Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azza Mumtaza

NIM : 22/496475/SV/20963

Gugus/Kelas : Wreksodiningrat 17

Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang sudah tidak asing di telinga


kita. Menurut Badan Pusat Statistik, Kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang
meliputi kebutuhan makanan maupun bukan makanan yang dihitung dari sisi
pengeluaran. Di Indonesia sendiri penduduk dikategorikan sebagai penduduk
miskin jika pengeluaranya di bawah garis kemiskinan, yang per-Maret 2022
berada di angka Rp505.469.

Berdasarkan data dari BPS. Persentase penduduk miskin pada Maret 2022
sebesar 9,54 persen atau sebesar 26,16 juta orang. Sebuah jumlah yang besar dan
beban yang berat mengingat salah satu target dari Sustainable Development goals
yaitu no poverty yang diharapkan bisa direalisasikan pada tahun 2030.

Kemiskinan sendiri sangatlah kompleks. Ragnar Nurkse mencoba


menjelaskan kompleksitas itu dalam teorinya. The vicious circle of poverty.
Nurkse menjelaskan: “ Si miskin, misalnya, selalu kurang makan; karena kurang
makan, kesehtannya menjadi buruk; karena fisiknya lemah kapasitas kerjanya
rendah; karena kapasitas kerjanya rendah penghasilannya pun rendah, dan itu
berarti ia miskin, akhirnya ia tidak akan mempunyai cukup makan; dan
seterusnya”. Lingkaran tersebut terus berlanjut antar generasi. Menyebabkan anak
yang lahir di keluarga yang miskin cenderung tetap miskin sampai usia tua.

Permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan dari satu arah. Perlu


pendekatan yang holistik untuk mengatasi masalah yang juga kompleks. Untuk
memutus rantai kemiskinan dibutuhkan kerjasama antar sektor. Diantaranya
adalah sektor pendidikan dan ekonomi.

Yang pertama adalah bidang pendidikan. Dengan adanya pendidikan,


penduduk akan memiliki kemampuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Adanya
spesialisasi kerja sebagai produk dari pendidikan akan meningkatkan
produktivitas masyarakat. Tentu semua itu harus bisa dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat secara merata. Sementara itu hasil survei United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada tahun 2021 mencatat,
sebanyak 1% atau 938 anak usia 7 hingga 18 tahun putus sekolah karena
terdampak pandemi virus Covid-19. Dari jumlah tersebut, 74% anak putus sekolah
karena tidak ada biaya. Survey tersebut melibatkan sekitar 109 ribu keluarga dari
87,83 juta keluarga yang ada di Indonesia. Dari data tersebut, bisa dilihat bahwa
kemampuan ekonomi masih menjadi kendala pendidikan di indonesia. Sudah
sepatutnya hal seperti pembiayaan tidak lagi menjadi alasan untuk tidak
bersekolah. Jikapun tidak memungkinkan untuk mensubsidi penuh sektor
pendidikan. Program beasiswa tidak mampu yang tepat sasaran akan sangat
membantu menuntaskan kemiskinan.

Dalam sektor ekonomi, diperlukan usaha untuk meningkatkan


produktivitas kerja. Seperti pelatihan kewirausahaan bagi rakyat miskin, juga
pemberian pinjaman modal untuk menjalankan usaha. Karena walaupun penduduk
sudah memiliki kemampuan yang mumpuni. Kesulitan mengakses modal bisa
menjadi hambatan kemajuan usaha. Maka kredit usaha rakyat yang disertai
pembimbingan manajemen usaha mulai dari produksi sampai distribusi bisa
menjadi solusi yang baik untuk permasalahan ini. Selain itu, potensi masing-
masing daerah perlu digali secara maksimal, sehingga dapat menciptakan banyak
lapangan pekerjaan. Misalnya dengan menjalankan program desa wisata yang
nantinya akan menumbuhkan sektor ekonomi kreatif.
Dengan kerjasama berbagai sektor, diharapkan kemiskinan bisa diatasi dan
Indonesia dapat memenuhi target sdg di tahun 2030 nanti.

Daftar Pustaka

Apriyanti, Riyana. (2011). Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Diakses dari Universitas


Diponegoro. Situs Web Perpustakaan https://repofeb.undip.ac.id/6004/

Badan Pusat Statistik. (2019). Kemiskinan Dan Ketimpangan. Diakses dari

https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html

Badan Pusat Statistik. (2022). Persentase Penduduk Miskin Maret 2022 turun

menjadi 9,54 persen. Diakses dari


https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/07/15/1930/persentase-
penduduk-miskin-maret-2022-turun-menjadi-9-54-
persen.html#:~:text=Jumlah%20penduduk%20miskin%20pada
%20Maret,50%20persen%20pada%20Maret%202022

Jayani, Dwi Hadyana. (2022). Dampak Pandemi, Mayoritas Anak Indonesia Putus

Sekolah Karena Ekonomi. Diakses dari


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/08/dampak-pandemi-
mayoritas-anak-indonesia-putus-sekolah-karena-ekonomi

Anda mungkin juga menyukai