1 2019
Hal. 41 -50
UJI ANTAGONIS AGENSIA HAYATI Trichoderma spp. TERHADAP Colletotricum capsici Sydow
PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI RAWIT Capsicum frustescens L.
ANTAGONISTIC TEST OF Trichoderma spp. BIOLOGICAL AGENTS AGAINST Colletotricum
capsici Sydow CAUSES ANTRACNOSE IN CAYENNE PEPPER
1* 2 3
Yenny Muliani , Eti Henni Krestini , Asep Anwar
1
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Nusantara
2
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa – Lembang)
3Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Islam Nusntara
*korespondensi : mulianiyenny@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penyakit Antraknosa Colletotrichum capsici Sydow adalah penyebab penyakit tanaman pada cabai rawit
yang dapat menurunkan produksi dari segi kuantitas sebesar 60% juga menurunkan kualitas buah cabai
rawit. Pengendalian dengan menggunakan agensia hayati diperlukan karena lebih mengutamakan peran
agroekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Trichoderma spp. yang efektif dalam
menekan perkembangan jamur Colletotrichum capsici Sydow penyebab penyakit antraknosa pada tanaman
cabai rawit. Penelitian dilaksanakan secara in vitro di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang
dari bulan Oktober 2017 hingga bulan Februari 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma spp.
merupakan agensia hayati yang berpotensi dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa
Colletotrichum capsici Sydow.
ABSTRACT
Antracnose Colletotrichum capsici Sydow disease is the cause of plant disease in cayenne pepper which
can reduce production in terms of quantity of 60% and also reduce the quality of cayenne pepper fruit.
Control by using biological agents is needed because it prioritizes the role of agrosystem. This studi aims to
determine the potential of Trichoderma spp. which is effective in suppressing the development of
Colletotrichum capsici Sydow that cause anthracnose in chili plants. The study was carried out in vitro in a
research center for vegetables in Lembang from October 2017 to February 2018. The result showed that
Trichoderma spp. is a biological agent that has the potential to suppress the development of anthracnose
Colletotrichum capsici Sydow.
41
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
industri dan farmasi (Prajnanta, 2001; manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti yang
Taniwiryono dan Isroi, 2013; Cahya et all., 2017). tercantum pada tabel di bawah ini:
Buah cabai rawit memiliki kandungan gizi dan
Permintaan ketersediaan cabai rawit di 674,5 ton/ha, dan tahun 2016 hanya 595,5 ton/ha
Indonesia setiap tahunnya mengalami (Badan Pusat Statistik)
peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah Penurunan Jumlah produksi cabai rawit
penduduk serta tumbuhnya industri pengolahan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, yaitu
cabai rawit (Kementrian Pertanian, 2017). mutu benih yang kurang baik, penerapan teknik
Masyarakat Indonesia membutuhkan cabai rawit budidaya yang kurang tepat, rendahnya tingkat
pada kisaran 3 kg/kapita dalam setahun (Warisno kesuburan tanah serta banyaknya serangan OPT
dan Dahana, 2016). Jika jumlah penduduk (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang
Indonesia sebanyak 250 juta orang, berarti menyerang sejak tanaman disemaikan sampai
dibutuhkan sebanyak 750 juta ton pertahun tanaman dipanen (Duriat, 2015; Pingkan et all.,
(Warisno dan Dahana, 2016). Permintaan cabai 2016). Faktor utama penyebab menurunnya hasil
rawit di Pulau Jawa pada tahun 2014 sebesar produksi cabai rawit adalah penyakit antraknosa
825,5 ton, pada tahun 2015 mencapai 987,5 ton, (Syamsudin, 2015; Darmawan, 2016). Serangan
dan pada tahun 2016 permintaan cabai rawit penyakit antraknosa dapat terjadi pada musim
semakin meningkat hingga 1,206 ton (Direktorat hujan maupun musim kemarau, sehingga
Jendral Holtikultura, 2017; Kementrian Pertanian, menyebabkan petani mengalami kerugian hingga
2017). Produksi cabai rawit di Pulau Jawa pada lebih dari 50% (Duriat, 2015; Kusnadi, 2016).
tahun 2014 mencapai 712,5 ton/ha, dan pada dua Penyakit antraknosa menjadi masalah besar
tahun terakhir terjadi penurunan diantaranya dalam budidaya tanaman cabai rawit sehingga
pada tahun 2015 produksi cabai rawit hingga hasil panen tidak maksimal (Nugroho et al., 2013;
42
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
Prijanto, 2016). Jamur Colletotrichum capsici dapat membahayakan kehidupan manusia dan
Sydow. penyebab penyakit antraknosa dapat hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada
menurunkan produksi baik dari segi kuantitas produk-produk pertanian dan perairan (Fuadi,
juga menurunkan kualitas buah cabai rawit 2010; Nurmansyah, 2017). Perlu adanya alternatif
(Farid, 2012; Suprapta, 2015). Kehilangan hasil lain yang harus dilakukan dalam pengendalian
panen akibat serangan antraknosa berkisar serangan penyakit antraknosa untuk mengurangi
sebesar 10%-80% bahkan dapat menyebabkan penggunaan pestisida sintetik, juga mendapatkan
gagal panen (Hasyim, 2014). Serangan jamur kualitas hasil panen yang aman konsumsi serta
Colletotrichum capsici Sydow. pada buah cabai ramah lingkungan (Ameriana, 2006; Nurmansyah,
rawit dapat mencapai 50% - 99% (Direktorat 2017).
Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2014; Salah satu alternatif yang bisa dilakukan
Sumiartha, 2016). Penyakit antraknosa terjadi adalah pengendalian secara hayati menggunakan
pada buah cabai rawit muda seperti buah cabai jamur yang bersifat antagonis terhadap jamur
rawit yang berwarna hijau sampai buah berwarna Colletotrichum capsici Sydow. yaitu jamur
merah dengan serangan terparah pada buah Trichoderma spp. selain bersifat hiperparasit dan
berwarna merah (Krestini dan Kusandriyani, mikroparasit, juga mampu menginduksi
2012). Gejala serangan Jamur Colletotrichum ketahanan tanaman inang terhadap potensi
capsici Sydow. pada buah cabai rawit ditandai serangan patogen serta mampu meningkatkan
dengan bercak coklat, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman (Istikorini, 2017; Van
buah kering membusuk, serta akan mengurangi Loon, 2016; Istikorini, 2017). Trichoderma spp.
hasil panen hingga 75% (Wijoyo, 2009; Sudiarta, berpotensi sebagai pengendali hayati patogen
2016). Penyakit antraknosa menjadi penghambat jamur Colletotrichum capsici Sydow. dengan
dalam budidaya cabai rwit, maka dari itu perlu aktivitas selulotiknya serta sifatnya yang
dilakukan pengendalian secara preventif dengan hiperparasit terhadap jamur patogen
cara menanam benih bebas patogen (Purwantisari, 2009; Istikorini, 2017). Konsep ini
(Sastradiharja dan Firmanto, 2011; Prijanto, mengutamakan peran agroekosistem dalam
2016). Terjadinya intensitas serangan antraknosa mempertahankan kelestarian lingkungan, dengan
yang tinggi maka perlu dilakukan pengendalian menerapkan teknologi pengendalian secara
baik secara preventif maupun kuratif. agensia hayati, sehingga penggunaan pestisida
Pengendalian penyakit antraknosa selama sintetik hanya digunakan setelah serangan
ini masih menggunakan pestisida sintetik, akan penyakit antraknosa mencapai ambang kendali
tetapi penggunaan pestisida sintetik menimbulkan (Fuadi, 2010; Nurmansyah, 2017). Hasil penelitian
dampak buruk terhadap lingkungan serta kualitas yang dilakukan oleh Hasuti (2009), menunjukkan
hasil panen, hal ini perlu diketahui bahwa bahwa jamur Trichoderma spp. memiliki
diantaranya pengunaan pestisida yang tidak kemampuan dalam menekan populasi jamur
bijaksana akan mengakibatkan predator alami Colletotrichum capsici Sydow. Berdasarkan
berkurang, terjadinya resistensi patogen, juga pengamatan mikroskopis menunjukkan
43
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
44
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
A P
Keterangan :
PA = Persentase Antagonis (%)
D1 = Rata – rata pertumbuhan diameter koloni patogen sebagai kontrol
D2 = Rata– rata pertumbuhan diameter koloni patogen pada perlakuan
45
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
A B
Spora
Hifa
Hasil isolasi dan pengamatan bentuk secara berukuran ±150μm, sporangium tidak bercabang,
mikroskopis dapat dipastikan bahwa jamur spora nampak berwarna kemerah-merahan, spora
patogen yang menyerang sampel buah cabai berukuran 17-18 x 3-4 μm, spora berkecambah
merupakan jamur Colletotrichum capsici Sydow. pada permukaan buah yang hijau atau merah.
Menurut Singh (1998) Spora Colletotrichum
Isolasi dan Identifikasi Trichoderma spp.
capsici Sydow. berbentuk bulat silindris, spora
Hasil Isolasi dan Identifikasi agensia
tidak bersepta, hifa brsepta dan bercabang, batang
hayati Trichoderma spp. terlihat seperti gambar
berukuran 70-120 μm, berwarna coklat gelap dan
berikut:
coklat muda, hifa terdiri dari beberapa septa dan
Konidia
A B Konidiofor
Miselium
Isolat Trichoderma spp. merupakan koleksi tersebut diamati menggunakan mikroskop dengan
dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) perbesaran lensa 100x.
yang diisolasi kembali untuk dilakukan Hasil isolasi dan pengamatan bentuk secara
perbanyakan. Setelah diisolasi jamur antagonis mikroskopis dapat dipastikan bahwa jamur hasil
isolasi tersebut merupakan jamur Trichoderma
46
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
spp. Jamur Trichoderma spp. memiliki ciri melalui eksplorasi dan isolasi, isolat tersebut
morfologi, miselium bersepta, konidioforanya meliputi isolat jamur Trichoderma spp. dan isolat
bercabang dengan arah yang berlawanan, jamur Colletotrichum capsici Sydow. isolat diuji
konidianya berbentuk bulat atau oval dan satu sel antagonis dengan menggunakan metode dual
melekat satu sama lain, wama hijau terang. culture.
Menurut Devi dkk, (2000) setelah konidia
Biakan isolat Trichoderma spp. dan
terbentuk maka jamur ini akan terlihat berwama
Colletotrichum capsici Sydow. diambil dengan
hijau kebiruan.
berdiameter 5 mm dan kedua koloni ditumbuhkan
berdampingan dengan jarak 3 cm dalam satu
Hasil Uji Antagonis Trichoderma spp.
cawan petri. Sebagai pembanding kontrol dibuat
Terhadap Colltotrichum capsici Sydow. Secara
in vitro dengan cara yang sama dan ditanam pada cawan
Isolat Trichoderma spp. yang digunakan petri yang berbeda.
dalam uji antagonis secara in vitro diperoleh
A B CC
C. capsici Syd.
C. capsici Syd.
D E F C. capsici Syd.
Trichoderma spp.
Trichoderma spp.
C. capsici Syd.
Gambar 9. Hasil Uji Antagonis Antara Isolat Jamur Trichoderma spp. dengan Jamur Patogen Colletotrichum
capsici Sydow. (A) Hari ke-2. (B) Hari ke-4. (C)Hari ke-5. (E) Kontrol Colletotrichum capsici Sydow.
(F) Kontrol Trichoderma spp.
Sumber : Koleksi Pribadi, 2017
Persentase Hambatan Jamur Antagonis Colletotrichum capsici Sydow. diamati dari hari ke-
Trichoderma spp. Terhadap Jamur Patogen
1 sampai hari ke-5 setelah inokulasi, disajikan
Colletotrichum capsici Sydow.
pada Tabel 3. Hasil rata-rata persentase
Persentase penghambatan jamur antagonis
penghambatan jamur antagonis Trichoderma spp.
Trichoderma spp. terhadap jamur pathogen
47
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
terhadap patogen Colletotrichum capsici Sydow. Colletotrichum capsici Sydow. dengan cara
diamati pada hari ke-1 sampai hari ke-5. berkompetisi menyerang tempat yang belum
Tergambar pada tabel 4 di atas, hal ini cukup diduduki, Trichoderma spp. akan membelit dan
membuktikan bahwa jamur Trichoderma spp. memenuhi tempat disekitar hifa cendawan inang.
efektif dalam menekan perkembangan patogen Jamur Trichoderma spp. berperan sebagai
Colletotrichum capsici Sydow. Menurut mikroparasit dan memproduksi enzim yang dapat
Gusnawaty, et all., (2014). Jamur Trichoderma spp. merusak dinding sel jamur Colletotrichum capsici
bekerja dalam mengendalikan jamur Sydow.
Hari Ke-1 43
Hari Ke-2 44
Hari Ke-3 50
Hari Ke-4 58
Hari Ke-5 65
48
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
49
AGROSCRIPT Vol. 1 No. 1 2019
Hal. 41 -50
50