Anda di halaman 1dari 23

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP

PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA WADAS


KECAMATAN KANDANGAN

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi


Penelitian pada laboratorium komunikasi dan penyuluhan pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Dian Puspasari Ina Ayati

Oleh
Adinda Riza A. F
NIM 151510601164

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Fenomena:
Desa Wadas Kecamatan Kandangan merupakan salah satu daerah yang
berada di wilayah kabupaten Temanggung. Masyarakat Desa Wadas Kecamatan
Kandangan Kabupaten Temanggung merupakan masyarakat desa yang tinggal di
daerah pegunungan dan mayoritas mata pencaharian sebagai petani yaitu bekerja
di sawah. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil sawah
atau kebun yang mereka garap, selain itu juga ada yang bekerja sebagai pegawai
negeri, pengusaha dan lainnya namun hanya sedikit, salah satunya yaitu
masyarakat yang menjadi pengusaha adalah pengusaha ternak ayam broiler yang
didirikan di Desa Wadas Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung dengan
lokasi dekat dengan pemukiman.
Pendirian usaha peternakan, idealnya dibangun di wilayah yang jauh dari
pemukiman warga, namun hal ini berbeda di Desa Wadas Kecamatan Kandangan.
Desa Wadas Kecamatan Kandangan merupakan salah satu daerah yang masih
bertahan lama dalam pendirian usaha peternakan di wilayah pemukiman.
Peternakan ayam broiler di Desa Wadas Kecamatan Kandangan Kabupaten
Temanggung didirikan di daerah pemukiman warga sejak bertahun-tahun mulai
tahun 2002 hingga sekarang. Kandang yang dibangun disekitar pemukiman warga
sempat roboh karena kondisi yang sudah tua, namun setelah itu dibangun lagi
pada tempat yang sama.
Pendirian usaha ternak ayam broiler disekitar pemukiman warga memberi
pegaruh baik positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar peternakan.
Peternakan ayam broiler yang didirikan di daerah pemukiman warga memberi
dampak negatif baik pada lingkungan maupun bagi kesehatan warga di sekitar
peternakan. Polusi yang ditimbulkan selain mengganggu kestabilan juga
mengganggu kegiatan masyarakat di Desa Wadas.
Pendirian usaha ternak ayam broiler di desa wadas juga berdampak positif
terhadap perekonomian masyarakat. Adanya peternakan ayam broiler di Desa
Wadas secara tidak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mengurangi tingkat pengangguran. Adanya peternakan ayam broiler ini secara
tidak langsung juga berpengaruh terhadap nilai budaya dan sosial yang ada di
Desa Wadas. Lokasi peternakan yang dekat pemukiman mempengaruhi kehidupan
sosial masyarakat sekitar peternakan. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian
ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan sosial budaya masyarakat akbat
adanya peternakan ayam broiler di Desa Wadas Kecamatan Kandangan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana interaksi sosial peternak ayam broiler dengan masyarakat di Desa
Wadas Kecamatan Kandangan?
2. Bagaimana nilai sosial budaya masyarakat di Desa Wadas Kecamatan
Kandangan?
3. Bagaimana perubahan perilaku sosial budaya masyarakat akibat adanya
peternakan ayam broiler di desa Wadas Kecamatan Kandangan?

Judul:
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Akibat Adanya Peternakan Ayam Broiler di
Desa Wadas Kecamatan Kandangan
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian banyak diartikan sebagai kegiatan manusia membuka lahan dan
menanaminya dengan berbagai jenis tanaman. Secara umum, pertanian dapat
diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam baik tumbuhan maupun
hewan guna memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Suriyatih (2006), pertanian
mengandung dua arti yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian dalam
arti sempit dapat diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam, sedangkan pertanian
dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi
dan menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun dari hewan (Suriyatih, 2006).
Menurut Rompas dkk (2015), sektor pertanian terdiri dari beberapa
subsektor yaitu subsektor bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor
perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Peternakan merupakan
salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam mendukung
pencapaian ketahanan pangan nasional. Subsektor Subsektor peternakan tidak
hanya berperan dalam menyediakan pangan hewani, tetapi juga berperan dalam
penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan (Zulkifli, 2015).
Menurut Burhani (2014), peternakan adalah segala kegiatan yang
berkaitan dengan sumberdaya fisik, benih, bibit, pakan, alat dan mesin peternakan,
budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, dan
pengusahaanya. Berdasarkan jenisnya, usaha peternakan dikelompokkan menjadi
empat yaitu ternak besar, ternak kecil, ternak unggas dan ternak hewan lainya.
Ternak besar meliputi hewan-hewan bertubuh besar seperti sapi potong, sapi
perah, kerbau, dan kuda. Ternak kecil meliputi hewan seperti kambing, domba,
dan babi. Ternak unggas meliputi hewan-hewan unggas sepeti ayam, itik dan
bebek, sedangkan ternak hewan lain meliputi hewan seperti kelinci, burung
puyuh, merpati dan lain-lain.
Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang paling
banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Komoditas ayam broiler memiliki
prospek pasar yang baik dan didukung oleh produknya seperti telur dan daging
yang banyak diminati oleh masyarakat. Ayam broiler termasuk komoditas ayam
penghasil daging yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan ternak potong
lainya. Menurut Hilipto (2013), ayam broiler memiliki keunggulan karena
pertumbuhanya yang relatif cepat, dan dapat dipanen pada usia masih muda.
Banyaknya minat masyarakat terhadap daging ayam di Indonesia, berpengaruh
terhadap peningkatan populasi ayam broiler di Indonesia. Populasi ayam broiler di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut 1.1
Tabel 1. 1 Populasi komoditas peternakan di Indonesia
Tahun
No Jenis Spesies
2012 2013 2014 2015 2016
I Ternak Besar
1 Sapi potong 15.981 12.686 14.727 15.420 16.093
2 Sapi Perah 612 444 503 519 534
3 Kerbau 1.438 1.110 1.335 1.347 1.386
4 Kuda 437 434 428 430 438

II Ternak Kecil
1 Kambing 17.906 18.500 18.640 19.013 19.608
2 Domba 13.420 14.926 16.092 17.025 18.066
3 Babi 7.900 7.599 7.694 7.808 8.114

III Ternak Unggas


1 Ayam Buras 274.564 276.777 275.116 285.304 298.673
2 Ayam Pedaging 1.244.402 1.344.191 1.443.349 1.528.329 1.592.669
3 Ayam Petelur 138.718 146.622 146.660 155.007 162.051
4 Itik 44.357 43.710 45.268 45.322 47.360
5 Itik Manila 4.938 7.645 7.414 7.975 8.263

IV Aneka Ternak
1 Kelinci 1.075 1.137 1.104 1.103 1.128
2 Puyuh 12.357 12.553 12.692 13.782 13.933
3 Merpati 1.821 2.139 2.433 2.154 2.218

Sumber Badan Pusat Statistik (2016)


Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa, populasi komoditas ayam
broiler di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2016 selalu mengalami
peningkatan. Usaha ternak ayam broiler juga menunjukkan populasi paling besar
dibandingkan usaha ternak hewan lainya. Pada tahun 2012 populasi ayam broiler
di Indonesia sebesar 1.244.402 ekor, dan mengalami peningkatan pada tahun
2013, yaitu sebesar 1.344.191 ekor. Peningkatan populasi ayam broiler di
Indonesia pada tahun 2014 sampai 2016 juga mengalami peningkatan yaitu, dari
tahun 2014 yang jumlahnya sebesar 1.443.349 ekor menjadi 1.528.329 ekor pada
tahun 2015, dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2016, yaitu sebesar
1.592.669 ekor. Alasan terjadinya peningkatan populasi ayam broiler di Indonesia
disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, selain harganya
yang dapat dijangkau oleh semua kalangan, produk daging ayam broiler juga lebih
banyak diminati dibandingkan dengan produk daging hewan ternak lain.
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan daging ayam di pasaran. Upaya pemenuhan kebutuhan daging ayam
dilakukan dengan meningkatkan populasi dan produksi ayam broiler di Indonesia.
Peningkatan populasi usaha ternak ayam broiler di Indonesia juga dipengaruhi
oleh perkembangan sektor lain yang menunjang usaha peternakan ayam broiler,
seperti pembukaan restoran baru, rumah makan, dan pasar swalayan yang semakin
meningkat. Banyaknya pabrik industri daging ayam olahan juga berpengaruh
terhadap peningkatan ayam broiler dalam negeri. Kondisi peningkatan yang
dialami selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa usaha ternak ayam broiler
di Indonesia memiliki prospek baik untuk dikembangkan.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
berpotensi untuk pengembangan usaha ternak ayam broiler. Provinsi Jawa tengah
menjadi salah satu provinsi di wilayah pulau Jawa yang memiliki populasi
peternakan unggas cukup besar, hal tersebut terbukti dengan banyaknya usaha
ternak unggas yang didirikan, termasuk peternakan ayam broiler. Menurut
Wariyanto (2015), jumlah populasi ayam buras di provinsi Jawa tenggah sebesar
40.717.553 ekor, untuk ayam ras pedaging sebesar 126. 102.735 ekor, dan
populasi itik 4.978.129 ekor. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usaha ayam
broiler di provinsi Jawa Tengah merupakan usaha ternak yang paling banyak
dibudidayakan dibandingkan dengan komoditas unggas lain. Potensi
pengembangan subsektor peternakan di Provinsi Jawa Tengah juga didukung
dengan penguatan kelembagaan dalam penyediaan bibit dan faktor pendukung
lainya, sehingga pengembangan usaha ternak ayam broiler di provinsi Jawa
Tengah akan lebih mudah untuk dijalankan. Potensi Jawa Tengah sebagai salah
satu provinsi yang berpotensi terhadap pengembangan usaha ternak ayam broiler
dapat dilihat dari tabel 1.2
Tabel 1.2 Populasi ayam broiler menurut Provinsi tahun 2012-2016
Populasi Ayam
Provinsi
2012 2013 2014 2015 2016
Aceh 2.959.212 3.041.218 3.324.447 4.591.820 5.051.004
Sumatera Utara 42.813.178 46.064.412 47.179.814 49.798.186 50.207.686
Sumatera Barat 17.439.623 15.357.013 17.921.143 18.445.762 18.372.528
Riau 38.165.987 36.930.599 39.987.136 39.304.056 40.876.218
Jambi 11.442.871 10.897.666 11.957.805 13.295.474 14.625.022
Sumatera Selatan 20.943.860 23.389.532 23.043.989 25.595.270 27.158.704
Bengkulu 6.195.941 5.949.393 5.363.033 4.964.745 5.446.325
Lampung 26.782.929 29.931.232 29.344.110 31.713.012 34.264.909
Kep. Bangka 12.495.825 9.520.823 10.504.222 9.251.406 9.234.640
Belitung
Kep. Riau 7.573.940 8.039.400 9.518.800 9.466.965 10.394.727
DKI Jakarta 148.700 - - 0 0
Jawa Barat 610.436.303 645.229.707 643.321.729 631.154.917 644.923.995
Jawa Tengah 76.906.291 103.964.760 108.195.894 126.102.735 128.105.648
DI Yogyakarta 5.814.935 6.045.705 6.716.730 7.076.467 7.086.474
Jawa Timur 155.945.927 162.296.157 179.830.682 194.064.874 196.393.653
Banten 54.151.644 61.230.844 63.324.448 74.903.983 75.342.281
Bali 5.872.311 7.181.171 8.161.347 9.504.702 9.575.037
Nusa Tenggara 584.601 710.680 732.142 2.687.269 2.714.160
Timur
Nusa Tenggara 3.538.158 5.020.351 9.440.867 9.103.809 9.347.984
Barat
Kalimantan Barat 21.967.877 12.545.991 33.542.658 46.012.056 47.121.720
Kalimantan Tengah 5.225.358 4.892.196 7.274.673 7.902.412 8.214.254
Kalimantan Selatan 40.603.189 51.860.699 57.727.521 64.657.853 82.731.607
Kalimantan Timur 39.474.540 48.177.509 46.553.307 55.783.230 65.425.211
Kalimantan Utara - - 4.569.394 8.911.313 9.356.879
Sulawesi Utara 2.195.225 2.301.220 5.303.446 8.100.243 8.361.047
Sulawesi Tengah 6.915.137 8.897.535 8.930.817 8.314.345 9.977.213
Sulawesi Selatan 21.791.645 24.050.149 50.144.459 52.941.677 54.529.927
Sulawesi Tenggara 1.104.308 4.946.709 3.924.357 3.970.393 4.350.030
Gorontalo 535.200 633.287 1.590.755 2.931.007 4.115.077
Sulawesi Barat 876.889 1.850.319 1.856.056 1.893.731 1.931.606
Maluku 130.490 8.500 12.200 74.200 74.200
Maluku Utara 251.186 62.319 361.376 406.454 463.008
Papua Barat 612.509 645.862 1.260.053 1.424.953 1.473.354
Papua 2.506.219 2.518.146 2.429.707 3.979.864 5.423.274
Sumber Badan Pusat Statistik (2016)
Berdasarkan tabel 1.2 rata-rata populasi ayam broiler di Indonesia di
dominasi oleh 7 provinsi sentra diantara 34 provinsi, yaitu Kalimantan selatan,
Sumatera utara, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Banten. Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang memberi sumbangan pada
perkembangan produksi ayam broiler di Indonesia. Populasi ayam broiler di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2012 sampai 2016 selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 populasi ayam broiler di provinsi Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari 76.906.291 ekor menjadi 103.964.760 ekor di tahun
2013. Pada Tahun 2014 sampai tahun 2016 populasi ayam broiler mengalami
peningkatan kembali, yaitu dari tahun 2014 sebesar 108.195.894 ekor, meningkat
pada tahun 2015 yaitu sebesar 126.102.735 ekor dan mengalami peningkatan lagi
pada tahun 2016 menjadi 128. 105.648 ekor. Berdasarkan tabel 1.2 populasi ayam
broiler di wilayah pulau Jawa mengalami peningkatan lebih cepat dibandingkan
dengan wilayah diluar jawa, hal ini disebabkan karena kebutuhan daging ayam di
Jawa lebih banyak dibandingkan dengan wilayah diluar Jawa sehingga populasi di
pulau Jawa lebih ditingkatkan. Peningkatan populasi ayam broiler di Provinsi
Jawa Tengah selain disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk, juga
disebabkan karena perkembangan teknologi budidaya ayam broiler yang semakin
modern sehingga proses produksi menjadi lebih efisien dan banyak dilakukan.
Penguatan kelembagaan dalam menyediakan bibit dan sarana produksi lain di
Provinsi Jawa Tengah menjadikan peningkatan produksi daging pada usaha
budida ayam broiler di Jawa Tengah lebih mudah untuk dilaksanakan.
Wilayah di Provinsi Jawa tengah yang berpotensi untuk pengembangan
usaha tenak ayam broiler adalah Kabupaten Temanggung. Kabupaten
Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi
Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 87.065 Ha. Luas wilayah yang cukup
luas memberi keuntungan bagi Kabupaten Temanggung dalam pengembangan
subsektor peternakan. Kebutuhan masyarakat akan daging membuat pemerintah
melakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan produktivitas daging termasuk
daging ayam. Penguatan kelembagaan dalam menyediakan saprodi kegiatan
budidaya ternak ayam broiler di Provinsi Jawa tengah mempengaruhi peningkatan
produksi ayam broiler di beberapa kabupaten termasuk Kabupaten Temanggung.
Peningkatan kerjasama di Kabupaten Temanggung yang dilakukan antara
perusahaan ternak dan masyarakat, juga ikut meningkatkan produksi daging
unggas di Kabupaten Temanggung. Produksi daging unggas di Kabupaten
Temanggung dalam usaha ternak ayam broiler dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3 Produksi daging unggas menurut Kabupaten dan Kota dan jenis ternak di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.
No Kabupaten/Kota Ayam Kampung Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik/Itik Manila
Kabupaten
1 Cilacap 666. 225 - 4.452.840 164.832
2 Banyumas 1.487.244 668.942 9.967.700 299.269
3 Purbalingga 3.754.873 33.509 4.506.831 11.655
4 Banjarnegara 1.508.948 177.285 4.075.000 139.374
5 Kebumen 5.113.309 2.902 4.234.610 118.400
6 Purworejo 433.614 - 2.746.940 134.852
7 Wonosobo 308 794 64 268 5 479 315 68 675
8 Magelang 1 139 035 941 675 9 181 363 86 891
9 Boyolali 363.181 83.532 4.383.136 23.672
10 Klaten 1.637.705 34.507 2.054.577 15.827
11 Sukoharjo 528.500 218.275 4.490.500 400.944
12 Wonogiri 1.520.782 - 2.538.143 5.206
13 Karanganyar 916.213 71.861 2.978.453 41.691
14 Sragen - - 3.099.697 114.090
15 Grobogan 599.313 246.167 1,027.036 51.407
16 Blora 1.065.610 35.522 1.012.458 12.513
17 Rembang 517.995 432.456 403.190 51.480
18 Pati 806.558 365.040 1.694.042 159.579
19 Kudus 467.264 136.217 2.731.028 55.106
20 Jepara 201.050 62.700 663.489 81.400
21 Demak 761.873 - 8.357.600 122.103
22 Semarang 323.440 1.574.339 3.899.510 21.800
23 Temanggung 395.013 68.287 5.237.115 9.198
24 Kendal 318.814 834.069 8.846.647 30.038
25 Batal 345.938 122.134 7.692.120 37.002
26 Pekalongan 912.599 195.437 4.994.656 170.379
27 Pemalang 2.017.090 - 3.791.824 294.775
28 Tegal 236.889 3.540 6.077.852 159.750
29 Brebes 3.175.880 839.648 6.440.338 206.352
Kota
30 Magelang 495 896 850 390 5 718 686 5 923
31 Surakarta 199 874 10 765 1 337 573 275
32 Salatiga 17 198 88 171 4 370 090 23 326
33 Semarang 1 733 477 286 472 15 334 992 384 638
34 Pekalongan 943 376 229 174 1 134 100 38 110
35 Tegal - 1 683 161 62 796
Sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2015)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Kabupaten Temanggung memiliki potensi
yang baik bagi pendirian usaha ternak unggas seperti ayam broiler. Produksi usaha
ternak unggas di Kabupaten Temanggung berdasarkan Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 yaitu ayam kampung sebesar 395.103 ekor,
ayam petelur sebesar 68.287, ayam broiler sebesar 5.237.115 ekor dan produksi
itik sebesar 9.198. Berdasarkan tabel 1.3 produksi ayam broiler di Kabupaten
temanggung tahun 2015 menunjukkan produksi paling besar dibandingkan
komoditas unggas lain, yaitu sebesar 5.237.115 ekor. Produksi ayam broiler yang
lebih besar dibandingkan komoditas lain disebabkan arena permintaan akan
daging ayam broiler di Kabupaten Temanggung lebih banyak dibandingkan
komoditas lain. Banyaknya industri yang didirikan membuat permintaan terhadap
daging ayam broiler lebih banyak dibandingkan komoditas unggas lain.
Pertumbuhanya yang relatif cepat membuat perusahaan industri lebih banyak
berminat pada produk daging ayam broiler. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pendirian usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Temanggung berpotensi untuk
dikembangkan lebih jauh lagi.
Pendirian peternakan ayam di Kabupaten Temangung banyak didirikan
dibeberapa kecamatan yang berada di wilayahnya seperti Kecamatan Kandangan.
Kecamatan kandangan merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah
kabupaten Temanggung. Kecamatan Kandangan memiliki luas paling besar
dibandingkan kecamatan lain yaitu seluas 7.836 Ha. Sebagian besar masyarakat
kecamatan Kandangan bermata pencaharian dibidang pertanian. Sektor lain yang
menunjukkan jumlah presentase yang cukup banyak diminati masyarakat adalah
pedagangan disamping sektor industri, bangunan, pengangkutan, jasa dan lain-
lain. Presentase mata pencaharian penduduk kecamatan kandangan dapat dilihat
pada tabel berikut ini 1.4
Tabel 1. 4 Presentase mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kandangan
URAIAN 2014 2015
Pertanian 51,62 49,83
Industri 10,12 10,86
Bangunan 6,91 6,89
Perdagangan 15,39 15,34
Pengangkutan 3,56 3,54
Jasa 10,56 9,79
Lain-lain 1,85 3,77
Sumber Temanggung dalam Angka (2016)
Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa sektor pertanian masih
mendominasi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kandangan, meskipun
terjadi penurunan presentase. Berdasarkan table 1.4 sektor pertanian menunjukkan
penurunan presentase dari tahun 2014 sebesar 51,62 menjadi 49,83 ditahun 2015.
Lebih dari 50% penduduk di Kecamatan Kandangan bermata pencaharian sebagai
petani karena Kecamatan Kandangan memiliki lahan pertanian yang cukup luas
sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan disektor pertanian. Penurunan
jumlah tenaga kerja dibidang pertanian, disebabkan terjadinya pergeseran jumlah
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan sektor lain. Sektor
pertanian di Kecamatan Kandangan terbagi kedalam beberapa subsektor yaitu
subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Presentase
sektor pertanian di Kecamatan Kandangan dapat dilihat pada tabel berikut 1.5
Tabel 1. 5 Presentase sektor pertanian di Kecamatan Kandangan 2015
No Uraian 2015
1 Tanaman Pangan 52,39
2 Perkebunan 7,62
3 Peternakan 38,86
4 Kehutanan 1,13
Sumber Temanggung dalam Angka (2016)
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa presentase subsektor peternakan banyak
diminati masyarakat setelah subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 38,86.
Subsektor tanaman pangan masih unggul dibandingkan subsektor lain di
Kecamatan Kandangan disebabkan karena, produk tanaman pangan masih
menjadi komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat. Pengembangan
peternakan menjadi terbesar kedua karena masih banyak peternakan yang
mengalami keterbatasan modal dalam proses budidaya, sehingga presentase
subsektor peternakan tidak lebih tinggi dibandingkan subsektor tanaman pangan.
Salah satu desa di wilayah Kecamatan Kandangan yang mendirikan usaha
peternakan adalah Desa Wadas. Desa wadas memiliki potensi pengembangan
usaha ternak besar maupun kecil. Salah satu usaha ternak baru yang didirikan di
Desa Wadas adalah usaha ternak ayam broiler. Pendirian usaha ternak ayam
broiler di Desa Wadas merupakan hal yang masih baru bagi masyarakat.
Masyarakat Desa Wadas umumnya melakukan usaha ternak hewan seperti sapi,
kambing, ayam buras dan bebek. Pendirian usaha ternak ayam broiler di Desa
Wadas didirikan sejak tahun 2002 hingga sekarang. Lokasi pendirian usaha ternak
ayam broiler di Desa Wadas selama ini didirikan di dekat pemukiman masyarakat.
Idealnya, pendirian usaha ternak didirikan jauh dari pemukiman masyarakat,
sebab dekatnya lokasi pendirian usaha ternak dengan pemukiman akan
menyebabkan permasalah yang disebabkan limbah dari peternakan tersebut.
Kondisi tersebut berbeda dengan di Desa Wadas, sejak bertahun-tahun pendirian
usaha ternak ayam broiler dibiarkan didirikan disekitar pemukiman masyarakat.
Kondisi peternakan ayam broiler berada di dekat pemukiman warga,
memberi dampak positif maupun negatif terhadap masyarakat sekitar peternakan.
Adanya peternakan di sekitar pemukiman mengganggu kegiatan dan kestabilan
masyarakat sekitar peternakan. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan
karena pendirian peternakan ayam broiler dekat pemukiman warga adalah
pengaruhnya pada interaksi sosial yang terjalin antara pemilik peternakan dengan
masyarakat. Bau yang ditimbulkan serta limbah dari peternakan dapat
mempengaruhi interaksi sosial antara pemilik peternakan dengan masyarakat
sekitar peternakan, baik itu berupa penyesuaian, konflik sosial ataupun
kontraversi. Keberadaan peternakan yang dianggap mengganggu dapat
menciptakan konflik antara pemilik ternak dengan masyarakat sekitar peternakan.
Berdirinya peternakan di tengah pemukiman warga, secara ekonomi dapat
membantu dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, namun
pendirian peternakan ayam broiler di pemukiman masyarakat secara tidak
langsung akan berpengaruh pada nilai sosial budaya masyarakat yang berkembang
disekitar peternakan. Hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan pemilik
ternak, dapat berpengaruh pada pembentukan nilai sosial yang baru bagi masing-
masing individu. Pengaruh lingkungan tempat tinggal yang dekat dengan
peternakan, juga mendukung terjadinya perubahan nilai sosial budaya yang
berkembang di masyarakat.
Perubahan nilai sosial budaya yang berkembang di masyarakat desa Wadas
serta bentuk interaksi sosial yang tercipta karena adanya peternakan ayam broiler,
akan menciptakan perubahan sosial budaya masyarakat di Desa Wadas. Nilai-nilai
sosial budaya baru yang berkembang dapat mempengaruhi dan merubah nilai
sosial budaya yang telah lama berkembang di masyarakat. Berdirinya peternakan
disekitar pemukiman masyarakat, dapat berpengaruh pada perubahan mata
pencaharian masyarakat, gaya hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui bagaimana interaksi sosial antara pemilik ternak dengan masyarakat
sekitar peternakan, bagaimana pengaruh adanya peternakan pada nilai sosial dan
budaya yang berkembang di masyarakat, dan bagaimana perubahan perilaku
sosial budaya masyarakat dengan adanya peternakan ayam di sekitar pemukiman
dengan judul Perubahan Sosial Budaya Mayarakat terhadap Peternakan Ayam
Broiler di Pemukiman Masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana interaksi sosial peternak ayam broiler dengan masyarakat di Desa
Wadas Kecamatan Kandangan?
2. Bagaimana nilai sosial budaya masyarakat di Desa Wadas Kecamatan
Kandangan?
3. Bagaimana perubahan perilaku sosial budaya masyarakat akibat adanya
peternakan ayam broiler di desa Wadas Kecamatan Kandangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui interaksi sosial peternak ayam broiler dengan masyarakat
di Desa Wadas Kecamatan Kandangan.
2. Untuk mengetahui nilai sosial budaya masyarakat Desa Wadas Kecamatan
Kandangan.
3. Untuk Mengetahui perubahan perilaku sosial budaya masyarakat akibat
adanya peternakan ayam broiler di desa Wadas Kecamatan Kandangan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat dijadikan masukan dan referensi dalam
menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan peternakan ayam
broiler.
2. Bagi petani, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
pengembangan peternakan dan penanggulangan masalah dalam pendirian
usaha peternakan di Desa Wadas Kecamatan Kandangan.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut Syahputra (2017) dalam jurnalnya yang berjudul Adaptasi
Masyarakat terhadap Perubahan Lingkungan (Studi pada Masyarakat yang
Tinggal pada Kawasan Peternakan Ayam Petelur di Kanagarian Tigo Jangko
Kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi adaptasi masyarakat terhadap perubahan lingkungan adalah
interaksi sosial. Interaksi sosial yang tejalin dapat berupa simbiosis mutualisme
dimana kedua belah pihak sama-sama diuntungkan ataupun berupa ketegangan
sosial akibat dampak yang ditimbulkan oleh peternakan ayam petelur.
Menurut Hendry dkk (2015) dalam jurnal yang berjudul Integrasi Sosial
dalam Masyarakat Multi Etnik menjelaskan bahwa latar belakang perpaduan
beberapa orang atau kelompok suku atau keturunan di pedesaan karena didorong
oleh upaya memenuhi kebutuhan yang sama dari sekumpulan individu, dan
perasaan senasib bahwa mereka dapat memenuhi hajat kehidupan masing-masing.
Keakraban relasi sosial antar anggota kelompok bergantung pada intensitas kontak
langsung antar anggotanya. Semakin lama relasi yang terjalin maka akan
menciptakan keakraban sosial.
Menurut Muhasibi (2014) dalam skripsinya yang berjudul Dampak
Eksternalitas Peternakan Kambing Perah Terhadap Kehidupan Masyarakat
Sekitar, dampak eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat adalah
perubahan kualitas air, kualitas udara dan penurunan taraf kebersihan lingkungan.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya peternakan kambing perah tidak
mengganggu masyarakat, sehingga masyarakat menyatakan tidak terganggu akan
keberadaan peternakan kambing perah di Desa Palasari Kabupaten Bogor Jawa
Barat.
Menurut Muhammadiyah (2012), dalam jurnalnya yang berjudul
Perubahan Sosial Budaya Masyaraka Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau
Kabupate Sopeng menunjukkan bahwa, perkembanga tanaman kakao membawa
berbagai perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi komunitas petani Kecamaan
Lilirilau. Perkembangan tanaman kakao pada komunitas petani kakao di wilayah
Kecamatan Lilirilau menyebabkan terjadinya perkembangan ekonomi dan
meningkatkan kemampuan petani dalam beruahatani. Sejalan dengan aktivitas
komunitas petani, hubungan saling ketergantungan yang tercipta merupakan hasil
orientasi nilai yang dianut bersama oleh pihak-pihak yang saling berinteraksi dan
dari penyesuaian diri.
Penelitian tentang Perubahan Sosial Budaya Mayarakat terhadap
Peternakan Ayam Broiler di Pemukiman Masyarakat di Desa Wadas Kecamatan
Kandangan meneliti mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap interaksi
sosial yang terjadi antara pemilik peternakan dengan masyarakat sekitar, serta
bagaimana pengaruh keberadaan peternakan ayam broiler pada nilai sosial budaya
yang berkembang di masyarakat.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Komoditas Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan salah satu jenis unggas yang banyak
dibudidayakan masyarakat Indonesia. Komoditas ini adalah salah satu komoditi
yang memberi kontribusi dalam memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat
Indonesia. Usaha ternak ayam broiler selain berperan dalam menyediakan protein
hewanu juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi sebagai sumber mata
pencaharian bau bagi masyarakat Indonesia (Rahmah, 2015).
Menurut Rahayu dkk (2011), ayam broiler ini termasuk pada komoditas
yang baru di Indonesia, sebab jenis ayam ini merupakan hasil persilangan antara
dua jenis ayam yaitu ras amerika dan ras eropa. Klasifikasi ayam broiler adalah
sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2015), ayam broiler memiliki kepala
yang terdiri dari jengger, mata, paruh, cuping telinga, dan lubang hidung. Ayam
broiler memiliki badan yang relatif besar, padat, berdaging dam diselimuti bulu
yang kokoh seperti ayam biasanya. Sepasang kaki ayam broiler umumnya gemuk
dan cenderung pendek, tidak berbulu pada cakarnya. Jenis ayam broiler biasanya
lambat bergerak dan lambat mengalami pendewasaan kelamin.
Menurut Fadilah (2001), pengembangan usaha ternak ayam broiler
memiliki keunggulan dibandingkan jenis ayam lain yaitu ukuranya yang besar,
proporsi daging karkas tinggi, kerangga tulang yang kuat dan pertumbuhanya
yang cepat. Ayam broiler memiliki laju pertumbuhan yang relatif cepat
dibandingkan jenis unggas lainya. Komoditas ini dapat dipanen pada umur lima
minggu, sehingga memberi keuntungan bagi peternak usaha ayam broiler.
2.2.2 Budidaya Ayam Broiler
Menurut (Tamalluddin, 2014), ayam broiler merupakan jenis pedaging
unggul dan banyak diternakkan di Indonesia. Sebagian besar masyarakat
Indonesia juga menjadikan usaha ternak ayam broiler sebagai mata pencaharian
utama masyarakat. Bisnis ayam broiler merupakan peluang besar untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat. Keberhasilan usaha ternak ayam broiler
akan memberi hasil yang baik jika kegiatan budidaya dilakukan dengan baik.
Kegiatan budidaya ayam broiler terdiri dari beberapa kegiatan mulai dari
penyiapan sarana prasarana sampai pada kegiatan pemanenan. Menurut
Pramudyati dan Effendy (2009), urutan budidaya ayam broiler adalah sebagai
berikut:
a. Penyiapan lokasi kandang
Lokasi kandang sebaiknya berada di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan
sekitar, hal ini ditujukan untuk menghindari genangan air saat musim hujan.
Arah bangunan kandang harus membujur kearah barat dan timur untuk agar
ayam broiler mendapat sinar matahari yang cukup. Lokasi kandang harus
berdekatan dengan sumber air untuk memudahkan dalam mengkonsumsi air
minum. Lokasi kandang jangan terlalu dekat dan tida terlalu jauh dengan
rumah pemilik untuk mempermudah pemantauan.
b. Persiapan menjelang dan saat kedatangan DOC
Menjelang kedatangan anak ayam (DOC), kandang yang akan ditempati
terlebih dahulu disemprot dengan desinfektan. Kemudian memberi alas
kandang DOC dengan dilapisi kertas pembungkus semen atau bahan lainya.
Beberapa jam sebelum DOC datang, pemanas indukan haus dihidupkan.
Setelah itu ketika DOC telah datang sebaiknya segera memberikan pakan saat
DOC baru datang

c. Pemilihan Bibit
Bibit (DOC) sebaiknya berasal dari perusahaan pembibitan yang ternama.
Bibit (DOC) yang baik dan sehat memiliki ciri-ciri yaitu berat 35-40 gram,
bulu berwarna kuning muda dan kecoklatan, geraknya lincah dan ridak
memiliki cacat tubuh, memiliki nafsu makan yang baik, tidak terdapat tinja
di duburna dan memiliki suara yang nyaring.
d. Pemeliharaan ayam broiler
1. Pemberian pakan. Sebagian besar biaya pemeliharaan ayam broiler
digunakan untuk membeli pakan. Pemberian pakan yang berasal dari
pabrik harus disesuaikan dengan tingkat perumbuhanya.
2. Pencegahan penyakit. Pencegahan penyakit dilakukan dengan melakukan
sanitasi areal, cuci kandang, dan melakukan vaksinasi untuk mencegah
penyakit
e. Panen dan Pasca Panen.
1. Panen.
Usaha peternakan ayam broile memberikan dua macam hasil panen yaitu
hasil berupa dgaing dan hasil tambahan berupa kotoran ayam ang dapat
digunakan untuk pupuk organik.
2. Pasca panen
Terdapat tahapan dalam hal pengelolaan pasca panen yaitu:
a. Stoving, yaitu penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan
b. Pemotongan
c. Pengulitan
d. Pengeluaran jeroan
e. Pemotongan karkas
f. Pengemasan.
2.2.3 Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan syarat terjadinya proses sosial. Proses sosial
dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik dalam berbagai segi kehidupan
bersama. Menurut Syamsudi (2012), interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antar kelompok manusia maupun antar orang perorangan dengan
kelompok manusia.
Manusia sebagai mahluk sosial akan berusaha memenuhi kebutuhan
dengan jalan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Soekanto dalam Amalia
(2013), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak terjadi
kontak sosial dan komunikasi. Bertemunya orang perorangan dalam kehidupan
akan menimbulkan adanya proses komunikasi dan kontak sosial. Kontak sosial
terjadi karena suatu individu mengadakan hubungan secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan, sedangkan komunikasi dilakukan sebagai wujud perasaan
yang diungkapkan seseorang dalam proses kontak sosial.
Menurut Fargomeli (2014), Interaksi sosial akan terjadi apabila orang yang
berinteraksi memberikan umpan balik terhadap rangsangan yang diberikan.
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial yaitu:
a. Situasi sosial (The nature of the social situation), memberi bentuk tingkah
laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.
b. Kekuasaan norma-norma kelompok (The norms prevailing in any given social
group), sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu.
c. Tujuan Kepribadian (Their own personality trends). Adanya tujuan
kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh
terhadap perilakunya.
Menurut Soekanto dalam Anam (2014), mengemukaan bahwa bentuk-
bentuk interaksi sosial yaitu:
a. Kerja sama, yaiu suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok
untuk mencapai suatu tujuan
b. Akomodasi, yaitu proses dimana orang perorangan yang saling bertentangan
saling menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
c. Persaingan, yaitu proses dimana individu atau kelompok saling bersaing
mencari keuntungan melalui bidang kehidupan
d. Konflik, yaitu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan.
Kemampuan interaksi sosial seseorang dalam berhubungan dan bekerja sama
dengan individu maupun kelompok dapat mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu lain dan sebaliknya, sehingga terdapat hubungan
timbal balik.
2.2.4 Teori Perubahan Sosial
Menurut Karim (2012), perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami
oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial
dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela dipengaruhi oleh
unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem
sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau meningkatkan pola-pola kehidupan ,
budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial yang terjadi dapat
berlangsung secara cepat atau lambat. Perubahan sosial yang terjadi juga bersifat
direncanakan maupun tidak direncanakan. Perubahan sosial terjadi karena adanya
kebutuhan individu dalam menanggapi lingkunganya. Adanya interaksi sosial
antar individu akan terjadi proses saling mempngaruhi.
Menurut Mac Iver dalam Soeradi (2013), perubahan sosial adalah
perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan
keseimbangan hubungan sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat
biasanya meliputi perubahan cara hidup, perubahan hubungan sosial dan
perubahan dalam lembaga masyarakat. Menurut Adi dalam Soeradi (2013),
masyarakat mengalami perubahan sosial yang membuatnya semakin sulit untuk
membangun atau memelihara hubungan sosial. Kehidupan masyarakat yang
semakin modern cenderung membuat masyarakat sulit dalam membangun
hubungan sosial antar orang-perorangan maupun antar kelompok.
Menurut Karim (2012), perubahan sosial terjadi karena faktor internal dan
faktor eksternal, Faktor internal yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
meliputi, dinamika pertambahan dan penurunan jumlah penduduk, adanya
penemuan-penemuan baru, munculnya pertentangan, dan terjadinya
pemberontakan atau revolusi. Faktor eksternal terjadinya perubahan sosial karena
adanya pengaruh bencana alam, adanya peperangan, dan adanya pengaruh
kebudayaan masyarakat lain. Menurut Waluya (2004), prubahan sosial yang tidak
dikehendaki dapat mengakibatkan terjadinya proses disintegrasi atau perpecahan.
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat akan menyebabkan nilai dan norma
yang berkembang rergeser atau berubah. Perbedaang tanggapan masyarakat akan
perubahan sosial yang terjadi menyebabkan terbentuknya nilai dan norma baru
yang berkembang di masyarakat yang disebut dengan disintegrasi.

2.3 Kerangka Pemikiran


Alur pemikiran penelitian dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:

Orientasi Peternakan
Ayam Broiler

Dampak Adanya Peternakan

Interaksi Sosial masyarakat Nilai sosial budaya


dengan pemilik ternak masyarakat desa Wadas
ayam broiler di Desa Wadas
Perubahan Sosial Budaya
Masyarakat
Pendirian usaha ternak ayam broiler idealnya tidak didirikan dekat dengan
pemukiman masyarakat, sebab limbah yang dihasilkan dapat menimbulkan
dampak negatif maupun positif bagi masyarakat sekitar. Usaha ternak yang berada
dekat pemukiman dapat menimbulkan dampak negatif berupa keresahan
masyarakat akan bau dan limbah yang dihasilkan. Pendirian usaha ternak dekat
pemukiman juga dapat menimbulkan perubahan-perubahan bagi masyarakat.
Beberapa masyarakat di Desa Wadas Kecamatan Kandangan Kabupaten
Temanggung telah mendirikan peternakan ayam broiler yang lokasinya
berdekatan dengan pemukiman warga. Pendirian usaha ayam broiler yang dekat
dengan pemukiman menimbulkan perubahan-perubahan bagi masyarakat baik
dalam segi sosial maupun segi ekonomi. Pendirian usaha ternak dekat pemukiman
secara tidak langsung dapat mempengaruhi interaksi sosial antara pemilik
peternakan ayam dengan masyarakat yang berada disekitar peternakan.
Setelah mengetahui respon masyarakat yang tinggal di sekitar peernakan,
peneliti juga ingin mengetahui bagaimana nilai sosial budaya masyarakat sebelum
dan sesudah adanya peternakan ayam broiler di Desa Wadas. Selanjutnya peneliti
ingin mengetahui bagaimana perubahan nilai sosial budaya masyarakat adanya
peternakan ayam yang didirikan dekat pemukiman warga.
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, H. M. 2015. Dampak Sosial Ekonomi Akibat Adanya Usaha Ternak Ayam
Broiler (Studi Kasus di Desa Wadas Kecamatan Kandangan Kabupaten
Temanggung).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung. 2016.


Statistik Kabupaten Temanggung 2016. Temanggung: Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung.

Basuri. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Kandangan 2016. Temanggung: Badan


Pusat Statistik Temanggung.

Burhani, F. J. 2014. Komparasi Efisiensi Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler


Antara Pola Usaha Kemitraan Dan Mandiri Di Kabupaten Bogor. Skripsi:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Peternakan.


2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peternaka dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI.

Fitriyati, A. S., dan A. Pamungkas. 2013. Identifikasi Poteni Agribisnis Bawang


Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah.
Teknik Pomits, 2(1): 2337-3539.

Hilipto, A. 2013. Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Usaha Ternak


Ayam Broiler. Agribisnis, 1(2): 1-8.

http://www.pertanian.go.id/dinakkeswan_jateng/berita-ternak-unggas-lokal--
sangat-menjanjikan-di-jawa-tengah.html

Kementrian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun


2015-2019. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Purnomo, S. D., I. Hariyani., dan C. Y. Serfiyani. 2013. Pasar Komoditi


(Perdagangan Berjangka dan Pasar Lelang Komoditi). Yogyakarta: Jogja
Bangkit Publiser.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Outlokk Komoditas Pertanian
Subsektor Peternakan Daging Ayam. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.

Rompas, J., D. Engka., dan K. Tolosang. 2015. Potensi Sektor Pertanian dan
Pengaruhnya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Minahasa
Selasa. Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(04): 124-136.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zulkifli. 2015. Populasi Sapi dan Pendapatan Peternakan Sapi di Kecamatan


Montasik Aceh Besar. Ekonomi dan Kebijakan Publik. 2(2): 121-131.

Anda mungkin juga menyukai