DISUSUN OLEH :
ANDI RAFLI AB
200906502004
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya dan telah membukakan hati serta pikiran penulis sehingga dapat dengan
lancar menyelesaikan Tugas Proposal ini yang berjudul “Dampak Kenaikan Harga BBM
Terhadap Tarif Angkutan Umum.” Sholawat serta salam tidak lupa pula kami hanturkan
kepada Nabi kita Rosulullah Muhammad SAW pembawa risalah petunjuk untuk mencapai
kebahagiaan dan kedamaian di dunia maupun di akhirat.
Proposal ini disusun guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri
makassar. Dengan penyusunan Tugas ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
Pembaca dan bagi ilmu pengetahuan pada Khususnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini masih jauh dari kata
sempurna karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari keslahan dan
kekurangan. Semoga proposal ini masih dapat bermanfaat bagi semuanya yang menghargai
karya ini. Aamiin Ya Robbal alamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................11
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................11
BAB II.....................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.....................................................................................................................13
2.1 Landasan Teori :....................................................................................................13
1. Peneliti Terdahulu..................................................................................................13
2. Teori Umum............................................................................................................19
2.2 Kerangka Pikir.......................................................................................................23
BAB III....................................................................................................................................24
METODE PENELITIAN......................................................................................................24
3.1 Menetukan Topik...................................................................................................24
3.2 Studi Daftar Pustaka dan Literatur.....................................................................24
3.3 Persiapan Penelitian / Survey...............................................................................24
3.4 Pengumpulan Data.................................................................................................25
3.5 Analisis Data...........................................................................................................26
3.6 Bagan Aliran Penelitian.........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
yang dikeluarkan operator (operator mengalami defisit), maka terdapat 2 (dua) cara
dalam mengatasi permaslahan tersebut. Pertama, dengan cara mengurangi biaya produksi
angkutan umum agar besaran cost berkurang seperti mengurangi cicilan bank (fixed cost)
atau mengurangi biaya maintenace. Kedua, dengan cara mengatur tarif angkutan umum
agar revanue meningkat seperti meningkatkan besaran tarif atau menagatur struktur
tarifnya.
Angkutan umum dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan penting dalam
suatu kehidupan. Secara khusus angkutan umum berfungsi sebagai mobilitas masyarakat
di suatu wilayah ataunkawasan tertentu, seperti kawasan industri, pemukiman warga,
maupun wilayah sekitar kampus yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Perkembangan
kebutuhan penduduk akan pentingnya sebuah alat transportasi khususnya kebutuhan
kebutuhan bus perkotaan yang mayoritas menjadi sarana angkutan masyarakat untuk
dapat bepergian ke tempat yang dituju merupakan sebuah permasalahan besar pemerintah
dalam pengelolaannya.
Efisensi dalam penyediaan angkutan umum akan berdampak positif terhadap sistem
transportasi secara keseluruhan. Seperti yang dijelaskan pada UU No 14/1992 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 35 menyatakan bahwa kegiatan pengangkutan
orang dan barang dengan memungut bayaran hanya dilakukan pada kendaraan umum.
Secara khusus angkutan umum Pertambahan jumlah penduduk yang terus mengalami
peningkatan, menimbulkan berbagai dampak terhadap aspek yang cukup berpengaruh
adalah penggunaan energi untuk menunjang kebutuhan hidup yang meliputi sektor
industri, angkutan, rumah tangga, dan lain sebagainya.
Peningkatan jumlah penduduk berakibat pada meningkatnya kebutuhan manusia akan
energi. Bahan bakar minyak (BBM) merupakan energi yang perlu disubsidi kerena harga
BBM tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu harga minyak mentah di pasar
dunia. Subsidi BBM dari pemerintah yang disalurekan oleh pertamina, masih terbatas
pada jenis minyak minyak tanah, solar, dan premium sebagai energi yang dikonsumsi
masyarakat. Harga BBM yang disubsidi, ditetapkan melalui peraturan presiden dan
bertujuan untuk mengstabilkan harga-harga barang sebagai dampak terhadap harga BBM.
Subsidi energi dapat membantu masyarakat, tetapi masih ada kelemahan dari
kebijakan ini. Harga yang telah disubsidi, otomatis menjadi lebih murah sehingga dapat
membuat konsumen cenderung tidak berhemat dalam menggunakannya. Barang atau jasa
yang disubsidi juga kadang-kadang tidak tepat sasaran. Subsidi yang seharusnya diterima
5
oleh warga yang kurang mampu terkadang malah dinikmati oleh golongan yang tidak
berhak.
Manfaat subsidi secara umum adalah untuk membantu kegiatan ekonomi bagi
masyarakat. Apabila pendapatan yang diterima rendah, sedangkan harga-harga kebutuhan
semakin mahal, subsidi sangat berguna bagi masyarakat karena membantu mereka untuk
dapat membeli BBM dengan harga yang lebih murah. Sedangkan bagi produsen yang
keuntungan produksinya melemah, bahan bakar mesin atau listrik yang lebih murah
sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Namun demikian, konsumsi energi oleh
masyarakat indonesia yang cukup besar, terutama BBM, telah menimbulkan
permasalahan tersendiri pada keuangan negara.
Menurut Warpani (2002), kibijakan tarif dapat dipandang sebagai kebijakan multisis,
di satu sisi dapat dipandang sebagai alat pengendali lalu lintas, disisi yang lain dapat
berarti alat untuk mendororong masyarakat menggunakan kendaraan umum dan
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan sisi yang lain lagi dapat digunakan untuk
mengarahkan perkembangan wilayah dan kota. Dalam melakukan perubahan kebijakan
tarif dari tarif flat ke tarif yang berbeda, maka kinerja angkutan umum (penumpang,
pendapatan, dan penumpang-km) bervariasi sesuai dengan elastisitas permintaan.
Perubahan kinerja angkutan umum akan menurun dengan peningkatan elastisitas tarif
di pasar dengan harga yang lebih tingi. Sebaliknya, perubahan kinerja angkutan umum
akan meningkat dengan penurunan elastisitas tarif di pasar dengan harga yang lebih tinggi
(Ling, 1998). Hasil penelitian yang dilakukan Daskin dkk (1998), menyatakan bahwa
elastisitas permintaan sangat bergantung pada jarak. Semakin panjang jarak perjalanan,
semakin kecil elastisitas permintaan, maka struktur tarif graduated dapat memaksimalkan
total pendapatan kotor.
Penggunaan struktur tarif didominasi oleh struktur tarif seragam.struktur tarif seragam
diterapkan oleh sekitar 70% dari keanggotaan UITP yang berpusat pada daerah Euro-
Sentris. Sedangkan untuk tarif berdasarkan zona dan tarif bertahap atau berdasarkan jarak
hanya diterapkan pada sepertiga kasus saja (beasley & Grimsey, 1991). Sedangkan kota-
kota Amerika Utara, banyak operator angkutan umum yang menerapkan struktur tarif
seragam untuk Bus kota dan layanan kereta bawah tanah tanpa memandang jarak
perjalanan atau moda (Cervero, 1980).
Penggunaan struktur tarif seragam tersebut tidak selalu sesuai dan menguntungkan
jika dilihat dari tingkat kesetaraan sosial pengguna. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Glaser dkk (2008) menganalisis bahwa penduduk yang berpenghasilan rendah di kota-
6
kota Amerika Utara cenderung tinggal di lingkungan pusat kota yang dilayani dengan
baik oleh angkutan umum dimana penduduk ini mungkin melakukan perjalanan jarak
yang lebih pendek sehingga merasa dirugikan dengan penerapan struktur tarif seragam.
Kebijakan penerapan struktur tarif sangat erat hubungannya dengan kesetaraan sosial,
khususnya dari sisi pengguna angkutan umum. Penggunaan sistem tarif angkutan umum
di Montreal yang menetapkan tarif yang lebih tinggi untuk jumlah naik yang lebih sedikit
mengakibatkan masyarakat yang tinggal di lingkungan terpinggirkan atau berpenghasilan
rendah cenderung lebih banyak mengeluarkan total ongkos untuk angkutan umum dalam
sebulan dibandingkan mereka yang berpenghasilan menengah hingga tinggi (Verbich &
Ahmed, 2015). Dalam literatur lainnya mengatakan bahwa strategi struktur tarif progresig
merupakan struktur tarif yang paling diinginkan jika dilihat dari kesejahteraan sosial
tertinggi dan permintaan penumpang (Liu, dkk., 2017).
Dalam menetapkan kebijakan struktur tarif, banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan. Operator angkutan umum yang menghadapi kekurangan anggaran
harus mempertimbangkan dilakukannya kainakan tarif tetapi harus mampu menganalisis
dampak yang akan terjadi atas kainkan tarif tersebut. Kebijakan tarif yang meningkatkan
biaya transfer menghasilkan dampak yang sangat tidak adil pada berbagai kelompok
pelanggan. Alternatif tarif rata-rata perjalanan merupakan struktur tarif yang paling tidak
adil dari seluruh alternatif, bahkan ketika tarif dasar diturunkan. Alternatif yang
mempertahankan instrumen struktur tarif yang saat ini dan memungkinkan biaya transfer
yang rendah adalah alternatif yang paling banyak disukai (Nuworsoo et al., 2009).
Sektor transportasi menjadi dominan sebagai demand pemenuhan dari aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat. Aktivitas tersebut menimbiulkan pergerakan yang dimulai
dari rumah menuju tempat kerja dan kembali legi ke rumah (tamin, 2000). Pergerakan
tersebut membutuhkan pelayanan engkutan umum. Keberadaan angkutan umum tesebut
seharusnya dapat memberikan pelanan kepada penumpang secara maksimal, namun
kenyataannya yang terjadi sekarang ini mereka menaikkan tarif sepihak karena adanya
fenomena kenaikan harga BBM. Biaya oprasional setiap harinya yang harus ditanggung
operator beripa solar sebagai operasionalisasi angkutan mengalamio kenaikan yang
disebabkan karena harga BBM dipasaran mengalalami kenaikan, akibatnya untuk
menutupi biaya operasional yang semakin meningkat tersebut operator menaikkan tarif
angkutan umum.
Kenaikan harga BBM dipasaran dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM dunia,
contohnya jenis light sweet pada 1 Agustus 2008 rata-rata sebesar 28,7 % atau sekitar US
7
$ 123 per barrel. Permasalahan ioni berdampak pada kenaikan harga BBM untuk harga
pasaran di indonesia dengan besaran kenaikan harga rata-rata 28,7%. Dapat dilihat pada
Gambar 1.1
Gambar 1.1
Harga Minyak Mentah Dunia 2008-2022
120
100
80
60
40
20
0
2008-09-032010-03-252011-10-122013-05-062014-11-212016-06-152018-01-052019-07-112021-01-11
8
berpendapat bahwa perlunya pemerintah memberikan subsidi kepada angkutan umum
agar bisa membantu meringankan beban biaya operasional kendaraan dan tarif
penumpang. Dari pihak operator angkutan umum mengatakan bahwa tarif angkutan yang
sekarang masih terlalu murah dan belum dapat menutupi biaya oprasional (nainggolan,
2008).
Pemerintah sedang mengupayakan memberikan bantuan untuk angkutan umum,
sebagai contoh pada Kota Semarang yang melalui wacana pemerintah Kota di dalam
memberlakukan subsidi angkutan umum, diantaranya melalui dua pilihan yaitu sistem
buy the service dan smart card yaitu pemberian BBM bersubsidi kepada angkutan umum
dan bahan bakar minyak bertujuan untuk mengurangi biaya operasional yang harus
mereka serahkan kepada pengusaha angkutan umum. Akan tetapi di dalam kenyataannya,
proses mekanisme pelaksanaan subsidi angkutan umum ini masih belum jelas dan masih
terdapat berbagai kendala yang dihadapi.
Dalam penelitian (Elkhasnet & Antonius Hura, 2014). Menjelaskan bahwa Kebijakan
pemerintah yang telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada juni
2013 yang lalu mengakibatkan pro-kontra di masyarakat. Kenaikan BBM ini membawa
dampak beruntun pada kenaikan harga sembako dan biaya transportasi, sehingga
berdampak juga pada naiknya tarif ongkos angkutan sebesar 30% sampai 50%.
Kenaikan BBM akan semakin memberatkan para pengusaha jasa angkutan umum dan
juga pengguna jasa angkutan umum tersebut, khususnya moda transportasi darat,
sehingga perlu diperhitungkan biaya yang tepat untuk tarif angkutan karena berdampak
terhadap biaya operasional kendaraan. Kenaikan biaya operasional kendaraan berdampak
turunnya jumlah pengoprasian angkutan atapun jumlah yang beroprasi tidak dapat
berkembang karena banyak pengusaha yang tidak mau beresiko untuk menanamkan
modal dibidang angkutan.
Semakin tinggi konsumsi BBM bersubsidi, akan mengurangi besaran anggaran
negara. Realisasi belanja subsidi BBM per 30 september 2014 sebesar Rp. 183,40 triliun
atau 74,4% dari pagu Rp. 246,50 triliun. Realisasi subsidi BBM akan terus bertambah
seiring penggunaan BBM bersubsidi oleh masyarakat yang kian meningkat. Oleh karena
itu, pemerintah segera menaikkan harga BBM bersubsidi masing-masing sebesar Rp.
2000 per liter. Dapat dilihat pada Gambar 1.2.
9
Gambar 1.2
Realisasi Subsidi BBM 2004-2014
10
(2010), pengaruh paling tingggi dari struktur kota terhadap konsumsi BBM adalah jumlah
penduduk yaitu 0,976. Hasil studi Mundar (2009), implikasi fluktuasi harga BBM
mempengaruhi biaya angkutan, sebanyak 85% operator angkutan umum menaikkan biaya
angkutan, sedangkan sisanya yaitu 15% tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga BBM. Hal
ini juga mempengaruhi kualitas pelayanan angkutan umum.
Dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat, perlu perencanaan energi
secara terpadu, dengan memperhatikan aspek ekonomi, jumlah penduduk dan
keseimbangan suplai (Bustan, 2011). Konsumsi energi final menurut jenis selama tahun
2000-2011 masih didominasi oleh BBM (avtur, avgas, bensin, minyak tanah, minyak
solar, minyak diesel, dan minyak bakar. Selama kurun waktu tersebut, total konsumsi
BBM relatif konstan dengan kisaran 312-364 juta SBM, tetapi mengalami komposisi
yang berbeda antara satu jenis BBM dengan jenis BBM lainnya (Sugiono, et. Al., 2013).
11
2. Sebagai masukan bagi masyarakat dalam menyikapi permasalahan BBM di
Indonesia dan peningkatan harga yang terjadi.
3. Sebagai masukan bagi para praktisi dan akademisi untuk melakukan kajian dan
penelitian yang relevan, dalam upaya berkontribusi memberikan solusi terhadap
permasalahan BBM di Indonesia, Guna pencapaian kesejahteraan bagi masyarakat
mendatang.
12
BAB II
PEMBAHASAN
13
438,41 per km dengan
catatan untuk biaya
pengelolaan hanya
dihitung usaha trayek
dan ijin usaha.
Sedangkan tarif
angkutan yang berlaku
adalah Rp. 3.000,- per
penumpang dengan
jarak tempuh 5,5 km
maka tarif per
penumpang per km.
Rp. 545,45-. Jadi dari
perbandingan antara
biaya pokok per
penumpang per km Rp.
438,41- dengan tarif
Rp. 545,45- per
penumpang per km
maka, masih
didapatkan keuntungan
sebesar Rp. 107,- per
penumpang per km.
Dengan catatan kondisi
ini tercapai pada
okupansi (tingkat
isian) 100 %.
3 (Amrozi, 2016 Metode penelitian yang Hasil Analisis
2016) dilakukan yaitu metode Regresi Linier
penelitian kuantitatif sederhana diperoleh
dengan menggunakan koefisien regresi untuk
pendekatan deskriptif variabel
bebas Harga BBM (b)
= ,- dengan konstanta
sebesar (a) = -
549,835,-sehingga
model regresi
yang diperoleh adalah.
Dari hasil analisis
korelasi sederhana (r)
didapat korelasi antara
Harga BBM dengan
Tarif Angkutan adalah
0,98. Hal ini
menunjukkan bahwa
terjadi hubungan yang
kuat antara antara
Harga BBM dengan
Tarif Angkutan.
Sedangkan koefisien
14
determinasi R = 0,96
artinya kedua variabel
mempunyai hubungan
yang sangat besar yaitu
sebesar 96% dan
sisanya
4% dipengaruhi factor
lain yang tidak
termasuk dalam
penelitian ini.
Tabel distribusi t dicari
pada α 5 % : 2 = 2,5 %
(uji 2 sisi) dengan
derajat kebebasan (df)
n-k-1 atau 8-2-1 = 5 (n
adalah jumlah kasus
dalam
penelitian dan k adalah
jumlah variabel
independen). Dengan
pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025)
hasil diperoleh untuk t
tabel sebesar 2,571.
4 (Elkhasnet & 2014 Metode penelitian yang Hasil penelitian
Antonius dilakukan yaitu metode menunjukkan bahwa,
Hura, 2014) penelitian kuantitatif diperoleh data
dengan menggunakan persentase komponen
teknik survey sebelum kenaikan
harga BBM sebesar
15,89 % dari
BOK dan sesudah
kenaikan harga BBM
sebesar 20,94 % dari
BOK. Berdasarkan
perhitungan tarif, tarif
naik dari Rp
3.500/penumpang
menjadi Rp
4.000/penumpang,
pada kenyataan di
lapangan perusahaan
menetapkan tarif
sebesar Rp
3.000/penumpang
sebelum dan sesudah
harga BBM naik.
Maka dari hasil
tersebut dapat
disimpulkan bahwa
15
perusahaan bus tidak
bisa menutupi biaya
operasional kendaraan
karena harga tarif yang
dikeluarkan lebih kecil
bila dibandingkan
dengan perhitungan.
5 (Suryadi, 2015 Metode penelitian Hasil penelitian
2015) menggunakan Model memperlihatkan
Input-Output dan Model kenaikan harga BBM
Elastisitas Konstan. sebesar 30 persen
membawa dampak
pada peningkatan tarif
angkutan kereta api
sebesar18,83 persen,
angkutan jalan raya
sebesar 22,16 persen,
angkutan laut sebesar
30,57 persen, angkutan
sungai dan danau
sebesar 26,71 persen,
angkutan udara sebesar
32,28 persen, industri
kilang minyak sebesar
30,75 persen serta
listrik dan gas sebesar
41,28 persen.
Elastisitas konsumsi
BBM sektor
angkutan sebesar 0,932
persen, sektor industri
sebesar negatif 0,626
persen dan sektor
lainnya sebesar negatif
0,689 persen terhadap
penciptaan Nilai
Tambah Bruto.
6. (Desnal 2016 Metode penelitian Dari hasil penelitian
Christian Jura menggunakan yang dilakukan antara
et al., 2016) pendekatan kuantitatif, variabel independen
secara umum exogenus tingkat
pendekatan kuantitatif kenaikan harga BBM
lebih fokus pada tujuan dan jumlah penumpang
untuk generelisasi, terhadap variabel
dengan melakukan dependen endogenus
pengujian statistik dan pendapatan sopir
steril dari pengaruh angkot memiliki
subjektif peneliti. pengaruh yang
(Sekarang,1992) signifikan yaitu
sebesar 0,00. Hal ini
16
menunjukkan kenaikan
harga BBM yang dan
jumlah penumpang
berpengaruh terhadap
pendapatan sopir
angkot.
7. (Mawu et al., 2016 Metode penelitian ini Dari hasil penelitian
2016) menggunakan studi yang dilakukan,
literatur, yang bahwa meningkatnya
merupakan tahap awal harga BBM
dalam penulisan untuk mengakibatkan
menentukan metode, peningkatan baiaya
tujuan, analisis maupun oprasi kendaraan yaitu
pembahasan dari peningkatan 1,37%
penelitian yang harga BBM
dilakukan. Selain itu meningkatkan tarif
penelitian ini juga 0,36% untuk
menggunakan penumpang umum dan
pengumpulan data penumpang pelajar.
sekunder, yang diambil Selain itu, untuk harga
dari sumber yang sudah BBM Rp. 7.300 yang
ada atau data yang telah berlaku saat ini
disurvey/ dikumpulkan Rp.3.800 sudah layak
oleh instansi atau jika dihubungkan
lembaga yang dengan BOK Rp.
berhubungan. 522.670,65/hari tarif
ini mendapatkan
keuntungan sebesar
Rp. 229,44. Sehingga
tarif yang berlaku saat
ini adalah Rp.3.800
untuk penumpang
umum dan Rp.2.500
untuk penumpang
pelajar. Tetapi tarif
yang di tarik oleh
operator untuk
penumpang umum
adalah Rp.4.000.
8. (Supriyanto et 2014 Penelitian ini Berdasarkan analisis
al., 2014) menggunakan sampel data dan pembahasan
acak (random sampling) yang telah dilakukan,
dengan metode bahwa kenaikan harga
mengikuti taksi untuk BBM pada 22 Juni
mendapatkan ke cepatan 2013 mempengaruhi
(jorney speed). kenaikan harga BOK
pada angkutan taksi
gelora berkisar 13,99%
- 20,33% untuk metode
TRRL kenya,
17
sedangkan
menggunakan metode
PCI model kenaikan
berkisar 13,46 % -
16,11%. Serta
kenaikan harga BBM
juga mempengaruhi
penghasilan sopir
taksi. Untuk
penghasilan sopir taksi
metode TRRL kenya
cenderung mengalami
kenaikan sebesar 20,12
% - 44,66%,
sedangkan
pengahasilan sopir
taksi metode PCI
motede berkisar
29,45% - 53,82%
9 (Elkhasnet & 2014 Pengumpulan data Hasil dari penelitian
Antonius dalam penelitian ini ini bahwa, kondis
Hura, 2014) dikelompokkan menjadi sesungguhnya
data primer dan data dilapangan sebelum
sekunder. harga BBM naik
tarifnya adalah
Rp.3.000 dan setelah
BBM naik tarifnya
tetap sebesar Rp.
3.000. sehingga bisa
disimpulkan bahwa
tarif yang berlaku di
lapangan tidak dapat
menutupi biaya
oprasional kendaraan.
Kenaikan harga BBM
diiringi kenaikan
komponen onderdil
kendaraan, tanpa di
ikuti kenaikan
upah/gaji sopir
kendaraan.
10 (Herawati & 2014 Penelitian ini Dari hasil analisis telah
Mutharuddin, menggunakan teknik dilakukan perhitungan
2014) pengumumpulan data biaya operasional
primer dengan kendaraan yang
penyebaran kuesioner kemudian
langsung kepada dibandingkan dengan
penumpang angkutan WTP dan ATP.
umum. Kenaikan harga BBM
sebesar 20% belum
18
memberikan pengaruh
terhadap kenaikan tarif
angkutan perkotaan
yaitu masih dapat
menerapkan tarif
seperti yang sekarang
berlaku, Rp.3.000.
karena tarif tersebut
masih di bawah WTP
(Rp.3.915) dan ATP
(RP.4.941) meskipun
perbedaannya sangat
kecil. Namun kenaikan
BBM Solar sebesar
40% telah memberi
pengaruh terhadap
kenaikan tarif
angkutan umum yaitu
sebesar Rp. 3.700.
2. Teori Umum
A. Trayek
Menurut Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993, Trayek adalah lintasan
kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang
mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap
maupun tidak berjadwal. Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek
yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang.
B. Biaya Operasional Kendaraan
Pengertian biaya sangat beraneka ragam, tergantung kepada situasi, tujuan
dan sudut pandang yang digunakan. Secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu pengorbanan sumber daya yang ditujukan untuk memperoleh manfaat
(barang atau jasa ) pada waktu sekarang dan masa yang akan datang, kata
biaya ini tidak sealu dapat dinilai dengan uang. Terdapat beberapa kelompok
yang mengalami biaya transport berlainan, antara lain:
a. Pemakai system berupa biaya yang harus dikeluarkan sebagai harga
langsung, seperti ongkos, tariff tol, dan lain-lain. Juga termasuk waktu
yang telah terpakai, ketidak nyamanan penumpang dan kehilangan atau
kerusakan barang.
b. Pemilik system, berupa biaya langsung untuk operasional dan
pemeliharaan.
c. Non pemakai, adalah orang-orang yang tidak memakai system itu,
tetapi terpengaruh oleh akibat-akibatnya (orang-orang yang tinggal
19
didekat sarana-sarana transportasi) seperti perubahan dari nilai tanah,
produktifitas, penurunan dari tingkat lingkungan (polusi udara,
kebisingan, estetika).
d. Pemerintah, berupa subsidi dari sumbangan modal, tetap juga
kehilangan hasil dari pajak.
C. Tarif
Menurut (I Made Kariyana, 2017), tarif merupakan suatu imbalan atau biaya
atas kegiatan jasa dari angkutan umum oleh pengguna jasa atas pelayanan yang
diperoleh. Untuk menentukan besaran tarif yang tidak memihak baik untuk si
operator maupun si user perlu campur tangan pemerintah dalam hal ini
menentukan tarif yang layak sesuai dengan kemampuan si pemakai. Dalam hal ini
tentunya pemerintah perlu melakukan penyeimbangan harga melalui sistem
subsidi.
D. Jenis-Jenis Tarif
Dalam menangani kebijaksanaan tarif ada dua hal yang paling mendasar yaitu
tingkat tarif yang dikenakan mempunyai rentang dari tarif bebas sampai pada
tingkatan menentukan besaran tarif. Adapun jenis-jenis tarif dapat dijelaskan
sebagai berikut;
a. Tarif Seragam
Dalam struktur tarif seragam, tarif ditentukan tanpa memperhitungkan
jarak yang dilalui Tarif Berdasarkan Jarak Dalam hal ini sejumlah tarif
dibedakan secara mendasar oleh jarak yang ditempuh. Adapun tarif
berdasarkan jarak tersebut seperti, tarif kilometer, dimana tarif dihitung
berdasarkan per kilometer perjalanan.
b. Tarif bertahap
Struktur tarif ini dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh oleh
penumpang per tahapan atau penggalan rute yang disumsikan jaraknya
sama, dimana jarak antara tahapan rute tersebut berkisar antara 2km-
3km.
c. Tarif Zona
Struktur tarif ini merupakan bentuk penyederhanaan dari tarif bertahap,
jika daerah pelayanan angkutan dibagi berdasarkan beberapa zona.
Pusat kota biasanya menjadi zona terdalam, dan dikelilingi oleh zona
terluar yang tersusun seperti sabuk.
20
E. Sistem Operasi Angkutan Umum
Adapun sistem operasi angkutan umum sebagai berikut.
1. Peranannya cukup penting dalm mendukung sektor perekonomian dan
kegiatan sosial masyarkat lainnya, angkutan umum menjadi pilihan
bagi sebagian besar penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan
sosialnya.
2. Pelayanan angkutan yang di layani dengan berbagai jenis mobil
dengan kapasitas penumpang kurang lebih 7-10 orang.
3. Penerapan trayek adalah sistem tetap dengan pembagian jalur yang
sudah ditentukan, dengan setiap jalur berbeda-beda.
4. Dalam pelayanan angkutan, tarif di tentukan berdasarkan jarak yang di
tempuh.
5. Untuk layanan angkutan dimulai pukul 06.00 pagi sampai 22.00
malam, sehingga pelayanan penumpang untuk mencapai tujuan
tertentu berdasarkan kesepakatan operator/sopir dan penumpang.
6. Tidak terdapat kompetisi antar pengelola. Karena pengelolaannya
secara umum dilakukan oleh perorangan dan juga dilayani oleh
masing-masing 1 armada sehingga pendapatan dan pelayanan sistem
angkutan umumnya pun hampir merata.
F. Faktor-Faktor Dalam Pengoperasian Transportasi
Menurut (Andani et al., 2016). Adapun faktor-faktor dalam pengoperasian
transportasi yaitu:
1. Kecepatan (waktu)
2. Kenyamanan (kepuasan)
3. Ekonomis (murah)
Keandalan (Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Pasal 7 tahun 1993,
Jaringan Trayek terdiri dari:
1. Angkutan antar kota dari kota ke kota, disini dipisahkan atas Antar
Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam (AKDP).
2. Angkutan Kota (Angkot) yang merupakan pemindahan orang dalam
wilayah kota.
21
3. Angkutan Pedesaan (ADES) yang merupakan pemindahan orang
dalam atau antar wilayah Pedesaan.
4. Angkutan Perbatasan, yakni yang berhubungan dengan daerah
perbatasan negara lain.
22
2.2 Kerangka Pikir
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis merumuskan kerangka pikir dalam
penelitian ini sebagai berikut :
MULAI A
Xidentifikasi Permasalahan :
Dampak kenaikan harga BBM Pengolahan Data :
terhadap tarif angkutan umum 1. Melakukan obeservasi, yaitu dengan
mengamati objek penelitian secara
langsung di lapangan.
2. Melakukan wawancara, melalui proses
tanya jawab dengan subjek penelitian.
3. Melakukan studi literatur dengan
jStudi Literatur : memanfaatkan sumber – sumber data
Mecari referensi mengenai teori-teori sepereti : buku, atau jurnal yang relevan.
dampak kenaikan harga BBM terhadap
tarif angkutan dan peramalannya
Analisis Hasil :
Perumusan Masalah : Melakukan analisis (interpretasi) dengan
Bagaimana tanggapan dan tindakan maksud mempertajam fokus pengamatan
pemerintah dalam mengatasi dampak serta memperdalam masalah yang
kenaikan tarif angkutan umum relevan dengan pokok permasalahan
yang di teliti.
23 selesai
A
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
24
Survey pendahuluan sangat penting untuk dilakukan karena dapat mengurangi
kesulitan yang akan dialami pada waktu pelasanaan analisis di lapangan. Survey
lapangan dilakukan dengan cara kerjasama dengan istansi – istansi terkait dan
pemilik angkutan umum dalam memberikan informasinya yang mendukung judul
pada proposal ini sesuai dengan tujuan penelitian. Survey pendahuluan ini meliputi
beberapa proses seperti di bwah ini.
A. Penentuan lokasi yang bertujuan untuk menentukan tempat untuk memulai
penelitian.
B. Pengenalan lapangan yang bertujuan untuk mengetahui setiap ruas jalan yang
akan dilalui angkutan umum tersebut.
2. Tenaga survey
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa orang tenaga surveyor, yang nantinya
bertugas untuk mencatat total jumlah penumpang yang naik dan turun dari titik
awal beroprasi mulai terminal sampai kembali ke terminal dalam seluruh rute
perjanlanan yang dilaluinya.
3.4 Pengumpulan Data
Ada dua data yang mendukung penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data penelitian ini meliputi.
Data Primer.
Data primer didapatkan dengan menggunakan penelitian langsung di
lapangan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini :
a. Data jumlah naik turunnya penumpang.
Data ini adalah menghitung berapa jumlah penumpang yang naik dan yang
turun dalam satu hari penuh dengan membagi sesuai dengan ruas jalan yang
dilaluinya dalam tiap rit / putaran.
b. Data batas waktu tempuh dan jarak tempuh.
Data dikumpulkan dengan cara mencatat waktu perjalanan (travel time) dari
angkutan kota yang beroprasi. Penelitian dilakuan oleh surveyor yang duduk
berada di dalam angkutan umum yang beroprasi dari terminal sampai kembali
lagi keterminal asal. Pencatatan waktu ini menggunakan alat pengukur waktu
stop watch.
Data Sekunder.
25
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari istansi-istansi terkait seperti
dinas perhubungan, dan operator angkutan umum. Jenis data yang didapat
meliputi.
a. SK Walikota yang memutuskan tentang penetapan tarif angkutan
penumpang angkutan kota.
b. Surat Keputusan Diroktorat Jendral Perhubungan Darat Tentang pedoman
teknis penyelenggara Angkutan Umum di wilayah perkotaan Dalam
Trayek Tetap Dan Teratur.
c. Keputusan Mentri Perhubungan Tentang Penyelenggara Angkutan Orang
Di Jalan Kendraan Umum.
d. Data perhitungan biaya perangkat lunak dan biaya operasional kendaraan
per hari, per bulan, per unit angkutan umum dari pemilik.
Dalam proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara
interview kepada dealer-dealer toko suku cadang (spareparts) mobil mengenai
harga-harga yang berlaku untuk saat ini. Dengan demikian hasil yang
diperoleh dari interview ini akan dapat mendukung proses pengolahan data
secara detail tentang biaya oprasional kendaraan (BOK) dan dapat dijadikan
pertimbangan dalam menetukan tarif angkuan umum sehingga dapat
menguntungkan bagi pihak penyedia jasa angkutan umum.
26
3.6 Bagan Aliran Penelitian
MULAI
MENENTUKAN TOPIK
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN 27
DAN SARAN
Gambar 3.6 Bagan Aliran Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Amrozi, A. I. (2016). Hubungan Kenaikan BBM terhadap Tarif Angkutan Umum PO. Widji
Lestari Lamongan. Jurnal Ekbis, Vol.XVI(No.2).
Andani, H., Supriyan, & Aqli, Z. (2016). Dampak Kenaikan Tarif Angkutan Umum Kota
Palangkaraya Pasca Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Jurnal Proyeksi Teknik
Sipil, Vol. II(No.1).
Desnal Christian Jura, Palar, S. W., & Sumual, J. I. (2016). Pengaruh Kenaikan Harga BBM dan
Jumlah Penumpang Terhadap Pendapatan Sopir Angkot di Kota Manado Tahun 2015. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol.16(No.1).
Elkhasnet, & Antonius Hura. (2014). Pengaruh Kenaikan Harga BBM Terhadap Tarif Bus Trans
Metro Bandung (Koridor II Jurusan Cicaheum-Cibeurum). Journal The 17th FSTPT
International Symposium.
Herawati, & Mutharuddin. (2014). Pengaruh Pembatasan Subsidi BBM Solar terhadap Tarif
Angkotan Perkotaan. Volume 26(Nomor 8).
I Made Kariyana. (2017). Analisis Dampak Kenaikan BBM Terhadap Tarif Angkutan Umum.
Jurnal Teknik Gradien, Volume 9(No.2).
Mawu, F. S., T.K. Sendow, & Waani. (2016). Tinjauan Tarif Angkutan Umum Dalam Kota
Akibat Perubahan Harga BBM. Jurnal Sipil Statik, Vol.4(No.3).
Supriyanto, E., Sumarsono, A., & Legowo, S. J. (2014). Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Bakar
(BBM) terhadap biaya Operasional Kendaraan Angkutan Taksi dan Penghasilan Sopir (Studi
Kasus Taksi Gelora Surakarta). Jurnal Matriks Teknik Sipil.
Suryadi. (2015). Dampak Kenaikan Harga BBM dan Elastisitas Konsumsi BBM Sektor Angkutan.
Jurnal Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27(No.2).
28
29