Anda di halaman 1dari 8

ACARA 2

PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian jenis apapun titik tolaknya tidak lain bersumber pada masalah.
Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu
akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan
secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur
penelitian lainnya berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Di pihak lain, kadang-kadang perumusan masalah dianggap sepele atau
dipandang enteng oleh peneliti, calon peneliti, atau mahasiswa yang akan
mempersiapkan skripsi, tesis atau disertasinya. Hal itu dapat dilihat pada usulan
penenlitian atau proposal penelitiannya yang perumusan masalahnya tidak
mantap sama sekali. Oleh karena itu, uraian dalam bab ini akan memberikan
banyak contoh perumusan masalah dengan maksud agar pembaca memp0eroleh
pengalaman praktis dari para peneliti kawakan. Sesudah analsis hasil dari
pengalaman para peneliti, kemudian dikemukakan prinsip-prinsip perumusan
masalah. Pada bagian ini dikemukakan juga tatacara perumusan masalah
sehingga atas dasar itu para pembaca diharapkan kelak secara mantap dapat
merumuskan masalah penelitiannya sendiri.
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik dan judul
penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substasnsial
maupun materiil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan
metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat
variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-
masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi
yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
Dalam determinasi masalah, tema, topik dan judul dapat dilihat seperti yang
dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Perbedaan Masalah, Tema, Topik dan Judul
Masalah = Tema = Topik = Judul
Masalah = Problem yang dirasakan penulis/kelompok/masyarakat
Topik = Pokok pikiran penting
Tema = Pesan dalam topik
Judul = Kepala tulisan

Tidak ada persoalan yang serius dalam membedakan masalah tema,


topik, dan judul kecuali pada luasan wilayah dari nama-nama itu. Seperti masalah
lebih luas dari topik, sedangkan topik lebih luas dari tema, tema lebih luas dari
judul dan judul adalah kepala sebuah karya ilmiah. Jadi umpamanya, sebuah
penelitian yang berjudul Danding dan Rawa. Sebuah Kajian terhadap Komunikasi
Budaya terhadap penyeselaian Konflik di Kabaten Maggarai, maka tema dari
judul itu adalah mendamaikan dua komunikasi yang bertikai, dengan demikian
maka topil masalahanya adalah Komunikasi Antar Budaya , dan masalahnya
adalah Konflik Budaya di Masyarakat.

A. PEMBATASAN MASALAH STUDI MELALUI FOKUS


Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang
kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya
masalah. Demikian pula di dalam alam ini tidak masalah; hanyalah manusia itu
sendiri yang mepersepsikan adanya masalah itu.
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Pada
dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln dan Guba (1985:226) bergantung
pada paradigma apakah yang dianut oleh seseorang peneliti, yaitu apakah ia
sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan demikian
maka ada tiga macam masalah, yaitu masalah untuk peneliti, evaluands untuk
evaluator, dan pilihan kebijaksanaan untuk peneliti kebijaksanaan. Uraian
berikut hanya akan membatasi diri pada masalah umum sebagai bagian
penelitian.
Di pihak lain. Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian kelirulah anggapan orang atau peneliti yang
menyamakan masalah dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang
memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan
faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses
tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai proposisi terikat dan
antitesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha sintetsis tertentu.
Ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan
masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, penetapan
fokus dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang
inkuiri. Misalnya, jika membatasi diri pada upaya menemukan teori dari dasar,
maka lapangan penelitian lainnya tidak akan kita manfaatkan lagi. Pada contoh
tersebut di atas jelas bahwa subjek penelitian adalah remaja. Jadi peneliti tidak
perlu ke sana kemari untuk mencari subjek penelitian, sudah dengan snedirinya
dibatasi oleh fokusnya. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi
kriteria inklusi-ekslusi atau kriteria masuk keluar (inclusionexclusion criteria)
suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Dengan bimbingan dan arahan
suatu fokus, seorang peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang
perlu dikumpulkan dan data mana pula, yang walau pun mungkin menarik,
karena tidak relevan, tidak perlu dimasukkan ke dalam sejumlah data yang
sedang dikumpulkan. Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap,
seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang
dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan
dibuang.
Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun
akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan
penelitian. Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan
telah dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh
sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi di lapangan tidak
memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu. Dengan demikian kepastian
tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan.
Dari contoh-contoh tersebut jelas bahwa perumusan masalah yang
bertumpu pada fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya
penyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu
peneliti sudah berada di latar penelitian.
Rumusan masalah yang bertumpu pada fokus dapat berubah dan dapat
disempurnakan dan hal itu akan memberikan warna tersendiri pada penelitian
kualitatif. Penelitian klasik menganggap bahwa perubahan demikian sama sekali
akan merusak inkuirinya karena hipotesisnya yang sudah pasti, apabila berubah,
variabelnya ikut berubah, dan pasti akan ada sejumlah variabel pengganggu yang
merusak masalah penelitiannya. Sebaliknya, pada penelitian kualitatif, peneliti
justru mengharapkan adanya perubahan demikian dan mengantisipasi bahwa
desain yang muncul akan diberi isi dan warna olehnya. Penelitian alamiah justru
menganggap perubahan demikian bukan merusak atau bersifat destruktif,
melainkan malah dipandang konstruktif karena perubahan yang terjadi
merupakan tanda adanya gerakan ke arah penyempurnaan dan ke arah inkuiri
yang berpandangan luas. Hal ini jelas sesuai dengan salah satu karakteristik
penelitian kualitatif bahwa desainnya dapatlah berubah sesuai dengan situs atau
konteks penelitian yang dihadapi.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam
penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif. Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan penting.
Pertama, suatu peneltiian tidak dimuali dari sesuatu yang vakum atau
kosng. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya yang
bertumpu pada fokus. Hal ini yang memungkinkan adanya acuan teori dari
sesuatu penelitian (biasanya hal itu dimasukkan ke dalam bab 2).
Kedua, fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolenya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila penelitia
merasakan adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan
sebelum terjun ke lapangan. Dengan jalan demikian fokus penelitian akan
memenuhi kriteria untuk bidang inkuiri yaitu kriteria inkuli-eksklusi. Implikasi
yang lain ialah peneliti harus memanfaatkan paradigma. Dengan fokus, peneliti
kaan tahu persis data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan.

B. PERTIMBANGAN MEMILIH MASALAH


Sebagaimana juga dalam penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif
juga peneliti meneliti beberapa pertimbangan untuk menentukan apakah topik
dan masalah penelitian tertentu dapat diangkat sebagai masalah yang harus
diteliti atau tidak. Sebagaimana yang pernah dijelaskan pada karya penulis
lainnya, Metodologi Penelitian Kuantitatif (2006), penulis menjelaskan ada dua
pertimbangan bagi peneliti dalam memutuskan suatu masalah untukdijadikan
masalah yang akan diteliti. Dua pertimbangan itu adalah pertimbangan objektif
dan pertimbangan subjektif. Kedua pertimbangan ini harus dijawab dengan
seksama untuk menghasilkan kualitas masalah yang layak diteliti.

1. Pertimbangan Objektif
Dimaksud dengan pertimbangan objektif adalah pertimbangan
berdasarkan kondisi masalah itu sendiri, layak atau tidak layak suatu masalah
diteliti yang didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya masalah
dikonseptualisasikan. Pada dasarnya peneliti melihat dan dapat
mempertimbangkan apakah suatu masalah memiliki kualitas tertentu atau tidak
untuk dapat diteliti. Kemudian apakah masalah tersebut dapat
dikonseptualisasikan atau tidak sehingga memudahkan mendesain instrument
penelitian. Suatu masalah dikatakan berkualitas apabila masalah tersebut
memiliki: (1) nilai penemuan yang tinggi; (2) masalah tersebut adalah masalah
yang saat ini dirasakan oleh kebanyakan orang di suatu masyarakat, paling tidak
beberapa kelompok masyarakat tertentu merasakan adanya masalah tersebut;
(3) bisa jadi penelitian terhadap suatu masalah bukan merupakan pengulangan
terhadap penelitian sebelumnya oleh orang lain; (4) masalah yang akan diteliti
tersebut mempunyai referensi teoretis yang jelas. Hal inisemua adalah
pertimbangan pertimbangan objektif bahwa suatu masalah layak diteliti.
Masalah penelitian dikatakan dapat dikonseptualisikan apabila masalah
tersebut dapat menjawab pertanyaan dibawah ini: (1) apakah masalah itu
memiliki batasan batasan yang jelas; (2) bagaimana bobot dimensi operasional
dari masalah itu; (3) apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan
seandainya diuji nanti; (4) apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang
jelas seandainya diteliti; (5) apakah masalah itu dapat diukur sehingga dapat
didesain alat ukur yang jelas; (6) apakah masalah itu memberi peluang peneliti
menggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti.

2. Pertimbangan Subjektif
Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan berkisar tentang kredibilitas
(calon) peneliti terhadap apa yang akan ditelitinya. Karena itu suatu masalah
dipertanyakan: (1) apakah masalah itu benar- benar sesuai dengan minat peneliti
atau tidak; (2) keahlian dan disiplin ilmu peneliti berkesesuaian dengan masalah
tersebut atau tidak; (3) peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoritik yang
memadai atau tidak mengenai masalah tersebut; (4) cukup banyak atau tidak
hasil- hasil penelitian sebelumnya tentang masalah tersebut; (5) apakah cukup
waktu apabila penelitian terhadap masalah tersebut dilakukan; (6) apakah biaya
pendukung untuk meneliti masalah tersebut dapat disediakan oleh peneliti atau
tidak; (7) apakah alasan- alasan politik dan situasional masyarakat (pemerintah)
menyambut baik masalah tersebut atau tidak apabila penelitian dilakukan.
C. SUMBER TOPIK DAN MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian kualitatif bisa didapatkan dari berbagai sumber.
Apabila suatu penelitian itu bukan penelitian pesanan, maka topik atau masalah
selalu dihadapkan dengan masalah eksplorasi terhadap sumber topik atau
masalah penelitian. Eksplorasi terhadap sumber-sumber inspirasi memungkinkan
peneliti atau calon peneliti memperoleh gagasan yang segar tentang topik dan
masalah penelitian. Sebenarnya sumber topik dan masalah penelitian kuantitatif
bertebaran dimana-mana, terutama di lingkungan peneliti sendiri. Eksplorasi
terhadap sumber topik dan masalah penelitian ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Umpamanya, seseorang dapat menemukan topik penelitian ketika
di kamar tidurnya, atau sehabis bangun tidur, atau pada saat minum kopi di pagi
hari. Dapat saja topik atau ide penelitian ditemukan seseorang dari pengalaman
berinteraksi dengan anggota masyarakat, di mana saja dan kapan saja. Semakin
banyak orang membaca (iqra) lingkungannya, semakin banyak dan mudah pula
dia menemukan topik-topik penelitian. Lingkungan sebenarnya memberi peluang
yang amat sangat luas bagi kegiatan ini. Lingkungan adalah sumber aspirasi
manusia untuk berkarya, dan dari lingkungannyalah seseorang menemukan
dirinya.
Dalam aktivitas formal eksplorasi sumber topik dan masalah penelitian
dapat dilakukan terhadap berbagai lembaga riset yang ada di perguruan tinggi,
instansi swasta, maupun instansi pemerintah. Selain itu, topik- topik penelitian
bisa dieksplorasi dari berbagai diskusi dengan orang-orang tertentu, seperti calon
sponsor, calon konsultan, atau calon pembimbing, atau juga calon promoter atau
co- promoter. Dapat juga berdiskusi dengan teman sejawat atau teman
mahasiswa seangkatan.
Selain menemukan topik dan masalah penelitian dengan cara eksplorasi
diatas, gagasan-gagasan penelitian juga dapat dimunculkandari kajian-kajian
terhadap teori yang ada, konsep-konsep yang ada ataupun hasil kajian terhadap
beberapa kebijakan publik pemerintah maupun swasta. Teori, konsep, dan
kebijakan public tersebut dikaji berdasarkan implementasi terhadap kondisi
empiris masyarakat saat ini, kemudian dilihat mana unsur-unsur
ketidakterpaduan yang muncul. Pada dasarnya, kerja ini sama dengan orang
mencari ketidakserasian antara keadaan yang diharapkan (das sollen) dengan
kenyataan (das sain) kemudian menimbulkan ketidakpuasan. Contohnya,
menurut teori kebijakan publik bahwa masalah- masalah kebijakan publik bisa
terjadi karena adanya ketidakcocokan antara perumusan konsep kebijakan,
implementasi kebijakan, serta evaluasi terhadap kebijakan tersebut. Berdasarkan
teori kebijakan publik itu, orang dapat mengkaji sebuah kebijakan publik di
masyarakat dengan melihat apakah kebijakan publik di masyarakatnya sudah
sesuai dengan teori yang ada. Jadi, apabila sebuah program yang melibatkan
publik dilaksanakan oleh pemerintah sedangkan kebijakan itu sendiri ternyata
tidak relevan antara perencanaan, implementasi, dan evaluasinya, maka hal ini
akan menimbulkan pertanyaan mengapa kondisi itu bisa terjadi. Pertanyaan ini
sesungguhnya dapat menghasilkan berbagai topik dan masalah penelitian yang
menarik untuk diangkat sebagai masalah penelitian khususnya penelitian-
penelitian kebijakan publik.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditegaskan disini bahwa
sumber topik atau masalah penelitian, atau lebih spesifik sebut saja judul
penelitian, bertebaran di mana-mana, sumbernya berlimpah ruah, tergantung
bagaimana calon peneliti memulai mengeksplorasi sumber-sumber tersebut.
Lebih tegas disebutkan disini, bahwa tidak ada alasan seseorang mengatakan
kesulitan menemukan topik atau masalah penelitian sementara dia sendiri tidak
melakukan apa- apa untuk menemukan topik dan masalah penelitian itu.

Anda mungkin juga menyukai