Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE) pada Program Studi Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Palopo
Diajukan Oleh:
TIARA
204030173
Pembimbing:
Dr. Ruslan Abdullah, S,EI., M.A.
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hortikultura adalah salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting
jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti buahbuahan, sayuran,
hortikultura yang paling banyak dihasilkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sayuran
memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia. Oleh
karena itu, pengembangan sayuran di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
dibudidayakan.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dibudidayakan di
Indonesia karena memiliki nilai gizi dan ekonomi yang tinggi. Hal ini membuatnya
menjadi komoditas yang diminati dalam dunia usaha dan pertanian (3,4,5). Data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi jamur tiram di Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020,
produksi mencapai 2.201 ton, kemudian meningkat menjadi 2.348 ton pada tahun
2021. Pada tahun 2022, produksi mencapai 2.729 ton, dan pada tahun 2023, angka
produksi jamur tiram mencapai 2.956 ton.1 Peningkatan ini menunjukkan potensi
besar dalam sektor budidaya jamur tiram di Indonesia . Provinsi Jawa Barat menjadi
pemimpin dalam produksi jamur tiram di Indonesia. Ratarata produksi jamur tiram di
Jawa Barat mencapai 1.956 ton per tahun dalam periode 20202023. Provinsi ini
memiliki kondisi geografis dan iklim yang mendukung budidaya jamur tiram. Selain
Jawa Barat, provinsiprovinsi lain yang juga memiliki produksi jamur tiram yang
cukup besar meliputi Jawa Tengah, Bengkulu, dan Sumatera Barat. 2 Data ini
berbagai wilayah di Indonesia.3 Budidaya jamur tiram melibatkan empat fase utama,
yaitu fase pembuatan biakan murni, pembuatan biakan induk, pembibitan indukan,
dan fase produksi. Setiap fase membutuhkan perawatan dan pengelolaan yang tepat
keahlian dan pemahaman yang baik dalam setiap tahapnya untuk mencapai hasil yang
optimal.
Pasar jamur tiram di Indonesia memiliki potensi besar. Konsumsi jamur tiram
di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, tingkat konsumsi
jamur tiram mencapai 17.500 ton per tahun, dan pada tahun 2018, konsumsi per
1
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Hortikultura Indonesia 2023. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
2
Prasetyo, A., & Widiyanto, A. (2019). Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Usaha
Budidaya Jamur Tiram di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. Jurnal
Agro Ekonomi, 37(1), 1-16.
3
Kurniawan, A., & Wijayanti, R. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Desa Cibuntu Kecamatan Kertasemaya Kabupaten
Indramayu. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 10(2), 145-156.
kapita mencapai 0,18 kg per tahun. Data menunjukkan bahwa permintaan konsumen
terhadap jamur tiram terus meningkat. Namun, produksi dalam negeri saat ini hanya
mampu memenuhi sekitar 79% dari permintaan pasar, yang mengindikasikan adanya
peluang untuk peningkatan produksi dan penyediaan produk jamur tiram yang lebih
besar.4 Dengan berbagai data tersebut, dapat disimpulkan bahwa budidaya jamur
produksi dan efisiensi dalam manajemen budidaya, peluang bisnis di sektor ini
semakin besar. Peningkatan konsumsi jamur tiram di dalam negeri juga memberikan
peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan pasar dan memenuhi
serta mendukung pemerataan ekonomi di berbagai wilayah. Selain itu, sektor UMKM
juga memiliki potensi besar untuk mengembangkan berbagai jenis usaha yang sesuai
dengan kearifan lokal, sumber daya alam, dan kebutuhan masyarakat. Salah satu jenis
usaha yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan oleh UMKM adalah
budidaya jamur tiram. Jamur tiram dikenal karena kandungan gizi tinggi dan nilai
ekonominya yang signifikan di pasaran. Karena itu, jamur tiram telah menjadi pilihan
4
Nurhayati, N., & Suryani, E. (2018). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu-
Ilmu Agribisnis, 6(2), 157-163.
utama bagi banyak UMKM di Indonesia. Selain itu, jamur tiram memiliki potensi
untuk diolah menjadi berbagai produk olahan seperti keripik, nugget, bakso, sosis,
abon, dan masih banyak lagi. Permintaan pasar yang terus meningkat untuk
produkproduk jamur tiram menjadikannya sebagai peluang bisnis yang menarik, baik
Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara. Desa ini memiliki beragam keunggulan yang
mendukung budidaya jamur tiram ada 5 pengusaha jamur tiram yang ada didesa
tersebut. Kondisi geografis, iklim, dan tanah di desa ini memungkinkan untuk
budidaya jamur tiram yang berkualitas tinggi (1). Desa Rawamangun juga memiliki
sumber daya manusia yang cukup banyak dan berpotensi untuk menjadi pelaku usaha
jamur tiram (2). Selain itu, desa ini memiliki akses pasar yang baik, baik melalui jalur
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara masih belum optimal. Ada sejumlah
dan kreativitas dalam mengembangkan produk olahan jamur tiram (2,3,4). Desa
Selatan, Indonesia. Desa ini memiliki populasi yang cukup besar dan mayoritas
salah satu sektor utama dalam perekonomian desa ini, dan budidaya jamur tiram telah
budidaya jamur tiram di desa ini masih terbatas dan belum dioptimalkan.
B. Rumusan Masalah
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya budidaya jamur tiram terhadap kinerja UMKM
C. Tujuan Penelitian
tiram terhadap kinerja UMKM, penelitian ini dapat memberikan wawasan yang
akan membantu dalam penyebaran pengetahuan dan informasi yang berguna bagi
pelaku usaha, pemangku kepentingan, dan peneliti di bidang budidaya jamur tiram.
3. Rekomendasi Kebijakan: Hasil penelitian ini dapat memberikan dasar bagi pihak
4. Peningkatan Daya Saing: Analisis tentang peran inovasi produk dan pemasaran
dapat membantu UMKM dalam meningkatkan daya saing mereka di pasar lokal dan
Dengan demikian, skripsi ini memiliki tujuan yang bermanfaat dan relevan
untuk memahami dan meningkatkan budidaya jamur tiram dan peran UMKM dalam
KAJIAN TEORI
Berikut ini adalah empat penelitian terdahulu yang relevan dengan judul
Anda, yaitu “Analisis Budidaya Jamur Tiram terhadap UMKM di Desa Rawamangun
Kecamatan Sukamaju”:
1. Pribadi, U., Aji, J. S., & Hayati, K. (2023). Optimalisasi pemberdayaan UMKM
budidaya dan pengolahan jamur tiram dalam menjaga stabilitas ekonomi pasca
Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM budidaya dan pengolahan jamur tiram
di desa tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, namun masih
6
Pribadi, U., Aji, J. S., & Hayati, K. (2023). Optimalisasi pemberdayaan UMKM budidaya
dan pengolahan jamur tiram dalam menjaga stabilitas ekonomi pasca pandemi covid-19. Jurnal
ABDINUS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 7(1), 51-64.
beberapa strategi untuk mengatasi kendalakendala tersebut, seperti penyediaan
2. Hidayat, R., & Suryana, A. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur
Bandung Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia, 5(1), 114. Penelitian ini bertujuan untuk
analisis kelayakan usaha dengan pendekatan aspek finansial dan nonfinansial. Data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dari responden dan
sumber lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram
putih di desa tersebut layak untuk dilakukan dari segi finansial dan nonfinansial. Nilai
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR),
dan Payback Period (PP) menunjukkan hasil yang positif dan menguntungkan. Selain
itu, usaha budidaya jamur tiram putih juga memberikan dampak positif terhadap
7
Hidayat, R., & Suryana, A. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Jurnal
Agribisnis Indonesia, 5(1), 1-14.
yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya jamur tiram di Desa Karanganyar
yang disebarkan kepada 30 responden yang dipilih secara purposive sampling. Data
yang dianalisis adalah data tentang karakteristik responden, faktor internal dan
eksternal usaha budidaya jamur tiram, serta indikator keberhasilan usaha budidaya
jamur tiram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang berpengaruh
positif terhadap keberhasilan usaha budidaya jamur tiram adalah modal usaha, luas
lahan usaha, jumlah produksi, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan faktor eksternal
yang berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha budidaya jamur tiram adalah
4. Prasetyo, A., & Widiyanto, A. (2019). Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan
Kabupaten Demak. Jurnal Agro Ekonomi, 37(1), 116. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis potensi dan strategi pengembangan usaha budidaya jamur tiram di Desa
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder yang diperoleh dari responden dan sumber lainnya. Hasil
8
Kurniawan, A., & Wijayanti, R. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 10(2), 145-156.
penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram di desa tersebut memiliki
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, karena memiliki sumber daya alam,
manusia, dan modal yang memadai. Namun, usaha budidaya jamur tiram di desa
5. Studi Kelayakan Bisnis pada Perusahaan Pengolahan Limbah Plastik oleh taufik .
Artikel ini membahas tentang studi kelayakan bisnis pada perusahaan pengolahan
limbah plastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan bisnis pada
perusahaan pengolahan limbah plastik. Metode yang digunakan adalah studi literatur
dan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan pengolahan limbah
sebagai berikut:
tiram sebagai salah satu usaha yang memiliki potensi dan manfaat bagi UMKM.
lokasi penelitian, jenis jamur tiram yang dibudidayakan, tujuan penelitian, variabel
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, hasil penelitian, dan
rekomendasi penelitian.
B. Deskripsi Teori
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan analisis terhadap suatu rencana
usaha yang menyangkut berbagai aspek, termasuk aspek pemasaran, operasi, SDM,
yuridis, lingkungan, dan keuangan, sehingga diketahui rencana usaha tersebut layak
atau tidak layak bila dilaksanakan . Studi kelayakan bisnis juga dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan usaha
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak layak
suatu rencana dan operasional suatu bisnis tertentu dalam mencapai keuntungan
maksimal dalam waktu yang tidak ditentukan. Studi kelayakan yang diterapkan
secara benar dan konsisten akan menghasilkan laporan yang objektif, akurat, benar,
dan komprehensif tentang kelayakan suatu proyek atau bisnis yang akan didirikan,
terjadi .
antara lain:
operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh) dengan ide bisnis yang akan
dijalankan. Dalam aspek ini dampak bisnis bagi lingkungan juga dianalisis 1.
market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang
pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun
Budidaya Jamur Tiram, atau budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus),
adalah suatu praktik pertanian yang mengejar produksi jamur tiram dengan metode
yang berbasis pada pengetahuan botani dan mikrobiologi. Jamur tiram tumbuh dan
berkembang pada media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong
plastik yang dikenal dengan sebutan baglog. Pertumbuhan jamur tiram sangat
berkembang di bawah pohon berdaun lebar atau tanaman berkayu. Pemahaman yang
baik tentang budidaya jamur tiram sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal.
Menurut Triono (2012), beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam
a. Temperatur: Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada suhu sekitar 2930°C.
Namun, pertumbuhan juga masih mungkin terjadi pada suhu di bawah 29°C,
meskipun akan memerlukan waktu lebih lama. Untuk pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram, yang memiliki bentuk seperti cangkang tiram, suhu sekitar 2528°C selama 810
9
Aditya, Rial. 2017. Modul Tentang Jamur Tiram. Bandung Barat. CV. Ganesha Mycosoft.
10
Andoko, Agus dan Parjimo. 2013. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia.
b. Kelembaban: Kandungan air dalam substrat sangat memengaruhi pertumbuhan
dan bahkan dapat menghentikannya sama sekali, sementara kelebihan air dapat
yang tepat, melalui penyiraman yang sesuai, sangat penting. Jamur tumbuh baik
dalam keadaan lembab, tetapi tidak menyukai genangan air. Miselium jamur tiram
tumbuh optimal pada substrat yang memiliki kandungan air sekitar 60%, sementara
pertumbuhan tunas dan tubuh buah memerlukan kelembapan udara sekitar 7085%.
c. Derajat Keasaman (pH): Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH
media yang netral, yaitu antara pH 6,87,0. Nilai pH yang tepat penting untuk memicu
dataran tinggi, kirakira pada ketinggian 700800 meter di atas permukaan laut.
Namun, budidaya jamur tiram di daerah dataran rendah juga memungkinkan, dengan
syarat bahwa kondisi iklim dan penyimpanan dapat diatur untuk memenuhi
kebutuhan jamur.
2. Pembibitan
Bibit yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah bibit F2. Kualitas
bibit sangat menentukan kualitas dan produksi jamur tiram. Bibit jamur tiram yang
berkualitas akan menghasilkan produksi jamur yang baik pula. Induk bibit jamur
tiram dipilih dengan cermat, berdasarkan beberapa kriteria seperti spora yang belum
dilepaskan, pertumbuhan miselium yang cepat, produksi dalam satu rumpun yang
melimpah, dan warna yang cerah. Indukan ini ditanam di media tertentu, lalu
diturunkan menjadi bibit F1 dan F2 pada media berbahan dasar jagung. Bibit F2
lingkungan, proses pembibitan yang baik, dan penanganan yang tepat terhadap media
baglog sangat krusial untuk mencapai hasil yang optimal dalam produksi jamur tiram.
Budidaya jamur tiram memiliki potensi sebagai usaha ekonomi yang menjanjikan dan
gergaji. Bagianbagian besar dan tajam dari serbuk gergaji harus dibuang untuk
terdiri dari 80 kg serbuk gergaji, 18 kg dedak padi, 2 kg kapur, dan air hingga kadar
12
air mencapai 60%. Semua bahan tersebut kemudian dicampur hingga merata.
11
Andoko, Agus dan Parjimo. 2013. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia.
12
Aditya, Rial. 2017. Modul Tentang Jamur Tiram. Bandung Barat. CV. Ganesha Mycosoft.
dengan ukuran 20 x 35 cm dan ketebalan 0,3. Penting untuk memadatkan media ini
agar terbentuk baglog yang berkualitas. Media yang baik memiliki kepadatan yang
menggunakan cincin dan tutup baglog. Baglog yang telah jadi kemudian disubjek
sterilisasi dengan suhu mencapai 100°C. Setelah proses sterilisasi, baglog yang sudah
steril dibiarkan selama 8 jam atau hingga suhu baglog dingin di ruangan tertutup.
Setelah itu, baglog ini siap untuk dilakukan penanaman bibit jamur. Media yang
sudah ditanami bibit kemudian disimpan di atas rak dan dibiarkan hingga seluruh
media tertutup oleh miselium. Setelah miselium menutupi seluruh baglog, tutup kapas
dan cincin baglog yang berada di atas dibuka. Kelembaban lingkungan tetap dijaga
dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer agar jamur tiram dapat tumbuh
dengan baik.
4. Panen
Jamur tiram memiliki kualitas terbaik jika dipanen pada saat yang tepat.
Ciriciri jamur siap panen adalah sebagai berikut: tudung jamur belum mekar penuh
(ditandai dengan bagian tudung jamur yang masih utuh atau belum pecahpecah),
warna jamur belum pudar, teksturnya masih kokoh dan lentur, serta ukuran jamur
13
Andoko, Agus dan Parjimo. 2013. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia.
yang siap panen memiliki diameter ratarata antara 5 hingga 10 cm. Setiap baglog
biasanya dapat menghasilkan produksi jamur tiram sebanyak 400 gram. Produksi ini
dapat diperoleh mulai dari inokulasi hingga baglog tidak dapat dipanen lagi, biasanya
Budidaya jamur tiram telah menjadi salah satu usaha yang menjanjikan di
sebagai sumber pangan yang bergizi tinggi telah mendorong pertumbuhan industri
ini. Di samping itu, jamur tiram memiliki karakteristik yang memungkinkan UMKM
untuk terlibat dalam budidaya ini dengan modal yang terjangkau, memanfaatkan
Penting untuk memahami potensi ekonomi dari budidaya jamur tiram sebelum
yang signifikan. Nilai gizi tinggi, rasa yang lezat, dan kemampuan untuk diolah
menjadi berbagai produk olahan, seperti keripik, nugget, bakso, sosis, abon, dan
lainlain, menjadikan jamur tiram sangat menarik bagi konsumen. Potensi ekonomi ini
memotivasi UMKM untuk terlibat dalam produksi dan pengolahan jamur tiram.
14
Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam era globalisasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Permintaan pasar untuk jamur tiram di dalam maupun luar negeri cukup besar.
Konsumsi jamur tiram di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data
menunjukkan bahwa pada tahun 2015, tingkat konsumsi jamur tiram di Indonesia
mencapai 17.500 ton per tahun, dan pada tahun 2018, mencapai 0,18 kg per kapita
per tahun. Meskipun permintaan besar, hanya sekitar 79% dari permintaan tersebut
dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Oleh karena itu, ada peluang besar bagi
UMKM untuk meningkatkan produksi jamur tiram dan memenuhi permintaan pasar
Keunggulan jamur tiram sebagai produk UMKM yang menjanjikan juga perlu
diperhatikan. Jamur tiram bukan hanya bernilai gizi tinggi, tetapi juga relatif mudah
dibudidayakan dan dapat menghasilkan hasil panen dalam waktu relatif singkat.
Selain itu, jamur tiram dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah, seperti
produkproduk jamur tiram yang unik dan menarik, yang dapat menjadi daya tarik
15
Fadhil, Ibrahim. 2018. Strategi pengembangan usaha jamur merang pada Kademangan
mushroom farm. [Skripsi]. Jakarta. UIN syarif Hidayatullah Jakarta
Pemahaman yang mendalam tentang teknik budidaya jamur tiram sangat
penting untuk keberhasilan UMKM yang terlibat dalam usaha ini. Budidaya jamur
tiram melibatkan beberapa tahapan yang harus dikuasai dengan baik. Beberapa aspek
1. Media Pertumbuhan: Jamur tiram tumbuh dan berkembang dalam media yang
terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut baglog.
produktivitas.
3. Pembibitan dan Seleksi Bibit: Memilih bibit yang berkualitas tinggi dan memiliki
karakteristik yang baik sangat penting dalam budidaya jamur tiram. Bibit yang baik
4. Pengolahan Pasca Panen: Setelah panen, jamur tiram perlu diproses dengan benar
untuk menjaga kualitasnya. Proses pengolahan pasca panen, seperti pemotongan dan
d. Manajemen Usaha
16
Hubies, Musa dan Najieb Mukhamad. 2014. Manajemen Strategik dalam Pengembangan
daya saing organisasi. Jakarta: Buku Kita.
Pengelolaan usaha adalah aspek penting dalam menjalankan budidaya jamur
sumber daya, pemasaran produk, dan pemahaman tentang aspek hukum dan perizinan
yang terkait. UMKM perlu memiliki rencana bisnis yang jelas, memantau biaya
pengembangan budidaya jamur tiram sebagai usaha UMKM tidak dapat diabaikan.
instansi terkait dapat memberikan UMKM akses ke sumber daya dan pengetahuan
yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam usaha ini. Dukungan ini dapat membantu
dalam ekonomi nasional dan daerah, termasuk dalam konteks budidaya jamur tiram.
17
Hubies, Musa dan Najieb Mukhamad. 2014. Manajemen Strategik dalam Pengembangan
daya saing organisasi. Jakarta: Buku Kita.
Kinerja UMKM dalam budidaya jamur tiram dapat diukur melalui sejumlah faktor
yang mencerminkan hasil usaha dan dampaknya. Dalam hal ini, kinerja UMKM dapat
dibahas dari beberapa aspek yang mencakup produksi, pendapatan, kualitas produk,
1. Produksi
Kinerja UMKM dalam budidaya jamur tiram dapat dievaluasi melalui volume
produksi yang dihasilkan. Volume produksi jamur tiram oleh UMKM merupakan
indikator utama kinerja dalam hal produktivitas usaha. Semakin banyak jamur tiram
yang dihasilkan, semakin baik kinerjanya. Volume produksi yang tinggi dapat berarti
efisiensi dalam proses budidaya, pengelolaan yang baik, dan kemampuan UMKM
2. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan jamur tiram juga menjadi ukuran
pertumbuhan usaha dan daya saing yang baik di pasar. Pendapatan yang cukup akan
mendukung keberlanjutan usaha dan kesejahteraan pemilik UMKM. Oleh karena itu,
salah satu tujuan utama UMKM adalah meningkatkan pendapatan dari budidaya
jamur tiram.18
3. Kualitas Produk
18
Hubies, Musa dan Najieb Mukhamad. 2014. Manajemen Strategik dalam Pengembangan
daya saing organisasi. Jakarta: Buku Kita.
Kualitas produk yang dihasilkan oleh UMKM juga merupakan aspek penting
dalam mengevaluasi kinerja. Kualitas jamur tiram yang tinggi akan memengaruhi
reputasi UMKM di pasar. Produk yang berkualitas baik akan mendapatkan preferensi
harus memastikan bahwa jamur tiram yang dihasilkan memenuhi standar kualitas
yang ditetapkan.19
4. Efisiensi Produksi
Tingkat efisiensi dalam produksi jamur tiram juga merupakan faktor penting
dalam menilai kinerja UMKM. Biaya produksi yang rendah dan penggunaan sumber
dan tenaga kerja. Efisiensi dalam produksi juga dapat mengurangi dampak
budidaya jamur tiram. Faktorfaktor ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
a. Faktor Eksternal:
19
Hubies, Musa dan Najieb Mukhamad. 2014. Manajemen Strategik dalam Pengembangan
daya saing organisasi. Jakarta: Buku Kita.
1. Akses Pasar: Kemampuan UMKM untuk mencapai pasar yang luas dan memiliki
permintaan tinggi sangat memengaruhi kinerja. Dukungan dalam hal akses pasar,
berfluktuasi. Kinerja UMKM dalam budidaya jamur tiram dipengaruhi oleh sejauh
mana mereka dapat merespons perubahan dalam permintaan pasar. Analisis pasar
pelatihan, perizinan yang mudah, dan insentif pajak, dapat berperan dalam
b. Faktor Internal:
jamur tiram. Modal digunakan untuk membiayai pembelian peralatan, bahan baku,
jamur tiram merupakan aset berharga. UMKM yang memiliki pemahaman yang baik
20
Martawijaya, Elang Ilik dan MY Nuryadi. 2010. Bisnis Jamur Timar dirumah Sendiri.
Bogor (ID): IPB Press.
tentang teknik budidaya, manajemen usaha, dan perawatan jamur tiram akan lebih
mungkin berhasil.
yang efektif dapat membantu UMKM dalam pengambilan keputusan yang tepat dan
efisiensi operasional.
4. Inovasi: Inovasi dalam produk, proses produksi, atau pemasaran dapat memberikan
jamur tiram serta merancang rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan kinerja
Indonesia. Potensi ekonomi yang tinggi, karakteristik produk yang menarik, teknik
budidaya yang dapat dipelajari, manajemen usaha yang efektif, dan dukungan dari
yang tepat dan dukungan yang memadai, UMKM dapat berhasil dalam usaha
budidaya jamur tiram dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah mereka.
21
David, Fred. 2008. Strategic Manajemen Stategis Konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta:
Salemba Empa
C. Kerangka Pikir
budidaya
Hasil penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
digunakan untuk memahami konteks sosial, budaya, dan faktor manusia yang
B. Fokus Penelitian
budidaya jamur tiram sebagai kegiatan utama yang dilakukan oleh UMKM di Desa
kondisi lingkungan yang mendukung, dan kendala yang dihadapi. Penelitian juga
akan memeriksa kinerja UMKM yang terlibat dalam budidaya jamur tiram, dengan
UMKM. Ini mencakup faktorfaktor eksternal seperti pasar dan dukungan pemerintah,
Dengan fokus utama pada budidaya jamur tiram, penelitian ini akan
memberikan wawasan yang mendalam tentang potensi dan tantangan yang dihadapi
oleh UMKM dalam usaha ini. Selain itu, dengan mempertimbangkan kinerja UMKM
Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, Indonesia. Desa ini dipilih karena memiliki
potensi untuk mengembangkan budidaya jamur tiram, seperti yang telah dijelaskan
Waktu penelitian akan mencakup periode tertentu yang akan ditentukan oleh
peneliti. Periode penelitian dapat mencakup beberapa bulan atau tahun, tergantung
pada kelengkapan pengumpulan data dan analisis yang dibutuhkan. Waktu penelitian
akan diatur sedemikian rupa untuk memastikan bahwa seluruh aspek budidaya jamur
tiram dan kinerja UMKM dapat dipelajari dengan baik. Selain itu, penelitian ini
mungkin akan mempertimbangkan musim atau periode tertentu yang berdampak pada
budidaya jamur tiram, seperti musim hujan atau musim panas. Dengan demikian,
D. Defenisi Istilah
1. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah): UMKM adalah sektor ekonomi
yang terdiri dari usahausaha mikro, kecil, dan menengah. Usaha mikro biasanya
memiliki aset di bawah batas tertentu, usaha kecil memiliki aset di antara batas
tertentu hingga batas lainnya, dan usaha menengah memiliki aset di antara batas
tertentu hingga batas lainnya. UMKM memiliki peran penting dalam ekonomi karena
2. Budidaya Jamur Tiram: Budidaya jamur tiram merujuk pada kegiatan pertanian
atau usaha untuk menanam dan mengembangkan jamur tiram. Ini melibatkan
berbagai tahapan, mulai dari pembuatan media pertumbuhan (baglog), pemilihan dan
prestasi dan hasil usaha mikro, kecil, dan menengah. Indikator kinerja UMKM dapat
berbagai elemen yang dapat memengaruhi kinerja UMKM dalam konteks budidaya
jamur tiram. Ini mencakup faktor eksternal seperti pasar, regulasi, dan dukungan
5. Budidaya Jamur Tiram di Desa Rawamangun: Ini merujuk pada praktik budidaya
Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara. Ini mencakup semua aspek budidaya jamur tiram
penelitian yang digunakan untuk mengkaji dampak dan implikasi budidaya jamur
E. Desain Penelitian
deskriptif, ucapan pribadi, dan nantinya metode ini menghasilkan data deskriptif.
Menurut Nasir, penelitian kualitatif metode deskriptif adalah suatau metode dalam
penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sitematis,
faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifatsifat, serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua macam:
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Dalam penelitian ini data primer di peroleh langsung dari pemilik usaha
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh peneliti yang berasal dari
media perantara. Data sekunder berupa catatan, bukti yang telah tersusun arsip.
dengan lingkup penelitian. Konsekuensi dari data yang dikumpulkan secara tidak
1. Observasi
dengan sistematis atas fenomena yang diteliti baik langsung maupun tidak langsung,
juga berarti segala kegiatan menghimpun data dengan jalan melakukan tanya jawab
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (Guide)
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama dengan
menciptakan suasana yang akrab sehingga tidak ada jarak dengan petugas
23
Dudung Afdurrahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
2003).
3. Dokumentasi
mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notlen rapat, leger, agenda dan lainnya. Metode dokumentasi
adalah mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah
penelitian, dan wawancara. Peneliti akan mengambil gambar pada saat wawancara
Teknik analisis data merupakan metode yang digunakan oleh peneliti untuk
mengolah informasi yang telah diperoleh tentang objek yang sedang diteliti. Proses
24
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009).
pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
aspek hukum, pasar, pemasaran, teknis, teknologi, dan lingkungan hidup. Sementara
menghitung payback period (PP), net present value (NPV), internal rate of return
1. Aspek Hukum
Dalam analisis aspek hukum, akan dievaluasi kemampuan pelaku usaha dalam
memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis
di suatu wilayah. Kelengkapan dokumen terkait dengan aspek hukum menjadi dasar
usaha pada aspek hukum mencakup izin gangguan (HO), tanda daftar industri (TDI),
nomor pokok wajib pajak (NPWP), tanda daftar perusahaan (TDP), surat izin usaha
distribusi. Kriteria penilaian kelayakan usaha pada aspek pasar dan pemasaran
lokasi pabrik, akses bahan baku, pasar yang dituju, transportasi, dan teknologi yang
Analisis dampak usaha terhadap lingkungan hidup menjadi fokus pada aspek
air minum bersih, edukasi masyarakat, pajak bagi pemerintah, dan kontribusi
6. Aspek Finansial
sumber modal, dan kelayakan keuntungan yang dihasilkan. Metode yang digunakan
mencakup Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Rial. 2017. Modul Tentang Jamur Tiram. Bandung Barat. CV. Ganesha
Mycosoft.
Andoko, Agus dan Parjimo. 2013. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia.
Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam era globalisasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Hortikultura Indonesia 2023. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
David, Fred. 2008. Strategic Manajemen Stategis Konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta:
Salemba Empat.
Hidayat, R., & Suryana, A. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia, 5(1), 114.
Martawijaya, Elang Ilik dan MY Nuryadi. 2010. Bisnis Jamur Timar dirumah
Sendiri. Bogor (ID): IPB Press.
Pribadi, U., Aji, J. S., & Hayati, K. (2023). Optimalisasi pemberdayaan UMKM
budidaya dan pengolahan jamur tiram dalam menjaga stabilitas ekonomi pasca
pandemi covid19. Jurnal ABDINUS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat,
7(1), 5164.
Prasetyo, A., & Widiyanto, A. (2019). Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan
Usaha Budidaya Jamur Tiram di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak. Jurnal Agro Ekonomi, 37(1), 116.
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Kediri: Literasi Media
Publishing, 2015).