Abstrak
Latar belakang riset ini adalah kasus Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Yogyakarta yang
masih belum maksimal. Tujuan dari”penelitian ini adalah untuk”menganalisis
dan”mengetahui”hasil pengaruh tingkat”Indeks Pembangunan Manusia”(IPM), Upah
Minimum, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja (TK) di Provinsi Yogyakarta. Pengamatan”ini menggunakan data
sekunder”yang diperoleh”dari Badan Pusat Statistik (BPS)”Yogyakarta”dan”Indonesia.
Teknik yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik regresi data panel dari
tahun 2018-2021 dengan jumlah data observasi sebanyak 5 kabupaten/kota dan diolah dengan
pendekatan Fixed Effect Model (FEM) menggunakan Eviews 9. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah pusat
dan daerah dalam menangani masalah Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Yogyakarta.
Kata Kunci: tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, upah minimum, pdrb, jumlah
penduduk.
Abstract
The background of this research is the case of Labor Absorption in Yogyakarta Province which is still
not maximized. The purpose of this research is to analyze and find out the results of the influence of the
level of the Human Development Index (HDI), Minimum Wage, Gross Regional Domestic Product
(GRDP) and Total Population on Labor Absorption in Yogyakarta Province. This “observation” uses
secondary data “obtained” from the Central Statistics Agency (BPS) “Yogyakarta” and “Indonesia. The
technique used is a quantitative approach with panel data regression techniques from 2018-2021 with a
total of 5 regencies/cities of observation data and processed with the Fixed Effect Model (FEM) approach
using Eviews 9. This research is expected to be considered in making decisions for central and local
government in dealing with the problem of absorption of labor in the province of Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu
melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan, oleh karena itu
jumlah penduduk di dalam suatu negara adalah unsur utama dalam pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan pembangunan bahkan dapat
menjadi beban bagi keberlangsungan pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu
besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan sebagian
dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan. Pembangunan
ekonomi memiliki tiga tujuan inti antara lain peningkatan, ketersediaan serta perluasan
distribusi berbagai barang kebutuhan hidup, peningkatan standar hidup (pendapatan,
penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan perhatian atas nilai-
nilai kultural dan kemanusiaan dan perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial (Todaro, M.
P., & Smith, 2006).
Sumber daya manusia merupakan pelaku utama dalam kegiatan pembangunan.
Kualitas sumber daya manusia akan menentukan apakah dapat meningkatkan pembangunan
atau tidak. Kualitas sumber daya manusia ini terdiri dari dua aspek yang pertama aspek fisik
(kualitas fisik) dan yang kedua aspek non fisik (kualitas non fisik) menyangkut kemampuan
bekerja, berfikir dan keterampilanketerampilan lain.
Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara
pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya
angka pengangguran. Kemudian, meningkatnya angka pengangguran akan mengakibatkan
pemborosan sumber daya dan potensi angkatan kerja yang ada, meningkatnya beban
masyarakat, merupakan sumber utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan
keresahan sosial, serta manghambat pembangunan ekonomi dalam jangka Panjang
(Depnakertrans, 2004).
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Yogyakarta 2018-2021
TINJAUAN LITERATUR
Tenaga Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau
orang yang dapat mengerjakan sesuatu. Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) menjelaskan bahwa Pekerja melakukan sesuatu dalam bidang yang dikuasai untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk meningkatkan produktivitas baik dalam jangka waktu
panjang guna meningkatkan tingkat output pada periode tertentu. Pekerja yang melakukan
pekerjaannya ditentukkan oleh seberapa lamanya jam bekerja, sehingga dapat diketahui
seberapa banyak barang dan jasa yang dihasilkan. Tetapi pada kenyataannya, hasil produksi
yang dihasilkan para pekerja tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Karena, kualitas pekerja
tidak sesuai dengan minat dan bakat(Sulistyowati, 2017).
Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah
tangga. Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya
dibedakan oleh batas umur (Simanjuntak, 1985).
Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang mencari atau
sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi
persyaratan ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang bertujuan
untuk memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari(Purnomo, 2021).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf, 2016) mengenai hubungan
indeks pembangunan manusia dengan tingkat pengangguran menyimpulkan bahwa indeks
pembangunan manusia memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap tingkat
pengangguran. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi angka indeks pembangunan
manusia pada suatu wilayah maka akan menyebabkan tingkat pengangguran semakin
menurun dan sebaliknya apabila indeks pembangunan manusia rendah akan berdampak
pada tingginya tingkat pengangguran di wilayah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan jika
IPM rendah maka penyerapan Tenaga Kerja menjadi tidak maksimal.
Upah Minimum
Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan
kesejahteraan. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 31 Undangundang nomor 13 tahun 2003
disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan
dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik didalam maupun diluar
hubungan kerja yang secara langsung ataua tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas
kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat(Larasati, Supriadi, Alfarisy, and Sambodo,
2022).
Berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 1 angka 30 upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan(Qurrata and Ramadhani, 2021).
Upah memainkan peranan penting dalam ketenagakerjaan. Upah jika bisa dilihat dari
sisi penawaran tenaga kerja yaitu, jika semakin tinggi upah maka akan semakin sedikit
permintaan tenaga kerja yang diberikan karena beban yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
akan semakin bertambah dengan asumsi input lain tetap. Tingkat upah memiliki pengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja dimana, apabila tingkat upah meningkat maka dapat
menurunkan tenaga kerja dan juga sebaliknya, jika upah menurun akan menyebabkan tenaga
kerja yang akan dipekerjakan dapat meningkat (Ferdinandus, 2014). Upah sangat
berpengaruh terhadap kesempatan kerja.
Menurut Badan Pusat Statistika Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi
faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah
nilai produksi (output) dikurangi biaya antara(Herawati, 2020). Nilai tambah bruto di sini
mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh
sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
(Budi Utami, 2009) mengatakan bahwa Produk domestik regional bruto (PDRB)
berpengaruhi positif secara signifikan terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Jember tahun
1980 s./d. 2007. PDRB merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi (penambahan output
yang dihasilkan), apabila PDRB meningkat maka jumlah kesempatan kerja akan semakin
besar. Junaidi (2013) menyebutkan perkembangan PDRB memberikan dampak yang positif
dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Utara. (Putro and
Setiawan, 2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa PDRB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pengangguran, yang berarti peningkatan PDRB akan menurunkan jumlah
pengangguran. Dengan kata lain, PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja. Meningkatnya jumlah PDRB juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan
menurunkan jumlah pengangguran, dan begitu juga sebaliknya. Kesimpulannya, dari teori
dan hasil penelitianpenelitian yang terdahulu PDRB memiliki pengaruh yang positif terhadap
penyerapan tenaga kerja. Apabila jumlah PDRB meningkat maka jumlah penyerapan tenaga
kerja juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya(Daud, 2017).
Jumlah Penduduk
Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia menjelaskan “Penduduk adalah semua orang
yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan
mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap”. Sedangkan
menurut said, yang di maksud dengan penduduk adalah “ jumlah orang yang bertempat
tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses-proses
demografi seperti fertilitas, mortalitas, dan migrasi (Utomo, 2022). Penduduk adalah sejumlah
manusia baik secara individu maupun kelompok yang menempati wilayah atau negara
tertentu minimal dalam jangka waktu satu tahun pada saat dilaksanakan pendataan atau
sensus penduduk.
METODOLOGI
Analisis deskriptif kuantitaf merupakan teknik yang digunakan pada riset ini, teknik
riset analitik yang mana menggunakan data dalam bentuk numerik dan terjemahan statistik,
dalam pengamatan ini bahan yang dipakai berupa data sekunder yang disediakan oleh
perantara atau tidak langsung. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik“(BPS) Yogyakarta
dan Badan Pusat Statistik Indonesia.“Teknik analisis data yang dipakai di riset ini“berupa
data panel dan diolah melewati pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dengan menggunakan
aplikasi Eviews 9. Data panel yang disertakan dari dua set data yaitu“time series dan“cross-
section, atau dalam arti lain,“data panel“adalah“data yang“menunjukkan bahwa ada unit-unit
cross-sectional yang hampir sama (misalnya survei bisnis atau survei rumah tangga) dan
dilakukan setiap kali (Gujarati, D.N. and Porter, 2009).
β0 = Konstanta,
β1, β2, β3, β4 = Koefesien”regresi,”
ε = error”term
it” = Kabupaten/kota”dan waktu (time).
Dalam pengamatan ini data yang dipakai berupa data sekunder, yaitu“data
yang“diperoleh dengan cara tidak langsung atau melalui penghubung. Sumber riset ini
berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta dan Badan Pusat Statistik Indonesia
tahun 2018-2021. Pada penelitian ini Tenaga Kerja selaku variabel dependen, sedangkan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum, PDRB dan Jumlah Penduduk
merupakan variabel independen. Riset yang diteliti oleh peneliti terdapat 4 variabel, yaitu 1
variabel dependen dan 3 variabel independen.Teknik Analisis dalam riset ini memakai regresi
data panel yang diolah melalui program Eviews 9. Data panel ialah“penggabungan data time
series dan“cross-section. Data cross-section diperuntukan melihat perbedaan antara
kabupaten/kota, sedangkan data time series untuk menerangkan perubahan pada rentang
waktu 4 tahun yakni 2018-2021.
Ruang lingkup pada observasi ini adalah untuk mengkaji dampak akibat Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum (UM), Produk Domestik Bruto (PDRB) dan
juga Jumlah Penduduk (JP) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Yogyakarta”dari
periode 2018 hingga 2021, tedapat 5 kabupaten/kota. Riset ini mengambil data yang didapat
dan dikaji Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia”dan Yogyakarta. Studi ini bersifat kuantitatif
dan memakai sistem regresi data panel.
Berdasar pada Tabel 1, olah data regresi berdasarkan pada variabel di riset ini
menunjukan bahwa R-squared bernilai 0.999745 atau 99%. Nilai pada hasil olah data regresi ini
dapat menunjukan bahwa variabel Jumlah Penduduk, IPM, Pengangguran dapat menafsirkan
penjelasan variabel Kemiskinan sebersar 99% dan sisanya 1% dapat dijelaskan melalui
variabel diluar model tersebut.
Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) terlihat bahwa probabilitas t-statistik untuk
IPM 0,0000 (≤ 0,05), (UM) 0,0379 (≤ 0,05), (PDRB) 0,0000 (≤ 0,05) dan (JP) 0,0000 (≤ 0,05)
sehingga H_0 ditolak atau IPM, (UMP), (PDRB) dan (JP) berpengaruh terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja (TK). Dengan demikian PDRB, (UM), (PDRB) dan (JP) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (TK).
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji koefisien regresi maka dapat disimpulkan bahwa Upah
Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Tenaga kerja di provinsi Yogyakarta. Sedangkan Indeks Pembangunan
Manusia dan Jumlah Penduduk memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa keterikatan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 99%
sedangkan 1% sisanya dijelaskan oleh variable lain. Selanjutnya pada uji t dengan tingkat
signifikan 5% dilakukakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable
terikatnya.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada tingkat signifikan sebesar 5% variabel produk domestic regional bruto (PDRB) dan
Jumlah Penduduik secara simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Tenaga Kerja di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Indeks Pembangunan
Manusia dan Jumlah Penduduk memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Penelitian ini
menjelaskan bahwa keterikatan variable independen dapat menjelaskan variable dependen
sebesar 99%.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penelitian ini dapat memiliki implikasi
bagi pemerintah diharapkan untuk mengambil kebijakan perluasan kesempatan kerja melalui
peningkatan PDRB, diharapkan berkoordinasi dengan industri dan serikat buruh mengenai
penetapan upah minimum, diharapkan memberikan pelatihan dan sertifikasi untuk
meningkatkan kompetensi dengan memaksimalkan balai latihan kerja. Untuk SDM
diharapkan mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dan beradaptasi dengan
kebutuhan sektor industri.
Ada beberapa keterbatasan yang dialami oleh penulis saat melakukan penelitian,
termasuk periode yang digunakan adalah hanya 4 tahun pengamatan, yaitu 2018 hingga 2021,
demikian memungkinkan hasil penelitian yang kurang representatif. Data digunakan adalah
data sekunder yang mungkin mengandung kesalahan dalam input data berupa angka.
Penelitian ini sudah termasuk unsur pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun 2020
Referensi :
Budi Utami, T. (2009). Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, PDRB, Angkatan Kerja dan
Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember. Jurnal Perencanaan Wilayah
Dan Pembangunan, 1(1).
Daud, N. (2017). The Effect of Sector Economic Growth on the Performance of Employment and
Welfare of People. 12(9), 194–203. https://doi.org/10.5539/ijbm.v12n9p194
Depnakertrans. (2004). Penanggulangan Pengangguran di Indonesia. Majalah Nakertrans
Edisi-03 TH. XXIV- Juni.
Elok, M., and Wardono. (2020). Analisis PDRB, IPM, Jumlah Penduduk , Pengangguran ,
Investasi PMA Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah. (3), 370–379.