Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga

nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi

yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi

yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi

optimal. Sektor pertanian yang terdapat dalam konsep pendapatan nasional

menurut lapangan usaha atau sektor pertanian dalam arti luas. di Indonesia,

sektor pertanian dalam arti luas dipilih menjadi 5 (lima) subsektor yaitu:

subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan,

subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Kelima subsektor merupakan

subsektor yang memberikan kontribusi terbesar.

Sektor pertanian memegang peran dominan dalam perekonomian suatu

negara sekaligus melengkapi struktur sosial ekonomi di suatu negara. Sektor

pertanian selain menyediakan kebutuhan nutrisi bagi masyarakat, juga

merupakan sumber bahan baku untuk perkembangan sektor lain, seperti sektor

industri pengolahan khususnya pengolahan bahan makanan. Oleh karena itu,

sektor pertanian memainkan peran penting dalam struktur perekonomian suatu

negara.

Di negara berkembang seperti Indonesia, sektor pertanian masih dominan

dalam struktur perekonomian, hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian

yang masih relatif besar dalam pembentukan produk domestik bruto.

1
Kabupaten Pinrang merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia yang

memiliki potensi sektor pertanian cukup besar, hal ini terlihat dari kontribusi

sektor pertanian dalam pembentukan produk domestik regional bruto yang

relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor Pertanian di

Kabupaten Pinrang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan PDB

dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini ditandai kontribusi sektor pertanian dalam

pembentukan PDB relatif besar.

Menurut Junankar (2016) agar produksi dan produktivitas sektor

pertanian dapat meningkat diperlukan modernisasi dalam metode produksi. Hal

ini bisa dicapai dengan meningkatkan sumber daya manusia seperti perbaikan

dalam pendidikan akan membantu petani dalam meningkatkan pengetahuan

tentang teknik bertani yang lebih baik. Mellor (2017) berpendapat, pendidikan

dan kesehatan sama pentingnya dengan infrastruktur fisik yang berkontribusi

terhadap peningkatan produktivitas petani. Pendidikan mempengaruhi dalam

banyak hal pada modernisasi produksi serta memperluas wawasan tentang

pemahaman masalah teknis petani. Dengan meningkatnya produktivitas

pertanian maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan petani yang akhirnya

masyarakat petani dapat keluar dari barisan kemiskinan.

Tanaman padi atau dalam bahasa latinya Oryza L. yang terdiri dari lebih

25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropics seperti di Asia, Afrika,

Amerika, dan Australia. Padi yang sekarang ini merupakan persilangan antara

Oryza officianalis dan Oryza sativa F Spontane. Di Indonesia pada awalnya

tanaman padi diusahakan di lahan kering dengan sistem lading tanpa pengairan

2
dan hal ini dilakukan juga di beberapa negara dan pada akhirnya orang

berusaha memantapkan hasil usahanya dengan mangandalkan pengairan di

daerah yang airnya kurang dan penggunaan beberapa faktor produksi

(Hasanah, 2007).

Pemerintah daerah Sulawesi Selatan telah menjadikan komoditi padi

sebagai salah satu komoditas unggulan yang produktivitasnya perlu

ditingkatkan. Hal tersebut berkaitan erat dengan nilai strategis beras sebagai

produk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat serta

mengandung potensi agribisnis yang menguntungkan bagi pembangunan

daerah di Sulawesi Selatan.

Badan Pusat Statistik BPS (2022) mencatat, selama lima tahun terakhir

produksi padi Sulawesi Selatan terus meningkat secara konsisten. Tahun 2018

produksi padi sebesar 5,74 juta ton, 2019 sebesar 5.05 juta ton, 2020 sebesar

4.71 juta ton, 2021 sebesar 5.09 juta ton dan 2022 mencapai 5.34 juta ton

gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 4.92 juta ton beras. Sentra

produksi beras utama, tersebar di Kabupaten Bone, Wajo, Sidrap, Pinrang.

Kabupaten Pinrang merupakan merupakan salah satu penghasil beras di

Proponsi Sulawesi Selatan , mempunyai potensi sebagai berikut: (1) tersedianya

sumber daya manusia sebagai pelaku usaha tani padi yang berasal dari petani, (2)

sumber daya lahan yang cukup potensial dan memungkan untuk pengembangan

tanaman padi, (3) tersedianya sumber daya air untuk pengairan sawah dan (4)

adanya aksesibilitas penyaluran hasil pertanian dari wilayah penghasil pertanian

di Kabupaten Pinrang.

3
Tabel 1.1 Luas Panen Tanaman Padi
Se-Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018

KABUPATEN/KOTA Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

Kepulauan Selayar 4.524 23.373


Bulukumba 41.716 215.246
Bantaeng 15.383 89.724
Jeneponto 22.075 119.772
Takalar 24.370 113.546
Gowa 59.407 304.766
Sinjai 24.699 119.559
Maros 44.877 237.914
Pangkep 27.185 137.357
Barru 20.326 104.926
Bone 125.518 624.358
Soppeng 50.139 275.168
Wajo 123.413 648.646
Sidrap 81.111 449.497
Pinrang 93.579 524.892
Enrekang 14.457 62.298
Luwu 63.499 301.976
Tana Toraja 15.331 67.409
Luwu Utara 38.265 184.467
Luwu Timur 37.144 187.423
Toraja Utara 18.689 80.477
Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sul-Sel. 2018
Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1.1 di atas Kabupaten Pinrang

merupakan salah satu kabupaten yang berbasis pada sektor pertanian. Hasil

pertanian menjadi penopang perekonomian dan di jadikan tolak ukur

keberhasilan pembangunan ekonomi Kabupaten Pinrang. Seperti pada tahun

2018, luas lahan 93.579 ha di sektor pertanian padi sawah. Kabupaten Soppeng

mampu menghasilkan produksi padi sebanyak 524.892 ton, dan termasuk salah

satu daerah penghasil padi/beras terbesar jika dibandingkan dengan kabupaten

lain yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.

4
Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al-An`am ayat 95 menjelaskan bahwa

atas karunia-Nya, Allah SWT telah menumbuhkan berbagai tumbuhan dan atas

tumbuhan tersebut terdapat buah-buahan dan biji-bijian. Allah SWT yang

Maha kuasa menumbuhkan sesuatu makhluk hidup dari benda mati dan

sebaliknya menjadikan sesuatu yang mati dari makhluk hidup. Ayat tersebut

berbunyi sebagai berikut:

Terjemahanya: “Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir (padi-padian)


dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah
(kekuasaan) Allah, Maka mengapa kamu masih berpaling?
(Q.S Al-An’am : 95)”
Dari ayat tersebut terdapat sedikit penjelasan bahwa atas kuasa-Nya

menumbuhkan tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, kacang- kacangan,

dan sebagainya, serta tanaman buah-buahan seperti kurma, anggur, dan

lainnya. Atas kuasa-Nya juga Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati.

Tanaman memerlukan nutrisi untuk tumbuh dari benda mati yang sering kita

sebut pupuk. Pemupukan ialah menambahkan sesuatu yang mati yaitu pupuk

terhadap tanah yang juga benda mati sehingga menumbuhkan makhluk hidup

yaitu tanaman. Atas kuasa-Nya juga Allah mengeluarkan yang mati dari yang

hidup menjelaskan bahwa semua makhluk hidup pasti akan mati.

Upaya peningkatan produksi dilakukan melalui peningkatan

produktivitas di dukung oleh pengembangan teknologi seperti penggunaan alat

5
dan mesin pertanian, meningkatkan tenaga kerja, pengendalian hama dan

penyakit tanaman, peningkatan luas tanam (pemanfaatan lahan tidur).

Pengembangan keberagaman lahan pangan dilakukan dengan

memasyarakatkan berbagai macam pangan sehingga masyarakat tidak

tergantung pada satu jenis komoditi pangan saja yaitu padi. Upaya peningkatan

ketahanan pangan juga telah didukung oleh pengendalian harga dan distribusi

pangan sehingga pangan dapat tersedia dengan cukup pada kebutuhan

keluarga.

Sektor pertanian dalam proses produksinya memerlukan berbagai jenis

masukan (input), seperti tenaga kerja, tanah, teknologi dan modal, masukan

tersebut menghasilkan keluaran seperti padi, jagung dan lain sebagainya yang

merupakan masukan bagi sektor lain seperti sektor industri. Faktor produksi

terdiri dari lima komponen, yaitu tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan

skil. Sebagian para ahli mencantumkan hanya empat faktor produksi, yaitu

tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi masing-masing faktor mempunyai

fungsi yang berbedaan saling mempengaruhi satu sama lain (Sugiarto, 2008).

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam bidang

pertanian di Kabupaten Pinrang. Tenaga kerja padi sawah pada sektor

pertanian seringkali menjadi kendala, seiring dengan menurunnya minat tenaga

kerja muda untuk terjun pada sektor pertanian maka seringkali di jumpai

kelangkaan tenaga kerja padi sawah pada saat pengolahan lahan atau pada saat

panen raya. Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian padi sawah. Kabupaten

Pinrang berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kabupaten Pinrang

6
cenderung memilih bekerja di kantoran, apabila akhirnya masyarakat kembali

bekerja di bidang pertanian, hal itu karena sulitnya mencari pekerjaan (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2018)

Luas lahan juga merupakan faktor produksi padi. Hal ini sesuai pendapat

Mubyarto yang mengatakan bahwa luas lahan sangatlah mempengaruhi tingkat

produksi padi, apabila luas lahan padi semakin luas maka produksi padi akan

semakin meningkat. Sebaliknya apabila luas lahan padi semakin sempit maka

produksi akan semakin sedikit (Sugiarto, 2008).

Penggunaan alat teknologi pertanian Kabupaten Pinrang kembali

mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2018 sebesar 13.279

unit , hal ini dikarenakan sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi

pertanian tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang

enggan menerima teknologi pertanian. Hal ini dikarenakan tingkat kerumitan

dari teknologi pertanian yang digunakan, semakin tinggi tingkat kerumitan dari

teknologi pertanian, semakin sulit diterimah oleh masyarakat khususnya para

petani, meskipun para petani punya kemauan untuk menggunakan alat

teknologi pertanian tersebut, para petani hanya mengikuti yang baru jika telah

disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang,

dan kondisi inilah yang terjadi di Kabupaten Pinrang.

Dengan demikian, masih banyak kendala yang dihadapi oleh masyarakat

petani padi sawah di Kabupaten Pinrang dalam memproduksi padi sawah.

Sering terjadi produksi padi sawah pada masa panennya tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh para petani. Dengan berbagai potensi dan

7
permasalahan terkait dengan pangan di Kabupaten Pinrang sehingga sangat

menarik untuk dilakukan pengamatan. Melihat kebutuhan beras yang terus

meningkat dan penataan input produksi seperti ketersediaan luas lahan yang

cenderung meningkat, mestinya merupakan pemacu meningkatnya produksi

padi di Kabupaten Pinrang.

Dengan penjabaran diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi padi. Dengan demikian

dalam melakukan penelitiannya peneliti mengambil judul, Analisis Faktor -

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi di Kabupaten Pinrang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan di

analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi di Kabupaten

Pinrang?

2. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi di Kabupaten

Pinrang?

3. Apakah teknologi pertanian berpengaruh terhadap produksi padi di

Kabupaten Pinrang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi padi di

Kabupaten Pinrang

8
2. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap produksi padi di Kabupaten

Pinrang

3. Untuk mengetahui pengaruh teknologi pertanian terhadap produksi padi di

Kabupaten Pinrang

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban yang bersifat sementara

mengenai suatu penelitian yang sifatnya wajib diuji lagi kebenarannya melalui

uji hipotesis dan melakukan penelitian lebih lanjut.

1. Hubungan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Padi

Peningkatan modal manusia melalui pendidikan petani penting untuk

meningkatkan produktivitas petani. Menurut Mellor (2017) peningkatan

dalam pendidikan dan kesehatan akan meningkatkan respon petani terhadap

peningkatan produktivitas. Peningkatan status kesehatan akan meningkatkan

kemampuan dalam mengelola lahan pertanian dan memaksimalkan

penggunaan input pertanian. Pendidikan membantu petani untuk lebih

produktif dalam menggunakan input pertanian, dan membantu petani untuk

membuat keputusan tentang pemilihan penggunaan input yang tepat.

Teori yang dikemukakan sebelumnya diperkuat oleh temuan

penelitian Susanto dan Udjianto (2019), yang mengemukakan bahwa

pendidikan dapat mendorong produktivitas tenaga kerja di daerah tertinggal.

Pembangunan indfrastruktur pendidikan dapat mendorong peningkatan

produktivitas tenaga kerja di daerah tertinggal lebih cepat dibandingkan di

daerah maju.

9
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka

dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Diduga tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produksi padi.

2. Hubungan Luas Lahan Terhadap Produksi Padi

Menurut Junankar (2016) terdapat satu hasil yang megejutkan dari

studi manajemen pertanian, dimana terdapat hubungan terbalik antara luas

lahan pertanian dan produktivitas. Pertanian dengan luas lahan relatif kecil,

rata-rata pekerja lebih banyak dan sebagai hasilnya memiliki output yang

yang tinggi. Hal ini dikarenakan petani kecil memaksimalkan hasil

sementara pertanian besar dijalankan di atas garis kapitalis dan keuntungan

yang dimaksimalkan.

Lahan pertanian menjadi faktor penting dalam produktivitas pertanian.

Sebagaimana teori yang dikemukakan Malthus bahwa luas lahan cenderung

tidak berubah, sementara populasi terus bertambah, mengakibatkan lahan

yang terbatas akan dikelolah oleh banyak populasi, sehingga akan

berdampak terhadap penurunan produktivitas lahan.

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arfida

Boedi (2018) dengan judul “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Produksi

Padi di Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Hasil

penelitian menunjukkan variabel luas lahan, modal dan tenaga kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.

10
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka

dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Diduga luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produksi padi.

3. Hubungan teknologi pertanian Terhadap Produksi Padi

Junankar (2016) Mengemukakan bahwa sebagian besar dalam model

pembangunan di suatu negara, sektor pertanian merupakan merupakan

sektor dengan produktivitas yang tumbuh lambat, sedangkan industri

tumbuh lebih pesat karena skala ekonomi dan peningkatan teknologi.

Peningkatan teknologi pertanian membuat dampak besar terhadap sektor

pertanian melalui green revolution (penggunaan benih varietas dengan hasil

tinggi).

Menurut Vinilla dan Willebald (2018) pertumbuhan produktivitas

didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan teknologi

bergantung ppada empat faktor utama yaitu, pertama geografis seperti

kualitas lahan untuk produksi pertanian, peran lembaga penelitian yang

melahirkan sistem inovasi, ketiga petani di pedesaan yang mempunyai

kapasitas untuk menafsirkan teknologi baru, keempat efisiensi ekonomi

untuk mengadopsi teknologi baru.

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Puguh

(2015) dengan judul ” Analisis Pengaruh Modal, Jumlah Hari Kerja, Luas

Lahan, Pelatihan Dan Teknologi Terhadap Pendapatan Petani Padi

Kecamatan Banyuwangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal,

11
jumlah hari kerja (HOK), luas lahan, pelatihan dan teknologi berpengaruh

secara simultan terhadap pendapatan petani di Kecamatan Banyuwangi.

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka

dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Diduga tehnologi pertanian berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi padi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi dari variable-variabel yang

akan diteliti dengan mengspesifikasikan untuk mengukur variable tersebut.

Dalam penelitian ini definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).

Dalam penelitian ini variable independen terdiri dari:

a. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang di gunakan dalam

proses produksi selama satu kali musim tanam yang di ukur dalam satuan

hari orang kerja (HOK).

b. Luas lahan

Luas lahan adalah besarnya areal yang di gunakan petani untuk

melakukan usaha tani padi selama satu kali musim tanam yang di ukur

dalam satuan hectare (ha).

12
c. Teknologi pertanian (X3) adalah alat yang digunakan dalam

mengolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan

output/hasil pertanian.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Dalam penelitian ini variable

dependen yaitu pola konsumsi mahasiswa (Y). Produksi padi adalah jumlah

output atau hasil panen padi dari luas lahan petani selama satu kali musim

tanam dalam bentuk gabah kering panenyang di ukur dalam satuan kilogram

(kg).

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikn sejumlah manfaat, yaitu:

1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan kemampuan dan pengetanuan dalam

mengidentifikasi dan menganalisis yang berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah hasil penelitian dapat menjadi sumbangan pemikiran dan

bahan menganalisis penggunaan factor-faktor produksi pada tanaman padi

sawah.

3. Kepada pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan yang

berkaitan dengan penggunaan factor-faktor yang berpengaruh terhadap

produksi padi sawah.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Teori Produksi
Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai salah satu

bentuk dari elemen input (Pindyck dan Robert, 2007:199). Keseluruhan unsur

unsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik

atau cara-cara tertentu, diolah atau diproses sedemikian rupa untuk

menghasilkan sejumlah output tertentu.

Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk

menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output

seperti yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan

menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana

penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan

sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan pengertiannya untuk

menerangkan sistem produksi yang terdapat pada sektor pertanian. Dalam

sistem produksi yang berbasis pada pertanian berlaku pengertian input atau

output dan hubungan di antara keduanya sesuai dengan pengertian dan konsep

teori produksi.

Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit

periode atau waktu (Rahim, 2012). Dalam proses produksi, terdapat hubungan

yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produksi

yang dihasilkan. Secara detail produksi merupakan konsep arus, dimana

14
konsep arus ini produksi dimaksudkan sebagai kegiatan yang diukur sebagai

tingkat-tingkat output per unit periode / waktu. Istilah faktor produksi sering

disebut korbanan produksi. Kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha tani

merupakan suatu proses dalam menghasilkan barang-barang yang akan

dikonsumsi oleh para konsumen sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses

produksi memerlukan jangka waktu produksi, dimana didasarkan pada

penggoongan input, jangka waktu produksi dibedakan menjadi dua,yaitu

produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang. Penekanan proses

produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang

mengkombinasikan berbagai macam masukan (input) untuk menghasilkan

suatu keluaran (output).

Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan

hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-output (Pindyck,

2001:280). Input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari

karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi

produksi berubah. Faktor produktivitas adalah kunci untuk mendapatkan

kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk

menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion

factor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam

sebuah sistem produksi (Boediono,1999:186).

Miller dan Miner (1999:214)(menyatakan produksi merupakan konsep

arus, yang dimaksud konsep arus (flow concept) adalah produksi merupakan

kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu.

15
Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi

bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, ini berarti peningkatan

output dengan mengasumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya

berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan)

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang

digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang

dihasilkan dalam suatu proses produksi. Produksi dapat didefinisikan sebagai

suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna atau manfaat baru.

Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia Jadi produksi meliputi semua aktifitas

menciptakan barang dan jasa (Sri Adiningsi,1995:51)

2. Teori Produksi dalam Perspektif Islam

Produksi dalam perspektif Islam yang dikemukakan Qutub Abdus Salam

Duais adalah usaha mengeksploitasi sumber-sumber daya agar dapat

menghasilkan manfaat ekonomi. Dalam ekonomi Islam kata produksi

merupakan salah satu kata kunci terpenting, dari konsep dan gagasan produksi

ditekankan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai kegiatan ekonomi adalah

untuk kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara berimbang.

Secara umum produksi adalah penciptaan guna (utility) yang berarti

kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi

tertentu. Defenisi tersebut terlampau luas untuk mempunyai banyak isi

spesifik, tetapi dilain pihak, hal tersebut menunjukkan dengan tegas bahwa

16
produksi mencakup semua aktifitas aktifitas dan bukan hanya pembuatan

bahan bahan materil. Sebagian literatul ekonomi mencatat, bahwa produksi

sebagai suatu aktifitas untuk meningkatkan nilai dari guna barang-barang dan

jasa-jasa.

Dalam ekonomi Islam terdapat keyakinan adanya Allah SWT sehingga

peran dan kepelikan dalam ekonomi di pegang oleh Allah SWT, maka konsep

produksi dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif memaksimalisasi

keuntungan dunia tetapi lebih penting untuk mencapai memaksimalisasi

keuntungan akhirat. Untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan individu dan

masyarakat, sistem ekonomi islam menyediakan beberapa landasan teoritis

yaitu, keadilan ekonomi (Al-‘Adalah Al-Iqtisadiyah), Jaminan sosial (At-

Takaful Alijtima’i), Pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif

secara efisien (Jaribah, 2006:40).

B. Pengertian Variabel Penelitian


1. Produksi

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang

memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa

melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam,

modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut

faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi, semua unsur yang

menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut

sebagai faktor-faktor produksi.

17
Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan

pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai

aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi

tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno,

2002:193)

Produksi merupakan proses menciptakan barang dan jasa untuk

pemenuhan kebutuhan manusia yang berada di bumi ini. Untuk melakukan

kegiatan produksi kita membutuhkan faktorfaktor produksi seperti sumberdaya

alam yang melimpah, tenaga kerja yang ada, modal dan teknologi yang baru

sehingga perusahan akan mendapat keuntungan/profit yang lebih. Produksi

merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

(utility) suatu barang atau jasa. Produksi secara luas dapat di artikan sebagai

pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, maka

produksi ini bisa disebut suatu kegiatan yang menghasilkan sejumlah output

(Sofyan,2014).

Produksi merupakan hasil yang diperoleh sebagai akibat dari bekerjanya

faktor-faktor produksi.Produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input yang ada,

produksi atau memproduksi yaitu menambah kegunaan (nilai guna) suatu

barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah apabila memberikan manfaat

baru atau lebih baik dari bentuk semula. Lebih spesifiknya lagi produksi yaitu

proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan

18
(input, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu

barang atau jasa (Sudantoko,2009).

Produksi merupakan suatu proses perubahan faktor produksi atau input

menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah penentuan kombinasi

faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah

penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efesien dan hasil

produksi yang didapat jadi optimal,input pada suatu proses produksi terdiri dari

tanah, tenaga kerja, modal, dan skill, input merupakan suatu barang atau jasa

sedangkan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses

produksi (Rahardja&Manurung,2010).

Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari lahan

petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Kemudian produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas

tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas

ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang

ditanam, penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis,

tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat

dan penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai dan tersedianya

tenaga kerja (Sinaga,2016:198).

Selanjutnya, Widayat menjelaskan bahwa produksi pada umumnya

membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, luas

lahan dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi. Tanpa kegiatan

produksi, kebutuhan manusia yang banyak ragam yaitu tidak dapat dipenuhi.

19
Kemajuan dalam hal melakukan produksi ada hubungannya dengan standar

hidup. Jadi, secara umum tujuan produksi adalah kebutuhan manusia untuk

mencapai kemakmuran. Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan produksi ada

pihak yang terkait. Pihak Pertama adalah pihak yang menghasilkan barang dan

jasa yang kita sebut sebagai produsen. Sedangkan pihak kedua adalah pihak

yang mengkonsumsi barang dan jasa yaitu konsumen. Karenanya, tujuan

produksi juga dapat dilihat secara khusus dari sudut kepentingan pihak-pihak

tersebut. Bagi pihak produsen, tujuan produksi adalah untuk meningkatkan

keuntungan serta menjaga kesinambungan perusahaan. Sementara bagi

masyarakat atau konsumen, tujuan produksi adalah untuk menyediakan

berbagai benda pemuas kebutuhan (Widayat, 2001:73).

Kendala dalam memproduksi pada intinya yaitu sempitnya luas lahan

swah, tenaga kerja yang terbatas yang mempunyai keahlian dan teknologi yang

belum memadai. lahan yag subur merupakan syarat keberhasilam bagi para

petani, disamping itu lahan sangat mempunyai pengaruh terhadap hasil

produksi padi yang didapat maka perlu dilakukan pengelolaan sebaiknya-

baiknya dari para petani agar mampu menghasilkan padi yang berkualitas

(Junaidi & Hidayat, 2017)

a. Tujuan Produksi

Tujuan barang diproduksi tidak hanya mencari keuntungan bagi

perusahaan atau pemerintah namun pada hakikatnya tujuan barang

diproduksi sebagai untuk memenuhi kebutuhan manusia yang seiring

20
bertambahnya penduduk yang semakin padat maka produksi sebuah barang

atau jasa sangat dibutuhkan.

Adapun tujuan barang dan jasa di produksi adalah sebagai berikut :

i. Memenuhi kebutuhan manusia, karna manusia memiliki beragam

kebutuhan terhadap barang jasa. Itu semua harus dipenuhi dengan

kegiatan produksi. Sedangkan jumlah manusia terus bertambah dan

berkembang sesuai dengan pengaruh zaman yang semakin modern.

ii. Mencari laba /keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa,

produsen (orang yang memproduksi) berharap bisa menjualnya

dengan memperoleh laba/profit yang sebanyak-banyak.

iii. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan produksi barang dan jasa,

produsen akan memperoleh pendapatan dan laba dari penjualan

produknya. Laba dan pendapatan tersebut dapat digunakan untuk

menjaga kelangsungan hidup perusahaan termasuk kehidupan para

karyawan dan lainnya.

iv. Meningkatkan mutu dan jumlah produksi produsen selalu berusaha

memuaskan keinginan konsumen. Dengan berproduksi, produsen

punya kesempatan melakukan uji coba/eksperimen untuk

meningkatkan mutu sekaligus jumlah produksinya agar lebih baik dari

produksi sebelumnya (Rosalia, 2020).

b. Fungsi Produksi

Menurut Sukirno (2016) fungsi produksi yaitu hubungan diantara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.Dan suatu

21
kurva yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai

jenis tenaga kerja yang digunakan. Menurut Arini (2018) fungsi produksi

merupakan suatu input yang menghasilkan dari sebuah perusahaan yang ada

hubungannya dengan faktor produksi dan tingkat yang diciptakannya yang

menunjukkan unit total dari sebuah produk sebagai fungsi dari unit masukan

dalam menghasilkan output perusahaan. Menurut teori Harrod-Domar

mengenai fungsi produksi yaitu sejumlah modal yang dapat menciptakan

suatu tingkat output tertentu dalam suatu kegiatan produksi dan untuk setiap

kegiatan ekonomi akan dapat menyisihkan pendapatan (Akhbar, 2015).

c. Proses Produksi

Aspek penting dalam melakukan suatu proses produksi adalah

tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai

faktor produksi. Menurut Sukirno (2016:220) jenis proses produksi dapat

ditinjau dari segi wujud proses sebagai berikut:

i. Proses produksi kimiawi yaitu suatu proses produksi yang menitik

beratkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa

kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan tambang minyak.

ii. Proses produksi perubahan bentuk adalah proses produksi dimana

dalam pelaksanaannya menitik-beratkan pada perubahan input

menjadi keluaran output sehingga didapatkan penambahan manfaat

atau faedah dari baranag tersebut. Contoh perusahaan mebel,

perusahaa garmen

22
iii. Proses produksi assembling adalah suatu proses produksi yang dalam

pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses

penggabungan dari komponen-komponen produk dalam perusahaan

yang bersangkutan atau membeli komponen produk dalam perusahaan

yang dibeli dari perusahaan lain. Contohnya perusahaan yang

memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil.

iv. Proses produksi transportasi adalah suatu proses produksi dengan

jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang

ataupunmanusia. Dengan adanya pemindahan tempat maka barang

atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai kegunaan atau

merasakan adanya tambahan manfaat. Contohnya perusahaan kereta

apai, perusahaan angkutan.

v. Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proses

produksi yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-

perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga yang memerlukannya.

Adapun pemberian metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian

data serta informasi yang diperlukan oleh masing-masing perusahaan

yang memerlukannya merupakan jasa yang diproduksi oleh

perusahaan-perusahaan semacam ini. Contohnya lembaga konsultan

manajemen dan akuntansi, biro konsultan manajemen (Sukirno,2016)

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Menurut Sukirno (2016) secara umum faktor produksi dapat

dijelaskan sebagai berikut :

23
i. Tanah, sebagai salah satu faktor biasanya terdiri dari barang ekonomi

atau material yang diberikan oleh alam tanpa bantuan manusia, tanah

disini meliputi SDA dalam keadaan alami.

ii. Modal, bukan hanya dalam bentuk uang akan tetapi modal juga bisa

berbentuk peralatan, persediaan bahan mentah dan setengah jadi yang

digunakan dalam sektor industri.

iii. Tenaga kerja, yaitu sejumlah penduduk yang digunakan dalam proses

produksi.

iv. Skill dan keahlian, faktor skill digolongkan sebgai tenaga kerja tetap,

namun disadari bahwa skill merupakan suatu keterampilan lainnya.

Oleh karena itu, skill digolongkan menjadi salah satu faktor produksi,

karena fungsinya mengatur atau mengorganisir faktor produksi

lainnya.

Dalam mendirikan usaha tani, kegiatan produksi adalah salah satu

proses produksi yang prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama dan

penuh dengan resiko. Panjangnya waktu dalam usaha tani tergantung jenis

komoditi apa yang ditanami. Faktor produksi sendiri bisa dikatakan sebagai

semua pengorbanan yang diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan berkembang dengan sangat baik dan menghasilkan

komoditi yang baik.

2. Tenaga Kerja

Dalam UU Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyebutkan

bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki maupun wanita yang sedang

24
dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik luar maupun dalam hubungan

kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Kardiman (2003:83) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga

kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik, di mana para pekerja

mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha

memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun

tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali,

tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan

sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli

masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara

keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli Tenaga kerja merupakan

faktor produksi yang sangat dominan dalam menghasilkan produksi. Tenaga

kerja tidak ada perbedaannya dengan faktor produksi lain, sebab bila salah satu

faktor produksi tersedia tetapi faktor produksi lain tidak maka produksi tidak

dapat dihasilkan. (Domminick,2008:112).

Tenaga kerja merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang

bekerja, yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang

yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikatagorikan

bekerja.

Merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja yang

digunakan didaerah menggunakan tenaga mekanik dan manusia. Dimana

tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar

25
keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga potensial yang

tersedia dalam keluarga, sedangkan tenaga kerja dari luar diperoleh dengan

cara sistim upah yaitu tergantung harga dari masing - masing daerah.

Dalam bidang pertanian, produksi dihasilkan oleh bekerjanya beberapa

faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, modal, teknologi dan tenaga kerja.

Seorang produsen yang rasional tentunya akan mengkombinasikan faktor-

faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien dan

tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkan tidak

menguntung kan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting

dalam proses produksi dimana Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap produksi padi (Jhingan, 2012:142).

Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja. Dalam

usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan

jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan

tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas

spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang

dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar

skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat.

Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi

satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari orang kerja atau.

Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja

mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah

26
tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi

(Soekartawi,2002:63).

Ada lima cara pengembangan sumber daya manusia 1) Fasilitas

kesehatan pada umumya diartikan mencakup semua pengeluaran yang

mempunyai harapan hidup, kekutan dan stamina, tenaga kerja vitalitas rakyat,

2) Latihan jabatan merupakan magang model lama yang diorganisasikan oleh

perushaan 3) pendidikan yang diorganisasikan secara formal pada tingkat

dasar, menengah dan tinggi, 4) Program studi bagi orang dewasa yang tidak

diorganisasikan oleh perusahaan. 5) migrasi perorangan dan keluarga untuk

menyesuaikan diri dengan kesempatan kerja yang selalu berubah (Jhingan,

2012:142).

Sumber tenaga kereja dalam usahatani dibedakan atas:

a. Tenaga kerja dalam keluarga (family labour) yaitu seluruh tenaga kerja

yang terdapat dalam keluarga, baik manusia, ternak, maupun tenaga

mesin

b. Tenaga kerja luar keluarga (hired labour) yaitu tenaga kerja yang berasal

dari luar keluarga baik manusia, ternak maupun tenaga mesin.

Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis

komoditas per satuan luas dinamakan intensitas tenaga kerja. Intesitas tenaga

kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat

usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang diusahakan

(Suratiyah, 2008).

27
3. Luas lahan

Luas lahan adalah luas areal persawahan yang akan ditanam padi pada

musim tertentu. Pada umumnya lahan sawah merupakan lahan pertanian yang

berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang saluran untuk menahan/

menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari

mana diperolehnya atau status tanah tersebut.

Luas Lahan pertanian padi terbagi pada dua Bagian diantaranya:

a. Lahan Sawah

Tanah sawah adalah tanah pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi

oleh pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air dan biasanya

ditanami padi sawah, tanpa memandang dari mana diperolehnya ataupun

status dari tanah tersebut.

b. Lahan Bukan Sawah/Lahan Ladang

Tanah bukan lahan sawah adalah semua tanah yang tidak termasuk tanah

sawah. Tanah yang berstatus tanah sawah yang tidak berfungsi lagi

sebagai tanah sawah dimasukan sebagai tanah bukan lahan sawah.

i. Kebun, yaitu lahan kering yang biasanya ditanami tanaman semusim

atau tahunan dan terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya

tidak berpindah-pindah.

ii. Huma, yaitu lahan bukan sawah yang biasanya ditanami tanaman

musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim,

kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi sehingga

28
kemungkinan lahan ini beberpa tahun kemudian akan dikerjakan

kembali jika sudah subur.

iii.Tegal/Kebunan/Ladang/Huma, yaitu lahan kering yang ditanami

tanaman musiman seperti padi ladang, palawija /hortikultura letaknya

terpisah dengan halaman sekitar rumah.

Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah luas lahan.

Luas lahan (tanah) sebagai modal dasar pembangunan memerlukan optimasi

dalam pemanfaatannya dengan melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik

dasar yang ada dengan kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal

ini dikarenakan lahan merupakan salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya

proses produksi di bidang pertanian (Moehar, 2004:56).

Luas lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya

hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usaha

tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas

sempitnya lahan yang digunakan dan luas areal tanam dan produksi per hektar

dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar juga dipengaruhi

oleh perubahan luas areal tanam. Disimpulkan bahwa peningkatan produksi

sebagai akibat peningkatan jumlah areal tanam.

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas pertanian

banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan misalnya

sawah tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah adalah tanah yang belum tentu

diusahakan dalam usaha pertanian ukuran luas lahan secara tradisional perlu

29
dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan

dengan hektar. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan

sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin

sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Dengan

demikian luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan

semakin luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila

luas lahan semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi

hubungan luas lahan dengan produksi padi adalah positif (Moehar, 2004:60).

Keberadaan faktor produksi tanah, tidak hanya di lihat dari luas atau

sempitnya saja. Tetapi juga dilihat dari segi yang lain, seperti jenis tanah,

macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya), topografi

(tanah dataran tinggi, rendah, dan dataran pantai), pemilikan tanah, nilai tanah,

fregmentasi tanah, dan konsolidasi tanah.

Luas lahan yang ditanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usaha

tani. Semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.

Tetapi pada kenyataannya luas lahan akan mempengaruhi skala usaha dan pada

akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian padi.

Karena semakin luas, lahan yang dimiliki petani semakin tinggi tingkat resiko

yang harus ditanggung oleh petani. Karena disini bertemunya input untuk

diproses menjadi output sehingga petani harus bisa mengatur sedemikian rupa

supaya tidak terjadi kelebihan input.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.

Setiap karakterisitik lahan dirinci dan diuraikan mencakup keadaan fisik

30
lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi

dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Setiap karakteristik lahan yang

digunakan secara langsung dalam evaluasi mempunyai interaksi satu sama

lainnya, karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau

membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas

lahan.

Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor

negatif (Mahi, 2001) kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif

terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang

berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan.

Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan

merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga

merupakan faktor penghambat atau pembatas.

Lahan pertanian subur sebagian besar telah dimanfaatkan untuk berbagai

sektor, baik sektor pertanian maupun nonpertanian (industri, infrastruktur,

pemukiman). Bahkan lahan sawah intensif telah mengalami penciutan akibat

konversi. Sebagian lahan yang tersisa untuk pengembangan pertanian ke depan

adalah lahan suboptimal atau marginal (tadah hujan, lahan kering masam, dan

lahan rawa) dengan berbagai masalah biofisik, sedangkan lahan subur

penyebarannya secara sporadis dengan berbagai status (aspek legalitas dan

penggunaan/peruntukannya). Demikian pula terjadi persaingan penggunaan

lahan yang makin meningkat antara pertanian dan nonpertanian

(pertambangan, perindustrian, pemukiman, infrastruktur) maupun antara

31
pertanian tanaman pangan dan nonpangan (perkebunan, industri, dan

bioenergi).

4. Teknologi Pertanian
Teknologi adalah pengembangan dari aplikasi dari alat, mesin, material

dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Dalam arti

sempit teknologi ialah berbagai macam hal dan kemampuan yang digunakan

dalam pembentukan, penyimpanan dan penyebaran informasi.

Pengertian teknologi pertanian dan makna teknologi pertanian maka

tidak dapat terlepas dari peranan ilmu teknologi yang sekarang ini terus

berkembang pesat, dengan kemajuan ilmu teknologi tersebut maka lahirlah

gagasan untuk menerapkan teknologi di bidang pertanian. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah pekerjaan pada sumber daya manusia yang terlibat dalam

sector pertanian, terutama mereka yang terjun langsung kelapangan. Jadi,

pengertian teknologi pertanian adalah teknik pertanian yang menggunakan

peralatan canggih untuk mempermudah berlangsungnya proses produksi

pertanian. Dengan adanya teknik pertanian modern menggunakan kemajuan

teknologi pertanian, maka akan diharapkan mempermudah pekerjaan mengolah

sector pertanaian baik dari segi kualitas maupun biaya, tentu saja untuk

menerapkan teknik pertanain yang berlandaskan teknologi terutama kepada

para petani, tenaga ahli yang turun langsung mengelola lahan mereka

menggunakan bantuan teknologi pertanian agar memperoleh hasil maksimal

(Kurniawan, 2016).

Teknologi pertanian adalah penerapan penerapan ilmu pengetahuan atau

perangkat modern dalam pelaksanaan mendayagunakan sumber daya alam

32
serta sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

Dalam hal ini segala kegiatan yang dilakukan di sector pertanian perlahan

lahan di alihkan untuk menggunakan teknologi modern, menggantikan

peralatan tradisional sebelumnya. Dengan adanya peran teknologi pertanian

maka diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian, serta

memudahkan bagi pengelola sector pertanian untuk mendapatkan hasil kerja

yang optimal. Teknologi pertaniaan di beberapa wilayah mungkin masih belum

sesuai untuk diterapkan secara keseluruhan, karena masih harus

mempertimbangkan beberapa factor seperti kondisi alam, tenaga ahli yang

mengoperasikan peralatan, serta pengetahuan masyarakat tentang teknologi

pertanian. Dengan berkembangnya teknologi di sector pertanian, diharapkan

akan semakin mensejahterakan masyarakat Indonesia khususnya para petani

(Adwira Putra, 2016).

5. Padi Sawah

a. Pengertian Padi Sawah

Tanaman padi sawah merupakan tanaman semusim dengan

morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya

memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan

anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai.

Akarnya serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi

terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas.

Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi

yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari,

33
kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma.

Padi dapat dibedakan menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi

sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan

penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan

kering. Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara padi

sawah dan padi gogo, yang membedakan hanyalah tempat tumbuhnya.

Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai

sumber makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Tanaman ini

banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Pada pelita IV Indonesia

pernah menjadi salah satu negara pengekspor beras yaitu dengan

dicapainya swasembada beras. Namun saat ini Indonesia kembali terpuruk

menjadi negara pengimpor beras (Ashari, 2010).

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal

ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis

rumput yang lain. Adapun bagian daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak

pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita, 2) Pelepah daun

menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian

jaringan, 3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan

leher daun.

Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji).

Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika

suatu benih tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan

memadai, benih tersebut akan berkecambah. Perkecambahan benih dapat

34
dibedakan menjadi dua, yaitu: Perkecambahan epigeal adalah ruas batang

di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun

lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau

(Phaseoulus radiatus), sedangkan perkecambahan hipogeal adalah ruas

batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah,

tetapi kotiledon tetap di bawah tanah, misalnya pada tanaman padi

(Pratiwi, 2006).

Ada beberapa tipe padi yang dikembangkan saat ini, yaitu padi

inbrida (padi unggul lokal, padi unggul baru, padi tipe baru) dan padi

hibrida. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi beras untuk

memenuhi kebutuhan pangan pokok sebagian besar penduduk, terutama di

Indonesia. Khusus padi hibrida, tujuan pembentukannya adalah untuk

mendapatkan varietas hibrida yang mempunyai potensi hasil minimal satu

ton lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida (Satoto 2004).

b. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan

banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per

bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang

dikehendaki tahun-1 sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk

pertumbuhan tanaman padi adalah 23 °C dan tinggi tempat yang cocok

untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik untuk

pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi

pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan

35
air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara

4–7 (Siswoputranto, 2002).

Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah

satu syarat bagi peningkatan produksi padi. Iklim dan cuaca merupakan

lingkungan fisik esensial bagi produktivitas tanaman yang sulit

dimodifikasi sehingga secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan tanaman tersebut. Di Indonesia faktor curah hujan dan

kelembaban udara merupakan parameter iklim yang sangat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan khususnya. Hal ini

disebabkan faktor iklim tersebut memiliki peranan paling besar dalam

menentukan kondisi musim di wilayah Indonesia.

Tanah dan Konsep Lahan Tanah merupakan suatu benda alami

heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair, gas, dan

mempunyai sifat dan prilaku yang dinamis. Benda alami ini terbentuk dari

hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap

suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief (r) dan waktu (w),

yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut (Arsyad,

2010). T = ƒ {i,o,b,r,w} Dimana T adalah tanah dan masing- masing

peubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas. Tanah

merupakan tempat bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman

berperan penting dalam pembentukan tanah. Lahan adalah wilayah di

permukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer bagi yang

36
berada di atas maupun di bawahnya yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

2001). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah

dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna, dan manusia baik di masa

lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktivitas dalam penggunaan lahan

pertanian, reklamasi lahan rawa, dan pasang surut, atau tindakan

konservasi lahan pertanian akan memberi karakteristik lahan yang spesifik

(Djaenuddin dkk., 2003).

Menurut Arsyad (2010) penggunaan lahan diartikan sebagai setiap

bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual. Penggunaan

lahan yang ada pada saat sekarang, merupakan pertanda yang dinamis dari

adanya eksploitasi oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok

atau masyarakat terhadap sekumpulan sumber daya lahan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan suatu

tindakan konservasi.

Tindakan konservasi yang dapat dilakukan adalah pengembalian

jerami padi ke lahan pertanian. Tindakan konservasi ini diharapkan dapat

memenuhi kondisi fisik lingkungan yang diharapkan. Pupuk organik

merupakan sumber nitrogen tanah yang utama,serta berperan cukup besar

dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Di dalam tanah,

pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan

organik tanah. Bahan organik tanah berfungsi sebagai pengikat butiran

primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang

37
mantap. Keadaan tersebut berpengaruh besar pada porositas,

penyimpanan, penyediaan air, aerasi, dan temperatur tanah (Balittan,

2005).

Evaluasi Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam

(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,

topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural

vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan lahan. Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga potensi

sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian

maupun non pertanian. Dasar dari evaluasi lahan adalah membandingkan

persyaratan tumbuh yang diperlukan untuk penggunaan suatu lahan

dengan potensi dari lahan tersebut. Evaluasi lahan merupakan penilaian

potensi daya guna lahan untuk berbagai alternatif penggunaan.

Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi dan

semua sifat-sifat yang penting bagi kehidupan dan keberhasilan manusia.

Lahan adalah wilayah di permukaan bumi, meliputi semua benda

penyusun biosfer bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang

bersifat tetap atau siklis (Mahi, 2005). Untuk menentukan tipe penggunaan

lahan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian

lahan secara menyeluruh dan terpadu (integrated).

Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan

persyaratan penggunaan komoditas yang akan dievaluasi memberikan

gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan

38
untuk komoditas tersebut, hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan

tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan

berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu

memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin

dkk., 2003).

Faktor yang menentukan jarak tanam pada tanaman padi sawah

tergantung pada:

i. Jenis Tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah

anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar,

sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan

jarak tanam yang lebih sempit.

ii. Kesuburan Tanah

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi

penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu

sendiri pada tanah yang subur lebih baik dari pada perkembangan akar /

tanaman pada tanah yang kurang subur. Jarak tanam yang dibutuhkan

pada tanah yang suburpun akan lebih lebar dari pada jarak tanam padah

tanah yang kurang subur.

Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat

juga untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang

bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan

pestisida, serta mengurangi serangan hama (Siregar dan Hadrian,

2007).

39
C. Penelitian Terdahulu

Jatti Prakoso (2013) dengan judul “Peranan Tenaga Kerja, Modal Dan

Teknologi Terhadap Peningkatan Produksi Padi Di Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Pemalang” Mengemukakan bahwa tenaga kerja, modal dan

teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi

Padi di Kecamatan Sukamaju kabupaten Pemalang.

Rusdiah (2008) dengan Judul “Pengaruh Modal Kerja, Luas Lahan dan

Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Di Kabupaten

Dairi” menegemukakan bahwa modal kerja (X1), luas Lahan, (X2), dan

tenaga kerja (X3). Secara serempak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapaatan usaha tani padi sawah sedangkan secara parsial modal

kerja (X1) dan tenaga kerja (X2) tidak memberikan pengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan usaha tani padi sawah, sedangkan luas lahan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usaha tani padi

sawah.

Desky Syahroel (2007) dengan judul penelitian ”Analisis Faktor-Faktor

yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara”

mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi yaitu

luas lahan, tenaga kerja, berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

padi, sedangkan pestisida juga berpengaruh signifikan tetapi pestisida

pengaruhnya negatif. Waktu kerja, pupuk, dan benih walaupun mempunyai

tanda positif tetapi tidak signifikan dalam memproduksi padi sawah di

Kabupaten Aceh Tenggara.

40
Larasati (2012) melakukan penelitian tentang efisiensi alokatif faktor-

faktor produksi dan pendapatan petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan

Saradan Kabupaten Madiun. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-

faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani padi di Desa

Sambirejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun adalah faktor produksi

benih dan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah

penggunaan benih akan berpengaruh lebih besar terhadap produksi padi.

Namun penambahan tenaga kerja akan menurunkan produksi padi. Hasil

analisis efisiensi alokatif penggunaan faktorfaktor produksi usahatani padi

menunjukkan alokasi penggunaan benih sebesar 1,24 kg/ha dengan hasil lebih

dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan benih

usahatani padi efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi benih

sebesar 59,58 kg/ha. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak

dimasukkan ke dalam analisis efisiensi alokatif karena memiliki pengaruh

yang negatif terhadap produksi padi.

D. Kerangka Pikir

Tenaga Kerja (X1)

Produksi Padi
Luas Lahan (X2) (Y)
(X2)

Tehnologi Pertanian
(X3)

41
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan penulis,

dimunculkan kerangka pikir untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Pinrang.

Kerangka pikir di atas dapat dilihat bahwa faktor produksi tenaga kerja

(keseluruhan penduduk yang bekerja di sektor pertanian) dengan faktor

produksi yang lain bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat meningkatkan

produksi secara maksimal. Luas lahan (tanah) merupakan sumber daya yang

utama. Luas lahan sangatlah mempengaruhi produksi padi, apabila luas lahan

padi semakin luas maka produksi padi seakin meningkat, sebaliknya apabila

luas lahan padi semakin sempit maka produksi akan semakin sedikit.

Teknologi pertanian tidak dapat terlepas dari peranan ilmu teknologi yang

sekarang ini terus berkembang pesat, dengan kemajuan ilmu teknologi tersebut

maka lahirlah gagasan untuk menerapkan teknologi di bidang pertanian, dari

tinjauan teoritis terdapat hubungan antara variabel yang dapat di lihat dalam

kerangka pemikiran

Tenaga Kerja berhubungan positif dengan produktivitas petani,

peningkatan dalam pendidkan akan membantu petani dalam peningkatan

pengetahuan dan keterampilan bertani yang baik, serta memudahkan petani

dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan input yang tepat.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan meningkatkan

produktivitas petani

Luas lahan berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja,

peningkatan luas lahan membuat petani untuk memaksimalkan output

42
pertanian dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas petani. Luas

lahan yang terbatas dan bahkan mengalami penurunan akan mengakibatkan

berlakunya hukum tambahan yang semakin berkurang, yaitu penambahan

tenaga kerja tidak sebanding dengan lahan yang ada, akibatnya produktivitas

petani akan menjadi berkurang.

Teknologi berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja,

penggunaan teknologi dalam pertanian membantu petani untuk menggunakan

teknik produksi yang baru yang lebih efektif dan efisien secara ekonomi,

dengan demikian adanya teknologi akan meningkatkan produktivitas petani.

43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang

digunakan adalah Deskriktif Kuantitatif, yaitu metode penelitian adalah

pendekatan ilmiah terhadap keputusan ekonomi. Penelitian kuantitatif, yaitu

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui

(Sugiono, 2012). Pendekatan metode ini berangkat dari data lalu diproses

menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan. Penelitian ini

bertempat di Kabupaten Soppeng, tepatnya di Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Pinrang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini di laksanakan di Kabupaten Pinrang Penentuan lokasi ini di

penelitian ini di lakukan secara segaja (Purposive), dengan pertimbangan

bahwa di Kabupaten Pinrang rata-rata penduduknya memilih berusaha tani

padi sawah.

2. Waktu

Adapun target waktu penelitian yaitu selama dua bulan yaitu dari bulan

Oktober sampai dengan bulan November 2023.

44
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi berjumlah 231 orang, jumlah sampel yang akan diambil

ditentukan dengan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 % sehingga

jumlah sampel yang ditentukan dengan pengambilan sampel menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut:

N
n= 2
1+(N x e )
Keterangan:
n: ukuran sampel
N: ukuran populasi
e: Tingkat Populasi (eror level)
Sehingga:
Jumlah populasi (N) = 231, eror level yang ditetapkan 10 % (0,1) maka
jumlah sampel:

231
n= 2
1+(231 x 0,1 )

231
n=
3.31
n=70
2. Sampel

Sampel diambil menggunakan metode Simple Random Sampling.

Populasi yang dipilih memiliki kriteria yaitu petani yang berusahatani padi

sawah di Kelurahan Tadokkong Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

Jumlah populasi yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 70 petani.

45
D. Sumber Data

Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian yaitu:

1. Data Primer

Data yang di kumpulkan secara langsung dari petani padi sawah di

Kabupaten Pinrang dengan tidak melalui perantara dari pihak lain.

2. Data Sekunder

Data yang di kumpulkan melalui perantara seperti di instalasi/kantor-kantor,

di peroleh melalui media perantara seperti kantor Kelurahan/Desa, BPS, dan

Dinas Pertanian di Kabupaten Pinrang.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan sumber data

penelitian yang secara tidak langsung, tetapi melalui media perantara atau

diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Diantaranya dari instansi-instansi

terkait seperti Badan Pusat Statistik, Perpustakaan, maupun Browsing

(pencarian) di internet dan beberapa sumber referensi yang menyangkut

masalah teori-teori yang digunakan dan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan Teknik analisis data melalui Observasi,

kuisioner dan Dokumentasi:

1. Observasi, mengamati secara langsung ke lokasi penelitian bagaimana

aktivitas petani padi sawah di Kabupaten Pinrang.

46
2. Kuesioner, kuesioner (angket) adalah teknik terstruktur untuk memperoleh

data yang terdiri dari pertanyaan tertulis atau verbal yang dijawab

responden. Untuk mempermudah analisis data, maka perlu diketahui skor

yang diperoleh dari hasil angket yang telah diisi. Jawaban dibuat dengan

skor tertinggi 5 (lima) dan terendah 1 (satu).

3. Dokumentasi atau Studi Pustaka, mengumpulkan data dengan mencatat atau

mengambil data yang di perlukan dalam penelitian di kantor kabupaten

pinrang atau kantor BPS dan dinas Pertanian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Evaluasi ini dimaksudkan untuk meliahat apakah penggunaan model

regresi linear berganda (Multiple Regression Linear) dalam menganalisis

telah memenuhi asumsi klasik

a. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan varibel lain dalam satu

model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan

menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel

independen dengan variabel independen lainnya. Selain itu menghindari

kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh

pada uji persial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen.

47
b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi antara varibel pengganggu (et) pada periode tertentu

dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. (et) autokorelasi sering

terjadi pada sampel dengan data time series dengan n-sampel adalah

periode waktu. Sedangkan untuk sampel data crossection dengan n-

sampel item seperti perusahaan, orang, wilayah, dan lain sebagainya

jarang terjadi, karena varibel pengganggu ietm dampel yang satu berbeda

dengan yang lain.

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan Heteroskesdastisitas menguji terjadinya perbedaan variance

residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau

41 gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized

Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode

pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya

hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete

Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut

homokesdastisitas

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2, X3) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen

48
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

penurunan (Dwi Priyanto, 2008).

3. Koefisien Determinasi ( Nilai R2 )

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel

independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien

determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar variabel dependen

dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling

besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2 < 1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis

regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen,

sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak

mempunyai pengaruh variasi variabel dependen adalah 0.

4. Uji Hipotesis

a. Statistik Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

signifikan terhadap variabel dependen. jika fhitung < ftabel, maka H0

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain

perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh

perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 5%. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen (tenaga kerja,

49
luas lahan, teknologi pertanian) terhadap variabel dependen (produksi

padi).

b. Statistik Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang

terjadi pada variabel dependen secara nyata.

50
DAFTAR PUSTAKA
Adiwira Putra, Pengertian Teknologi Pertanian. Padiwira.blogspot.co.id
(17Maret/2016)

Akhbar. (2015). Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha , Modal, dan Jam Kerja
TerhadapPendapatan Pedagang Kaki Limakonveksi (Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro. 45.

Arikunto, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h 96

Arini. (2018). Pengaruh Modal,Tenaga Kerja, Dan Bahan Baku Terhadap Tingkat
Pendapatan Industri Kue Dalam Perspektif Ekonomi Islam. 23

Ashari. (2010). Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam Pengembangan


Ekonomi Pedesaan Kebijakan Pengembanganya. Pusat Nalisis Sosial dan
Kebijakan Pertanian. Bogor. Volume 4 No. 2, juni

Asnawi, Robert. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi


Sawah Inbrida Dan Hibrida Di Provinsi Lampung.

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi Edisi Pertama, Cetakan Pertama


(Yogyakarta: Seri Sinopsis, BPFE,),

Desky Syahroel.2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Produksi


Padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera
Utara.

Dominick Salvatore, Mikro Ekonomi Edisi Keempat, ( Jakarta: Erlangga, 2008), h


112

Dwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS. (Bandung: PT. Buku Kita Cabang Bandung.
2008)

Jaribah Bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab, Penerjemah Asmuni
solihan (Jakarta: Khalifa 2006 ), h 40

Jatti Prakoso, 2013. Peranan Tenaga Kerja, Modal Dan Teknologi Terhadap
Peningkatan Produksi Padi Di Kecamatan Sukamaju Kabupaten Pemalan.
Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Junaidi, A., & Hidayat, W. (2017). Analisis Produksi Kopi Di Desa Bocek
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. JIE Jurnal Ilmu Ekonomi
Umm , 1-14.

Kardiman, Ekonomi Dunia Keseharian Kita (Jakarta: Yusdhitira 2003), h 83

51
Kurniawan, Pengertian Teknologi Pertanian. Tirtatmip.blogspot.co.id
(17/Maret/2016)

Larasati.2012. Efisiensi Alokatif Faktor-faktor Produksi Dan Pendapatan Petani


Padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Skripsi.
Malang. Universitas Brawijaya.

M. L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Edisi 1 (Jakarta:


Rajawali Pers, 2012), h 142-143

Mafor. 2015. Analisis Faktor Produksi Padi Sawah Di Desa Tompasobaru Dua
Kecamatan Tompasobaru. Malang

Mahi. 2001. Survei Tanah dan Evakuasi Lahan. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 230 Hlm

Miller, R. E. Meiner, Teori Ekonomi Mikro Intermediate (Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 1999), h 214

Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian Cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara,


2004), h 56

Pindyck, Rubinfield. 2001. Ekonomi Mikro (Alih Bahasa oleh Aldi Jeine) Jakarta:
Prentice Hall Inc,),

Pindyck., Robert S. dan Daniel LR. (2007). Microekonomi Edisi Keenam. Jakarta:
Indeks.

Prathama Rahardja & Mandala Manurung,(2010) Teori Ekonomi Mikroe,


(Jakarta: LembagaPenerbitFakultas Ekonomi, Hlm. 294

Rahim, Abd. 2012. Model Analisis Ekonomi Pertanian. Makassar: Badan Penerbit
UNM.

Rolas Sinaga, Pengenalan Sarana Produksi Pertanian. https://www.academia.edu.


(17/Maret/2016)

Rosalia, M. (2020). Pengaruh Biaya Produksi Dan Harga Jual Terhadap


Pendapatan Petani Pinang di Desa Sungai Rambut Kecamatan Berbak
Tanjung Jabung Timur . 17.

Rusdiah Nasution. 2008. Pengaruh Modal Kerja, Luas Lahan dan Tenaga Kerja
terhadap Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Di Kabupaten Dairi. Skripsi.
Medan. Universitas Sumatera Utara.

Satoto. 2004.Status Perkembangan Program Pembentukan Varietas Padi Hibrida


Dan Prospek Pengembanganya. balai Penelitian Tanaman Padi.

52
Siswoputranto. 2002.Analisis Kandungan Selenium Pada Tanaman Yang
Potensial Untuk Di Manfaatkan

Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2002), h 63

Sofyan, A. (2014). Manajemen Produksi. Jakarta.

Sri Adiningsi, Ekonomi Mikro, Edisi I (Yogyakarta: BPFE, 1995), h 51

Sudaryono. (2015). Pengantar Bisnis Teori & Contoh Kasus. Jakarta: CV Andi
Offest.

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2012), h 191

Sukirno, S. (2016). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada .

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali
Press: Jakarta

Suratiyah. 2008. Pengantar Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widayat W, Matematika Ekonomi (Yogyakarta: BPFE. 2001), h 73

53

Anda mungkin juga menyukai