Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS STRATEGI USAHA MIKRO TELUR ASIN

DI DESA KRANDING KECAMATAN MOJO


KABUPATEN KEDIRI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Muhamad Abdurrohim

NIM.17402153005

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) TULUNGAGUNG

2019
ANALISIS STRATEGI USAHA MIKRO TELUR ASIN
DI DESA KRANDING KECAMATAN MOJO
KABUPATEN KEDIRI

Diajukan Kepada Jurusan Ekonomi Syariah


Guna Menyusun Skripsi
PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Muhamad Abdurrohim

NIM.17402153005

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) TULUNGAGUNG

2019
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian memegang


peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini disebabkan
karena sektor pertanian mempunyai peran sebagai sumber bahan pangan,
penyedia lapangan kerja, sebagai penghasil devisa, pencipta nilai tambah, dan
sebagai penopang bahan baku bagi industri dan ekspor. Selain itu, sektor
pertanian juga diharapkan mampu menjadi sumber-sumber pertumbuhan baru dan
dapat mengurangi pengngguran serta kemiskinan yang selama ini melekat di
wilayah pedesaan.

Saat ini Indonesia adalah negara yang masih berkembang begitupun


dengan perekonomiannya. Hal ini menyebabkan kenaikan perekonomian
Indonesia pertahunnya masih belum terlalu tinggi. Begitu juga tingkat
pengangguran saat ini yang masih tinggi. Penduduk yang menganggur, pada
umumnya tersebar di pedesaan dan di perkotaan . penggangguran yang banyak
terdapat di pedesaan disebabkan masyarakat tersebut berpendidikan rendah dan
tidak memiliki ketrampilan atau keahlian. Sedangkan pengangguran di perkotaan
didomisili oleh lulusan sarjana.1 Pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memprolehnya.2 Hal ini diakibatkan dari jumlah penduduk
yang terus meningkat namun tidak disertai dengan laju pertumbuhan lapangan
kerja. Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran sesuatu
masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masayarat mencapai
maksimum apabila tingkat pengangguran tenaga kerja penuh dapat diwujudkan.
Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat dan berimbas pada penurunan
tingkat kemakmuran yang mereka capai.3 Pengangguran ini diakibatkan dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan.

1
Sudrajad, Kiat Mengataskan Pengangguran Dan Kemiskinan Melalui Wirausaha,( jakarta: PT
bumi aksara, 2012),Hlm. 3
2
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013),
Hlm. 13
3
Ibid, Hlm. 14
Dalam meningkatkan perekonomian saat ini, pemerintah pusat maupun
daerah tidak hanya mengandalankan peran perusahaan besar tapi juga dengan
mengajak masyarakat sekitar untuk membuka Usaha Kecil Menegah. Sementara
itu keberadaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia disadari merupakan
salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, sektor
UKM juga berperan penting dalam menyerap tenaga kerja karena sifatnya yang
padat karya. UKM dapat dijadikan alternatif lain bagi masyarakat untuk bekerja
yang lebih baik.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada


penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya
manusia, kelembagaan, dan sumber fisik secara lokal (daerah). Tujuan pokok
dalam usaha membangun usaha ekonomi daerah yaitu meningkatkan jenis dan
jumlah peluang kerja bagi masyarakat daerah.

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, beberapa sektor


diantaranya adalah pertanian tanaman pangan holtikultura, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutatan. Pemabangunan peternakan memiliki fungsi
dan peran yang sangat strategis selain untuk meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup peternak juga bertujuan untuk pemenuhan dan peningkatan gizi masyarakat
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani, penyedia lapangan kerja
dan pengembangan potensi wilayah. Oleh karena itu, peranan subsektor
peternakan harus dapat dimanfaatkan secara optimal.

Beberapa alasan kenapa peluang bisnis dalam mengembangkan sektor


peternakan juga penting: 1) jumlah penduduk indonesia yang mencapai 264 juta
2) kondisi geografis dan sumberdaya alam yang mendukung usaha dan industri
peternakan 3) banyaknya potensi usaha sektor peternakan 4) munculnya inovasi
bisnis yang memanfaatkan sektor peternakan 5) jika pemulihan ekonomi berjalan
dengan baik maka akan meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian akan
meningkatkan daya beli masyarakat.
Untuk memanfaatkan berbagai peluang diatas, maka diperlukan berbagai
keunggulan kompetitif dari sebuah usaha. Pengembangan usaha mikro atau UKM
adalah salah satu cara yang dapat diterapkan guna pemanfaatan sektor
peternakan. Penggunaan modal yang relaitif kecil merupakan faktor utama dalam
mendirikan usaha mikro sektor peternakan. Akan tetapi pengembangan usaha
mikro bukanlah pekerjaan yang mudah yang hanya dilakukan oleh satu lembaga.
Usaha mikro juga membutuhkan peranan fungsi atau lembaga pemerintah lainnya.
Peranan pemerintahan pusat dan daerah yang juga penting bagi usaha mikro,
khususnya dalam mendukung kemudahan peromdalan, pelatihan, dan pemasaran.
Upaya peningkatan kemampuan dalam pengolahan usaha subsektor
peternakan ini, berkaitan dengan usaha agroindustri. Agroindustri merupakan
usaha penanganan pasca panen melalui pengolahan produk-produk bahan mentah
hasil peternakan menjadi produk olahan (bahan jadi), yang bertujuan untuk
menganekaragamkan bentuk, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
olahan peternakan. Salah satu pengembangan usaha mikro adalah pembuatan telur
asin.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan provinsi Jawa Timur bahwa
populasi peternakan unggas di Kabupaten Kediri per tahunnya bisa dilihat sebagai
berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Populasi Peternakan Unggas di Kabupaten Kediri

Tahun 2014 – 2017

Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun


No Ternak 2014 2015 2016 2017
Ayam
1 Buras 1.281.061 1.297.715 1.311.990 1.333.712
Ayam
2 Petelur 8.536.195 8.595.948 8.096.260 7.974.816
Ayam
3 Pedaging 8.111.697 10.896.810 11.047.103 11.280.929
4 Itik 185.907 187.952 234.440 239.128
5 Entok 58.448 59.032 54.995 55.545
Sumber: http://disnak.jatimprov.go.id

Berdasarkan tabel data yang ditunjukkan diatas bahwa Kabupaten


Kediri memiliki cukup banyak produksi peternakan unggas dimana salah satunya
adalah itik dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Artinya bahwa potensi
peternakan unggas itik di Kabupaten Kediri juga mampu memberikan peluang
lapangan pekerjaan.

Sedangkan untuk data jumlah produksi telur di Kabupaten Kediri


adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Produksi Telur di Kabupaten Kediri 2014 – 2017

Produksi Tahun Tahun Tahun Tahun


No Telur (Kg) 2014 2015 2016 2017
Ayam
1 Buras 412.395 472.198 752.426 764.884
Ayam
2 Petelur 51.250.009 50.930.887 82.096.076 80.864.630
3 Itik 823.926 840.365 1.397.288 1.715.860
4 Entok 223.613 106.922 80.540 33.327
Sumber: http://disnak.jatimprov.go.id

Berdasarkan tabel data yang ditunjukkan diatas bahwa Kabupaten


Kediri memiliki cukup banyak produksi telur unggas yang salah satunya adalah
telur itik dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Selain data Populasi Peternakan Unggas dan Produksi Telur, Dinas


peternakan Jawa Timur memiliki data Potensial untuk peternakan itik sebagai
berikut:
Tabel 1.3

Peta Potensi Untuk Peternakan Itik di Provinsi Jawa Timur

Sumber: http://disnak.jatimprov.go.id

Apabila dilihat dari peta potensi peternakan itik di Jawa Timur,


Peternakan itik di Kabupaten Kediri merupakan potensi yang masuk dalam
kategori unggulan dan potensial. Sehingga peternakan itik di Kabupaten Kediri
memiliki daya saing dengan daerah-daerah lainnya.

Usaha telur asin merupakan suatu usaha produktif di sektor peternakan


baik untuk mata pencaharian utama maupun usaha sampingan. Sebagai salah satu
usaha ekonomi, maka usaha telur asin dikategorikan ke dalam usaha industri kecil
atau usaha yang bersekala kecil. Keberadaan suatu industri di suatu wilayah tentu
akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja dari
masyarakat sekitarnya. Peluang usaha untuk pembudidayaan bebek petelur dan
kemudian dimaksimalkan menjadi industri telur asin sangatlah potensial.

Keterampilan produksi telur asin bisa dilatihkan karena tidak terlalu sulit
untuk dipelajari dan dilakukan. Peralatan untuk produksi telur asin sangat
sederhana, tidak membutuhkan tempat khusus, serta bahan yang diperlukan
mudah didapat di sekitar. Kegiatan produksi telur asin bisa memanfaatkan waktu
luang, dan dapat dilakukan kapan saja.

Didalam dunia usaha, sebuah strategi tentu diperlukan guna


mempertahankan bisnisnya. Dimana strategi tersebut digunakan untuk
meminimalisir berbagai permasalahan dan resiko yang akan terjadi pada sebuah
usaha yang dijalankan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah cara atau metode guna
mentapkan perencanaan strategi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan
ancaman(threats) yang biasa disebut dengan analisis SWOT. Dengan analisis
SWOT ini nantinya sebuah usaha dapat menjalankan usahnya secara sistematis
sehingga dapat membantu penyusunan suatu rencana yang matang untuk
mencapai tujuan, baik tujuang yang bersifat jangka panjang atau jangka pendek.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur
Asin Di Desa Kranding Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri” sebagai tugas akhir
untuk mendapat gelar sarjana di Institut Agama Islam Tulungagung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities) dan ancaman(threats) usaha telur asin di desa kranding
kecamatan mojo kabupaten kediri ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities) dan ancaman(threats) usaha telur asin di desa
kranding kecamatan mojo kabupaten kediri.
D. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari judul yang diangkat oleh peneliti, identifikasi dalam penelitian ini
adalah untuk menghindari pembahasan yang meluas serta
kesalahpahaman, dan juga agar dalam penelitian ini bisa lebih fokus dan
mendalam, maka dalam penelitian ini diberikan batasan-batasan masalah,
diantaranya:
1. Penelitian ini dilakukan pada usaha telur asin di Desa Kranding
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
2. Penelitian ini berfokus pada kekuatan (strength), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman(threats) usaha
telur asin di desa kranding kecamatan mojo kabupaten kediri.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan serta referensi bagi peneliti selanjutnya di
bidang ekonomi konvensional maupun Syariah.
b. Untuk menambah daftar kepustakaan bagi perpustakaan IAIN
Tulungagung
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan bahan masukan bagi pemerintah daerah, khususnya
dinas peternakan, dinas UMKM dan lembaga lain yang terkait.
b. Dijadikan bahan masukan untuk pegiat usaha telur asin dalam
menyelesaikan permasalahannya.
F. Penegasan Istilah
1. Secara Konseptual
a. Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari
kaitannya dan tafsir maknanya.4
b. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa

4
Makinudin, Tri Hadiyanto Sesongko, “Analisis Sosial: Bersaksi dalam Advokasi Irigasi”,
(Bandung: Yayasan AKATIGA, 2006), hal.40
depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa
yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.5
c. Analisis SWOT adalah kekuatan (strength), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman(threats) atau
alat untuk mencocokkan yang dianggap penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-
peluang/strength-opportunities), WO (kelemahan-peluang/
weaknesses- opportunities), ST (kekuatan-ancaman/strength-
threats), WT (kelemahan-ancaman/ weaknesses-threats).6
d. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2008.7
e. Telur Asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar
telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam
berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur
yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup
kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik
dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari).8
2. Secara Operasional
Dalam prakteknya atau secara operasional, dalam penelitian ini peneliti
ingin menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui bagaimana perkembangan
dan strategi yang cocok dan dapat diterapkan dalam pengembangan usaha telur
asin. Dengan mengaitkan empat faktor utama yaitu kekuatan (strength) yang
dapat digunakan dalam mengatasi kelemahan (weaknesses) dan mengidentifikasi
peluang (opportunities) guna menghadapi ancaman(threats) kedepan.

5
Husein Umar, “Strategic Management in Action”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001),
hal.31
6
Fred R. David, “Manajemen Strategis: Konsep”, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal.284
7
Thamrin Abduh, “Strategis Internasionalisasi UMKM”, (Makasar: CV Sah Media, 2017), hal.21
8
Yanti Aprilda, Sri Ipnuwati, “Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemasaran Usaha Mikro Telur
Asin Menggunakan Metode AHP”, (Lampung: STMIK Pringsewu), hal. 616
G. Landasan Teori
1. pengertian kewirausahaan

kewirausahaan berasal dari kata wirausaha yang diberi awalan ke- dan
diberi akhiran -an yang mempunyai sifat membuat kata benda wirausaha menjadi
memiliki pengertian abstrak, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan wirausaha.
Wira mempunyai arti berani dan usaha mempunyai arti sebagai kegiatan bisnis
yang komersial maupun non bisnis dan nonkomersial. Maka secara harfiah,
kewirausahaan dapat dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
kebenaran seseorang untuk menjalankan suatu kegiatan bisnis atau non bisnis
(mandiri).9

Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan,


dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup (usaha).
Kewirausahaan merupakan ilmu yang memiliki objek kemampuan menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam bidang tertentu seperti perdagangan dan
jasa, kewirausahaan dijadikan kompetensi inti guna meningkatkan kemampuan
bersaing, perubahan, inovasi, pertumbuhan dan daya tahan usaha, perusahaan.
Kewirausahaan dapat digunakan untuk kiat bisnis jangka pendek dan jangka
panjang sebagai ikat kehidupan secara umum.10

Para ahli manajemen dan peneliti mendefinisikan wirausahawan secara


berbeda-beda. Ada yang memandang bahwa seorang wirausaha adalah orang atau
kelompok yang menciptakan usaha baru. Seorang wirausahawan adalah pencipta,
pemilik dan pemimpin eksekutif perusahaan. Pendapat lain mengungkapkan
wirausahawan adalah orang yang menciptakan usaha untuk mendapatkan laba dan
terus berkembang yang lebih menekankan risiko keuangan sebagai karakteristik
kunci dalam mengambil keputusan. Seorang wirausaha adalah seorang yang
menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan dirinya

9
Siti Nurhasanah, “Semua Orang Bisa Sukses Berwirausaha”, (Surakarta: PT Era Pustaka
Utamma, 2008), hal. 2
10
R. Heru Kristanto HC, “Kewirausahaan Enterpreneurship Pendekatan Manajemn dan Praktik”,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 1
dengan orang lain, memiliki manfaat untuk dirinya dan orang lain, karyanya
dibangun berkelanjutan dan dilembagakan.11

2. Karakteristik Kewirausahaan

Wirausahawan yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan


inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki
karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan
pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri
wirausahawan sebagai berikut:12

a. Desire for responsibility


Wirausaha yang unggul merasa bertanggung jawab secara pribadi atas
hasil usaha yang dilakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan
sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk
mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang
haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan.
Kemampuan untuk menanggung resiko usaha seperti: risiko keuangan,
risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu
meminimalkan risiko.
b. Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan
dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan,
pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal.
Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik
dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hal yang
biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan suatu ciri
khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan
dalam jangka panjang.

11
Ibid. hal. 2
12
Ibid. hal. 7-11
c. Vision
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas
kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-
cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wirausaha akan
menerjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja
yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang
berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga kecenderungan untuk gagal sangat
tinggi.
d. Tolerance for failure
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan baik waktu,
biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi
kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang
cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan
kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.
e. Internal focus of control
Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang
dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya
sendiri.
Kerasnya tekanan hidup, persaingan bisnis, perubahan yang begitu cepat
dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan kejiwaan baik mental,
maupun moral dalam kehidupan keseharian. Wirausaha yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis
yang semakin komplek.
f. Continuous improvement
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, menganggap pengalaman
sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus menerus.
Pengusaha selalu mencari hal-hal baru yang akan memberikan manfaat
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki
tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan
membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.
g. Preference for moderate risk
Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas
risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi risiko dapat digolongkan ke
dalam 3 macam sifat mengambil risiko, yaitu risk seeking (orang yang
suka dengan resiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka
mengambil resiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka
menghindari risiko). Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki
kemampuan untuk memilih resiko yang moderat/sedang, dimana ketika
mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini
sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan
ditanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat
pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan.
h. Confidence in their ability to success
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas
kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi
untuk melakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung
untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya
berdasarkan kenyataan. tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan
mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam
melakukan bisnis.
i. Desire for immediate feedback
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menurut
wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu
bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan
untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan.
Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir
cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan
untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas
prestasi secara terus menerus.
j. High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam
melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung.
Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding
kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong
wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet, tekun dan tidak
mudah putus asa.
k. Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu melihat
peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha
memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan
nanti, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin.
Wirausaha yang unggul selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa
depan guna meningkatkan kinerja usaha.
l. Skill ata organizing
Mmbangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi
sumberdaya yang memiliki berupa sumber-sumber ekonomi berwujud
maupun sumber ekonomi tak berwujud untuk mendapat manfaat
maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi baik
orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki
kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat
bertahan dan berkembang.
m. High commitment
Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar
berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha
membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-
citanya. Scarborough, mengungkapkan step/langkah terakhir seorang
wirausaha untuk meningkatkan kreativitas pendorong kewirausahaan
adalah “work, work, work,...”
n. Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha
untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila kita ingin
berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
merupakan modal besar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses.
Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti; kemampuan
menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan
berorganisasi dengan kolega mencerminkan kompetensi wirausaha yang
unggul.
3. Manfaat Kewirausahaan
Dengan melihat peranan yang diberikan oleh seorang wirausahawan, kita
dapat mengetahui manfaat yang diberikan kewirausahaan. Berikut ini beberapa
manfaat yang dapat diberikan seorang wirausahawan:13
a. Meningkatkan produktivitas
Produktivitas akan tercipta apabila seorang individu yang biasa-biasa
saja berubah menjadi seorang wirausahawan. Peningkatan
produktivitas dapat terjadi baik berupa barang maupun aktivitas.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pekerjaan.
Semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan keuntungan
wirausaha maka pendapatan didalam masyarakat akan naik sehingga
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Selain
itu, dengan semakin banyaknya masyarakat yang beralih menjadi
wirausahawan, maka lapangan pekerjaan pun semakin terbuka. Karena
semua usaha pada dasarnya dapat dijadikan sebagai ladang
berwiraswasta. Dengan terbuka luasnya lapangan pekerjaan maka
pengangguran pun akan semakin berkurang.
c. Menciptakan teknologi dan produk baru
Tidak menutup kemungkinan, dari pengusaha kecil kemudian
berkembang menjadi seorang pengusaha besar. Salah satu sifat yang

13
Siti Nurhasanah, “Semua Orang Bisa Sukses Berwirausaha”, (Surakarta: PT Era Pustaka
Utamma, 2008), hal. 9-10
dimiliki oleh seorang wirausahawan adalah tidak mau diam di satu
posisi, selama masih bisa berproduktif maka seorang wirausahawan
akan terus berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya motivasi tersebut, dapat terciptalah teknologi-
teknologi yang baru yang dapat mendukung aktivitas mereka. Dengan
mengikuti perkembangan zaman yang ada, produk-produk baru juga
bermunculan mengikuti kebutuhan masyarakat.
d. Membantu organisasi bisnis yang besar
Kebanyakan yang terjadi di dalam masyarakat, seorang wirausahawan
berasal dari seorang pengusaha kecil kemudian dengan kerja keras dan
sifat ulet yang dimiliki berkembang menjadi sebuah usaha yang besar.
Untuk memperoleh posisi seperti ini tidaklah mudah, karena seorang
wirausahawan harus berusaha dari nol terlebih dahulu. Dan apabila
sudah mencapai puncak harus dapat mengontrol agar tidak terjadi
penurunan maka kewirausahaan sangat diperlukan dalam hal
pengembangan organisasi bisnis ini.
4. Potensi Kekurangan Wirausaha

Disamping ada banyak manfaat orang melakukan kegiatan kewirausahaan.


Ada Pula kekurangan atau kelemahan menjadi seorang wirausahawan, seperti:14

a. Pendapatan yang tidak pasti


pada awal orang melakukan usaha membutuhkan perencanaan usaha yang
cukup matang. dalam pelaksanaannya akan memunculkan ketidakpastian
karena kondisi yang selalu berubah. Ketidakpastian kondisi yang selalu
berubah akan berakibat pada pendapatan atas usaha yang dilakukan.
Pendapatan yang tidak pasti akan selalu muncul pada kegiatan usaha
wirausahawan. Ada kalanya pendapatan cukup tinggi adakalanya pula
pendapatan menjadi rendah bahkan berkurang. Keahlian dalam mengelola
pendapatan yang tidak pasti sangat dibutuhkan oleh wirausaha.

14
Ibid. hal. 15-17
b. Risiko kehilangan seluruh investasi
Investasi wirausaha adakalanya tidak dipisahkan dengan harta pribadi
wirausaha. Pada kondisi normal hal tersebut tidak menjadi masalah. Tetapi
pada kondisi sulit dan merugi secara terus menerus dan kemampuan
likuiditas sangat rendah, wirausaha dimungkinkan melakukan likuidasi
yang berakibat akan kehilangan sebagian bahkan seluruh investasi.
c. Kerja lama dan kerja keras
wirausaha dalam melakukan bisnis berhubungan dengan lingkungan intern
dan lingkungan umum yang selalu berubah dengan cepat. Dibutuhkan
kerja keras dan waktu yang cukup lama untuk mampu berkembang dan
unggul. Jika wirausaha sudah benar-benar menjadi bagian dari hidupnya
ada kalanya waktu untuk keluarga menjadi berkurang.
d. Mutu hidup yang rendah sampai bisnis mapan
Pada masa awal orang melakukan bisnis, terkondisikan oleh pengalaman
yang belum cukup, kemampuan mengelola keuangan yang kurang baik
membuat wirausaha harus berhemat, mengencangkan ikat pinggang.
Kebutuhan untuk likuiditas dan investasi pada umumnya tinggi sehingga
pendapatan ditekan untuk kegiatan usaha, sehingga mutu hidup menjadi
rendah. Kehidupan akan menjadi baik ketika terjadi perkembangan usaha
sehingga ada sisa pendapatan untuk menaikkan mutu hidup sampai pada
kehidupan yang mapan.
e. Ketegangan mental yang tinggi
Wirausaha selalu memiliki kecenderungan untuk usahanya tidak berhasil
atau mengalami penurunan. Dengan resiko yang harus ditanggung sendiri
sebagai bagian dari risiko wirausaha, maka akan memiliki kecenderungan
mempengaruhi mental wirausaha. ada kalanya wirausaha memiliki
ketegangan mental yang cukup tinggi jika berhubungan dengan munculnya
resiko rugi maupun laba yang tinggi. Pengharapan untuk mendapatkan
laba yang tinggi dan kemungkinan rugi yang tinggi membuat ketegangan
mental.
f. Tanggung jawab penuh
Pengambilan keputusan dalam melakukan kegiatan usaha, transaksi dan
kegiatan operasional setiap hari menjadi tanggung jawab wirausaha
sendiri. keberhasilan da. kegagalan usaha menjadi tanggung jawab penuh
wirausaha.
5. Fungsi Kewirausahaan

Kewirausahaan berhubungan usaha manusia meningkatkan nilai


kehidupan, menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Kewirausahaan memiliki arti penting bagi individu (mikro) dan
kehidupan masyarakat. Secara mikro fungsi kewirausahaan dapat berfungsi
sebagai planner dan inovator. Planner atau perencanaan yang baik adalah
akumulasi dari pengalaman dan pendidikan wirausaha selama menjalankan
kegiatan usaha yang selalu berubah. Pengalam selama beberapa waktu membuat
wirausaha memiliki kemampuan untuk merencanakan segala aktivitas bisnis
dengan lebih baik, terstruktur, sistematis dan terukur. Fungsi inovator atau
keinovasian adalah kemampuan wirausaha untuk melakukan perubahan terus
menerus terhadap aktivitas bisnis sesuai kemajuan dan perkembangan zaman. sifat
inovasi muncul berdasarkan pengalaman selama beberapa waktu dari kemampuan
wirausaha melihat, mendengar, bertanya dan melakukan perubahan kehidupan
bisnis.

Fungsi secara makro berhubungan dengan peran kewirausahaan dalam


meningkatkan nilai kehidupan atau kemakmuran masyarakat, penggerak,
pengendali dan pemakai perkembangan ekonomi suatu bangsa. Bahkan
pemerintah melalui peraturan, kebijakan berusaha untuk meningkatkan
kewirausahaan untuk mempercepat kemakmuran bangsa. Program pemberdayaan
kewirausahaan telah dicanangkan sejak 1995 melalui inpres No. 4 yang
pelaksanaanya dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Tujuan program
diarahkan pada pertumbuhan pemahaman wirausaha untuk pembina, pertumbuhan
wirausaha baru dikalangan generasi muda dan anggota kelompok usaha,
percepatan, pengembangan serta pemantapan kewirausahaan di berbagai
kalangan, kelompok masyarakat termasuk bagi pengusaha kecil dan pengelola
koperasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pembudayaan kewirausahaan
bagi pembina dan serta pembudayaan kewirausahaan oleh instansi terkait.15

6. Manajemen Strategi

Manajemen strategi adalah sebagai analis, keputusan, dan aksi yang


dilakukan perusahaan atau oranisasi untuk menciptakan dan mempertahankan
keunggulan kompetitif. Definisi ini menggambarkan dua elemen uatama
manajemen strategis.16

a. Elemen pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan


dengan proses yang berjalan (ongoing processes): analisis, keputusan, dan
tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen
menganalisis sasaran strategis (visi, mis, tujuan) serta kondisi internal dan
eksternal yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus
menciptakan keputusan strategis. Keputusan ini harus mampu menjawab
dua pertanyaan utama, yakni industri apa yang digeluti perusahaan dan
bagaimana perusahaan harus bersaing di industri tersebut. Terakhir,
tindakan diambil untuk menjalankan keputusan tersebut. Tindakan yang
perlu dilakukan akan mendorong manajer untuk mengalokasikan sumber
daya dan merancang organisasi untuk mengubah rencana menjadi
kenyataan.
b. Elemen Kedua, manajemen strategis adalah studi tentang mengapa sebuah
perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainya. Manajer perlu
menentkan bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan
kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi juga sulit ditiru atau
dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama. Keunggulan
kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan
melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing, atau
melakukan aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda
15
Ibid. hal. 21-22
16
Eddy Yunus, “Manajemen Strategis”, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016), hal. 4-5
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen strategi

Benang merah yang selalu harus tampak daalm pembahasan tentang


manajemen strategi adalah bahwa manajemen puncak dalam suatu organisasi,
terutama organisasi bisnis yang harus mampu merumuskan dan menentukan
strategi organisasi sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu
mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan
perubahan yang diperlukan sehingga organisasi semakin meningkat efektivitas
dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi demikiam, para anggota
manajemen puncak harus menguasai teknik-teknik desain atau rancang bangun
sistem manajemen strategi yang tepat dan cocok bagi organisasi yang
dipimpinnya. Faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan antara lain:17

a. Tipe dan struktur organisasi

Setiap organisasi memiliki “kepribadian” yang khas. Tipe dan struktur


yang dipilih untuk digunakn harus dikaitkan dngan “kepribadian” dimaksud.
Secara tradisional, tipe dan struktur yang paling banyak digunakan adalah tipe
yang hierarkial atau piramidal. tipe demikian mungkin saja cocok untuk
organisasi besar, kompleks dan kultur organisasi membenarkan berlakunya “jarak
kekuasaan” dan oleh karena itu memerlukan berbagai “lapisan” kewenangan. tipe
demikian juga cocok apabila ingin ditonjolkan pembedaan penugasan antara
mereka yang melakukan tugas pokok dan mereka yang menyelenggarakan
berbagai kegiatan penunjang.

b. Gaya Manajerial

para teoritis dan praktisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya
manajerial dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks menekankan
beberapa hal. Pertama: kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang
situasional. Memang dikenal berbagai topologi kepemimpinan seperti tipe yang
otokratik, paternalistik, laisez faire, demokratik dan yang kharismatik. Teori

17
Sondag P. Siagian, “Manajemen Stratejik”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 23-26
kepemimpinan menekankan pula bahwa tidak ada satu tipe yang cocok dan dapat
diterapkan secara konsisten pada semua jenis oganisasi dan semua situasi. Berarti
gaya manajemen stratejik memerlukan cara membaca situasi organisasi yang tepat
di kalangan manjemen puncak. Kedua: gaya manajerial yang tepat ditentukan oleh
tingkat kedewasaan atau kematangan para anggota organisasi. Ketiga: peranan apa
yang diharapkan dimainkan oleh para manajer dalam organisasi. Hal tersebut
penting karena dalam perjalanan organisasi akan mengalami berbagai kondisi dan
setiap kondisi menuntut peranan tertentu.

c. Kompleksitas lingkungan eksternal


Merupakan kenyataan pula bawa setiap organisasi menghadapi kondisi
lingkunga yan berbeda-beda. Yang jelas lingkungan eksternal suatu organisasi
selau bergeak (sangat) dinamis. Gerakan yang sangat dinamis tersebut pasti
berpengaruh pada cara mengelola organisasi, termasuk dalam merumuskan dan
menetapkan strategi.
d. Kompleksitas Proses Produksi
Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori, yaitu
organisasi yang menghasilkan barang dan yang menghasilan jasa. Dalam
menyelenggarakan proses produksi, tidak perlu penting untuk membedakan
keduanya karena sama-sama memenuhi berbagai persyaratan seperti persyaratan
mutu, harga, manfaat, usia produk, pelayanan yang cepat dan akurat, kontinuitas
suplai dan jaminan pelayana jual. Disamping berbagai persyaratan tersebut
kompleksitas proses produksi yang turut berpengaru dalam manajemn stratejik
antara lain ialah:
a) apaka organisasi akan berpoduksi berdasarkan pendekatan padat karya
atau padat modal.
b) Apakah akanmengunakan teknologi canggih atau tidak.
c) Apakah masyarakat pengguna barang atau pemakai jasa sudah siap
menggunaka produk baru atau tidak.
d) Apakah organisasi memiliki keunggulan kompetitif atau tidak dan
sebagainya.
e. Hakikat permasalahan yang dihadapi
Pendekata dan teknik yang diunakan untuk memecakan masalah harus
berhasil mencabut akar permasalahan dan tidak sadar mengobati gejala-gejalanya
saja. Untuk maksud tersebut, misalnya, diperlukan kemampuan melakkan anlisis
informasi sedemikian rupa sehingga dari analisis yang dilakukan tampak berbagai
alternatif yang mungki ditempuh. Jika berbagai altenatif tersebut sudah dikenali
kekuatan dan kelemahannya diperlukan keberanian untuk meilih salah satu
diantaranya yang diangap merupaka opsi yang paling tepat.
8. Tahap-tahap dalam proses manajemen strategi
Dalam merumuskan dan menetapkan suatu strategi, berbagi tahap haruslah
dilalui. Harus diakui bahwa dikalangan para pakar manajemen, tdiak terdapat
kesepakatan “universal” mengenai jumlah tahap-tahap tersebut. Kesepakatan
universal yang ada ialah bahwa proses manajemn sratejik terdiri dari berbagai
tahap, antara lain:18
a. Perumusan misi organisasi (perusahan)
b. Penentuan profil organisasi
c. Analisis dan pilihan sratejik
d. Penetapan sasaran jangka panjang
e. Penetuan straegi induk
f. Penntuan strategi operasional
g. Penentuan sasaran jangka pendek
h. Perumusan kebijaksanaan
i. pelembagaan strategi
j. Penciptan sistem pengawasan
k. Penciptaan sistem penilaian
l. Penciptaan sistem umpan balik.

18
Ibid. hal. 30-31
9. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat). Analisis SWOT
merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor kekuatan dan
kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman ligkungan luar strategi yang
menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Perusahaan dapat
menentukan strategi setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk
mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus memperkecil
atau mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang
ada.19
Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisis SWOT
memungkinkan oragnisasi memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan organisasi. Dalam analisis
SWOT, informasi dikumpulkan dan dianalisis.20
Secara umum, tujuan perusahaan melakukan analisis lingkungan adalah
untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan. Lingkungan organisasi
ini adalah faktor-faktor yang berada diluar atau di dalam organisasi yang dapat
memengaruhi kemajuan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya. Dengan demikian, manajemen diharapkan dapat memberikan
reaksi yang sesuai dan proporsional untuk mencapai keunggulan bersaing yang
berkesinambungan.21

19
Arif Yusuf Hamali, “Pemahaman Strategi Bisnis dan Kewirausahaan”, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2016 ). Hal. 107.
20
Ibid. hal. 108
21
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, “Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya saing
Organisasi”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008 ). Hal. 32
Berikut adalah gambar diagram analisis SWOT:

Berbagai Peluang

3.Mendukung strategi 1. Mendukung strategi

Turn-around agresif

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

4.Mendukung strategi 2. Mendukung strategi

defensif diverisifikasi
Berbagai Ancaman

Penjelasan pada gambar diagram adalah sebagai berikut:

Kuadran I: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki


peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalm kondsi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (growth oriented strategi).

Kuadran II: perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal meskipun
menghadapi berbagai macam ancaman. Stratgei yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar)

Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang besar yang sangat besar, tapi dilain
pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi perusahan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebi baik.

Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu oleh Arnita Dian Nurapriliani dengan judul “Strategi
Membangun Sikap Berwirausaha (Studi pada Home Industry pembuatan Telur
Asin Di Kecamatan Brebes)” dengan tujuan untuk mengetahui proses inovasi,
proses pemicu, dan proses pelaksanaan serta faktor pendukung dan penghambat
pada usaha tersebut. Dalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian kualitatif,
sumber data diperoleh dari data primer/skunder dan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Persamaan dari penelitian ini adalah pada
jenis penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan
dari penelitian ini adalah objek yang diteliti.22

Penelitian terdahulu oleh Khayu Septiyani, Dyah Mardiningsih, Bambang


dan Trisetyo Eddy dengan judul “Analisis Pengembangan Usaha Tingkat
Anggota Kelompok Tani Ternak Itik Di Gapoktan Purwadiwangsa Kelurahan
Pesurungan Lor Kecamatan Margadana Kota Tegal” dengan tujuan untuk
mengetahui kelemahan (Weaknesses), kekuatan (Strengths), ancaman (Threats)
dan peluang (Opportunities) pada usaha tingkat peternak KTTI Purwadiwangsa.
Dalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif, sumber data diperoleh dari data primer/skunder dan pengumpulan data
melalui wawancara serta observasi. Persamaan dari penelitian ini adalah pada
jenis penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan
dari penelitian ini adalah objek yang diteliti.23

Penelitian terdahulu oleh S. N. Utami, S. K. Sita dengan judul “Peran


Komunikasi Penyuluh Lapangan dalam Pembangunan Agribisnis Ternak Itik di
Kabupaten Brebes” dengan tjuan untuk mengetahui peran penyuluh lapangan
dalam rangka pengembangan agribisnis ternak itik di Kabupaten Brebes. Dalam
penelitiannya menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif, sumber data

22
Arnita Dian Nurapriliani, “Strategi Membangun Sikap Berwirausaha (Studi pada Home
Industry pembuatan Telur Asin Di Kecamatan Brebes)”, (Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2014 ).
23
Khayu Septiyani, Dyah Mardiningsih, Bambang dan Trisetyo Eddy, “Analisis Pengembangan
Usaha Tingkat Anggota Kelompok Tani Ternak Itik Di Gapoktan Purwadiwangsa Kelurahan
Pesurungan Lor Kecamatan Margadana Kota Tegal”, (Semarang:Universitas Diponegoro, 2012 ).
diperoleh dari data primer/skunder dan pengumpulan data melalui wawancara,
observasi dan studi pustaka. Persamaan dari penelitian ini adalah pada jenis
penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini adalah objek yang diteliti.24

Penelitian terdahulu oleh Musa Hubeis dengan judul “Stategi


Pengemangan UMKM Pangan Yang berdaya saing Di indonesia” dengan tujuan
untuk mengidentifikasi potensi dan karakteristik UMKM pangan, menganalisis
faktor intenal dan eksternal, dan merumuskan strategi pengembangan UMKM
berdaya saing khususnya di Kota Bandung, Surabaya dan Palembang. Dalam
penelitiannya menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif, sumber data
diperoleh dari data primer dan pengumpulan data melalui wawancara serta
observasi. Persamaan dari penelitian ini adalah pada jenis penelitian, sumber data
dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah
objek yang diteliti.25

Penelitian terdahulu oleh Putri Pangestika dengan judul “Strategi


Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan
Dukungan Kucuran Kredit (Studi Kasus: UMKM Kabupaten XYZ) ” dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja UMKM setelah medapat kucuran
kredit, mengtahui alternatif perencanaan strategi yang tepat dalam pengembangan
UMKM, dan mengetahui proiritas strategi pengembangan UMKM di Kabupaten
XYZ. Dalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif,
sumber data diperoleh dari data primer dan pengumpulan data melalui wawancara
serta observasi. Persamaan dari penelitian ini adalah pada jenis penelitian, sumber
data dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini
adalah objek yang diteliti.26

24
S. N. Utami, S. K. Sita, “Peran Komunikasi Penyuluh Lapangan dalam Pembangunan
Agribisnis Ternak Itik di Kabupaten Brebes”, (Brebes: Universitas Muhadi Setiabudi, 2018 ).
25
Musa Hubeis, “Stategi Pengemangan UMKM Pangan Yang berdaya saing Di indonesia”,
(Bandung: Institut Pertanian Bandung, 2015 ).
26
Putri Pangestika, Strategi Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dengan Dukungan Kucuran Kredit (Studi Kasus: UMKM Kabupaten XYZ)”, (Malang: Universitas
Brawijaya, 2016 ).
I. Kerangka Berfikir

Opportunitiess

Weaknesses Usaha Telur Strengthts


Asin

Threats

J. Metode Penelitian
1. Pendekatan an Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunaka adalah metode
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti
dengan cara deskripsi dalam entuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.27 Sedangkan jenis penelitian yang diguakan dalam penelitiani ni
adalah jenis survey. Penelitian suvey merupakan penelitia yang dilakukan
pada poplasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel.28
2. Lokasi penelitian

27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hal. 6
28
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam Konsep dan Penerapan, (Jakarta: Alim’s
Publishing, 2017), hal.11
Lokasi dalam penelitian ini yang dipilih oleh peneliti adalah rumah
pengusaha telur asin di Desa Kranding Kecamatan Mojo Kabupaten
Kediri, dan juga akan dilibatkan pembeli sebagai tambahan objek
penelitian. Lokasi penelitian adalah tempat dimana proses study yang
digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian
berlangsung.29
3. Kehadiran Penelitian
Didalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama atau
peneliti yang memiliki banyak peran dalam pengumpulan data dan
informasi pada awal penelitian sampai akhir penelitian. Kehadiran peneliti
di lapangan merupakan suatu keharusan, karena peneliti bertindak sebagai
instrumen penelitian sekaligus pengumpul data. Sehingga setiap
melakukan suatu penelitian sangat dianjurkan bagi seorang peneliti sendiri
atau bantuan dari orang lain untuk hadir di lapangan untuk melakukan
observasi langsung demi kelancaran penelitian.
4. Data dan Sumber Data
Data dan smber data yang digunkan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif. Dimana data kualiatif merupakan data yang bukan berupa
angka-angka. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk informasi
yang merupakan interpretasi dari hasil wawancara baik secara lisan
maupun secara tulisan. Adapun jenis-jenis sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah sumber data yang diperleh langsung
dilapangan penelitian melalui observasi, wawancara atau
kuesioner. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari
informan. Informan merupakan orang yang berpengaruh dalam
proses perolehan data yang akan dilakukan dalam penelitian.
b. Sumber Sekunder adalah data yan diperoleh dari tangan kedua
berupa artikel ilmiah, arsip, laporan, buku, majalah, catatan pulic

29
Sukardi, “Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya”, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hlm. 53
atau gambaran-gambaran. Sedangkan daata sekunder dalam
penelitian ini berasal dari catatan laporan, informasi umum
perusahaan yang bisa digunakan sebagai sumber informasi
pendukung.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat diartian sebagai cara atau metode
yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dengan sebenar-
benarnya yang nantinya akan sangat bergunaterhadap hasil penelitian yang
dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan metode apa yang
akan digunakan untuk mengumpulka sebuah data yang akan dijadikan
objek penelitian untuk memprermudah tahapan penelitan, maka peneliti
menetapkan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupaka teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
satu obyek atau subyek kemudian dicatat secara sisematik mengenai
gejala-gejala yang diselidiki.30 Didalam penelitian jenis teknik
observasi ada beberapa cara yang dapat diakukan, yaitu: obserasi
partisispan, observasi sistematikdan obsevasi eksperimental.31 Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis teknik obserasi
partisipan, yaitu suatu metode dimana peneliti mengambil bagian
dalam kegiatan sehari-hari seseorang dengan mengadakan interaksi
dari sekelompok orang sebagai salah satu pembelajaran. Disisni
peneliti akan mengutamaan teknik observasi dengan datang langsung
ke rumah objek yang akan diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakuan dengan
tatap muka secara langsung antara pewawancara dengan narasumber
dimana pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus

30
Ibid. hal. 90
31
Ibid. hal. 92-93
dijawab secara lisan oleh narasumber.32 Dalam melakukan penelitian
dengan teknik wanwancara, terdapat 2 jenis wawancara yang dapat
dilakukan, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur. Disini peneliti memilih untuk menggunakan jenis
wawancara terstruktur. Dengan wawancara terstruktur peneliti sudah
mengetahui secara pasti informasi yang akan diperoleh dari hasil
wawancara, artinya peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang akan digunakan sebagi indikator untuk mendapat
informasi yang dibutuhkan.
3. Dokmentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode dalam penelitian yang
mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat
kabar, majalah, prasasti dan masih banyak benda-benda mati yang
dapat dijadikan sumber data.33 Dokumentasi ini digunakan hanya
sebagai pelengkap atas hasil observasi dan wawancara.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah metode
analisis SWOT. Analisis SWOT adalah mengevaluasi antara faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan).
Selanjutnya akan dilakukan analisis faktor internal dan eksternal dengan
cara sebagai berikut:
1. Analisis Faktor Internal dan eksternal:
a. Faktor internal dimasukkan ke dalam matriks yang disebut matrik
faktor strategi internal atau juga disebut IFAS dengan melakukan
pemberian skor pada setiap variabel.
b. Faktor eksternal dimasukkan kedalam matriks yang disebut matrik
faktor strategi eksternal atau juga disebut EFAS dengan melakukan
pemberian skor pada setiap variabel.
32
Ibid. hal. 83
33
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta
,2010), hal. 274.
Setelah penentuan skor dari setiap vareabel dilakukan, maka akan
diketahui untuk jumlah total skor faktor internal dan skor faktor eksternal.
Dari jumlah total skor tersebut juga akan diketahui apakah keduanya yaitu
faktor internal dan eksternal dapat membuktikan bahwa keduanya
mempunyai nilai yang seimbang atau tidak untuk menyusun strategi
kedepannya. Setelah analisis diatas dilakukan maka langkah selanjutnya
yaitu menentukan strategi SWOT.

Faktor-faktor IFAS dan EFAS diatas merupakan gambaran secara


umum yang dapat peneliti peroleh dengan melakukan penelitian yang akan
disesuaikan dengan keadaan obyek tempat/lapangan perusahaan
(organisasi) dimana penelitian tersebut dilakukan. Untuk memberikan
bobot skor pada masing-masing faktor internal dan faktor eksternal adalah
sebagai berikut:

1. Faktor Internal
Skor 4 : Apabila keadaan internal perusahaan sangat berpeluang
Skor 0 : Apabila keadaan internal perusahaan sangat netral
Skor -4: Apabila keadaan internal perusahaan sangat lemah
2. Faktor Eksternal
3. Skor 4 : Apabila keadaan internal perusahaan sangat kuat
4. Skor 0 : Apabila keadaan internal perusahaan sangat netral
5. Skor -4: Apabila keadaan internal perusahaan sangat mengancam

Dalam penentuan bobot faktor berdasarkan pengaruh faktor


terhadap posisi strategis perusahaan dengan skala 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting) dan semua bobot tersebut jumlahnya tidak
melebihi skor total 1,00. Bobot dan rating ditentukan berdasarkan pada
isian kuesioner dimana acuan bobot dan rating tersebut adalah:34

Bobot Keterangan

34
Husein Umar, “Strategic Management In Action”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2001), hal. 250.
0,20 Sangat kuat

0,15 Diatas rata-rata

0,10 Rata-rata

0,05 Dibawah Rata-rata

Rating Keterangan

4 Major strength

3 Mninor strength

2 Major weakness

1 Minor weakness

Dari pembobotan diatas setiap angka memiliki arti masing-masing


mulai dari 0,05 yang berarti bahwa pengaruh akan kebijakan atau faktor
yang akandiambil memiliki pengaruh yang sedikit (dibawah rata-rata) dan
begitu seterusnya. Sedangkan pemberian rating dimana untuk rating 3-4
memiliki pengaruh positif dan rating 1-2 memiliki pengaruh negatif.
Semakin besar rating maka semakin besar pula pengaruh faktor terhadap
perusahaan.

2. Matriks SWOT

Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor Eksternal
Opprtunities (O) SO WO
Ancaman (T) ST WT

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada empat strategi yang bisa
dikembangkan:
a) Strategi SO
Strategi yang memanfaatkan kekuatan agar peluang yang ada bisa
dimanfaatkan.
b) Startegi WO
Strategi yang mencoba meminimalkan kelemahan atau memperbaiki
kelemahan dalam rangka mencoba meraih peluang yang ada.
c) Strategi ST
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mencoba mengatasi atau
memperkecil ancaman yang dihadapi.
d) Strategi WT
Strategi yang mencoba meminimalkan atau mengurangi kelemahan
dalam rangka mencegah ancaman yang harus dihadapi.

3. Diagram Analisis SWOT


Setelah dilakukan analisis dan diketahui faktor-faktor internal (IFAS)
dan eksternal (EFAS) dan juga skor bobot dan rating yang diperoleh
(hasil perkalian bobot dan rating), selanjutnya akan dimasukkan dalam
diagram analisis SWOT sebagai berikut.

Diagram Analisis SWOT

Berbagai Peluang

Sel 3: Mendukung strategi Sel 1: mendukung strategi agresif

Putar balik

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

Sel 4: Mendukung strategi Sel 2: Mendukung strategi

defensif diversifikasi
Berbagai Ancaman
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Setiap hasil penelitian harus memiliki data yang valid, dimana
kevalidan dalam penelitian dapat dinyatakan keabsahannya melalui
sebuah uji. Untuk mengecek keabsahannya Peneliti juga
menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
perpanjangan pengamatan, trianggulasi, peningkatan ketekunan diskusi
dengan teman- teman yang lain, analisis kasus negatif dan member
chek. Kemudian dapat dilakukan pengauditan dari awal hingga akhir
dengan tujuan agar data yang diperoleh benar-benar data yang real dan
valid. Setiap data yang valid akan menjadikan data reliabel.

8. Tahapan-Tahapan Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti melakukan:

a. Penentuan Masalah

b. Latar Belakang Masalah


c. Perumusan Masalah

d. Telaah Kepustakaan

e. Kegunaan Penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan terdapat 4 kegiatan yang harus dilakukan

a. Pengumpulan Data

b. Pengelolahan Data

c. Analisis Data
d. Penafsiran Hasil Analisis

3. Tahap Penulisan Laporan Penelitian

Dalam tahap ini peneliti perlu memahami situsiasi, yaitu tentang


bagaimana golongan pembaca laporan itu sendiri. Dengan penyajian
bentuk dan isi laporan harus sesuai dan mudah dipahami, dengan
kalimat yang sopan maupun dengan catatan kaki.
Daftar Pustaka

Sudrajad. Kiat Mengataskan Pengangguran Dan Kemiskinan Melalui Wirausaha.


Jakarta: PT bumi aksara, 2012.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013.
Makinudin, Hadiyanto Sesongko, Tri. Analisis Sosial: Bersaksi dalam Advokasi
Irigasi. Bandung: Yayasan Akatiga, 2006.

Umar, Husein. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama, 2001.

R. David, Fred. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: Salemba Empat, 2006.


Abduh, Thamrin. Strategis Internasionalisasi UMKM. Makasar: CV Sah Media,
2017.
Aprilda, Yanti dan Ipnuwati, Sri. Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemasaran
Usaha Mikro Telur Asin Menggunakan Metode AHP. Lampung: STMIK
Pringsewu.
Nurhasanah, Siti. Semua Orang Bisa Sukses Berwirausaha”. Surakarta: PT Era
Pustaka Utamma, 2008.
Heru Kristanto HC, R. “Kewirausahaan Enterpreneurship Pendekatan Manajemn
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Yunus, Eddy. Manajemen Strategis. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016.


P. Siagian, Sondag . Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012

Yusuf Hamali, Arif. Pemahaman Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. Jakarta:


Prenada Media Group, 2016.
Hubeis, Musa dan Najib, Mukhamad. Manajemen Strategik dalam
Pengembangan Daya saing Organisasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008 .
Dian Nurapriliani, Arnita. Strategi Membangun Sikap Berwirausaha (Studi pada
Home Industry pembuatan Telur Asin Di Kecamatan Brebes). Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2014.
Septiyani, Khayu dan Mardiningsih, Dyah , dkk. Analisis Pengembangan Usaha
Tingkat Anggota Kelompok Tani Ternak Itik Di Gapoktan Purwadiwangsa
Kelurahan Pesurungan Lor Kecamatan Margadana Kota Tegal. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2012.
Utami, S. N. dan Sita, S. K. . Peran Komunikasi Penyuluh Lapangan dalam
Pembangunan Agribisnis Ternak Itik di Kabupaten Brebes. Brebes: Universitas
Muhadi Setiabudi, 2018.
Hubeis, Musa. Stategi Pengemangan UMKM Pangan Yang berdaya saing Di
indonesia. Bandung: Institut Pertanian Bandung, 2015.
Pangestika, Putri . Strategi Pengembangan Potensi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dengan Dukungan Kucuran Kredit (Studi Kasus: UMKM
Kabupaten XYZ). Malang: Universitas Brawijaya, 2016.
J. Moleong, Lexy . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Subagiyo, Rokhmat Metode Penelitian Ekonomi Islam Konsep dan Penerapan.
Jakarta: Alim’s Publishing, 2017.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta ,2010.

Anda mungkin juga menyukai