Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEMISKINAN DI INDONESIA

KELOMPOK 5
TT- 2A

NAMA NIM

AMALIA DAMAYANTI 1731130099

BEGUM NABIILA 1731130012

NURKHOLIS MAJID 1731130021

PUTRA TRI KURNIAWAN 1731130051

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan karunia-Nya makalah


Kemiskinan di Indonesia ini dapat diselesaikan.

Atas nama Politeknik Negeri Malang, kami sangat menghargai dan ingin
menyampaikan terima kasih kepada penyusun yang telah memberikan tenaga,
pikiran, dan waktu sehingga makalah ini dapat tersusun.

Tak ada gading yang tak retak, di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh
karena itu kami harapkan para pembaca atau pun pengguna makalah ini dapat
memberikan masukan perbaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan, manfaat, dan


membantu dalam memahami materi Kemiskinan di indonesia

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 14 Mei 2019

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................7

2.1 Pengertian Kemiskinan ..................................................................................7

2.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan ..........................................................9

2.3 Indikator Kemiskinan ................................................................................11

2.4 Persentase Kemiskinan ................................................................................12

2.5 Cara Penanggulangan Kemiskinan ........................................................13

2.6 Dampak Kemiskinan ................................................................................17

BAB III PENUTUP ............................................................................................20

3.1 Kesimpulan ............................................................................................20

3.2 Saran ........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................21

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kemiskinan termasuk salah satu persoalan yang tidak dapat di hindari
oleh pemerintahan di Negara manapun. Kemiskinan adalah suatu gambaran
kehidupan yang banyak terjadi khususnya di Negara berkembang. Secara
kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana taraf hidup manusia
serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda. Sedangkan secara
kualitatif, pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup manusia yang tidak
layak.
Menurut Suparlan arti kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang
rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila
dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat
sekitarnya.
Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar
kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa upaya
menurunkan tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya
melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes).
Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-
an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak
maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik.
Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan melebar yang
mencakup antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi pada
tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun
akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit
untuk ditanggulangi. Pada tahun 1999,  27% dari total penduduk Indonesia

Page | 4
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin.
Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan
cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat.
Program penuntasan kemiskinan di Indonesia seperti BLT (Bantuan Langsung
Tunai), KUR (Kredit Usaha Rakyat), pengembangan UMKM, PNPM Mandiri,
dan masih banyak program-program lainnya, akan tetapi belum mampu
mementaskan masyarakat indonesia dari jurang kemiskinan. Keadaan ini
sudah seharusnya menjadi sebuah evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat
terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan yang dapat membawa
indonesia keluar dari jurang kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan
bersifat multidimensional, Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan
harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk, dalam Adit
Agus Prastyo, 2010:18).
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang
harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok
masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua,
memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha
dan mencegah terjadinya kemiskinan yang baru.
Faktor mendasar yang menyebabkan kemiskinan diantaranya: SDM,
SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin, sehingga dimensi
tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak
sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses
pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan. Soegijoko,
(1997:137). Dengan kata lain yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin menderita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Indikator penyebab kemiskinan di Indonesia?

Page | 5
2. Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia ?
3. Bagaimana kebijakan penuntasan kemiskinan di Indonesia?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui indikator penyebab dan problematika kemiskinan di
Indonesia.
2. Mengetahui tingkat persentase kemiskinan yang terjadi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui sajauh mana upaya pemerintah dalam penanganan dan
penyelesaian menghadapi kemiskinan di Indonesia.

Page | 6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemiskinan


Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun
papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti
standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan
kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup. Pada prinsipnya,
standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan
pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun
pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah
satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki
pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak
memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya.
Pengertian Kemiskinan Secara Umum

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah


kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak
terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang
atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian
Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi

Page | 7
yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi
pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Definisi kemiskinan kemudian dikaji kembali dan diperluas berdasarkan


permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang selanjutnya
menyebabkan menjadi miskin. Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh
Chambers adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap
program pengentasan kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan
dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari
Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep
(integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) Kemiskinan (Proper)
Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak
memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang
telah memiliki pendapatan.
2) Ketidakberdayaan (Powerless)
Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada
kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang
terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)
Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau
kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi
ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya,
situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan
biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya
yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya.
4) Ketergantungan (dependency)
Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari
seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan
tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka
tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau

Page | 8
penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan
pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi
persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan
sumber pendapatan.
5) Keterasingan (Isolation)
Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah
faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini
berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal
ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak
terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan
atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit
dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup
yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.

2.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan


Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada
masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang
tersedia pada jaman modern. Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai


akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga.
3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar.
4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.

Page | 9
5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur social
Di sisi lain ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi,
yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi
antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi
yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena
lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota
masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Apalagi Indonesia tidak
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menjalankan
roda pembangunan dengan baik. Sementara itu, hasil-hasil pembangunan di
Indonesia juga tidak sampai pada penduduk yang tinggal di daerah pedesaan.
Pada akhirnya para penduduk desa banyak yang tergiur dengan kehidupan di
daerah perkotaan. Padahal pekerjaan di perkotaan menuntut para pekerja yang
terampil.
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk
disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek
sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi.
Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah
kecil, daya tawar rendah, tabungankecil, lemah mengantisipasi peluang. Dari
aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, malas, dan rasa terisolir.
Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap
berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses
pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:
1. Kemiskinan absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan.
2. Kemiskinan relatif

Page | 10
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan kultural.
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang
atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang
membantunya.

2.3 Indikator Kemiskinan


Berikut adalah indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip
dari Badan Pusat Statistika, antara lain:

a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,


pangan dan papan).
b) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
c) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi
untuk pendidikan dan keluarga).
d) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
e) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
f) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
g) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
h) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Diihat dari jumlahnya penduduk miskin merupakan jumlah yang tidak
sedikit. Untuk mengurangi angka kemiskinan ini pemerintah harus
mengambil langkah yang tepat dalam mengambil kebijakan. Tetapi dalam
kenyataannya Kebijakan Pemerintah yang ingin menuntaskan kemiskinan
seringkali tidak sesuai dengan implementasi dalam masyarakat.

Page | 11
2.4 Persentase Kemiskinan
Beberapa tahun ke belakang, kemiskinan di Indonesia dan
penanggulangannya telah menjadi prioritas pembangunan dan menjadi
agenda pokok yang mengerahkan berbagai sumber daya pembangunan.
Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di Indonesia
juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan
telah turun menjadi 11.96% (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan
Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49% dari
13,33% pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011,
tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36%.

Penduduk miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Jumlah terbesar


dari penduduk miskin sebesar 57,8 % berada di pulau Jawa. Lalu sebanyak
21% di Sumatera, 7,5% di Sulawesi, 6,2% di Nusa Tenggara, 4,2% di
Maluku dan Papua dan angka terkecil sebesar 3,4%tersebar di
Kalimantan. Angka kemiskinan tidak dapat turun dengan signifikan
karena inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin juga tinggi. Kondisi
global yang berimbas pada situasi nasional, mendorong kenaikan
harga- harga, kenaikan bahan-bahan pokok yang tertinggi di antara
kelompok pengeluaran untuk bahan-bahan lainnya. Pengeluaran rumah
tangga miskin untuk bahan pokok ini rentan terhadap kenaikan harga
pangan. Bahkan pada tahun 2005, meski terjadi pertumbuhan, tetapi dengan
poverty basket inflation tercatat sampai dengan 12,78 persen karena
adanya kenaikan harga BBM, yang memicu kenaikan harga bahan
pokok sehingga berdampak pada kenaikan angka kemiskian. Oleh
karenanya, stabilitas harga pangan harus dijaga.Tercatat pada tahun 2006,
angka kemiskinan naik dari 15,97 persen menjadi 17,75 persen.

Selanjutnya, berdasarkan series status kemiskinan selama 4 tahun,


terlihat bahwa jumlah penduduk sangat miskin semakin berkurang setiap
tahunnya. Hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk sangat miskin
sebesar 4,56 persen turun menjadi 4,37 persen pada tahun 2011.

Page | 12
Sebaliknya, penduduk hampir miskin bertambah sebagai akibat adanya
penduduk miskin yang keluar dari garis kemiskinan, tetapi masih rentan
untuk jatuh lagi ke dalam garis kemiskinan. Tercatat pada tahun 2011,
jumlah penduduk hampir miskin sebesar 11,28 persen dari jumlah 9,88
persen pada tahun 2010.

Pada setiap negara tentu saja memiliki standar kemiskinan yang


berbeda-beda. Hal ini juga menyebabkan tingkat kemiskinan berbeda di
setiap negara. Negara maju tentu memiliki standar hidup yang lebih baik
daripada negara berkembang, sehingga standar kemiskinannya pun berbeda.
Negara dikatakan sebagai berkembang jika memiliki angka kemiskinan
yang cukup tinggi sesuai standar yang ditetapkan secara internasional.
Masyarakat miskin terjadi karena banyak faktor seperti populasi yang
terlalu padat, kekeringan bahkan peperangan. Pada dasarnya kemiskinan itu
dibagi menjadi tiga kelompok, yakni:

Tiga Kelompok Kemiskinan:


a) Kemiskinan karena kurangnya pemenuhan materi kebutuhan dasar
seperti bahan makanan, pakaian dan tempat tinggal, ada juga yang
menyatakan termasuk fasilitas kesehatan.
b) Kemiskinan karena ketidakmampuan dalam berpartisipasi pada kegiatan
masyarakat termasuk ketidakmampuan mendapatkan pendidikan dan
informasi.
c) Kemiskinan yang meliputi pendapatan yang tidak layak dan memadai.

2.5 Cara Penanggulangan Kemiskinan


Kemiskinan dapat ditanggulangi dengan berbagai cara mulai dari
pembagian bantuan secara langsung atau penyediaan lapangan pekerjaan
yang padat karya. Bantuan langsung haruslah bersifat sementara karena tidak
akan mendidik masyarakat dan membuat mereka menjadi malas. Penyediaan
lapangan pekerjaan yang cocok bagi mereka serta bantuan untuk relokasi
supaya mendapatkan fasilitas yang lebih baik tentu saja lebih cocok untuk
solusi jangka panjang. Solusi yang lain adalah transmigrasi, yakni merelokasi

Page | 13
ke pulau lain dan memberikan sebidang tanah untuk digarap. Dengan begitu
diharapkan mereka bisa mengubah nasib. Sudah banyak cerita tentang orang
yang tadinya gelandangan sekarang menjadi kaya raya karena hidup di
daerah transmigrasi. Namun tak sedikit pula yang kembali ke daerah asal dan
kembali menjadi gelandangan.
Saat ini Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar
dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit
kemiskinan yaitu:

a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi.


Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang
miskin. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi,
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi merupakan suatu keharusan.

b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin.


Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan
sosial agar manfaat dari pembangunan lebih dirasakan.Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan
mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka
hukum, termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan
desentralisasi. Hal ini akan membuat penyedia jasa mengenali
tanggungjawab mereka dalam menjaga kualitas pelayanan yang
diberikan, disamping memberikan kesempatan bagi pemerintah dan
masyarakat untuk mengawasi aktifitas tersebut.
c) Perlidungan bagi si miskin.
Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Perubahan
sedikit saja dalam tingkat harga, pendapatan dan kondisi kesehatan,
dapat menyebabkan mereka berada dalam kemiskinan, setidaknya untuk
sementara waktu. Program perlidungan sosial yang ada tidaklah
mencukupi dalam menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin,
walaupun memberikan manfaatpada keluarga yang lebih berada.
Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menyediakan program perlindungan

Page | 14
sosial yang lebih bermanfaat bagi penduduk miskin serta masyarakat
yang rentan terhadap kemiskinan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan
pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat
miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan
untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak,
program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya.
Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk
program- program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro
hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional oleh BPS dan data mikro hasil
pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera oleh BKKBN. Kedua data ini
pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang
sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus
pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini
tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang
ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang
sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya,
maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa
angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis.
Dalam kondisi ideal, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.
Namun keadaan riil tidak selalu seperti yang diharapkan. Adapun hal-hal
yang mungkin terjadi adalah :
a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan pengurangan
kemiskinan.
b. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak lantas memperluas
lapangan kerja.
c. Lapangan kerja yang luas akan tetapi pertumbuhan ekonomi tetap rendah.

Dalam mengatasi masalah kemiskinan harus bertumpu pada peningkatan


pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang

Page | 15
memadai maka lapangan kerja yang tersedia tidak akan cukup atau bisa jadi
tersedia lapangan kerja yang luas namun tidak sanggup untuk
menyediakan tatanan upah yang memadai sehingga tetap tidak sanggup
mengatasi masalah kemiskinan. Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi juga tidak dengan sendirinya akan menyediakan lapangan kerja
yang berkualitas dan langsung menyelesaikan masalah kemiskinan. Secara
umum, kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia umumnya akan selalu berhadapan dengan tiga tantangan penting
yaitu:
a) Tantangan untuk menyediakan lapangan kerja yang cukup.
b) Tantangan untuk memberdayakan masyarakat.
c) Tantangan untuk membangun sebuah kelembagaan jaminan sosial yang
akan menjamin masyarakat ketika terjadi ketegangan ekonomi.
Rekomendasi pertama kebijakan penguatan sistem pendidikan nasional
yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Kebijakan pendidikan
harus diintegrasikan dengan kebijakan yang mengatur industri,
ketenagakerjaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk program kerja
yang dapat dilakukan antara lain: keberadaan kredit mikro bagi para
individu miskin yang dirancang dengan skema yang sedemikian sehingga
memacu produktifitas dan daya saing dari individu miskin tersebut. Program
ini dilakukan dengan koordinasi Bank Indonesia melalui berbagai program
keuangan mikro bersama bank-bank pembangunan daerah (BPD) dan bank-
bank perkreditan rakyat (BPR) bekerja-sama dengan lembaga-lembaga
keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan Kredit Perdesaan
(LDKP) danmKelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program kerja
lainnya adalah membuka akses tanah olahan bagi para individu miskin.
Untuk keberhasilan program kerja ini, diperlukan suatu kebijakan land reform
yang kondusif.
Rekomendasi kedua adalah kebijakan yang mengatur pembangunan
suatu kelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara. Bentuk program
kerjanya antara lain adalah jaminan asuransi, jaminan penanganan khusus
untuk pemberikan kredit bagi para cacat untuk wira usaha dan regulasi

Page | 16
lainnya terkait dengan upah minimum dan fasilitas minimum bagi para
pekerja.
Rekomendasi ketiga adalah kebijakan yang memungkinkan adanya akses
untuk menyuarakan aspirasi dan pendapat dari kalangan miskin. Bentuk
program kerjany yaitu pada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin
yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat atau
memberdayakan forum- forum sejenis yang telah terbentuk.

2.6 Dampak Kemiskinan


Berikut merupakan beberapa dampat kemiskinan yang ada, antara lain:
1. Pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007
saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat
krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki
penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki
penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya.
Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli
masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung
terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan
kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau
pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia
tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan
perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji
karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang
terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka terpaksa di-PHK
[Putus Hubungan Kerja].
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini
merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi

Page | 17
mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan
hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok,
menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain]
di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya
ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan
mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi
dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak
dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak
dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka
begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak
cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk
sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang
yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng
dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah
melakukan “pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat
pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan
seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan
menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing
di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir
setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya
tak terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik Sosial Bernuansa SARA.

Page | 18
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan
dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain
dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari
negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam
bentrokan identitas yang subjektif. Terlebih lagi fenomena bencana alam
yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap
meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret
panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap
daerah.

Page | 19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sampai saat ini kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah
di Indonesia. Penanggulangan kemiskinan yang diadakan pemerintah
diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan yang ada. Berdasarkan
uraian di atas, didapati bahwa menanggulangi kemiskinan diperlukan kajian
yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program
pembangunan ekonomi yang lebih menekankan konsep pemberdayaan dan
pengentasan, bukan pertolongan.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk menggerakan
masyarakat agar tidak tergantung pada pemerintah, namun diusahakan untuk
mampu mencapai kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam hal ini, masyarakat
merupakan peran penting untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.

3.2 Saran
Pemerintah hendaknya mengarahkan konsep penanggulangan
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat berupa pemerataan,
penguatan sistem pendidikan yang mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri. Selain itu, mengatur pembangunan kelembagaan perlindungan sosial
bagi warga negara, dan kebijakan adanya akses yang lebih untuk memenuhi
hak berpendapat.

Page | 20
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/ (diakses
pada tanggal 24 Mei 2019)
2. http://kuliah-oti.blogspot.com/2015/11/makalah-kemiskinan-di-
indonesia.html (diakses pada tanggal 24 Mei 2019)
3. https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-kemiskinan.html (diakses
pada tanggal 24 Mei 2019)
4. http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf (diakses pada tanggal 26
Mei 2019)

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai