Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


(IPM), INVESTASI DALAM NEGERI DAN INVESTASI LUAR NEGERI
TAHUN 2000-2022
Dosen Pengampu: Syamsu Alam, S.Si., M.Si.

RAHMADANA
200906500018

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu negara yang saat ini sedang berkembang adalah
Indonesia. Sebagai bangsa yang sedang berkembang, Indonesia masih
dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih kuat untuk mendorong
suatu bangsa maju. Tujuan dari pembangunan ekonomi ini adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat yang tinggal di tanah air.
Sebagai negara berkembang yang sedang berbenah, perekonomian
Indonesia niscaya memiliki masalah ekonomi makro, namun masah ini
merupakan isu utama dan membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2022), menunjukkan


bahwa jumlah angkatan kerja di indonesia pada tahun 2021 yaitu sebanyak
131,064 ribu orang, jumlah angkatan kerja meningkat sebesar 2.610 juta
orang dibanding tahun 2020. Sesuai dengan tingkat pengangguran terbuka
(TPT) yang turun menjadi 6,49 persen pada 2021, telah terjadi penurunan
pengangguran sebanyak 665 ribu orang selama setahun terakhir. Meski
turun, prioritas utama pemerintah tetap masalah pengangguran. Situasi
ekonomi Indonesia dapat terus memburuk akibat masalah pengangguran.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah-langkah khusus
untuk mengatasi masalah ini guna mengatasi masalah pengangguran.

Ketenagakerjaan sangat penting dalam situasi ekonomi suatu


negara atau wilayah. Alasan utama mengapa ada lebih banyak orang yang
menganggur di suatu negara adalah karena ada lebih banyak orang yang
bekerja daripada pekerjaan yang ditawarkan oleh pemerintah.
Pengangguran merupakan suatu masalah yang mempengaruhi negara-
negara industri dan negara berkembang dan itu juga merupakan masalah
terbesar yang dihadapi negara mana pun.
Faktor penentu standar hidup suatu negara adalah jumlah
pengangguran yang dimilikinya (Mankiw, 2008). Perekonomian suatu
negara dapat dipengaruhi secara negatif oleh tingkat pengangguran yang
tinggi. Dengan menurunkan tingkat pengangguran, perekonomian dapat
berkembang dengan baik dan kualitas hidup penduduk serta distribusi
pendapatan yang akan meningkatkan standar hidup setiap orang.

Pengangguran(%)
8

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Pengangguran(%)

Sumber: BPS Indonesia 2022


Tabel 1
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia Periode
Agustus Tahun 2011-2021
Berdasarkan data dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mengalami fluktuatif
selama beberapa tahun terakhir ini, dimana pada tahun 2011 Tingkat
Pengangguran Terbuka di Indonesia mencapai 7,48% dan di tahun
berikutnya mengalami penurunan sebesar 1,35% sehingga di tahun 2012
TPT di Indonesia menjadi 6,13%. Pada tahun 2013 pengangguran
kembali meningkat sebesar 0,04% dan mengalami penurunan di tahun
2014 menjadi 5,94% dan kemudian kembali meningkat sebesar 0,24%,
namun pada enam tahun terakhir angka pengangguran semakin menurun
sampai pada tahun 2021.
Di Indonesia, tingkat pengangguran terbuka tidak stabil dan terus
berubah. Gejala yang disebut fluktuasi ini menggambarkan persentase
tingkat pengangguran terbuka dari tahun 2011 hingga 2021 yang terus
mengalami pasang surut yang fluktuatif. Terlepas dari kenyataan bahwa
perubahannya tidak besar, ekonomi terkena dampak negatif oleh
perubahan ini. Perekonomian yang kuat ditunjukkan dengan menurunnya
tingkat pengangguran, yang terjadi dari tahun ke tahun.
Ekspansi ekonomi dapat menjadi akar penyebab indikator
ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Salah satu metrik
paling penting untuk menentukan apakah ekonomi suatu daerah tumbuh
atau tidak adalah pertumbuhan ekonomi, terutama ketika memeriksa hasil
kebijakan pembangunan ekonomi yang telah diadopsi suatu negara
(Mustika, 2010). Perekonomian suatu negara dikatakan tumbuh jika
pertumbuhan ekonomi ada dan terus meningkat; di sisi lain, ekonomi
dikatakan telah menurun jika tidak mengalami peningkatan, hal ini
menunjukkan bahwa perekonomian suatu daerah belum tumbuh dan tidak
mengalami kemajuan yang baik. Masalah terburuk yang akan muncul
dalam masalah ekonomi ini adalah masalah pengangguran. Hal ini akan
memperburuk perekonomiannya. Sukirno (2016) menegaskan bahwa
salah satu penyebab utama pengangguran adalah kurangnya pengeluaran
agregat. Ini karena perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa
dengan tujuan menghasilkan keuntungan dan keuntungan tersebut hanya
diperoleh jika mereka dapat menjual produk yang mereka hasilkan. Oleh
karena itu, semakin banyak barang dan jasa tercipta semakin tinggi
permintaan akan produk tersebut. Terdapat korelasi yang erat antara
tingkat pendapatan nasional (PDB) yang dicapai dengan penggunaan
tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi
pendapatan nasional (PDB), semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan dan tingkat pengangguran akan menurun.
Pertumbuhan Ekonomi
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
-1200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201 202 202 202
-2
-3

Pertumbuhan Ekonomi

Rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) juga mempengaruhi


variabel berikut yakni mempengaruhi pengangguran. Indeks
pembangunan manusia menilai sejauh mana pembangunan manusia telah
dicapai berdasarkan berbagai aspek mendasar dari kualitas hidup,
termasuk pendidikan, kesehatan, dan kondisi kehidupan. Elemen lain
yang berkontribusi terhadap pengangguran adalah kualitas sumber daya
manusia (Latifah dkk, 2017). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
adalah terobosan dalam menentukan apakah suatu negara maju,
berkembang, atau miskin dengan mengevaluasi tingkat pembangunan
manusia. Standar hidup, harapan hidup, melek huruf, dan pendidikan
digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (Putra,
2018). Perluasan infrastruktur pendidikan merupakan salah satu indeks
pembangunan manusia yang dapat menurunkan angka pengangguran.
Masalah seperti pengangguran dapat diselesaikan dengan semakin
berkembangnya pendidikan di suatu bangsa atau daerah karena tenaga
kerja dapat memasuki pasar kerja sesuai dengan standar yang diinginkan
atau dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja.
Nurcholis (2014) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan IPM memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengangguran, meskipun tingkat pengangguran mengalami
penurunan setiap tahunnya dan diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi
yang meningkat dan indeks pembangunan manusia. Mahihody, dkk.
(2018) menjelaskan bahwa indeks pembangunan manusia memiliki
dampak signifikan dan berdampak negatif terhadap pengangguran dalam
studinya tentang hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia dan
Pengangguran.
Purnama (2015) dan Rahmawati (2016) pada kesimpulannya bahwa
tingkat pengangguran dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan
ekonomi tetapi tidak signifikan. Sedangkan Azizah (2016) menguraikan
bagaimana pertumbuhan ekonomi (PDB) dan pengangguran terbuka
memiliki hubungan positif yang kuat, jika PDB naik maka tingkat
pengangguran terbuka juga akan meningkat.

Indeks Pembangunan Manusia (%)


80

70

60

50

40

30

20

10

0
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Indeks Pembangunan Manusia (%)

Sehubungan dengan latar belakang permasalah di atas, tujuan dari


penelitian ini adalah untuk mengukur dan menjelaskan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia terhadap
tingkat pengangguran.
Laju pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur pertumbuhan
suatu ekonomi regional juga tidak lepas dari peran adanya investasi.
Invstasi dalam negeri (Juta $)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Invstasi dalam negeri (Juta

Sumber: Data pegeloloaan 2022

Investasi luar negeri (Juta $)


35

30

25

20

15

10

0
00 01 02 03 04 05
20 20 20 20 20 20

Investasi luar negeri (Juta $)

Sumber: Data pengelolahan 2022


Adapun judul yang diambil pada penelitian ini adalah Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), investasi
dalam negeri serta dari luar negeri terhadap Tingkat Pengangguran di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun pada penelitian ini yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Apakah dampak pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia?
2. Apakah dampak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
pengangguran di Indonesia?
3. Apakah dampak investasi dalam negeri berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia?
4. Apakah dampak investasi luar negeri berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Adapun dari penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat


pengangguran di Indonesia,
2. Untuk mengetahui dampak Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap pengangguran di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dampak investasi dalam negeri
4. Untuk mengetahui dampak investasi luar negeri

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Sebagai informasi ilmiah dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk para pengambil
kebijakan terkait masalah pengangguran.
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran

Sukirno (2010) mendefinisikan pengangguran sebagai keadaan seseorang


yang aktif mencari pekerjaan tetapi belum melakukannya. Pengangguran
bukanlah mereka yang tidak bekerja tetapi tidak aktif mencari pekerjaan.
Pengangguran ialah orang yang sedang mencari pekerjaan, orang yang
mempertimbangkan untuk memulai bisnis, orang yang tidak mencari pekerjaan
karena yakin tidak akan mendapatkannya, dan orang yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. sebagai karyawan (Latumaerissa, 2015).
Orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang
dari dua hari per minggu, atau berusaha untuk mendapatkan posisi terhormat
disebut sebagai pengangguran (Pujoalwoanto, 2014). Alasan utama terjadinya
pengangguran adalah tidak tersedianya lapangan kerja yang cukup untuk
menampung angkatan kerja karena tidak tersedianya lapangan kerja yang cukup.
Angkatan kerja ialah keadaan di mana seseorang berusia antara 15 dan 64 tahun
atau usia produktif. Pengangguran sering menjadi masalah bagi perekonomian
karena mengurangi produktivitas dan pendapatan masyarakat, yang dapat
menyebabkan kemiskinan dan sejumlah masalah sosial lainnya (Pujoalwanto,
2014). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran adalah penduduk
yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan
suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah
diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Dengan demikian dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwasanya, Pengangguran ialah orang yang sedang
mencari pekerjaan, orang yang mempertimbangkan untuk memulai bisnis, orang
yang tidak mencari pekerjaan karena yakin tidak akan mendapatkannya, dan
orang yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
2. Jenis-jenis Pengangguran
Alam (2011) mengklaim bahwa ada empat kategori pengangguran yang
berbeda berdasarkan penyebab fenomena tersebut, yaitu:

1. Pengangguran Konjungtur atau Siklis (cyclical unemployment).


Pengangguran konjungtur, sering dikenal sebagai pengangguran
siklis, adalah pengangguran yang juga terjadi saat ekonomi
berkontraksi. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu stabil.
Terkadang, permintaan agregat lebih besar. Untuk menurunkan
pengangguran, juga memotivasi perusahaan dengan memperluas
produksi dan permintaan akan karyawan baru. Namun terkadang,
ketika permintaan agregat turun, aktivitas ekonomi juga turun.
2. Pengangguran struktural
Pengangguran yang dihasilkan dari perubahan struktural atau
perubahan susunan ekonomi disebut sebagai pengangguran
struktural. Karena pengangguran terkait dengan strategi
pembangunan suatu negara, maka sulit untuk memberantasnya.
Namun, dengan memberikan pelatihan untuk membangun
angkatan kerja yang terlatih, pengangguran semacam ini bisa
diatasi.
3. Pengangguran normal
Pengangguran normal adalah saat pencari kerja masih mencari
posisi yang sesuai dengan minat atau kemampuan mereka atau saat
pencari kerja mengalami kesulitan singkat menghubungkan
pemberi kerja dengan pelamar kerja. Jarak dan kurangnya
informasi tentang lowongan kerja adalah beberapa faktor yang
berkontribusi terhadap pengangguran friksional.
4. Pengangguran musiman
Pengangguran yang disebabkan oleh sifat siklus musim dikenal
sebagai pengangguran musiman. Karena tidak ada pekerjaan dari
satu musim ke musim berikutnya, ada waktu yang tidak terpakai.
Industri pertanian dan perikanan bertanggung jawab atas sebagian
besar pengangguran ini. Nelayan dan penyadap karet tidak dapat
bekerja pada musim hujan. Petani tidak bisa menggarap lahannya
saat musim kemarau.

Pengangguran dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah


waktu bekerja, yaitu:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment)


Orang yang secara aktif mencari pekerjaan sementara tidak bekerja
sama sekali dikatakan sebagai pengangguran terbuka.
Pengangguran ini diakibatkan oleh peningkatan pembukaan
lapangan kerja yang lebih kecil dari pertumbuhan angkatan kerja.
Pengangguran terbuka juga dapat muncul dari penurunan kegiatan
ekonomi, dari kemajuan teknis yang menghemat tenaga kerja, atau
dari kemunduran dalam pertumbuhan suatu sektor.
2. Setelah menganggur (under unemployment)
Menurut jam kerja, produktivitas, dan pendapatan yang diperoleh,
setengah pengangguran adalah keadaan di mana orang bekerja
tetapi energinya tidak digunakan sepenuhnya atau didefinisikan
sebagai orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
3. Pengangguran terselubung (disguised unemployment)
Pengangguran terselubung terjadi ketika produktivitas tenaga kerja
di bawah standar. Sektor pertanian dan jasa merupakan mayoritas
dari pengangguran ini. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan
tenaga kerja, dan berapa banyak yang dipekerjakan bergantung
pada sejumlah faktor, termasuk ukuran bisnis, sifat kegiatan bisnis,
mesin yang digunakan (padat karya atau padat modal), dan tingkat
produksi. produksi tercapai.
3. Pengukuran Tingkat Pengangguran
Badan Pusat Statistik (BPS) suatu negara mengukur tingkat pengangguran
dengan mengelompokkan orang dewasa pada tiap-tiap rumah tangga yang
disurvei dalam tiga kategori, yakni bekerja, pengangguran dan tidak
termasuk angkatan kerja. Kemudian Badan Pusat Statistik (BPS) negara
merangkum kondisi angkatan kerja, yakni jumlah orang yang bekerja dan
tidak bekerja. Berikut rumus untuk mengukur tingkat pengangguran.

Angkatan Kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah orang yang tidak bekerja

Jumlah Pengangguran
Tingkat pengangguran = ×100
Jumlah angkatan kerja

4. Dampak Pengangguran
Berikut dampak pengangguran terhadap perekonomian:
1. Penurunan output negara,
2. Penurunan taraf hidup yang ditunjukkan oleh pendapatan
perkapita,
3. Keterlambatan pembangunan; misalnya, jika produksi nasional
menurun, pendapatan (pajak) negara juga menurun, sehingga uang
untuk pembangunan infrastruktur berkurang
4. Menaikkan angka kemiskinan dimana tingginya tingkat
pengangguran berpengaruh pada tingkat kemiskinan.

B. Pertumbuhan Ekonomi
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno (2010) adalah
perluasan kegiatan ekonomi yang menyebabkan peningkatan barang
dan jasa yang dihasilkan dalam masyarakat serta kemakmuran rakyat.
Dalam jangka panjang, isu pertumbuhan ekonomi dapat dianggap
sebagai isu ekonomi makro. Secara umum, peningkatan faktor
produksi tidak selalu mengarah pada peningkatan produksi barang dan
jasa dalam skala yang sama.
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output agregat
(keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
perekonomian) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
sendiri merupakan nilai total seluruh output akhir yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian daerah, baik yang dilakukan oleh warga lokal
maupun warga asing yang bermukim di negara bersangkutan. Se-
hingga, ukuran umum yang sering diguna- kan untuk melihat laju
pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan PDB untuk skala
nasional atau persentase perubahan PDRB untuk skala propinsi atau
kabupaten/kota.
Suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi jika jumlah barang dan jasa meningkat. Jumlah barang dan
jasa dalam perekonomian suatu negara dapat diartikan sebagai nilai
dari produk domestik bruto (PDB). Nilai PDB ini digunakan dalam
mengukur persentase pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.
Menurut Sadono Sukirno (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi adalah:
a. Faktor sumber daya manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. SDM merupakan faktor
terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
b. Faktor sumber daya alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber
daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembangunan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam
yang dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat mendorong percepatan proses pembangunan, pergantian
pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek
efisiensi, kualitas dan kuantitas. Serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian
d. Faktor budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap
pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya.
e. Faktor sumber daya modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA
dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang
modal juga dapat meningkatkan produktifitas. Laju
pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai
hasil pembangunan nasional. Pendapatan perkapitanya
dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk,
sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja
konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan
juga produktivitasnya.

Faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap bangsa


(Tambunan, 2009) sbb: 1) akumulasi modal termasuk semua
investasi baru yang berwujud tanah, dan sumberdaya manusia, 2)
pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, 3) kemajuan teknologi,
4) sistem kelembagaan (tambunan, 2009).

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi


Sukirno (2016), Ada empat teori tentang pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1) Teori Klasik, menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, 20
yaitu: (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang-barang
modal, (3) luas tanah dan kekeayaan alam, (4) tingkat teknologi
yang digunakan. Menurut pandangan klasik, hukum hasil
tambahan yang semakin akan berkurang akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
2) Teori Schumpeter, teori ini menekankan tentang pentingnya
peranan perusahaan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan
golongan yang akan terus-menerus membuat inovasi dalam
kegiatan ekonomi, inovasi ini akan memerlukan investasi.
Menurut Schumpeter investasi dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: (1) penanaman modal otonomi dan (2)
penanaman modal terpengaruh. Investasi ini yang akan
membangun perekonomian.
3) Teori Harrod-Domar, dalam menganalisis mengenai masalah
pertumbuhan ekonomi, teori ini bertujuan untuk menerangkan
syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat
mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth) dalam
jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan
pemisalan-pemisalan sebagai berikut: (1) barang modal telah
mencapai kapasitas penuh, (2) tabungan adalah proporsional
dengan pendapatan nasional, (3) rasio modal produksi (capital
output ratio) tetap nilainya dan (4) perekonomian terdiri dari
dua sektor.
4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, teori ini melihat dari sudut
pandang yang berbeda yaitu dari segi penawaran. Menurut teori
ini, yang dikembangkan oleh Abramovist dan Solow
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan
faktor-faktor produksi. Teori ini mengatakan faktor terpenting
yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah
pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja, namun
faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan
pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Teori pertumbuhan ekonomi diukur dari PDB sebagai total
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua faktor
produksi yang ada dalam wilayah suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (Sukirno, 2004). Pertumbuhan PDB
menggambarkan tingkat pertumbuhan kegiatan perekonomian
suatu negara yang bisa dijadikan indikator perkembangan
perekonomian suatu negara. Gross National Product (GNP) =
PDB + (hasil faktor produksi milik domestik yang ada di luar
negeri – hasil faktor produksi milik luar negeri yang ada di
dalam negeri). Di negara maju GNP lebih besar dari PDB
karena jumlah hasil investasi penduduknya di luar negeri lebih
besar dari jumlah investasi warga negara asing di negerinya
atau net investment positif.

C. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


1. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan pencapaian
pembangunan berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.
Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki
tujuan penting, diantaranya: Membangun indikator yang mengukur
dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan
memilih. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran
tersebut sederhana. Membentuk satu indeks komposit dari pada
menggunakan sejumlah indeks dasar. Teori Human capital
berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya
manusia yang memberi banyak manfaat, antara lain: diperolehnya
kondisi kerja yang lebih baik, efisiensi produksi, peningkatan
kesejahteraan dan tambahan pendapatan seseorang apabila mampu
menyelesaikan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pendapatan lulusan pendidikan di bawahnya. Pendidikan
merupakan investasi penting dalam menghadapi masa depan dunia
secara global. Untuk itu, pendidikan harus dapat menyiapkan generasi
muda abad ke-21 yang unggul, berdaya saing tinggi dan mampu
bekerjasama guna mencapai kemakmuran bagi setiap negara dan
dunia.
Pengukuran pembangunan manusia pertama kali diperkenalkan oleh
UNDP pada tahun 1990. UNDP memperkenalkan sebuah gagasan baru
dalam pengukuran pembangunan manusia yang disebut sebagai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Sejak saat itu, IPM dipublikasikan
secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report
(HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya. Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kulaitas hidup.
2. Ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup:
1. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healty life)
2. Pengetahuan (knowledge)
3. Standar hidup layak (decent standard of living)
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
IPM = (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3) /3
Keterangan:
X1 = Lama hidup
X2 = Tingkat pendidikan
X3 = Tingkat kehidupan yang layak.
3. Keterkaitan Antar Variabel
a. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama
hidup. Angka harapan hidup dihitung menggunakan
pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis
data yang digunakan dalam penghitungan Angka Harapan
Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung
angka harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH.
Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang
sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan
negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004)
b. Tingkat pendidikan yang untuk mengukur dimensi pengetahuan
penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah
(mean year of schooling) dan angka melek huruf. Rata-rata
lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani
pendidikan formal. Sedangkan angka melek huruf adalah
persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Pada
proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung
setelah masing-masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah
diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua
pertiga. Untuk penghitungan indeks pendidikan, dua batasan
dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum
untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas
minimum 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau
semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol
mencerminkan kondisi sebaliknya. Sementara batas maksimum
untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas
minimum sebesar 0 tahun. Batas maksimum 15 tahun
mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang
ditargetkan adalah setara lulus Sekolah Menengah Atas.
c. Standar hidup layak, yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak
semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar
hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang
disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup
layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang
disesuaikan dengan formula Atkinson.
D. Investasi
Menurut (Simamora, 2000) investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh
perusahaan untuk pertumbuhan kekayaannya melalui distribusi hasil investasi
seperti pendapatan bunga, royalty, deviden, pendapatan sewa dan lain-lain,
untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang.
Menurut (Martono dan Marjito, 2002) salah satu investasi merupakan
penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset
(aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.
Menurut (Mulyadi, 2001) menyatakan bahwa investasi adalah pengaitan
sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang
akan datang.
a. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi.
Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan
langkah awal kegiatan pembangunan. Dinamika penanaman modal
mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi,
mencerminkan marak lesunya pembangunan (Dumairy, 1999).
Penanaman Modal Asing (PMA) dapat diartikan sebagai penanaman
modal yang dilakukan oleh pihak swasta di negara asal pemilik modal,
atau penanaman modal suatu negara ke negara lain atas nama
pemerintah negara pemilik modal (Jhinggan, 1994).
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini
yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal).
Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan
diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan andil dalam
alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja
baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang
berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk
penyediaan lapangan kerja. Faktor yang Mempengaruhi Berkurangnya
PMA yaitu instabilitas Politik dan Keamanan, banyaknya kasus
demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan, pemahaman
yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagai sumber domestik
merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi nasional. Proses
penanaman modal ini menghasilkan output nasional dalam berbagai
cara. Investasi dibidang barang modal tidak hanya meningkatkan
produksi tetapi juga meningkatkan tenaga kerja. Pembentukan atau
penanaman modal ini akan membawa menuju kearah kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa kearah
spesialisasi dan penghematan produksi skala luas. Jadi, PMDN
menghasilakn kenaikan besarnya output nasional, pendapatan dan
pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca
pembayaran. Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-
Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam
negeri adalah perseorangan warga negara indonesia, badan usaha
indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan
penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan
modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik
Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Penanaman
modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber
daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta
kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi PMDN yaitu:
1) Potensi dan karakteristik suatu daerah
2) Budaya masyarakat
3) Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional
4) Peta politik daerah dan nasional
5) Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan lokal
dan peraturan daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi
dunia bisnis dan investasi.
c. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal asing merupakan bentuk usaha yang dilakukan
didalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan menggunakan
modal yang berasal dari luar negeri maupun berpatungan dengan
modal dalam negeri. Dijelaskan pula dalam Undang-undang Nomor 25
Tahun 2007 istilah modal asing. Modal asing adalah modal yang
dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia
yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Adapun faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing (PMA)
berdasarkan teori para ahli.
1) Teori Alan M. Rugman yang menyatakan bahwa penanaman
modal asing dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel
internalisasi. Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi
perhatian, yaitu: Ekonomi, non Ekonomi dan pemerintah.
Variabel ekonomi merupakan elemen paling penting yang
menjadi perhatian bagi para penanam modal. Sedangkan
variabel non ekonomi mencakup kondisi sosial, budaya dan
masyarakat dalam suatu negara. Sementara pemerintah akan
selalu diperhatikan oleh investor karena kondisi politis suatu
negara akan sangat menentukan arah kebijakan pemerintah
dalam perekonomian. Sementara variabel lainnya adalah
internalisasi yakni keunggulan internal yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional.
2) Teori Jhon During yang merumuskan persyaratan yang terdiri
dari tiga hal bila sebuah perusahaan ingin berkecimpung dalam
penanaman modal asing.
Pertama, keunggulan perusahaan yang terdiri dari; teknologi
pemilikan, penelitian, pengembangan, keterampilan manajerial,
pemasaran, organisasi perusahaan, diferensiasi produk, merek
dagang, nama, ukuran besar yang menerminkan skala ekonomi
dan keperluan modal.
Kedua, keunggulan internalisasi dengan asumsi kondisi
paragraf diatas terpenuhi. Kondisi yang mendukung
internalisasi meliputi; biayanya tinggi dalam membuat kontrak,
ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual,
keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga.
Ketiga, keunggulan spesifik negara meliputi; sumber daya
alami, kekuatan tenaga kerja biaya rendah dan efisien serta
rintangan perdagangan membatasi impor.
3) Teori David K. Eiteman yang menjelaskan bahwa Penanaman
Modal Asing didasari atas tiga motif, yaitu; Motif strategi,
motif perilaku dan motif ekonomi. Motif perilaku merupakan
motif yang dipengaruhi oleh kondisi eksternal perusahaan dan
organisasi sementara motif ekonomi merupakan motif mencari
keuntungan baik dalam jangkan pendek maupun jangka
panjang.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi dan batasan-batasan yang digunakan dalam variabel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah keseluruhan tingkat pengangguran terbuka dari tahun
2000 sampai dengan 2022.
2) Pertmbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jumlah keseluruhan pertumbuhan ekonomi di indonesia
dari 34 provinsi dalam kurun waktu 2000 sampai dengan 2022.
3) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah jumlah keseluruhan dari indeks pembangunan
manusia menurut provinsi mulai tahun 2000 hingga 2022.
4) Investasi dalam Negeri
5) Investasi dalam Negeri yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jumlah keseluruhan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) menurut lapangan usaha dari tahun 2000 sampai pada
tahun 2022.
6) Investasi Luar Negeri
Investasi Luar Negeri yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah jumlah keseluruhan realisasi investasi penanaman modal
luar negeri menurut negara dari tahun 2000 sampai dengan
2022.
F. Hipotesis Penelitian
1. H0 : Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia.
Ha : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia.
2. H0 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
Ha : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
3. H0 : Investasi dalam negeri tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia.
Ha : Investasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia.
4. H0 : Investasi luar negeri tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia.
Ha : Investasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
eksperimen. Penelitian kuantitatif yaitu data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik. Penelitian eksperimen (Experimental
Research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment atau menguji hipotesis tentang
ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.
Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh antar variabel yang mempengaruhi
pengangguran di Indonesia.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber
data penelitian secara tidak langsung yang diperoleh melalui media perantara.
Data sekunder yang digunakan berbentuk data panel. Data panel yaitu data
kombinasi antara data runtut waktu (time series) dan data dari beberapa obyek
dalam satu waktu (cross section) (Arifianto, 2012). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Badan Pusan Statistik (BPS).
Data dalam penelitian ini yaitu data pertumbuhan ekonomi, data indeks
pembangunan manusia (IPM), data investasi dalam negeri, data investasi luar
negeri dan data pengangguran tahun 2000-2022, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Data pengangguran Indonesia, berdasarkan tingkat pengangguran
terbuka (TPT) tahun 2000-2022 dalam satuan persen (%).
2. Data produk domestik regional bruto (PDRB) Indonesia, menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000- 2022 dalam
satuan persen (%).
3. Data indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia tahun 2011-2018
dalam satuan persen (%).
4. Data realisasi investasi penanaman modal dalam negeri menurut sektor
ekonomi tahun 2000-2022 dalam satuan juta US Dollar.
5. Data realisasi investasi penanaman modal luar negeri menurut sektor
ekonomi tahun 2000-2022 dalam satuan juta US Dollar.

Adapun jumlah observasi dalam penelitian ini sebanyak 22 tahun.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependen)
Variable terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat. Karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengangguran (Y), data
yang diperoleh yaitu dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Indonesia.
2. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variabel terikat
(dependen) (Sugiyono, 2018). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, investasi
dalam negeri dan investasi luar negeri.
D. Teknik Analisis Data
Menurut jenis data dan hipotesis sangat menentukan dalam ketepatan
pemilihan statistik alat uji. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan tahapan analisis regresi linier berganda, yang harus memenuhi
kriteria yaitu, uji F-test dan uji T-test.
E. Model Analisis
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda (multiple
regression analysis) yang pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau melihat pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Model dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut (Maghfirah, 2018):
Y=α+β1PEt+β2IPMt+β3PMDNt+β4PMAt+ ԑ
Dimana:
Y : Pengangguran (%)
α : Konstanta
PE : Perumbuhan Ekonomi
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMA : Penanaman Modal Asing
β1, β2, β3, β4: Koefesien Regresi
ԑ : Standar erorr
t : Waktu (Time series)
F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian guna
melihat apakah hasil yang diperoleh sama dengan hipotesis yang di
kemukakan dalam penelitian ini, dalam pengujian hipotesis ini terdapat dua uji
yaitu sebagai berikut (Ghazali, 2016):
1) Uji Parsial (t-Statistik)
Uji t-Statistik pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel bebas secara individu dalam menerangkan
variabel terikat. Kriteria pengujian yang digunakan pada tingkat α =
5% sebagai berikut: a) Jika nilai prob. < 0,05 maka Ho ditolak, dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat. b) Jika nilai prob. > 0,05 maka Ho diterima, variabel
bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
2) Uji F-Statistik
Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap
variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai
berikut: a) Jika nilai prob F hitung < 0,05 maka Ho ditolak, artinya
secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. b) Jika nilai prob F hitung > 0,05 maka Ho
diterima, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2022. Angkatan Kerja. Badan Pusat Statistik.
Mankiw, N.G. 2008. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2016). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Latifah, N., dkk. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka dan
Dampaknya Pada Jumlah Penduduk Miskin di Kota Manado. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiens. 17(02).
Putra, W. (2018). Perekonomian Indonesia. Depok: Rajawali Pers.
Nurcholis, M. (2014). Analisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum
dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Pengangguran di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2014. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
12(1)
Mahihody, A. Y., dkk. (2018). Pengaruh Upah dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Terhadap Pengangguran Di Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi. 18(3).
Purnama, N. I. (2014). Analisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Tingkat Pengangguran di Kota Medan Tahun 2000-2004. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. 17(1)
Rahmawati, R. (2016). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tenaga
Kerja dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi
Jawa Tengah. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhamadiah.
Azizah, F. I. N. 2016. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan
Ekonomi dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka di Kabupaten/
Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2014. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Latumaerissa, J. R. (2015). Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi
Global. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Pujoalwanto, B. (2014). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.
Alam, S. 2011. Economics 2A. Jakarta: Erlangga.
BPS. 2022. Indeks Pembangunan Manusia. Indonesia: Badan Pusat Statistik.
BPS. 2022. Pengangguran Terbuka. Badan Pusat Statistik.
BPS. 2022. Investasi dalam Negeri. Badan Pusat Statistik.
BPS. 2022. Investasi Luar Negeri. Badan Pusat Statistik
Del Rosa, Y., Agus, I., & Abdilla, M. (2019). Pengaruh Inflasi, Kebijakan
Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas, 21(2), 183-293.
AyuBhakti, N. A., Istiqomah, I., & Suprapto, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia
Periode 2008-2012. EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), 18(4),
542-469.
Salim HS, Hukum Investasi di Indonesia, 161

Anda mungkin juga menyukai