Perekonomian Indonesia
Oleh :
MAHIRUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MENGANALISIS
DAN MENGURANGI GAMBARAN MAKRO PEREKONOMIAN INDONESIA ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu
SYAMSURYATI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang PEREKONOMIAN INDONESIA bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada IBU yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Majene, 2021
Mahiruddin
BPS catat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 0,74% pada kuartal I-2021
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas
dasar harga berlaku (ADHB) tercatat Rp 3.969,1 triliun. Kemudian, bila dilihat atas
dasar harga konstan (ADHK) tercatat Rp 2.683,1 triliun.
"Dengan begitu, maka ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih mengalami
kontraksi 0,74% yoy, dan secara kuartalan turun 0,96% qtq," ujar SUhariyanto, Rabu
(5/5) via video conference.
Meski begitu, Suhariyanto melihat adanya tanda pemulihan yang semakin nyata.
Pasalnya, bila dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi konsisten
mengalami perbaikan.
Dimulai dari kuartal II-2020 yang pada waktu itu ekonomi tertekan hingga minus 5,32%
yoy, mulai membaik pada kuartal III-2020 yang minus 3,49% yoy, dan kuartal IV-2020
kontraksi kembali mengecil menjadi minus 2,19% yoy.
"Ini menunjukkan tanda pemulihan ekonomi akan semakin nyata, dan berharap ke
depan pemulihan ekonomi terjadi di 2021 betu-betul bisa terwujud," tandasnya.
2. Pengangguran di Indonesia
Pengertian dan Penyebab Pengangguran
Pengangguran (tunakarya) ialah istilah yang diberikan untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali atau orang yang sedang mencari pekerjaan. Umumnya,
pengangguran disebabkan karena jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang ada.
Sejak lama, pengangguran sudah menjadi masalah bagi perekonomian negara. Sebab,
karena adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat berkurang.
Akibatnya, timbullah kemiskinan dan masalah sosial lainnya.
Nah, Quipperian, tentunya pengangguran tidak hanya berdampak negatif bagi orang
yang bersangkutan, tetapi juga bagi masyarakat sekitarnya.
Jenis-jenis Pengangguran
Setengah menganggur ialah situasi di mana orang bekerja tetapi tenaganya kurang
termanfaatkan diukur dari curahan jam kerja, produktivitas kerja, dan penghasilan yang
diperoleh. Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai tenaga kerja lepas (freelance)
dimana tidak ada kepastian mengerjakan pada waktu tertentu.
Untuk menghitung besar tingkat setengah menganggur dapat dilakukan dengan rumus:
Pengangguran terselubung terjadi karena tenaga kerja tidak bekerja secara optimal.
Kondisi ini disebabkan adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat dan
kemampuan dari tenaga kerja. Dampak ketidakcocokan ini tentu akan berpengaruh
pada produktivitas kerja dan penghasilan yang rendah.
Sebagai contoh seorang lulusan D-3 keperawatan bekerja sebagai sekretaris pada
suatu perusahaan. Dia tidak bisa menjalankan fungsi kesekretariatan dengan baik
sehingga menghambat proses kerja yang ada.
Tingkat Pengangguran
Apabila peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan
peningkatan daya serap lapangan kerja, tingkat pengangguran di negara tersebut
tergolong tinggi.
Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah angkatan kerja diimbangi dengan peningkatan
daya serap lapangan kerja, tingkat pengangguran di negara tersebut tergolong rendah.
Pengangguran tidak hanya jadi masalah bagi orang yang bersangkutan, tapi juga bagi
negara dan pemerintah. Untuk itu, penting bagi pemerintah agar membuat kebijakan
yang bisa mengurangi angka pengangguran. Misalnya saja kebijakan seperti:
3. Kemiskinan di Indonesia
Dilihat dari aspek politik ini pula ada kaitannya dengan kecilnya akses terhadap
berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif posisi lemah dalam proses
pengambilan keputusan, serta lemahnya posisi untuk menuntut hak. Oleh karena itu
pemberantasan kemiskinan yang paling bepengaruh merupakan pemberantasan yang
dimulai oleh para pemerintah dalam membuat kebijakan atau program Beberapa
program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain
dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan
kemiskinan.
Dari lima fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang
ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang dilakukan
pemerintah terkait lima program tersebut antara lain:
Pemerataan pendapatan ini bisa dilakukan dengan cara meratakan gaji UMR di setiap
kota. Kebanyakan masyarakat sudah bekerja dengan keras hingga larut malam tetapi
tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan kerja kerasnya. Itu yang membuat
masyarakat memilih untuk tidak bekerja atau bekerja tetapi dengan niat yang malas-
malasan dan membuat semakin banyaknya jumlah pengangguran.
Apabila hal ini diterapkan atau di jalankan oleh pemeritah dan masyarakat maka
kemungkinan besar permasalahan kemiskinan di indonesia akan berkurang setiap
tahunnya dan kesejahtraan masyarakat akan tercipta dengan seiring berjalannya waktu.
Kehidupan di desa-desa juga pasti akan lebih maju dan lebih baik. Semakin baik dan
mau kehidupan di desa juga akan membawa pengaruh baik untuk Indonesia
kedepannya. Jika kemiskinan di Indonesia bisa menurun setiap tahunnya Indonesia
bisa saja menjadi negara maju.
Dengan ini, pemerintah bisa bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk
membangun puskesmas atau rumah sakit untuk bisa dipakai oleh masyarakat
setempat. Tetapi, disisi lain masyarakat masih banyak yang belum percaya terhadap
rumah sakit atau puskesmas. Mereka lebih percaya terhadap mantri dan dukun.
Pemikiran masyarakat di pedesaan atau desa terpencil kalau berobat dirumah sakit
pasti membutuhkan biaya yang sangat mahal maka dari itu mereka tidak mau untuk
berobat dirumah sakit.
Pendapatan masyarakat yang tidak seberapa hanya pas untuk makan sehari-hari saja.
Untuk biaya pendidikan saja kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk
membayarnya. Hal ini yang membuat warga desa kurang maju dan terbelakang.
Pemerintah seharusnya membangun infrastruktur yang memadai untuk bisa digunakan
oleh masyarakat. Pemerintah seharusnya lebih bisa meratakan jaminan kesehatan
untuk masyarakat yang kurang mampu. Seperti, memberi asuransi yang ringan dan
mudah dibayar oleh masyarakat.
Selain pendidikan dan kesehatan, teknologi juga sangat penting masuk di dalam
tengah-tengah masyarakat pedesaan. Teknologi yang masuk ke dalam pedesaan itu
untuk menunjang kemajuan didesa-desa. Alat komunikasi elektronik juga seharusnya
sudah bisa masuk kedalam pedesaan, karena agar mudah untuk menghubungi
saudara-saudara atau anaknya yang sedang merantau. Pemerintah desa setempat
harus bisa memberi penjelasan tentang penggunannya. Pemerintah juga harus tetap
mengawasi bagaimana berjalannya teknologi yang masuk kedalam pedesaan.
Pengawasan itu sangat penting agar tidak disalah gunakan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab.
Selain masalah kemiskinan di desa terpencil, tidak menutup kemungkinan hal ini
juga bisa terjadi di ibukota. Jakarta adalah tujuan utama masyarakat pedesaan untuk
merantau. Mereka datang ke Jakarta dengan harapan agar kehidupan mereka jauh
lebih baik lagi. Tetapi, mereka tidak memperhatikan keahlian dan bakat yang mereka
punya. Pikiran mereka hidup di ibukota itu bisa mengubah segalanya dengan cepat.
Pada akhirnya mereka tidak dapat mengikuti persaingan yang ketat dan membuat
mereka frustasi dan putus asa. Pilihan terakhir mereka adalah menjadi pengemis,
pengamen yang tinggal dikolong jembatan. Itu sangat mengganggu pemandangan,
apalagi itu terjadi di ibukota Indonesia.
Pemerintah Dki Jakarta seharusnya lebih bisa membuat kebijakan dan peraturan
supaya masyarakat yang ingin merantau ke Jakarta memikirkan lebih matang lagi apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang mereka harus kerjakan di Jakarta.
Saran saya, pemerintah harus lebih bisa memperhatikan kota-kota mana saja
yang jumlah kemiskinan nya tinggi dan bisa memperbaiki itu semua untuk bisa
memajukan kota tersebut. Pemerintah juga bisa memberikan tunjangan-tunjangan,
seperti di Jakarta sudah ada tunjangan yaitu Kartu Jakarta Pintar.