Anda di halaman 1dari 51

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi

sektor pertanian maupun perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber

pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan

pendapatan masyarakat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2018). Produksi

tanaman pertanian terbagi menjadi beberapa jenis tanaman pertanian antara lain:

tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan, dan tanaman

hortikultura. Jenis tanaman pertanian hortikultura memiliki karakteristik khusus

dan tersendiri. Karakteristik tanaman hortikultura adalah mudah rusak dan busuk,

komponen utama kadar air, ketersediaan produk, harga produk ditentukan oleh

kualitas produk bukan kuantitas produk, dan sumber vitamin. Tanaman

hortikultura terbagi atas beberapa komoditas yaitu tanaman hias, tanaman buah-

buahan, dan tanaman sayuran. Salah satu komoditas dari sektor tanaman

hortikultura adalah bayam.

Bayam (Amaranthus sp) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

banyak dibudidayakan oleh petani. Komoditas ini lebih dikenal oleh masyarakat

sebagai sayuran yang mudah diperoleh dan memiliki banyak manfaat bagi

kesehatan. Berdasarkan jumlah 100 g bayam mengandung nutrisi sebanyak 2,3 g

protein, 3,2 g karbohidrat, 3 g zat besi dan 81 g kalsium. Bayam kaya akan

mineral, termasuk vitamin A, vitamin C, niacin, thiamin, phosphorus, riboplavin,


2

sodium, kalium dan magnesium (Gunawan, 2017). Vitamin C sangat penting

untuk tubuh manusia. Manfaatnya antara lain dapat mengobati berbagai macam

gangguan pada manusia, mulai dari kanker, diabetes, infeksi virus dan bakteri,

serta memperlambat penuaan dini (Massey, Rahayu, 2013).

Bayam memiliki serat memiliki fungsi yang tidak digantikan oleh zat lain

dalam memicu kondisi fisiologis dan metabolisme yang dapat memberikan

perlindungan pada saluran pencernaan. Serat makanan tidak dicerna dalam

usus, sehingga tidak berfungsi dalam menghasilkan energi. Dalam ilmu gizi,

serat makanan terdapat pada sayuran dan buah. Rekomendasi Organisasi

Kesehatan Dunia untuk asupan vitamin C telah ditetapkan 45 miligram per hari

(Snesa, 2010).

Serat memiliki fungsi yang tidak digantikan oleh zat lain dalam memicu

kondisi fisiologis dan metabolisme yang dapat memberikan perlindungan pada

saluran pencernaan. Serat makanan tidak dicerna dalam usus, sehingga tidak

berfungsi dalam menghasilkan energi. Serat makanan yang terdapat pada sayuran

dan buah berguna mengurangi asupan kalori. Diet seimbang rendah kalori

disertai diet tinggi serat bermanfaat sebagai strategi menghadapi obesitas.

Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak

manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan tubuh. Adequate Intake (AI)

untuk serat makanan bagi orang dewasa adalah 20−35 g/hari. Bayam

mengandung serat 0,8 mg/100 g bahan (Kusharto, 2006).

Kualitas suatu produk pangan ditentukan oleh penampilan fisik meliputi

bentuk, ukuran, warna, dan tekstur serta kandungan gizi di dalamnya. Penampi-

lan dan kualitas yang baik akan mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap
3

suatu produk. Kandungan gizi dan senyawa lain dalam tanaman seperti vitamin

C, karotenoid, maupun senyawa folat dipengaruhi oleh faktor Genotipe, teknik

budidaya, dan jenis pupuk yang digunakan (Hanson dalam Rahayu, 2013)

Data jumlah produksi tanaman sayuran di Indonesia 2018 dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Data jumlah produksi tanaman sayuran di Indonesia 2018

Jenis Tanaman 2014 2015 2016 2017


Bawang Merah/Shallot 1.233.989 1.229.189 1.446.869 1.470.154
Bawang Putih/Garlic 16.894 20.293 21.15 19.513
Bayam/Spinach 134.166 150.093 160.267 148.303
Buncis/Green Bean 318.218 291.333 275.535 279.052
Cabai Rawit/Chili 800.484 869.954 915.997 1.153.165
(Capsicum
Cabai/Chili Frustescens) 1.875.095 1.915.154 1.961.598 2.359.441
Kangkung/Kangkong 319.618 305.08 297.13 276.982
Lobak/Radish 31.865 21.479 19.483 22.424
Tomat/Tomato 916.001 877.801 883.242 962.856
Petsai/Chinese Cabbage 602.478 600.2 601.204 627.611
Sumber: Badan Statistik Indonesia, 2018

Tabel 1 diatas menunjukan produksi bayam meningkat pada tahun

2014−2016 dan mengalami penurunan pada tahun 2017. Tahun 2014, volume

produksi bayam di Indonesia sebesar 134.166 ton dan jumlah ini meningkat

menjadi 150.093 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi juga meningkat pada

tahun berikutnya sebesar 160.267 ton pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena

pengaruh iklim yang sangat mendukung untuk produksi sayuran termasuk

komoditi bayam. Tahun 2017 volume produksi bayam mengalami penurunan

sebesar 101.174 ton. Hal ini dipengaruhi oleh musim kemarau yang terjadi di

Indonesia.

Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan budidaya bayam. Kondisi

ini mampu berkembang dengan baik di provinsi Jawa Barat. Hal ini didukung
4

oleh kondisi wilayah dan lahan subur yang cocok untuk budidaya bayam, karena

mayoritas masyarakat bermata pencarian sebagai petani. Data jumlah produksi

sayuran di Gapoktan Lembang Agri 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data jumlah produksi sayuran di Gapoktan Lembang Agri 2017.

No Komoditas Produksi (ton) Kontribusi (%)


1 Sawi 136.5 21.43
2 Brokoli 96.64 15.17
3 Tomat 93.12 14.62
4 Buncis 66.66 10.47
5 Buncis kenya 63.18 9.92
6 Lobak 46.5 7.30
7 kol 45.5 7.14
8 Lectus 37.54 5.89

Sumber: Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri, 2017

Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi bayam berada pada urutan 10 setelah

selada dengan jumlah sebesar 14.8 ton atau 2,32 persen terhadap produksi sayuran

di Gapoktan Lembang Agri. Hal ini disebabkan karena bayam merupakan

komoditi yang baru diproduksi selama 2 periode di Gapoktan Lembang Agri.

Tanaman ini mempunyai potensi untuk ditingkatkan karena komoditas bayam

yang diproduksi Gapoktan Lembang Agri mempunyai prospek yang cukup

menjanjikan yaitu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dengan harga

Rp12.000/kg. Pengelolaan produk bayam yang berkualitas dan kontinyu

diperlukan penanganan pasca panen yang tepat.

Pengelolaan pasca panen yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga

produk tetap berkualitas, karena kualitas akan menentukan harga dan permintaan

pasar dari produk yang dihasilkan. Sayuran dan buah termasuk ke dalam bahan

pangan nabati yang memiliki banyak persamaan dalam hal komposisi, cara
5

budidaya dan pemanenan, sifat penyimpanan serta pengolahannya. Sayuran dan

buah pada umumnya bersifat sangat mudah rusak sehingga memerlukan

penanganan pasca panen (Tjahjadi, 2008). Data jumlah produksi bayam yang

dijual Gapoktan Lembang Agri ke Cianjur fresh 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data jumlah produksi bayam yang dijual Gapoktan Lembang Agri ke
mitra Cianjur fresh bulan Agustus 2018.

Jumlah (Kg) Presentase


No Tanggal pengiriman
Pengiriman Susut Total Penyusutan (%)
1 7 Agustus 2018 100 10 90 10
2 8 Agustus 2018 100 20 80 20
3 10 Agustus 2018 100 10 90 10
4 11 Agustus 2018 100 30 70 30
5 12 Agustus 2018 100 30 70 30
6 13 Agustus 2018 100 10 90 10
7 14 Agustus 2018 100 20 80 20
8 15 Agustus 2018 100 20 80 20
9 16 Agustus 2018 100 30 70 30
10 17 Agustus 2018 100 30 70 30
Jumlah 790 210
Rata-rata 79 21

Sumber: Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri, 2017

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil sortir bayam Gapoktan Lembang Agri

cukup tinggi di mitra Cianjur fresh. Hal ini disebabkan produk bayam yang dijual

ada kencendrungan kehilangan (Losses) berat bayam yang dikirim dari Gapoktan

Lembang Agri ke mitra di Cianjur fresh. Kehilangan pasca panen sayur dan buah

dapat mencapai 5%−50% ataupun lebih sebagai akibat dari infrastruktur yang

buruk dan tidak tersedianya metode-metode penanganan pasca panen dan

pengolahan yang memadai. Sayuran dan buah memiliki laju respirasi yang sangat

tinggi dengan produksi panas rata-rata 5-70 megajoule/ton/hari pada 20ºC.


6

Produksi panas yang tinggi tersebut memicu mudah busuknya sayuran dan buah,

yang memiliki kadar air tinggi 70%−95%, sehingga masa simpan alaminya

pendek, yaitu beberapa hari sampai beberapa bulan (Tjahjadi, 2008). Penanganan

pasca panen bayam yang tepat perlu di lakukan karena bayam memiliki tingkat

respirasi yang sangat tinggi mencapai lebih dari 60% kehilangan (Losses) berat

pada bayam.

Bayam memiliki masa simpan satu hari pada penyimpanan suhu kamar

(21±2ºC) dan RH 85%. Masa simpan merupakan waktu yang diperlukan oleh

suatu produk pangan dalam kondisi penyimpanan tertentu untuk dapat mencapai

tingkatan mutu tertentu. Tingkatan mutu tersebut merupakan tingkatan mutu

produk yang masih dapat diterima oleh konsumen, singkatnya masa simpan

bayam dapat menjadi masalah dalam berbagai sisi mulai dari pasca panen,

transportasi, distribusi, pengolahan, hingga konsumsi baik bagi produsen, industri

pengolahan bayam, maupun konsumen langsung (Rahayu dkk, 2013).

Pengangkutan produk kurang memadai dan terjadi keterlambatan pada

jalur pengangkutan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Distribusi

komoditas hortikultura memiliki rantai yang panjang sehingga mempengaruhi

kualitas komoditas pada saat pengiriman ke tujuan karena sifat dari produk

pertanian yang mudah rusak. Permasalahan tersebut yang dihadapi Gapoktan

Lembang Agri untuk komoditas bayam yaitu mengalami kerusakan akibat

pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang

kurang intensif sehingga tidak sedikit hasil panen yang terbuang. Pada kegiatan

pasca panen perlu adanya pengelolaan yang insentif agar hasil panen tidak

terbuang. Keberhasilan setiap komoditi yang dipasarkan sangat tergantung pada


7

kualitas produk dan jumlah permintaan konsumen. Produk bayam yang sesuai

standar kualitas Gapoktan Lembang Agri adalah: daun tidak sobek atau bolong,

batang tidak patah tinggi bayam, dan lebar daun bayam sama rata. Kriteria ini

menjadi acuan Gapoktan Lembang Agri untuk memasarkan ke Cianjur fresh.

Bayam yang tidak masuk kriteria akan dijual ke pasar tradisional.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengangkat masalah tersebut untuk

dijadikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Saluran Distribusi Bayam Potong

Segar di Gapoktan Lembang Agri Kabupaten Bandung Barat” karena dalam

melakukan kegiatan pasca panen perlu adanya penanganan insentif agar hasil

panen tidak terbuang sia-sia. Keberhasilan setiap komoditi yang dipasarkan

sangat tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan penanganan pasca panen komoditas bayam potong segar pra

distribusi di Gapoktan Lembang Agri.

2) Menganalisis saluran distribusi komoditas bayam potong segar di Gapoktan

Lembang Agri.

1.3 Kerangka Pemikiran

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lembang Agri adalah lembaga

pertanian yang bergerak di bidang usaha pertanian hortikultura khususnya

komoditas bayam. Aktivitas Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri

memproduksi bayam secara kontinyu, akan tetapi permasalahan yang terjadi

dalam pengiriman produk bayam. Jumlah produk bayam yang dikirim oleh
8

Gapoktan Lembang Agri tidak sesuai dengan jumlah yang diterima oleh Cianjur

Fresh karena terjadi kehilangan (Losses) berat produk bayam dalam proses

pengiriman, jumlah kehilangan berat produk bayam pada bulan Agustus 2018

sebesar 210 kg atau 21% dari total pengiriman 1 ton bayam. Nilai ini cukup besar

karena kehilangan berat pada produk sayuran sebanyak 5% akibat transpirasi

untuk produk sayuran ( Utama S I Made, 2006). Permasalahan ini akan

berdampak pada pembatalan kerjasama apabila tidak dilakukan penanganan

proses pasca panen sehingga diperlukan kegiatan penanganan pasca panen yang

tepat agar kualitas dan kesegaran bayam tersebut tetap terjaga sampai ke tangan

konsumen akhir.

Faktor penanganan pasca panen sangat berpengaruh terhadap kualitas dari

produk bayam. Sesuai dengan tujuan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui

manfaat penanganan pasca panen dan menjelaskan saluran distribusi bayam

potong segar di Gapoktan Lembang Agri.

Kerangka pemikiran pengelolaan pasca panen bayam di Gapoktan

Lembang Agri dapat dilihat pada Gambar 1.

1.4. Kontribusi

Kontribusi dalam penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut:

1) Politeknik Negeri Lampung

Sebagai refrensi dan panduan tambahan bagi mahasiswa mengenai proses

pasca panen dan saluran distribusi komoditas bayam.

2) Pembaca
9

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

dijadikan sebagai ilmu bidang kajian tentang melakukan proses pasca panen

dan saluran distribusi pemasaran bayam.

3) Gapoktan Lembang Agri

Bagi Gapoktan Lembang Agri dapat dijadikan bahan masukan dalam

pengambilan kebijakan mengenai kegiatan penaganan pasca panen bayam.

Gapoktan Lembang Agri

Petani anggota

Pengelolaan pasca panen Kerusakan produk bayam


(Batang patah, daun sobek)

Pemanenan bayam Distribusi bayam


Penerimaan bayam Mitra Cainjur fresh
Sortasi bayam (Pasar modern)
Pengemasan bayam Pasar tradisional
Penyimpanan bayam (Pasar ahad, pasar lembang dan pasar minggu)
Pengangkutan bayam

Keuntungan Gapoktan

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengelolaan pasca panen bayam di Gapoktan


Lembang Agri.
10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Morfologi Bayam

Tanaman bayam digolongkan dalam keluarga Amaranthaceae, marga

Amaranthus. Bayam termasuk tanaman gulma yang tumbuh liar, namun karena

perkembangannya manusia memanfaatkan bayam sebagai tanaman budidaya yang

mengandung gizi tinggi. Klasifikasi dari keluarga Amaranthaceae ada sedikit

yang membingungkan, antara lain disebabkan oleh kenyataan bahwa perbedaan

antara hibrida dan jenis (spesies) sering kali dilaporkan berdasarkan identifikasi

jumlah kromosom yang sangat sulit dubuktikan karena ukurannya yang kecil

(Bandini, 2000).

Klasifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Family : Amaranthaceae
Upfamily : Amaranthoideae
Genus : Amaranthus L
Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh

tegak, batangnya tebal berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri. Daun

bayam biasanya tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu

kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut, muncul di

pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran sangat kecil

berwarna hitam atau coklat dan mengilap. Tanaman bayam sangat toleran
11

terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditaman di dataran rendah

hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5-2000 meter dari atas

permukaan laut.

Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana

pertumbuhan optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara 1000-

2000 mm, dan kelembaban di atas 60%. Bayam tumbuh baik bila ditanam di

lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang

air/becek (Yusni B, Nurudin Azis, 2000).

2.2 Teori Pasca Panen

Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari

pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan. Penanganan

hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati, karena sangat

menentukan mutu hasil sayuran. Penanganan yang dilakukan secara kasar akan

menyebabkan meningkatnya jumlah kerusakan buah, sehingga dapat

memperpendek lama penyimpanan, kualitas sayuran turun, dan harga jual menjadi

rendah. Penanganan pasca panen sayuran tergantung pada jenis sayurannya,

namun pada umumnya meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan

Hal yang harus diperhatikan pada kegiatan ini yaitu lokasi pengumpulan

harus dekat dengan tempat pemanenan sehingga tidak terjadi penyusutan atau

penurunan kualitas akibat pengangkutan dari dan ke tempat pengumpulan.

Tempat pengumpulan juga harus terlindung dari sinar matahari agar hasil panen

tidak cepat layu karena penguapan.


12

2. Sortasi

Tahapan ini memisahkan sayuran yang rusak, busuk, luka, terserang

penyakit, warnanya tidak bagus, dan bentuknya tidak normal dari sayuran yang

berkualitas baik sesuai dengan kriteria yang diminta konsumen. Kegiatan sortasi

harus dilakukan di tempat teduh untuk menjaga kesegaran sayuran. Kegiatan

membersihkan sayuran adalah untuk menghilangkan kotoran, benda-benda asing,

sisa-sisa tanaman yang menempel pada hasil panen, getah dan lain-lain agar

komoditas sayuran lebih menarik sehingga nilai jualnya lebih tinggi.

3. Pembersihan

Pembersihan dapat dilakukan dengan cara mencuci menggunakan air

untuk beberapa jenis sayuran atau mengelap dengan kain yang bersih, kering, dan

lembut misalnya untuk tomat. Beberapa jenis sayuran tertentu misalnya kubis

bunga dilakukan sortasi atau perempelan yaitu memotong atau menghilangkan

bagian tanaman tertentu yang tidak disukai konsumen atau menyebabkan umur

simpan menjadi lebih pendek. Perempelan dilakukan untuk membuang bagian

sayuran yang rusak/luka, warna yang berubah atau cacat bentuknya agar

penampilan komoditas sayuran tetap bagus.

4. Grading atau pengkelasan

Grading adalah memisahkan dan menggolongkan komoditas berdasarkan

tingkatan mutu dari segi berat, ukuran, bentuk dan warna. Grading dilakukan

sesuai dengan mutu yang diminta oleh konsumen.

5. Pengemasan

Pengemasan sayuran harus dilakukan dengan wadah yang sesuai sehingga

tujuan pengemasan dapat tercapai, yaitu melindungi/mencegah komoditi dari


13

kerusakan mekanis, menjaga kebersihan, menciptakan daya tarik bagi konsumen,

memberikan nilai tambah produk, dan memperpanjang daya simpan produk.

Pengemasan yang umum digunakan yaitu karton/box, kotak kayu, keranjang

bambu, keranjang plastik, kantong plastik, dan jaring/net. Pemberian label

diberikan pada luar kemasan yang berisi nama komoditi, kelas mutunya, nama

produsen, alamat produsen, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa, serta berat

bersih.

6. Penyimpanan

Penyimpanan sayuran dapat memperpanjang kegunaan dan ketersediaan

sayuran karena kemunduran kesegaran dapat diperkecil. Penyimpanan sayuran

dapat dilakukan di luar atau di dalam lemari atau ruang pendingin. Penyimpanan

di dalam lemari/ruang pendingin merupakan cara yang terbaik karena komoditi

sayuran memperoleh suhu dan kelembaban relatif yang optimum sehingga terjaga

kesegarannya dalam jangka waktu yang relatif lama. Penyimpanan sayuran juga

dapat dilakukan dengan pengendalian atmosfer dan pelapisan dengan lilin.

7. Transportasi

Karakteristik jenis produk yang diangkut, lamanya perjalanan serta

alat/sarana pengangkutan yang digunakan merupakan hal yang harus diperhatikan

pada saat transportasi komoditi sayuran. Alat pengangkut yang tidak memiliki

pendingin udara hendaknya transportasi sayuran dilakukan pada saat malam atau

dini hari. Produk sayuran juga hendaknya dijaga dari kemungkinan terjadinya

benturan, gesekan, dan tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan

kerusakan atau menurunnya mutu produk tersebut. Hal ini dapat dihindari dengan

pengaturan tata letak wadah sayuran yang tepat di dalam alat transportasi.
14

2.3 Distribusi Pemasaran

Distribusi adalah salah satu elemen bauran pemasaran. Distribusi dapat

diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan

mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Distribusi merupakan kegiatan yang paling penting dalam sistem pemasaran

karena distribusi efektif dan efisien maka barang akan cepat dipasarkan dan

selanjutnya akan dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. Semua perusahaan perlu

melakukan fungsi distribusi dan hal ini sangat penting bagi pembangunan

perekonomian masyarakat karena bertugas menyampaikan barang dan jasa yang

diperlukan oleh konsumen (Ardiyanta, 2013).

Saluran distribusi merupakan suatu jalur yang harus dilalui oleh arus

barang dari produsen ke agen atau perantara atau pedagang besar terhadap

pemakai, dalam hal ini konsumen. Saluran distribusi merupakan hal yang sangat

penting dalam kegiatan perusahaan, karena hal ini akan mempengaruhi keputusan

yang dibuat oleh manajer perusahaan (Jaja Raharja, 2013).

2.4 Saluran Distribusi 

Saluran distribusi merupakan suatu jalur yang harus dilalui oleh arus

barang dari produsen ke agen atau perantara atau pedagang besar terhadap

pemakai, dalam hal ini konsumen. Saluran distribusi merupakan hal yang sangat

penting dalam kegiatan perusahaan, karena hal ini akan mempengaruhi keputusan

yang dibuat oleh manajer perusahaan (Jaja Raharja, 2013).

Saluran distribusi adalah serangkaian dari organisasi yang saling

bergantung yang memudahkan pemindahan kepemilikan sebagaimana produk-

produk bergerak dari produsen ke pengguna bisnis atau pelanggan (Lamb, 2001).
15

Saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung

dan membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau

dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis (Kotler, 2008).

2.4.1 Tingkat saluran distribusi 

Tingkat saluran adalah lapisan perantara yang melakukan sejumlah

pekerjaan dalam membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat dengan

pembeli akhir. Jumlah tingkat perantara mengindikasikan panjang saluran

(Kotler, 2008).

Pengertian pemasaran langsung adalah sistem pemasaran yang memakai

saluran langsung untuk mencapai konsumen dan menyerahkan barang/jasa kepada

konsumen tanpa adanya perantara. Untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi

yang dapat diukur pada suatu lokasi (Suyanto, 2007).

1. Saluran pemasaran langsung (direct marketing channel)

Produsen akan berhadapan langsung dengan konsumen, harga yang

dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima produsen. Segi harga

produsen akan mendapatkan harga yang wajar, pihak konsumen juga akan merasa

untung karena mendapat produk yang lebih segar. Saluran pemasaran langsung

memiliki kelemahan misalnya ligkup atau kapasitas atau konsumen yang tidak

begitu luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan

mengolah produk menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta

produsen tidak dapat meluaskan jaringan pemasaran karena dengan meluaskan

jaringan pemasaran.
16

a) Produsen - Konsumen

Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah

saluran distribusi dari produsen ke konsumen. Produsen dapat menjual barang

yang dihasilkannya. Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi

langsung.

2. Saluran tidak langsung (indirect marketing channel)

Saluran tidak langsung melibatkan pedagang perantara sehingga produsen

tidak dapat lengsung berhubungan dengan konsumen. Pedagang perantara yaitu

pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan

mendapat keuntungan. Pedagang perantara adalah pedagang eceran, pedagang

besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang

menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Semantara

pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk pertanian dari petani atau

pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran.

Sedangkan pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan

sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan menjualnya dalam jumlah besar

pada langganannya.

a) Produsen - Pengecer - Konsumen

Seperti hainya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen -

Konsumen), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini,

pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Ada pula

beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara

langsung melayani konsumen.

b) Produsen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen


17

Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan

dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini, produsen hanya

melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada pedagang besar saja, tidak

menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan

pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi saluran distribusi

beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh perusahaan Kegiatan

mengenai saluran distribusi bauran pemasaran melalui saluran dan penjualan yang

baik diantaranya sebagai berikut (Keegan, 1996):

1. Tempat

Ketersediaan produk atau jasa disuatu lokasi yang nyaman bagi pelanggan

potensial.

2. Waktu

Ketersediaan produk atau jasa saat di inginkan oleh seorang pelanggan.

3. Bentuk

Produk diproses, disiapkan dan dan siap dimanfaatkan, serta dalam kondisi

yang tepat.

4. Informasi

Jawaban atas pertanyaan dan komunikasi umum mengenai sifat-sifat produk

yang berguna serta manfaat yang tersedia.

Berdasarkan uraian diatas ditarik kesimpulan, saluran distribusi merupakan

suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dapat menyalurkan

produknya agar dapat sampai ke tangan konsumen yang tepat, sehingga segala
18

kegitan yang dilakukan oleh perusahaan terutama yang menyangkut dengan

distribusi dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Upaya

yang harus dilakukan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumen serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan adalah dengan

melakukan strategi pemasaran yang tepat dan terarah, seperti meningkatkan mutu

poduk, kebijakan harga dan memilih saluran distribusi yang tepat untuk dapat

menghadapi persaingan yang tetap pada saat ini.

2.4.3 Fungsi Saluran Distribusi

Saluran distribusi memindahkan barang dari produsen ke konsumen

Saluran ini mengatasi kesenjangan penting dalam hal, waktu, tempat, dan

kepemilikan, yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen yang akan

menggunakannya. Para anggota saluran distribusi melaksanakan sejumlah tugas

penting dalam saluran distribusi adalah (Kotler, 1994) :

1. Riset

mengumpulkan informasi penting untuk merencanakan dan membantu

pertukaran.

2. Promosi

Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif tentang produk

tersebut.

3. Kontak

Menemukan dan berkomunikasi dengan para pembeli.


19

4. Pencocokan

Membentuk dan mencocokan produk dengan permintaan pembeli. Hal ini

mencangkup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan, pentahapan, perakitan, dan

pengemasan.

5. Negosiasi

Mencoba untuk menyepakati harga dan syarat-syarat lain sehingga

memungkinkan pemindahan hak kepemilikan.

6. Distribusi fisik

Mengangkut dan menyimpan barang-barang.

7. Pembiayaan

Meminta dan memanfaatkan dana untuk menutup biaya-biaya dalam pekerjaan

saluran distribusi.

8. Pengambilan resiko

Menanggung resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran

distribusi.

Sebagian fungsi itu berlangsung dalam arus maju dari perusahaan ke

pelanggan, sebagian fungsi dari pelanggan ke perusahaan, dan sebagian fungsi

terjadi dalam dua arah.

2.5 Penelitian Sejenis

Siahaan Heryanto, dkk (2018) melakukan penelitian berjudul “Saluran

Distribusi Komoditi Cabai Rawit di Pasar Bersehati Kota Manado”. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa saluran distribusi yang terjadi di Pasar Bersehati

terdiri dari 3 saluran distribusi. Institusi pemasaran yang terlibat termasuk

mengumnpulkan dealer, pedagang besar, dan pengencer. Saluran distribusi


20

pertama terjadi dari pengencer - pedagang besar - pedagang pengumpul – petani.

Saluran distribusi kedua terjadi dari pengecer – pedadang besar – petani. Saluran

distribusi ketiga dari konsumen – pedang besar – petani. Prilaku pasar yang

terjadi di tingkat petani jika dilihat dari praktik penjualan langsung dengan

menggunakan sistem pembayaran tunai. Adapun hasil cabai rawit yang terdapat

di pasar bersehati yaitu: cabai rawit dari Gorontalo, Palu, Kotamobagu, dan dan

cabai rawit dari Minut. Kegiatan distribusi Pasar Bersehati adalah kegiatan yang

dimulai dari mitra dan kerjasama antara petani dan lembaga pemasaran yang

terlibat dalam kegiatan pemasaran cabai rawit.

Sudiadnyana I Komang Hendra (2014) melakukan penelitian berjudul

“Analisis Efesiensi Saluran Pemasaran Komoditas Anggur di Desa Banyupoh

Kecamatan Gerokgak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertama pola

saluran pemasaran komoditas anggur di Desa Banyupoh tahun 2014, kedua jumlah

marjin dan farmer share dari masing-masing pola saluran pemasaran komoditas

anggur di Desa Banyupoh tahun 2014, dan ketiga pola saluran yang paling efisien

dalam pemasaran anggur di Desa Banyupoh tahun 2014. Hasil penelitian

menunjukkan pola saluran pemasaran komoditas anggur di Desa Banyupoh tahun

2014 ada tiga pola saluran pemasaran yaitu: pola saluran pertama: petani −

pedagang pengecer − konsumen, pola saluran kedua: petani –pedagang

pengumpul – pedagang pengecer − konsumen, dan pola saluran ketiga: petani −

pedagang pengumpul − pedagang besar (luar daerah).

Putra Putu Surya Dharma, dkk (2015) melakukan penelitian berjudul

“Manajemen Pemasaran Sayur Organik (Studi Kasus pada P4S Eka Setia Lestari

di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan)”. Penelitian ini


21

bertujuan untuk mengetahui manajemen pemasaran sayuran organik, dari aspek

bauran pemasaran dan kendala yang dihadapi oleh P4S Eka Setia Lestari di desa

Bangli, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Saluran pemasaran yang digunakan adalah

pemasaran langsung ke konsumen. Promosi dilakukan dengan iklan di media

massa dan sosial media.


22

III. METODE DAN PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penyusunan tugas akhir dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung pada

bulan Agustus sampai bulan Oktober 2018. Data yang diperoleh berdasarkan

hasil pengamatan di Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri yang beralamatkan

di Jalan Pengkolan, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Barat, Jawa Barat. pada tanggal 13Agustus sampai 12 Oktober 2018.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penyusunan laporan Tugas Akhir yaitu laptop,

flasdisk, printer, dan handphone. Bahan yang digunakan untuk penyusunan

Laporan Tugas Akhir yaitu kertas A4 80 gram, kertas A4 70 gram, buku catatan,

dan tinta.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara metode observasi

partisipasi secara langsun, serta berperan aktif dengan melibatkan diri dalam

bebrbagai kegiatan yang dilaksanakan Gapoktan Lembang Agri. Data yang

digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini berdasarkan:


23

a) Data primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri dan langsung dari

sumber pertama atau tempat objek yang dilakukan (Siregar, 2013). Pengumpulan

data primer diperoleh melalui :

1) Observasi

Observasi atau pengamatan lapang secara langsung mulai dari seluruh

kegiatan yang dilakukan pada Gapoktan Lembang Agri sampai dengan melakukan

pengamatan lapang secara langsung yang berkaitan dengan objek yang akan

diamati dan dilaporkan.

2) Partisipasi aktif

Partisipasi secara aktif dan mengikuti kegiatan-kegiatan Gapoktan

Lembang Agri yang berhubungan dengan produksi sampai dengan pasca panen

sayuran bayam.

3) Wawancara

Kegiatan wawancara meliputi diskusi dan tanya jawab secara aktif dengan

narasumber yaitu bapak Ayep selaku petani dan ketua P4S (pusat pelatihan

pertanian dan pedesaan swadaya) Gapoktan Lembang Agri, karyawan pasca panen

dan pembimbing lapang yang berkaitan dengan objek yang akan diamati dan

dilaporkan.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari pihak kedua

(Sugiyono, 2013). Data sekunder merupakan data yang didapatkan berasal dari

sumber yang tidak langsung yaitu berasal dari literatur, buku, jurnal, dan data

statistik. Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir adalah data
24

gambaran umum gapoktan dan materi yang menunjang dalam kegiatan

penyusunan laporan tugas akhir tentang pasca panen bayam informasi lainnya

yang berhubungan dengan objek yang akan dilaporkan. Data yang diperoleh dari

Gapoktan dan digunakan sebagai bahan penyusunan tugas akhir ini adalah data

kegiatan pasca panen bayam di Gapoktan Lembang Agri.

3.4 Metode analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Analisis deskriptif kualitatif merupakan sebagai metode yang menggambarkan

suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang

tampak sebagai mestinya dan gambar memiliki arti kemudian diiringi dengan

upaya pengembalian kesimpulan namun berdasarkan fakta-fakta historis tersebut

(Subandi, 2011). Berdasarkan tujuan yaitu mendeskripsikan penanganan pasca

panen bayam potong segar dan menganalisis saluran distribusi di Gapoktan

Lembang Agri Kabupaten Bandung Barat.


25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Gapoktan

Desa Cikidang dengan jumlah penduduk 6.593 jiwa dengan luas

wilayah 1.297.4 Ha mempunyai mata pencaharian sekitart 90% bergerak

dibidang usaha pertanian, terdiri atas usaha komoditi hortikultura, peternakan,

penjual hasil pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Desa Cikidang juga

memiliki potensi produksi maupun produktifitas hasil usaha tani yang relatif

tinggi, yang tentu itu semua adalah hasil dari lahan area pertanian yang masih

menunjang maupun kemampuan pengelolaan usaha tani, kesadaran petani di

wilayah tersebut sudah cukup mendukung, sehingga masyarakat Desa Cikidang

pada umumnya mengandalkan pedanpatan ekonomi dari bidang pertanian.

Sistem pertanian di Desa Cikidang yang relatif monoton dan belum

terbangunnya kelembagaan pertanian yang utuh, maka pada hari rabu 28 Mei

2008, bertempat dikantor Desa Cikidang dibentuklah gabungan kelompok tani

(Gapoktan) yang dinamakan Gapoktan Lembang Agri Desa Cikidang Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Gapoktan di Desa Cikidang yang sebelumnya terbentuk, sudah ada

beberapa kelompok tani diantaranya kelompok tani Tauhid, Berkah Tani,

dan Golek dekol, dari ketiga kelompok tadi bersepakat untuk membuat suatu

Gapoktan yang diberi nama “Lembang Agri“ dengan sekretariat di Kampung

Pengkolan Desa Cikidang RT.03 RW.08 Kecamatan Lembang Kabupaten

Bandung barat.
26

4.1.1 Visi dan misi Gapoktan Lembang Agri

VISI :

1) Menjadi Gapoktan Model dan Modern Tingkat Nasional.

2) Menjadi Organisasi tani yang professional yang dapat meningkatkan

kesejahteraan petani.

MISI :

1) Pusat pendidikan bagi gapoktan/kelompok tani/petani/lembaga, instansi

terkait dari dalam maupun luar daerah.

2) Meningkatkan taraf hidup lingkup pedesaan secara desentralisasi dan

berkelanjutan.

3) Membantu mensejahterakan dan memberdayakan petani melalui teknologi

pertanian yang ramah lingkungan.

4) Membentuk petani yang mempunyai akhlaqul karimah serta jiwa leadership

dan entrepreneurship.

5) Mewujudkan sistem pertanian organik.

4.1.2 Struktur Kepengurusan Gapoktan Lembang Agri

Struktur kepengurusan di Gapoktan Lembang Agri terdiri dari pembina,

pembimbing, ketua, sekretaris, bendahara, saprodi, kemitraan, pemasaran, P4S,

dan LKM-A. Bagan struktur kepengurusan Gapoktan Lembang Agri sebagai

berikut :
27

RAPAT
ANGGOTA
PEMBIMBING PEMBINA
Kepala Desa
KETUA
Dodih, S.T
BENDAHARA SEKETARIS
Wawan Setiawan Uju Sutisna S.P

P4S SAPRODI PEMASARAN LKM-A KEMITRAAN


Ayef S. Rosmawati Dadang Darsita Maman Idik Sugandi

KELOMPOK TANI

Alam Tani Berkah Tani

Sangkuriang Mulya Tani

Putri Lembang Saluyu

Kawani Asih Tauhid


Sundung

Gambar. Struktur kepengurusan Gapoktan Lembang Agri

4.1.3 Fasilitas lahan dan bangunan Gapoktan Lembang Agri

Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) Lembang Agri memiliki lahan

pertanian dengan sarana prasarana pendukung kegiatan pertanian dan kegiatan

kelompok antara lain sebagai berikut:

1) Sekretariat.

2) Aula (Ruang pertemuan dan pelatihan anggota Gapoktan).

3) Kios Saprodi di masing-masing kelompok tani.


28

4) Gudang kemas (Packing House).

5) Green House (tempat budidaya yang digunakan untuk tanaman pengembangan

sayuran paprika).

6) Rumah Kompos adalah fasilitas pemprosesan pupuk organik.

7) Lahan demplot untuk melakukan uji coba dan penelitian metode budidaya

tanaman baru atau pengembangan pertanian.

8) Kultivator mesin bajak tanah modern untuk membantu kegiatan pengolahan

lahan pertanian.

9) Mesin pompa air memudahkan dalam kegiatan penyiraman dan pemupukan di

lahan petani.

10) Mobil Pickup berjumlah 1 yang digunakan untuk mobilitas dan angkut

sayuran.

4.1.5 Kemitraan

Kemitraan dibutuhkan untuk membantu suatu lembaga usaha dalam

pemenuhan input sumberdaya maupun dalam proses pemasaran. Gapoktan

Lembang Agri memiliki mitra dalam produksi produk maupun pemasran. Mitra

dalam yang membantu produksi produk yaitu petani yang termasuk dalam anggota

Gapoktan dan mitra pemasaran yang dimiliki Gapoktan Lembang Agri salah satu

contohnya yaitu Cianjur Fress.

1) Kemitraan Petani

Petani yang menjadi sasaran untuk di bina adalah petani masyarakat

Desa Cikidang. Pada saat ini petani yang telah bergabung di Gapoktan ini

sebanyak 150 orang.


29

2) Kemitraan Pasar

Pemasaran hasil produksi akan diupayakan dengan mencari tingkat

harga yang paling layak dan berkeadilan, sehingga memberikan

keuntungan yang optimal bagi para petani, salah satunya gapoktan

menampung hasil produksi para anggota dengan harga diupayakan diatas

harga pasar. Pada saat ini Gapoktan Lembang Agri sudah memiliki

beberapa mitra pemasaran diantaranya dengan Pasar Ekspor ke Taiwan

dan pasar tradisional. Pemasaran hasil produksi (panen) para petani

anggota akan dilakukan dengan jalur pemasaran sebagai berikut:

a) Hasil produksi (panen) dapat bersumber dari kebun kelompok dan

kebun mitra yang dikoordinir oleh kepala kebun kelompok yang telah

ditetapkan.

b) Hasil produksi (panen) para petani ditampung/dikoordinir oleh

kelompok masing-masing, kemudian dibawa ke gudang/packing

house milik Gapoktan.

c) Setelah digudang/tempat pengepakan kemudian dilakukan sortasi,

grading, dan packing sesuai pemintaan konsumen.

d) Setelah siap/selesai dan rapih kemudian dipasarkan ke pasar atau

tempat yang telah disepakati dan MoU sebelumnya.

3) Kemitraan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Gapoktan Lembang Agri melakukan Kemitraan dalam peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM) dengan dinas pertanian dan Balai Besar

Pelatihan Pertanian Lembang (BLLP). Bentuk kemitraan yang dilakukan

yaitu pelatihan dan pembimbingan terhadap para petani untuk


30

meningkatkan pemahaman petani terhadap usahanya sehingga diharapkan

mampu dapat menambah produktifitas petani.

4) Kemitraan Bank Indonesia (BI)

Gapoktan Lembang Agri melakukan Kemitraan dalam peningkatan

produktivitas hortikultura dan pengembangan Sumber Daya Manusia

(SDM) dengan Bank Indonesia (BI). Bentuk kemitraan yang dilakukan

yaitu pelatihan, pembimbingan, dan pemberian bantuan terhadap para

petani untuk meningkatkan produktifitas petani.

4.2 Hasil dan pembahasan

4.2.1 Penanganan pasca panen komoditas bayam pra distribusi

Kegiatan penanganan pasca panen komoditas bayam yang dilakukan

secara langsung oleh petani di Gapoktan Lembang Agri. Kegiatan dalam pasca

panen komoditas bayam meliputi pemanenan bayam, penerimaan, sortasi,

pengemasan, penyimpanan. Diagram alir pasca panen bayam dapat dilihat

pada Gambar 2:

Bayam
Waktu panen : 30-40hari
Pemanenan Bayam Tinggi batang : 30-35cm
Daun bayam : 3-5 daun
Penerimaan bayam
Tali plastic
Pisau kecil
Sortasi bayam
Karter

Pengemasan bayam Keranjang/Box Container


Ukuran : 62x43x38 cm
Penyimpanan Bayam Warna : Biru

Gambar 2. Diagram alir pasca panen bayam


31

a). Pemanenan bayam

Kegiatan pemanenan bayam potong segar dilakukan dalam jangka waktu

30-40 hari setelah tanam, tanaman bayam mulai siap untuk dipanen pada saat

tanaman mencapai tinggi batang 30-35cm dan bayam memiliki 3-5 daun dalam

satu batang. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian batang bayam

2−3 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan alat bantu yaitu: pisau/karter.

Proses pemanenan bayam harus dilakukan secara tepat karena batang bayam

tumbuh secara berdekatan, pemotongan bayam harus dilakukan dengan tepat serta

hati-hati agar batang bayam yang belum siap panen tidak terpotong. Proses panen

bayam pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses panen bayam

Pemanenan bayam menggunakan pisau/karter oleh seorang pekerja di

Gapoktan Lembang Agri. bayam yang telah dipanen diletakan pada

keranjang/kontainer pengumpulan bayam. Proses pemanenan dilakukan pada pagi

hari pada pukul 6 pagi sesuai jam kerja para petani di wilayah Lembang karena

saat pamanenan bayam paling baik adalah pada pagi hari untuk menjaga

kesegaran bayam karena di wilayah Lembang suhu di pagi hari mencapai suhu

20⁰C, jika dilakukan pada siang hari suhu udara di wilayah lembang mencapai

26⁰C panas bisa membuat bayam akan cepat layu.


32

Kerusakan yang sering terjadi pada penanganan panen di Gapoktan

Lembang Agri tidak hanya layu akan tetapi ada kerusakan yang lainya seperti

kerusakan secara mekanis yaitu: benturan (impact), tekanan (compression) dan

getaran (vibration). Misalnya, pada waktu memasukkan bayam ke dalam wadah

kontainer terjadi penumpukan bayam bisa mengakibatkan bayam patah batang,

daun terlipat serta daun sobek. Bayam layu setelah proses proses panen dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bayam Layu setelah proses panen.

Bayam layu terjadi akibat dari pemanenan bayam yang dikumpulkan

pada keranjang/kontainer sangat banyak dan akhirnya menumpuk serta terkena

paparan sinar matahri langsung karena bayam tidak di letakan pada tempat yg

terhindar dari sinar matahari. Bayam yang layu terjadi secara fisiologis yaitu

kerusakan yang disebabkan oleh reaksi enzimatis misalnya: apabila sayuran yang

dipotong maka akan berubah warna pada bagian yang terpotong menjadi coklat,

warna hijau pada sayuran akan mengalami perubahan warna menjadi menguning

dalam penyimpananya, karena khlorofilnya mengalami degradasi. Kerusakan ini

terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi ,dan fisiologis.

(Hotton,1986).
33

Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang

berkaitan erat dengan kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik,

kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Sayuran mengandung

air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangatlah mudah mengalami

kerusakan akibat benturan-benturan fisik. Kerusakan fisik dapat terjadi pada

seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, pemanenan, penanganan, grading,

pengemasan, transportasi, penyimpanan (Wisaniyasa dan Sudjatha, 2017).

Kerusakan yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya

tusukan-tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi. Kerusakan dapat pula

terjadi sebagai hasil stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warna

coklat dari jaringan yang rusak, induksi produksi gas etilen yang memacu

proses kemunduran produk. Kerusakan fisik juga memacu kerusakan baik

fisiologis maupun patologis (serangan mikroorganisme pembusuk). Jaringan

tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari adanya

pelukaan. Bahan seperti lignin dan suberin, yang diakumulasikan dan

diendapkan mengelilingi bagian luka, dapat sebagai pelindung dari serangan

mikroorganisme pembusuk (Brown, 1989).

Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan

untuk konsumsi segar adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas

metabolisme yang dinamakan respirasi. Respirasi berlangsung untuk

memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses respirasi ini, bahan

tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat

yang paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi.

Hasil sampingan dari respirasi ini adalah karbondioksida (CO2), uap air (H2O)
34

dan panas. Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-

perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut

(Salunkhe dan Desai, 1984).

Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan

produk akan cepat menjadi layu. Sehingga laju respirasi sering digunakan

sebagai index yang baik untuk menentukan masa simpan pasca panen produk

segar (Ryal dan Lipton, 1972).

Berbagai produk mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung

pada struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman

tersebut (Kays, 1991).

Menguapnya air dari sayur-sayuran menyebabkan komoditi tersebut

menjadi keriput sehingga bayam menjadi tidak menarik bagi konsumen. Air

berpengaruh terhadap komposisi dan tekstur dari produk sayuran. Respirasi

memproduksi panas setiap gram berat molekul glukosa yang direspirasikan

menghasilkan 673 joules energi panas. Panas yang dihasilkan ini menyebabkan

masalah pada produk hortikultura tersebut.

Tabel 4. Data Pengelompokan komoditi hortikultura


⁰ berdasarkan laju respirasi.

Laju Respirasi pada 5 C
Kelompok Komoditi
(mg/CO /Kg/jam)
Sangat Sangat Tingi >60 Asparagus, brokoli, bayam, jagung manis

Tabel 4. Komoditi bayam mengalami laju respirasi cukup tinggi mencapai

>60% maka Pemanenan yang tidak tepat dan cara panen yang kurang baik dan

pengumpulan hasil panen di tempat yang kurang baik dapat menurunkan kualitas

bayam yang dipanen. Perlu adanya penangan pasca panen yang tepat karena

sangat berpengaruh pada kualitas bayam yang dihasilkan agar produk bayam tidak
35

layu. Laju respirasi berdampak pada berat bayam akan susut atau kehilangan

(Losses) tentu akan merugikan produk yang dimiliki Gapoktan Lembang Agri.

Komoditas hortikultura harus sesegera mungkin diberi penanganan pasca

panen agar kualitasnya tetap terjaga dan memperkecil berbagai bentuk kehilangan

(Kasmire, 1985). Maka perlu penanganan yang tepat untuk komoditi bayam serta

penggunaan teknologi yang bertujuan menjaga komoditi bayam Gapoktan

Lembang Agri dapat dikonsumsi segar.

b). Penerimaan bayam

Kergiatan penerimaan komoditas bayam dilakukan setelah proses

pemanenan bayam dari lahan petani. Bayam yang telah dipanen dilahan harus

diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari langsung, agar

menghindari daun bayam tidak cepat layu. Selnjutnya untuk melakukan proses

sortasi pada bayam di packing house (PH). Penerimaan bayam dari lahan dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penerimaan bayam dari lahan


36

c). Sortasi

Sotasi merupakan kegiatan yang dilakukan Gapoktan Lembang Agri

untuk memilih dan memberikan pembeda produk yang baik berdasarkan

perimntaan Cianjur Fresh. setelah itu dilakukan penyortiran untuk memisahkan

bayam rusak dengan bayam yang baik dan segar. Penggolongan terhadap bayam

juga dilakukan berdasarkan besar kecilnya daun. Bersamaan dengan penyortiran,

bayam diikat menggunakan tali plastik sesuai kemampuan tangan menggenggam.

Produk yang baik adalah produk bayam yang bebas dari cacat (batang patah,

batang atau daun menguning, daun sobek/bolong) atau kerusakan lainya yang

disebabkan akibat kegiatan pasca panen maupun serangan penyakit.

Kegiatan sortasi bertujuan untuk mendapatkan produk bayam segar dan

layak untuk dikonsumsi mitra Cianjur Fresh. Sortasi bayam dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Sortasi bayam

d). Pencucian

Bayam yang telah terkumpul di packing house (PH) setelah melewati

proses sortasi dan garding selanjutnya produk bayam tersebut harus dicuci
37

terlebih dahulu sebelum dipasarkan dengan tujuan untuk mecegah masuknya

mikrobakteri dari kotoran yang melekat saat proses pemanenan dan

menghilangkan debu dan tanah yang melekat pada batang dan daun. dengan

menggunakan air bersih yang mengalir untuk menghindari kontaminasi atau

dengan cara memasukan bayam kedalam bak/wadah. Pencucian dengan air

berfungsi untuk mengatasi kelebihan panas yang dikeluarkan produk bayam.

e). Pengemasan

Pengemasan produk bayam menggunakan keranjang/kontainer. Kontainer

merupakan unit efesien dalam penanganan produk bayam dari lahan ke gudang

penyimpanan. Wadah kontainer mudah disimpan dan memberikan perlindungan

terhadap kerusakan mekanis seperti: terpotong, tertekan, benturan, dan gesekan.,

melindungi produk bayam tidak mudah layu dari paparan sinar matahari lansung

karena produk hortikultura sangat mudah mengalami kerusakan mekanis.

Akibatnya susut berat yang lebih besar saat proses transportasi pengiriman produk

bayam. Wadah kontainer yang digunakan memiliki ukuran sedang dengan berat

maksimum 30 kg. Produk bayam yang dikemas menggunakan kontainer akan

dikirm ke Cianjur Fresh dan ke pasar tradisional (pasar ahad, pasar lembang dan

pasar minggu).

f). Penyimpanan

Kegiatan penyimpanan produk untuk mempertahankan daya simpan

produk bayam, upaya tersebut mempertahankan komoditi tetap dalam kondisi

segar dan sekaligus masih memiliki kualitas yang baik. Penyimpanan dimaksud

adalah penyimpanan pada kondisi suhu dingin dan penyimpanan pada kondisi

atmosfir terkendali. Penyimpanan tersebut diperlukan terutama bagi komoditi


38

hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah memasuki periode pasca

panen. karena cara penyimpanan tersebut dapat mengurangi laju respirasi dan

metabolisme, mengurangi proses penuaan, mengurangi kehilangan air dan

pelayuan. Keuntungan dari pelibatan teknologi pasca panen seharusnya tidak

hanya dilihat dari harga jual produk, namun juga dilihat dari tingkat penyusutan

dan kemampuan akses pasar (Kitinoja and Kader, 1995).

Penyimpanan komoditi pasca panen hortikultura dapat berjalan baik

sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat memperpanjang masa kesegaran

komoditi bersangkutan, maka dalam penyimpanan diperlukan adalah

pengetahuan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

penyimpanan tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, kelembaban udara,

Komposisi atmosfir (udara), dan kualitas bahan yang disimpan. Sistem

penyimpanan di Gapoktan Lembang Agri secara tradisional karena produk bayam

untuk keperluan jangka waktu yang pendek atau produk bayam Gapoktan harus

segar dikirim, selain itu Gapoktan Lembang Agri belum memiliki ruang pendingin

penyimpanan. Produk bayam hanya diletakan di dalam ruang yang sejuk dan

tidak terkena sinar matahari langsung karena produk bayam hanya di simpan

dalam waktu 2-3 jam, hal ini dikarenakan produk bayam harus segera diantar dari

packing house (PH) ke jasa pengakutan di wilayah Cibodas dan dikirim ke mitra

Cianjur Fresh.
39

4.3 Sistem Distribusi Bayam

Saluran distribusi yang diterapkan Gapoktan Lembang Agri adalah saluran

distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung. Hal ini menjadi

keuntungan bagi gapoktan dalam proses pendistribusian atau pemasaran

produknya. Setiap usaha yang menghasilkan produk pasti akan mendistribusikan

hasil produksinya kepada konsumen karena pada umumnya suatu Gapoktan

Lembang Agri menginginkan keuntungan dari apa yang diproduksi dan

dipasarkan oleh Gapoktan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung

tercapainya keuntungan GapoktanLembang Agri. Keuntuntungan dapat dicapai

dengan penerapan saluran distribusi yang tepat, sehingga apa yang diinginkan

dapat tercapai. Berikut ini proses saluran distribusi yang terjadi di Gapoktan

Lembang Agri dapat dilihat pada Gambar 7. Diagram alir saluran distribusi

bayam.

Pengangkutan bayam

Mobil terbuka/Pickup
Distribusi langsung Gapoktan−Konsumen
Mobil kecil/mobil pribadi

Distribusi tidak langsung


Gapoktan−Pengumpul−Konsumen

Gapoktan–Mitra–Restoran−konsumen
Surat jalan

Gambar 7. Diagram alir saluran distribusi bayam

4.3.1 Sistem Pengangkutan dalam distribusi produk bayam


40

Hasil produk bayam potong segar Gapoktan Lembang Agri akan dikirim

menggunakan transportasi darat yaitu: mobil bak terbuka/pick up dan mobil

tertutup. Mobil bak terbuka/pick up biasa digunakan untuk memuat produk lebih

banyak kurang lebih 1 ton di bandingkan mobil tertutup. Berbagai hasil produk

sayuran Gapoktan Lembang Agri

seperti: bayam, letus, slada, tomat,

lobak, brokoli dan lain-lain.

Pengangkutan bayam dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengangkutan bayam

Gambar 9. Produk bayam didistribusikan menggunakan alat transportasi

darat mobil pick up, dimulai dari packing house (PH) menuju jasa pengiriman

didaerah Cibodas kemudian dan dari Cibodas akan dikirimkan ke lokasi Cianjur

Fresh. Jarak tempuh pengiriman cukup jauh membutuhkan waktu kurang lebih

4-5 jam. Pada saat pendistribusiaan suhu produk bayam yang dibawa akan

mengalami laju respirasi kondisi ini akibat akumulasi panas di bawah penutup

terpal saat perjalanan.


41

Panas adalah bentuk energi seperti energi sinar, energi kinetik, energi

potensial dan energi kimia. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk

lainnya, tetapi total energi di dalam sistem adalah tetap konstan. Energi

dilibatkan dalam perubahan-perubahan fase suatu benda. Panas dapat diserap

atau dilepaskan bila perubahan fase tersebut terjadi. Energi panas bergerak

dari daerah dengan tingkat energi tinggi (panas) ke tingkat energi rendah

(dingin). Panas yang dihasilkan ini menyebabkan masalah pada produk

hortikultura tersebut (Sudjatha dan Wisaniyasa, 2017).

Bedasarkan Tabel 4. Produk bayam menunjukan laju respirasi sangat tinggi

mencapai >60% dan selama pemesanan Cianjur Fresh pada bulan Agustus sudah

mencapai 1 ton, sebesar 210 kg atau 21% terjadi kehilangan (Losses) berat selama

perjalanan.

Faktor yang terjadi dimulai dari setiap peningkatan suhu 10oC, laju

kemunduran meningkat 2-3 kali. Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang

tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimal, menyebabkan terjadinya

berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan

produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik

terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan laju pertumbuhan mikroorganisme

lainnya sangat dipengaruhi oleh suhu (Hardenburg et al. 1986).

Perlu adanya penanganan pasca panen bayam yang tepat agar permasalahan

kehilangan berat pada bayam yang terjadi secara alamiah bisa teratasi. Pengelolan

produk bayam seperti pengadaan mesin pendingin seperti: Room cooling, Forced-

air cooling, Hydro cooling, Vacumm Cooling, Package icing. Untuk mengurangi

terjadinya proses respirasi yang cukup tinggi pada produk bayam.


42

a. Room cooling

Room cooling merupakan teknik penyimpanan dingin yang paling

banyak digunakan. Penerapan teknik ini dapat dilakukan saat sesaat setelah

panen yaitu masih di lapang produksi sampai pada saat pengiriman. Teknik

pendinginan dapat dilakukan dengan mengalirkan udara dingin ke dalam

ruangan penyimpanan. Dapat pula dilakukan dengan mengalirkan udara

dingin yang melalui beberapa kotak kemas di dalam suatu ruangan

penyimpanan. Aliran udara diatur agar berkisar 61 sampai dengan 122 m/menit

atau antara 200 sampai dengan 400 feet/menit. Kisaran kecepatan aliran

udara tersebut diperlukan untuk memperoleh gerakan udara yang dapat

memindahkan panas. Ventilasi kotak atau wadah simpan komoditi diatur

sedemikian rupa agar dapat mempercepat pendinginan ruana dalam kotak

melalui perolehan pertukaran udara yang baik.

b. Forced-air cooling = pressure cooling

Sistim pendinginan ini dapat berfungsi dikarenakan adanya

perbedaan tekanan yang menyebabkan udara mengalir melalui ventilasi

wadah (kontainer). Dicapainya pendinginan yang cepat, karena adanya

kontak antara udara dingin dengan komoditi yang disimpan (biasanya

bersuhu lebih tinggi atau panas).

c. Hydro cooling

Penggunaan air dingin untuk mempercepat pendinginan buah dan

sayuran dalam wadah simpan merupakan teknik pendinginan yang telah

berkembang cukup lama dan juga merupakan teknik pendinginan yang

efektif. Teknik ini digunakan untuk pendinginan buah dan sayuran dalam
43

peti sebelum dipaking. Oleh karena itu, maka bahan wadah harus tahan

terhadap air (kebasahan). Walaupun cukup efektif untuk mendinginakan

komoditi yang disimpan, namun untuk selang beberapa waktu, air

pendingin akan berangsur-angsur menjadi hangat kembali sehingga pada

saat ini mungkin saja diperlukan lagi pengemasan ulang karena

diperlukannya memasukkan air pendingin lagi. Jadi efisiensi pendinginan

akan diperoleh hanya jika terdapat sumber air pendingin otomatis yang

dihubungkan dengan wadah penyimpanan komoditi bersangkutan.

d. Vacuum cooling

Teknik penyimpanan dingin ini efektif untuk penyimpanan sayuran

daun seperti kol kembang, seledri dan lain sebaginya. Bagi komoditi

wortel, teknik ini dapat digunakan sekalian untuk pembersihan permukaan

umbi. Pada beberapa komoditi, teknik ini diharapkan dapat segera

mengeringkan bagian-bagian yang berukuran kecil yang bukan merupakan

organ yang dimakan dari komoditi bersangkutan. Pendinginan diperoleh

dengan cara mengurangi tekanan atmosfir di dalam wadah (ruangan) yang

besar dan kuat. Biasanya terbuat dari bahan baja. Pengurangan tekanan

atmosfir juga mengurangi tekanan uap air dalam wadah (kontainer).

Apabila tekanan uap air dalam kontainer berkurang hingga di bawah yang

ada di ruangan antar sel, maka air akan mengalami evaporasi dari

komoditi. Teknik vacuum cooling dapat menyebabkan kehilangan berat

(umumnya air) sebesar 1% untuk setiap pendinginan (penurunan suhu)

sejumlah 6⁰C. Jumlah kehilangan berat dapat terjadi cukup

e. Package icing
44

Beberapa komoditi didinginkan dalam penyimpanannya dengan cara

memasukkan sejumlah es ke dalam wadah paking. Jumlah es sangat tergantung

pada suhu awal komoditi. Awalnya kontak langsung antara komoditi yang

disimpan dengan es akan menyebabkan pendinginan yang cepat. Lambat laun,

es akan mencair dan saat itu terjadi, pendinginan lambat laun semakin lamban.

Es yang diberikan atau dimasukkan dalam wadah simpan dapat berupa

bongkahan es ataupun hancuran es batu beserta sedikit air. Karena es langsung

dimasukkan dalam wadah, maka persyaratan bahan wadah haruslah tahan air

dan tidak mudah bocor merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk skala

kecil, teknik penyimpanan dingin ini masih dapat dilakukan secara manual,

namun bilamana dalam skala yang besar, maka diperlukan pengaturan otomatis

Keuntungan dari pelibatan teknologi pascapanen seharusnya tidak hanya

dilihat dari harga jual produk, namun juga dilihat dari tingkat penyusutan dan

kemampuan akses pasar (Kitinoja and Kader, 1995).

Penyimpanan upaya mempertahankan komoditi panenan tetap dalam

kondisi segar dan sekaligus masih memiliki kualitas yang baik. Penyimpanan

dimaksud adalah penyimpanan pada kondisi suhu dingin dan penyimpanan pada

kondisi atmosfir terkendali. Penyimpanan tersebut diperlukan terutama bagi

komoditi hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah memasuki

periode pasca panen, karena cara penyimpanan tersebut dapat mengurangi laju

respirasi dan metabolisme lainnya, mengurangi proses penuaan, mengurangi

kehilangan air dan pelayuan, mengurangi kerusakan akibat aktivitas mikroba,

dan mengurangi proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti pertunasan,

maka Gapoktan Lembang Agri perlu adanya pengadaan ruang pending agar
s
n
o
K
e
m
u
produk bayam tidak mengalami penurunan berat yang sangat tinggi dan menjaga

produk bayam tetap segar setelah panen dan saat penyaluran distribusi bayam.

4.3.2 Saluran distribusi secara langsung

Saluran distribusi secara langsung dapat dilihat pada Gambar 9. Saluran

distribusi secara langsung

Gambar 9. Saluran distribusi secara langsung

Gapoktan Lembang Agri ingin mempermudah konsumen mendapatkan

produk bayam dengan pemakaian saluran distribusi langsung atau disebut sebagai

saluran distribusi tingkat nol. Gapoktan Lembang Agri menangani langsung

penjualan dan menawarkan bayam kepada konsumen di pasar yang berada di

sekitar daerah tersebut sehingga produsen langsung ke konsumen tanpa melalui

perantara. Dalam distribusi ini tidak terdapat perantara yang menyalurkan bayam.

Menjadi salah satu bagi Gapoktan Lembang Agri penepatan harga dana

mengedalikan harga dengan produk bayam yang berkualitas dengan variasi harga

berapa banyak dalam pembelian bayam. Manfaat yang distribusi langsung bagi

Gapoktan Lembang Agri yaitu: tanggung jawab akan berkembangnya produk

pasar sangat besar, mananjemen lebih berfokus karena menjual produk sendiri,

melakukan promosi secara langsung dan harga bisa ditetapkan Gapoktan

Lembang Agri Rp. 8.000/kg atau Rp. 3.000/ikat bayam. dalam 1 kg bayam

mendapatkan 3 ikat bayam.

4.3.3 Saluran distribusi secara tidak langsung


45
a
r
t
i
M
R
K
n
e
s
o
m
u
Saluran distribusi tidak langsung Gapoktan Lembang Agri ada 2 proses

yaitu: pertama Gapoktan Lembang Agri ke mitra Cianjur Fresh lalu Cianjur Fresh

ke Restoran hingga kekonsumen. Kedua proses distribusi dari Gapoktan

Lembang Agri ke Pengumpul dan dari pengumpul ke konsumen.

distribusi tidak langsung dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 6. Saluran distribusi tidak langsung


46

Saluran

Proses distribusi secara tidak langsung ini digunakan untuk pengiriman

produk bayam keluar kota. Pemilihan saluran distribusi ini karena pesanan yang

cukup tinggi di daerah Cianjur. Pemesanan produk bayam melalui purchase

order (PO) yang dilakukan tiap pagi melalui telepon atau melalui aplikasi sosial

media (whatapps). Gapoktan Lembang Agri yang bermitra dengan Cianjur fresh

dan dari Cianjur Fresh akan mendistribusikan bayam kepada restoran, setelah itu

restoran akan mengolah bayam tersebut menjadi makanan atau kripik bayam dan

konsumen akan mengkonsumsi bayam tersebut. Kesepakatan harga yang sudah

ditetapkan hanya sampai ke mitra saja. Harga yang telah ditetapkan dari

Gapoktan ke Mitra Cianjur Fresh sebesar Rp. 12.000/kg. Proses distribusi bayam

Gapoktan Lembang Agri menggunakan jasa pengiriman, setiap pengiriman

produk bayam dikenakan biaya sebesar Rp. 500/kg. oleh karna itu Gapoktan

Lembang Agri mengelurkan biaya pengiriman Rp. 50.000 dalam sekali

pengiriman ke Cianjur Fresh. Proses distribusi secara tidak langsung yang kedua

dapat dilihat pada Gambar 11.


s
n
o
K
e
m
u Gambar 11. Proses distribusi secara tidak langsung

Proses distribusi secara tidak langsung yang terjadi pada produk bayam

potong segar Gapoktan Lembang Agri adalah pedagang pengumpul akan membeli

hasil panen bayam dari Gapoktan Lembang Agri dan pedagang pengumpul akan

menjualnya kepada konsumen. Pedagang pengumpul biasanya datang langsnug

ke lokasi lahan mengambil produk bayam. Saluran distribusi ini biasa digunakan

untuk konsumen wilayah Lembang dan daerah yang dekat dengan pasar

tradisional yaitu: pasar lembang, pasar ahad dan pasar minggu. Harga yang

ditetapkan juga dari gapoktan ke pengepul/agen sebesar Rp. 5000/kg. Proses ini

dilakukan saat produk bayam yang tersedia sudah mulai habis karena harus

digantikan dengan benih yang baru karena untuk memenuhi order (PO) oleh mitra

Cianjur Fresh.

Bedasarkan tingkat saluran distribusi yang dilakukan Gapoktan Lembang

Agri dalam memasarkan produk bayam yaitu distribusi secara langsung dan
47

distribusi tidak langsung. Berjalan dengan 3 proses Pada saluran I terlihat bahwa

pemasaran yang terjadi antara gapoktan dengan konsumen secara langsung

sebesar Rp. 8.000/kg atau sebesar Rp. 3.000/ikat. Saluran pemasaran produk

bayam ini sangat pendek karena gapoktan langsung bertemu konsum untuk

memasarkan produk bayam dan tidak banyak karena produk bayam yang dijual

hasil sisa sortir produk yang dikirim ke Cianjur Fresh.

Pada saluran II terlihat bahwa pemasaran produk sebesar Rp. 12.000/kg

bayam dalam dalam pengiriman tersebut 100kg/hari . Saluran pemasaran pada


48

pola II tergolong pendek karena pengiriman hanya sampai ditangan mitra

Cianjur Fresh sehingga jumlah biaya yang didapatkan mencapai Rp. 1.200.000.

Pada saluran pemasaran III, yang menjadi konsumen akhir dari produk

bayam yang dihasilkan Gapoktan Lembang Agri adalah pedagang pengumpul.

Jumlah biaya pemasaran sebesar Rp. 5.000/kg bayam. harga yang sangat rendah

dibandingkan pola I dan II karena proses pemsaran bayam pengumpul datang ke

lahan bayam memanenya sendiri. Saluran ini dapat dikatakan panjang karena

jarak antara produsen dengan konsumen yang sangat jauh sehingga untuk

sampai ditangan konsumen di luar daerah atau pemasaran di lakukan di pasar


49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari Proses Pasca Panen Dan

Distribusi Bayam Potong Segar di Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri

Kabupaten Bandung Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penanganan pasca panen produk bayam meliputi pemanenan, penerimaan,

sortasi, pengemasan, dan penyimpanan bayam. Penanganan yang tepat

perlu dilakukan agar produk bayam yang dihasilkan segar dan

berkualitas.

2. Saluran distribusi dilakukan dengan 2 tingkat yaitu distribusi secara

langsung dan distribusi secara tidak langsung yang dilakukan Gapoktan

Lembang Agri sudah berjalan dengan baik. Kegiatan pemasaran hasil

produksi bayam di Gapoktan Lembang Agri terdapat tiga saluran

distribusi, yaitu: saluran I: Gapoktan – konsumen, saluran II: Gapoktan

– mitra Cianjur Fresh – restoran – konsumen, saluran III: Gapoktan –

pedagang pengumpul – Konsumen (luar daerah).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan saran yang diberikan penulis yaitu:

1. Membuat Standard Operasional Prosedur (SOP) sebagai panduan

Gapoktan Lembang Agri untuk melakukan kegiatan pasca panen bayam

pra distribusi produk bayam sebelum di pasarkan kekonsumen.


50

2. Mengurangi kembali saluran distribusi dengan penjualan secara

langsung. Sehingga keuntungan dapat di maksimalkan untuk

menciptkan lapangan pekerjaan baru, dengan melalui pengadaan

tenaga-tenaga kerja baru penjual hasil pertanian. Menerapkan kembali

pola kemitraan/kerjasama dalam pemasaran produk bayam dan untuk

menghidari jatuhnya harga produk maka perlu adanya implementasi

teknologi pengolahan produk bayam menjadi produk olahan yang dapat

meningkatkan nilai tambah bagi petani dan produsen sehingga tidak

hanya me njual dalam bentuk segar akan tetapi juga bisa menjual dalam

bentuk yang sudah diolah seperti keripik bayam, maka dengan itu perlu

dukungan semua pihak yang terkait dalam pemasaran sangat diharapkan

baik pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya.


51

tradisonal sekitar wilayah Lembang harus melalui beberapa pedagang

perantara karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.

Semakin panjang tata niaga maka marjin pemasaran akan semakin besar

(Daniel, 2002). Semakin besar jumlah marjin akan semakin mengindikasikan

saluran tersebut semakin tidak efisien, begitu sebaliknya semakin kecil jumlah

marjin semakin efisien saluran pemasaran yang ada.

Ketiga pola saluran distribusi, Gapoktan Lembang Agri lebih memilih

pada proses pemasaran produk bayam potong segar ke mitra Cianjur Fresh karena

harga yang didapatkan lebih menguntungkan dibandingkan saluran distribusi I

secara langsung dan saluran distribusi tidak langsung yang dari Gapoktan Lembang

Agri ke pengumpul.

Anda mungkin juga menyukai