurunan ini mengindikasikan bahwa
program-program dan kebijakan yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir telah
memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Sementara itu, perbandingan antara penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan juga
mencerminkan penurunan. Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2023 sebesar
7,29 persen, yang merupakan penurunan dari 7,53 persen pada September 2022. Di sisi lain,
persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2023 sebesar 12,22 persen, menurun dari
12,36 persen pada September 2022. Data ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan di
kedua lingkungan, meskipun masih terdapat ketimpangan yang perlu diatasi. Garis
Kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp550.458,- per kapita per bulan, dengan
komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp408.522,- (74,21 persen) dan Garis
Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp141.936,- (25,79 persen). Hal ini memberikan
gambaran mengenai standar kehidupan yang menjadi dasar dalam perhitungan tingkat
kemiskinan di Indonesia.

Lebih lanjut, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia pada Maret 2023 terdiri dari
4,71 orang anggota rumah tangga dan memiliki Garis Kemiskinan per rumah tangga rata-rata
sebesar Rp2.592.657,- per bulan.(Badan Pusat Statistik [BPS], 2023) Hal ini memperlihatkan
tantangan yang masih harus diatasi dalam hal peningkatan kualitas hidup rumah tangga
miskin. Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah diterapkan, Indonesia telah berhasil
mengurangi tingkat kemiskinan, meskipun tantangan masih ada. Untuk Ilustrasi secara
singkat nya dapat dilihat dari diagram dibawah ini
Diagram Batang Profil Kemiskinan

30
25
20
15
10
5
0
Maret 2023 Sep-22 Maret 2022

Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin

Gambar 1: Diagram Batang

Atau Bisa dilihat dalam tabel dibawah ini agar lebih dapat mudah dipahami

Kategori Nilai
Persentase penduduk miskin Maret 2023 9.4%
Jumlah penduduk miskin Maret 2023 25,900,000 orang
Persentase penduduk miskin perkotaan Maret 7.3%
2023
Persentase penduduk miskin perdesaan Maret 12.2%
2023
Jumlah penduduk miskin perkotaan Maret 2023 11,740,000 orang
Jumlah penduduk miskin perdesaan Maret 14,160,000 orang
2023
Garis Kemiskinan Maret 2023 Rp550,500 per kapita per bulan
Garis Kemiskinan Makanan Maret 2023 Rp408,500 (74.2%)
Garis Kemiskinan Bukan Makanan Maret 2023 Rp141,900 (25.8%)
Rata-rata anggota rumah tangga miskin Maret 4.7 orang
2023
Besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga Rp2,592,700 per rumah tangga per bulan
Maret 2023

Dari data diatas Saya menyimpulkan bahwa Kemiskinan di Indonesia melibatkan


sejumlah tantangan yang sering dan selalu berputar-putar dalam kehidupan bermasyarakat
kita. Salah satu permasalahan utama adalah ketidaksetaraan ekonomi yang menciptakan
kesenjangan antara kelompok penduduk. Distribusi kekayaan yang tidak merata dan
kesempatan ekonomi yang tidak setara memperburuk kesenjangan ini, menciptakan
permasalahan sosial yang serius. Selain itu, akses terbatas ke pendidikan juga menjadi
kendala yang signifikan dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Banyak orang miskin di
Indonesia menghadapi kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, yang
dapat memutus siklus kemiskinan. Kesenjangan ekonomi dan akses pendidikan yang terbatas
adalah dua dari banyak tantangan yang harus diatasi dalam upaya mengurangi tingkat
kemiskinan di Indonesia.(Wijaya, 2010)

Permasalahan ini sangat kompleks yang tidak bisa di gugurkan dalam satu kali
tembak saja. Selain kesenjangan ekonomi yang signifikan dan akses terbatas ke pendidikan,
ada sejumlah masalah yang perlu diatasi. Ketenagakerjaan yang tidak pasti, kesehatan yang
rentan, dan akses terbatas ke pelayanan kesehatan berkualitas adalah beberapa dari banyak
isu yang memengaruhi kelompok miskin. Krisis ekonomi dan perubahan iklim juga dapat
memperburuk situasi ekonomi masyarakat miskin, sementara kurangnya infrastruktur dan
akses ke layanan dasar di daerah terpencil menjadikan kemiskinan lebih sulit untuk diatasi.
Masalah ketergantungan pada sumber daya alam, tingkat kelahiran yang tinggi, dan
ketidaksetaraan gender juga berperan dalam memperdalam masalah kemiskinan di Indonesia.
Tantangan ini seringkali juga mempengaruhi dan sering dijumpai menjadi factor penyebab
Kemiskinan di Indonesia sendiri.(Arifin, 2019)

Kemiskinan, sebagai fenomena sosial, memiliki akar penyebab yang bervariasi dan
kompleks. Secara teoritis, kita dapat membedakan dua kategori utama kemiskinan. Pertama,
terdapat apa yang disebut sebagai "kemiskinan alamiah." Kemiskinan alamiah adalah bentuk
kemiskinan yang timbul sebagai akibat dari sumber daya yang langka atau teknologi yang
sangat rendah dalam masyarakat. Ini berarti bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kelompok masyarakat tertentu menjadi miskin sebagian besar bersifat alami dan bukan
disebabkan oleh perbedaan pendapatan yang signifikan di antara individu atau kelompok
dalam masyarakat tersebut.

Dalam ranah pembahasan kemiskinan alamiah, Perbedaan dalam tingkat kekayaan


mungkin ada, namun dampak perbedaan ini dapat diatasi atau dieliminasi oleh adanya
pranata-pranata tradisional dalam masyarakat. Contoh pranata-pranata ini mencakup pola
hubungan patron-client, semangat gotong-royong, dan berbagai mekanisme sosial lainnya
yang berfungsi untuk meredam potensi munculnya ketidaksetaraan sosial. Namun sangat
penting untuk diingat bahwa pemahaman teoritis tentang kemiskinan ini dapat berbeda-beda
di berbagai konteks dan masyarakat. Banyak faktor tambahan, seperti kebijakan pemerintah,
globalisasi, atau perubahan sosial, juga dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. (Suyanto,
2001)

Lalu bagaimana Solusi nya? Dalam Jurnal penelitian yang ditulis oleh (Kurniawan,
2018) Disebutkan bahwa Dalam sistem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan
pajak pendapatan dan penghasilan sering dianggap sebagai salah satu solusi untuk
mengurangi ketimpangan ekonomi. Prinsip di balik pajak ini adalah mengurangi pendapatan
individu atau kelompok yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, sementara sebaliknya,
subsidi digunakan untuk membantu penduduk dengan pendapatan yang rendah. Dalam teori,
pendekatan ini dirancang untuk menciptakan perimbangan dalam distribusi kekayaan dan
pendapatan masyarakat.Pajak yang diterapkan dengan sistem tarif progresif, yang berarti
semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi persentase pajak yang mereka
bayarkan, diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan untuk pembiayaan berbagai
program pemerintah, termasuk pembangunan infrastruktur, layanan sosial, dan subsidi yang
akan menguntungkan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

Tetapi menurut pandangan pribadi yang secara dalam kenyataannya, Sistem pajak
seringkali ditemukan tidak sepenuhnya mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan pajak yang belum optimal dan tidak
merata, serta masalah efektivitas dalam implementasinya. Salah satu masalah utama adalah
bahwa pajak tidak hanya dikenakan pada individu atau kelompok yang memiliki pendapatan
tinggi, melainkan juga pada seluruh komponen masyarakat, tanpa mempertimbangkan apakah
mereka termasuk dalam kategori kaya atau miskin. Hal ini dapat menyebabkan beban pajak
yang tidak proporsional, terutama bagi kelompok masyarakat yang pendapatannya sangat
rendah.

Kondisi ini dapat mengakibatkan permasalahan kemiskinan yang belum teratasi


dengan baik, karena orang-orang miskin yang seharusnya mendapatkan manfaat dari subsidi
seringkali masih terbebani oleh pajak yang sulit mereka bayarkan. Dengan demikian, perlu
ada peninjauan ulang dan penyesuaian kebijakan pajak agar lebih efektif dalam mengurangi
ketimpangan dan mendukung pengentasan kemiskinan, sambil tetap mempertahankan
stabilitas ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran pemerintah dalam merancang dan
mengimplementasikan kebijakan pajak yang bijaksana dan adil sangat penting untuk
mencapai tujuan pembangunan yang lebih inklusif.(Kadji, 2004)
Ada sedikit pernyataan dari (Muhdar, 2015) Untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia, diperlukan strategi dan intervensi yang tepat.
Dalam konteks ini, penting untuk memprioritaskan tindakan yang efisien secara biaya untuk
mencapai hasil yang signifikan. Terdapat tiga pilar utama dalam strategi pengurangan
kemiskinan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan prokemiskinan. Artinya,


ekonomi Indonesia harus tumbuh secara stabil sambil memperhatikan dampaknya pada
masyarakat yang berada di tingkat sosioekonomi rendah. Hal ini dapat dicapai melalui
kebijakan yang merangsang investasi, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung sektor-
sektor ekonomi yang prokemiskinan. Kedua, pemerintahan yang baik (good governance)
adalah pilar penting. Pemerintah yang baik memiliki kapasitas untuk merancang dan
melaksanakan kebijakan yang efektif dan efisien dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini
melibatkan transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan. Ketiga, pembangunan sosial adalah elemen penting dalam strategi pengurangan
kemiskinan. Ini mencakup penyediaan akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan,
dan air bersih. Selain itu, pembangunan perkotaan yang berkelanjutan juga diperlukan karena
banyak orang miskin pindah ke kota dalam upaya mencari peluang ekonomi yang lebih baik.

Untuk mendukung strategi ini, diperlukan serangkaian intervensi pemerintah yang


sesuai dengan sasaran dan tujuan strategi ini. Intervensi tersebut dapat dibagi berdasarkan
jangka waktu. Pertama, intervensi jangka pendek yang mencakup pembangunan sektor
pertanian dan ekonomi pedesaan. Ini bertujuan untuk memberikan dampak segera pada
kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap kemiskinan. Kedua, intervensi jangka
menengah dan panjang mencakup pembangunan sektor swasta, kerjasama regional,
pembangunan infrastruktur melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
desentralisasi, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan air bersih. Semua ini
dirancang untuk menciptakan dasar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan pengentasan kemiskinan dalam jangka panjang.

Selain itu ada solusi yang bisa ditawarkan seperti Upaya untuk mengatasi kemiskinan
dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif memerlukan peran penting dari
pemerintah dalam merumuskan konsep-konsep konkret yang mengakomodasi berbagai
segmen masyarakat. Konsep inklusifitas pertumbuhan ekonomi menjadi dasar bagi kebijakan
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu elemen penting dalam konsep ini adalah menghilangkan "financial
barriers" atau hambatan keuangan yang seringkali menjadi kendala bagi masyarakat miskin
untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan. Dalam hal ini, terdapat kebijakan yang
dirancang untuk memastikan bahwa semua warga, terlepas dari status sosial atau ekonomi
mereka, memiliki akses yang setara terhadap layanan keuangan. Ini termasuk akses ke
rekening bank, layanan kredit mikro, asuransi, dan lainnya.(Holle, 2016)

Mengapa inklusifitas pertumbuhan ekonomi penting? Karena tanpa upaya untuk


menghilangkan hambatan finansial ini, risiko adalah bahwa kesenjangan ekonomi akan tetap
ada, dan masyarakat miskin akan terus menjadi miskin. Dengan kata lain, untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang inklusif, diperlukan strategi yang tidak hanya mendorong
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi yang
merata bagi semua lapisan masyarakat.

Konsep sistem keuangan yang inklusif bukan hanya merupakan program yang pro-
pertumbuhan, tetapi juga pro-pekerjaan (pro-jobs) untuk masyarakat miskin (pro-poor). Ini
menciptakan ikatan kuat antara pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan
pengentasan kemiskinan. Menurut saya inklusifitas pertumbuhan ekonomi juga dapat
membantu mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap berbagai kesempatan yang ditawarkan oleh perekonomian yang berkembang.
Melalui kebijakan yang mengutamakan inklusivitas, pemerintah berperan dalam memastikan
bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat turut serta dalam proses pembangunan ekonomi,
sehingga manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati secara merata. Dan menurut saya
dari berbagai banyak solusi diatas, Inklusifitas ekonomi menjadi hal yang sangat krusial
berperan aktif dalam roda perputaran ekonomi di indonesia dalam pengentasan Kemiskinan
di indonesia tentunya.

Kesimpulannya Kemiskinan di Indonesia adalah masalah sosial yang kompleks dan


mendalam yang memiliki dampak signifikan pada jutaan orang dan merupakan hambatan
utama dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Walaupun Indonesia telah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dekade terakhir, namun kesenjangan ekonomi dan
sosial masih menjadi tantangan yang sulit diatasi.

Pentingnya inklusivitas pertumbuhan ekonomi menjadi fokus dalam upaya mengatasi


kemiskinan. Hal ini mencakup penghapusan hambatan keuangan yang menghambat akses
masyarakat miskin ke layanan keuangan. Konsep sistem keuangan yang inklusif bukan hanya
pro-pertumbuhan, tetapi juga pro-pekerjaan untuk masyarakat miskin. Dengan cara ini,
kesenjangan ekonomi dapat dikurangi, dan masyarakat miskin dapat lebih baik menikmati
manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

Tantangan kemiskinan di Indonesia bisa dikategorikan menjadi sangat runyam dan


kompleks, Bahkan untuk penanganannya memerlukan kerjasama dari seluruh lapisan
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan pemahaman yang lebih
mendalam tentang akar masalah kemiskinan dan kolaborasi yang kuat, diharapkan bahwa
langkah-langkah efektif dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini dan menciptakan masa
depan yang lebih baik bagi seluruh warga Indonesia.
Daftar Pustaka

Arifin. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinandi Indonesia. Jurnal


Administrasi Publik Dan Bisnis, 1(2), 1–8. https://doi.org/10.36917/japabis.v1i2.9

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2023). Berita Resmi Statistik 17 April 2023. April, 1–47.
https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2019/11/01/375/tingkat-penghunian-kamar--tpk--
hotel--berbintang-dki-jakarta-pada-bulan-september-2019-mencapai-58-97-persen.html

Holle, M. H. (2016). INKLUSI KEUANGAN; SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN


GUNA DAYA SAING PEREKONOMIAN BANGSA Mohammad H. Holle 1. Journal
of Islamic Economic And Business (JIEB), 01(02), 1–14.
https://scholar.archive.org/work/zv5s5levxvcwblfiudnkqixsle/access/wayback/http://
journal2.um.ac.id/index.php/jsph/article/download/23830/pdf

Kadji, Y. (2004). Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. CWL Publishing Enterprises, Inc.,
Madison, 2004, 9. http://biblioteca.usac.edu.gt/tesis/08/08_2469_C.pdf

Kurniawan, D. (2018). Kemiskinan di Indonesia dan Penanggulangannya. Gema Eksos, 5(1),


1–18.

Muhdar. (2015). Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia:


Masalah dan Solusi. Jurnal Al-Buhuts, 11(1), 42–66.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab%0APOTRET

Pardosi, T. (2015). Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2015. Berita Resmi Statistik, 86, 1–
8.

Suyanto, B. (2001). Kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat miskin. Masyarakat,


Kebudayaan Dan Politik, 14(4), 25–42.

Syawie, M. (2011). Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial. Sosio Informa, 16(3), 213–219.
https://doi.org/10.33007/inf.v16i3.47

Wijaya, M. (2010). Kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat desa. Journal of Rural and
Development, 1(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai