PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KEMISKINAN DI INDONESIA
KELOMPOK 5
TT- 2A
NAMA NIM
Atas nama Politeknik Negeri Malang, kami sangat menghargai dan ingin
menyampaikan terima kasih kepada penyusun yang telah memberikan tenaga,
pikiran, dan waktu sehingga makalah ini dapat tersusun.
Tak ada gading yang tak retak, di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh
karena itu kami harapkan para pembaca atau pun pengguna makalah ini dapat
memberikan masukan perbaikan.
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 4
berada dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4%
penduduk kota adalah orang miskin.
Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan
cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat.
Program penuntasan kemiskinan di Indonesia seperti BLT (Bantuan Langsung
Tunai), KUR (Kredit Usaha Rakyat), pengembangan UMKM, PNPM Mandiri,
dan masih banyak program-program lainnya, akan tetapi belum mampu
mementaskan masyarakat indonesia dari jurang kemiskinan. Keadaan ini
sudah seharusnya menjadi sebuah evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat
terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan yang dapat membawa
indonesia keluar dari jurang kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan
bersifat multidimensional, Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan
harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk, dalam Adit
Agus Prastyo, 2010:18).
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang
harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok
masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua,
memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha
dan mencegah terjadinya kemiskinan yang baru.
Faktor mendasar yang menyebabkan kemiskinan diantaranya: SDM,
SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin, sehingga dimensi
tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak
sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses
pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan. Soegijoko,
(1997:137). Dengan kata lain yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin menderita.
Page | 5
2. Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia ?
3. Bagaimana kebijakan penuntasan kemiskinan di Indonesia?
Page | 6
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 7
yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi
pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.
1) Kemiskinan (Proper)
Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak
memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang
telah memiliki pendapatan.
2) Ketidakberdayaan (Powerless)
Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada
kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang
terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)
Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau
kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi
ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya,
situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan
biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya
yang membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya.
4) Ketergantungan (dependency)
Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari
seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tadi menyebabkan
tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka
tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau
Page | 8
penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaan
pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan untuk mengatasi
persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan
sumber pendapatan.
5) Keterasingan (Isolation)
Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh Chambers adalah
faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
menjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini
berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Hal
ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak
terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan
atau kota-kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit
dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan relatif memiliki taraf hidup
yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.
Page | 9
5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur social
Di sisi lain ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi,
yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi
antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi
yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena
lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota
masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Apalagi Indonesia tidak
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menjalankan
roda pembangunan dengan baik. Sementara itu, hasil-hasil pembangunan di
Indonesia juga tidak sampai pada penduduk yang tinggal di daerah pedesaan.
Pada akhirnya para penduduk desa banyak yang tergiur dengan kehidupan di
daerah perkotaan. Padahal pekerjaan di perkotaan menuntut para pekerja yang
terampil.
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk
disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek
sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi.
Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah
kecil, daya tawar rendah, tabungankecil, lemah mengantisipasi peluang. Dari
aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, malas, dan rasa terisolir.
Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap
berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses
pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:
1. Kemiskinan absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan.
2. Kemiskinan relatif
Page | 10
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan kultural.
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang
atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang
membantunya.
Page | 11
2.4 Persentase Kemiskinan
Beberapa tahun ke belakang, kemiskinan di Indonesia dan
penanggulangannya telah menjadi prioritas pembangunan dan menjadi
agenda pokok yang mengerahkan berbagai sumber daya pembangunan.
Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di Indonesia
juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan
telah turun menjadi 11.96% (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan
Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49% dari
13,33% pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011,
tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36%.
Page | 12
Sebaliknya, penduduk hampir miskin bertambah sebagai akibat adanya
penduduk miskin yang keluar dari garis kemiskinan, tetapi masih rentan
untuk jatuh lagi ke dalam garis kemiskinan. Tercatat pada tahun 2011,
jumlah penduduk hampir miskin sebesar 11,28 persen dari jumlah 9,88
persen pada tahun 2010.
Page | 13
ke pulau lain dan memberikan sebidang tanah untuk digarap. Dengan begitu
diharapkan mereka bisa mengubah nasib. Sudah banyak cerita tentang orang
yang tadinya gelandangan sekarang menjadi kaya raya karena hidup di
daerah transmigrasi. Namun tak sedikit pula yang kembali ke daerah asal dan
kembali menjadi gelandangan.
Saat ini Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar
dalam upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit
kemiskinan yaitu:
Page | 14
sosial yang lebih bermanfaat bagi penduduk miskin serta masyarakat
yang rentan terhadap kemiskinan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan
pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat
miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan
untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak,
program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya.
Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk
program- program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro
hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional oleh BPS dan data mikro hasil
pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera oleh BKKBN. Kedua data ini
pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang
sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus
pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini
tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang
ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang
sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya,
maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa
angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis.
Dalam kondisi ideal, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.
Namun keadaan riil tidak selalu seperti yang diharapkan. Adapun hal-hal
yang mungkin terjadi adalah :
a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan pengurangan
kemiskinan.
b. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak lantas memperluas
lapangan kerja.
c. Lapangan kerja yang luas akan tetapi pertumbuhan ekonomi tetap rendah.
Page | 15
memadai maka lapangan kerja yang tersedia tidak akan cukup atau bisa jadi
tersedia lapangan kerja yang luas namun tidak sanggup untuk
menyediakan tatanan upah yang memadai sehingga tetap tidak sanggup
mengatasi masalah kemiskinan. Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi juga tidak dengan sendirinya akan menyediakan lapangan kerja
yang berkualitas dan langsung menyelesaikan masalah kemiskinan. Secara
umum, kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia umumnya akan selalu berhadapan dengan tiga tantangan penting
yaitu:
a) Tantangan untuk menyediakan lapangan kerja yang cukup.
b) Tantangan untuk memberdayakan masyarakat.
c) Tantangan untuk membangun sebuah kelembagaan jaminan sosial yang
akan menjamin masyarakat ketika terjadi ketegangan ekonomi.
Rekomendasi pertama kebijakan penguatan sistem pendidikan nasional
yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Kebijakan pendidikan
harus diintegrasikan dengan kebijakan yang mengatur industri,
ketenagakerjaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk program kerja
yang dapat dilakukan antara lain: keberadaan kredit mikro bagi para
individu miskin yang dirancang dengan skema yang sedemikian sehingga
memacu produktifitas dan daya saing dari individu miskin tersebut. Program
ini dilakukan dengan koordinasi Bank Indonesia melalui berbagai program
keuangan mikro bersama bank-bank pembangunan daerah (BPD) dan bank-
bank perkreditan rakyat (BPR) bekerja-sama dengan lembaga-lembaga
keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan Kredit Perdesaan
(LDKP) danmKelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program kerja
lainnya adalah membuka akses tanah olahan bagi para individu miskin.
Untuk keberhasilan program kerja ini, diperlukan suatu kebijakan land reform
yang kondusif.
Rekomendasi kedua adalah kebijakan yang mengatur pembangunan
suatu kelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara. Bentuk program
kerjanya antara lain adalah jaminan asuransi, jaminan penanganan khusus
untuk pemberikan kredit bagi para cacat untuk wira usaha dan regulasi
Page | 16
lainnya terkait dengan upah minimum dan fasilitas minimum bagi para
pekerja.
Rekomendasi ketiga adalah kebijakan yang memungkinkan adanya akses
untuk menyuarakan aspirasi dan pendapat dari kalangan miskin. Bentuk
program kerjany yaitu pada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin
yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat atau
memberdayakan forum- forum sejenis yang telah terbentuk.
Page | 17
mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan
hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok,
menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain]
di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya
ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan
mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi
dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak
dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak
dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka
begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak
cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk
sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang
yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng
dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah
melakukan “pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat
pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan
seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan
menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing
di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir
setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya
tak terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik Sosial Bernuansa SARA.
Page | 18
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan
dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain
dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari
negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam
bentrokan identitas yang subjektif. Terlebih lagi fenomena bencana alam
yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap
meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret
panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap
daerah.
Page | 19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampai saat ini kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah
di Indonesia. Penanggulangan kemiskinan yang diadakan pemerintah
diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan yang ada. Berdasarkan
uraian di atas, didapati bahwa menanggulangi kemiskinan diperlukan kajian
yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program
pembangunan ekonomi yang lebih menekankan konsep pemberdayaan dan
pengentasan, bukan pertolongan.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk menggerakan
masyarakat agar tidak tergantung pada pemerintah, namun diusahakan untuk
mampu mencapai kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam hal ini, masyarakat
merupakan peran penting untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.
3.2 Saran
Pemerintah hendaknya mengarahkan konsep penanggulangan
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat berupa pemerataan,
penguatan sistem pendidikan yang mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri. Selain itu, mengatur pembangunan kelembagaan perlindungan sosial
bagi warga negara, dan kebijakan adanya akses yang lebih untuk memenuhi
hak berpendapat.
Page | 20
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/ (diakses
pada tanggal 24 Mei 2019)
2. http://kuliah-oti.blogspot.com/2015/11/makalah-kemiskinan-di-
indonesia.html (diakses pada tanggal 24 Mei 2019)
3. https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-kemiskinan.html (diakses
pada tanggal 24 Mei 2019)
4. http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf (diakses pada tanggal 26
Mei 2019)
Page | 21