Anda di halaman 1dari 36

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR

PETANI (NTP) PADI DI PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh
Ayu Retno Mileniawati
NIM. 181510601084

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP NILAI TUKAR
PETANI (NTP) PADI DI PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

diajukan guna memenuhi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Dosen Pembimbing
Julian Adam Ridjal, S.P., M.P.

Oleh
Ayu Retno Mileniawati
NIM. 181510601084

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor esensial dalam sektor
pertanian. Subsektor tanaman pangan menjadi subsektor yang mampu menyerap
tenaga kerja dengan jumlah besar dalam kegiatan produksinya. Subsektor tanaman
pangan mampu menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai bahan pangan
pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan
ketersediaan tanaman pangan merupakan salah satu penunjang terwujudnya
ketahanan pangan di Indonesia. Komoditas padi, jagung dan kedelai merupakan
komoditas pangan yang memiliki daya tumbuh cepat. Padi merupakan komoditas
pangan yang selain memiliki daya tumbuh yang cepat juga memiliki daya saing
yang baik sehingga padi menjadi komoditas unggulan pada subsektor tanaman
pangan (Tuminem dkk., 2019).
Padi sebagai komoditas unggulan pada subsektor tanaman pangan memiliki
produksi tinggi apabila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Produksi padi
nasional didukung oleh produksi padi dari 34 provinsi yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Berikut merupakan sepuluh provinsi dengan produksi padi
terbesar di Indonesia pada tahun 2019 – 2020.
Tabel 1.1 Provinsi dengan Produksi Padi Terbesar di Indonesia
Produksi (ton)
No Provinsi Kontribusi (%)
2019 2020
1 Aceh 1714437.6 1757313.07 3.22
2 Sumatera Utara 2078901.59 2040500.19 3.73
3 Sumatera Barat 1482996.01 1387269.29 2.54
4 Sumatera Selatan 2603396.24 2743059.68 5.02
5 Lampung 2164089.33 2650289.64 4.85
6 Jawa Barat 9084957.22 9016772.58 16.50
7 Jawa Tengah 9655653.98 9489164.62 17.36
8 Jawa Timur 9580933.88 9944538.26 18.20
9 Banten 1470503.35 1655170.09 3.03
10 Sulawesi Selatan 5054166.96 4708464.97 8.62
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur
merupakan salah satu dari sepuluh provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.
Kontribusi Provinsi Jawa Timur pada produksi padi di Indonesia tahun 2020
mencapai 18.20 %. Angka tersebut dicapai oleh Provinsi Jawa Timur dengan
adanya peningkatan produksi padi dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang terjadi
sebesar 363,604.38 ton yaitu pada tahun 2019 produksi padi di Provinsi Jawa Timur
sebesar 9,580,933.88 ton dan meningkat menjadi 9,944,538.26 ton pada tahun
2020. Peningkatan tersebut menjadikan padi sebagai salah satu komoditas pangan
unggulan di Provinsi Jawa Timur.
Padi sebagai komoditas pangan unggulan di Provinsi Jawa Timur memiliki
peran terhadap ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan merupakan salah
satu faktor penting yang harus diutamakan oleh negara. Konsep ketahanan pangan
(food security) merupakan konsep yang minimal mengandung dua unsur pokok.
Unsur pokok konsep ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan dan aksesibilitas
masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Unsur ketersediaan bahan pangan
berarti bahwa harus dapat terpenuhinya ketersediaan fisik kuantitas, kualitas dan
sustainability bahan pangan bagi pemenuhan konsumsi masyarakat. Unsur
aksesibilitas dimaknai sebagai distribusi, konsumsi, dan keamanan bahan pangan.
Distribusi berperan dalam memperlancar dan mempermudah masyarakat
memperoleh bahan pangan dengan cepat dan terjangkau (Mujiburrohman, 2021).
Kelancaran distribusi bahan pangan mengalami kendala setelah adanya
pandemi covid-19 yang menyebar diseluruh Indonesia. Terhambatnya proses
distribusi bahan pangan salah satunya diakibatkan oleh kebijakan yang dibuat
pemerintah. Kebijakan tersebut adalah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang mengakibatkan timbulnya kepanikan di tengah masyarakat sehingga
masyarakat melakukan panic buying. Kebijakan PSBB juga mengakibatkan
terjadinya peningkatan marjin pemasaran dan pengangkutan bahan pangan.
Peningkatan marjin pemasaran dan pengangkutan bahan pangan terjadi karena
berkurangnya tenaga kerja dan adanya pembatasan perjalanan. Hal tersebut
mendorong terjadinya fluktuasi harga bahan pangan ditengah masyarakat pada
masa pandemi covid-19 (Ariani dkk., 2020).
Fluktuasi harga bahan pangan akibat adanya pandemi covid-19 juga terjadi di
Provinsi Jawa Timur. Fluktuasi harga bahan pangan terjadi karena tidak stabilnya
harga bahan pangan di pasaran. Padi merupakan salah satu jenis komoditas pangan
yang mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi harga padi juga berpengaruh pada
perkembangan harga gabah di Provinsi Jawa Timur. Harga gabah yang fluktuatif
secara umum dipengaruhi oleh faktor musim, ketersediaan stok, varietas gabah,
kualitas hasil panen, dan peran para tengkulak. Harga gabah akan mengalami
peningkatan pada saat memasuki musim paceklik dan akan mengalami penurunan
pada saat musim panen. Berikut merupakan perkembangan harga gabah tahun 2020
pada tingkat petani di Provinsi Jawa Timur.

Rata-rata Harga Gabah pada Tingkat Petani di


Jawa Timur 2020
7,000.00
6,000.00
5,000.00
4,000.00
3,000.00
2,000.00
1,000.00
0.00

GKP GKG Kualitas Rendah

Gambar 1.1 Rata-rata harga gabah pada tingkat petani di Jawa Timur menurut kelompok
kualitas tahun 2020 (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020)
Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa rata-rata harga gabah pada
tingkat petani di Jawa Timur mengalami fluktuasi setiap bulannya. Rata-rata harga
gabah pada gambar diatas dikelompokkan berdasarkan kualitasnya. Rata-rata harga
gabah tertinggi berada pada kualitas GKG (Gabah Kering Giling) sedangkan rata-
rata harga gabah terendah terdapat pada gabah dengan kualitas rendah. Rata-rata
harga tertinggi untuk kualitas GKP (Gabah Kering Panen) yaitu Rp 5,146.17 per
Kg, untuk harga gabah kualitas GKG (Gabah Kering Giling) yaitu Rp 5,884.78 per
Kg, dan untuk gabah kualitas rendah yaitu Rp 4,924.72 per Kg. Rata-rata harga
gabah terendah terjadi pada gabah kualitas rendah yaitu Rp 4,059.87 per Kg.
Menurut Saliem dkk., (2020), harga komoditas pangan yang tidak stabil ini
menimbulkan kesenjangan harga yang semakin tinggi. Kesenjangan harga terjadi
antara harga komoditas pangan di tingkat petani dan konsumen. Harga komoditas
pangan di tingkat konsumen cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan harga
komoditas pangan di tingkat konsumen ini terjadi karena terhambatnya pasokan
komoditas pangan di pasaran sebagai akibat dari adanya kebijakan PSBB pada masa
pandemi covid-19. Situasi lain terjadi pada harga komoditas pangan di tingkat
petani yang cenderung mengalami penurunan. Penurunan harga komoditas pangan
di tingkat petani semakin rendah karena bersamaan dengan waktu panen raya.
Penurunan harga komoditas pangan di tingkat petani juga disebabkan oleh turunnya
permintaan terutama untuk pangan sumber protein dan mineral.
Kesenjangan harga gabah ditingkat petani dengan harga beras ditingkat
konsumen akhir cukup tinggi. Berikut merupakan tabel harga gabah ditingkat petani
dan harga beras ditingkat konsumen akhir.
Tabel 1.2 Kesenjangan Harga Padi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2020
2020 Selisih Harga
Bulan Harga Harga Harga Beras-GKP Beras-GKG
GKP (Rp) GKG (Rp) Beras (Rp) (Rp) (Rp)
Januari 5273.34 5797.61 10650.00 5376.66 4852.39
Februari 5176.25 5826.33 10700.00 5523.75 4873.67
Maret 4936.25 5765.96 10750.00 5813.75 4984.04
April 4599.71 5671.29 10750.00 6150.29 5078.71
Mei 4622.58 5587.91 10700.00 6077.42 5112.09
Juni 4720.19 5845.42 10650.00 5929.81 4804.58
Juli 4788.30 5451.48 10600.00 5811.70 5148.52
Agustus 4817.60 5396.44 10550.00 5732.40 5153.56
September 4891.18 5390.02 10500.00 5608.82 5109.98
Oktober 4814.71 5405.62 10550.00 5735.29 5144.38
November 4721.91 5311.80 10500.00 5778.09 5188.20
Desember 4776.49 5357.08 10500.00 5723.51 5142.92
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021
Berdasakan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa selisih harga yang diterima
petani dengan harga yang dibayarkan konsumen cukup tinggi. Harga beras pada
tabel diatas adalah rata-rata harga beras semua kualitas di Jawa Timur. Rata-rata
selisih harga antara harga beras dengan harga Gabah Kering Panen (GKP) adalah
sebesar Rp. 5,771.79 per kg. Rata-rata selisih harga beras dengan harga Gabah
Kering Giling (GKG) adalah sebesar Rp. 5,049.42 per kg. Selisih harga yang terjadi
merupakan gambaran terjadinya kesenjangan harga bahan pangan ditingkat petani
dan ditingkat konsumen. Kesenjangan harga yang terjadi dikarenakan tingginya
harga beras ditingkat konsumen dan rendahnya harga gabah ditingkat petani.
Perbedaan yang cukup tinggi antara harga gabah dan harga beras adalah
bentuk kesenjangan harga yang terjadi pada bahan pangan. Harga beras yang
diperdagangkan di pasar telah diatur harga eceran tertingginya. Harga Eceran
Tertinggi (HET) beras diatur dalam Permendagri No. 57/M-DAG/PER/8/2017
tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras. HET beras untuk wilayah Jawa
yang ditetapkan pada peraturan tersebut adalah sebesar Rp. 9,450 per kg untuk
beras kualitas medium dan Rp. 12,800 per kg untuk beras kualitas Premium.
Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (2021), rata-rata harga
beras di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2020 adalah Rp. 10,327 per kg untuk beras
kualitas medium dan Rp. 11,408.33 per kg untuk beras kualitas premium.
Rata-rata harga beras kualitas medium di pasar Provinsi Jawa Timur melebihi
HET yang telah ditetapkan Menteri Perdagangan. Harga beras kualitas medium di
Provinsi Jawa Timur lebih mahal sebesar Rp. 877 per kg. Rata-rata harga beras
kualitas premium di Provinsi Jawa Timur telah sesuai dengan HET yang ditetapkan
Menteri Perdagangan yaitu berada dibawah Rp. 12,800 per kg. Harga beras di
pasaran ini dapat mempengaruhi harga jual gabah ditingkat petani. Harga beras
yang berfluktuasi setiap bulannya juga menyebabkan terjadinya fluktuasi harga
gabah di tingkat petani di Provinsi Jawa Timur.
Harga gabah di tingkat petani yang berfluktuasi akan berdampak pada kondisi
petani padi di Provinsi Jawa Timur. Fluktuasi harga gabah yang terjadi dapat
berpengaruh pada pendapatan petani padi. Pendapatan yang diperoleh petani ini
akan dapat mempengaruhi kesejahteraan petani padi di Provinsi Jawa Timur.
Menurut Chritoporus et al., (2020), kesejahteraan petani dapat dilihat dari nilai
tukar petani. Nilai tukar petani yang tinggi menunjukkan tingginya harga yang
diterima petani. Nilai tukar petani dapat digambarkan sebagai kemampuan daya beli
petani. Nilai tukar petani yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa semakin
tinggi pula kesejahteraan petani.
Nilai tukar petani dapat dikelompokkan berdasarkan komoditas yang
dibudidayakan petani. Nilai tukar petani padi merupakan salah satu nilai tukar
petani yang mengalami fluktuasi. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi
yang nilai tukar petani padinya mengalami fluktuasi. Fluktuasi nilai tukar petani
padi khususnya di Provinsi Jawa Timur terjadi pada masa pandemi covid-19.
Fluktuasi nilai tukar petani ini salah satunya dikarenakan oleh fluktuasi harga
komoditas pangan pada masa pandemi covid-19 di Provinsi Jawa Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa perlunya dilakukan penelitian mengenai dampak pandemi
covid-19 terhadap nilai tukar petani padi di Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi di
Provinsi Jawa Timur?
2. Bagaimana dampak pandemi covid-19 terhadap nilai tukar petani padi di
Provinsi Jawa Timur?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi
di Provinsi Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap nilai tukar petani padi
di Provinsi Jawa Timur.

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Bagi Pemerintah, sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan terkait
pengembangan komoditas pangan padi di Jawa Timur terutama di masa
pandemi Covid-19.
2. Bagi Petani, sebagai informasi mengenai nilai tukar petani padi pada masa
pandemi Covid-19.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai referensi untuk penelitian sejenis
selanjutnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai nilai tukar petani telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
salah satunya yaitu penelitian Aulia dkk., (2021), yang berjudul “Faktor-faktor yang
Memengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di Indonesia”. Penelitian tersebut
menggunakan data sekunder time series yang dikumpulkan melalui studi literatur
dan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menyatakan
bahwa variabel Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam jangka panjang memiliki
pengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai tukar petani. IHK yang
semakin tinggi akan meningkatkan harga barang dan jasa khususnya beras. Hal ini
menyebabkan pendapatan petani semakin meningkat dan berdampak terhadap
kesejahteraan petani khususnya petani padi. Variabel PDB berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai tukar petani. Kesejahteraan petani akan meningkat dalam
jangka pendek jika PDB meningkat. Variabel harga beras berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai tukar petani. Kenaikan harga beras dengan biaya produksi
tetap ataupun naik maka pendapatan petani akan menurun.
Penelitian Amalia dan Nurpita, (2017), yang berjudul “Analisis Dinamika
Kesejahteraan Petani di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian tersebut menggunakan
data sekunder time series kuartal. Analisis dalam penelitian tersebut dilakukan
dengan metode Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga (IR), dan PDRB mempengaruhi
Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Jawa Timur. Variabel inflasi dan suku bunga
(IR) dalam jangka panjang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi
Jawa Timur, sedangkan PDRB mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi
Jawa Timur dalam jangka pendek.
Penelitian Febriana dkk., (2015), yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Petani di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian tersebut
dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dari tahun 2008 hingga 2012.
Penelitian tersebut menggunakan variabel produktivitas padi, harga dasar gabah
(HDG), dan upah kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel produktivitas
padi, harga dasar gabah, dan upah kerja secara signifikan mempengaruhi besarnya
Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Jawa Timur. Variabel harga dasar gabah dan
produktivitas padi merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi
pergerakan dan perkembangan NTP Provinsi Jawa Timur.
Penelitian Ramadhanu et al., (2021), yang berjudul “Analysis of Factors
Affecting Farmer Exchange Rate in North Sumatera Province” dianalisis dengan
metode autoregressive dan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian
menyatakan bahwa perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera
Utara dalam kurun waktu 30 tahun (1989-2018) mengalami fluktuasi, dengan
sebagian besar nilainya dibawah angka 100 berarti petani di Provinsi Sumatera
Utara tidak sejahtera/defisit. Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani di
Provinsi Sumatera Utara adalah inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDRB, dan NTP
tahun sebelumnya. Faktor inflasi, tenaga kerja, dan NTP tahun sebelumnya secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap NTP, sedangkan variabel suku bunga dan
PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Tukar Petani.
Penelitian Akbar et al., (2019), yang berjudul “Affecting Factors Farmer
Exchange Rate (NTP) of Food Crops South Kalimantan Province” diteliti dengan
memanfaatkan data time series bulanan dari tahun 2014 hingga 2017. Analisis
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi NTP tanaman pangan dianalisis
dengan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel kurs dollar Amerika Serikat, harga gabah rata-rata di tingkat petani
(GKP), dan upah buruh panen berpengaruh signifikan terhadap NTP tanaman
pangan, sedangkan variabel inflasi, nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh nyata terhadap NTP tanaman pangan.
Penelitian Kurniawan (2018), yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) Padi Sawah (Kasus: Desa Karang Gading,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)” dianalisis dengan metode regresi
linear berganda menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 17 dan menunjukkan hasil bahwa
rata-rata nilai tukar petani padi sebesar 112% per musim tanam. Rata-rata nilai tukar
petani padi tersebut menunjukan secara umum kondisi petani padi sawah sejahtera.
Faktor luas lahan, produktivitas, harga gabah, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya
konsumsi pangan, dan biaya konsumsi non pangan secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani padi namun secara parsial biaya
pupuk dan biaya pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap Nilai Tukar Petani
(NTP) padi.
Penelitian Yulian (2021), yang berjudul “Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Perubahan Nilai Tukar Petani Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Medan
Krio, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)” dianalisis dengan
menggunakan dua analisis. Analisis mengenai besaran nilai NTP dilakukan dengan
konsep pendapatan dan analisis komparatif dilakukan dengan uji beda Paired
Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
nyata antara produksi padi sawah di Desa Medan Krio sebelum dan selama Pandemi
Covid-19. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang
nyata antara Nilai Tukar Petani (NTP) padi sawah sebelum dan selama Pandemi
Covid-19 di daerah penelitian.
Penelitian Yunita (2021), yang berjudul “How Has the Covid-19 Pandemic
Affected the Real and Monetary Sectors in Indonesia?” dilakukan dengan
memanfaatkan data sekunder. Penelitian mengenai kondisi sektor riil digambarkan
melalui nilai tukar petani di sepuluh provinsi di Indonesia. Penelitian tersebut
dianalisis dengan analisis regresi model panel. Variabel yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah variabel dependen, variabel independen, dan variabel
kontrol. Nilai tukar petani sebagai variabel dependen dan variabel independen yang
terdiri dari inflasi regional, PDRB, BPR Syariah, serta pandemi Covid-19 sebagai
variabel dummy. Variabel pandemi covid-19 dinotasikan 1 yang menunjukkan
kondisi saat adanya covid-19 dan 0 sebelum adanya covid-19, sedangkan variabel
kontrol terdiri dari nilai tukar USD dan PDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi pandemi covid-19 secara statistik signifikan mempengaruhi perubahan nilai
tukar petani di sepuluh provinsi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komoditas Padi
Menurut Pratiwi (2016), tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
pangan penting yang menjadi bahan makanan pokok lebih dari setengah penduduk
dunia. Pentingnya tanaman padi tersebut dikarenakan padi mengandung nutrisi
yang diperlukan tubuh. Padi menjadi tanaman pangan yang banyak dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat bagi tubuh. Menurut Utama (2015), tanaman padi yang
banyak dibudidayakan petani dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Monokotiledon
Ordo : Glumeflorae
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Budidaya tanaman padi dapat berhasil apabila proses budidaya dikelola
dengan baik. Budidaya tanaman padi dapat dilakukan dengan menggunakan konsep
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penerapan konsep PTT didasarkan pada
empat prinsip yaitu terpadu, sinergis, spesifik lokasi, dan partisipatif. PTT
menyediakan komponen teknologi yang dibedakan menjadi dua. Komponen
teknologi dasar merupakan salah satu komponen teknologi yang disediakan dalam
penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Komponen teknologi dasar dalam
PTT yaitu penggunaan varietas padi unggul dan bernilai ekonomi tinggi, benih
bermutu dan berlabel, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh, 2009).
Keberhasilan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat
maksimal apabila didukung dengan tahapan budidaya tanaman padi yang tepat.
Menurut Jamilah (2017), tahapan budidaya tanaman padi adalah sebagai berikut:
1. Persemaian Benih Padi
Persemaian benih padi dilakukan dengan memperhatikan kesiapan media
semai dan tersedianya benih yang bernas. Media semai harus selalu lembab,
agar kecambah yang tumbuh tidak kekeringan. Ketebalan media semai sangat
menentukan umur bibit. Bibit padi yang tumbuh dibiarkan hingga 21 hari
apabila media semai memiliki ketebalan 3 cm. Media semai sebaiknya
merupakan tanah yang berkualitas baik. Persemaian perlu dipelihara dengan
melakukan pengairan dan pengendalian hama.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua
bulan sebelum penanaman. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan
mencangkul maupun membajak tanah. Tanah yang akan dibajak terlebih
dahulu digenangi air agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat
membusuk. Pengolahan tanah dilakukan juga untuk membersihkan lahan
penanaman dari rumput maupun sisa tanaman sebelumnya.
3. Pencabutan Bibit
Pencabutan bibit dilakukan pada bibit yang telah berumur 14-21 hari, berdaun
5-7 helai. Persemaian sebaiknya digenangi air terlebih dahulu selama 2 atau
3 hari sebelum kegiatan pencabutan dilakukan. Pencabutan bibit dilakukan
dengan memegang 5-10 batang bibit menjadi satu kemudian ditarik ke arah
badan. Bibit padi yang baik dan siap ditanam apabila bibir berumur tidak
lebih dari 40 hari, tinggi kurang lebih 25 cm, berdaun 5-7 helai, memiliki
batang kokoh, dan bebas dari hama dan penyakit.
4. Penanaman Bibit Padi
Penanaman padi dapat dilakukan dengan jarak 20 × 20 cm, hal ini untuk
memudahkan pemeliharaan tanaman padi. Penanaman dilakukan dengan
berjalan mundur tangan kiri memegang bibit dan tangan kanan untuk
menanam. Penanaman dilakukan 2 atau 3 batang bibit setiap lubang dengan
kedalaman 3-4 cm. Penanaman bibit sebaiknya tidak terlalu dalam ataupun
terlalu dangkal. Penanaman yang terlalu dalam akan menghambat
pertumbuhan bibit dan penanaman yang terlalu dangkal akan menyebabkan
bibit mudah tumbang atau hanyut oleh aliran air.
5. Pemeliharaan Tanaman Padi
Pemeliharaan tanaman padi dapat dilakukan dengan pengairan, pemupukan
dan pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.
Pengairan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pengairan terus
menerus, pengairan berselang, penggenangan terus menerus, dan
penggenangan terputus-putus. Pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk buatan yang dapat
digunakan antara lain KCl dan Urea.
6. Panen
Panen dilakukan saat tanaman padi telah mencapai umur panen tanaman padi.
Umur panen tanaman padi dibagi ke dalam empat kelas yaitu tanaman padi
ultra genjah (<90 hari), sangat genjah (90-104 hari), genjah (105-124 hari),
sedang (125-150 hari), dan dalam (> 150 hari). Proses panen dilakukan
dengan memangkas batang padi menggunakan sabit. Pemanenan padi juga
dapat dilakukan dengan memanfaatkan mesin panen. Bulir padi pada batang
yang telah dipotong kemudian dirontokkan dengan alat perontok padi.

2.2.2 Teori Produksi


Produksi merupakan kegiatan memanfaatkan atau mengalokasikan faktor
produksi. Kegiatan produksi dilakukan dengan tujuan menambah kegunaan atau
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan
suatu barang atau jasa dapat dilihat dari kemampuan barang atau jasa tersebut dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan produksi juga dapat dikatakan sebagai
kegiatan mengubah input menjadi output. Hubungan antara jumlah penggunaan
input dan jumlah output yang dihasilkan dapat digambarkan melalui fungsi
produksi. Fungsi produksi merupakan suatu persamaan matematik yang digunakan
untuk menggambarkan berbagai kemungkinan produksi yang dapat dihasilkan dari
satu set faktor produksi pada waktu dan tingkat teknologi tertentu yang digunakan.
Persamaan matematik fungsi produksi adalah sebagai berikut (Karmini, 2018).
y = f (x)
dimana:
y = hasil produksi (output)
x = jumlah faktor produksi (input) yang digunakan
Kegiatan produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tersedia di pasar
faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut antara lain faktor tanah, faktor
sumber daya manusia, faktor sumber daya modal, dan faktor kewirausahaan. Faktor
tanah dapat berupa tanah baik milik sendiri maupun sewa. Hal yang dapat
mempengaruhi sewa tanah yaitu kualitas tanah, letaknya strategis, dan banyaknya
permintaan tanah. Faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang berkaitan
dengan kualifikasi ketenagakerjaan. Kualifikasi ketenagakerjaan dapat dilihat
menurut jenis kelamin, kualitasnya, dan lapangan pekerjaan. Faktor sumber daya
modal dapat dikelompokkan menurut sifatnya, fungsinya dan bentuknya. Faktor
kewirausahaan merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan manajemen
seorang produsen dalam mengelola usahanya (Dinar dan Hasan, 2018).
Produksi padi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas lahan
sawah yang dimiliki petani, modal yang digunakan, dan tenaga kerja yang
digunakan dalam proses budidaya padi. Faktor-faktor tersebut mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi yang dihasilkan petani.
Faktor luas lahan, modal dan tenaga kerja saling berkaitan dalam mempengaruhi
produksi padi yang dihasilkan petani. Lahan merupakan sarana tempat untuk
bercocok tanam padi. Modal merupakan faktor dalam usahatani sebagai alat
pembelian pemenuhan kebutuhan proses produksi padi. Tenaga kerja merupakan
faktor berupa orang yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produksi padi yang
maksimal (Manggala dan Boedi, 2018).

2.2.3 Teori Konsumsi


Konsumsi merupakan pengeluaran total yang dikeluarkan masyarakat untuk
memperoleh produk yang dibutuhkannya. Produk tersebut dapat berupa barang
maupun jasa dalam perekonomian selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Konsumsi erat hubunganya dengan pendapatan dan tabungan masyarakat.
Konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran rumah tangga yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhannya. Besarnya konsumsi sangat ditentukan oleh
pendapatan yang diteima. Pendapatan rumah tangga yang tinggi akan memiliki
tingkat konsumsi yang tinggi pula. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi rumah tangga yaitu kekayaan yang telah terkumpul, tingkat
bunga, sikap berhemat, keadaan perekonomian, distribusi pendapatan dan
ketersediaan dana pensiun yang mencukupi (Mahyarni dan Meflinda, 2015).
Menurut Priyono dan Chandra (2016), pengeluaran masyarakat untuk
kegiatan konsumsi merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Konsumsi
seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Seseorang dengan pendapatan
tinggi cenderung memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Alokasi pengeluaran
konsumsi masyarakat dapat dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran untuk makanan
dan pengeluaran untuk bukan makanan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
merupakan nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai
kebutuhannya dalam satu tahun tertentu. Transaksi pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga tidak semuanya digolongkan sebagai konsumsi rumah tangga.
Pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud antara lain pengeluaran untuk membeli
rumah yang termasuk dalam investasi, pengeluaran untuk membayar asuransi dan
pengeluaran dalam mengirim uang kepada orang tua atau anak.
Menurut Wahab (2012), banyak faktor yang mempengaruhi besarnya
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi tiga besar:
a. Faktor-faktor Ekonomi, yang terdiri dari pendapatan rumah tangga, kekayaan
rumah tangga, tingkat bunga, dan perkiraan tentang masa depan.
b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan), terdiri dari jumlah penduduk dan
komposisi penduduk (usia, pendidikan, dan wilayah tinggal)
c. Faktor-faktor Non-Ekonomi, misalnya berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat (tipe ideal).
Konsumsi rumah tangga juga dilakukan oleh keluarga petani. Ibu-ibu rumah
tangga yang berasal dari keluarga petani cenderung memaksakan diri dalam
membeli suatu barang. Hal tersebut terlihat dari adanya pembelian barang-barang
yang dilakukan secara kredit. Konsumsi rumah tangga tersebut menunjukkan faktor
kebutuhan tidaklah menjadi pertimbangan yang utama, namun adanya faktor
keinginan, yang menyebabkan tidak seimbangnya antara pendapatan dan
pengeluaran. Ibu rumah tangga yang lain tidak jarang juga memilih mengalokasikan
dananya untuk belanja kebutuhan sehari-hari, akan tetapi sisanya tidak dijadikan
sebagai saving atau investasi (Indriani dkk., 2020).

2.2.4 Teori Pendapatan


Pendapatan merupakan hal penting dalam penentuan laba atau rugi suatu
usaha yang dijalankan. Pendapatan dapat dimaknai sebagai jumlah uang yang
diterima oleh seseorang atau badan usaha selama jangka waktu tertentu. Pendapatan
masyarakat dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari sektor formal, informal
dan subsistem. Sektor pertanian termasuk dalam sektor subsistem yaitu sektor yang
menghasilkan pendapatan dari usaha sendiri baik berupa tanaman, ternak maupun
dari pemberian orang lain. Pendapatan usahatani terbagi menjadi dua yaitu
pendapatan kotor usahatani dan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan kotor
usahatani dapat diukur dari pendapatan kerja petani tanpa menghitung biaya
produksi secara keseluruhan sedangkan pendapatan bersih usahatani dapat diukur
dengan mengurangkan penerimaan usahatani dengan seluruh biaya input yang
digunakan dalam kegiatan produksi (Rizal, 2021).
Menurut Mahyarni dan Meflinda (2015), pendapatan dapat dihitung dengan
pendekatan produksi. Pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai seluruh
produk yang dihasilkan produsen selama satu periode tertentu. Rumus pendapatan
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Y=P×Q

Keterangan:
Y = Pendapatan
P = Harga Produk
Q = Jumlah produk yang diproduksi
Menurut Nugraha dan Maria (2021), pendapatan petani padi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pendapatan petani padi adalah modal, luas lahan, dan tenaga kerja. Modal
merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pendapatan petani padi. Faktor luas lahan dan tenaga kerja merupakan
faktor yang dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usahatani
padi. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pendapatan petani padi yaitu
faktor produksi, harga jual, dan jumlah produksi padi yang dihasilkan petani.

2.2.5 Nilai Tukar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP) merukapan suatu konsep yang berkaitan dengan
kekuatan relatif daya beli komoditas hasil pertanian yang dijual petani dengan
barang dan jasa yang dibeli/dikonsumsi petani. Kemampuan daya beli dari
pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran rumah tangga petani ini
menjadi salah satu unsur kesejahteraan petani. Peningkaan kesejahteraan petani
dapat diukur melalui peningkatan daya beli pendapatan untuk memenuhi
pengeluaran petani. Daya beli pendapatan petani terhadap kebutuhan konsumsi
yang semakin tinggi berpengaruh pada semakin tingginya nilai tukar petani. Hal
tersebut berarti bahwa petani relatif lebih sejahtera (Rachmat, 2013).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (2021), Nilai Tukar
Petani (NTP) merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
(It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan dalam bertuk
persentase. Nilai Tukar Petani (NTP) dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang
dikosumsi oleh rumah tangga petani dan keperluan petani dalam menghasilkan
produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dihitung dengan rumus berikut:
It
NTP = ×100
Ib
Keterangan:
NTP : Nilai Tukar Petani
It : Indeks harga yang diterima petani
Ib : Indeks harga yang dibayar petani
Nilai Tukar Petani (NTP) dibentuk oleh dua faktor yaitu Indeks harga yang
diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Indeks tersebut
merupakan nilai tertimbang terhadap kuantitas pada tahun dasar tertentu. Nilai
Tukar Petani (NTP) juga dapat didefinisikan sebagai nilai yang dipengaruhi oleh
faktor harga yang diterima petani (Ht) dan harga yang dibayar petani (Hb). Harga
yang diterima petani (Ht) merupakan harga tertimbang dari harga setiap komoditas
pertanian yang diproduksi dan dijual petani. Harga yang dibayar petani (H b)
merupakan harga tertimbang dari biaya konsumsi makanan, konsumsi non makanan
dan biaya produksi dan penambahan barang modal produksi (Rachmat, 2013).

2.2.6 Regresi Linier Berganda


Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan
antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Ketika suatu
hasil/keluaran, atau kelas berupa numerik, dan semua atribut adalah numerik,
regresi linier adalah teknik yang tepat untuk digunakan dalam analisis. Menurut
Basuki (2015), bentuk umum model regresi linier berganda dengan n variabel
independen adalah sebagai berikut:
Y = 𝑎 + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn + e
Dimana:
Y = Variabel dependen
X = Variabel-variabel independen (Variabel bebas)
𝑎 = Konstanta
b = Nilai koefisien regresi (peningkatan atau penurunan)
e = Residual / Error
Menurut Kurniawan (2008), koefisien-koefisien regresi linear sebenarnya
adalah nilai duga dari parameter model regresi. Parameter merupakan keadaan
sesungguhnya untuk kasus yang akan diamati. Parameter regresi diduga melalui
teknik perhitungan yang disebut Ordinary Least Square (OLS). Pengujian tentunya
tidak terlepas dari kesalahan, baik itu sedikit maupun banyak. Namun dengan OLS,
kesalahan pendugaan dijamin yang terkecil (dan merupakan yang terbaik) asal
memenuhi beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut biasanya disebut asumsi
klasik regresi linear. Untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang didapatkan
telah sahih (benar; dapat diterima), maka perlu melakukan pengujian terhadap
kemungkinan adanya pelanggaran asumsi klasik tersebut. Asumsi klasik regresi
linear terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji
multikolinieritas.

2.2.7 Metode Komparatif


Penelitian komparatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk membandingkan objek dari suatu variabel yang diteliti. Analisis komparatif
bertujuan untuk melihat ada dan tidaknya perbedaan yang signifikan dari suatu
objek dalam penelitian. Penelitian komparatif dilakukan dengan menguji hipotesis
yang telah dibuat sebelumnya. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban
sementara yang dibuat dari pertanyaan yang ada pada perumusan masalah
penelitian. Hipotesis dapat diuji dengan menggunakan alat bantu pengolah data
seperti SPSS atau alat pengolah data lainnya. Bentuk analisis penelitian komparatif
antara lain one sample T-Test, independent sample T-Test, paired sample T-Test,
dan one-way anova. Independent sample t-test digunakan pada dua kelompok
sampel yang tidak berpasangan atau tidak berhubungan. Paired sample t-test
digunakan pada dua kelompok sampel yang berpasangan atau berhubungan,
sedangkan one way anova digunakan untuk dua atau lebih kelompok sampel yang
tidak berpasangan atau tidak berhubungan (Juliandi dkk., 2014).
Analisis independent sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata dua kelompok data yang independen. Independent sample t-test ini
memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu data yang digunakan berdistribusi
normal, kedua kelompok data independen atau bebas, serta variabel yang
dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (Nuryadi dkk., 2017).
M1 - M2
thit =
SS1 + SS2 1 1

n1 + n2 -2 (n1 + n2 )
Keterangan:
M1 = Rata-rata skor kelompok 1
M2 = Rata-rata skor kelompok 2
SS1 = sum of square kelompok 1
SS2 = sum of square kelompok 2
n1 = Jumlah subjek/sample kelompok 1
n2 = Jumlah subjek/sample kelompok 2
Dimana:
∑ X1 (∑ 𝑋1 )2
M1 = 𝑆𝑆1 = ∑ 𝑋12 −
n1 n1
∑ X2 (∑ 𝑋2 )2
M2 = 𝑆𝑆2 = ∑ 𝑋22 −
n2 n2
Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan dalam analisis independent
sample t-test yaitu:
a. Apabila thit > ttab, maka berbeda secara signifikansi (H0 ditolak)
b. Apabila thit < ttab, maka tidak berbeda secara signifikansi (H0 diterima)
Menurut Hardani (2020), penelitian komparatif merupakan bentuk penelitian
kausal atau sebab akibat yang pembuktiannya dapat dilakukan dengan melakukan
perbandingan. Perbandingan dapat dilakukan pada kelompok eksperimen (yang
diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
Perbandingan juga dapat dilakukan pada kondisi subjek penelitian sebelum dan
sesudah diberi perlakuan. Proses pengujian penelitian kuantitatif dengan analisis
komparatif memerlukan adanya hipotesis. Hipotesis komparatif merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Hipotesis komparatif
memuat rumusan dengan variabel sama dengan sampel berbeda atau keadaan yang
terjadi pada waktu yang berbeda.
Penelitian komparatif juga dapat digunakan dalam penelitian agribisnis.
Penelitian komparatif salah satunya dapat dilakukan untuk meneliti kondisi
komoditas pangan yaitu padi. Metode analisis yang dapat digunakan dalam metode
penelitian komparatif adalah uji beda. Hasil analisis yang dilakukan menggunakan
uji beda nantinya akan menunjukkan perubahan pada dua kondisi yang berbeda atau
kondisi sebelum dan setelah adanya sebuah perlakuan. Hasil analisis uji beda
independent sample t-test pada penelitian komoditas padi pada dua kondisi yang
dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada biaya produksi, produksi,
penerimaan dan pendapatan, antara lahan sawah tergenang air dan lahan sawah
irigasi sederhana dimana pendapatan lahan sawah irigasi sederhana lebih besar
dibandingkan lahan sawah tergenang air (Simbolon dkk., 2021).

2.3 Kerangka Pemikiran


Subsektor pangan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang
penting keberadaannya bagi ketahanan pangan nasional. Padi merupakan salah satu
komoditas pangan yang banyak dibutuhkan dalam pemenuhan pangan nasional.
Padi sebagai sumber karbohidrat yang menjadi salah satu komoditas yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padi sebagai bahan baku beras menjadi
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Konsumsi padi sebagai kebutuhan pokok
yang tinggi didukung dengan banyaknya produksi padi diberbagai provinsi di
Indonesia. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan produksi
padi terbesar di Indonesia.
Produksi padi di Provinsi Jawa Timur yang tinggi tidak dapat terhindarkan
dari adanya pandemi covid-19 yang menyebar di Indonesia. Pandemi covid-19
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan harga gabah di Provinsi Jawa
Timur berfluktuasi. Fluktuasi harga yang terjadi menyebabkan kesenjangan harga
antara produsen dengan konsumen. Harga gabah yang berfluktuasi ini juga dapat
dikarenakan oleh tidak lancarnya proses distribusi gabah di Provinsi Jawa Timur.
Distribusi gabah yang tidak lancar terjadi sebagai akibat adanya kebijakan PSBB
dan PPKM sebagai upaya pencegahan penyebarluasan virus covid-19.
Kesenjangan harga gabah yang terjadi antara produsen dan konsumen yang
diakibatkan oleh terjadinya fluktuasi harga tersebut menyebabkan harga gabah
ditingkat produsen menjadi rendah. Rendahnya harga gabah ditingkat produsen
tidak seimbang dengan harga beras ditingkat konsumen yang cenderung tinggi.
Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada kesejahteraan petani padi. Kesejahteraan
petani salah satunya dapat dilihat melalui nilai tukar petani. Nilai tukar petani
khususnya petani padi pada masa pandemi covid-19 mengalami fluktuasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat dua topik yang akan dijelaskan dalam
penelitian ini.
Topik pertama terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar
petani padi di Provinsi Jawa Timur. Analisis akan dilakukan secara kuantitatif
deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani padi.
Analisis dilakukan dengan menggunakan alat bantu analisis yaitu aplikasi SPSS.
Faktor-faktor yang akan dianalisis sebagai faktor yang dapat mempengaruhi nilai
tukar petani padi di Provinsi Jawa Timur antara lain faktor inflasi, harga beras, luas
panen padi, harga jagung, dan pandemi covid-19. Analisis dilakukan dengan
memposisikan variabel pandemi covid-19 sebagai variabel dummy. Faktor-faktor
tersebut dimasukkan berdasarkan penelitian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini.
Topik yang kedua berkaitan dengan dampak pandemi covid-19 terhadap nilai
tukar petani padi di Provinsi Jawa Timur. Analisis akan dilakukan dengan
menggunakan metode komparatif yaitu dengan membandingkan nilai tukar petani
padi di Provinsi Jawa Timur sebelum dan selama adanya pandemi covid-19, serta
seberapa besar pengaruhnya pandemi covid-19 terhadap nilai tukar petani padi di
Provinsi Jawa Timur. Hasil analisis nantinya dapat menggambarkan perubahan
yang terjadi akibat adanya pandemi covid-19 terhadap nilai tukar petani padi di
Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat
digambarkan skema kerangka pemikiran dari penelitian ini yang disajikan pada
gambar berikut.
Produksi padi di Jawa Timur

Kebijakan PSBB dan PPKM


yang dibuat pemerintah saat
pandemi covid-19

Berdampak pada distribusi gabah


di Provinsi Jawa Timur

Harga gabah berfluktuasi

Kesenjangan harga gabah


ditingkat petani dan konsumen

Nilai tukar petani padi di Provinsi


Jawa Timur berfluktuasi

Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar petani Dampak pandemi covid-19
padi di Provinsi Jawa Timur terhadap nilai tukar petani padi
(Inflasi, harga beras, luas panen di Provinsi Jawa Timur
padi, harga jagung, dan
pandemi covid-19)

Analisis Regresi Linier Metode Komparatif


Berganda Uji Independent Samples t-Test

Sebagai Informasi Empiris Mengenai


Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Nilai
Tukar Petani Padi di Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran


2.4 Hipotesis
1. Nilai tukar petani padi di Provinsi Jawa Timur diduga dipengaruhi oleh faktor
inflasi, harga beras, luas panen padi, harga jagung, dan pandemi covid-19.
2. Pandemi covid-19 diduga berdampak pada nilai tukar petani padi di Provinsi
Jawa Timur.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Timur, lokasi tersebut
ditentukan dengan metode purposive. Metode penentuan lokasi penelitian secara
purposive dilakukan dengan menentukan lokasi penelitian secara sengaja
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam menentukan lokasi
penelitian adalah berdasarkan pada produksi padinya. Lokasi penelitian yang
memiliki produksi padi terbesar di Indonesia menjadi alasan dipilihnya Provinsi
Jawa Timur sebagai lokasi penelitian. Penyebaran virus covid-19 yang cukup masif
di lokasi penelitian juga menjadi alasan dipilihnya Provinsi Jawa Timur sebagai
lokasi penelitian.
Waktu penelitian dilakukan pada masa pandemi covid-19 dengan
menggunakan data tahun 2018-2020. Tahun tersebut dipilih sebagai tahun yang
hendak diteliti karena pada tahun tersebut terjadi perubahan kondisi yaitu dari
kondisi normal menjadi kondisi pandemi. Tahun 2018-2019 merupakan tahun
sebelum pandemi covid-19, sedangkan tahun 2020 merupakan tahun dimana
terjadinya pandemi covid-19. Potensi pengembangan tanaman padi pada masa
pandemi covid-19 cukup baik yang ditandai dengan meningkatnya produksi padi
selama masa pandemi covid-19. Hal tersebut juga menjadi alasan dipilihnya tahun
2018-2020 sebagai tahun yang akan diteliti.

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif deskriptif dan metode komparatif. Metode kuantitatif deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini dimanfaatkan untuk menggambarkan fakta-fakta
dan hubungan pada fenomena yang akan diuji. Penelitian dilengkapi dengan
hipotesis yang digunakan sebagai dugaan sementara terhadap fenomena yang akan
diteliti. Metode komparatif dalam penelitian ini digunakan untuk membandingkan
besar Nilai Tukar Petani (NTP) padi sebelum dan selama adanya pandemi covid-
19. Hipotesis juga digunakan dalam metode komparatif tersebut dan digunakan
sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif yaitu
perbandingan besar Nilai Tukar Petani (NTP) padi sebelum dan selama adanya
pandemi covid-19 pada penelitian yang dilakukan.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data time series (runtut waktu) merupakan data yang dikumpulkan dalam
interval waktu secara kontinu. Data time series dapat berupa data sekumpulan
observasi dalam rentang waktu tertentu seperti data mingguan, data bulanan, data
kuartalan, dan data tahunan (Widarjono, 2005). Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa time series bulanan mulai dari tahun 2018 hingga 2020. Penelitian
ini mencakup seluruh wilayah di Provinsi Jawa Timur. Data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian ini antara lain data Nilai Tukar Petani (NTP) padi, data
inflasi, data harga beras, data luas panen padi dan data harga jagung. Data-data
tersebut dapat diperoleh dengan melakukan studi literatur. Metode studi literatur
digunakan untuk memperoleh data yang telah tersedia dari pihak lain. Data dapat
berasal dari sumber-sumber tertulis milik pemerintah seperti data-data yang dapat
diperoleh melalui laman Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya.

3.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi
linier berganda menggunakan data time series bulanan dan analisis independent
sample t-test. Analisis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
bantuan aplikasi SPSS.
3.4.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperkirakan perubahan nilai variabel terikat akibat pengaruh dari variabel
bebas. Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi
antara variabel independen dengan variabel dependennya. Regresi berganda
umumnya digunakan apabila terdapat lebih dari satu variabel independen (X) dan
hanya ada satu variabel dependen (Y) regresi yang digunakan (Juliandi dkk., 2014).
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini
dituliskan sebagai berikut:
Y =α+β1 X1 +β2 X2 +β3 X3 +β4 X4 + β5 D1 + e
Keterangan:
Y = Nilai Tukar Petani Padi (%)
𝛼 = Konstanta
𝛽 = Nilai Koefisien regresi
X1 = Inflasi (%)
X2 = Harga Beras (Rp/Kg)
X3 = Luas Panen Padi (Ha)
X4 = Harga Jagung (Rp/Kg)
D1 = Pandemi covid-19
e = Error
Analisis regresi linier berganda digunakan dengan memperhatikan asumsi
klasik. Asumsi klasik regresi berganda ini dikenal juga dengan sebutan BLUE (Best
Linear Unbias Estimation). Uji asumsi klasik regresi berganda bertujuan untuk
mengetahui model regresi terbaik yang dapat digunakan. Model regresi yang baik
akan menghasilkan hasil analisis regresi yang baik pula. Hasil analisis regresi yang
baik akan layak dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengetahuan atau untuk
pemecahan masalah praktis. Berikut merupakan uji asumsi klasik pada regresi linier
berganda yang akan dilakukan.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa variabel dependen
dan independen dalam model regresi yang digunakan telah terdistribusi
normal. Model regresi dapat dikatakan memiliki distribusi normal apabila
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Uji
normalitas data juga dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Data
dapat dikatakan normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov adalah tidak
signifikan (Asymp. Sig (2-tailed) > α 0.05).
2. Uji Multikolinearitas
Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak memiliki korelasi yang kuat
antar variabel independennya. Cara yang dapat digunakan pada uji
multikolinearitas ini adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian
(Variance Inflasi Factor/VIF). Model regresi dikatakan baik apabilai nilai
VIF tidak melebihi 5.
3. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki varians residual tetap
dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau disebut homokedastisitas.
Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot.
Model regresi yang baik akan menunjukkan titik-titik yang menyebar di
bawah dan diatas anngka 0 pada sumbu Y. Titik-titik akan menyebar secara
acak dan tidak membentuk pola yang jelas atau teratur.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi banyak dilakukan pada analisis regresi dalam pengujian data
time series untuk mengetahui ada tidaknya masalah autokorelasi. Masalah
autokorelasi terjadi apabila terdapat korelasi antara pengganggu pada periode
ke t dengan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari autokorelasi.
Autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W),
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika d < dL atau d > (4-dL), maka terdapat autokorelasi
b. Jika Du < d < (4-dU), maka tidak ada autokorelasi
c. Jika dL < d < dU atau (4-dU) < d < (4-dL), maka tidak menghasilkan
kesimpulan yang pasti
Penelitian ini juga menggunakan uji statistik dalam proses analisisnya. Uji
statistik yang digunakan antara lain:
a. Uji F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependennya. Rumusan
hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : variabel independen X1, X2, X3, X 4 dan D1 secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y),
H1 : variabel independen X 1 , X 2 , X 3 , X 4 dan D 1 secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah terima H 0 atau
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b) Jika nilai signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah tolak H 0 atau
variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial. Rumusan hipotesis yang digunakan adalah;
H0 : variabel independen X 1 , X 2 , X 3 , X 4 dan D 1 secara signifikan
tidak mempengaruhi besarnya variabel dependen (Y)
H1 : variabel independen X 1 , X 2 , X 3, X 4 dan D 1 secara signifikan
mempengaruhi besarnya variabel dependen (Y)
Kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah H0 diterima.
b) Jika nilai signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah H0 ditolak
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (Adj R2) merupakan pengujian besaran nilai yang
menunjukkan kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat.
Analisis determinasi merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa besar
variabel X memberikan kontribusi terhadap variabel Y. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel
independen secara serentak terhdap variabel dependen. Semakin besar nilai
koefisien detreminasi, maka semakin tepat model regresi digunakan sbagai
alat uji dalam penelitian ini.
3.4.2. Analisis Independent Sample t-Test
Analisis independent sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata dua kelompok data yang independen. Independent sample t-test ini
memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu data yang digunakan berdistribusi
normal, kedua kelompok data independen atau bebas, serta variabel yang
dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (Nuryadi dkk., 2017).
M1 - M2
thit =
SS1 + SS2 1 1

n1 + n2 -2 (n1 + n2 )
Keterangan:
M1 = Rata-rata NTP padi sebelum pandemi covid-19
M2 = Rata-rata NTP padi selama pandemi covid-19
SS1 = sum of square NTP padi sebelum pandemi covid-19
SS2 = sum of square NTP padi selama pandemi covid-19
n1 = Jumlah subjek/sampel NTP padi sebelum pandemi covid-19
n2 = Jumlah subjek/sampel NTP padi selama pandemi covid-19
Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan dalam analisis independent
sample t-test yaitu:
a. Apabila thit > ttab, maka berbeda secara signifikansi (H0 ditolak)
b. Apabila thit < ttab, maka tidak berbeda secara signifikansi (H0 diterima)

3.5 Definisi Operasional


1. Padi merupakan komoditas pangan penting yang dimanfaatkan masyarakat
sebagai makanan pokok sehari-hari.
2. Nilai tukar petani (NTP) padi merupakan perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani padi (It) dengan indeks harga yang dibayar petani padi
(Ib) dan dinyatakan dalam persentase (%).
3. Inflasi merupakan kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara
umum dikonsumsi rumah tangga dengan satuan %.
4. Harga beras merupakan harga beras di semua pasar yang ada di Jawa Timur
yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
5. Luas panen padi merupakan luas area panen padi di Provinsi Jawa Timur yang
dinyatakan dalam satuan Ha.
6. Harga jagung merupakan rata-rata harga jagung pipilan kering di Provinsi
Jawa Timur yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
7. Pandemi covid-19 merupakan kondisi dimana terjadinya wabah penyakit
menular yang diakibatkan oleh virus Covid-19.
8. Regresi linier berganda merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel inflasi, harga beras, luas panen padi,
harga jagung, dan pandemi covid-19 sebagai variabel independen dengan
variabel nilai tukar petani padi sebagai variabel dependen.
9. Independent samples t-test merupakan alat analisis yang digunakan untuk
membandingkan perbedaan yang terjadi pada nilai tukar petani sebelum dan
selama pandemi covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T., M. Fauzi, dan H. Fajeri. 2019. Affecting factors farmer exchange rate (
NTP ) of food crops South Kalimantan Province. IOSR Journal of Agriculture
and Veterinary Science, 12(7): 83–91.

Amalia, N. dan A. Nurpita. 2017. Analisis Dinamika Kesejahteraan Petani di


Provinsi Jawa Timur. Jurnal Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen Bisnis,
5(2): 222-227.

Ariani, M., A. Setiyanto, dan T. B. Purwantini. 2020. Dampak pembatasan sosial


berskala besar terhadap distribusi dan pola konsumsi pangan rumah tangga.
Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian, 437–454.

Aulia, S. S., Rimbodo, D. S., & Wibowo, M. G. 2021. Faktor-faktor yang


Memengaruhi Nilai Tukar Petani ( NTP ) di Indonesia. Journal of Economics
and Business Aseanomics, 16: 44–59.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Tanaman
Padi. Aceh: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2020. Harga Gabah di Tingkat Petani
Menurut Kualitas. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2021. Statistik Nilai Tukar Petani
Provinsi Jawa Timur 2020. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Timur.

Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Padi Nasional Menurut Provinsi. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.

Basuki, A. T. 2015. Analisis Statistik dengan SPSS. Sleman: Danisa Media.

Chritoporus., Effendy, I W. D. Armayadi, Muhardi, dan E. K. S. Surentu. 2020.


Factors affected farmer exchange rate and their relationship to life expectancy
in Central Sulawesi. EurAsian Journal of BioSciences, 14 : 6245-6248.

Dinar, M. dan M. Hasan. 2018. Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Makassar:
CV. Nur Lina Bekerjasama dengan Pustaka Taman Ilmu.

Febriana, F., T. Hadi P., dan A. Widjajanti. 2015. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Petani di Provinsi Jawa Timur. Karya Ilmiah
Civitas Akademika Program Studi Ekonomi Pembangunan Tahun 2015. 1-8.

Hardani., N. H. Auliya, H. Andriani, R. A. Fardani, J. Ustiawaty, E. F. Utami, D. J.


Sukmana, dan R. R. Istiqomah. 2020. Metode Penelitian Kualitaif &
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Indriani, U., M. Dinar, M. Hasan, M. I. Said, S. Rijal. 2020. Perilaku Konsumsi


Rumah Tangga Petani Padi di Desa Manjalling Kecamatan Ujung. Jurnal
Pendidikan IPS, 1(2): 69-73.

Jamilah. 2017. Peluang Budidaya Tanaman Padi sebagai Penyedia Beras dan
Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan. Sleman: Deepublish.

Juliandi, A., Irfan, dan S. Manurung. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep
dan Aplikasi. Medan: UMSU Press.

Karmini. 2018. Ekonomi Produksi Pertanian. Samarinda: Mulawarman University


Press.

Kurniawan, D. 2008. Regresi Linier. Jakarta: Forum Statistika.

Kurniawan, R. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar


Petani (Ntp) Padi Sawah (Kasus: Desa Karang Gading, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat). Skripsi. Medan: Program Studi Agribisnis
Universitas Sumatera Utara.

Mahyarni dan A. Meflinda. 2015. Ekonomi Makro Terintegrasi. Riau: Suska Press.

Manggala, R. B. dan A. Boedi R. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi


Padi di Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Jurnal
Ilmu Ekonomi, 2(3): 441-452.

Mujiburrohman, M. A. 2021. Civil Society – Militer Dalam Mencapai Ketahanan


Pangan Di Jawa Timur Civil Society – Military In Achieve Food Security In
East Java. Jurnal Kybernan, 12(2): 81–93.

Nugraha, C. H. T. dan N. S. B. Maria. 2021. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi. Diponegoro Journal of Economics,
10(1): 1-9.

Nuryadi., T. D. Astuti, E. S. Utami, dan M. Budiantara. 2017. Dasar-dasar Statistik


Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2017.


Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1182. Jakarta.

Pratiwi, S. H. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Sawah pada
Berbagai Metode Tanam dengan Pemberian Pupuk Organik. Gontor
Agrotech Science Journal, 2(2): 1-19.

Priyono dan T. Chandra. 2016. Esensi Ekonomi Makro. Sidoarjo: Zifatama


Publishing.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional. 2021. Harga Beras Menurut
Kualitasnya di Provinsi Jawa Timur. Jakarta: PIHPS Nasional.

Rachmat, M. 2013. Nilai Tukar Petani: Konsep, Pengukuran dan Relevansinya


sebagai Indikator Kesejahteraan Petani. Forum Penelitian Agro Ekonomi,
31(2): 111-122.

Ramadhanu, R., Ginting, R., & Ayu, S. F. (2021). Analysis of factors affecting
farmer exchange rate in North Sumatera Province. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 782(2): 1-6.

Rizal, K. 2021. Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit.
Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.

Saliem, H. P., Agustian, A., & Perdana, R. P. (2020). Dinamika Harga, Permintaan,
dan Upaya Pemenuhan Pangan Pokok pada Era Pandemi Covid-19. Dampak
Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi Dan Resiliensi Sosia Ekonomi
Pertanian, 361–379.

Simbolon, M., B. M. Setiawan, dan E. Prasetyo. 2021. Analisis Komparasi Faktor-


faktor Produksi dan Pendapatan pada Usahatani Padi Lahan Sawah dengan
Sistem Irigasi yang Berbeda di Kecamatan Banyubiru. Jurnal Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis (JEPA), 5(2): 575-583.

Tuminem, F. (2019). Peranan Komoditas Tanaman Pangan Unggulan terhadap


Kesempatan Kerja dan Pendapatan di Kabupaten Sukoharjo (Analisis Input-
Output). Jurnal Pangan, 27(3), 203–214.

Utama, Z. H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan


Produksi Padi. Yogyakarta: CV. Andi Offse.

Wahab, A. 2012. Ekonomi Makro. Makassar: Alauddin University Press.

Widarjono, A. 2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: Ekonisia.

Yulian, H. 2021. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perubahan Nilai Tukar


Petani Usahatani Padi Sawah (Kasus : Desa Medan Krio, Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Program Studi Agribisnis
Universitas Sumatera Utara.
Yunita, P. 2021. How Has the Covid-19 Pandemic Affected the Real and Monetary
Sectors in Indonesia?. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance,
7(1): 137–166. 

Anda mungkin juga menyukai