Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

AGROINDUSTRI PADI SKALA KECIL DAN MENENGAH

INSTITUTIONAL DEVELOPMENT SYSTEM OF SMALL AND MEDIUM


SCALE AGROINDUSTRY RICE
Rosadi1, M.Yanuar J Purwanto2, Surjono H. Sutjahyo 3, Bambang Pramudya 4

1 Mahasiswa S3 Program Studi Pengelolaan Sumbardaya Alam dan Lingkungan,


Institut Pertanian Bogor
Email : rosadi_td@yahoo.com
2Dosen, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Email : yanuar.tta@gmail.com
3Guru Besar, Departemen Agronomi, Institut Pertanian Bogor
Email : surjonohadisutjahjo@yahoo.co.id
4Guru Besar, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Email : dknfteta@ipb.ac.id

ABSTRACT
Agroindustrial development is a very strategic option in optimalizing agricultural sector. Agroindustry will give
value-added, in increase incomes. The objective of this study is to built the institutionalized-model of small and
medium scaled agroindustry development. This research is using systematic approach. Data analysis metod used
in this study is intrepretative structural modelling (ISM). The successful indicator of small and medium scalerace
agroindustry development are famers had increased, employment of farmers and maintained the fertile of
wetland for farming. Therefore, efforts are needed to strengthen institutional joint venture and management of
agroindustry, according to the skills of each farmers.

Kata kunci : agroindustry, interpretative structural modeling,

ABSTRAK
Pengembangan agroindustri adalah pilihan yang sangat strategis dalam mengoptimalkan sektor pertanian.
Agroindustri dapat menciptakan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk membangun struktur pengembangan agroindustri padi skala kecil dan
menengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dan metoda analisis data dalam penelitian ini
menggunakan interpretative structural modeling (ISM). Keberhasilan pengembangan agroindustri padi skala
kecil dan menengah ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan petani dan lapangan kerja petani meningkat
serta dapat mempertahankan lahan subur sawah yang merupakan tempat bercocok tanam. Oleh karena itu
perlu dibutuhkan upaya-upaya untuk menguatkan kelembagaan usaha bersama dan pengelolaan agroindustri
sesuai dengan keterampilan petani masing-masing.

Kata kunci : Agroindustri, ISM


PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara agraris sehingga tidak wilayah tersebut, hal ini juga diungkapkan oleh
bisa terlepas dari sektor pertanian. Sektor Endang Purnama Dewi, et al (2014) tentang
pertanian masih merupakan lapangan kerja potensi daerah irigasi Cihea dilihat dari
terbesar penduduk Indonesia yaitu sebesar ketersediaan airnya. Tetapi berdasarkan pola
32,87% pada bulan Agustus 2015 (BPS, 2016). ruang yang tertuang dalam RTRW Kabupaten
Pembangunan di sektor pertanian masih Cianjur tahun 2011-2031, Daerah Irigasi Cihea
banyak dilakukan di kawasan perdesaan dan Kabupaten Cianjur akan diprioritaskan menjadi
merupkan sektor penyokong utama kawasan industri strategis, hal tersebut akan
pertumbuhan ekonomi perdesaan. berdampak terhadap penggunaan lahan yang
sebagian besar adalah pertanian yang sudah
Pembangunan sektor pertanian di perdesaan
mempunyai jaringan irigasi teknis. Implikasinya
yang dilaksanakan lebih banyak
akan menurunnya tingkat pendapatan petani
dikonsentrasikan pada kegiatan produksi atau
pada daerah tersebut.
budidaya, yaitu melalui pemanfaatan
sumberdaya alam (on-farm) khususnya Terdapat beberapa indikator bahwa
tanaman pangan, sedangakan pembangunan pembangunan sektor pertanian belum dapat
sektor pertanian off-farm seperti berkontribusi dalam pengembangan wilayah
pengembangan industri hulu pertanian, industri Kabupaten Cianjur, diantaranya dilihat dari laju
hilir pertanian, kegiatan pemasaran, serta jasa- pertumbuhan PDRB sektor pertanian
jasa pendukungnya kurang mendapatkan mengalami penurunan dari 3,22% pada tahun
perhatian. 2012 menjadi 1,42% pada tahun 2014 (BPS,
2015), serta sektor pertanian belum
Pembangunan sektor pertanian yang hanya
berkembang ke arah industrialisasi pengolahan
budidaya saja dan tidak disertai dengan
produk pertanian yang merupakan tahapan
kegiatan off-farm secara sinergi, menyebabkan
yang lebih maju dari pembangunan sektor
sumbangan sektor pertanian kurang optimal
pertanian, hal ini dapat dilihat dari distribusi
dalam pembangunan ekonomi nasional. Secara
PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten
umum sistem pertanian di wilayah perdesaan
Cianjur hanya menyumbang sebesar 5,79%,
sampai sekarang masih menjadi rantai terlemah
relative lebih kecil jika dibandingkan dengan
dari sistem ekonomi nasional, hal ini dapat
sektor pertanian yaitu sebesar 34,44% pada
dilihat dari Produk Domestik Bruto sektor
tahun 2014 (BPS, 2015). Menurut Austin
pertanian yang relatif rendah dibandingkan
(1992) bahwa alasan diperlukan
dengan sektor yang lainnya yaitu 12,06% pada
pengembangan industri pengolahan khususnya
tahun 2014 (BPS, 2015).
agroindustri adalah karena sektor pertanian
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra membutuhkan industri ekstraktif yang mampu
produksi padi di Jawa Barat. Produksi padi di mengolah seluruh hasil-hasil pertanian dan
Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 mencapai sektor industri membutuhkan bahan baku
772.706 ton dengan produktivitas 5,77 ton/ha, dalam proses pengolahannya.
dan menyumbang sebesar 7,12% terhadap
Pengertian agroindustri pertama kali diungkap
produksi padi Jawa Barat (BPS, 2016). Potensi
oleh Austin (1992), yaitu perusahaan yang
pengembangan produksi padi di Kabupaten
memproses bahan nabati (berasal dari
Cianjur sangat besar karena didukung dengan
tanaman) atau hewani (berasal atau yang
sumberdaya air dan lahan. Daerah Irigasi yang
dihasilkan oleh hewan). Proses yang diterapkan
ada di Kabupaten Cianjur sebanyak 22 Daerah
mencakup pengubahan dan pengawetan
Irigasi dengan luas areal 23.685 ha (DPSDAP,
melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
2014). Penggunaan lahan pada masing-masing
penyimpanan, pengemasan, dan distribusi.
Daerah Irigasi di kabupaten Cianjur hamper
Produk agroindustri dapat merupakan produk
semuanya digunakan untuk pertanian. Menurut
akhir yang siap dikonsumsi atau digunakan
Dewi Endang Purnama (2014) khusus
oleh manusia ataupun sebagai produk bahan
penggunaan lahan di Daerah Irigasi Cihea
baku industri lain (Mangunwidjaja dan Sailah,
Kabupaten Cianjur sebesar 50,62% pertanian.
2009). Dengan demikian agroindustri meliputi
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Daerah industri pengolahan hasil pertanian, industri
Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur merupakan yang memproduksi peralatan dan mesin
kekuatan wilayah yang harus dikembangkan, pertanian, industri input pertanian dan industri
sehingga dapat meningkatkan daya saing jasa sektor pertanian.
Menurut Eicher (1998), salah satu komoditas cabai, Sutarto, et al (2010)
permasalahan yang terkait dengan upaya melakukan kajian kelembagaan agribisnis
mewujudkan pembangunan perdesaan adalah wortel dalam rangka untuk mendukung
pentingnya dukungan kelembagaan dalam hal pengembangan kawasan agropolitan
ini dititik beratkan pada mekanisme Sothomadasih yang ada di Kabupaten
pengaturan (rules of the game) baik dari Karanganyar, kajian kelembagaan juga telah
dimensi yang bersifat regulatif (peraturan dan dilakukan oleh Sandy Cahyono dan Dewi
perundang-undangan), normatif (kesepakatan- Sawitri Tjokropandojo (2014) yang
kesepakatan), dan pengetahuan budaya lokal memaparkan tentang peran kelembagaan
masyarakat. dalam mendukung keberlanjutan pertanian
sebagai basis pengembangan ekonomi lokal,
Menurut Syahyuti (2011) ada empat dimensi sedangkan Kusnandar et al (2013) melakukan
untuk mempelajari suatu kelembagaan. kajian tentang rancang bangun kelembagaan
Pertama, lingkungan ekternal yaitu kondisi agribisnis padi organik dalam mendukung
politik dan pemerintahan, sosiokultur, ketahanan pangan, serta Nofialdi et al (2012)
teknologi, kondisi perekonomian, berbagai melakukan kajian tentang model pemilihan
kelompok kepentingan serta kebijakan kelembagaan usaha dalam pengembangan
terhadap pengelolaan sumberdaya alam. Kedua, agroindustri dengan proses jejaring analitik.
motivasi kelembagaan yaitu kelembagaan Sedangkan kajian tentang agroindustri padi
dipandang sebagai suatu unit kajian yang telah dilakukan antara lain oleh : Endang
memiliki jiwanya sendiri. Ketiga, kapasitas Sriningsih, et al (2012) mengenai peran
kelembagaan yaitu bagaimana kemampuan agroindustri padi dapat mendukung ketahanan
kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya. pangan rumah tangga, Faqih Udin et al (2015)
Keempat, kinerja kelembagaan yaitu keefektifan melakukan penelitian tentang investasi dan
kelembagaan dalam mencapai tujuannya, pemilihan teknologi pada agroindustri padi, dan
efisiensi penggunaan sumberdaya, dan Qadaruddin Fajri Adi (2015) mengkaji tentang
keberlanjutan kelembagaan berinteraksi pengembangan sistem jejaring agroindustri
dengan para kelompok kepentingan. padi. Seluruh penelitian mengenai kelembagaan
Model kelembagaan untuk pengembangan tersebut dilakukan dengan metode deskriptif
agroindustri padi didasarkan pada pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian mengenai
sistem agribisnis dan empat dimensi agroindustri padi tidak membahas tentang
kelembagaan (Kusnandar et al, 2013) yang kelembagaan.
mencakup beberapa subsistem, yaitu: 1) Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan
subsistem hulu, 2) subsistem usahatani, 3) tentang sistem pengembangan kelembagaan
subsistem hilir, 4) subsistem agroindustri, dan agroindustri padi dengan menggunakan teknik
5) subsistem sarana penunjang. Intepretative Structural Modeling (ISM).
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan
tersebut di atas, maka perlu dilakukan METODE PENELITIAN
penelitian tentang sistem kelembagaan Penelitian dilaksanakan di Daerah Irigasi Cihea
pengembangan agroindustri padi. Adapun Kabupaten Cianjur pada Kecamatan
tujuan penelitian ini adalah merumuskan Bojongpicung, Haurwangi, dan Ciranjang pada
stuktur kelembagaan pengembangan bulan Januari sampai April tahun 2016.
agroindustri padi skala kecil dan menengah
yang ada di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Metoda pengumpulan data dilakukan melalui
Cianjur. beberapa cara, yaitu: (1) studi pustaka, (2)
observasi lapangan, yakni melihat secara
Penelitian mengenai kelembagaan dan langsung agroindustri padi, dan (3) wawancara
agroindustri pada sektor pertanian telah mendalam dengan pakar yang dilakukan untuk
dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: memperoleh informasi yang lebih menyeluruh
Candra Nuraini, et al (2016) menganalisis tentang agroindustri padi dengan panduan
model kelembagaan pada agribisnis padi kuisioner. Pakar yang terkait dalam penelitian
organik di Kabupaten Tasikmalaya, Saptana et pengembangan agroindustri padi dengan
al (2013) menjelaskan dalam penelitiannya pertimbangan keberadaan, keterjangkauan,
tentang strategi transformasi kelembagaan reputasi, dan pengalaman dibidangnya
gapoktan, Silmi Tsurayya dan Lindawati sebanyak 9 orang.
kartika (2015) melakukan penelitian tentang
kelembagaan untuk peningkatan daya saing
Secara ringkas, langkah penelitian yang X: eij = 1 dan eij = 1
dilakukan adalah sebagai berikut: O : kendala (1) kendala (2), tidak saling
1. Pemetaan struktur agroindustri padi yang mempengruhi
ada di lokasi penelitian. Berdasarkan O: eij = 0 dan eij = 0
observasi lapangan akan diperoleh Simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan
gambaran mengenai agroindustri padi. kontekstual, sedangkan simbol 0 tidak terdapat
2. Identifikasi elemen kelembagaan atau tidak ada hubungan kontekstual antara
agroindustri padi melalui pendapat pakar elemen i dan j dan sebaliknya (Eriyatno, 2003).
yang merupakan orang yang mempunyai Setelah SSIM terbentuk, kemudian dibuat tabel
pengalaman dalam pengembangan Reachability Matrix (RM) dengan mengganti
agroindustri padi dengan metode simbol V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 atau 0.
pemilihan pakar pada penelitian ini
RM yang telah memenuhi aturan transitivitas
purposive sampling, dan melalui studi
kemudian diolah untuk menetapkan level
pustaka.
partition. Hasilnya dapat digambarkan dalam
3. Analisis struktur kelembagaan
bentuk skema setiap sub elemen menurut
agroindustri padi berdasarkan elemen-
jenjang vertikal dan horizontal. Berdasarkan
elemen pengembangan agroindustri padi
RM, sub elemen dalam satu elemen dapat
yang telah teridentifikasi dengan
disusun menurut nilai Driver-Power (DP) dan
menggunakan teknik Interpretative
nilai Dependence (D) untuk menentukan
structural modelling (ISM).
klasifikasi sub elemen.
ISM dibuat dengan tujuan untuk memahai
prilaku sistem secara utuh setelah melakukan Secara garis besar klasifikasi sub elemen
identifikasi hubungan antar sub elemen sistem dikelompokan dalam empat sektor yaitu :
dalam tiap elemen sistem (Eriyatno, 2003). Sektor 1; weak driver weak dependence
Menurut Arie Dharmaputra Mirah (2014), variables (Autonomus). Sub elemen yang
Rachman Jaya et al (2011), Kusnandar et al termasuk dalam sektor ini pada umumnya tidak
(2012), Asep Indra Sukendar Permana et al berkaitan dengan sistem, dan mungkin
(2015) langkah-langkah analisis dengan mempunyai hubungan sedikit, meskipun
menggunakan ISM adalah sebagai berikut: hubungan tersebut bisa saja kuat. Sub elemen
Penyusunan sub elemen pada masing-masing yang masuk pada sektor 1 jika; nilai DP 0,5X
elemen sistem pengembangan agroindustri dan nilai D 0,5X. X adalah jumlah sub elemen.
padi. Kemudian melakukan analisis hubungan Sektor 2; weak driver strongly dependence
kontektual bahwa satu sub elemen (sub elemen variables (Dependence). Umumnya sub elemen
i) mendukung keberadaan sub elemen yang lain yang masuk pada sektor ini adalah sub elemen
(sub elemen j). Hubungan kontektual antara bebas. Sub elemen yang masuk pada sektor 2;
sub elemen ini diperoleh dari pendapat pakar jika nilai DP 0,5X dan nilai D > 0,5X. X adalah
yang memberikan pendapatnya melalui jumlah sub elemen.
pengisian kuesioner.
Sektor 3; strong driver strongly dependent
Informasi dari sistem yang dikaji kemudian variables (Lingkage). Sub elemen yang
distrukturisasi dalam bentuk Structural Self- termasuk dalam sektor ini harus dikaji secara
interction Matrix (SSIM) yang menggambarkan hati-hati, sebab hubungan antara sub elemen
hubungan kontekstual antar sub elemen dan tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen
elemen elemen sistem. Penyusunan SSIM akan memberikan dampak terhadap sub
menggunakan simbol V, A, X, dan O (Saxena et elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya
al. 1992). Pengertian dari simbol-simbol dapat memperbesar dampak. Sub elemen yang
tersebut adalah: masuk sektor 3; jika nilai DP > 0,5X dan nilai D
> 0,5X. X adalah jumlah sub elemen.
V : kendala (1) mempengaruhi kendala (2), tapi
tidak sebaliknya Sektor 4; strong driver weak dependence
V: eij = 1 dan eij = 0 variables (Independent). Sub elemen yang
A : kendala (2) mempengaruhi kendala (1), masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa
tapi tidak sebaliknya dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub
A: eij = 0 dan eij = 1 elemen yang masuk sektor 4 jika: nilai DP >
X : kendala (1) dan kendala (2) saling 0,5X dan nilai D 0,5X. X adalah jumlah sub
berhubungan elemen.
Pada penelitian ini, analisis ISM menggunakan analisis dapat dilihat pada Gambar 1.
bantuan aplikasi computer, secara rinci tahapan
Program

Studi pustaka/Survey
pakar

Penentuan elemen,
sub elemen

Penentuan hubungan kontekstual


antara sub elemen pada setiap elemen

Pembuatan Matrix SSIM


untuk setiap elemen

Bentuk Reachability Matrix


(RM) setiap elemen

Uji Matrix dengan


aturan Transsitivity

Tidak
OK Modifikasi SSIM
Ya

Tentukan level melalui Tetapkan Drive dan Drive


pemilihan Power setiap sub elemen

Ubah RM menjadi format Tentukan rank dan hirarki


lower trianguler RM dari setiap sub elemen

Susun diagraph dari Tetapkan Drive Dependence


lower triangular Matrix setiap elemen

Susun ISM dari setiap


elemen Plot sub elemen pada empat
sektor

Klasifikasi sub elemen pada


4 peubah katagori

Gambar 1 Tahapan Analisis dalam Sofware ISM

Sumber : hasil olahan, 2016

memahami struktur sistem pengembangan


PEMBAHASAN
kelembagaan agroindustri padi skala kecil
Hasil identifikasi elemen kelembagaan dari dan menengah adalah hirarki sub-elemen di
beberapa sumber diantaranya yaitu: antara sub elemen yang lain, dan klasifikasi
Makmur Sianipar (2012), Erlina et al (2011), sub-elemen berdasarkan karakteristik yang
Fahrizal et al (2013), Enggar D Kartikasari et dinyatakan dengan tingkat driver-power dan
al (2015), Fahmi Riadi et al (2011), Hariyani tingkat dependency.
Sambali et al (2014), I Putu Restu Wiana et
al (2015) dan melalui wawancara dengan Strukturisasi Elemen Kendala
pakar secara mendalam, ditetapkan 3 (tiga)
Berdasarkan studi pustaka dan wawancara
elemen dalam pengembangan kelembagaan
mendalam dengan pakar teridentifikasi
agroindustri padi yaitu: (1) elemen pelaku,
elemen kendala sistem yang terdiri dari sub
(2) elemen tujuan, dan (3) elemen kendala.
elemen kendala pengembangan agroindustri
Setiap elemen yang dikaji dijabarkan
padi skala kecil dan menengah sebagai
menjadi sejumlah sub elemen menggunakan
berikut: lemahnya sistem kelembagaan
masukan dari pakar, kemudian ditetapkan
usaha bersama (K1), lemahnya petani dapat
hubungan kontekstual antar sub elemen.
mengakses modal pada lembaga keuangan
Strukturisasi system pengembangan (K2), tingkat kepemilikan lahan sawah yang
kelembagaan agroindustri padi pada sempit (<0,5 Ha) (K3), kurang adanya
penelitian ini menggunakan teknik dukungan pemerintah dalam pengembangan
permodelan Intepretative Structural agroindustri (K4), belum adanya pembagian
Modelling. Informasi yang penting untuk tugas proses sesuai dengan keterampilan
(K5), lembaga penyuluh belum efektif (K6), Hal ini berarti sub elemen kendala
alih fungsi lahan sawah (K7), dan kurangnya dukungan pemerintah dalam
keterbatasan teknologi (K8). pengembangan agroindustri, lembaga
penyuluh yang belum efektif, dan alih fungsi
lahan sawah dapat diatasi apabila sub
Diagram struktur pengembangan elemen kendala lainnya dalam sistem
agroindustri padi menunjukkan bahwa pengembangan agroindustri dapat
struktur hirarki sub elemen kendala diselesaikan terlebih dahulu.
pengembangan agroindustri padi skala kecil
Elemen yang mempunyai kekuatan
dan menengah terdiri atas 4 tingkatan (4
pengerak yang besar dan sedikit
level) seperti yang disajikan pada gambar
ketergantungan pada program
2B. Pada gambar 2B juga terlihat bahwa
pengembangan agroindustri padi adalah
kendala utama dalam pengembangan
lemahnya kelembagaan usaha bersama
agroindustri padi skala kecil dan menengah
(K-1), belum adanya pengelolaan proses
adalah lemahnya kelembagaan usaha
sesuai dengan ketrampilan (K-5), dan
bersama (K-1), belum adanya pengelolaan
keterbatasan teknologi (K-8). Dengan daya
proses sesuai dengan ketrampilan (K-5), dan
gerak yang besar dan ketergantungan
keterbatasan teknologi (K-8). Lemahnya
terhadap sistem yang lemah, maka elemen
kelembagaan usaha bersama, belum adanya
lemahnya kelembagaan usaha bersama,
pengelolaan proses sesuai dengan
belum adanya pengelolaan proses sesuai
keterampilan dan keterbatasan teknologi
dengan ketrampilan, dan keterbatasan
dalam pengembangan agroindustri padi
teknologi merupakan kendala yang harus
skala kecil dan menengah merupakan
segera diselesaikan. Ketiga kendala tersebut
elemen kunci dan sekaligus merupakan
dapat diselesaikan jika dalam
kendala langsung yang mempengaruhi sub
pengembangan agroindustri padi
elemen kendala lainnya. Teratasinya sub
melibatkan pelaku yang mempunyai daya
elemen kunci tersebut akan memberikan
gerak yang besar untuk menyeselaikan
kontribusi yang sangat berarti untuk
lemahnya kelembagaan usaha bersama,
keberhasilan sistem pengembangan
pengelolaan proses dan teknologi yang
agroindustri padi skala kecil dan menengah.
masih terbatas. Keterlibatan petani dan
Pada gambar 2A matrik driver power- kelompok usaha bersama dapat mendukung
dependence kuadran II menyatakan bahwa penyelesaian kendala dalam pengembangan
kendala (K-4) kurangnya dukungan agroindustri padi, karena petani dan
pemerintah dalam pengembangan kelompok usaha bersama mempunyai daya
agroindustri, (K-6) lembaga penyuluh yang dorong yang besar untuk menyelesaikan
belum efektif, dan (K-7) alih fungsi lahan kendala utama dalam pengembangan
sawah merupakan peubah dependent, yang agroindustri padi ini dapat terlihat pada
artinya memiliki tingkat ketergantungan gambar 4A.
tinggi terhadap sub elemen kendala lainnya.

Gambar 2 Strukturisasi elemen kendala dalam pengembangan agroindustri padi skala kecil
dan menengah.

Sumber : hasil olahan, 2016


Strukturisasi Elemen Tujuan Tercapainya tujuan-tujuan tersebut secara
simultan akan mendorong tercapainya
Dalam merumuskan solusi yang terkait
tujuan meningkatkan diversifikasi produk
dengan sistem diperlukan pola pikir
pangan. Hierarki sub elemen tujuan pada
sibernatik (goal oriented), yaitu konsep
elemen tujuan pengembangan agroindustri
berfikir sistem yang berorientasi pada
padi skala kecil dan menengah secara
tujuan untuk menyelesaikan permasalahan
skematis dapat dilihat pada gambar 3B.
yang ada (Eriyatno 2003). Sesuai konsep
tersebut teridentifikasi 7 (tujuh) elemen Gambar 3A terlihat bahwa tujuan seperti
tujuan sistem pengembangan agroindustri mewujudkan kelembagaan usaha bersama
padi skala kecil dan menengah, yaitu (T-1) (T-1), mengembangkan agroindustri padi
mewujudkan lembaga usaha bersama, (T-2) (T-2), dan meningkatkan berusaha dan
mengembangkan agroindustri padi, (T-3) kerjasama (T-5) adalah termasuk peubah
memperluas lapangan kerja petani, (T-4) linkages dari sistem. Setiap tindakan untuk
meningkatkan pendapatan petani padi, (T-5) mencapai tujuan-tujuan tersebut akan
meningkatkan usaha dan kerjasma, (T-6) menghasilkan sukses pada program
meningkatkan diversifikasi produk pangan, pengembangan agroindustri padi skala kecil
dan (T-7) mempertahankan lahan subur dan menengah, sedangkan lemahnya
sawah. perhatian terhadap tujuan-tujuan tersebut
akan menyebabkan kegagalan program
Berdasarkan analisis dengan menggunakan
pengembangan agroindustri padi skala kecil
teknik ISM yang terlihat pada gambar 3B,
dan menengah.
sub elemen meningkatkan pendapatan
petani (T-4), memperluas lapangan kerja Pada sektor IV (independent) yang terdapat
petani (T-3), dan mempertahankan lahan pada gambar 3A, menyatakan bahwa tujuan
subur sawah (T-7) merupakan elemen kunci seperti meningkatkan pendapatan petani (T-
dalam pengembangan agroindustri padi 4), memperluas lapangan kerja petani (T-3),
skala kecil dan menengah, sehingga ketiga dan mengurangi lahan subur sawah (T-7)
elemen tersebut perlu dikaji lebih hati hati merupakan peubah bebas. Hal ini berarti
karena elemen ini akan mendorong mempunyai kekuatan penggerak (driver
terpenuhinya tujuan yang lainnnya. power) yang besar dan punya sedikit
Tercapainya tujuan peningkatan pendapatan ketergantungan terhadap program.
petani, memperluas lapangan kerja petani, Sedangkan sub elemen tujuan meningkatkan
dan mempertahankan lahan subur sawah diversifikasi produk pangan (T-6) termasuk
akan mendorong tercapainya tujuan kategori peubah dependent, hal ini berarti
mewujudkan kelembagaan usaha bersama, tujuan diversifikasi produk pangan akan
mengembangan agroindustri padi dan tercapai apabila semua sub elemen tujuan
meningkatkan berusaha dan kerjasama. yang lainnya telah terpenuhi.

Gambar 3 Strukturisasi elemen tujuan pengembangan agroindustri padi skala kecil dan
menengah.

Sumber : hasil olahan, 2016


pengembangan agroindustri padi skala kecil
Strukturisasi Elemen Pelaku
dan menengah, maka pelaku lain akan
Strukturisasi elemen pelaku pengembangan tertarik untuk melibatkan diri dalam
agroindustri padi skala kecil dan menengah pengembangan agroindustri padi skala kecil
pada gambar 4B menunjukan bahwa petani dan menengah.
(P-3) dan kelompok usaha bersama (P-1)
Sub elemen pelaku agroindustri dan
berada pada level tertinggi, yang berarti
lembaga keuangan berada pada level 1 dan
bahwa berjalannya sistem pengembangan
sangat tergantung pada keterlibatan pelaku-
agroindustri padi skala kecil dan menengah
pelaku yang ada dalam pengembangan
sangat di perlukan kelompok usaha bersama
agroindustri padi skala kecil dan menengah.
dan petani yang akan mendorong pelaku-
Artinya jika pelaku lainnya sudah
pelaku yang lainnya untuk mendukung
melibatkan diri dalam pengembangan
pengembangan agroindustri padi skala kecil
agroindustri padi skala kecil dan menengah,
dan menengah. Pada level 2 adalah Dinas
maka pelaku agroindustri dan lembaga
Koperasi dan UKM (P-9), Dinas
keuangan akan melibatkan diri dalam
Perindustrian dan Perdagangan (P-8), Dinas
pengembangan program. Hierarki sub
Pertanian (P-5), lembaga penelitian (P-7),
elemen pelaku pada elemen pelaku
dan pemerintah desa (P-4), hal ini berarti
pengembangan agroindustri padi skala kecil
elemen tersebut jika melibatkan diri dan
dan menengah secara skematis dapat dilihat
mendorong berjalannya sistem
pada gambar 4B.

Gambar 4 Strukturisasi elemen pelaku dalam pengembangan agroindustri padi skala kecil
dan menengah.
Sumber : hasil olahan, 2016

yang luas, dan bisa mempertahankan lahan


KESIMPULAN
subur sawah. Untuk menjalankan program
Identifikasi elemen tujuan, kendala dan pengembangan agroindustri padi skala kecil
pelaku perlu dilakukan dalam rangka dan menengah dibutuhkan pelaku yang
pengembangan agroindustri padi tersebut mempunyai daya gerak yang besar yang
untuk mencapai tujuan meningkatkan dapat mendorong pelaku-pelaku yang
kesejahteraan petani. Pemahaman lainnya ikut terlibat dalam pengembangan
hubungan antar elemen pada agroindustri padi, yaitu petani dan
pengembangan agroindustri padi skala kecil kelompok usaha bersama. Sedangkan
dan menengah tersebut dilakukan dengan kendala utama dalam pengembangan
menggunakan Intepretative Structural agroindustri padi yaitu lemahnya
Modeling. kelembagaan usaha bersama, belum adanya
pengelolaan proses sesuai dengan
Keberhasilan pengembangan agroindustri
keterampilan, dan teknologi yang terbatas.
padi dapat ditunjukan dengan meningkatnya
pendapatan petani, lapangan kerja petani
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kami sampaikan kepada rekan- Erlina, Endang G S, Machfud, Sukardi, Zainal
rekan Sekolah Pascasarjana Program Studi M. 2011. Kajian Elemen-Elemen
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Pengembangan Agroindustri
Lingkungan Institut Pertanian Bogor yang Bioetanol Berbasis Bahan Baku
telah membantu terlaksananya penelitian ini Potensial di Provinsi Lampung. Jurnal
dengan lancar dan baik. Bisnis & Manajemen Vol. 7 No. 2.

Fahrizal, Marimin, Mohamad Y, Yanuar J P,


DAFTAR PUSTAKA
Sumaryanto. 2014. Model Penunjang
Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Keputusan Pengembangan
Analysis: Critical Design Factors. Agroindustri Gula Tebu (Studi Kasus
United States: The Johns Hopkins di Provinsi Nusa Tenggara Timur).
University Press. Jurnal Teknologi Industri Pertanian
Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Vol. 24 (3):189-200.
Domestik Bruto Atas Dasar Harga Fajri Q A. 2015. Pengembangan Sistem
Konstan 2000 Menurut Lapangan Jejaring Agroindustri Beras Berpusat
Usaha 2015. Jakarta: BPS. di Koperasi (Studi Kasus Koperasi
Pandawa di Kota Malang) [Thesis].
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Daerah Yogyakarta: Program Pascasarjana
Kabupaten Cianjur 2015. Cianjur: BPS. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas
Badan Pusat Statistik. 2016. Penduduk 15 Gadja Mada.
Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama 2015. Indra A S P, Marimin, Gendut S. (2015).
Jakarta: BPS. Model Konseptual Strategi
Pengembangan industri Kecil
Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jawa Menengah Berbasis Sumber Daya
Barat Dalam Angka 2016. Provinsi (Studi Kasus Pengembangan IKM di
Jawa Barat: BPS. Pengalengan). Jurnal Teknologi
Industri Pertanian Vol 25 (1):14-20.
Cahyono S dan Dewi S T. 2014. Peran
Kelembagaan Petani dalam Jaya R, Machfud, Muhammad Ismail. 2011.
Mendukung Keberlanjutan Pertanian Aplikasi Teknik ISM dan ME-MCDM
sebagai Basis Pengembangan Untuk Identifikasi Posisi Pemangku
Ekonomi Lokal. Jurnal Perencanaan Kepentingan dan Alternatif Kegiatan
Wilayah dan Kota B SAPPK V2N1. Untuk Perbaikan Mutu Kopi Gayo.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Vol. 21 (1):1-8.
Pertambangan. 2014. Data Kondisi
Fisik Jaringan Irigasi. Cianjur: Kartikasari E D, Wike A P D, Rizky L R S.
DPSDAP. 2015. Analisis Elemen Kunci Untuk
Pengembangan Usaha dengan Metode
Dharmaputra A M. 2014. Penetapan Elemen Interpretative Structural Modelling
Kunci Pengembangan Agroindustri (ISM) (Studi kasus di KUD Dau
Peternakan dengan Interpretative Malang). Prosiding Seminar
Structural Modeling (ISM). Jurnal Agroindustri dan Lokakarya Nasional
Zootek Vol 34 No 2:130-138. FKPT-TPI, Program Studi TIP-UTM, 2-
3 September 2015.
Eicher Carl K. and John M. Staatz. 1998.
International Agricultural Kusnandar, Bekti W U, Sapja A. 2012. Model
Development. United States: John Aliansi Strategis Agroindustri Skala
Hopkins University Press. Kecil (Kasus Kluster Industri Tahu).
Jurnal Sepa Vo.9 No.1:74-82.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan
Mutu dan Efektifitas Manajemen. Kusnandar, Dwiningtyas P, Wiwit R, Agung
Bogor: IPB Press. W. 2013. Rancang Bangun Model
Kelembagaan Agribisnis Padi Organik
Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Transpormasi Kelembagaan
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 14, Gapoktan dan Lembaga Keuangan
No.1: 92-101. Mikro Agribisnis dalam Memperkuat
Ekonomi di Perdesaan. Jurnal
Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah. 2009. Manajemen & Agribisnis, Vol. 10 No. 1.
Pengantar Teknologi Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta Saxena J P, Sushil, P. Vrat. 1992. Hierarchy
and classi cation of program plan
Nofialdi, Irawadi J, Syafrida M, Marimin, elements using interpretative
Yandra A, Sapta R. 2012. Model structural modeling: a case of study of
Pemilihan Tingkat Teknologi, Sumber energy conservation in the Indian
Pembiayaan dan Kelembagaan Usaha cement industry. System Practice.
Dalam Pengembangan Agroindustri 5(6): 651-670
Berbasis Nagari Dengan Proses
Jejaring Analitik. E-Jurnal Agroindustri Sianipar M. 2012. Penerapan Intrepretative
Indonesia Vol. 1 No. 2:75-81. Structural Modeling (ISM) Dalam
Penentuan Elemen Pelaku Dalam
Nuraini C, Dwidjono HD, Masyuri, Jamhari. Pengembangan Kelembagaan Sistem
2016. Model Kelembagaan pada Bagi Hasil Petani Kopi dan
Agribisnin padi Organik Kabupaten Agroindustri Kopi. Jurnal Agrointek
Tasikmalaya. Jurnal Agraris Vol. 2 Vol. 6, No.1.
No.1.
Sriningsih E, Tatang W, Ari W. 2012. Peran
Purnama E D. 2014. Skenario Agroindustri Padi dalam Mendukung
Pengembangan Wilayah Berbasis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Daerah Irigasi: Kasus Daerah Irigasi Petani di Kecamatan Sumbang. Jurnal
Cihea Kabupaten Cianjur [Thesis]. Pembangunan Pedesaan Vol. 12 No.
Bogor: Sekolah Program 1:38-44.
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Sutarto D, Padmaningrum, Agung W. 2010.
Kajian Kelembagaan Agribisnis
Purnama E D, Januar J P, Asep S. 2014. Wortel untuk Mendukung
Skenario Pengembangan Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berbasis Daerah Irigasi (Studi Kasus : Suthomadansih di Kabupaten
DI Cihea Kabupaten Cianjur. Jurnal Karanganyar. Jurnal Caraka Tani
Irigasi Vol 9, No.2. Vol. 25, No. 1.

Restu P W, Mahatma T, Agung S W. 2015. Syahyuti. 2011. Gampang-gampang Susah


Sistem Pengembangan Bunag Hias. Mengorganisasikan Petani. Kajian
Jurnal Rekayasa dan Agroindustri, Vol Teori dan Praktek Sosiologi Lembaga
3, No. 1. dan Organisasi. Bogor: Penerbit IPB
Press.
Riadi F, Machfud, Tajuddin B, Illah S. 2011.
Model Pengembangan Agroindustri Tsurayya S, Lindawati K. 2015. Kelembagaan
Karet Alam Terintegrasi. Jurnal dan Strategi Peningkatan Daya Saing
Teknologi Industri Pertanian Vol. 21 Komoditas Cabai Kabupaten Garut.
(3):146-153. Jurnal Manajemen & Agribisnis Vol. 12
No. 1.
Sambali H, Fredinan Y, Dietriech G B,
Mukhlis K. 2014. Analisis Udin F, Marimin, Sukardi, Agus B, Haryadi H.
kelembagaan Pengelolaan Taman 2015. Investasi dan Pemilihan
Nasional Laut Kepulauan Seribu. Penggilingan pada Agroindustri Padi
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan dengan Pendekatan Fuzzy, Studi di
Perikanan Vol. 9 No.1. Kabupaten Cianjur. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian Vol. 25(1):23-34.
Saptana, Sri Wahyuni, Sahat M Pasaribu.
2013. Strategi Percepatan

Anda mungkin juga menyukai