Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROPOSAL

“Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidup


terhadap Kemiskinan di Kota Makassar”

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

DI SUSUN OLEH :

NURAENI

200906500010

B / 20

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia dihadapkan pada


suatu permasalahan yaitu kemiskinan. Menurut para ahli ekonomi (dalam Arsyad, 2010)
kemiskinan di Indonesia bersifat multidimensial. Kemiskinan yang bersifat
multidimensial dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya aspek primer dan aspek
sekunder. Aspek primer berupa miskin aset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan
serta keterampilan yang rendah. Sedangkan aspek sekunder berupa miskin akan jaringan
sosial, sumber keuangan dan informasi.
Bagaimana Kondisi kemiskinan di Kota Makassar?. Kota merupakan suatu
sistem jaringan kehidupan manusia yang dicirikan tingginya kepadatan penduduk dengan
strata sosial-ekonomi yang heterogen dan cenderung bersifat materalistis (Bintarto,
R.1989:36) sedangkan Grunfeld dalam Daldjoeni,N (1997:46) menyatakan bahwa kota
adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar. Perkembangan
penduduk pada umumnya di negara sedang berkembang sangat tinggi, jumlanya besar
dan padatnya penduduk. Masalah penduduk bukan hanya jumlah dan pertumbuhannya
tetapi juga menyangkut kepentingan pembangunan serta kesejahteraan umat manusia
secara keseluruhan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan
dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Jumlah penduduk
miskin antar Sulawesi berbeda, yang menjadi sorotan adalah Jumlah penduduk miskin
kota makassar yang cukup tinggi. Berikut data yang menunjukkan jumlah penduduk
miskin kota Makassar tiga tahun berturut-turut
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
2010 78 700 Tabel 1
Jumlah 2011 71 670 Penduduk
Miskin 2012 69 170 di Kota
2013 66 400 Makassar
Tahun 2014 64 230 2018-2022
2015 63 200
2016 66 700
2017 68 190
2018 66 220
2019 65 120
2020 69 980

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia

Dari data diatas menunjukkan jumlah penduduk miskin Kota Makassar mengalami
peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk
miskin sebanyak 78 700 jiwa, tahun 2011 sebanyak 71 670 jiwa, tahun 2012 sebanyak 69
170 jiwa, tahun 2013 sebanyak 66 400 jiwa, tahun 2014 sebanyak 64 230 jiwa, tahun 2015
sebanyak 63 200, tahun 2016 sebanyak 66 700 jiwa,tahun 2017 sebanyak 68 190 jiwa , 2018
jumlah penduduk miskin sebanyak 66 220 jiwa, di tahun 2019 julah penduduk miskin
sebanyak 65 120 jiwa dan di tahun 2020 jumlah penduduk miskin sebanyak 69 980 jiwa.
Konsep kemiskinan pada dasarnya berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan.
Kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum
yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak. Jika tingkat pendapatan
tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum, maka orang atau rumah tangga tersebut
dikatakan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan
tingkat pendapatan orang atau rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan minimum. Dengan demikian, tingkat pendapatan minimum
merupakan batas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut
dengan garis kemiskinan. Konsep ini dikenal sebagai kemiskinan mutlak (absolut).

Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar. Kemiskinan


dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makananyangdiukur
dari sisi ekonomi dan kebutuhan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penduduk yang masuk ke dalam kategori miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah Garis Kemiskinan yang sudah ditetapkanBPS.
Garis Kemiskinan merupakan total dari Garis Kemiskinan Makanan setara dengan 2100 kilo
kalori perkapita perhari dan Garis Kemiskinan Non Makanan yang diwakili berbagai jenis
komoditi. Kemiskinan sering kali disebabkan oleh banyaknya pengangguran yang terjadi
dimasyarakat karena kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai dan kemiskinan biasa
terjadi diakibatkan kurangnya pendidikan yang ada di masyarakat

Pengangguran
Menurut Soekirno (2006) pengangguran adalah “ seseorang yang sudah digolongkan dalam
angkatan kerja yang secara aktif sedang mencarai pekerjaan pada suatu tingkat tertentu,
tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan”. Irawan dan suparmoko (2002)
mendefinisikan pengangguran adalah “ mereka yang berada dalam umur angkatan kerja dan
sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku”.
Sedangkan menurut Suparmoko (2007) pengangguran adalah “ketidak mampuan angkatan
kerja untuk memeperoleh pekerjaan sesuai dengan yang mereka butuhkan atau mereka
inginkan”. Dari ketiga pendapat diatas dapat disumpulkan bahwa pengangguran adalah
angkatan kerja yang secara aktif mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan
pendidikan yang dimiliki, namun karena keterbatasan lapangan pekerjaan mereka belum
mendapat pekerjaan sesuai dengan yang mereka inginkan. Berikut ini data penggangguran di
kota makssar:

Tabel 2 Tingkat pengangguran terbuka di Kota Makassar Tahun 2018-2022

Tahun Tingkat pengangguran terbuka


2010 13,34
2011 8,41
2012 9,97
2013 9,53
2014 10,90
2015 12,02
2016 10,43
2017 10,59
2018 1219
2019 9.83
2020 15,92

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia

Dari data diatas menunjukkan jumlah tingkat pengagguran terbuka di kota Makassar
pada 2020 mengalami peningkatan pasca covid 19 sebesar 15,92%.

Pendidikan

Menurut Andrew E. Sikula dalam mangkunegara (2003:50) mengatakan bahwa pendidikan


adalah suatu proses jangka panjang yang terorganisir, dimana tenaga kerja manajerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003:16) mengatakan bahwa Pendidikan adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Korelasi antara pendidikan dan kemiskinan sudah lama menjadi isu sentral di banyak
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Bahkan di negara maju seperti
Amerika Serikat, permasalahan muncul sebagai akibat besarnya subsidi yang diperuntukan
bagi kelompok masyarakat miskin. Sedangkan di Indonesia permasalahannya terletak pada
ketidakadilan dalam memperoleh akses pendidikan antara si kaya dan si miskin. Di mana
biaya yang harus dikeluarkan untuk sekolah bagi si kaya dan si miskin relatif sama tanpa
melihat latar belakang ekonomi keluarganya.

Menurut Simmons, (di kutip dari Todaro, 1994). pendidikan di banyak negara yaitu cara
untuk menyelamatkan diri dari masalah kemiskinan. Dimana digambarkan dengan seorang
miskin yang mengharapkan pekerjaaan baik serta penghasilan yang tinggi maka harus
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi pendidikan tinggi hanya mampu dicapai
oleh orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai
pendidikan hingga ketingkat yang lebih tinggi seperti sekolah lanjutan dan universitas.
Sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam mengatasi masalah kemiskinan.

Kenyataannya dapat kita lihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka pengetahuan dan keahliannya juga akan meningkat sehingga akan mendorong
peningkatan produktivitas kerjanya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat
disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan yang layak (Rasidin
K dan Bonar M, 2004). Semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat
kemiskinan dan sebaliknya, semakin tinggi tngkat pendidikan maka semakin rendah tingkat
kemiskinan yang terjadi.

Fungsi pendidikan menurut Rahaju dkk (2004) di fokuskan pada tiga fungsi pokok
pendidikan, yaitu, pendidikan sebagai penegak nilai, sarana pengembangan masyarakat, dan
upaya pengembangan potensi manusia.
Menurut Ihsan (2008), ada empat macam fungsi pendidikan secara makro, yaitu
pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan kebudayaan, dan
pengembangan bangsa. Sedangkan dalam arti mikro adalah membantu perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik.

Angka Harapan hidup

Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
khusunya. Angka harapan hidup menggambarkan umur rata-ratayang dicapai seseorang
dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan msyarakatnya. Untuk angka harapan
hidup yang rendah di suatu daerah menunjukkan pembangunan kesehatan belum berhasil,
dan semakin tinggi angka harapan hidup semakin menunjukkan keberhasilan pembangunan
kesehatan di daerah tersebut.

Ukuran yang umum digunakan adalah angka harapan hidup saat lahir yang mencerminkan
kondisi kesehatan padasaat itu. Sehingga pada umumnya ketika membicarakann AHH,
dimaksud adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh seseorang sejak orang
tersebut lahir.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini akan berproses pada:
a. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kota
makassar ?
b. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Makassar?
c. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap tingkat kemiskinan di Kota
Makassar?

C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian dari rumusan masalah di atas yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota
Makassar.
c. Untuk mengetahui pengaruh angka harapan hidup terhadap tingkat kemiskinan di
Kota Makassar.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

A. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan memiliki banyak definisi, dan sebagian besar sering mengaitkan konsep
kemiskinan dengan aspek ekonomi. Berbagai upaya untuk mendefinisikan
kemiskinan dan mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya menghasilkan suatu
konsep pemikiran yang dapat disederhanakan. Pertama, dari sudut pandang
pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan relatif.
Kedua dari sudut pandang penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi
kemiskinan alamiah dan struktural. Salah satu syarat penting agar suatu kebijakan
pengentasan kemiskinan dapat tercapai maka harus ada kejelasan mengenai kriteria
tentang siapa atau kelompok masyarakat mana yang masuk ke dalam kategori miskin
dan menjadi sasaran program. Salain itu ada syarat yang juga harus dipenuhi yaitu
harus dipamahi secara tepat mengenai penyebab kemiskinan itu sendiri di masing-
masing komunitas dan daerah/wilayah. Karena penyebab ini tidak lepas dari adanya
pengaruh nilai-nilai lokal yang melingkupi kehidupan masyarakatnya.
Pemahaman tentang definisi kemiskinan mutlak untuk dipahami, agar persepsi dan
interpretasi tentang kemiskinan tidak multitafsir serta dalam intervensi kebijakan
tidak salah sasaran. Kemiskinan menurut bank Dunia pada tahun 2000 didefinisikan
sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia yang bisa
berupa fisik dan sosial. Ketergantungan fisik meliputi ketidakcukupan dalam
kebutuhan dasar materi dan biologis (basic material and biological needs), termasuk
kekurangan dalam nutrisi kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Seseorang
dikatakan miskin bila mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tersebut. Sebaliknaya ketidakcukupan social meliputi hal-hal yang lebih luas, yaitu
pada resiko kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan dan kepercayaan
diri yang kurang.

2. Teori-Teori Kemiskinan
Menurut Yusuf mengungkapkan ada tiga teori-teori tentang kemiskinan, yakni:
1. Teori Konservatif (Oscar Lewis) Menurut lewis, teori ini memandang bahwa
kemiskinan tidak bermula pada struktur social melainkan berasal dari karakteristik
khas orang-orang miskin itu sendiri. Hal yang disebutkan Lewis ini hamper sama
seperti yang diungkapkan Chambers (pembangunan Desa mulai dari belakang,
LP3ES), 1987), orang-orang (non-kategori miskin) memandang orang miskin sebagai
manusia yang boros, fatalistic, bodoh dan harus bertanggungjawab atas
kemiskinannya sendri.
2. Teori Liberal (Valentine) Kaum liberal memandang manusia sebagai makhluk
yang baik, tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut mereka budaya
kemiskinan hanyalah pakan realistic and situational adaption pada lingkungan yang
penuh deskriminasi dan peluang yang sempit. Bila kondisi social ekonomi diperbaiki
dengan menghilangkan deskriminasi dan memberikan peluan yang sama, maka
budaya kemiskinan akan segera ditinggalkan.
3. Teori Radikal Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini tidak terlalu
memperhatikan culture of poverty seperti konsep yang dikemukakan oleh kaum
konservatif dan mereka menekankan peran struktur ekonomi, politik, dan sosial.
Mereka miskin karena memang dilestarikan untuk miskin. Indikator kemiskinan yang
dikeluarkan oleh BAPPENAS mempunyai makna yang relatif luas, yaitu dari
berbagai sisi kebutuhan kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3)
terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan
perbedaan upah; (6) terbatasnya akses

3. Faktor Penyebab Kemiskinan

Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di daerah perdesaan


disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki15, yaitu: a. Natural assets; seperti tanah dan
air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan kurang memadai untuk
mata pencahariannya. b. Human assets; menyangkut kualitas sumberdaya manusia yang
relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, keterampilan
maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi). c. Physical assets; minimnya akses ke
infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di perdesaan.
d. Financial assets; berupa tabungan (saving) serta akses untuk memperoleh modal usaha. e.
Social assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan
bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.

B. Pengangguran
Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kota Makassar
Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat erat sekali, jika suatu masyarakat sudah
bekerja pasti masyarakat atau orang tersebut berkecukupan atau kesejahterannya tinggi,
namun di dalam masyarakat ada juga yang belum bekerja atau menganggur, penganguran
secara otomatis juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan. (Sukirno dalam Yogatama,
2010:34), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang
pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin
turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
kemiskinan. Apabila pengangguran disuatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan
sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangun ekonomi dalam jangka panjang.

Besarnya tingkat pengangguran diKota Makassar kini tidak terlepas dari faktor
rendahnya kesempatan kerja yang diperoleh masyarakat. Rendahnya penduduk berumur
15 tahun ke atas yang bekerja ini disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan serta
rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga tidak mampu bekerja dan tidak
mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Kesempatan kerja akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia jika lapangan
pekerjaan yang tersedia mecukupi atau setara dengan banyaknya tenaga kerja yang
tersedia. Salah satu mekanisme pokok pada negara berkembang untuk menurunkan
tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah dengan
memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok
penduduk miskin (Arsyad, 1997).

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Yudha (2013), Aristina dkk. (2017),Wirawan dan
Arka (2015), Yanthi dan Marhaeni (2015), serta Yacoub (2012), memperoleh hasil bahwa
tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Semakin meningkat pengangguran maka akan semakin tidak produktif penduduknya,
sehingga penduduk tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan hidup
yang semakin tidak terpenuhi akan meningkatkan tingkat kemiskian

C. Pendidikan
Menurut BPS (2011), Pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di segala
tingkatan baik formal maupun informal. Menurut Purwanto (2010) pendidikan adalah
bimbingan/pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang tua dewasa secara sengaja
agar anak menjadi dewasa.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya agar mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bergantung
pada orang lain.

Pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Makassar.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pendidikan. Pendidikan
berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian dan keterampilan dari
manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan. Berhubung dengan
kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi, maka pendidikan
dikatakan sebagai modal manusia (human capital). Pendidikan merupakan salah satu
investasi sumber daya manusia dalam rangka mendapatkan kehidupan yang lebih baik
(Sudiharta dan Sutrisna, 2014). Pendidikan dengan tingkat yang semakin tinggi dapat
menurunkan jumlah kemiskinan. Purnami dan Saskara (2016) dalam penelitiannya
memperoleh hasil bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Provinsi Bali. Rendahnya
tingkat pendidikan suatu daerah dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduknya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012) kualitas pendidikan mempunyai
pengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat kemiskinan. Hasil Mega dan Yuliarni
(2013) serta Saputra dan Dewi (2015) juga memperoleh hasil bahwa pendidikan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. Ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi penuruanan
kemiskinan.

D. Angka Harapan Hidup


Untuk dapat mengukur seberapa besar Keberhasilan program Pembangunan
Kesehatan di suatu daerah dapat digunakan komponen dalam Indeks Pembangunan
Manusia yaitu angka harapan hidup. Dimana Angka Harapan Hidup adalah Angka
Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani
oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam
situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya atau Angka Harapan Hidup
Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada
suatu tahun tertentu.

Pengaruh angka harapan hidup terhadap tingkat kemiskinan di Kota Makassar


Mils dan Gilson (1990) dalam Dimas (2010) mendefinisikan ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi pada sektor kesehatan,
sehingga dengan demikian ekonomi kesehatan berkaitan erat dengan hal-hal yaitu alokasi
sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan, jumlah sumber daya yang di gunakan
dalam pelayanan kesehatan, pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan
kesehatan, efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya dan dampak
upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan pada individu dan masyarakat.

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja


pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup menggambarkan
umur rata-rata yang dicapai seseorang dalam situasi mortalitas yang berlaku di
lingkungan masyarakatnya. Untuk Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah
menunjukkan pembangunan kesehatan belum berhasil, dan semakin tinggi AHH semakin
menunjukkan keberhasil pembangun kesehatan di daerah tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Landasan teori diatas maka dapat digambarka kerangka berpikir


sebagai berikut:

Kemiskinan
Pengangguran Angka harapan hidup

Pendidikan

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif , dengan menganalisis
pengaruh Tingkat Pengangguran, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidup terhadap
Kemiskinan di Kota Makassar.

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi:
Populasi Adalah Wilayah Generalisasi Yang Terdiri Atas Subyek/Obyek Yang
Mempunyai Kualitas Dan Karakteristik Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peneliti
Untuk Dipelajari Dan Kemudian Ditarik Kesimpulanya (Sugiyono, 2004) Populasi
Dalam Penelitian Ini Adalah Seluruh masyarakat Kota Makassar, Yang Terdata
Dalam Sesus Yang Dilaksanakan Oleh Badan Pusat Statistik (Bps).
2. Sampel :
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang akan diteliti Sampel dalam
penelitian ini adalah data dari tingkat pengangguran, pendidikan dan angka aharapan
hidup terhadap kemiskinan di Kota Makassar. Kriteria pengambilan sampel untuk
penelitian ini adalah data yang dipubliskan di BPS dari tahun 2010-2020.

C. Jenis Dan Sumber Data


Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Merupakan Data Sekunder, Dimana
Data Sekunder Merupakan Data Yang Bukan Merupakan Hasil Olahan Sendiri, Seperti
Diunduh Dari Badan Pusat Statistik..

D. Metode Analisis Data


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian ini
menunjukkan hubungan tingkat pengangguran (X1), pendidikan (X2), angka harapan
hidup (X3), sebagai variabel independen/bebas terhadap kemiskinan di Kota Makassarr
(Y) sebagai variabel dependen/terikat baik secara parsial maupun bersama-sama.
REFERENSI

‌Badan Pusat Statistik Indonesia. Jumlah penduduk Miskin . Diakses 29 Oktober 2002

Dari: (n.d.).Chrome.google.com.https://makassarkota.bps.go.id/indicator/23/51/4/jumlah-

penduduk-miskin.html

Badan Pusat Statistik Indonesia. Tingkat Pengngguran Terbuka. Diakses 29 Oktober 2002
Dari: (n.d.). Chrome.google.com. https://sulsel.bps.go.id/indicator/6/466/4/tingkat-
pengangguran-terbuka.html

Putra, I. K. A. A., & Arka, S. (2018). Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka,
Kesempatan Kerja, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnaliekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 7(3), 416-444.

Wowor, R. (2015). Pengaruh Belanja Sektor Kesehatan Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi
Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(02).

Muda, R., Koleangan, R. A., & Kalangi, J. B. (2019). Pengaruh Angka Harapan Hidup, Tingkat
Pendidikan Dan Pengeluaran Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi
Utara Pada Tahun 2003-2017. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 19(01).

Bintang, A. B. M., & Woyanti, N. (2018). Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan, Dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah (2011-2015). Media
ekonomi dan Manajemen, 33(1).

Anda mungkin juga menyukai