Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKONOMI MAKRO

TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK


DI DKI JAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro

Disusun oleh:
Woro Wijayanti (F1117059)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia, sebagai ibukota Negara banyak orang yang
mencari peruntungan dengan mengadu nasib ke Jakarta. Banyaknya perpindahan penduduk
menyebabkan jumlah penduduk Jakarta setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, seperti
data yang telah disajikan oleh Badan Pusat Statistik berikut.

Tabel 1.1

1961-2010 Hasil Sensus Penduduk, 2016 Hasil Proyeksi

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk

Sumber: http://databoks.katadata.co.id

Kenaikan jumlah penduduk tersebut apabila tidak dikendalikan, maka akan menyebabkan
berbagai permasalahan. Permasalahan yang sampai saat ini masih menjadi tugas penting bagi
pemerintah DKI Jakarta adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk DKI Jakarta
terjadi akibat banyaknya perpindahan penduduk ke Jakarta setiap tahunnya. Apabila
kepadatan penduduk ini tidak diimbangi dengan tersedianya lahan dan lapangan pekerjaan
yang mencukupi maka akan muncul masalah seperti masalah kesehatan, kemiskinan,
pengangguran, kriminalitas, dan rusaknya lingkungan hidup.

B. Rumusan Masalah
Tingginya tren perpindahan penduduk ke ibukota Jakarta yang tidak diimbangi dengan
tersedianya lahan dan lapangan pekerjaan serta fasilitas umum yang memadai dapat
menimbulkan berbagai permasalahan. Oleh karena itu, dalam pembahasan materi mengenai
“Tingkat Kepadatan Penduduk di DKI Jakarta”, penulis membuat rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana dampak dari kepadatan penduduk di DKI Jakarta?


2. Bagaimana solusi untuk mengatasi dampak dari kepadatan penduduk di DKI Jakarta?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepadatan Penduduk di DKI Jakarta

Jakarta sebagai ibukota Negara selalu menjadi sasaran bagi para urban untuk mencari
peruntungan dalam mengais rejeki. Setiap tahunnya jumlah penduduk Jakarta selalu
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah ini
menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk dihitung berdasarkan
jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah dibagi dengan luas wilayahnya. Di Jakarta,
kepadatan penduduk merupakan suatu permasalahan yang belum terselesaikan.

Tabel 2.1
Kepadatan Penduduk DKI Jakarta 2004-2014

Sumber: http://databoks.katadata.co.id

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di Jakarta telah mengalami
peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2014. Kepadatan penduduk ini apabila terus
terjadi dan tidak diimbangi dengan tersedianya lahan, lapangan pekerjaan dan sarana
prasarana yang memadai maka akan menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari
masalah yang kecil hingga masalah yang serius.
B. Dampak Kepadatan Penduduk di DKI Jakarta

Adapun masalah yang dapat ditimbulkan dari kepadatan penduduk di DKI Jakarta antara lain:

1. Masalah sosial dan ekonomi


2. Masalah lingkungan
3. Masalah kesehatan
4. Masalah pendidikan

Seperti yang kita semua ketahui, Jakarta merupakan ibukota Negara, sebagai ibukota Negara
Jakarta tidak hanya menjadi pusat pemerintahan tetapi juga menjadi pusat perekonomian dan
hiburan. Jakarta sebagai sentra semua aktivitas ini membuat Jakarta menjadi tempat yang
dituju banyak orang. Namun perpindahan penduduk yang terlalu tinggi apabila tidak
dikendalikan maka akan menyebabkan terjadinya kepadatan peduduk, yang dapat berdampak
pada munculnya berbagai permasalahan, terutama masalah sosial dan ekonomi. Masalah-
masalah tersebut antara lain.

a. Pengangguran
Tingginya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan
pekerjaan yang memadai akan menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat.
Setiap orang akan bersaing untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan bagi
yang tidak mampu untuk bersaing maka akan tersingkir dan menganggur.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik ( BPS), jumlah pengangguran di DKI Jakarta
pada Februari 2016 sebanyak 5,77 persen. Angka ini melebihi angka pengangguran
nasional yang berjumlah 5,50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran
di Jakarta sangat tinggi dan masih menjadi permasalahan yang penting.

b. Kriminalitas
Keadaan yang tidak mendukung untuk melangsungkan hidup akan mendorong manusia
melakukan kejahatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai faktor seperti
kemiskinan, kesempatan kerja, lingkungan dan minimnya pendidikan membuat
seseorang melakukan tindak kejahatan seperti perampokan, penjambretan, maupun
pencopetan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah kejahatan di DKI Jakarta pada tahun
2013 sebanyak 32.032 kasus kejahatan, naik sebesar 112,6% dari sebelumnya yang
berjumlah 15.066 kasus pada tahun 2012.
Gambar 2.1
Contoh Kriminalitas di DKI Jakarta

Sumber : internet
c. Kemiskinan
Tingginya pengangguran menyebabkan angka kemiskinan meningkat. Banyak warga
miskin yang tinggal di Jakarta dengan kondisi yang sangat buruk seperti di kolong
jembatan dan pinggiran kali, dikarenakan tidak mampu untuk membeli hunian yang
lebih layak yang pastinya lebih mahal. Banyak warga yang memilih tempat tidak layak,
tempat yang tidak bersertifikat untuk dihuni. Kemiskinan juga dapat berdampak pada
masalah kesehatan, dimana warga yang tinggal di tempat kumuh dan sempit, dan
ketidakmampuan mempenuhi kebutuhan makanan yang sehat akan lebih mudah
terserang penyakit, dan penyakit akan lebih mudah menular karena tempat tinggal yang
saling berdekatan. Contoh kasus akibat kemiskinan yang banyak terjadi di kota besar
busung lapar dan banyaknya gelandangan.

Di Jakarta banyak sekali ditemukan warga dengan kondisi tempat tinggal yang tidak
layak. Begitu banyak warga yang tinggal di tempat-tempat umum seperti pinggiran rel
kereta api, dan makan dengan mengais makanan sisa di tempat sampah. Hal ini
menunjukkan bahwa angka kemiskinan di DKI Jakarta masih sangat tinggi.
Tabel 2.2
Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk Miskin
Di DKI Jakarta Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
BULAN JUMLAH PENDUDUK PERSENTASE
MISKIN (ribuan) PENDUDUK MISKIN (%)
Maret 2016 384,30 3,75
September 2016 385,84 3,75
Maret 2017 389,69 3,77

Sumber : Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017

Badan pusat statistik (BPS) DKI Jakarta menyatakan jumlah penduduk miskin di Jakarta
mengalami kenaikan 0,02%. Pada bulan September 2016 jumlah penduduk miskin
mencapai 385.840 orang atau 3,75 persen dari total jumlah penduduk di DKI Jakarta,
dan meningkat menjadi 389.690 orang atau 3.77 persen pada bulan Maret 2017.

Selain berdampak pada masalah sosial dan ekonomi, kepadatan penduduk juga
berdampak pada masalah lainnya seperti lingkungan, kesehatan, dan pendidikan.

Jumlah populasi penduduk kian bertambah, di sisi lain luas lahan atau luas tanah tidak
bertambah, hal ini menyebabkan tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi. Dengan
adanya kepadatan penduduk yang tidak diimbangi ketersediaan lahan, akan
menyebabkan banyaknya permukiman liar. Permukiman liar ini biasanya dibangun di
bawang kolong jembatan atau di pinggiran sungai, yang dapat mengganggu ekosistem
lingkungan. Banyaknya permukiman yang dibangun di pinggiran sungai menyebabkan
tercemarnya air sungai sehingga ketersediaan air bersih menjadi berkurang. Hal ini
dikarenakan banyak warga yang membuang limbah ke sungai.

Krisis air bersih yang banyak terjadi dikarenakan padatnya penduduk di perkotaan
khususnya ibukota Jakarta akan mempengaruhi pada kondisi kesehatan manusia. Selain
itu dengan padatnya penduduk di suatu wilayah akan menjadikan wilayah tersebut
menjadi kumuh karena kurangnya ketersediaan lahan. Krisis air bersih dan lingkungan
yang kumuh menyebabkan berbagai macam sumber penyakit. Kepadatan penduduk juga
menyebabkan mudahnya penularan penyakit dikarenakan tempat tinggal yang saling
berdekatan.

Kepadatan penduduk juga memiliki pengaruh besar terhadap tingkat pendidikan


manusia. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kepadatan penduduk sangat
berpengaruh terhadap perekonomian suatu daerah, dalam hal ini yaitu ibukota Jakarta.
Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi, dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan
yang memadai maka akan menyebabkan terjadinya kemiskinan, yaitu ketidakmampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dikarenakan tidak memiliki
pekerjaan. Salah satu kebutuhan pokok selain pangan, sandang dan papan adalah
pendidikan. Karenanya, di perkotaan besar khususnya ibukota Jakarta banyak sekali
ditemui anak kecil yang berprofesi sebagai pengamen dan peminta-minta. Hal ini
harusnya menjadi tugas penting bagi pemerintah agar semua warganya dapat
mengenyam pendidikan.
BAB III
PENUTUP

SOLUSI

Dari berbagai permasalahan yang muncul akibat kepadatan penduduk, ada beberapa solusi
yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk di
DKI Jakarta. Adapun solusi yang dapat dilakukan adalah:

1. Menggalakan Program Keluarga Berencana (KB)


Program yang sudah digalakkan pemerintah ini bertujuan untuk membatasi jumlah anak
setiap keluarga. Jadi setiap keluarga hanya diperbolehkan mempunyai dua anak agar
dapat menekan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu, pemerintah juga memberikan
larangan untuk menikah di usia dini, dan harus memenuhi batasan usia yang telah
ditetapkan untuk menikah.
2. Melakukan pembangunan yang merata
Seperti yang kita ketahui, pembangunan di Indonesia masih berpusat di pulau Jawa.
sehingga banyak orang yang berbondong-bondong pindah ke pulau Jawa karena adanya
sarana dan prasarana yang lengkap bila dibandingkan dengan daerah lain seperti Papua,
Kalimantan, dan Sulawesi. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknnya dapat melakukan
pemerataan pembangunan sampai ke desa-desa, untuk mengurangi arus perpindahan dari
desa ke kota. Pemerataan pembangunan ini dilakukan dengan cara pembangunan
industri, penciptaan lowongan pekerjaan, pembangunan sarana dan prasarana di
pedesaan serta pemberdayaan ekonomi pedesaan.
3. Transmigrasi
Transmigrasi adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi kepadatan penduduk
di perkotaan dengan jalan memindahkan warganya dari suatu daerah padat penduduk ke
daerah yang penduduknya lebih sedikit, seperti ke Sumatra, Kalimantan, dan papua.
4. Pemindahan pusat perekonomian
Selama ini Jakarta adalah pusat pemerintahan dan juga menjadi pusat perekonomian
Negara. Segala sesuatu berpusat di Jakarta. Dengan dipindahkannya pusat perekonomian
diharapkan dapat mengurangi laju kepadatan penduduk di Jakarta yang semakin tinggi.
Sumber:
http://bps.go.id
http://jakarta.bps.go.id/
http://databoks.katadata.co.id

Anda mungkin juga menyukai