ABSTRAK
Pada tahun 2017 pemotongan babi di pulau Jawa adalah 244.966 ekor, sedangkan
babi yang dihasilkan di pulau Jawa adalah 133.794 ekor. Kekurangan pasokan
111.172 ekor ini menunjukan peluang besar bagi peternak babi di pulau Jawa
untuk mengembangkan peternakannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha peternakan
babi di Kecamatan Getasan, (2) mengetahui kekuatan utama, kelemahan utama,
peluang utama, dan ancaman utama peternakan babi di Kecamatan Getasan dan
(3) menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan peternak. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 di Kecamatan Getasan.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis lingkungan internal dan
eksternal, analisis SWOT dan QSPM untuk menentukan strategi. Dari hasil analisis
terdapat tujuh kekuatan dengan kekuatan utama (mengetahui cara memilih bibit
babi yang baik), empat kelemahan dengan kelemahan utama (peternakan masih
semi tradisional), empat peluang dengan peluang utama (kebijakan dinas
peternakan mendukung pengembangan peternakan babi), dan empat ancaman
dengan ancaman utama (meningkatnya nilai Dollar). Terdapat sembilan strategi,
dengan strategi utama adalah meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi
permintaan pasar dengan total nilai 5,961.
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Babi, dan Getasan
ABSTRACT
In 2017 pork slaughter on the island of Java was 244,966 tails, while pigs produced
on the island of Java were 133,794 tails. This 111,172 supply shortage shows a great
opportunity for pig farmers in Java to develop their farms. This study aims to (1) find
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 249
out the strengths, weaknesses, opportunities and threats of pig farms in Getasan
District, (2) find out the main strengths, main weaknesses, main opportunities, and
main threats of pig farms in Getasan District and (3) determine strategies the right to
apply to farmers. This research was conducted from August to October 2018 in
Getasan District. The analysis in this study used internal and external environmental
analysis, SWOT analysis and QSPM to determine the strategy. From the analysis there
are seven strengths with the main strengths (knowing how to choose good pig seeds),
four weaknesses with major weaknesses (semi traditional farms), four opportunities
with prime opportunities (livestock service policies support the development of pig
farms), and four threats with main threat (increasing value of the Dollar). There are
nine strategies, with the main strategy being to increase production capacity to meet
market demand with a total value of 5,961.
Keywords: Strategy, Development, Pig, and Getasan
PENDAHULUAN
Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Pemotongan
1 250.071 215.584 259.963 241.168 244.966
(Konsumsi)
2 Produksi 68.857 35.159 100.190 104.995 133.794
3 Kekurangan 181.214 180.425 159.773 136.173 111.172
Sumber: (Didjenpkh 2017) (diolah)
Menurut data dari (Didjenpkh ada di Provinsi Jawa Tengah dengan
2017), mengungkapkan bahwa populasi 15.971 ekor pada tahun
populasi babi di Provinsi Jawa 2016. Dari data yang diperoleh
Tenggah pada tahun 2017 merupakan menunjukan bahwa Provinsi Jawa
Provinsi dengan populasi babi Tengah, kususnya Kabupaten
terbanyak dibandingkan dengan Semarang merupakan daerah sentral
Provinsi lain yang ada di pulau Jawa, peternakan babi yang potensial
dengan populasi babi 123.931 ekor. dengan lingkungan sosial, budaya dan
Sedangkan menurut (BPS 2016), lingkungan topografi yang sesuai
Kabupaten Semarang (Kecamatan untuk mengembangkan peternakan
Getasan) merupakan sentra babi.
peternakan babi terbesar kedua yang
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 250
No Kabupaten Populasi
1 Karanganyar 52.145
2 Semarang 15.971
3 Sukoharjo 14.530
4 Wonogiri 9.179
5 Boyolali 6.002
Sumber: BPS, 2016 (diolah)
Menurut (Gultom 2007), eksternal (peluang dan ancaman)
Perkembangan peternakan babi di dengan faktor internal (kekuatan dan
Indonesia akhir-akhir ini demikian kelemahan) untuk membuat solusi
pesat. Hal ini didukung oleh atau strategi yang sesuai dengan
permintaan yang semakin meningkat keadaan nyata di lapangan.
baik untuk memenuhi kebutuhan Dalam penelitian yang
akan permintaan dalam negri maupun dilakukan oleh (Putri, Suparta 2018),
untuk tujuan ekspor. Metode analisis yang digunakan dalam
Peningkatan produksi babi penelitian strategi pengembangan
sebenarnya mudah untuk dilakukan, usaha peternakan babi Bali,
mengingat cepatnya proses pembiakan menggunakan analisis lingkungan
dan pertumbuhan babi di lapangan. internal dan eksternal untuk
Namun banyak faktor yang mengetahui kekuatan, kelemahan,
menghambat peningkatan produksi peluang dan ancaman yang ada dalam
babi, mulai dari lingkungan internal usaha peternakan babi. Kemudian
seperti manajemen peternak yang masing-masing faktor internal-
kurang memadai, kurangnya teknologi eksternal diberikan nilai bobot dan
yang diterapkan oleh peternak dan peringkatnya menggunakan paired
kualitas bibit yang menurun. comparison, lalu untuk mengetahui
Sedangkan untuk faktor eksternal keadaan peternakan saat ini
seperti sosial budaya yang tidak dilakukan analisis IE. Setelah
mendukung perkembangan mengetahui keadaan peternakan saat
peternakan babi dan mahalnya bahan ini dilakukan analisis SWOT untuk
baku pakan, mengakibatkan sulitnya menemukan strategi yang tepat,
peternak babi untuk berkembang dan untuk menentukan strategi prioritas
memenuhi permintaan pasar yang digunakan analisis QSPM.
masih belum terpenuhi. Dari latar beakang tingginya
Untuk dapat mengembangkan permintaan daging babi di Pulau
usaha ternak babi agar memenuhi Jawa, belum terpenuhinya
permintaan pasar dibutuhkan strategi permintaan akan daging babi oleh
yang tepat. Untuk mengetahui strategi peternak babi di Jawa dan Kabupaten
pengembangan usaha, dapat Semarang merupakan salah satu
ditentukan dengan kombinasi faktor sentra peternakan di Jawa Tenggah,
internal dan faktor eksternal dalam menjadikan penelitian ini menarik
peternakan. Kedua faktor tersebut untuk dilakukan, terlebih belum
dapat dipertimbangkan dalam analisis adanya penelitian serupa di
SWOT (Stengths, Weaknesess, Kabupaten Semarang.
Opportunities, Threats). Analisis SWOT Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara faktor mengetahui: (1) faktor kekuatan dan
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 251
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 252
sejumlah kekuatan dan kelemahan bobot EFE dari 1,0 hingga 1,99 adalah
yang terdapat pada sumberdaya dan posisi eksternal yang rendah, skor 2,0
proses bisnis internal yang dimiliki. hingga 2,99 adalah posisi eksternal
Alat formulasi ini merangkum dan yang sedang, dan skor 3,0 hingga 4,0
mengevaluasi kekuatan dan adalah posisi eksternal tinggi (David
kelemahan utama dalam suatu fungsi 2009).
bisnis, dan juga merupakan dasar Matriks SWOT merupakan
identifikasi. salah satu tahap dalam teknik
Matriks EFE ditunjukan untuk perumusan strategi. Hasil yang
mengukur sejauh mana peluang dan diperoleh dari matriks SWOT adalah
ancaman yang dimiliki peternak dari berupa alternatif strategi yang layak
hasil analisis eksternal peternakan, dipakai dalam strategi organisasi.
menurut (Solihin 2012), analisis Matriks ini dapat menghasilkan empat
lingkungan eksternal peternakan sel kemungkinan alternatif strategi
bertujuan untuk mengidentifikasi yang layak dipakai dalam strategi
sejumlah peluang dan ancaman yang organisasi, yaitu S-O (Stengths,
berada di lingkungan eksternal. Data Opportunities), strategi W-O
yang digunakan untuk menganalisis (Weaknesses-Opportunities), strategi
lingkungan eksternal adalah informasi W-T (Weaknesses-Threats), dan
ekonomi, sosisal, budaya, demografis, strategi S-T (Stengths-Threats)
lingkungan, politik, pemerintahan, (Rangkuti 2006).
hukum, teknologi, dan tingkat Pada tahapan keputusan,
persaingan (David 2009). Matriks EFE tahapan terakhir dari penyusunan
digunakan untuk mengidentifikasi strategi yaitu menentukan alternatif
faktor-faktor lingkungan eksternal dan strategi yang paling baik untuk
mengidentifikasinya menjadi peluang peternak yang dapat dianalisa
dan ancaman bagi peternak. menggunakan matriks QSPM
Tahap pemaduan data internal (Quantitative Strategic Planning
dan eksternal peternakan Matrix). Matriks QSPM merupakan alat
menggunakan matriks IE dan matriks untuk melakukan evaluasi pilihan
SWOT (Strengths, Weaknesses, strategi alternatif secara objektif,
Opportunities, Threats). berdasarkan informasi dari tahap
Menurut (David 2009), nilai input dan tahap pemaduan untuk
yang didapat pada matriks IFE dan memutuskan strategi mana yang
matriks EFE dimasukan kedalam terbaik (David 2009).
matriks IE (Internal-External Matrik)
untuk memetakan posisi organisasi HASIL DAN PEMBAHASAN
saat ini. Berdasarkan posisi tersebut,
Informan peternakan babi
peternak dapat menentukan strategi
dalam penelitian ini adalah bapak
yang tepat untuk diaplikasikan.
Yang dan bapak Yoshua. Bapak Yang
Dalam matriks IE, total skor IFE
mendirikan peternakan babi sejak
ditempatkan pada sumbu x dan total
tahun 1993 di daerah Nanggulan Kota
skor bobot EFE pada sumbu y. Pada
Salatiga dan pada tahun 1998
sumbu x dari matriks IE, total skor
terdapat gesekan dari masyarakat
bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99
karena persoalan limbah dan populasi
yang menggambarkan posisi internal
masyarakat disekitar peternakan
yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99
semakin padat, sehingga pada tahun
adalah posisi internal sedang dan skor
tersebut peternakan bapak Yang
3,0 hingga 4,0 adalah posisi internal
pindah ke Kecamatan Getasan
kuat. Begitupula sumbu y total skor
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 253
Kabupaten Semarang, populasi babi babi yang baik dengan nilai total skor
milik bapak Yang sekarang ini kurang 0,408. Dapat diartikan bahwa faktor
lebih terdapat 1000 ekor babi dengan tersebut adalah variabel yang paling
jenis babi dominan adalah babi penting dalam internal peternakan
Lanrase dan babi Yokser. Sedangkan babi di Kecamatan Getasan.
bapak Yoshua merupakan penerus Tingginya nilai total skor pada variabel
dari ayahnya untuk mengelola S7 karena memiliki bibit babi yang
peternakan babi di Kecamatan baik merupakan asset jangka panjang
Getasan Kabupaten Semarang, dalam proses peternakan babi, jika
peternakan bapak Yoshua didirikan salah dalam memilih bibit babi maka
pada tahun 2000 di Kecamatan peternakan kurang optimal dalam
Getasan dengan populasi sekarang proses budidaya dan berkurangnya
mencapai 4000 ekor babi dan jenis keuntungan. Sedangkan kelemahan
babi yang dominan di peternakan ini utama pada internal peternak babi di
adalah babi jenis Lanrase, Yokser dan Kecamatan Getasan adalah variabel
Durok. W1, yaitu peternakan masih semi
tradisional dengan nilai total skor
Analisis Matriks IFE Pengembangan tertinggi 0,214. Sistem peternakan
Usaha Peternakan Babi di tradisional merupakan penghambat
Kecamatan Getasan Kabupaten dalam peternakan babi, karna
Semarang perkembangan babi dengan sistem
Hasil bobot skor rata-rata pada tradisional tidak seoptimal babi
tabel 3 dari pendapat partisipan yang dengan perlakuan intensif. Babi
menunjukan bahwa faktor strategis gampang terkena penyakit dan
internal peternak babi di Kecamatan ketidakstabilan suhu pada kandang
Getasan Kabupaten Semarang semi tradisional merupakan
memiliki kelemahan dari peternak babi di
kekuatan utama pada variabel S7 Kecamatan Getasan.
yaitu mengetahui cara memilih bibit
Tabel 3. Analisis Matriks IFE
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 254
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 255
skor 0,469. Ancaman nilai Dollar analisis yaitu matriks IE dan matriks
dapat dikatakan serius karena SWOT.
sebagian besar bahan baku pakan dan Berdasarkan analisis matriks
obat adalah produk impor yang sangat IE pada tabel 5, diperoleh nilai total
sensitif terhadap peningkatan nilai pembobotan matriks IFE sebesar
Dollar, sehingga berakibat pada 3,026 dan nilai total pembobotan
meningkatnya biaya produksi. matriks EFE sebesar 3,001. Hasil dari
Berdasarkan nilai matriks EFE total nilai IFE dan EFE diposisikan
pada Tabel 4, menunjukan nilai pada kolom matriks IE, total nilai
jumlah total skor faktor eksternal matriks IFE berada pada sumbu X dan
usaha peternakan babi di Kecamatan total nilai matriks EFE berada pada
Getasan sebesar 3,001. Seperti yang sumbu Y. Berdasarkan hasil analisis
diungkapkan oleh (David 2009), jika tersebut posisi usaha peternakan babi
total skor pembobotan di bawah 2,5 di Kecamatan Getasan berada pada sel
maka perusahaan tersebut memiliki I yang artinya tumbuh dan
faktor strategis eksternal yang lemah. membangun(Growth and Build), hasil
Sedangkan jumlah total skor pada ini menjadi pegangan untuk
pengembangan usaha peternakan menentukan alternatif strategi yang
babi di Kecamatan Getasan sesuai dengan keadaan peternakan
Kabupaten Semarang di atas 2,5, babi saat ini yaitu tumbuh dan
sehingga dapat disimpulkan usaha membangun.
peternakan babi di Kecamatan Hasil analisis matriks SWOT
Getasan kuat karena mampu menggunakan variable-variabel yang
memanfaatkan peluang untuk ada di matriks IFE dan EFE, dan
mengurangi ancaman yang ada. berdasarkan keadaan peternakan saat
ini yang dilihat dari hasil analisis
Perumusan Alternatif Strategi matriks IE. Terdapat empat kelompok
Untuk mengetahui posisi strategi dan dalam kelompok strategi
peternak babi di Kecamatan Getasan tersebut terdapat sembilan alternatif
saat ini digunakan Matriks Internal strategi yang dapat dirumuskan dalam
Eksternal (IE). Hasil matriks IE pengembangan usaha peternakan
berdasarkan pada total skor dari babi di Kecamatan Getasan, kelompok
analisis matriks IFE dan matriks EFE, strategi tersebut adalah strategi SO
dalam tahapan perumusan alternatf (Strenghts-Opportunities), WO
strategi pengembangan usaha (Weaknes-Opportunities), ST
peternakan babi di Kecamatan (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknes-
Getasan menggunakan pencocokan Threats).
dengan memanfaatkan dua alat
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 256
Tabel 5. Matriks IE
Total Skor IFE
Kuat Rata- Lemah
(4,0-3,0) rata (1,0-1.99)
4,0 3,0 2,0 1,0
(2,0-
2,99)
I II III
Tinggi Growth and Growth Holdand and
(4,0- Build Build Maintain
3,0) (Tumbuh dan (Tumbuh dan (Pertahankan
Membangun) Membangun) dan Pelihara)
3,0
Total Skor EFE
IV V VI
Sedang Growth and Hold and Harvest and
(2,0- Build Maintain Divest
2,99) (Tumbuh dan (Pertahankan (Panen atau
2,0 Membangun) dan Pelihara) Divestasi)
VII VIII IX
Rendah Hold and Harvest and Harvest and
(1,0- Maintain Divest Divest
1,99) (Pertahankan (Panen atau (Panen atau
1,0 dan Pelihara) Divestasi) Divestasi)
Sumber: Data Primer (2018)
bahwa kualitas daging babi
Strategi SO (Strenght - merupakan salah satu faktor
Opportunities) terpenting dalam peternakan babi.
Alternatif strategi kelompok SO Untuk menghasilkan daging babi yang
merupakan strategi yang dirumuskan bagus tidak lepas dari jenis babi yang
dengan mempertimbangkan kekuatan di gunakan, babi yang digunakan
yang dimiliki peternak babi di adalah silangan antara pejantan
Kecamatan Getasan, Kabupaten Durok dan induk Landrase atau
Semarang untuk dapat memanfaatkan Yokser, perkawinan silang ini akan
peluang yang ada. Strategi SO yang menghasilkan lemak yang tipis dan
dapat dirumuskan adalah : daging berwarna merah. Selain jenis
[SO1] Mempertahankan kualitas babi, yang tidak kalah penting adalah
produk untuk menjaga loyalitas pakan, pakan yang digunakan bukan
pelanggan. Peternak babi di pakan rucah (sembarangan)
Kecamatan Getasan memiliki kualitas melainkan pakan dengan kualitas
daging babi yang dapat dibilang yang baik seperti bungkil kedelai,
bagus.. Menurut hasil penelitian yang tepung tulang dan dedak yang sudah
dilakukan oleh (Gultom 2007), diracik sedemikian rupa oleh peternak
mengungkapkan bahwa kualitas guna memperoleh daging yang bagus.
daging babi yang baik dengan lemak Selain pakan dan tidak kalah penting
tipis dan warna daging merah adalah pemeliharaan, pemeliharaan
merupakan salah satu dayatarik yang bagus membuat babi merasa
terbesar bagi konsumen daging babi di nyaman dan tidak stress, sehingga
Tapanuli Utara. Hal ini menandakan membuat kualitas daging yang
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 257
dihasilkan menjadi bagus. Pelanggan Medan dan Bali. Dari hasil analisis
peternak Getasan bukan hanya di SWOT yang dilakukan oleh (Siregar
sekitar Semarang saja teteapi sampai 2012) memperbanyak jumlah populasi
ke DKI Jakarta, Bandung dan sapi potong merupakan salah satu
Tanggerang, banyaknya pelanggan alternatif strategi SO, karena
dari daerah yang jauh ini bukan tanpa permintaan yang tinggi dari
alasan, salah satu penyebabnya masyarakat akan daging sapi dan
adalah kualitas daging yang pemasaran yang mudah merupakan
dihasilkan peternak di Kecamatan faktor utama dari strategi tersebut, hal
Getasan sangatlah diminati oleh ini sejalan dengan keadaan peternak
konsumen daging babi di daerah babi di Kecamatan Getasan.
tersebut. Untuk menjaga konsumen Permintaan yang banyak dan
yang ada di daerah tersebut selalu peternakan yang dibatasi oleh
mengonsumsi daging dari peternak pemerintah karena sosial dan budaya
Kecamatan Getasan adalah dengan merupakan peluang bagi peternak
menjaga kualitas daging babi yang babi di Kecamatan Getasan untuk
dihasilkan selalu baik, dengan meningkatkan kapasitas peternakan
harapan pelanggan (penjagal) selalu sehingga memenuhi permintaan pasar
mencari babi dari peternak babi yang sangat besar dan dapat
Kecamatan Getasan karna permintaan memaksimalkan keuntungan.
konsumen (pembeli akhir) besar
terhadap daging babi yang memiliki Strategi WO (Weaknes-
kualitas baik. Opportunities)
[SO2] Meningkatkan kapasitas Alternatif strategi kelompok WO
produksi untuk memenuhi merupakan strategi yang dirumuskan
permintaan pasar. Permintaan akan dengan melihat peluang untuk
daging babi yang selalu bertambah meminimalkan kelemahan yang
dari tahun ke tahun membuat suplay dimiliki peternak babi di Kecamatan
babi tidak dapat memenuhi Getasan. Strategi WO yang dapat
permintaan yang ada saat ini, dirumuskan adalah:
peternak yang ada di Getsan tidak [WO1] Memoderenisasi peternakan
pernah mencari pembeli melainkan sehingga lebih efisien dan produktif.
pembeli yang mencari peternak, hal ini Peternak babi Kecamatan Getasan
karena permintaan yang besar dari masih menggunakan teknologi sistem
konsumen terhadap daging babi. peternakan semi tradisional, sistem ini
Menurut salah satu peternak babi masih menggunakan lantai semen
yang ada di Getasan, permintaan yang yang menjadikan tercampurnya
ada di Pulau Jawa kususnya DKI kotoran dengan babi sehingga
Jakarta dalam 1 hari adalah 600 ekor penyakit seperti nafas dan diare lebih
babi, Tanggerang 300 ekor babi per mudah muncul dan menyerang
hari, Bandung 300 ekor per hari, Kota ternak. Selain itu kandang yang
Semarang 30-40 ekor per hari, Kota digunakan adalah kandang terbuka
Salatiga 3 ekor per hari. Menurut (open house), kandang jenis ini akan
salah satu peternak babi di Kecamatan lebih rentan terhadap perubahan
Getasan, Pulau Jawa merupakan cuaca drastis dan menyebabkan babi
pasar yang besar untuk daging babi stress sehingga daya tahan tubuh babi
kususnya DKI Jakarta, jika Jawa menurun dan mudah terserang
bukan pasar yang besar untuk daging penyakit. Selain itu sistem
babi bagaimana mungkin Pulau Jawa pembesaran babi untuk beberapa
mendatangkan daging babi dari peternak masih menggunakan sistem
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 258
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 259
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 260
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 261
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 262
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 263
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
e-ISSN: 2615-6628
Vol.13 No.2 31 Agustus 2019 p-ISSN: 1411-7176
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08