Editorial Board
Editor-in-Chief : Novyandra Ilham Bahtera, M.Sc.
Penerbit (Publisher)
Jurusan Agribisnis Univeritas Bangka Belitung
Journal ofIntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian
Abstract
The cattle and oil palm integration program (SISKA) is a flagship program of the Provincial Government
of Bangka Belitung Islands, especially in the Sungaiselan Village which synergizes cattle and oil palm in
mutual relations. The objectives of this study are 1) to analyze the potential for SISKA development in
Tunas Baru Farmers Group in Sungaiselan Village and 2) to analyze internal and external factors that
are strengths, weaknesses, opportunities and safeguards in the SISKA strategy in Sungaiselan Village.
This research method used a case study method which was analysed qualitatively. The analytical tool used
wass SWOT. The results of this study indicated that 1) the potential development of SISKA in
Sungaiselan was very large as seen from the potential of the Sungaiselan Village area, and the income
received by farmers. 2) Internal factors in this study (strength): contribution of oil palm biomass as a
source of feed, easy marketing, abundant SISKA by-products, maximum technology, and maximum ADG
development; (weakness): HR capabilities were managed technically less, capital was limited,
transportation systems were difficult and the difficulty was finding superior seeds. External factors in
this study (opportunity): potential domestic meat prices, beef biomass as alternative energy, limited beef
supply, increased beef demand, government policies in accelerating the development of SISKA (threats);
imported meat prices were cheaper, the risk of animal mortality, and competitive competition.
Keywords: Cattle; Palm Oil; Potential Development
Abstrak
Program integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) merupakan program unggulan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama di Kelurahan Sungaiselan yang mensinergikan
sapi dan kelapa sawit dalam sebuah hubungan mutualisme. Tujuan dalam penelitian ini adalah
1) menganalisis potensi pengembangan SISKA pada Kelompok Tani Tunas Baru di Kelurahan
1
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
1. PENDAHULUAN
Populasi ternak di Kabupaten menerapkan SISKA, ada beberapa
Bangka Tengah pada tahun 2012-2017 terus keuntungan yang dimiliki oleh Kelompok
mengalami peningkatan yaitu dari 1,677 Tani Tunas Baru. Salah satunya adalah
ekor menjadi 3,817 ekor. Selain itu, memanfaatkan pelepah sawit sebagai
perkebunan kelapa sawit juga mengalami sumber pakan ternak. Selain itu, terjadi
peningkatan dari 6,278.5 ha pada tahun efisiensi waktu dan efisiensi tenaga kerja
2012 meningkat menjadi 8,735.36 ha pada karena menggunakan teknlogi dalam
tahun 2017 (BPS Kabupaten Bangka proses produksinya. Karena berbagai hal
Tengah, 2018). Kelurahan Sungaiselan tersebut menjadi alasan dalam melihat
merupakan salah satu kelurahan yang ada potensi pengembangan SISKA di Kelurahan
di Kabupaten Bangka Tengah, yang aktif Sungaiselan.
dalam mengembangkan komoditi kelapa Berdasarkan latar belakang diatas,
sawit dan mensinergikannya dengan sapi yang menjadi tujuan dalam peneltian ini
yang dinamakan dengan program SISKA. adalah:
Penerapan SISKA didukung dengan 1. Menganalisis potensi pengembangan
kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut SISKA pada Kelompok Tani Tunas
seperti Peratutan Menteri Pertanian Baru di Kelurahan Sungaiselan.
Indonesia Nomor 105/Pementan/PD. 2. Menganalisis faktor-faktor internal dan
300/8/2014 tentang integrasi usaha eksternal yang menjadi kekuatan,
perkebunan kelapa sawit dengan usaha kelemahan, peluang dan ancaman
budidaya sapi potong. SISKA di Kelurahan dalam menerapkan strategi SISKA
Sungaiselan mulai diterapkan pada tahun pada Kelompok Tani Tunas Baru di
2012 oleh Kelompok Tani Tunas Baru. Kelurahan Sungaiselan.
Menurut BPP Kelurahan
Sungaiselan, ada 19 kelompok tani di 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kelurahan Sungaiselan. Namun, hanya 2.1 Produksi dan Perkembangan Sapi di
Kelompok Tani Tunas Baru yang Indonesia
menerapkan SISKA. Kelompok tani tersebut
memiliki luas lahan perkebunan kelapa Ternak ruminansia, khususnya sapi,
sawit 245 ha dan 129 ekor sapi. Setelah memberi kontribusi daging sebesar 71%
2
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
3
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
4
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
5
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
tanpa bulan kering (Pahan, 2010). Hal ini 3,600 ha, tentunya menjadi potensi sumber
menunjukkan bahwa Kelurahan pakan yang melimpah bagi pelaku SISKA
Sungaiselan memiliki iklim yang cocok yang ingin mengembangkan SISKA di
untuk pengembangan ternak sapi dan Kelurahan Sungaiselan.
perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 4.2.2 Pendapatan Petani pada Kelompok
diketahui bahwa Kelurahan Sungaiselan Tani Tunas Baru
memiliki luas perkebunan kelapa sawit Pendapatan petani sebelum
seluas 3,600 ha dimana 262 ha milik PT. menerapkan SISKA hanya berasal dari
Bumi Sawit Sukses Pratama (BSSP), 841.6 ha perkebunan kelapa sawit. Namun, setelah
milik masyarakat yang tergabung dalam menerapkan SISKA, pendapatan petani
kelompok tani, dan sisanya sebesar 2,496.4 meningkat karena adanya pemasukan dari
ha milik masyarakat yang tidak tergabung peternakan sapi yang dibudidayakan di
dalam kelompok tani. Sedangkan ternak perkebunan kelapa sawit, seperti hasil dari
sapi yang dimiliki Kelurahan Sungaiselan penjualan bibit sapi dan daging sapi. Di
hanya 157 ekor (BPP Kelurahan bawah ini merupakan Tabel 1 dan Tabel 2
Sungaiselan, 2018). Dengan luas tanam mengenai pendapatan Kelompok Tani
perkebunan kelapa sawit yang mencapai Tunas Baru.
Tabel 1: Biaya Operasional, Penerimaan, dan Pendapatan Kelapa Sawit Kelompok Tani
Tunas Baru dari Tahun 2015-2018
No Keterangan 2015 2016 2017 2018
1 Biaya 185,337,500 2,287,220,000 5,305,330,000 2,310,195,000
Operasional (Rp)
2 Penerimaan (Rp) 1,176,000,000 3,136,320,000 6,050,880,000 5,546,640,000
3 Pendapatan (Rp) 990,662,500 849,100,000 745,550,000 3,235,725,000
Sumber: Data Olahan Primer, 2018
Tabel 2: Biaya Operasional, Penerimaan, dan Pendapatan Kelapa Sawit Kelompok Tani
Tunas Baru dari Tahun 2015-2018
No Keterangan 2015 2016 2017 2018
1 Biaya Operasional 98,301,000 81,998,000 173,490,000 224,790,000
(Rp)
2 Penerimaan (Rp) 518,000,000 800,000,000 1,836,000,000 2,340,000,000
3 Pendapatan (Rp) 414,263,000 712,980,000 1,657,380,000 2,113,500,000
6
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
kelapa sawit. Berbeda dengan tahun-tahun ADG yang sudah maksimal. Selain itu,
sebelumnya dimana rata-rata anggota untuk kelemahan, yang memiliki skor
kelompok tani membeli perkebunan kelapa tertinggi yaitu modal terbatas dan susahnya
sawit yang telah panen satu kali atau mencari bibit sapi unggul dengan skor 0.33,
dinamakan dengan panen buah pasir. yang kemudian diikuti oleh kemampuan
Tabel 2 mengenai biaya operasional, SDM mengelola secara teknis yang kurang
penerimaan, dan pendapatan sapi, dan sistem tranportasi yang sulit.
diasumsikan jika semua sapi yang Sedangkan untuk faktor eksternal peluang,
berjumlah 129 ekor pada Kelompok Tani harga daging dipasaran dalam negeri yang
Tunas Baru dijual. Sehingga pendapatan potensial memiliki skor tertinggi yaitu 0.51,
yang diterima sebesar Rp 2,113,500,000 diikuti dengan biomassa ternak sapi dapat
pada tahun 2018. digunakan sebagai energi alternatif,
peningkatan daging sapi, dan kebijakan
4.3 Identifikasi Faktor Internal dan pemerintah dalam percepatan
Eksternal pengembangan SISKA yang memperoleh
skor 0.42. Kemudian disusul oleh
Berdasarkan hasil analisis faktor
ketersedian pasokan daging sapi yang
internal dan eksternal yang berkaitan
memperoleh skor 0.30. Untuk ancaman,
dengan kekuatan (strengths), kelemahan
harga daging import lebih murah mendapat
(weakness), peluang (opportunites), dan
skor tertingi yaitu 0.36 kemudian disusul
ancaman (threats) yang dimiliki dan
oleh persaingan yang kompetitif dan risiko
dihadapi oleh Kelompok Tani Tunas Baru
kematian ternak akibat penyakit.
dalam menerapkan program SISKA di
Kelurahan Sungaiselan, yang kemudian Tahap analisis dan pengambilan
dapat diinterprestasikan dalam keputusan menggunakan matriks SWOT
pembahasan berikut. (strenghts, weakness, opportunities, threats),
Pada tahap pengumpulan data yang diperoleh empat alternatif strategi yaitu
meliputi analisis perhitungan EFAS dan strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan
IFAS, dapat diketahui total skor faktor strategi WT. Keempat strategi tersebut
internal pada kekuatan sebesar 1.81 dan dijelaskan sebagai berikut:
kelemahan sebesar 1.07. Sedangkan untuk a. Strategi WO
faktor eksternal untuk peluangnya sebesar Strategi ini memanfaatkan semua
2.07 dan ancamanya sebesar 0.84. kekuatan yang dimiliki untuk
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menangkap peluang yang ada, dimana
besarnya kekuatan dapat menjadi salah satu strategi alternatifnya yaitu:
strategi dalam meminimalkan kelemahan 1) Meningkatkan produksi hasil
yang ada. Sama halnya dengan peluang samping SISKA dan daging sapi.
yang memiliki skor lebih besar Hal ini dapat dilakukan melalui
dibandingkan ancaman, sehingga dapat intensiifikasi dan ekstensifikasi.
menjadikan peluang sebagai strategi yang Berdasarkan hasil penelitian,
dapat meminimalkan atau mengatasi langkah yang tepat yaitu melakukan
ancaman yang ada. Dari hasil perhitungan ekstensifikasi dengan cara
diperoleh bahwa dalam faktor internal menambah jumlah ternak yang
kekuatan, ketersediaan biomassa kelapa dimiliki di Kelurahan Sungaiselan.
sawit sebagai sumber pakan ternak Hal ini seperti yang dijelaskan
memperoleh skor tertinggi, yaitu 0.52 Martindah dkk. (2018), yang
kemudian diikuti berturut-turut oleh mengatakan perkebunan kelapa
pemasaran mudah, hasil samping SISKA sawit seluas 445,008 ha dapat
yang melimpah, memiliki sistem informasi menghasilkan produksi bahan
yang baik, teknologi dan perkembangan kering kelapa sawit sebesar
7
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
8
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
9
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
10
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
11
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian
Abstract
Bangka Belitung Islands Province is one of the biggest pepper producing provinces in Indonesia.
However, Bangka Belitung white pepper exports are decreasing and its price is fluctuating. Thus emerged
the need to apply white pepper farming using GAP method with the purpose of increasing the
productivity and quality of the product as well as creating its derivative product, pepper powder. The
aims of this study are 1) to analyse the financial feasibility of white pepper farming in Bangka Belitung
Islands Province using GAP method and 2) to analyse the feasibility of pepper powder business in
Bangka Belitung Islands Province. This study used case study method. The data was analysed and
processed both quantitatively and qualitatively. The results suggested that 1) Bangka Belitung white
pepper farming, run by the Pepper Management, Development, and Marketing Agency and Farming
Seed Senter using GAP method, is financially feasible wit NPV of IDR 202,259,131 IRR of 19 percent,
Net B/C of 2.4, and payback period of 4 years 8 months, as well as a profitable break-even point; 2)
Bangka Belitung white pepper powder business, run by CV. Indobakti, is financially and non-financially
feasible with NPV of IDR 4,812,490,222 IRR of 60 percent, Net B/C of 4.6, and payback period of 1 years
6 months, as well as profitable break-even point.
Abstrak
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan
produksi lada putih terbesar di Indonesia. Akan tetapi, ekspor lada putih di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan dan harga lada juga mengalami fluktuasi.
Oleh sebab itu, perlu melakukan budidaya usahatani lada putih dengan menggunakan metode
12
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
GAP yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk dan menciptakan
produk turunan, yaitu lada bubuk. Tujuan dalam penelitian ini adalah 1) menganalisis
kelayakan finansial usahatani lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan
penerapan GAP dan 2) menganalisis kelayakan usaha lada bubuk di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Metode penelitian ini adalah metode studi kasus. Pengolahan dan analisis
data menggunakan dua cara yaitu secara kuantiatif dan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) usahatani lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dilakukan oleh Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) dan Balai
Benih Pertanian (BBP) dengan menggunakan metode GAP secara finansial layak untuk
diusahakan dengan NPV sebesar Rp 202,259,131 IRR sebesar 19 persen, Net B/C sebesar 2.4,
dan Payback Period 4 tahun 8 bulan dan untuk analisis titik impas lada putih juga
menguntungkan dan 2) usaha lada bubuk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dilakukan oleh CV. Indobakti secara non finansial dan finansial layak untuk diusahakan
dengan NPV sebesar Rp 4,812,490,222 IRR sebesar 60 persen, Net B/C sebesar 4.6, dan Payback
Period 1 tahun 6 bulan dan untuk analisis titik impas lada bubuk juga menguntungkan.
1. PENDAHULUAN
13
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
14
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
15
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
16
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
17
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
18
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
tanah yang berlebihan dan meminimalisisr majemuk yang digunakan oleh BP3L dan
penularan penyakit antar tanaman lada. BBP adalah pupuk NPK Mutiara dan pupuk
4. Pengelolaan Budidaya Terpadu NPK Phonska. Sedangkan jenis pupuk kima
Pengelolaan budidaya terpadu yang majemuk yang digunakan petani adalah
dilakukan oleh petani memiliki perbedaan NPK Mutiara, NPK Phonska, NPK Pelangi,
dengan pengelolaan budidaya terpadu yang NPK Mahkota, NPK Pak Tani, DGW, dan
telah dilakukan oleh BP3L dan BBP lain sebagainya.
berdasarkan Standar Operasional Prosedur 5. Pengendalian Hama dan Penyakit
GAP. Perbedaan itu terdapat pada bibit Hama dan penyakit utama yang
yang digunakan, jarak tanam, ukuran menyerang tanaman lada milik BP3L dan
lubang tanam, tiang panjat, pemangkasan, BBP adalah penggerek batang, penyakit
penyiangan, dan pupuk. Bibit yang kuning, busuk pangkal batang, dan
digunakan oleh petani bukan bibit polibag keriting/kerdil. Pengendalian hama dan
melainkan bibit potongan dari kebun lada penyakit yang dilakukan oleh BP3L dan
milik sendiri atau membeli bibit potongan BBP jika tanaman lada terserang penyakit
dari kebun petani yang lain. Jarak tanam kuning menggunakan pestisida nabati dari
yang digunakan oleh petani adalah 1,5×1,5 bungkil jarak atau mimba serta
meter sehingga populasi lada per hektar dikendalikan dengan agensi hayati jamur
sekitar 3.000 sampai 3.500 tanaman lada, Pasteuria Penetrans. Jika tanaman terserang
sedangkan ukuran lubang tanam 30×30×30 penyakit busuk pangkal batang
cm. Selain itu, tajar yang digunakan oleh dikendalikan menggunakan agensi hayati
petani untuk menopang tanaman lada tidak jamur Trichoderma Hasrzianum. Sedangkan
menggunakan tajar hidup namun jika tanaman lada terserang penyakit kerdil
menggunakan tajar mati dan petani juga maka tanaman ada dimusnahkan dengan
tidak melakukan pemangkasan terhadap cara dibakar. Apabila tanaman lada
tanaman lada putih. terserang penyakit penggerek batang (ulat
Dalam melakukan usahatani buku), kepik renda, walang sangit, serta
lada putih, petani juga melakukan aphis maka dikendalikan dengan
penyiangan, akan tetapi penyiangan yang menggunakan pestisida hayati seperti
dilakukan oleh petani berbeda dengan yang mimba, ekstraks biji bengkuang, tepung
dilakukan oleh BP3L dan BBP. Dimana cengkeh dan lain-lain. Sedangkan agensi
dalam melakukan usahatani lada putih hayati yang digunakan adalah Beauveria
BP3L dan BBP menggunakan penutup Bassiana. Pengendalian hama dan penyakit
tanah tanaman Arachis Pintoii sehingga yang dilakukan oleh BP3L dan BBP berbeda
penyiangan hanya dilakukan disekitar dengan yang dilakukan oleh petani. Pada
tanaman lada (bobokor). Sedangkan petani awal melakukan usahatani lada putih,
tidak menggunakan penutup tanah petani tidak pernah memeriksa bibit yang
sehingga untuk membersihkan gulma digunakan sudah terserang penyakit atau
penyiangan dilakukan diseluruh lahan. tidak. Sehingga bibit yang sudah terserang
Petani juga sering menggunakan pestisida penyakit akan berkembang dan akan
dalam mengendalikan gulma sehingga mempengaruhi tanaman lada lainnya dan
tidak melakukan penyiangan dalam untuk mengendalikannya petani
usahatani lada putih yang dimiliki oleh menggunakan pestisida berbahan kimia.
petani. Selain itu, pupuk yang digunakan 6. Panen dan Penanganan Pasca Panen
oleh petani berbeda dengan pupuk yang Kegiatan panen yang dilakukan oleh BP3L
digunakan oleh BP3L dan BBP terutama dan BBP di kebun percontohan dengan
pada penggunaan pupuk kimia majemuk yang dilakukan oleh petani tidak memiliki
NPK (15:15:15). Dimana jenis pupuk kimia perbedaan. Dimana tanaman lada yang
19
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Tabel 1. Nilai Hasil Kelayakan Finansial Pada Usahatani Lada Putih Lahan 1 Ha.
Kriteria Indikator Kelayakan Hasil Keputusan Investasi
NPV >0 Rp 202,259,131 Layak
Net B/C Ratio >1 2.4 Layak
IRR >5.5 persen 19 % Layak
20
Journal of Integrated Agribusiness , Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Berdasarkan Tabel 2 bahwa BEP unit yang diperoleh oleh BP3L dan BBP selama
usahatani lada putih sebesar Rp 9,648.8 Kg. umur produktif tanaman sebesar Rp
sedangkan jumlah produksi lada putih 850,000,000 sehingga usahatani yang
yang dihasilkan oleh BP3L dan BBP selama dilakukan oleh BP3L dan BBP ini
umur produktif tanaman sebesar 17,000 menguntungkan. BEP harga usahatani lada
atau setara dengan 17 ton sehingga putih sebesar Rp 28,378.96. sedangkan
usahatani yang dilakukan oleh BP3L dan harga lada putih saat ini sebesar Rp 50,000
BBP ini menguntungkan. Sedangkan BEP sehingga usahatani yang dilakukan oleh
penerimaan usahatani lada putih sebesar BP3L dan BBP ini menguntungkan.
Rp 11,348,484,841. sedangkan penerimaan
21
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
22
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
karena bekerja sama dalam hal pemasokan hasil pembuatan lada bubuk supaya tidak
bahan baku lada butir sehingga antara CV. tercemar kemana-mana.
Indobakti dan petani terjalin kerjasama. Dari aspek non finansial tersebut
maka usaha lada bubuk di CV. Indobakti
4) Aspek Hukum dan Perizinan
layak diusahakan. Hal ini didukung dengan
Perusahaan pengolahan lada bubuk
penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009),
ini memiliki badan hukum yang berbentuk
Perseroan Komanditer (CV) dengan nama dan Indyastuti Y. (2010).
CV. Indobakti yang secara hukum telah
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan 4.4.3. Kriteria penilaian kelayakan aspek
(SIUP) dengan nomor legalitasnya adalah finansial Lada Bubuk
SIUP:503/039/SIUP/DPMPPTSPRINDAG/
Adapun asumsi yang digunakan
2017. CV. Indobakti ini juga telah memiliki
sebagai berikut :
Tanda Daftar Usaha (TDP) dengan nomor
1) Pelaku usaha lada bubuk ini merupakan
legalitasnya adalah TDP:31.06.03.47.0093.
Perusahaan dengan nama CV. Indobakti.
Dan CV. Indobakti ini juga memiliki Surat
2) Satu kali proses produksi menggunakan
Izin Gangguan (SIG) dari Disperindag
bahan baku lada butir sebanyak 800 Kg
Kabupaten Bangka Tengah dengan nomor
dengan produksi lada bubuk sebesar
legalitasnya adalah
80% sehingga hasil produksi lada bubuk
SIG:503/197/IG/KPPTSP?2014. Akan
sebanyak 640 Kg.
tetapi, CV. Indobakti ini belum memikliki
3) Harga lada butir sebesar Rp 50.000/Kg
izin BPOM dan bersertifikasi halal dari MUI
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
untuk produk lada bubuk namun masih
mendapatkan bahan baku dalam satu
dalam proses mau menuju pembuatan surat
kali produksi sebanyak 800 Kg sebesar
izin halalnya.
Rp 40.000.000.
5) Aspek Lingkungan
4) Kegiatan produksi lada bubuk dalam
Keberadaan CV. Indobakti pengolahan lada
satu bulan dilakukan sebanyak 10 kali.
bubuk ini tidak menimbulkan dampak
5) Produksi lada bubuk yang dihasilkan
negatif bagi masyarakat sekitar maupun
dijual dalam bungkus plastik berukuran
pagi pekerja. Dimana bagi masyarakat,
25 Kg dengan harga per Kilogram
keberadaan usaha ini tidak memberikan
sebesar Rp 80.000. sehingga lada bubuk
dampak negatif karena tidak menggunakan
yang telah dibungkus sebanyak 20
mesin-mesin yang menimbulkan polusi
bungkus.
mulai dari proses produksi sampai finishing.
6) Tenaga kerja yang digunakan
Bagi para pekerja juga tidak memberikan
merupakan tenaga kerja tetap sebanyak 5
dampak negatif karena proses pembuatan
orang dengan upah sebesar Rp
lada bubuk ini memiliki tempat
300.000/orang untuk satu kali produksi.
penyimpanan yang khusus. Limbah dari
Adapun kriteria kelayakan finansial
usaha lada bubuk ini berbentuk
yang diperoleh oleh CV. Indobakti selama
pencemaran udara, yaitu debu dari hasil
menjalankan usaha lada bubuk disajikan
pembuatan lada bubuk itu sendiri. Namun
untuk debu itu sendiri ada tempat khusus, pada Tabel 3:
yaitu kamar debu untuk menyimpan debu
Tabel 3. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Lada Bubuk di CV. Indobakti
Kriteria Indikator Kelayakan Hasil Keputusan Investasi
NPV >0 Rp 4,812,490,222.72 Layak
Net B/C Ratio >1 4.6 Layak
IRR >5.5 persen 60 % Layak
Payback Period >10 tahun 1 Tahun 6 Bulan Layak
23
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Berdasarkan Tabel 4 bahwa BEP unit dilakukan oleh CV. Indobakti ini
usaha lada bubuk sebesar 5,558.6 Kg. menguntungkan.
sedangkan jumlah produksi lada bubuk
yang dihasilkan oleh CV. Indobakti selama
satu bulan sebesar 6,400 Kg atau setara 4. SIMPULAN DAN SARAN
dengan 6.4 ton sehingga usaha lada bubuk
4.4. Simpulan
yang dilakukan oleh CV. Indobakti ini
menguntungkan. Sedangkan BEP Berdasarkan hasil penelitian dapat
penerimaan lada bubuk sebesar Rp disimpulkan bahwa:
150,000,000. sedangkan penerimaan yang a. Kegiatan budidaya usahatani lada putih
diperoleh oleh CV. Indobakti selama satu dengan metode GAP yang dilakukan
bulan sebesar Rp 512,000,000 sehingga oleh BP3L dan BBP secara finansial layak
usaha lada bubuk yang dilakukan untuk diusahakan. Dimana nilai NPV
CV.Indobakti ini menguntungkan. BEP sebesar Rp 202,259,131 IRR sebesar 19
harga usaha lada bubuk sebesar Rp persen, Net B/C sebesar 2.4, dan Payback
69,482.55. sedangkan harga lada bubuk Period selama 4 tahun 8 bulan.
yang di jual oleh CV. Indobakti sebesar Rp b. Usaha lada bubuk yang dilakukan oleh
80,000 sehingga usaha lada bubuk yang CV. Indobakti baik secara finansial
maupun non finansial layak untuk
24
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
25
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Nastalia, R.D. 2014. Analisis Kelayakan Tobing, D.A.S.L. 2009. Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Perkebunan Karet Usahatani Wortel (Studi Kasus: Desa
Rakyat Swadaya di Desa Sungai Sukadame Kecamatan Tigapanah
Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara).
Kabupaten Kampar. Jurnal Agribisnis. Skripsi. Fakultas
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pertanian.Universitas Sumatera
Vol. 1 No. 2, Oktober 2014. (diakses Utara. (diakses tanggal 11 September
tanggal 11 September 2018). 2018)
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Wanda, F.F.E. 2015. Analisis Pendapatan
Analisis Usaha Tani. Kanisius: Usahatani Jeruk Siam (Studi Kasus:
Yogyakarta. Di Desa Padang
Soekartawi . 2001. Agribisnis : Teori dan Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot
Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Kabupaten Pasar). Jurnal Ilmu
Persada. Administrasi Bisnis, 3(3):600 611.
.2005. Agroindustri Dalam
Perspektif Sosial Ekonomi. Raja grafindo
persada. Jakarta.
.2003.. Teori Ekonomi Mikro
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Julaiha, S. 2017. Perilaku Petani Lada Putih
Terhadap Fluktuasi Harga Lada Putih Di
Desa Puput Kecamatan Simpangkatis.
Skripsi. Bangka Belitung: Universitas
Bangka Belitung.
Sukirno. 2006. Makro Ekonomi Teori
Pengantar : Teori Pengantar. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
. 2009. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
26
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Journal ofIntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian
Abstract
White pepper is one of the leading commodities in south Bangka Regency with production of 17,009 tons.
It is used as a flavor enhancer in traditional culinary. This commodity also has the potential to improve
the local economy. Its existence needs to be sustained considering the immense potential that it has.
Among the problems surrounding the efforts to sustain it are the limited production of pepper, land
conversion and pests. The aim of this study is (1) to identify the problems faced by the stakeholders in
developing pepper farms in South Bangka Regency; (2) to identify the factors affecting the development of
pepper farms based on the stakeholders perception in South Bangka Regency; and (3) to analyze the
development strategy of whitte pepper farms that can be conducted by the stakeholders in South Bangka
Regency. The method used in this study is survey. To analyze the data, the study used qualitative
analysis and AHP model. The result suggested that one of the challenges faced by white pepper farms and
experts in this area was limited capital and budget. The factors that had the most influence on white
pepper farm development was land. The SWOT analysis yielded IFAS value of 2.52 and EFAS value of
2.63 in quadrant I.
Abstrak
Lada putih merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bangka Selatan. Lada
putih dijadikan sebagai penyedap makanan pada masakan tradisional dan mampu
meningkatkan perekonomian daerah. Keberadaan lada putih ini perlu dipertahankan
mengingat komoditas ini cukup menjanjikan. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah bagi
petani yang terjadi seperti halnya keterbatasan jumlah produksi lada yang dihasilkan,
terjadinya konversi lahan dan serangan hama dan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah (1)
27
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
28
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
29
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
30
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
dapat meningkatkan nilai tambah dimana tetapi petani membeli dengan setengah
produk yang digunakan dan dihasilkan harga atau yang disebut subsidi pupuk.
memudahkan peningkatan kinerja manusia. 4. Petani yang menggunakan bibit lada
Berdasarkan hasil wawancara, petani di putih lokal.
Kabupaten Bangka Selatan belum Bibit lada putih ini memang cocok
menerapkan teknologi yang modern dalam untuk ditanam di lokasi penelitian. Namun
pengembangan lada putih. Petani di daerah selama ini belum ada upaya untuk
ini masih menggunakan alat pertanian yang meningkatkan kualitas lada putih. Hal ini
sederhana seperti parang, cangkul dan dapat dilihat dari cara petani mendapatkan
kedik. Sebagian besar kegiatan bibit tersebut. Berdasarkan hasil
pertaniannya juga masih menggunakan wawancara, petani membudidayakan
tenaga manusia yang sama sekali belum sendiri lada putih dari pohon induknya dan
ada sentuhan teknologi yang berbasis digunakan kembali sebagai bibit, selain itu
modern bahkan petani di daerah ini selalu mereka juga membeli bibit lada yang belum
mengacu pada kebiasaan orang tua dulu jelas asal usulnya, mereka tidak tahu bibit
mengenai teknisi budidaya lada putih. lada yang dibeli terdapat hama dan
2. Masih rendahnya pengetahuan petani penyakit atau tidak. Sebagian petani
Menurut Anwar (1997) pendidikan bahkan tidak melakukan pemilihan atau
akan berpengaruh terhadap wawasan, penyortiran terhadap bibit lada putih
pengetahuan, keterampilan, pilihan bidang tersebut sehingga kualitas lada putih pun
usaha dan penguasaan teknologi yang menjadi tidak berstandar baik dari segi
diterapkan. Berdasarkan data yang ukuran maupun mutu buahnya.
diperoleh dilapangan, dominan petani di 5. Rantai pemasaran yang Panjang
Kabupaten Bangka Selatan memiliki Berdasarkan hasil wawancara, petani
pendidikan yang rendah. Kegiatan menjual lada putih langsung ke pedagang
pertanian yang dilakukan petani belum pengepul yang ada di desa, kemudian
berbasis ramah lingkungan. Selama ini pedagang pengumpul menjualnya kepada
petani disini menjalankan kegiatan pedagang pengecer yang ada di kabupaten
usahataninya sesuai dengan pengetahuan untuk dijual kembali ke eksportir. Alasan
dan pengalaman yang mereka miliki sendiri petani menggunakan saluran ini karena
sehingga cara bertani yang mereka lakukan tidak mau mengambil resiko biaya
masih terpaku pada zaman dahulu dan transportasi, namun hal ini tentu
tidak sesuai dengan standar operasional berdampak kepada harganya yang murah
prosedur. karena petani tidak bisa melakukan tawar-
3. Terbatasnya kemampuan permodalan menawar harga dan hanya bisa menerima
Menurut Nugraha (2011) modal usaha harga yang disesuaikan oleh pedagang
adalah uang yang dipakai sebagai pokok pengepul. Bukan hanya itu, petani juga
yang digunakan dalam menjalankan mengeluh dengan harga saprodi yang
kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh mahal namun harga jual lada putih yang
laba yang optimal sehingga diharapkan bisa rendah menyebabkan lemahnya semangat
meningkatkan pendapatan. Berdasarkan petani untuk mengusahatanikan dan
informasi dilapangan bahwa modal yang mengembangkan lada putih.
digunakan petani dalam berusahatani 6. Hama dan penyakit pada tanaman lada
adalah modal pribadi, belum adanya Berdasarkan hasil wawancara, hama yang
bantuan modal berupa uang dari menyerang tanaman lada putih adalah
pemerintah. Selama ini bantuan yang hama penggerek batang, pengisap bunga
diberikan pemerintah kepada petani berupa dan buah lada sedangkan penyakit pada
sarana poduksi pertanian seperti pupuk, tanaman lada putih adalah penyakit
namun pemberian tersebut bukan gratis kuning, busuk pangkal batang dan penyakit
31
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
32
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
karena biaya produksi yang dikeluarkan Modal memegang peranan penting yang
petani menjadi berkurang. Dengan harga dipertimbangkan petani sebelum
saprodi yang tinggi mengakibatkan petani melakukan usahatani. Modal diperlukan
akan mengurangi jumlah pembeliannya terutama untuk pengadaan sarana dan
sehingga juga akan mempengaruhi hasil prasarana produksi (bibit, pupuk, dan lain-
produksi yang mereka peroleh. lain) yang dirasakan petani semakin tinggi
harganya.
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan peting perannya dalam
Perkembangan Lada Putih di Kabupaten pengembangan lada putih. Keberadaan
Bangka Selatan pembinaan berupa teori maupun praktik
Seluruh persepsi responden yang digunakan untuk membantu para petani
terdiri dari petani dan beberapa pakar agar mau dan mampu menolong dan
diolah dan dicari nilai rata-ratanya sehingga mengorganisasikan dirinya dalam
menjadi persepsi bersama dengan bobot mengakses teknologi, pasar, modal dan
nilai yang baru untuk setiap faktor. Faktor- sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Pasar
pengembangan perkebunan lada putih menjadi faktor selanjutnya yang penting
berdasarkan persepsi seluruh pemangku dalam upaya pengembangan lada putih.
kepentingan dengan nilai Consistency Ratio Jaminan pasar dan kestabilan harga sangat
(CR) 0.08 secara berurutan adalah lahan dibutuhkan untuk meyakinkan petani
(0.243), teknologi (0.186), modal (0.156), untuk mengusahatanikan lada putih.
pembinaan (0.153), pasar(0.130) dan daya Kemudian faktor yang terakhir adalah daya
saing (0.128). Lahan mempunyai pengaruh saing. Daya saing sangat dibutuhkan
yang besar dalam pengembangan terutama dari segi kualitas lada putih
perkebunan lada putih. Lahan merupakan sehingga eksistensi lada putih di pasar
faktor utama sekaligus media tanam bagi dunia tetap terjaga. Setelah mengetahui
suatu komoditas terutama pada berbagai faktor-faktor utama yang
pengembangan lada putih karena pada mempengaruhi pengembangan perkebunan
usahatani lada putih juga memerlukan lada, maka selanjutnya dicari urutan
lahan yang cukup luas. Sementara ini dapat kriteria prioritas dari masing-masing faktor
diketahui bahwa berkurangnya lahan yang utama tersebut.
diakibatkan banyaknya kegiatan konservasi Kemudian menurut persepsi seluruh
lahan sehingga akan menjadi ancaman bagi pemangku kepentingans urutan prioritas
eksistensi perkebunan lada putih. dari masing-masing kriteria dari setiap
Faktor selanjutnya yang berpengaruh faktor adalah kriteria dari faktor lahan yang
dalam pengembangan lada adalah utama untuk diperhatikan adalah kondisi
teknologi. Pertanian yang menggunakan lahan (0.426). Kondisi lahan dianggap
tenaga manusia seutuhnya pastilah sangat penting karena akan berpengaruh terhadap
terbatas. Pentingnya aplikasi teknologi kualitas lada putih, kondisi lahan yang
pertanian dikarenakan keberadaan dimaksud merupakan ketersediaan unsur
teknologi yang sudah sedemikian besar hara yang ada pada lahan sehingga lahan
pengaruhnya terhadap kesuksesan yang digunakan untuk tanaman lada
pertanian dilihat dari segi kualitas dan mengalami kondisi yang baik sesuai
kuantitas produksi yang dihasilkan. dengan kebutuhan tanaman lada.
Penggunaan teknologi baik dari segi Kriteria dari faktor modal yang paling
budidaya, pasca panen dan pengolahan penting adalah ketersediaan modal pribadi
sangatlah dibutuhkan dalam menunjang (0. 657). Artinya pemangku kepentingan
kualitas dan kuantitas lada putih. Faktor berharap agar petani mampu mengurangi
ketiga yang menjadi prioritas adalah modal. ketergantungan dengan pemerintah dan
33
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
bisa berusaha tani secara mandiri. Kriteria 0.520 kemudian diikuti dengan potensi
dari pasar menurut pandangan pemangku sumber daya alam dan ketersediaan lahan.
kepentingan yang paling penting adalah Kemudian untuk kelemahan yang memiliki
kestabilan harga (0.559). Harga jual lada skor tertingginya adalah terbatasnya modal
yang fluktuatif dan bahkan saat ini dengan skor sebesar 0.260 kemudian diikuti
mengalami penurunan yang signifikan dengan peran kelembagaan tani yang masih
sering membuat petani kurang yakin untuk lemah, harga lada putih yang cenderung
mengusahakan perkebunan lada. Dari sisi turun serta penggunaan teknologi yang
pembinaan, kriteria pembinaan praktik masih sederhana. Sedangkan untuk faktor
(0.818) menjadi kriteria utama. Hal ini eksternal pada peluang yang memiliki skor
karena pembinaan praktik dianggap tertinggi adalah diversifikasi produk
mampu menambah pengetahuan dan dengan skor 0.536 kemudian diikuti dengan
keterampilan petani intensif guna komoditas unggulan daerah, adanya
meningkatkan produksi ditengah kondisi bantuan pemerintah serta pemasaran yang
lahan yang semakin terbatas. Teknologi mudah. Kemudian untuk ancaman
budidaya (0.603) dianggap oleh pemangku ketidakpastian iklim merupakan ancaman
kepentingan menjadi kriteria terpenting terbesar dengan skor sebesar 0.268
dari faktor teknologi. Hal ini karena kemudian diikuti dengan alternatif
budidaya dianggap penting dalam upaya komoditas lain yang menguntungkan,
menjaga dan meningkatkan kualitas lada peran penyuluh yang kurang optimal serta
yang dihasilkan disamping berupaya terjadinya konversi lahan.
mengurangi kehilangan hasil panen. Tahap analisis dan pengambilan
keputusan menggunakan matriks SWOT
4.3 Strategi Pengembangan Lada Putih di diperoleh empat alternatif strategi yaitu
Kabupaten Bangka Selatan strategi SO, strategi ST, strategi WO dan
Berdasarkan hasil analisis faktor strategi WT.
internal dan eksternal yang berkaitan a. Strategi SO
dengan kekuatan (strengths), kelemahan Alternatif strategi S-O yang dihasilkan
(weakness), peluang (opportunites), dan dari analisis SWOT yaitu:
ancaman (threats) yang dimiliki oleh 1) Meningkatkan skala usahatani dengan
perkebunan lada putih di Kabupaten memperluas lahan tani
Bangka Selatan pada tahap Strategi ini diusulkan dengan tujuan
pengumpulan data yang meliputi analisis untuk memperluas usahatani lada
perhitungan IFAS dan EFAS, diperoleh nilai putih di Kabupaten Bangka Selatan.
skor faktor internal pada kekuatan sebesar Strategi ini dibuat yang didukung oleh
1.77 dan kelemahan sebesar 0.75. ketersediaan lahan pengembangan
Sedangkan untuk faktor eksternal untuk yang cukup potensial, memiliki potensi
peluang sebesar 1.86 dan ancaman sebesar sumber daya alam, lada putih didaerah
0.77. Berdasarkan hasil perhitungan ini dikenal dipasar internasional, umur
tersebut, besarnya kekuatan dapat menjadi petani yang masih produktif, adanya
salah satu strategi dalam meminimalisir lada putih sebagai komoditas unggulan
kelemahan yang ada. Sama halnya dengan di Kabupaten Bangka Selatan, dan
peluang yang memiliki skor lebih besar dari pemasarannya yang mudah. Adapun
ancaman, sehingga dapat menjadikan langkah-langkah yang dapat dilakukan
peluang sebagai strategi yang dapat adalah memproduksi atau mengolah
mengatasi ancaman. Dari hasil perhitungan produk turunan dari lada putih,
diperoleh bahwa faktor internal kekuatan menyediakan sarana dan prasarana
yaitu dikenal dipasar internasional dan produksi dan memperluan lahan
budaya turun temurun dengan skor sebesar pertanian.
34
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
35
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
36
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
37
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian
Abstract
This study aims to determine the external factors of women's entrepreneurial internal
factors, to determine the effect of external factors and internal factors on the business performance of
women entrepreneurs in shrimp crackers in Tanjung Jabung Timur Regency Jambi. The number of
respondents used in this study were 58 entrepreneurial women. Determination of samples is by using
purposive sampling technique. Data was obtained by using a questionnaire and then processing data
using Partial Least Square (SEM-PLS) version 3.0. The results of the study show that external
factors have a significant effect on internal factors. Variable aspects of government policy have a
dominant influence on increasing female entrepreneurial internal factors. Internal factors which
include aspects of human resources, financial aspects, production and operational aspects and
marketing aspects have a significant influence on the business performance of entrepreneurial women
in East Tanjung Jabung Regency 62%.
Keywords: Business Performance; External Factors; Internal Factors;; Women Entrepreneurs
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal terhadap faktor internal
wanita wirausaha, untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal dan faktor internal
terhadap kinerja usaha wanita wirausaha kerupuk udang di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Jambi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 58
orang wanita wirausaha. Penentuan sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuisoner kemudian dilakukan pengolahan
data menggunakan Partial Least Square (SEM-PLS) versi 3.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahwa faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap faktor internal. Variabel
aspek kebijakan pemerintah memiliki pengaruh dominan terhadap peningkatan faktor
internal wanita wirausaha. Faktor internal yang meliputi aspek sumber daya manusia,
aspek keuangan, aspek produksi dan operasional serta aspek pemasaran mempunyai
38
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Kata Kunci: Faktor Eksternal ; Faktor Internal; Kinerja Usaha; Wanita Wirausaha
39
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
2. LANDASAN TEORI
2.1. Teori Kewirausahaan dan Wanita
Wirusaha
Baldacchino (2009), menyatakan
bahwa kewirausahaan merupakan
kemampuan kreatif dan inovatif sebagai
dasar, kiat, dan sumberdaya untuk
mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan
Gambar 1: Diagram Struktur Ekonomi berbeda melalui berpikir kreatif dan
Sumber :Kabupaten Tanjung Jabung bertindak inovatif untuk menciptakan
Timur (2016) peluang. Kreativitas: kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide baru dan cara-
Masalah yang dihadapi oleh cara baru dalam pemecahan masalah dan
wirausaha wanita adalah sebagian besar menemukan peluang. Disimpulkan
kinerja usaha yang dijalankan oleh bahwa kreativitas adalah memikirkan
wirausaha wanita di Kabupaten Tanjung sesuatu yang baru dan berbeda. Inovasi
Jabung Timur belum sepenuhnya merupakan kemampuan untuk
mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari menerapkan kreativitas dalam rangka
belum mengalami pertumbuhan usaha. pemecahan masalah dan menemukan
Usaha yang dijalankan oleh wanita peluang. Disimpulkan bahwa inovasi
wirausaha masih kurangnya modal, adalah kemampuan untuk melakukan
pelatihan yang masih kurang, promosi sesuatu yang baru dan berbeda. Seorang
produk yang masih kurang, tidak mau wirausahawan harus memiliki ide-ide
mengambil risiko, baik dalam hal baru yang dihasilkan dari suatu
membuat produk baru ataupun kreativitas. Kreativitas inilah yang akan
memperluas pasar, dan tidak adanya membawa wirausahawan untuk
kebijakan maupun dorongan pemerintah. berinovasi terhadap usahanya.
Selain itu juga terdapat kendala lain pada Peran kewirausahaan dalam
aspek sumberdaya manusia dan teknologi kegiatan perekonomian suatu negara
serta rendahnya penguasaan wanita dilihat ditentukan dari wirausaha yang
terhadap aset produksi. Permasalahan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif
yang sering dihadapi wanita wirausaha yang dijadikan sebagai dasar,
kecil terutama dalam hal pemasaran, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan
peningkatan kualitas produk, manajemen siasat dalam menghadapi tantangan
usaha dan akses perbankan. hidup yang dilakukan dengan keberanian
Permasalahan yang muncul erat untuk menghadapi risiko (Bygrave dan
kaitannya dengan bagaimana kinerja Zacharakis 2010).
usaha dari usaha mikro tersebut berjalan.
Berdasarkan latar belakang penelitian, 2.2. Faktor Eksternal
maka rumusan permasalah penelitian ini Pearce dan Robinson (2011)
adalah : (1) Bagaimana pengaruh faktor menjelaskan bahwa faktor eksternal
eksternal terhadap faktor internal wanita mempengaruhi sebuah perusahaan dalam
wirausaha kerupuk udang di Kabupaten menentukan arah dan tindakan yang akan
Tanjung Jabung Timur; (2) Bagaimana dilakukan perusahaan. Faktor eksternal
pengaruh faktor eksternal dan faktor akan mempengaruhi struktur organisasi
internal terhadap kinerja usaha wanita dan proses internal perusahaan. Faktor
wirausaha kerupuk udang di Kabupaten eksternal dibagi menjadi 3 sub kategori
Tanjung Jabung Timur yang saling berkaitan yaitu: (1)
40
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Faktor Internal :
▪ Aspek Sumber Daya
Manusia (SDM)
Aspek Keuangan
▪ Aspek Operasional
▪ Aspek Pasar dan Pemasaran
Kinerja Usaha Wanita
Wirausaha :
▪ Volume penjualan
▪ Pendapatan
Faktor Eksternal : ▪ Wilayah Pemasaran
▪ Aspek sosial budaya
▪ Aspek kebijakan pemerintah 41
▪ Aspek peran lembaga terkait
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Gambar 2 : Model Penelitian faktor eksternal dan internal terhadap kinerja usaha
Tabel 1. Variabel laten dan manifest (indikator) pada model persamaan structural
Variabel laten Variabel manifest Sumber
Internal (laten Aspek sumber daya manusia (INT1) Sandra dan Purwanto
eksogen) Aspek keuangan (INT2) (2015); Zimmerer et. al.
Aspek produksi dan operasional (INT3) (2008)
Aspek pasar dan pemasaran (INT4)
Eksternal (laten Aspek sosial budaya (EKS1) Zimmerer et. al. (2008);
endogen) Aspek kebijakan pemerintah (EKS2) Pearce dan Robinson
Aspek peran lembaga terkait (EKS3) (2011)
Kinerja Usaha Volume Penjualan (KIN1) Sandra dan Purwanto
(Laten endogen) Pendapatan (KIN2) (2015)
Wilayah pemasaran (KIN3)
42
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
43
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Gambar 3 : Standardized loading factor awal pada model pengukuran pengaruh faktor
eksternal dan internal terhadap kinerja usaha
Gambar 4 : Nilai t-value struktural pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap
kinerja usaha wanita wirausaha
44
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
masing-masing variabel laten dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Sebaran nilai R-Square (R2) pada analisis evaluasi model struktural
Variabel Laten R-Square
Kinerja Usaha 0,948
Faktor Internal 0,240
45
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Tabel 5. Koefisien parameter jalur faktor lingkungan eksternal dan faktor internal
terhadap kinerja usaha
Original
Hipotesisi Sample t-value Keterangan
(O)
Faktor Eksternal Faktor Internal 0,567 7,265 Signifikan
Faktor Eksternal Kinerja Usaha 0,742 13,943 Signifikan
Faktor Internal Kinerja Usaha 0,326 6,234 Signifikan
46
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
yang dapat dipercaya dan mudah diakses, indikator tersebut, kebijakan pemerintah
dan lingkungan sosial mendorong dan merupakan indikator yang memiliki
menghargai keberhasilan usaha tersebut. pengaruh terbesar dengan nilai loading
factor 0,874. Seluruh indikator pada
variabel lingkungan eksternal memiliki
Kontribusi Indikator Terhadap Faktor pengaruh signifikan terhadap kinerja
Eksternal usaha. Hal itu dikarenakan |t-hitung| > t-
Variabel faktor eksternal seperti tabel (1,96) untuk setiap indikator yang
aspek sosial budaya, aspek kebijakan dan dapat dilihat pada tabel 6.
aspek peran lembaga terkait. Diantara
47
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Pada tabel 7, menunjukkan aspek Rp1 juta sehingga dengan modal yang
sumber daya manusia berada pada masih kecil ini maka perkembangan
kategori baik. Pengalaman/lama berusaha usahanya menjadi lamban. Modal yang
pada bidang usaha sejenis merupakan digunakan dalam usahanya diperoleh
kekuatan utama bagi wanita wirausaha. wanita wirausaha dari suami ataupun
Pendidikan dan pelatihan yang relatif keluarga. Berdasarkan wawancara
rendah bukan merupakan suatu dilapangan bahwa modal yang
hambatan untuk memulai usaha, dan ditanamkan pada awal usaha telah
mengembangkannya lebih maju. Adanya kembali bahwa sebagian telah
motivasi yang tinggi, jiwa dan mental mendapatkan keuntungan yang cukup
berwirausaha dan keberanian dalam besar. Keuntungan yang diperoleh di
mengambil risiko merupakan modal akumulasikan untuk usaha berikutnya.
utama untuk memajukan usaha kerupuk Aspek produksi dan operasional
udang. pada Tabel 7, terdapat indikator
Aspek keuangan merupakan ketersediaan bahan baku yang kontinue
faktor utama yang memulai bisnis yang dapat menjadi modal utama agar usaha
dijalankan dalam setiap kegiatan usaha. dapat terus berlanjut. Kondisi wilayah di
Modal usaha terbatas pada wirausaha Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
wanita skala rumahan, sehingga untuk merupakan daerah pesisir laut menjadi
meningkatkan volume penjualan wanita keunggulan dalam memperoleh udang.
wirausaha membutuhkan ketersediaan Ini dikarenakan, sebagian dari masyarakat
modal. Agar memiliki modal, mayoritas kabupaten merupakan nelayan. Harga
dari wanita wirausaha harus menunggu udang sebagai bahan baku tidaklah begitu
produknya terjual agar memiliki modal mahal, berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp
untuk menjalankan usahanya lagi. Selain 15.000. Jenis udang yang digunakan untuk
itu, perbedaan jumlah modal awal usaha pembuatan kerupuk adalah udang
akan menentukan dan mempengaruhi berwarna putih. Ini dipilih karena udang
pertumbuhan usaha (Sumantri, 2013). jenis ini membuat warna kerupuk yang
Modal yang digunakan oleh wanita dihasilkan berwarna putih. Kemudahan
wirausaha mendirikan usahanya, rata-rata memperoleh bahan baku, dan lain-lain
modal awal dikeluarkan wanita akan memotivasi dan membuat wanita
wirausaha masih rendah yaitu Rp 500 rb- wirausaha menjadi lebih kreatif. Oleh
48
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
sebab itu, penguatan dari sisi internal pencatatan arus kas masuk dan keluar
manajemen usaha diperlukan untuk dari usahanya untuk dapat memudahkan
memberikan motivasi ataupun kreatifitas pemisahan antara kebutuhan pribadi
bagi wirausaha wanita agar lebih maju maupun usaha sehingga usaha dapat
dan tetap memilih wirausaha sebagai berlanjut.
pekerjaan wanita wirausaha.
Aspek pemasaran hasil produksi Kontribusi Indikator Terhadap Kinerja
pada tabel 7, dimana masing-masing dari Usaha
wanita wirausaha menerapkan harga Variabel kinerja usaha dalam
sesuai dengan keinginan mereka rata-rata penelitian ini diukur dari tiga indikator
yaitu Rp 50.000/kg. Pencatatan finansial yaitu pendapatan usaha, wilayah
atau keluar masuknya uang dalam usaha pemasaran dan volume penjualan.
sangat penting, ini dikarenakan akan indikator yang paling dominan
menentukan keberlanjutan usaha yang mencerminkan kinerja usaha adalah
dijalankan (David, 2011). Berdasarkan pendapatan usaha dengan nilai loading
kondisi dilapangan jika dilihat dari nilai factor sebesar 0,901 pada Tabel 8.
loading factor sebesar 0,922 artinya sudah
ada sebagian dari wanita wirausaha
belajar untuk dapat melakukan
49
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. http://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/74. [Diakses pada tanggal
26 Mei 2019].
50
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
51
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian
Abstract
In terms of developmental achievement of agricultural in Indonesia, agricultural counseling has an
important role as a learning facility for farmers and their families. Muntok White Pepper is a leading
commodity Bangka Belitung Islands Province currently reducing production, exports, and prices that are
wrong because the role of agricultural instructors is not optimal. In order for it to have optimal effects, it
is important to establish the competency levels of agriculture counselors. This research aims to 1) Describe
the competency level of agriculture councelors and their role in the development of muntok white pepper
in Bangka Belitung Islands Province, 2) Analyze the correlation between the agricultural counselor’s
competence and the development of muntok white pepper in Bangka Belitung Islands Province. This
research is conducted using survey method. There are 125 councelors selected using the simple random
sampling method. Data is analyzed using qualitative descriptive analysis with likert scale tabulation and
spearman’s rank correlation. The result show that the highest correlation between agricultural counselor’s
competence level and the development of muntok white pepper in Bangka Belitung Islands Province is
found in communication skill, technical knowledge/GAP of white pepper, and cooperation skill,
meanwhile, the highest score of the role of agriculture counselor in the development of muntok white
pepper in Bangka Belitung Islands Province is found in the category of involvement in performing their
duties as facilitators, communicators, mediators, motivators, and educators. The correlation between
competence level and the role of agricultural counselor is at significance level.
Keywords: Agricultural Counselor; Competence, Role; White Pepper
Abstrak
52
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
Penyuluhan pertanian memiliki peranan penting sebagai sarana pembelajaran bagi petani dan
keluarganya dalam pencapaian pembangunan pertanian di Indonesia. Lada putih yang
merupakan komoditi unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini mengalami
penurunan produksi, ekspor, dan harga yang salah satunya disebabkan peran penyuluh
pertanian yang belum optimal. Dalam menjalankan peran penyuluh pertanian tersebut agar
optimal maka perlu adanya tingkat kompetensi penyuluh pertanian. Penelitian ini bertujuan
untuk 1) Mendeskripsikan tingkat kompetensi penyuluh pertanian dan peran penyuluh
pertanian terhadap pengembangan lada putih (muntuk white pepper) di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, 2) Menganalisis hubungan antara kompetensi penyuluh petanian dengan
peran penyuluh pertanian terhadap pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 125 penyuluh. Data
dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan tabulasi skala likert dan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi penyuluh pertanian terhadap
pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tertinggi berada pada kategori kompeten dalam kemampuan berkomunikasi, pengetahuan
teknis/GAP lada putih, dan kerjasama. Sedangkan peran penyuluh pertanian terhadap
pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tertinggi berada pada kategori berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator,
komunikator, mediator, motivator, dan edukator. Terdapat hubungan antara tingkat
kompetensi dengan peran penyuluh pertanian pada taraf siginifikansi.
Kata kunci: Kompetensi; Lada Putih; Penyuluh Pertanian; Peran
`1. PENDAHULUAN
Penyuluhan pertanian memiliki program yang dijalankan pemerintah bersama
peranan penting sebagai sarana dengan penyuluhan pertanian akan berhasil.
pembelajaran bagi petani dan keluarganya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam pencapaian pembangunan dan merupakan wilayah yang terdiri dari pulau
peningkatan produksi pertanian di Bangka dan pulau Belitung dengan luas
Indonesia. Menurut Revikasari (2010), wilayah mencapai 81.725,23 km (Bappeda,
2
53
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
penyedia lapangan kerja, bahan baku komoditi lada putih (Muntok White Pepper)
industri, dan sumber pendapatan petani tersebut.
(Bappeda, 2017). Pada tahun 1987 hingga Kejayaan lada putih adalah suatu
2002 merupakan masa kejayaan lada putih keadaan yang mana lada putih Provinsi
dengan produksi mencapai sekitar 80-97 Kepulauan Bangka Belitung kembali ke masa
persen atau 62.000 ton per tahun dari total kejayaannya dengan menguasai pasar dunia
produksi lada putih Indonesia. Namun, sekitar 60 persen atau lebih produksi, posisi
seiring dengan waktu, kejayaan lada putih ekspor lada putih tertinggi di dunia, serta
tersebut mulai memudar dan beberapa produksi dan harga jual lada putih yang terus
tahun belakangan ekspor lada putih meningkat.
semakin menurun. Berdasarkan data Dasar Penyuluh
Penurunan yang terjadi pada lada Pertanian Tahun 2018, menyatakan bahwa
putih tersebut diakibatkan adanya penyuluh pertanian yang ada di Provinsi
permasalahan dalam usahataninya yang Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 316
mana berdampak secara signifikan orang dengan kategori yang berbeda dan
terhadap keberadaan komoditi lada putih tersebar di seluruh wilayah kabupaten atau
Indonesia. Menurut Bappeda (2017), kota. Kategori penyuluh pertanian PNS
Permasalahan yang dihadapi dalam berjumlah 145 orang dan kategori non PNS
pengembangan lada putih, yakni: 1). berjumlah 171 orang. Dalam upaya
Produktivitas masih rendah yang mengoptimalisasikan peran penyuluh
disebabkan oleh teknologi yang diterapkan pertanian, perlu dikaji terlebih dahulu tingkat
masih tradisional, 2). Desiminasi teknologi kompetensi penyuluh pertanian yang berkaitan
rendah karena terbatasnya penyuluhan atau dengan pengetahuan, keterampilan, serta
pendampingan serta terbatasnya sarana kemampuan mengenai lada putih (Muntok
pendukung, 3). Serangan hama dan White Pepper). Sehingga dalam menyampaikan
penyakit, 4). Terjadinya alih fungsi lahan informasi kepada petani, penyuluh dapat
yang mengakibatkan luas areal tanam lada berkomunikasi dan berinteraksi dengan lancar
berkurang, 5). Sistem kelembagaan petani serta profesional dalam memfasilitasi. Apabila
masih sangat lemah dalam kegiatan tingkat kompetensi PPL mengenai lada putih
pengadaan input, usaha tani, serta tinggi, maka peran penyuluh pertanian dapat
pengolahan dan pemasaran hasil. dioptimalkan. Oleh karena itu, penelitian ini
Permasalahan-permasalahan itu, sebagian sebagai upaya untuk menganalisis hubungan
besar disebabkan oleh peran penyuluh yang antara tingkat kompetensi dan peran penyuluh
belum optimal terkait dengan fungsi pertanian dalam mengembalikan kejayaan lada
penyuluh sebagai pendidikan non formal putih di Provinsi Bangka Belitung.
untuk mengubah prilaku petani yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyangkut pengetahuan petani dalam : (1) mendeskripsikan tingkat kompetensi dan
mengadopsi teknologi baru. Untuk itu, peran penyuluh pertanian terhadap
perlu adanya optimalisasi peran penyuluh pengembangan lada putih (Muntok White
pertanian dalam mengembalikan kejayaan Pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan (2) menganalisis hubungan antara
54
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
55
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
56
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
6. Panen.
57
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
58
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
kurang kemampuan dalam Bangka Belitung sebagai salah satu sentra lada
menggunakan media penyuluh, putih di Indonesia. Kompetensi teknis meliputi
menyelesaikan masalah petani, serta kemampuan pengetahuan dasar mengenai GAP
menyampaikan informasi sesuai dengan lada putih, pemilihan lahan, pengelolaan lahan,
masalah yang dihadapi petani. pengelolaan air, pengelolaan budidaya
Kompetensi Kerjasama Penyuluh terpadu, serta panen. Kompetensi teknis
Pertanian menyangkut aspek kemampuan petani dalam
Kompetensi kerjasama penyuluh budidaya lada putih di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung berdasarkan SOP atau GAP
pertanian terbanyak pada kategori cukup
lada putih.
kompeten sebesar 48.80 persen, kompeten
Kompetensi teknis penyuluh pertanian
sebesar 27.20 persen, kurang kompeten
berada pada kategori yang terbanyak yaitu
sebesar 20.80 persen serta sangat kompeten
sangat kompeten sebesar 57.60 persen,
sebesar 3.85 persen. Kurang kompeten
kompeten sebesar 37.60, sisanya pada kategori
penyuluh di bidang kerjasama dikarenakan
cukup dan kurang kompeten sebesar 0.80 dan
rata-rata penyuluh kurang melakukan
3.20 persen serta tidak berkompeten sebesar
negosiasi atau lobi, kesepakatan bisnis
0.80 persen. Rata-rata penyuluh yang kurang
dengan mitra usaha dan kerjasama dengan
dan tidak berkompeten dikarenakan
peneliti atau sumber inovasi.
pemahamam teknis budidaya lada putih
kurang baik, hal ini dilihat dari variasi jawaban
Kompetensi Pengetahuan atau Teknis GAP
dengan pertanyaan yang menyangkut
Lada Putih.
indikator teknis budidaya lada putih
Kemampuan pengetahuan ini
berdasarkan GAP yaitu pengelolaan lahan,
menyangkut aspek teknis usahatani, dalam
pengelolaan air, pengelolaan budidaya
penelitian ini pengetahuan teknis budidaya
terpadu, serta panen.
lada putih, mengingat Provinsi Kepulauan
59
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
skor interval 24.250-26.125. Artinya secara kerjasama dan kemampuan teknis untuk
keseluruhan penyuluh pertanian Provinsi mengembalikan kejayaan lada putih di
Kepulauan Bangka Belitung berkompeten Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
dalam berkomunikasi, bekerjasama, dan 3.2. Peran Penyuluh Pertanian terhadap
teknis atau pengetahuan GAP lada putih. Pengembangan Lada Putih
Berdasarkan hasil untuk kategori sangat Secara keseluruhan peran penyuluh
kompeten sebesar 28,80 persen, kurang pertanian dalam pengembangan lada putih di
kompeten sebesar 3,20 persen serta cukup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat
kompeten sebesar 1,60 persen. Penyuluh dilihat pada Tabel 5. yang diolah dari sebagai
yang berkompeten artinya bahwa penyuluh berikut:
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi,
60
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
61
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
62
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
lada putih, dan kerjasama. Sedangkan produksi suatu komoditas, dan pelayanan
Peran penyuluh pertanian yang dimaksud pemerintah yang pada akhirnya bertujuan
dalam penelitian ini merupakan peran dalam mengubah prilaku petani. Peran
penyuluh dalam menjalankan fungsi tersebut dinilai dari indikator-indikator yang
penyuluh sebagai penyebar informasi telah dijelaskan sebelumnya. Data hasil Uji
inovasi, pelatih pengambilan keputusan, Rank Spearman dalam penelitian ini disajikan
pemberi semangat, pendorong peningkatan dalam Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Variabel Penelitian di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2019.
Kompetensi Peran
Penyuluh Penyuluh
Spearman’s Kompetensi Co. correlation 1.000 .526**
rho Penyuluh Sig. (2-tailed) . .000
N 125 125
Peran Co. correlation .526** 1.000
Penyuluh Sig. (2-tailed) .000 .
N 125 125
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data Olahan Primer, 2019.
Tabel 6, menunjukkan data hasil Uji Tingkat kompetensi penyuluh selain
Rank Spearman terhadap dua variabel berhubungandengan peran penyuluh juga
dalam penelitian ini, yakni kompetensi diketahui berpengaruh secara nyata terhadap
penyuluh dan peran penyuluh. peran penyuluh. Hal ini diketahui dengan
Berdasarkan olahan data penelitian, dua pengujian menggunakan Uji Regresi Linear
variabel dalam penelitian menunjukkan Sederhana dengan variabel terikat (Y) adalah
angka signifikansi sebesar 0,000. Sehingga peran penyuluh dan variabel bebas (X) adalah
kompetensi penyuluh secara siginifikan kompetensi penyuluh. Hasil yang ditunjukkan
berkorelasi dengan peran penyuluh pada adalah berpengaruh secara nyata. Hal ini
taraf siginifikansi 0,01 dengan uji dua arah. diperkuat dengan hasil penelitian Antonio
Sifat hubungan antara keduanya adalah (2012), bahwa kompetensi penyuluh seperti
positif. Artinya, semakin tinggi tingkat kemampuan berkomunikasi penyuluh, sikap
kompetensi penyuluh akan semakin tinggi penyuluh, dan pengetahuan penyuluh
tingkat peran penyuluhnya. Selanjutnya berpengaruh langsung secara signifikan
kekuatan korelasi antara dua variabel terhadap peranan penyuluh. Hal ini dapat
tersebut adalah sebesar 52,60 persen atau dijelaskan bahwa dengan berkomunikasi,
koefisien korelasinya 0,526. Sehingga bersikap, dan berpengetahuan yang tinggi
menurut Santoso (2002), kekuatan akan berdampak pada meningkatnya peranan
hubungan antara keduanya masuk ke penyuluh. Karena kegiatan penyuluhan adalah
dalam kategori sedang. kegiatan berkomunikasi.
63
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
64
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
penyuluh sebagai fasilitator seperti petani dengan peneliti atau sumber inovasi,
membantu menerapkan teknologi budidaya menghubungkan antar kelompok tani, serta
lada putih yang baik atau GAP kepada menghubungkan antara petani dengan
petani, menyediakan konsultasi terkait lada organisasi yang terkait dengan komoditas
putih kepada petani, dan membantu pertanian salah satunya lada putih di Provinsi
mendapingi petani dalam kegiatan terkait Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga peranan
pengembangan lada putih. penyuluh juga penting untuk menerapkan
Upaya dalam hal kemampuan teknis GAP lada putih kepada petani melalui
dan pengetahuan pun diperlukan penyuluh kompetensi atau kemampuan yang dimiliki
dalam menjalankan peran nya sebagai penyuluh.
motivator agar dapat mendorong petani Berdasarkan hasil penelitian menyatakan
untuk memecahkan masalah terkait lada bahwa kemampuan penyuluh pertanian di
putih dan mendorong petani untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam hal
menerapkan GAP lada putih. Kemudian bekerjasama termasuk kedalam kategori cukup
menjalankan peran nya sebagai edukator kompeten. Sehingga perlu adanya upaya
yang mana dalam meningkatkan peningkatan kemampuan tersebut agar
pengetahuan petani terhadap ide atau penyuluh pertanian menguasai konsep
inovasi baru terkait lada putih bekerjasama dan teknik-teknik bekerjasama
membutuhkan penyuluh pertanian yang dengan kategori kompeten dan sangat
berkompeten dibidang pengetahuan dan kompeten.
teknis.
Adapun upaya ketiga dengan 4. SIMPULAN DAN SARAN
mengefektifkan dan meningkatkan 4.1. Simpulan
kemampuan bekerjasama penyuluh Berdasarkan hasil penelitian, maka
pertanian. Unsur-unsur yang terdapat pada dapat diambil beberapa simpulan antara lain:
kemampuan kerjasama antara lain mampu 1. Tingkat kompetensi penyuluh pertanian
melakukan kerjasama dengan baik pada terhadap pengembangan lada putih
petani, sering melakukan negosiasi atau (muntok white pepper) di Provinsi
lobi kepada mitra (peneliti, komunitas atau Kepulauan Bangka Belitung berada pada
organisasi, perusahaan yang bergerak di kategori baik sebesar 66,40 persen dengan
bidang pertanian, dll), mampu skor interval 20.000-24.125 dalam
mempengaruhi petani untuk menerapkan kemampuannya berkomunikasi,
GAP lada, dan mampu menjalin kerjasama bekerjasama, dan pengetahuan teknis GAP
dengan pemerintah daerah terkait kegiatan lada putih. Sedangkan peran penyuluh
atau program penyuluh dan program pertanian terhadap pengembangan lada
pemerintah. Semua unsur-unsur tersebut putih (muntok white pepper) di Provinsi
berhubungan dengan peran penyuluh Kepulauan Bangka Belitung berada pada
pertanian terutama peran sebagai mediator. kategori baik sebesar 59,60 persen dengan
Penyuluh sebagai mediator harus mampu skor interval 7625-9375 dalam menjalankan
menghubungkan antara petani dengan tugasnya sebagai fasilitator, komunikator,
pemerintah daerah, menghubungkan antara mediator, motivator, dan edukator.
65
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956
66
TYPE THE TITLE OF YOUR PAPER (UPPERCASE- font 12 size)
Penulis Pertama a, Penulis Kedua b, Penulis Ketiga c
abc (Afiliasi, Kota dan Negara) – jika sama
aAfiliasi pertama, Kota dan Negara – jika berbeda
bAfiliasi
kedua, Kota dan Negara
cAfiliasi
ketiga, Kota dan Negara
Email Korespondensi: email@email.com
● Jika ada banyak penulis dengan alamat yang sama maka alamat sebaiknya dicantumkan
sekali saja setelah nama penulis
● Hanya alamat email (penulis korespondensi) yang dicantumkan
Abstract
Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font
type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font
size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line
spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is
Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is
11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1.
Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua.
Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt.
KETIK JUDUL ARTIKEL ILMIAH ANDA (HURUF KAPITAL- ukuran font 12)
Abstrak
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Contoh faktor C
Contoh faktor B