Anda di halaman 1dari 17

e-ISSN: 2615-6628

Vol.13 No.2 31 Agustus 2019 p-ISSN: 1411-7176

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN BABI


DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
JAWA TENGAH
Evan Stefanus Aprilianto Rinaldi1, Lasmono Tri Sunaryanto2, dan Hendrik Johannes
Nadapdap3
Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga, Jawa Tengah
E-mail: evanstefanusar@gmail.com1, Lasmono@staff.uksw.edu2,
hendrik.nadapdap@staff.uksw.edu3
Hp: 0896377187771, 0819044100612 dan 0838208888433

ABSTRAK

Pada tahun 2017 pemotongan babi di pulau Jawa adalah 244.966 ekor, sedangkan
babi yang dihasilkan di pulau Jawa adalah 133.794 ekor. Kekurangan pasokan
111.172 ekor ini menunjukan peluang besar bagi peternak babi di pulau Jawa
untuk mengembangkan peternakannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha peternakan
babi di Kecamatan Getasan, (2) mengetahui kekuatan utama, kelemahan utama,
peluang utama, dan ancaman utama peternakan babi di Kecamatan Getasan dan
(3) menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan peternak. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 di Kecamatan Getasan.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis lingkungan internal dan
eksternal, analisis SWOT dan QSPM untuk menentukan strategi. Dari hasil analisis
terdapat tujuh kekuatan dengan kekuatan utama (mengetahui cara memilih bibit
babi yang baik), empat kelemahan dengan kelemahan utama (peternakan masih
semi tradisional), empat peluang dengan peluang utama (kebijakan dinas
peternakan mendukung pengembangan peternakan babi), dan empat ancaman
dengan ancaman utama (meningkatnya nilai Dollar). Terdapat sembilan strategi,
dengan strategi utama adalah meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi
permintaan pasar dengan total nilai 5,961.
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Babi, dan Getasan

PIG ANIMAL BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY IN GETASAN DISTRICT,


SEMARANG DISTRICT CENTRAL JAVA

ABSTRACT

In 2017 pork slaughter on the island of Java was 244,966 tails, while pigs produced
on the island of Java were 133,794 tails. This 111,172 supply shortage shows a great
opportunity for pig farmers in Java to develop their farms. This study aims to (1) find

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 249

out the strengths, weaknesses, opportunities and threats of pig farms in Getasan
District, (2) find out the main strengths, main weaknesses, main opportunities, and
main threats of pig farms in Getasan District and (3) determine strategies the right to
apply to farmers. This research was conducted from August to October 2018 in
Getasan District. The analysis in this study used internal and external environmental
analysis, SWOT analysis and QSPM to determine the strategy. From the analysis there
are seven strengths with the main strengths (knowing how to choose good pig seeds),
four weaknesses with major weaknesses (semi traditional farms), four opportunities
with prime opportunities (livestock service policies support the development of pig
farms), and four threats with main threat (increasing value of the Dollar). There are
nine strategies, with the main strategy being to increase production capacity to meet
market demand with a total value of 5,961.
Keywords: Strategy, Development, Pig, and Getasan

PENDAHULUAN

Konsumsi daging babi di pulau konsumen yang berada di pulau Jawa


Jawa pada tahun 2017 adalah sebesar 111.172 ekor dan
244.966 ekor, sedangkan babi yang menunjukan bahwa usaha ternak babi
dihasilkan di pulau Jawa pada tahun menjadi sangat potensial untuk
2017 adalah 133.794 ekor (Didjenpkh dikembangkan, karena permintaan
2017). Data tersebut menunjukan daging babi di pulau Jawa masih
kekurangan pasokan untuk kekurangan pasokan.
memenuhi kebutuhan permintaan

Tabel 1. Neraca Babi Pulau Jawa Tahun 2013-2017 (dalam ekor)

Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Pemotongan
1 250.071 215.584 259.963 241.168 244.966
(Konsumsi)
2 Produksi 68.857 35.159 100.190 104.995 133.794
3 Kekurangan 181.214 180.425 159.773 136.173 111.172
Sumber: (Didjenpkh 2017) (diolah)
Menurut data dari (Didjenpkh ada di Provinsi Jawa Tengah dengan
2017), mengungkapkan bahwa populasi 15.971 ekor pada tahun
populasi babi di Provinsi Jawa 2016. Dari data yang diperoleh
Tenggah pada tahun 2017 merupakan menunjukan bahwa Provinsi Jawa
Provinsi dengan populasi babi Tengah, kususnya Kabupaten
terbanyak dibandingkan dengan Semarang merupakan daerah sentral
Provinsi lain yang ada di pulau Jawa, peternakan babi yang potensial
dengan populasi babi 123.931 ekor. dengan lingkungan sosial, budaya dan
Sedangkan menurut (BPS 2016), lingkungan topografi yang sesuai
Kabupaten Semarang (Kecamatan untuk mengembangkan peternakan
Getasan) merupakan sentra babi.
peternakan babi terbesar kedua yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 250

Tabel 2. Data Populasi Sentral Peternakan Babi di Jawa Tengah Menurut


Kabupaten 2016 (dalam ekor)

No Kabupaten Populasi
1 Karanganyar 52.145
2 Semarang 15.971
3 Sukoharjo 14.530
4 Wonogiri 9.179
5 Boyolali 6.002
Sumber: BPS, 2016 (diolah)
Menurut (Gultom 2007), eksternal (peluang dan ancaman)
Perkembangan peternakan babi di dengan faktor internal (kekuatan dan
Indonesia akhir-akhir ini demikian kelemahan) untuk membuat solusi
pesat. Hal ini didukung oleh atau strategi yang sesuai dengan
permintaan yang semakin meningkat keadaan nyata di lapangan.
baik untuk memenuhi kebutuhan Dalam penelitian yang
akan permintaan dalam negri maupun dilakukan oleh (Putri, Suparta 2018),
untuk tujuan ekspor. Metode analisis yang digunakan dalam
Peningkatan produksi babi penelitian strategi pengembangan
sebenarnya mudah untuk dilakukan, usaha peternakan babi Bali,
mengingat cepatnya proses pembiakan menggunakan analisis lingkungan
dan pertumbuhan babi di lapangan. internal dan eksternal untuk
Namun banyak faktor yang mengetahui kekuatan, kelemahan,
menghambat peningkatan produksi peluang dan ancaman yang ada dalam
babi, mulai dari lingkungan internal usaha peternakan babi. Kemudian
seperti manajemen peternak yang masing-masing faktor internal-
kurang memadai, kurangnya teknologi eksternal diberikan nilai bobot dan
yang diterapkan oleh peternak dan peringkatnya menggunakan paired
kualitas bibit yang menurun. comparison, lalu untuk mengetahui
Sedangkan untuk faktor eksternal keadaan peternakan saat ini
seperti sosial budaya yang tidak dilakukan analisis IE. Setelah
mendukung perkembangan mengetahui keadaan peternakan saat
peternakan babi dan mahalnya bahan ini dilakukan analisis SWOT untuk
baku pakan, mengakibatkan sulitnya menemukan strategi yang tepat,
peternak babi untuk berkembang dan untuk menentukan strategi prioritas
memenuhi permintaan pasar yang digunakan analisis QSPM.
masih belum terpenuhi. Dari latar beakang tingginya
Untuk dapat mengembangkan permintaan daging babi di Pulau
usaha ternak babi agar memenuhi Jawa, belum terpenuhinya
permintaan pasar dibutuhkan strategi permintaan akan daging babi oleh
yang tepat. Untuk mengetahui strategi peternak babi di Jawa dan Kabupaten
pengembangan usaha, dapat Semarang merupakan salah satu
ditentukan dengan kombinasi faktor sentra peternakan di Jawa Tenggah,
internal dan faktor eksternal dalam menjadikan penelitian ini menarik
peternakan. Kedua faktor tersebut untuk dilakukan, terlebih belum
dapat dipertimbangkan dalam analisis adanya penelitian serupa di
SWOT (Stengths, Weaknesess, Kabupaten Semarang.
Opportunities, Threats). Analisis SWOT Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara faktor mengetahui: (1) faktor kekuatan dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 251

kelemahan pada lingkungan internal menjelaskan fenomena yang diteliti,


usaha dan faktor peluang dan maka tidak perlu mencari sampling
ancaman pada lingkungan eksternal lainnya. Penelitian kualitatif lebih
usaha peternakan babi di Kecamatan menekan pada persoalan kedalaman
Getasan, Kabupaten Semarang. (2) (kualitas) data bukan banyaknya
kekuatan utama, kelemahan utama, (kuantitas) data (Kriyantono 2009).
peluang utama, dan ancaman utama Data yang diperlukan
dalam pengembangan usaha untuk analisis lingkukan internal
peternakan babi di Kecamatan peternakan meliputi sejarah dan
Getasan, Kabupaten Semarang. (3) keadaan umum peternak, kekuatan
menentukan strategi utama yang tepat dan kelemahan setiap fungsi
untuk diterapkan peternak manajemen peternak, kondisi
berdasarkan hasil analisis lingkungan sumberdaya manusia peternak.
usaha untuk kemajuan usaha Sedangkan untuk analisis lingkungan
peternakan babi di Kecamatan eksternal data yang diperlukan
Getasan, Kabupaten Semarang. meliputi kondisi politik, ekonomi,
sosial, teknologi, pendatang baru, dan
METODE persaingan.
Dalam penelitian ini terdapat
Jenis penelitian ini adalah
tiga tahap analisis formulasi strategi
deskriptif dengan pendekatan
yaitu tahap pengumpulan data, tahap
kualitatif. (Perreault 2009)
pemaduan, dan tahap keputusan.
mendefinisikan penelitian kualitatif
Data yang diperoleh dari hasil
adalah jenis penelitian yang berusaha
observasi dan wawancara akan
menggali informasi secara mendalam,
dievaluasi untuk tahap awal analisis,
serta terbuka terhadap segala
yang kemudian mengidentifikasi dan
tanggapan dan bukan hanya jawaban
mengambil faktor-faktor internal dan
ya atau tidak.
eksternal peternakan untuk tahap
Penelitian ini dilakukan di
pemaduan, kemudian dari hasil
peternak babi Kecamatan Getasan
pemaduan tersebut akan
Kabupaten Semarang pada bulan
dikembangkan beberapa alternatif
Agustus sampai Oktober 2018, dengan
strategi. Alternatif strategi dipilih
pertimbangan bahwa lokasi tersebut
berdasarkan skor tertinggi dari
merupakan sentra peternak babi di
analisis QSPM untuk kemudian
Kabupaten Semarang dan memasok
ditetapkan menjadi alternatif utama
kebutuhan daging babi untuk wilayah
yang terbaik.
Jakarta, Semarang dan sekitarnya.
Tahap pengumpulan data
Data yang digunakan dalam
terdiri dari pembuatan matriks
penelitian ini adalah data primer dan
Internal Factor Evaluation (IFE), dan
data sekunder. Data primer diperoleh
matriks External Factor Evaluation
melalui pengamatan langsung,
(EFE), kedua matriks ini dirangkum
wawancara dan kuisioner dengan 2
dari hasil wawancara terhadap
peternak babi yang ada di Kecamatan
peternak babi di Kecamatan Getasan.
Getasan, sedangkan data sekunder
Matriks IFE ditunjukan untuk
diperoleh dari instansi terkait seperti
mengukur sejauh mana kekuatan dan
BPS dan Ditjenpkh. Penelitian ini tidak
kelemahan yang dimiliki peternak dari
mengutamakan besarnya populasi
hasil analisis internal peternakan,
atau sampling, bahkan samplingnya
menurut (Solihin 2012), analisis
sangat terbatas. Jika data yang
lingkungan internal peternakan
terkumpul sudah mendalam dan bisa
bertujuan untuk mengidentifikasi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 252

sejumlah kekuatan dan kelemahan bobot EFE dari 1,0 hingga 1,99 adalah
yang terdapat pada sumberdaya dan posisi eksternal yang rendah, skor 2,0
proses bisnis internal yang dimiliki. hingga 2,99 adalah posisi eksternal
Alat formulasi ini merangkum dan yang sedang, dan skor 3,0 hingga 4,0
mengevaluasi kekuatan dan adalah posisi eksternal tinggi (David
kelemahan utama dalam suatu fungsi 2009).
bisnis, dan juga merupakan dasar Matriks SWOT merupakan
identifikasi. salah satu tahap dalam teknik
Matriks EFE ditunjukan untuk perumusan strategi. Hasil yang
mengukur sejauh mana peluang dan diperoleh dari matriks SWOT adalah
ancaman yang dimiliki peternak dari berupa alternatif strategi yang layak
hasil analisis eksternal peternakan, dipakai dalam strategi organisasi.
menurut (Solihin 2012), analisis Matriks ini dapat menghasilkan empat
lingkungan eksternal peternakan sel kemungkinan alternatif strategi
bertujuan untuk mengidentifikasi yang layak dipakai dalam strategi
sejumlah peluang dan ancaman yang organisasi, yaitu S-O (Stengths,
berada di lingkungan eksternal. Data Opportunities), strategi W-O
yang digunakan untuk menganalisis (Weaknesses-Opportunities), strategi
lingkungan eksternal adalah informasi W-T (Weaknesses-Threats), dan
ekonomi, sosisal, budaya, demografis, strategi S-T (Stengths-Threats)
lingkungan, politik, pemerintahan, (Rangkuti 2006).
hukum, teknologi, dan tingkat Pada tahapan keputusan,
persaingan (David 2009). Matriks EFE tahapan terakhir dari penyusunan
digunakan untuk mengidentifikasi strategi yaitu menentukan alternatif
faktor-faktor lingkungan eksternal dan strategi yang paling baik untuk
mengidentifikasinya menjadi peluang peternak yang dapat dianalisa
dan ancaman bagi peternak. menggunakan matriks QSPM
Tahap pemaduan data internal (Quantitative Strategic Planning
dan eksternal peternakan Matrix). Matriks QSPM merupakan alat
menggunakan matriks IE dan matriks untuk melakukan evaluasi pilihan
SWOT (Strengths, Weaknesses, strategi alternatif secara objektif,
Opportunities, Threats). berdasarkan informasi dari tahap
Menurut (David 2009), nilai input dan tahap pemaduan untuk
yang didapat pada matriks IFE dan memutuskan strategi mana yang
matriks EFE dimasukan kedalam terbaik (David 2009).
matriks IE (Internal-External Matrik)
untuk memetakan posisi organisasi HASIL DAN PEMBAHASAN
saat ini. Berdasarkan posisi tersebut,
Informan peternakan babi
peternak dapat menentukan strategi
dalam penelitian ini adalah bapak
yang tepat untuk diaplikasikan.
Yang dan bapak Yoshua. Bapak Yang
Dalam matriks IE, total skor IFE
mendirikan peternakan babi sejak
ditempatkan pada sumbu x dan total
tahun 1993 di daerah Nanggulan Kota
skor bobot EFE pada sumbu y. Pada
Salatiga dan pada tahun 1998
sumbu x dari matriks IE, total skor
terdapat gesekan dari masyarakat
bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99
karena persoalan limbah dan populasi
yang menggambarkan posisi internal
masyarakat disekitar peternakan
yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99
semakin padat, sehingga pada tahun
adalah posisi internal sedang dan skor
tersebut peternakan bapak Yang
3,0 hingga 4,0 adalah posisi internal
pindah ke Kecamatan Getasan
kuat. Begitupula sumbu y total skor

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 253

Kabupaten Semarang, populasi babi babi yang baik dengan nilai total skor
milik bapak Yang sekarang ini kurang 0,408. Dapat diartikan bahwa faktor
lebih terdapat 1000 ekor babi dengan tersebut adalah variabel yang paling
jenis babi dominan adalah babi penting dalam internal peternakan
Lanrase dan babi Yokser. Sedangkan babi di Kecamatan Getasan.
bapak Yoshua merupakan penerus Tingginya nilai total skor pada variabel
dari ayahnya untuk mengelola S7 karena memiliki bibit babi yang
peternakan babi di Kecamatan baik merupakan asset jangka panjang
Getasan Kabupaten Semarang, dalam proses peternakan babi, jika
peternakan bapak Yoshua didirikan salah dalam memilih bibit babi maka
pada tahun 2000 di Kecamatan peternakan kurang optimal dalam
Getasan dengan populasi sekarang proses budidaya dan berkurangnya
mencapai 4000 ekor babi dan jenis keuntungan. Sedangkan kelemahan
babi yang dominan di peternakan ini utama pada internal peternak babi di
adalah babi jenis Lanrase, Yokser dan Kecamatan Getasan adalah variabel
Durok. W1, yaitu peternakan masih semi
tradisional dengan nilai total skor
Analisis Matriks IFE Pengembangan tertinggi 0,214. Sistem peternakan
Usaha Peternakan Babi di tradisional merupakan penghambat
Kecamatan Getasan Kabupaten dalam peternakan babi, karna
Semarang perkembangan babi dengan sistem
Hasil bobot skor rata-rata pada tradisional tidak seoptimal babi
tabel 3 dari pendapat partisipan yang dengan perlakuan intensif. Babi
menunjukan bahwa faktor strategis gampang terkena penyakit dan
internal peternak babi di Kecamatan ketidakstabilan suhu pada kandang
Getasan Kabupaten Semarang semi tradisional merupakan
memiliki kelemahan dari peternak babi di
kekuatan utama pada variabel S7 Kecamatan Getasan.
yaitu mengetahui cara memilih bibit
Tabel 3. Analisis Matriks IFE

Bobot Rating Skor


No Faktor Strategis Internal
Rata-Rata Rata-Rata Total
KEKUATAN
S1 Kualitas daging babi yang dihasilkan 0,116 3 0,348
bagus
S2 Tersedianya mesin untuk efisiensi 0,093 4 0,372
waktu dan tenaga kerja
S3 Pegawai sudah trambil 0,080 4 0,320
S4 Menerapkan biosecurity 0,075 4 0,300
S5 Jaringan pemasaran luas 0,098 3,5 0,343
S6 Selalu melakukan observasi untuk 0,086 4 0,344
pengembangan peternakan
S7 Mengetahui cara memilih bibit babi 0,102 4 0,408
yang baik
KELEMAHAN
W1 Peternakan masih semi tradisional 0,107 2 0,214
W2 Produktifitas babi masih di bawah 0,068 1 0,068
standard
W3 Belum memanfaatkan limbah 0,093 2 0,186
peternakan dengan baik

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 254

W4 Kemampuan administrasi yang masih 0,082 1,5 0,123


rendah
Total 1.000 3,026
Sumber: Data Primer (2018)
Menurut (David 2009) jika total usaha peternakan babi di Kecamatan
pembobotan skor rata-rata di bawah Getasan berada diatas rata-rata. Jadi
2,5 maka organisasi tersebut memiliki dapat disimpulkan bahwa
faktor strategis internal yang sangat pengembangan usaha peternakan
lemah. Berdasarkan hasil akhir babi di Kecamatan Getasan memiliki
matriks IFE pada tabel 3, nilai skor posisi internal yang kuat, karna sudah
rata-rata pada Pengambangan Usaha mampu dalam memanfaatkan
Peternakan Babi di Kecamatan kekuatan yang dimiliki untuk
Getasan sebesar 3,026, hal ini dapat mengatasi kelemahan yang ada.
dikatakan bahwa faktor internal
Tabel 4. Analisis Matriks EFE

Bobot Rating Skor


No Faktor Strategis Internal
Rata-Rata Rata-Rata Total
PELUANG
O1Kebijakan dinas peternakan 0,157 4 0,628
mendukung pengembangan peternakan
babi
O2 Jumlah peternakan babi dibatasi oleh 0,175 2,5 0,438
pemerintah
O3 Restribusi pajak peternakan babi 0,170 1,5 0,255
murah
O4 Permintaan babi masih belum 0,098 4 0,392
terpenuhi
ANCAMAN
T1 Perubahan cuaca yang tidak menentu 0,084 4 0,336
T2 Cepatnya penularan penyakit di 0,084 4 0,336
kompleks peternakan babi
T3 Meningkatnya nilai Dollar 0,134 3,5 0,469
T4 Limbah mencemari lingkungan pada 0,098 1,5 0,147
musim hujan
Total 1.000 3,001
Sumber: Data Primer (2018)
Analisis Matriks EFE Pengembangan sebesar 0,628. Dengan demikian
Usaha Peternakan Babi di kebijakan dinas peternakan memiliki
Kecamatan Getasan peran penting dalam pengembangan
Hasil dari analisis matriks EFE usaha peternakan babi di Kecamatan
pada tabel 4 menunjukan bahwa Getasan, salah satu peran dinas
pengembangan usaha peternakan peternakan yaitu melakukan
babi di Kecamatan Getasan pengecekan kesehatan berkala dan
Kabupaten Semarang memiliki memberikan penyuluhan terkait
peluang faktor strategis eksternal yang peternakan babi. Ancaman utama
paling utama berada pada variable O1, pada pengembangan usaha
yaitu kebijakan dinas peternakan peternakan babi di Kecamatan
mendukung pengembangan Getasan adalah variabel T3, yaitu
peternakan babi dengan total skor meningkatnya nilai Dollar dengan total

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 255

skor 0,469. Ancaman nilai Dollar analisis yaitu matriks IE dan matriks
dapat dikatakan serius karena SWOT.
sebagian besar bahan baku pakan dan Berdasarkan analisis matriks
obat adalah produk impor yang sangat IE pada tabel 5, diperoleh nilai total
sensitif terhadap peningkatan nilai pembobotan matriks IFE sebesar
Dollar, sehingga berakibat pada 3,026 dan nilai total pembobotan
meningkatnya biaya produksi. matriks EFE sebesar 3,001. Hasil dari
Berdasarkan nilai matriks EFE total nilai IFE dan EFE diposisikan
pada Tabel 4, menunjukan nilai pada kolom matriks IE, total nilai
jumlah total skor faktor eksternal matriks IFE berada pada sumbu X dan
usaha peternakan babi di Kecamatan total nilai matriks EFE berada pada
Getasan sebesar 3,001. Seperti yang sumbu Y. Berdasarkan hasil analisis
diungkapkan oleh (David 2009), jika tersebut posisi usaha peternakan babi
total skor pembobotan di bawah 2,5 di Kecamatan Getasan berada pada sel
maka perusahaan tersebut memiliki I yang artinya tumbuh dan
faktor strategis eksternal yang lemah. membangun(Growth and Build), hasil
Sedangkan jumlah total skor pada ini menjadi pegangan untuk
pengembangan usaha peternakan menentukan alternatif strategi yang
babi di Kecamatan Getasan sesuai dengan keadaan peternakan
Kabupaten Semarang di atas 2,5, babi saat ini yaitu tumbuh dan
sehingga dapat disimpulkan usaha membangun.
peternakan babi di Kecamatan Hasil analisis matriks SWOT
Getasan kuat karena mampu menggunakan variable-variabel yang
memanfaatkan peluang untuk ada di matriks IFE dan EFE, dan
mengurangi ancaman yang ada. berdasarkan keadaan peternakan saat
ini yang dilihat dari hasil analisis
Perumusan Alternatif Strategi matriks IE. Terdapat empat kelompok
Untuk mengetahui posisi strategi dan dalam kelompok strategi
peternak babi di Kecamatan Getasan tersebut terdapat sembilan alternatif
saat ini digunakan Matriks Internal strategi yang dapat dirumuskan dalam
Eksternal (IE). Hasil matriks IE pengembangan usaha peternakan
berdasarkan pada total skor dari babi di Kecamatan Getasan, kelompok
analisis matriks IFE dan matriks EFE, strategi tersebut adalah strategi SO
dalam tahapan perumusan alternatf (Strenghts-Opportunities), WO
strategi pengembangan usaha (Weaknes-Opportunities), ST
peternakan babi di Kecamatan (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknes-
Getasan menggunakan pencocokan Threats).
dengan memanfaatkan dua alat

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 256

Tabel 5. Matriks IE
Total Skor IFE
Kuat Rata- Lemah
(4,0-3,0) rata (1,0-1.99)
4,0 3,0 2,0 1,0
(2,0-
2,99)
I II III
Tinggi Growth and Growth Holdand and
(4,0- Build Build Maintain
3,0) (Tumbuh dan (Tumbuh dan (Pertahankan
Membangun) Membangun) dan Pelihara)
3,0
Total Skor EFE

IV V VI
Sedang Growth and Hold and Harvest and
(2,0- Build Maintain Divest
2,99) (Tumbuh dan (Pertahankan (Panen atau
2,0 Membangun) dan Pelihara) Divestasi)

VII VIII IX
Rendah Hold and Harvest and Harvest and
(1,0- Maintain Divest Divest
1,99) (Pertahankan (Panen atau (Panen atau
1,0 dan Pelihara) Divestasi) Divestasi)
Sumber: Data Primer (2018)
bahwa kualitas daging babi
Strategi SO (Strenght - merupakan salah satu faktor
Opportunities) terpenting dalam peternakan babi.
Alternatif strategi kelompok SO Untuk menghasilkan daging babi yang
merupakan strategi yang dirumuskan bagus tidak lepas dari jenis babi yang
dengan mempertimbangkan kekuatan di gunakan, babi yang digunakan
yang dimiliki peternak babi di adalah silangan antara pejantan
Kecamatan Getasan, Kabupaten Durok dan induk Landrase atau
Semarang untuk dapat memanfaatkan Yokser, perkawinan silang ini akan
peluang yang ada. Strategi SO yang menghasilkan lemak yang tipis dan
dapat dirumuskan adalah : daging berwarna merah. Selain jenis
[SO1] Mempertahankan kualitas babi, yang tidak kalah penting adalah
produk untuk menjaga loyalitas pakan, pakan yang digunakan bukan
pelanggan. Peternak babi di pakan rucah (sembarangan)
Kecamatan Getasan memiliki kualitas melainkan pakan dengan kualitas
daging babi yang dapat dibilang yang baik seperti bungkil kedelai,
bagus.. Menurut hasil penelitian yang tepung tulang dan dedak yang sudah
dilakukan oleh (Gultom 2007), diracik sedemikian rupa oleh peternak
mengungkapkan bahwa kualitas guna memperoleh daging yang bagus.
daging babi yang baik dengan lemak Selain pakan dan tidak kalah penting
tipis dan warna daging merah adalah pemeliharaan, pemeliharaan
merupakan salah satu dayatarik yang bagus membuat babi merasa
terbesar bagi konsumen daging babi di nyaman dan tidak stress, sehingga
Tapanuli Utara. Hal ini menandakan membuat kualitas daging yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 257

dihasilkan menjadi bagus. Pelanggan Medan dan Bali. Dari hasil analisis
peternak Getasan bukan hanya di SWOT yang dilakukan oleh (Siregar
sekitar Semarang saja teteapi sampai 2012) memperbanyak jumlah populasi
ke DKI Jakarta, Bandung dan sapi potong merupakan salah satu
Tanggerang, banyaknya pelanggan alternatif strategi SO, karena
dari daerah yang jauh ini bukan tanpa permintaan yang tinggi dari
alasan, salah satu penyebabnya masyarakat akan daging sapi dan
adalah kualitas daging yang pemasaran yang mudah merupakan
dihasilkan peternak di Kecamatan faktor utama dari strategi tersebut, hal
Getasan sangatlah diminati oleh ini sejalan dengan keadaan peternak
konsumen daging babi di daerah babi di Kecamatan Getasan.
tersebut. Untuk menjaga konsumen Permintaan yang banyak dan
yang ada di daerah tersebut selalu peternakan yang dibatasi oleh
mengonsumsi daging dari peternak pemerintah karena sosial dan budaya
Kecamatan Getasan adalah dengan merupakan peluang bagi peternak
menjaga kualitas daging babi yang babi di Kecamatan Getasan untuk
dihasilkan selalu baik, dengan meningkatkan kapasitas peternakan
harapan pelanggan (penjagal) selalu sehingga memenuhi permintaan pasar
mencari babi dari peternak babi yang sangat besar dan dapat
Kecamatan Getasan karna permintaan memaksimalkan keuntungan.
konsumen (pembeli akhir) besar
terhadap daging babi yang memiliki Strategi WO (Weaknes-
kualitas baik. Opportunities)
[SO2] Meningkatkan kapasitas Alternatif strategi kelompok WO
produksi untuk memenuhi merupakan strategi yang dirumuskan
permintaan pasar. Permintaan akan dengan melihat peluang untuk
daging babi yang selalu bertambah meminimalkan kelemahan yang
dari tahun ke tahun membuat suplay dimiliki peternak babi di Kecamatan
babi tidak dapat memenuhi Getasan. Strategi WO yang dapat
permintaan yang ada saat ini, dirumuskan adalah:
peternak yang ada di Getsan tidak [WO1] Memoderenisasi peternakan
pernah mencari pembeli melainkan sehingga lebih efisien dan produktif.
pembeli yang mencari peternak, hal ini Peternak babi Kecamatan Getasan
karena permintaan yang besar dari masih menggunakan teknologi sistem
konsumen terhadap daging babi. peternakan semi tradisional, sistem ini
Menurut salah satu peternak babi masih menggunakan lantai semen
yang ada di Getasan, permintaan yang yang menjadikan tercampurnya
ada di Pulau Jawa kususnya DKI kotoran dengan babi sehingga
Jakarta dalam 1 hari adalah 600 ekor penyakit seperti nafas dan diare lebih
babi, Tanggerang 300 ekor babi per mudah muncul dan menyerang
hari, Bandung 300 ekor per hari, Kota ternak. Selain itu kandang yang
Semarang 30-40 ekor per hari, Kota digunakan adalah kandang terbuka
Salatiga 3 ekor per hari. Menurut (open house), kandang jenis ini akan
salah satu peternak babi di Kecamatan lebih rentan terhadap perubahan
Getasan, Pulau Jawa merupakan cuaca drastis dan menyebabkan babi
pasar yang besar untuk daging babi stress sehingga daya tahan tubuh babi
kususnya DKI Jakarta, jika Jawa menurun dan mudah terserang
bukan pasar yang besar untuk daging penyakit. Selain itu sistem
babi bagaimana mungkin Pulau Jawa pembesaran babi untuk beberapa
mendatangkan daging babi dari peternak masih menggunakan sistem

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 258

koloni, sistem ini sederhana tetapi terhadap peternak. Pemanfaatan


membuat pertumbuhan babi tidak limbah menjadi biogas dapat
merata karena persaingan makanan memangkas biaya produksi untuk gas
antara babi satu dengan yang lainnya, penghangat anak babi yang setiap
babi yang kalah akan tersingkir dan malam dinyalakan, penghematan ini
pertumbuhannya tidak optimal. Dari dapat menjadi dampak yang besar
hasil analisis SWOT formulasi strategi bagi peternak, pasalnya penggunaan
pengembangan peternakan pada PT penghangat dilakukan setiap hari
sumber ungags yang dilakukan oleh untuk anak babi. Dari analisis SWOT
(Chakrabarti 2017) menerapkan strategi pengembangan usaha
teknologi dan mengoptimalkan peternakan sapi rancah yang
penggunaannya merupakan salah dilakukan oleh (Suyudi, Hendar
satu alternatif strategi WO, dengan Nuryaman 2016) memanfaatkan
pertimbangan perkembangan kebijakan pemerintah dalam
teknologi di bidang peternakan dukungan program bidang
semakin canggih. Hal ini sejalan peternakan merupakan salah satu
dengan kondisi peternakan babi yang strategi alternatif WO yang dihasilkan,
ada di Getasan, untuk mengefisienkan hal ini menandakan perlu adanya
pakan dan membuat peternakan babi bimbimbingan dari pihak professional
di Kecamatan Getasan produktif, perlu pengolahan limbah yaitu dinas
adanya moderenisasi teknologi peternakan yang menaungi
peternakan seperti membuat kandang peternakan babi di Kecamatan
panggung sehingga kotoran dengan Getasan Kabupaten Semarang,
babi tidak tercampur dan risiko pentingnya edukasi dan arahan dari
terserang penyakit dapat ditekan, dinas peternakan menjadikan strategi
membuat kandang tertutup (close bekerjasama dengan dinas peternakan
house) sehingga suhu dalam kandang untuk memanfaatkan limbah dapat
dapat stabil dan risiko penyebaran dipertimbangkan lebih lanjut.
penyakit lebih rendah, dan membuat [WO3] Memperbaharui genetika babi
kandang individu sehingga induk sehingga lebih produktif.
pertumbuhan babi dapat terkontrol Permintaan babi yang besar dan
dan memudahkan kontrol kesehatan belum terpenuhi menuntut
ternak. produktifitas babi lebih baik sehingga
[WO2] Bekerjasama dengan dinas permintaan dapat terpenuhi. Menurut
peternakan untuk memanfaatkan peternak yang ada di Getasan, induk
limbah. Peternak babi di Kecamatan babi yang ada di Kecamatan Getasan
Getasan selama ini tidak rata-rata menghasilkan 10 ekor anak
memanfaatkan limbah kotoran ternak per induk, jumlah anakan babi per
babi menjadi sesuatu yang lebih induk di Kecamatan Getasan berada di
bermanfaat, selama ini limbah bawah rata-rata karena peternakan di
peternakan ditampung dibelakang luar negri rata-rata anakan sudah 12
kandang dan dimanfaatkan warga ekor per induk, hal ini jelas merugikan
sekitar untuk memupuk ladang bagi peternak babi di Getasan. Faktor
rumput dan bunga secara gratis. yang mempengaruhi produktifitas
Ketidaktahuan peternak babi di babi dipengaruhi oleh genetika, jenis
Kecamatan Getasan akan pengolahan pakan dan pemeliharaan. Pada kasus
limbah yang dapat dijadikan sesuatu peternak babi di Kecamatan Getasan,
yang bermanfaat seperti biogas untuk faktor yang mempengaruhi
penghangat kandang anak babi produktifitas babi adalah genetika
dikarnakan kurangnya eduksi babi yang belum mengalami

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 259

perbaikan. Menurut peternak babi di Rp.15.000,- per Dollar Amerika yang


Kecamatan Getasan, pada dasarnya membuat biaya untuk pakan menjadi
semua ras babi dapat menghasilkan jauh lebih mahal dari sebelumnya,
banyak anak, tetapi harus melalui harga Dollar pada tiga tahun terakhir
proses perbaikan genetika. Setiap ras rata-rata berada pada angka
babi berpotensi memiliki banyak anak Rp.13.000,- per Dollar Amerika,
dan sedikit anak, untuk menghasilkan sedangkan untuk saat ini nilai Dollar
genetika induk babi yang rata-rata berada pada angka
menghasilkan banyak anak harus Rp.14.000,- per Dollar Amerika. Biaya
melakukan perkawinan selektif antara pakan mengalami peningkatan kurang
babi yang memiliki anak banyak lebih 8% untuk saat ini, hal ini jelas
dengan jantan dari induk yang membuat para peternak mengalami
memiliki anak banyak, lalu diseleksi pembengkakan di biaya pakan.
kembali dan seperti itu seterusnya (Malotes 2016) menyatakan bahwa
sehingga didapat induk babi dengan memanfaatkan secara optimal pakan
produktifitas tinggi, atau dengan cara limbah pertanian yang jumlahnya
singkat yaitu mendatangkan induk melimpah, merupakan alternatif
babi dengan produktifiras tinggi dari strategi WT dengan pertimbangan
daerah lain untuk menjadi indukan. melimpahnya sumber pakan lokal dan
Dengan memperbaharui genetika babi terbatasnya keuangan peternak. Salah
induk diharapkan produktifitas jauh satu solusi yang dapat dilakukan
lebih baik dan proses produksi babi adalah melakukan uji coba
jauh lebih cepat dari sebelumnya, menggunakan bahan baku pakan
sehingga permintaan akan daging babi lokal untuk menekan biaya produksi
dapat terpenuhi. ditengah harga Rupiah yang belum
stabil ini.
Strategi ST (Strenghts-Threats) [ST2] Meningkatkan penerapan
Alternatif strategi ST biosecurity untuk menekan
merupakan strategi yang dirumuskan penyakit. Seluruh peternakan babi
dengan menggunakan kekuatan yang yang ada di Kecamatan Getasan
dimiliki peternak babi di Kecamatan menerapkan biosecurity untuk
Getasan untuk meminimalkan kandang mereka, tetapi penerapan
ancaman yang ada. Strategi yang biosecurity masih belum maksimal
dapat dirumuskan adalah: dilakukan karena kebanyakan
[ST1] Melakukan ujicoba kariawan belum benar-benar
menggunakan bahan baku pakan menerapkan biosecurity, seperti masih
lokal untuk menekan biaya menggunakan pakaian yang sama
produksi. Bahan baku pakan babi saat diluar dan didalam kandang.
yang digunakan oleh peternak babi di Menurut peternak babi di Kecamatan
Kecamatan Getasan Kabupaten Getasan biosecurity adalah usaha
Semarang 50% adalah produk import untuk menjaga suatu daerah dari
seperti bungkil kedelai dan tepung masuknya agen penyakit, menjaga
tulang, hanya dedak dan jagung saja tersebarnya agen penyakit dari daerah
yang merupakan produksi dalam tertentu, dan menjaga agar suatu
Negri. Penggunaan bahan baku pakan penyakit tidak menyebar di dalam
impor ini membuat harga pakan daerah tersebut dengan cara membuat
menyesuaikan dengan nilai Rupiah area-area pada kandang babi yaitu
terhadap Dollar, beberapa bulan area luar (daerah bebas), area
terakhir ini harga Dollar terhadap peralihan (area sterilisasi apapun yang
Rupiah melambung tinggi menyentuh akan masuk kandang dengan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 260

desinfektan) dan area steril (area internal peternakan seperti


dalam kandang). Biosecurity penting peternakan masih semi tradisional,
untuk diterapkan dalam peternakan produktivitas babi masih dibawah
babi di Kecamatan Getasan mengingat standar, dan kemampuan
peternakan babi di Kecamatan administrasi masih rendah, sampai
Getasan merupakan daerah sentral lingkungan sosial sekitar peternakan
peternakan babi yang jarak antara seperti limbah yang mencemari
peternakan satu dengan lainnya saling lingkungan pada saat musim hujan.
berdekatan dan membuat risiko Dari hasil analisis SOWT yang
penularan penyakit jauh lebih tinggi. dilakukan oleh (Gultom 2007)
(Malotes 2016) menyatakan bahwa meningkatkan penelitian dan
meningkatkan pengendalian penyakit pengembangan usaha, terutama
ternak merupakan salah satu dalam hal pengolahan limbah agar
alternatif strategi ST dengan mempunyai nilai tambah kepada
pertimbangan banyak terdapat peternak dengan pertimbangan
penyakit membahayakan dalam pengolahan limbah peternakan belum
lingkungan peternakan. optimal. Pembuatan biogas untuk
Meningkatkan penerapan biosecurity sistem penghangat anak babi dapat
merupakan hal yang penting pada menjadi solusi masalah pencemaran
area sentral peternakan babi sehingga lingkungan sekitar peternakan,
risiko penularan penyakit dapat sedangkan untuk masalah internal
diminimalisir, untuk meningkatkan peternakan dibutuhkan semangat
penerapan biosecurity butuh adanya yang membara untuk selalu
SOP secara tertulis bagi kariawan dan berkembang bagi para peternak di
melakukan punishment jika terjadi Kecamatan Getasan dan update
pelanggaran. informasi akan peternakan babi untuk
membenahi peternakan sehingga
Strategi WT (Weaknes-Threats) dapat bersaing dengan peternakan
Alternatif strategi WT lainnya.
merupakan strategi yang dirumuskan [WT2] Meningkatkan akses
untuk mengurangi kelemahan yang informasi dan teknologi untuk
dimiliki dan menghindari ancaman memoderenisasi peternakan. Untuk
eksternal yang ada. Strategi yang dapat menyesuaikan diri di era
dapat dirumuskan adalah: modern ini, para pelaku usaha
[WT1] Meningkatkan penelitian dan peternakan babi di Kecamatan
pengembangan usaha, terutama Getasan harus memiliki kemauan
dalam hal pengolahan limbah agar yang kuat untuk selalu berkembang
mempunyai nilai tambah kepada dalam era modern dengan cara
peternak. Persaingan peternakan babi menyambut perkembangan teknologi
yang berlomba-lomba untuk dengan pemikiran yang terbuka
melakukan perkembangan peternakan sehingga dapat menyerap informasi-
sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi yang baru dari dunia yang
pasar lebih cepat membuat setiap serba cepat sekarang ini. Informasi di
peternak harus melakukan upaya era modern ini dapat datang dari mana
penelitian pribadi atau update saja, mulai dari buku, dinas terkait
informasi dalam peternakan babi dan yang paling mudah adalah
untuk perkembangan usahanya. internet. Dari hasil penelitian yang
Banyak tantangan yang harus dilakukan oleh (Suyudi, Hendar
dihadapi peternak dalam Nuryaman 2016) bahwa
pengembangan usahanya, mulai dari mengembangkan keterampilan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 261

peternak melalui kerja sama dengan peternakan babi harus semakin


berbagai lembaga terkait guna membuka pikiran dan melek akan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi teknologi sekarang ini, sehingga dapat
dalam pemerliharaan ternak dengan bersaing dengan peternak-peternak
tujuan untuk meningkatkan babi lainnya.
produktivitas ternak merupakan salah
Penerapan Prioritas Strategi
satu alternatif strategi ST, dengan
Peternakan Babi
pertimbangan masuknya sapi impor
Berdasarkan hasil penilaian
dan pemeliharaan masih tradisional,
QSPM, maka diperoleh urutan dari
hal ini sejalan dengan keadaan
nilai TAS paling tinggi hingga paling
peternak babi di Kecamatan Getasan
rendah. Dari urutan tersebut dapat
yang membutuhkan update informasi
dihasilkan strategi-strategi prioritas
terbaru untuk mengembangan
yang dapat diimplementasikan oleh
ketrampilan dalam berternak.
peternak babi di Kecamatan Getasan
Semakin pesatnya perkembangan
Kabupaten Semarang.
teknologi menuntut para pelaku
Tabel 6. Hasil Analisis QSPM

STAS Partisipan STAS Prioritas


Partisipan 1 2 Rata-Rata Strategi
STAS 1 4,439 4,283 4,361 5
STAS 2 5,898 6,023 5,961 1
STAS 3 5,200 4,541 4,871 3
STAS 4 4,600 3,869 4,235 6
STAS 5 4,879 4,638 4,759 4
STAS 6 4,147 3,582 3,865 8
STAS 7 5,497 5,236 5,367 2
STAS 8 4,451 3,798 4,125 7
STAS 9 3,479 3,676 3,578 9
Sumber: Data Primer (2018)
Berdasarkan hasil analisis dan produktif, menempati urutan
matriks QSPM pada Tabel 6, dapat ketiga dengan nilai 4,871.
dilihat bahwa alternatif strategi yang 4. STAS 5, memperbaharui genetika
dapat diterapkan dalam babi induk sehingga lebih
pengembangan usaha peternakan produktif, menempati urutan
babi di Kecamatan Getasan keempat dengan nilai 4,759.
Kabupaten Semarang adalah sebagai 5. STAS 1, mempertahankan kualitas
berikut: produk untuk menjaga loyalitas
1. STAS 2, meningkatkan kapasitas pelanggan, menempati urutan
produksi untuk memenuhi kelima dengan nilai 4,361.
permintaan pasar, menempati 6. STAS 4, bekerjasama dengan dinas
urutan pertama dengan nilai peternakan untuk memanfaatkan
5,961. limbah, menempati urutan keenam
2. STAS 7, meningkatkan penerapan dengan nilai 4,235.
biosecurity untuk menekan 7. STAS 8, meningkatkan penelitian
penyakit, menempati urutan kedua dan pengembangan usaha,
dengan nilai 5,367. terutama dalam hal pengolahan
3. STAS 3, memodernisasi limbah agar mempnyai nilai
peternakan sehingga lebih efisien tambah kepada peternak,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 262

menempati urutan ketujuh dengan dinas peternakan mendukung


nilai 4,125. pengembangan peternakan babi,
8. STAS 6, menggunakan bahan baku Jumlah peternakan babi dibatasi
pakan lokal untuk menekan biaya pemerintah, Restribusi pajak
produksi, menempati urutan peternakan babi murah,
kedelapan dengan nilai 3,865. Permintaan babi masih belum
9. STAS 9, meningkatkan akses terpenuhi, dan pada ancaman
informasi dan teknologi untuk terdiri dari Perubahan cuaca yang
memoderenisasi peternakan, tidak menentu, Cepatnya
menempati urutan kesembilan penularan penyakit di kompleks
dengan nilai 3,578. peternakan babi, Meningkatnya
Strategi utama dalam pengembangan nilai dollar, Limbah mencemari
usaha peternakan babi di lingkungan pada musim hujan.
Kecamatan Getasan Kabupaten 2. Kekuatan utama dalam
Semarang adalah meningkatkan pengembangan usaha peternakan
kapasitas produksi untuk babi di Kecamatan Getasan adalah
memenuhi permintaan pasar mengetahui cara memilih bibit babi
dengan nilai STAS rata-rata 5,961. yang baik dengan total skor 0,408.
Nilai STAS yang tertinggi Kelemahan utama dalam
menunjukan bahwa alternatif pengembangan usaha peternakan
strategi tersebut memiliki daya babi di Kecamatan Getasan berada
tarik dalam pengembangan usaha di variabel peternakan masih semi
peternakan babi di Kecamatan tradisional dengan skor total
Getasan Kabupaten Semarang. tertinggi 0,214. Peluang utama
dalam pengembangan usaha
KESIMPULAN DAN SARAN peternakan babi di Kecamatan
Getasan adalah kebijakan dinas
Kesimpulan
peternakan mendukung
1. Faktor internal terdiri dari
pengembangan peternakan babi
kekuatan dan kelemahan
dengan total skor tertinggi 0,628,
peternakan, kekuatan terdiri dari
sedangkan ancaman utama dalam
Kualitas daging babi yang
pengembangan peternakan babi
dihasilkan bagus, Tersedianya
adalah meningkatnya nilai dollar
mesin untuk efisiensi waktu dan
dengan total skor 0,469.
tenaga kerja, Pegawai sudah
3. Strategi utama berdasarkan
trampil, Menerapkan biosecurity,
matriks QSPM dalam
Jaringan pemasaran luas, Selalu
pengembangan usaha peternakan
melakukan observasi untuk
babi di Kecamatan Getasan adalah
mengembangkan peternakan,
meningkatkan kapasitas produksi
Mengetahui cara memilih bibit babi
untuk memenuhi permintaan
yang baik, dan pada kelemahan
pasar dengan skor tertinggi sebesar
terdiri dari Peternakan masih semi
5,961.
tradisional, Produktifitas babi
dibawah standard, Belum
Saran
memanfaatkan limbah peternakan
1. Peternak babi di Kecamatan
dengan baik, Kemampuan
Getasan harus lebih
administrasi yang masih rendah.
memperhatikan limbah peternakan
Faktor eksternal terdiri dari
untuk hal yang lebih bermanfaat
peluang dan ancaman peternakan,
seperti menjadikan limbah
peluang terdiri dari Kebijakan
peternakan menjadi biogas.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
SOCA (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian) Vol.13 No.2, 31 Agustus 2019 263

2. Peternak babi di Getasan harus Malotes, Jibran. 2016. “Strategi


melek akan pembukuan keuangan Pengembangan Usaha
sehingga keuntungan atau Peternakan Sapi Potong Di
kerugian dapat diketahui. Kecamatan Tinangkung Utara
Kabupaten Banggai
DAFTAR PUSTAKA
Kepulauan.” Agroland 3.
BPS, Jawa Tengah. 2016. “Populasi http://jurnal.untad.ac.id/jurn
Ternak Menurut al/index.php/AGROLAND/artic
Kabupaten/Kota Dan Jenis le/download/8318/6600.
Ternak Di Provinsi Jawa
Perreault. 2009. Pemasaran Dasar :
Tengah.” Badan Pusat Statistik
Pendekatan Manajerial Global.
Jateng. 2016.
Jakarta: Salemba Empat.
https://jateng.bps.go.id.html.
Putri, Suparta, Sumardani. 2018.
Chakrabarti, Fajri. 2017. “Formulasi
“Strategi Pengembangan Usaha
Strategi Pengembangan
Peternakan Babi Bali Untuk
Peternakan Pada PT Sumber
Meningkatkan Perekonomian
Unggas.” Departemen Agribisnis
Masyarakat Pedesaan Di
Institut Pertanian Bogor.
Kecamatan Nusa Penida,
https://repository.ipb.ac.id/jsp
Provinsi Bali.” Simodos.
ui/bitstream/123456789/9181
https://simdos.unud.ac.id/upl
1/1/H17fch.pdf.
oads/file_penelitian_1_dir/225
David. 2009. Manajemen Strategis. d48d030db8781d1c9a2dfabc43
12th ed. Jakarta: Salemba 41a.pdf.
Empat.
Rangkuti, Freddy. 2006. Teknik
Didjenpkh. 2017. “Statistik Mengukur Dan Strategi
Peternakan Dan Kesehatan Meningkatkan Kepuasan
Hewan.” Kementraian Pelanggan. Jakarta: Gamedia
Pertanian. 2017. Pustaka Utama.
http://ditjenpkh.pertanian.go.i
Siregar, Gustina. 2012. “Analisis
d/userfiles/File/Buku_Statisti
Kelayakan Dan Strategi
k_2017_(ebook).pdf?time=1505
Pengembangan Usaha Ternak
127443012.
Sapi Potong.” Agrium 17.
Gultom, Yusnider. 2007. “Strategi http://jurnal.umsu.ac.id/index
Pengembangan Usaha .php/agrium/article/viewFile/
Peternakan Babi (Studi Kasus, 320/278.
Ripayanly Farm, Desa Pealinta
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen
Kecamatan Sipahuntar
Strategik. Jakarta: Erlangga.
Kabupaten Tapanuli Utara).”
IPB. Bogor: IPB. Suyudi, Hendar Nuryaman, Erfan.
http://repository.ipb.ac.id/jsp 2016. “Strategi Dan Model
ui/bitstream/123456789/4975 Pengembangan Usaha
8/1/D07ygu.pdf. Peternakan Sapi Rancah.” Riset
Agribisnis & Peternakan 2.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik
http://ejournal.umpwr.ac.id/in
Praktis Riset Komunikasi.
dex.php/jrap/article/view/428
Malang: Prenada Media Group.
1.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08
e-ISSN: 2615-6628
Vol.13 No.2 31 Agustus 2019 p-ISSN: 1411-7176

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i02.p08

Anda mungkin juga menyukai