Anda di halaman 1dari 72

AGRIBISNIS

Journal of Integrated Agribusiness (JIA)


Vol. 1. No. 1- 2019 P-ISSN: 2565-3835 E-ISSN: 2686-2956

DAFTAR ISI ( CONTENT )

Potensi Pengembangan Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit di Kelurahan


Sungaiselan (Studi Kasus: Kelompok Tani Tunas Baru Kelurahan
Sungaiselan).
Wika, Fournita Agustina, Eddy Jajang Jaya Atmaja..................................... 1-11

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada Putih dengan Metode Good


Agricultural Practices (GAP) dan Kelayakan Usaha Lada Bubuk di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Lara Mustika, Fournita Agustina, Yudi Sapta Pranoto ................................12-26

Strategi Pengembangan Lada Putih dalam Mewujudkan Kawasan Sentra


Produksi Nasional di Kabupaten Bangka Selatan.
Pidia Lestari, Evahelda, Yudi Sapta Pranoto ...............................................27-37

Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Wanita


Wirausaha Kerupuk Udang Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi.
Elvin Desi Martauli....................................................................................... 38-51

Hubungan Kompetensi Dengan Peran Penyuluh Pertanian Dalam


Mengembalikan Kejayaan Lada Putih Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Virginia Chintyasari, Yudi Sapta Pranoto, Fournita Agustina .................... 52-66
AGRIBISNIS
Journal of Integrated Agribusiness (JIA)
Vol. 1. No. 1- 2019 P-ISSN: 2565-3835 E-ISSN: 2686-2956

Editorial Board
Editor-in-Chief : Novyandra Ilham Bahtera, M.Sc.

Associate Editors : Iwan Setiawan, M.Si.


Eddy Jajang Jaya Atmaja, M.M.
Yulia, M.Si.
Rati Purwasih, M.Si.
Rufti Puji Astuti, M.Si.

Assistant Editor : Muhammad Ridwan, A.Md

Mitra Bestari : Prof. Dr. Sriati


(Universitas Sriwijaya, Indonesia)
Dr. Burhanudin
(Institut Pertanian Bogor, Indonesia)
Dr. Lukman Mohammad Baga
(Institut Pertanian Bogor, Indonesia)
Prof. Dr. Muhammad Firdaus
(Institut Pertanian Bogor, Indonesia)

Penerbit (Publisher)
Jurusan Agribisnis Univeritas Bangka Belitung

Alamat Editor (Editorial Address)


JOURNAL OF INTEGRATED AGRIBUSINESS (JIA)
Laboratorium Agribisnis, Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka 33172
e-mail: jia@ubb.ac.id
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Journal ofIntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian

The Potential Development of Cattle and Oil Palm Integrated System


in Sungaiselan Village
(A Case Study: Tunas Baru Farmer Group)

Potensi Pengembangan Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit


di Kelurahan Sungaiselan
(Studi Kasus: Kelompok Tani Tunas Baru Kelurahan Sungaiselan)
Wikaa*, Fournita Agustinab, Eddy Jajang Jaya Atmajac
abc Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung, Bangka, Indonesia
*Email Korespondensi: wikabahari1997@gmail.com

Abstract
The cattle and oil palm integration program (SISKA) is a flagship program of the Provincial Government
of Bangka Belitung Islands, especially in the Sungaiselan Village which synergizes cattle and oil palm in
mutual relations. The objectives of this study are 1) to analyze the potential for SISKA development in
Tunas Baru Farmers Group in Sungaiselan Village and 2) to analyze internal and external factors that
are strengths, weaknesses, opportunities and safeguards in the SISKA strategy in Sungaiselan Village.
This research method used a case study method which was analysed qualitatively. The analytical tool used
wass SWOT. The results of this study indicated that 1) the potential development of SISKA in
Sungaiselan was very large as seen from the potential of the Sungaiselan Village area, and the income
received by farmers. 2) Internal factors in this study (strength): contribution of oil palm biomass as a
source of feed, easy marketing, abundant SISKA by-products, maximum technology, and maximum ADG
development; (weakness): HR capabilities were managed technically less, capital was limited,
transportation systems were difficult and the difficulty was finding superior seeds. External factors in
this study (opportunity): potential domestic meat prices, beef biomass as alternative energy, limited beef
supply, increased beef demand, government policies in accelerating the development of SISKA (threats);
imported meat prices were cheaper, the risk of animal mortality, and competitive competition.
Keywords: Cattle; Palm Oil; Potential Development

Abstrak
Program integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) merupakan program unggulan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama di Kelurahan Sungaiselan yang mensinergikan
sapi dan kelapa sawit dalam sebuah hubungan mutualisme. Tujuan dalam penelitian ini adalah
1) menganalisis potensi pengembangan SISKA pada Kelompok Tani Tunas Baru di Kelurahan

1
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Sungaiselan, 2)menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,


kelemahan, peluang dan ancaman dalam menerapkan strategi SISKA di Kelurahan
Sungaiselan. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa 1) potensi pengembangan SISKA di Sungaiselan sangat besar yang dilihat
dari potensi wilayah Kelurahan Sungaiselan dan pendapatan yang diterima petani. 2) Faktor
internal dalam penelitian ini (kekuatan): ketersediaan biomassa kelapa sawit sebagai sumber
pakan, pemasaran mudah, hasil samping SISKA melimpah, teknologi yang sudah maksimal,
perkembangan ADG yang sudah maksimal; (kelemahan): kemampuan SDM mengelola secara
teknis kurang, modal terbatas, sistem tranportasi sulit, susahnya mencari bibit unggul. Faktor
eksternal dalam penelitian ini (peluang): harga daging dipasaran dalam negeri yang potensial,
biomassa ternak sapi sebagai energi alternatif, ketersediaan pasokan daging sapi yang terbatas,
peningkatan permintaan daging sapi, kebijakan pemerintah dalam percepatan pengembangan
SISKA; (ancaman): harga daging import lebih murah, resiko kematian ternak akibat penyakit,
dan persaingan yang kompetitif.
Kata kunci: Sapi; Kelapa Sawit; Potensi Pengembangan

1. PENDAHULUAN
Populasi ternak di Kabupaten menerapkan SISKA, ada beberapa
Bangka Tengah pada tahun 2012-2017 terus keuntungan yang dimiliki oleh Kelompok
mengalami peningkatan yaitu dari 1,677 Tani Tunas Baru. Salah satunya adalah
ekor menjadi 3,817 ekor. Selain itu, memanfaatkan pelepah sawit sebagai
perkebunan kelapa sawit juga mengalami sumber pakan ternak. Selain itu, terjadi
peningkatan dari 6,278.5 ha pada tahun efisiensi waktu dan efisiensi tenaga kerja
2012 meningkat menjadi 8,735.36 ha pada karena menggunakan teknlogi dalam
tahun 2017 (BPS Kabupaten Bangka proses produksinya. Karena berbagai hal
Tengah, 2018). Kelurahan Sungaiselan tersebut menjadi alasan dalam melihat
merupakan salah satu kelurahan yang ada potensi pengembangan SISKA di Kelurahan
di Kabupaten Bangka Tengah, yang aktif Sungaiselan.
dalam mengembangkan komoditi kelapa Berdasarkan latar belakang diatas,
sawit dan mensinergikannya dengan sapi yang menjadi tujuan dalam peneltian ini
yang dinamakan dengan program SISKA. adalah:
Penerapan SISKA didukung dengan 1. Menganalisis potensi pengembangan
kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut SISKA pada Kelompok Tani Tunas
seperti Peratutan Menteri Pertanian Baru di Kelurahan Sungaiselan.
Indonesia Nomor 105/Pementan/PD. 2. Menganalisis faktor-faktor internal dan
300/8/2014 tentang integrasi usaha eksternal yang menjadi kekuatan,
perkebunan kelapa sawit dengan usaha kelemahan, peluang dan ancaman
budidaya sapi potong. SISKA di Kelurahan dalam menerapkan strategi SISKA
Sungaiselan mulai diterapkan pada tahun pada Kelompok Tani Tunas Baru di
2012 oleh Kelompok Tani Tunas Baru. Kelurahan Sungaiselan.
Menurut BPP Kelurahan
Sungaiselan, ada 19 kelompok tani di 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kelurahan Sungaiselan. Namun, hanya 2.1 Produksi dan Perkembangan Sapi di
Kelompok Tani Tunas Baru yang Indonesia
menerapkan SISKA. Kelompok tani tersebut
memiliki luas lahan perkebunan kelapa Ternak ruminansia, khususnya sapi,
sawit 245 ha dan 129 ekor sapi. Setelah memberi kontribusi daging sebesar 71%

2
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

terhadap kebutuhan daging masyarakat kemudian, tanaman yang benihnya dibawa


Indonesia dan sisanya 29% berasal dari dari Kebun Raya Kew (London) ditebang
impor. Sebaliknya, kebutuhan susu sapi habis dan diganti dengan tanaman kelapa.
sebagian besar (75%) dipenuhi dari impor, Sesudah tahun 1911, K. Schadt seorang
dan sisanya (25%) dari produksi dalam yang berkebangsaan Jerman dan M. Ardien
negeri. Oleh karena itu, upaya Hallet berkebangsaan Belgia mulai
meningkatkan produktivitas ternak mempelopori budi daya tanaman kelapa
ruminansia perlu mendapat prioritas dalam sawit. Schadt mendirikan perusahaan
upaya mencapai swasembada daging dan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu
susu (Kuswandi, 2011). (Deli), sedangkan Hallet mendirikan
Menurut Haryanto (2009), semakin perkebunan di daerah Pulau Raja (Asahan)
bertambah jumlah penduduk dapat dan Sungai Liput (Aceh). Sejak itulah, mulai
diartikan sebagai peningkatan permintaan dibuka perkebunan-perkebunan baru, pada
daging. Oleh karena itu, upaya peningkatan tahun 1938, di Sumatera sudah
populasi dan produktivitas ternak harus diperkirakan ada 90,000 ha perkebunan
mampu mengimbangi kecepatan kelapa sawit (Pahan, 2010).
bertambahnya konsumsi daging tersebut. Perkembangan perkebunan kelapa
Kemampuan produksi ternak yang relatif sawit di Indonesia, menjadikan Indonesia
rendah berkaitan dengan kualitas dan sebagai penghasil minyak kelapa sawit
kuantitas pakan yang tersedia sepanjang terbesar di dunia setelah Malaysia.
tahun. Pakan ternak terbagi menjadi dua Sebagaimana yang telah diketahui bahwa
jenis, yaitu pakan konsentrat dan pakan sebesar 85% lebih pasar dunia akan kelapa
hijauan. Menurut Kuswandi (2011), sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.
perkembangan ilmu teknologi pakan Haryanti dkk. (2014) menyatakan, sejalan
ruminansia terbagi menjadi tiga tahap, dengan semakin meningkatnya produksi
yaitu: 1) periode tradisional (sebelum tahun kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan
1970); 2) periode pemanfaatan kemajuan terjadi pula peningkatan volume
ilmu teknologi (1970-1990); dan 3)periode limbahnya. Limbah dari industri kelapa
industrialisasi pertanian (1990-2010). sawit meliputi padatan, cair dan gas
Peluang dalam mengusahakan sapi (Hidayanto, 2008).
sebagai salah satu sumber pendapatan
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: 1) 2.3 Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa
kebutuhan daging; 2) dapat diternakkan Sawit
dalam skala kecil; 3) dikelola dengan skala
Integrasi ternak kedalam
besar lebih menguntungkan; 4) usaha perkebunan kelapa sawit terjadi karena
penggemukan; dan 5) semua bisa ketergantungan antara tanaman
dimanfaatkan (Yulianto dan Saparinto, perkebunan dan ternak dapat memberikan
2010). keuntungan pada kedua subsektor tersebut.
Hasil samping dari perkebunan dapat
2.2 Produksi dan Perkembangan Kelapa dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak,
Sawit di Indonesia sedangkan kotoran ternak dan sisa pakan
Kelapa sawit pertama kali ternak serta hasil panenan yang tidak dapat
diperkenalkan ke Indonesia oleh digunakan untuk pakan dapat
pemerintah kolonial Belanda pada tahun didekomposisi menjadi kompos sebagai
1848, tepatnya di kebun raya Bogor (S’Lands penyedia unsur hara untuk meningkatkan
Plantentuin Buintenzorg). Pada tahun 1876, kesuburan lahan. Pendapatan petani yang
Sir Yoseph Hooker mencoba menanam 700 menerapkan sistem integrasi dan tidak
bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, integrasi sapi dan kelapa sawit tentu
Sumatera Utara. Namun, 10 tahun berbeda. Petani yang menerapkan sistem

3
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

integrasi akan memperoleh penerimaan Analisis SWOT merupakan analisis


yang berasal dari dua usaha tani yaitu sapi yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan kelapa sawit, sedangkan yang tidak faktor internal yang berupa kekuatan dan
hanya memperoleh penerimaan dari kelapa kelemahan serta analisis faktor eksternal
sawit (Sirat dkk, 2015). yang terdiri dari peluang dan ancaman
Menurut Bangun (2010), manfaat suatu perusahaan dari eksternal perusahaan
yang diperoleh dalam menerapkan sistem lainnya (Argo dkk, 2014). Analisis ini
integrasi yaitu: 1) menjadi tenaga ternak didasarkan pada logika yang dapat
bagi petani; 2) menghasilkan daging (untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
sapi potong); 3)menghasilkan anak sapi peluang (opportunities), namun secara
(dari induk sapi); 4)menghasilkan susu bersamaan dapat meminimalkan
(dari sapi perah); dan 5) menghasilkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
kompos (dari kotoran ternak). (Rangkuti, 2013).

2.4 Kelompok Tani 2.6 Kerangka Pemikiran


Kelompok tani adalah suatu Kerangka pemikiran dalam
perkumpulan petani atau peternak yang penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.
memiliki kesamaan baik dalam sosial
ekonomi, komoditas yang diusahakan Kelompok Tani Tunas Baru
maupun kepentingan yang dimiliki oleh
masing-masing anggota kelompok tersebut. SISKA
Menurut Arobi (2017), kelompok tani
menjadi satu dari beberapa esensi penting
dalam pembangunan pedesaan. Karena Identifikasi Faktor Identifikasi Faktor
kelompok tani adalah kelembagaan yang Internal Eksternal
paling dekat dengan petani dan menjadi
tempat petani dapat lebih maju dan
berkembang.
Menurut Wahyuni dalam Lismawati Potensi SISKA di Kelurahan
(2016), ketentuan mengenai kelompok tani Sungaiselan
secara garis besar diatur oleh Menteri
Pertanian melalui Surat Keputusan Output
Nomor:41/Kpts/OT.210/1/29 tanggal 29
Januari 1992 tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani-Nelayan. Dengan adanya
Rekomendasi
kelompok tani, para petani dapat bersama-
Kebijakan
sama memecahkan permasalahan yang
antara lain berupa pemenuhan sarana
produksi pertanian, teknis produksi dan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
pemasaran hasil. Menurut potensi tersebut,
maka kelompok tani perlu dibina dan 3. METODOLOGI PENELITIAN
diberdayakan lebih lanjut agar dapat Penelitian ini dilaksanakan pada
berkembang secara optimal (Mandasari, Kelompok Tani Tunas Baru di Kelurahan
2014). Sungaiselan, Kecamatan Sungaiselan,
Kabupaten Bangka Tengah dari tanggal 20
Desember 2018 hingga 20 April 2019. Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja
2.5 Konsep Analisis SWOT (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kelompok Tani Tunas Baru merupakan

4
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

satu-satunya kelompok tani yang Kelompok Tani Tunas Baru


menerapkan SISKA di Kelurahan menerapkan SISKA pada tahun 2013,
Sungaiselan. setelah mendapatkan bantuan dari
Tujuan penelitian pertama Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. berupa ternak sapi yang berjumlah 25 ekor.
Tujuan kedua dianalisis menggunakan Kelompok tani tersebut berada langsung di
analisis SWOT yang melalui beberapa bawah binaan BPTP Provinsi Kepulauan
tahap, yaitu: Bangka Belitung yang di dampingi
1. Tahap pengumpulan data Puslitbangnak (Pusat Penelitian dan
Pada tahap ini menggunakan matriks Pengembangan Peternakan) Bogor. Pada
faktor strategi eksternal (EFAS) dan tahun yang sama, Kelompok Tani Tunas
matriks faktor strategi internal (IFAS). Baru kembali mendapatkan bantuan dari
Dalam menentukan faktor-faktor strategi pemerintah berupa schredder (alat pencacah
eksternal dan internal dapat dilakukan sawit) dan chooper (alat penggiling
dengan cara menyusun dan menghitung kompos).
nilai bobot, rating/peringkat dan skor Perkembangan yang pesat dapat
untuk tabel eksternal dan internal dibuat dilihat dari penambahan luas lahan
dengan teknik skala (Fahmi, 2013). ataupun jumlah ternak sapi yang terus
Selanjutnya yang harus dilakukan adalah meningkat dari 35 ekor pada tahun 2015
menetapkan matriks IFE (Internal Factor menjadi 129 ekor pada tahun 2018 membuat
Evaluation) dan EFE (External Factor Kelompok Tani Tunas Baru menjadi salah
Evaluation). satu kelompok tani percontohan bagi
2. Tahap analisis dan pengambilan kelompok tani lainnya. Pada tahun 2018,
keputusan Kelompok Tani Tunas Baru menjadi Pusat
Pengambilan keputusan dilakukan Pelatihan Pertanian dan Perdesaan
dengan pembuatan matriks SWOT Swadaya (P4S) dan telah memiliki berbagai
yang dapat menghasilkan empat set sertifikat, baik di tingkat provinsi maupun
alternatif strategis, yaitu strategi SO, di tingkat nasional. Hal tersebut
strategi ST, strategi WO, dan strategi menjadikan Kelompok Tani Tunas Baru
WT. siap menjadi mitra petani dalam
meningkatkan pengetahuan petani melalui
4. HASIL DAN PEMBAHASAN berbagai kegiatan diklat, seperti diklat
manajemen pemeliharaan sapi berbasis
4.1 Sejarah Kelompok Tani Tunas Baru
limbah sawit, diklat pemanfaatan limbah
Kelompok Tani Tunas Baru berdiri ternak dan sebagainya.
pada 11 Januari 2012, pada mulanya hanya
fokus pada perkebunan kelapa sawit. Pada 4.2 Potensi Sapi dan Kelapa Sawit di
tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2013, Kelurahan Sungaiselan
Kelompok Tani Tunas Baru menghadapi 4.2.1 Potensi wilayah Kelurahan
sulitnya memperoleh pasokan pupuk untuk Sungaiselan
proses pengolahan produksi perkebunan Kelurahan Sungaiselan memiliki
kelapa sawit. Kesulitan tersebut terjadi curah hujan 67.7 – 511.9 mm dengan jumlah
dikarenakan pasokan pupuk yang terbatas bulan hujan sebanyak tujuh bulan dan rata-
baik di toko pertanian maupun koperasi di rata suhu harian yang dimiliki 23.10 – 33.7
kelurahan tersebut. Untuk memenuhi 0C. Santosa dalam Prawira dkk. (2015)

kebutuhan atas pupuk tersebut, Kelompok menyatakan suhu ideal untuk


Tani Tunas Baru membeli pupuk kepada pengembangan sapi terutama sapi potong
tengkulak di Desa Kretak, Kabupaten adalah 10 - 27 0C, sedangkan kelapa sawit
Bangka Tengah. memerlukan curah hujan tahunan 200 mm

5
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

tanpa bulan kering (Pahan, 2010). Hal ini 3,600 ha, tentunya menjadi potensi sumber
menunjukkan bahwa Kelurahan pakan yang melimpah bagi pelaku SISKA
Sungaiselan memiliki iklim yang cocok yang ingin mengembangkan SISKA di
untuk pengembangan ternak sapi dan Kelurahan Sungaiselan.
perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 4.2.2 Pendapatan Petani pada Kelompok
diketahui bahwa Kelurahan Sungaiselan Tani Tunas Baru
memiliki luas perkebunan kelapa sawit Pendapatan petani sebelum
seluas 3,600 ha dimana 262 ha milik PT. menerapkan SISKA hanya berasal dari
Bumi Sawit Sukses Pratama (BSSP), 841.6 ha perkebunan kelapa sawit. Namun, setelah
milik masyarakat yang tergabung dalam menerapkan SISKA, pendapatan petani
kelompok tani, dan sisanya sebesar 2,496.4 meningkat karena adanya pemasukan dari
ha milik masyarakat yang tidak tergabung peternakan sapi yang dibudidayakan di
dalam kelompok tani. Sedangkan ternak perkebunan kelapa sawit, seperti hasil dari
sapi yang dimiliki Kelurahan Sungaiselan penjualan bibit sapi dan daging sapi. Di
hanya 157 ekor (BPP Kelurahan bawah ini merupakan Tabel 1 dan Tabel 2
Sungaiselan, 2018). Dengan luas tanam mengenai pendapatan Kelompok Tani
perkebunan kelapa sawit yang mencapai Tunas Baru.

Tabel 1: Biaya Operasional, Penerimaan, dan Pendapatan Kelapa Sawit Kelompok Tani
Tunas Baru dari Tahun 2015-2018
No Keterangan 2015 2016 2017 2018
1 Biaya 185,337,500 2,287,220,000 5,305,330,000 2,310,195,000
Operasional (Rp)
2 Penerimaan (Rp) 1,176,000,000 3,136,320,000 6,050,880,000 5,546,640,000
3 Pendapatan (Rp) 990,662,500 849,100,000 745,550,000 3,235,725,000
Sumber: Data Olahan Primer, 2018

Tabel 2: Biaya Operasional, Penerimaan, dan Pendapatan Kelapa Sawit Kelompok Tani
Tunas Baru dari Tahun 2015-2018
No Keterangan 2015 2016 2017 2018
1 Biaya Operasional 98,301,000 81,998,000 173,490,000 224,790,000
(Rp)
2 Penerimaan (Rp) 518,000,000 800,000,000 1,836,000,000 2,340,000,000
3 Pendapatan (Rp) 414,263,000 712,980,000 1,657,380,000 2,113,500,000

Sumber: Data Olahan Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pupuk organik, pestisida, biaya perawatan


biaya operasional, penerimaan, dan mesin dan lain-lain. Dalam Tabel 1 dapat
pendapatan kelapa sawit seluas 245 ha pada dilihat bahwa biaya operasional
Kelompok Tani Tunas Baru dari tahun perkebunan kelapa sawit cenderung
2015-2018. Biaya operasional dalam meningkat, dan mengalami penurunan
produksi sapi meliputi bungkil inti sawit, pada tahun 2018. Hal ini dikarenakan pada
molases, garam, rumput, solar dan tahun 2018, rata-rata anggota kelompok tani
sebagainya. Sedangkan perkebunan kelapa tersebut membeli lahan kosong yang
sawit meliputi pupuk urea, pupuk TSP, kemudian diolah menjadi perkebunan

6
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

kelapa sawit. Berbeda dengan tahun-tahun ADG yang sudah maksimal. Selain itu,
sebelumnya dimana rata-rata anggota untuk kelemahan, yang memiliki skor
kelompok tani membeli perkebunan kelapa tertinggi yaitu modal terbatas dan susahnya
sawit yang telah panen satu kali atau mencari bibit sapi unggul dengan skor 0.33,
dinamakan dengan panen buah pasir. yang kemudian diikuti oleh kemampuan
Tabel 2 mengenai biaya operasional, SDM mengelola secara teknis yang kurang
penerimaan, dan pendapatan sapi, dan sistem tranportasi yang sulit.
diasumsikan jika semua sapi yang Sedangkan untuk faktor eksternal peluang,
berjumlah 129 ekor pada Kelompok Tani harga daging dipasaran dalam negeri yang
Tunas Baru dijual. Sehingga pendapatan potensial memiliki skor tertinggi yaitu 0.51,
yang diterima sebesar Rp 2,113,500,000 diikuti dengan biomassa ternak sapi dapat
pada tahun 2018. digunakan sebagai energi alternatif,
peningkatan daging sapi, dan kebijakan
4.3 Identifikasi Faktor Internal dan pemerintah dalam percepatan
Eksternal pengembangan SISKA yang memperoleh
skor 0.42. Kemudian disusul oleh
Berdasarkan hasil analisis faktor
ketersedian pasokan daging sapi yang
internal dan eksternal yang berkaitan
memperoleh skor 0.30. Untuk ancaman,
dengan kekuatan (strengths), kelemahan
harga daging import lebih murah mendapat
(weakness), peluang (opportunites), dan
skor tertingi yaitu 0.36 kemudian disusul
ancaman (threats) yang dimiliki dan
oleh persaingan yang kompetitif dan risiko
dihadapi oleh Kelompok Tani Tunas Baru
kematian ternak akibat penyakit.
dalam menerapkan program SISKA di
Kelurahan Sungaiselan, yang kemudian Tahap analisis dan pengambilan
dapat diinterprestasikan dalam keputusan menggunakan matriks SWOT
pembahasan berikut. (strenghts, weakness, opportunities, threats),
Pada tahap pengumpulan data yang diperoleh empat alternatif strategi yaitu
meliputi analisis perhitungan EFAS dan strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan
IFAS, dapat diketahui total skor faktor strategi WT. Keempat strategi tersebut
internal pada kekuatan sebesar 1.81 dan dijelaskan sebagai berikut:
kelemahan sebesar 1.07. Sedangkan untuk a. Strategi WO
faktor eksternal untuk peluangnya sebesar Strategi ini memanfaatkan semua
2.07 dan ancamanya sebesar 0.84. kekuatan yang dimiliki untuk
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menangkap peluang yang ada, dimana
besarnya kekuatan dapat menjadi salah satu strategi alternatifnya yaitu:
strategi dalam meminimalkan kelemahan 1) Meningkatkan produksi hasil
yang ada. Sama halnya dengan peluang samping SISKA dan daging sapi.
yang memiliki skor lebih besar Hal ini dapat dilakukan melalui
dibandingkan ancaman, sehingga dapat intensiifikasi dan ekstensifikasi.
menjadikan peluang sebagai strategi yang Berdasarkan hasil penelitian,
dapat meminimalkan atau mengatasi langkah yang tepat yaitu melakukan
ancaman yang ada. Dari hasil perhitungan ekstensifikasi dengan cara
diperoleh bahwa dalam faktor internal menambah jumlah ternak yang
kekuatan, ketersediaan biomassa kelapa dimiliki di Kelurahan Sungaiselan.
sawit sebagai sumber pakan ternak Hal ini seperti yang dijelaskan
memperoleh skor tertinggi, yaitu 0.52 Martindah dkk. (2018), yang
kemudian diikuti berturut-turut oleh mengatakan perkebunan kelapa
pemasaran mudah, hasil samping SISKA sawit seluas 445,008 ha dapat
yang melimpah, memiliki sistem informasi menghasilkan produksi bahan
yang baik, teknologi dan perkembangan kering kelapa sawit sebesar

7
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

4,507,435,088 kg, sehingga dapat sawit secara teknis dan melakukan


menampung 4,410,406 ekor sapi. evaluasi setelah mengadakan
Sedangkan pada Kelompok Tani sosialisasi.
Tunas Baru, luas lahan sebesar 3,600 2) Melakukan kerjasama dengan
ha, dapat menghasilkan 36,039,600 pemerintah dan instansi terkait.
kg bahan kering, sehingga dapat Dalam hal ini, kendala utama yang
menampung sapi sebanyak 35,263 dihadapi petani adalah kurangnya
ekor. Penambahan jumlah sapi, modal dalam proses produksi. Hal
tentunya akan meningkatkan tersebut dapat diatasi dengan cara
produksi hasil samping SISKA dan menarik dengan menunjukkan
daging sapi. keuntungan atau pendapatan yang
2) Menggunakan teknologi dalam diterima pelaku agribisnis setelah
menerapkan SISKA. Berdasarkan menerapkan SISKA dan
hasil penelitian, Kelompok Tani menyalurkan bantuan modal dari
Tunas Baru mengalami peningkatan pemerintah seperti KUR.
pendapatan setelah menerapkan c. Strategi ST
teknologi dalam proses Strategi ST merupakan strategi yang
produksinya. Hal ini menunjukkan digunakan untuk menciptakan strategi
bahwa pentingnya sebuah strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
yang memanfaatkan teknologi mengatasi ancaman.
dalam menerapkan SISKA, terutama 1) Meningkatkan kualitas daging sapi.
di Kelurahan Sungaiselan. Langkah- Berdasarkan hasil penelitian langkah
langkah yang dapat dilakukan yaitu yang tepat dalam meningkatkan
dengan mekanisasi atau beralih dari kualitas daging sapi yaitu
yang penggunaan peralatan menggunakan teknik semi intensif,
tradisional, menjadi peralatan yang dimana perawatan sapi dilakukan di
bersifat mekanik. dalam kandang, namun dalam
3) Mengisi dan meningkatkan peluang kurun waktu tertentu dubiarkan di
pasar yang tersedia baik domestik padang rumput terbuka.
maupun internasional serta 2) Peran aktif Penyuluh Pertanian
mempertahankan pasar yang telah dalam memberikan informasi
ada. Hal yang dapat dilakukan yaitu mengenai SISKA. Hal tersebut dapat
dengan meningkatkan pelayanan, dilakukan dengan sosialisi dalam
melakukan perluasan pasar, dan memberi informasi mengenai cara
differensiasi pelayanan yang dapat merawat ternak sapi, penyakit-
dilakukan dengan memudahkan penyakit yang diderita ternak sapi,
proses pemesan dan pengiriman. dan sistem budidaya sapi yang baik
b. Strategi WO dan benar. Setelah itu, dilakukan
Menciptakan strategi yang evaluasi untuk melihat apakah ada
meminimalkan kelemahan dengan dampak dari sosialisasi tersebut.
meanfaatkan peluang, dimana 3) Diversifikasi produk baik sapi
strateginya yaitu: maupun kelapa sawit. Penerapan
1) Mengadakan pelatihan untuk SISKA merupakan salah atu
pelaku agribisnis (petani/peternak) program yang menghasilkan produk
SISKA. Hal ini dapat dilakukan lebih dari satu. Strategi tersebut,
dengan cara sosialisasi mengenai dapat dilakukan dengan cara
SISKA dalam meningkatkan menyediakan modal dan komitmen
kemampuan SDM untuk mengelola manajemen.
sistem produksi sapi dan kelapa d. Strategi WT

8
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Strategi WT merupakan strategi yang IPTEK yang tepat sesuai dengan


diciptakan dengan meminimalkan potensi Kelurahan Sungaiselan; dan
kelemahan dan menghindari ancaman. b. kebijakan teknis meliputi, 1) upaya
Strategi WT tersebut, yaitu: intensifikasi dan ekstensifikasi; 2)
1) Menjalin kerjasama dengan melalui rehabilitasi yaitu usaha
berbagai instansi pemerintahan dan meningkatkan hasil dari penerapan
instansi swasta. Berdasarkan hasil SISKA dengan cara memperbaharui
penelitian, Kelompok Tani Tunas sistem pertanian yang ada; dan 3)
Baru tidak hanya menjalan melakukan diversifikasi melalui
kerjasama dengan pemerintahan, produksi hasil SISKA.
tetapi pula dengan pihak swasta
seperti PT. Putra Bangka Mandiri. 5. SIMPULAN DAN SARAN
Strategi tersebut dapat dilakukan
5.1 Simpulan
dengan cara mempererat hubungan
kerjasama dengan memastikan Berdasarkan hasil penelitian, maka
kedua belah pihak memperoleh dapat diambil beberapa simpulan antara
keuntungan. lain:
2) Peningkatan SDM. SDM yang a. potensi pengembangan SISKA di
berkualitas akan mendukung Sungaiselan sangat besar yang dilihat
kegiatan produksi sehingga dari potensi wilayah Kelurahan
memperoleh pendapatan yang Sungaiselan, dan pendapatan yang
optimal. Oleh karena itu, diterima petani; dan
pentingnya meningkatkan mutu b. faktor internal dalam penelitian ini
SDM dalam mengatasi (kekuatan): ketersediaan biomassa
permasalahan seperti penguasaan kelapa sawit sebagai sumber pakan,
SDM yang kurang terhadap kinerja pemasaran mudah, hasil samping
teknis produksi sapi dan kelapa SISKA melimpah, teknologi yang
sawit, dan SDM yang belum sudah maksimal, perkembangan ADG
mampu atau siap bersaing secara yang sudah maksimal; (kelemahan):
kompetitif dengan pesaing-pesaing kemampuan SDM mengelola secara
yang sudah ada. peningkatan SDM teknis kurang, modal terbatas, sistem
tersebut dapat dilakukan dengan tranportasi sulit, susahnya mencari
sosialisasi mengenai proses dalam bibit unggul. Faktor eksternal dalam
menerapkan SISKA dan pentingnya penelitian ini (peluang): harga daging
memiliki jiwa yang kompetitif dipasaran dalam negeri yang potensial,
dalam menghadapi pangsa pasar biomassa ternak sapi sebagai energi
yang telah ada. alternatif, ketersediaan pasokan daging
sapi yang terbatas, peningkatan
4.4 Rekomendasi Kebijakan permintaan daging sapi, kebijakan
pemerintah dalam percepatan
Berdasarkan hasil penelitian, pengembangan SISKA; (ancaman):
rekomendasi kebijakan yang diberikan ada harga daging import lebih murah,
dua, yaitu: resiko kematian ternak akibat penyakit,
a. kebijakan umum meliputi: 1) dan persaingan yang kompetitif.
menerapkan SISKA yang
berkelanjutan; 2) mempertangguh
5.2 Saran
daya saing melalui peningkatan mutu
Berdasarkan hasil penelitian, ada
hasil dan efisiensi usaha, serta beberapa hal yang dikemukan peneliti,
peningkatan dan pengembangan
yaitu sebagai berikut:
SDM yang tangguh dan bermutu serta

9
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

a. upaya yang dilakukan dalam kemampuan BPP yang kompeten dan


meningkatkan produksi SISKA pada aktif baik dalam memberikan
Kelompok Tani Tunas Baru adalah penyuluhan maupun rekapan data di
dengan menggunakan teknologi yang lapangan. Terbatasnya data di
memadai agar pendapatan yang Kelurahan Sungaiselan, mengharuskan
diperoleh lebih maksimal; BPP Kelurahan Sungaiselan mengkaji
b. upaya dalam meningkatkan kesadaran ulang data agar lebih terperinci dan
dan motivasi masyarakat Kelurahan konkret; dan
Sungaiselan, bahwa menerapkan d. upaya dalam peningkatan
SISKA merupakan salah satu kegiatan perkembangan SISKA di Kelurahan
agribisnis yang sangat Sungaiselan dapat dilakukan dengan
menguntungkan, harus melibatkan membuat kebijakan teknis mengenai
peran pemerintah sebagai fasilitator pemberian bantuan teknologi seperti
dalam mensosialisasikan SISKA di schreeder kepada kelompok tani yang
Kelurahan Sungaiselan; ingin menerapkan SISKA di kelurahan
c. peningkatan SISKA di Kelurahan tersebut.
Sungaiselan didukung oleh

Daftar Pustaka Produksi Daging. Jurnal


Pengembangan Inovasi Pertanian.
Arobi F. 2017. Hubungan Dinamika Kelompok 2(2):163-176.
Dengan Kemandirian Kelompok Tani Hidayanto M. 2008. Limbah Kelapa Sawit
Jeruk di Desa Terentang III Kecamatan Sebagai Pupuk Organik dan Pakan
Moba Kabupaten Bangka Tengah. Ternak.Makalah Optimalisasi Hasil
Program Studi Agrinisnis. Skripsi: Samping Perkebunan Kelapa Sawit
Bangka Belitung: Universitas dan Industri Olahannya Sebagai
Bangka Belitung. Pakan Ternak.
Argo, Raharjo K, Wicaksono KP. 2014. Kuswandi. 2011. Teknologi Pemanfaatan
Optimalisasi Strategi Integrasi Kelapa Pakan Lokal Untuk Menunjang
Sawit – Sapi Pada Badan Usaha Milik Peningkatan Produksi Ruminansia.
Negara (BUMN) Perkebunan di Jurnal Pengembangan Inovasi
Indonesia (Studi Kasus pada PT. Pertanian. 4(3):189-204.
Perkebunan Nusantara III (Persero) Lismawati. 2016. Arahan Pengembangan
Medan, Sumatera Utara. Malang: Integrasi Sawit-Sapi dalam
Universitas Brawijaya. Peningkatan Ekonomi Wilayah di
Bangun R. 2010. Analisis Sistem Integrasi Sapi Kabupaten Langkat. Skripsi. Bogor:
– Kebun Kelapa Sawit Dalam Institut Pertanian Bogor.
Meningkatkan Pendapatan Petani di Mandasari, S. 2014. Hubungan Peran
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Kelompok Tani Dengan Produktivitas
Skripsi: Padang: Universitas Usahatani Benih Padi. Skripsi.
Andalas Jakarta: Universitas Islam Negeri
Haryanti A, Norsamsi, Sholiha PCF, Putri Syarif Hidayatullah.
NP. 2014. Studi Pemanfaatan Martindah E, Sisriyeni D, Sani Y. 2018.
Limbah Padat Kelapa Sawit. Jurnal Potensi Perkebunan Sawit Sebagai
Konversi. 3(2):20-29. Sumber Bahan Pakan dan Upaya
Haryanto B. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Implementasi Sistem Integrasi Sawit-
Ternak Dalam Sistem Integrasi Sapi. Riau: Balai Pengkajian
Tanaman-Ternak Bebas Limbah Teknologi Pertanian.
Mendukung Upaya Peningkatan

10
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019 : 1-11 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Pahan I. 2010. Kelapa Sawit: Manajemen


Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawira HY, Muhtarudin, Sutrisna R. 2015.
Potensi Pengembangan Peternakan
Sapi Potong di Kecamatan Tanjung
Bintang Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(4):250-255.
Rangkuti F. 2014. Analisis SWOT. Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Sirait P, Lubis Z, Sinaga M. 2015. Analisis
Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa
Sawit Dalam Meningkatkan
Pendapatan Petani di Kabupaten
Labuhanbatu. Jurnal Agribisnis
Sumatera Utara.8(1):1-15.
Yulianto P, Saparinto C. 2010. Pembesaran
Sapi Potong Secara Intensif. Jakarta:
Penebar Swadaya.

11
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian

Analysis of White Pepper Farming Financial Feasibility with Good


Agricultural Practices (GAP) Method and Pepper Powder Business
Feasibility in Bangka Belitung Islands Province

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada Putih dengan Metode


Good Agricultural Practices (GAP) dan Kelayakan Usaha Lada Bubuk di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Lara Mustikaa*, Fournita Agustinab, Yudi Sapta Pranotoc
abcJurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung, Bangka, Indonesia
*Email Korespondensi: laramustika24@gmail.com

Abstract
Bangka Belitung Islands Province is one of the biggest pepper producing provinces in Indonesia.
However, Bangka Belitung white pepper exports are decreasing and its price is fluctuating. Thus emerged
the need to apply white pepper farming using GAP method with the purpose of increasing the
productivity and quality of the product as well as creating its derivative product, pepper powder. The
aims of this study are 1) to analyse the financial feasibility of white pepper farming in Bangka Belitung
Islands Province using GAP method and 2) to analyse the feasibility of pepper powder business in
Bangka Belitung Islands Province. This study used case study method. The data was analysed and
processed both quantitatively and qualitatively. The results suggested that 1) Bangka Belitung white
pepper farming, run by the Pepper Management, Development, and Marketing Agency and Farming
Seed Senter using GAP method, is financially feasible wit NPV of IDR 202,259,131 IRR of 19 percent,
Net B/C of 2.4, and payback period of 4 years 8 months, as well as a profitable break-even point; 2)
Bangka Belitung white pepper powder business, run by CV. Indobakti, is financially and non-financially
feasible with NPV of IDR 4,812,490,222 IRR of 60 percent, Net B/C of 4.6, and payback period of 1 years
6 months, as well as profitable break-even point.

Keywords: White Pepper; Pepper Powder; Feasibility

Abstrak
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan
produksi lada putih terbesar di Indonesia. Akan tetapi, ekspor lada putih di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan dan harga lada juga mengalami fluktuasi.
Oleh sebab itu, perlu melakukan budidaya usahatani lada putih dengan menggunakan metode

12
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

GAP yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk dan menciptakan
produk turunan, yaitu lada bubuk. Tujuan dalam penelitian ini adalah 1) menganalisis
kelayakan finansial usahatani lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan
penerapan GAP dan 2) menganalisis kelayakan usaha lada bubuk di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Metode penelitian ini adalah metode studi kasus. Pengolahan dan analisis
data menggunakan dua cara yaitu secara kuantiatif dan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) usahatani lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dilakukan oleh Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) dan Balai
Benih Pertanian (BBP) dengan menggunakan metode GAP secara finansial layak untuk
diusahakan dengan NPV sebesar Rp 202,259,131 IRR sebesar 19 persen, Net B/C sebesar 2.4,
dan Payback Period 4 tahun 8 bulan dan untuk analisis titik impas lada putih juga
menguntungkan dan 2) usaha lada bubuk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dilakukan oleh CV. Indobakti secara non finansial dan finansial layak untuk diusahakan
dengan NPV sebesar Rp 4,812,490,222 IRR sebesar 60 persen, Net B/C sebesar 4.6, dan Payback
Period 1 tahun 6 bulan dan untuk analisis titik impas lada bubuk juga menguntungkan.

Kata kunci: Lada Putih; Lada Bubuk; Kelayakan

1. PENDAHULUAN

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung demikian, untuk mendapatkan kualitas


merupakan salah satu provinsi yang yang baik, usahatani lada di Provinsi
menghasilkan produksi lada putih terbesar Kepulauan Bangka Belitung harus
di Indonesia. Bahkan untuk lada putih di menerapkan prinsip Good Agricultural
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah Practices (GAP) sehingga mampu
dikenal di dunia sejak zaman Belanda meningkatkan produktivitas dan
dengan brand image “Muntok White menghasilkan produk yang berkualitas. Hal
Pepper.” Lada putih sebagai komoditas ini sesuai dengan kajian Value Chain
unggulan perkebunan itu telah ditekuni komoditas lada dalam upaya peningkatan
secara turun temurun oleh masyarakat di daya saing daerah Provinsi Kepulauan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Akan Bangka Belitung yang dilakukan oleh
tetapi, ekspor lada putih di Provinsi Badan Perencanaan Pembangunan dan
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun Penelitian Pengembangan Daerah
2015 sampai 2017 mengalami penurunan, (BAPPEDA) Provinsi Kepulauan Bangka
dapat dilihat pada Gambar 1. Belitung pada tahun 2017.
Permasalahan lainnya adalah harga
10,000 lada di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung juga mengalami fluktuasi. Bukan
Provinsi
5,000 hanya di Provinsi Kepulauan Bangka
Kepulauan
Bangka Belitung saja, akan tetapi harga lada di
0 negara-negara ASEAN yang termasuk
Belitung
2013
2014
2015
2016
2017

dalam penghasil lada putih terbesar di


dunia seperti Sarawak dan Vietnam juga
Penurunan ini terjadi disebabkan mengalami fluktuasi. Fluktuasi harga lada
karena banyaknya tanaman lada yang ini menentukan keputusan para petani
terserang hama dan penyakit sehingga terhadap usahatani lada yang mereka
mempengaruhi produktivitas dan kualitas miliki. Hal ini didukung dengan penelitian
lada yang dihasilkan kurang baik. Dengan Siti Julaiha (2017) dengan judul penelitian

13
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Perilaku Petani Lada Putih terhadap panduan umum dalam melaksanakan


Fluktuasi Harga Lada Putih di Desa Puput budidaya secara baik. Penerapan prinsip
Kecamatan Simpangkatis. GAP melalui Standar Operasional
Berdasarkan hasil wawancara Prosedur (SOP) yang spesifik, seperti
bahwa selama ini petani hanya lokasi, komoditas dan sasaran pasarnya.
memproduksi lada dalam bentuk biji Kegunaannya yaitu untuk meningkatkan
sehingga tidak ada penghasilan tambahan produktivitas dan kualitas produk yang
yang diterima oleh petani. Oleh sebab itu, dihasilkan petani agar memenuhi
perlu menciptakan produk turunan dari kebutuhan konsumen dan memiliki daya
lada putih agar dapat memberikan saing tinggi, sehingga dapat meningkatkan
penghasilan tambahan bagi para petani. pendapatan petani dari usahatani lada yang
Salah satu produk turunan dari lada putih, dilakukan. Dengan menerapkan prinsip
yaitu lada bubuk. Penulis melakukan GAP, dapat membantu para petani dalam
penelitian tentang “Analisis Kelayakan meningkatkan hasil produksi dan kualitas
Finansial Usahatani Lada Putih (Muntok produk yang dihasilkan. Maka dapat
White pepper) dengan Metode GAP dan diketahui berapa hasil yang diperoleh
Kelayakan Usaha Lada Bubuk di Provinsi antara usahatani lada tradisional dengan
Kepulauan Bangka Belitung.” usahatani yang menerapkan prinsip GAP.
Berdasarkan latar belakang di atas, Keuntungan dari penerapan prinsip Good
penulis melakukan penelitian tentang Agricultural Practices (GAP) dalam
“Analisis Kelayakan Finansial Usahatani usahatani yaitu petani menjadi sejahtera
Lada Putih (Muntok White pepper) dengan dan kualitas yang dihasilkan semakin
Metode GAP dan Kelayakan Usaha Lada bagus. Teknik budidaya lada yang baik
Bubuk di Provinsi Kepulauan Bangka dianjurkan menggunakan teknik budidaya
Belitung” dengan objek penelitiannya dalam standar Good Agricutural Practices
adalah BP3L (Badan Pengelolaan, (GAP) tahun 2011 berdasarkan pedoman
Pengembangan dan Pemasaran Lada) dan dari International Pepper Community (IPC).
BBP (Balai Benih Pertanian) yang telah Adapun komponen GAP-Lada (Budidaya
menerapkan GAP dalam budidaya lada yang baik) meliputi :
usahatani lada putih, serta CV.Indobakti 1) pemilihan lahan;
yang telah melakukan usaha lada bubuk. 2) pengelolaan tanah;
Adapun yang menjadi tujuan dalam 3) pengelolaan air;
peneltian ini adalah: 4) pengelolaan budidaya terpadu;
1. menganalisis kelayakan finansial 5) pengendalian hama dan penyakit; dan
usahatani lada putih yang dilakukan 6) panen dan penanganan pasca panen.
oleh BP3L dan BBP di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dengan 2.2 Teori Usahatani
penerapan GAP; dan
Menurut Wanda (2015), ilmu
2. menganalisis kelayakan usaha lada
usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bubuk yang dilakukan oleh CV.
cara-cara menentukan, mengorganisasikan
Indobakti di Provinsi Kepulauan
dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-
Bangka Belitung.
faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga produksi pertanian
2. TINJAUAN PUSTAKA
menghasilkan pendapatan petani yang lebih
2.1 Teknis Budidaya Lada Putih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan
Menurut International Pepper of sebagai ilmu mengenai cara petani
mendapatkan kesejahteraan. Sedangkan
Community (2011), GAP merupakan suatu
menurut Firdaus (2009),

14
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

usahatani adalah organisasi dari alam 1) alam;


(lahan), tenaga kerja dan modal yang 2) tenaga Kerja;
ditujukan kepada produksi di lapangan 3) modal; dan
pertanian. Organisasi tersebut 4) skill.
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan Berdasarkan teori dari menurut para
sengaja di usahakan oleh seseorang atau ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
sekumpulan orang sebagai pengelolaannya. produksi adalah suatu proses perubahan
Usahatani dapat dikelompokkan input menjadi output. Sedangkan faktor
berdasarkan corak dan sifat, organisasi, produksi merupakan komponen-komponen
pola serta tipe usahatani. Berdasarkan yang digunakan untuk memproduksi suatu
corak dan sifatnya, usahatani dapat barang/jasa.
dilihat sebagai usahatani subsisten dan
usahatani komersial. Menurut Firdaus 2.4 Teori Biaya Produksi
(2009), klasifikasi usahatani dibedakan
Pengertian Biaya produksi menurut
menjadi lima macam, yaitu:
Soekartawi (2001) adalah nilai dari semua
1) pola usahatani;
faktor produksi yang digunakan, baik
2) tipe usahatani;
dalam bentuk benda maupun jasa selama
3) struktur usahatani;
proses produksi berlangsung. Menurut
4) corak usahatani; dan Sukirno (2009), biaya produksi adalah biaya
5) bentuk usahatani. yang dikeluarkan perusahaan untuk
Berdasarkan teori dari menurut para memperoleh faktor-faktor produksi dan
ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa bahan-bahan mentah yang digunakan
usahatani merupakan suatu kegiatan usaha untuk menciptakan suatu produk tertentu.
yang dilakukan oleh petani dimana di Komponen-komponen yang terdapat dalam
dalamnya termasuk faktor-faktor produksi. arus kas keluar (outflow) diantaranya:
1) biaya investasi;
2.3 Teori Produksi dan Faktor Produksi 2) biaya operasional;
3) debt service; dan
Menurut Miller dan Meiners (2000),
4) pajak.
produksi merupakan suatu kegiatan yang
Berdasarkan teori dari menurut para
dikerjakan untuk menambah nilai guna
ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
suatu benda atau menciptakan benda baru
studi biaya produksi adalah seluruh biaya
sehingga lebih bermanfaat dalam
yang dikeluarkan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan. Menurut Sukirno
memperoleh faktor-faktor produksi selama
(2006) faktor produksi adalah benda-benda
kegiatan produksi berjalan.
yang disediakan oleh alam atau diciptakan
oleh manusia yang dapat digunakan untuk
2.5 Teori Penerimaan dan Pendapatan
memproduksi barang dan jasa. Produksi
pertanian yang optimal adalah produksi Menurut Jati (2015), penerimaan
yang mendatangkan produk yang merupakan nilai yang diperoleh dari
menguntungkan ditinjau dari sudut produksi di kali dengan harga produksi.
ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor Sedangkan menurut Nastalia (2014),
input yang berpengaruh pada produksi penerimaan (revenue) adalah perkiraan dana
jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan yang masuk sebagai hasil penjualan
hasil yang diperoleh sehingga petani dapat produksi dari unit usaha yang
memperoleh keuntungan dari usaha bersangkutan. Soekirno (2003), mengatakan
taninya. Faktor-faktor yang dimaksud bahwa keuntungan atau pendapatan
adalah: merupakan selisih antara penerimaan yang

15
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

diperoleh dalam suatu kegiatan produksi 1) Aspek Pasar;


dengan biaya yang dikeluarkan untuk 2) Aspek Sosial Budaya;
kegiatan tersebut. Berdasarkan teori dari 3) Aspek Ekonomi;
menurut para ahli di atas, penulis 4) Aspek Hukum dan Perizinan; dan
menyimpulkan bahwa penerimaan 5) Aspek Lingkungan.
merupakan perolehan hasil perkalian dari Berdasarkan teori dari menurut para
harga jual produk dengan jumlah produksi. ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
Sedangkan pendapatan merupakan selisih studi kelayakan adalah langkah pertama
antara penerimaan yang diperoleh dengan
yang harus dilakukan dalam menjalankan
total biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. bisnis/proyek.

2.7 Titik Impas (Break Event Point)


2.6 Studi Kelayakan Usahatani Lada
Putih dan Lada Bubuk Break Even Point (BEP) atau titik
Menurut Tobing (2009) menyatakan impas merupakan keadaan yang
bahwa bermacam-macam peluang dan menggambarkan suatu rumah produksi
kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha atau perusahaan yang tidak memperoleh
telah menuntut perlu adanya penilaian laba dan juga tidak menderita kerugian.
sejauh mana kegiatan atau kesempatan Rumah produksi atau perusahaan akan
tersebut dapat memberikan manfaat
mencapai keadaan BEP apabila total
(benefit) bila diusahakan. Kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat penerimaan sama dengan total biaya.
diperoleh dalam melaksanakan suatu Menurut Soekartawi (2005), analisis titik
kegiatan usaha disebut dengan studi impas terdiri dari tiga, yaitu:
kelayakan. Kasmir dan Jakfar (2012) 1) BEP Unit
menyatakan bahwa kelayakan adalah BEP unit merupakan BEP yang
penelitian yang dilakukan secara dinyatakan dalam jumlah penjualan produk
mendalam untuk menentukan apakah dinilai tertentu.
usaha yang dijalankan memberikan manfaat 2) BEP Penerimaan
yang lebih besar dibandingkan dengan BEP penerimaan adalah BEP yang
biaya yang akan dikeluarkan. Dalam dinyatakan dalam jumlah penjualan atau
kelayakan usahatani lada putih dan usaha harga penjualan tertentu.
lada bubuk, perlu diketahui apakah usaha 3) BEP Harga
itu layak diusahakan dan memberikan BEP unit merupakan BEP yang
keuntungan. Usahatani lada putih dengan dinyatakan dalam rupiah untuk menentukan
metode GAP, kelayakan dan harga pada suatu produk.
keuntungannya hanya dilihat dari aspek
finansial saja. Sedangkan Untuk 2.8. Kerangka Pemikiran
mengetahui kelayakan usaha lada bubuk Untuk mendekatkan masalah yang
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek finansial akan diteliti, maka kerangka pemikiran dari
dan non finansial. Adapun kriterian penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
kelayakan finansial meliputi:
1) NPV;
2) IRR;
3) Net B/C; dan
4) PP.
Sedangkan kriteria kelayakan non
finansial meliputi:

16
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

i = Tingkat suku bunga (%)


n = Umur Proyek (Tahun)
Responden 2) Net Benefit-Cost (Net B/C)
Adapun rumus NPV menurut
Prinsip Good Adisarwanto (2008) sebagai berikut:
Agriculture Instansi yang melakukan Pelaku Bisnis Olahan 𝜀 𝑃𝑉 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
Practices (GAP) Usahatani Lada Putih
(BP3L dan BBP)
Produk Turunan (CV.
Indobakti)
Net B/C =
𝜀 𝑃𝑉 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

3) Internal Rate Of Return (IRR)


Biaya
Produk Lada Putih
(Muntok White Pepper)
Produk Lada Turunan
(Lada Bubuk)
Adapun rumus NPV menurut
Kasmir dan Jakfar (2008) sebagai berikut:
𝑁𝑃𝑉1
IRR = i1 + × (𝑖2 - 𝑖1 )
Penerimaan dan Pendapatan
𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2
Kelayakan Finansial
Usahatani Lada Putih
Dimana :
Kelayakan Biaya
dan Lada Bubuk:
1. NPV
𝑖1 = Tingkat suku bunga yang
2. Net B/C menghasilkan NPV positif (%)
3. IRR
4. PP
Aspek Non Finansial Usaha Lada Bubuk:
1. Aspek Pasar
𝑖2 = Tingkat suku bunga yang
5. BEP Unit
6. BEP Penerimaan
2.
3.
Aspek sosial budaya
Aspek hukum
menghasilkan NPV negatif (%)
7. BEP Harga
4. Aspek ekonomi NPV1 = NPV positif (Rp)
5. Aspek lingkungan
NPV2= NPV negatif (Rp)
3. METODOLOGI PENELITIAN
4) Payback Period (PP)
Penelitian dilakukan di Kabupaten Adapun rumus NPV menurut
Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Jogiyanto (2007) sebagai berikut:
dengan objek penelitian BP3L dan BBP, Nilai Investasi
PP = × 1 tahun
serta CV. Indobakti. Lokasi penelitian ini Kas Masuk Bersih
ditentukan secara purposive sampling dengan b. Break Event Point (BEP)
pertimbangan di Kabupaten inilah terdapat Adapun rumus BEP menurut
instansi yang melakukan budidaya Soekartawi (2005) sebagai berikut:
usahatani lada putih dengan metode GAP 1) BEP Unit
dan tempat pengolahan lada bubuk. 𝑇𝐶
Penelitian ini dilakukan dari bulan 𝑃

Oktober 2018 sampai dengan bulan April Keterangan :


2019. Metode penelitian yang digunakan TC = Biaya Total (Total Cost)
adalah metode studi kasus. P = Harga jual per Kg
Tujuan penelitian yang pertama dan 2) BEP Penerimaan
𝐹𝐶
kedua mengenai kelayakan finansial lada
1−𝑉𝐶
putih dan lada bubuk dianalisis dengan 𝑇𝑅

menggunakan analisis kelayakan finansial Keterangan :


yang meliputi: FC : Biaya Tetap (Fixed Cost)
a. Kelayakan Finansial VC : Biaya Variabel (Variabel Cost)
1) Net Present Value (NPV) TR : Penerimaan
Adapun rumus NPV menurut 3) BEP Harga
Anggraeni (2010) sebagai berikut: 𝑇𝐶
NPV = ∑𝑛 𝐵𝑡−𝐶𝑡 𝑦
𝑡=1 (1+ 𝑖)𝑡
Dimana : Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) TC : Biaya Total
Ct = Biaya pada tahun t (Rp) Y : Produk
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,…n) c. Analisis Keuntungan

17
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Adapun rumus keuntungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,


menururt Soekartawi (2006) sebagai berikut: dimana sebagian wilayahnya merupakan
𝝅 = TR – TC – Biaya Implisit dataran rendah, lembab, dan perbukitan.
Keterangan : Tanaman lada di Provinsi Kepulauan
𝝅 = Keuntungan Bangka Belitung 90% ditanam di dataran
TR = Penerimaan rendah dengan ketinggian rata-rata 50 m
TC = Biaya Total dpl atau di bawah 100 m dpl. Provinsi
Sedangkan untuk tujuan penelitian Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki
kedua mengenai kelayakan non finansial iklim tropis sehingga sangat cocok untuk
lada bubuk dianalisis dengan melakukan budidaya lada putih.
menggunakan analisis kelayakan non 2. Pengelolaan Tanah
finansial yang meliputi: Pengelolaan tanah yang dilakukan
a) Kelayakan Non Finansial oleh BP3L dan BBP pertama kali adalah
Adapun kelayakan non finansial penebangan dan penebasan. Setelah itu,
terdiri dari: melakukan pembersihan lahan dimana
1) Aspek Pasar lahan dibersihkan dari berbagai benda
2) Aspek Sosial Budaya pengganggu seperti sisa-sisa hasil tebasan
3) Aspek Ekonomi (kayu atau gulma). Hal ini perlu dilakukan
4) Aspek Hukum Dan Perizinan untuk membantu pertumbuhan tanaman
5) Aspek Lingkungan lada. Pengelolaan tanah yang dilakukan
Y : Produk oleh petani memiliki perbedaan dari
pengelolaan tanah yang dilakukan oleh
4. HASIL DAN PEMBAHASAN BP3L dan BBP. Perbedaan itu terdapat pada
pengelolaan bahan-bahan sisa hasil tebasan.
4.1. Penerapan GAP Pada Usahatani Lada
Dimana dalam kegiatan usahatani lada
Putih putih yang dilakukan oleh BP3L dan BBP,
bahan-bahan sisa hasil tebasan tidak
Teknis budidaya lada putih yang
dibakar namun dikelola sebagai bahan
dilakukan oleh BP3L dan BBP di Provinsi
kompos. Sedangkan bahan-bahan sisa
Kepulauan Bangka Belitung berbeda
tebasan dari pembersihan lahan yang
dengan teknik budidaya yang dilakukan
dilakukan oleh petani tidak dikelola sebagai
oleh petani. Dimana dalam melakukan
bahan kompos namun dibakar oleh petani.
usahatani lada putih, petani masih
menggunakan teknik atau cara yang 3. Pengelolaan Air
tradisional sehingga mempengaruhi hasil Pengelolaan air yang dilakukan oleh
produksi. Sedangkan usahatani yang BP3L dan BBP dalam kegiatan budidaya
dilakukan oleh BP3L dan BBP sudah usahatani lada putih adalah dengan
menggunakan teknik atau cara baru yang membuat parit. Parit dibuat di sekeliling
dinamakan dengan metode Good Agriculture kebun dan dalam kebun. Pembuatan parit
ini bertujuan untuk mengatur drainase air
Practices (GAP) yang sesuai dengan SOP
sehingga mampu meningkatkan hasil tanah yang berlebihan. Selain itu, bertujuan
untuk meminimalisir penularan penyakit
produksi.
antar tanaman lada serta persaingan
1. Pemilihan Lahan
tanaman lain disekitar kebun lada.
Lada putih dapat hidup pada daerah
Pembuatan parit ini juga dilakukan oleh
dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
petani. Dimana petani juga membuat parit
sekitar 50 m di atas permukaan laut (dpl).
disekeliling kebun dan dalam kebun yang
Tanaman lada putih dapat hidup pada
bertujuan untuk mengatur drainase air
iklim tropis dan bukan lahan bekas
tambang. Hal ini sesuai dengan kondisi di

18
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

tanah yang berlebihan dan meminimalisisr majemuk yang digunakan oleh BP3L dan
penularan penyakit antar tanaman lada. BBP adalah pupuk NPK Mutiara dan pupuk
4. Pengelolaan Budidaya Terpadu NPK Phonska. Sedangkan jenis pupuk kima
Pengelolaan budidaya terpadu yang majemuk yang digunakan petani adalah
dilakukan oleh petani memiliki perbedaan NPK Mutiara, NPK Phonska, NPK Pelangi,
dengan pengelolaan budidaya terpadu yang NPK Mahkota, NPK Pak Tani, DGW, dan
telah dilakukan oleh BP3L dan BBP lain sebagainya.
berdasarkan Standar Operasional Prosedur 5. Pengendalian Hama dan Penyakit
GAP. Perbedaan itu terdapat pada bibit Hama dan penyakit utama yang
yang digunakan, jarak tanam, ukuran menyerang tanaman lada milik BP3L dan
lubang tanam, tiang panjat, pemangkasan, BBP adalah penggerek batang, penyakit
penyiangan, dan pupuk. Bibit yang kuning, busuk pangkal batang, dan
digunakan oleh petani bukan bibit polibag keriting/kerdil. Pengendalian hama dan
melainkan bibit potongan dari kebun lada penyakit yang dilakukan oleh BP3L dan
milik sendiri atau membeli bibit potongan BBP jika tanaman lada terserang penyakit
dari kebun petani yang lain. Jarak tanam kuning menggunakan pestisida nabati dari
yang digunakan oleh petani adalah 1,5×1,5 bungkil jarak atau mimba serta
meter sehingga populasi lada per hektar dikendalikan dengan agensi hayati jamur
sekitar 3.000 sampai 3.500 tanaman lada, Pasteuria Penetrans. Jika tanaman terserang
sedangkan ukuran lubang tanam 30×30×30 penyakit busuk pangkal batang
cm. Selain itu, tajar yang digunakan oleh dikendalikan menggunakan agensi hayati
petani untuk menopang tanaman lada tidak jamur Trichoderma Hasrzianum. Sedangkan
menggunakan tajar hidup namun jika tanaman lada terserang penyakit kerdil
menggunakan tajar mati dan petani juga maka tanaman ada dimusnahkan dengan
tidak melakukan pemangkasan terhadap cara dibakar. Apabila tanaman lada
tanaman lada putih. terserang penyakit penggerek batang (ulat
Dalam melakukan usahatani buku), kepik renda, walang sangit, serta
lada putih, petani juga melakukan aphis maka dikendalikan dengan
penyiangan, akan tetapi penyiangan yang menggunakan pestisida hayati seperti
dilakukan oleh petani berbeda dengan yang mimba, ekstraks biji bengkuang, tepung
dilakukan oleh BP3L dan BBP. Dimana cengkeh dan lain-lain. Sedangkan agensi
dalam melakukan usahatani lada putih hayati yang digunakan adalah Beauveria
BP3L dan BBP menggunakan penutup Bassiana. Pengendalian hama dan penyakit
tanah tanaman Arachis Pintoii sehingga yang dilakukan oleh BP3L dan BBP berbeda
penyiangan hanya dilakukan disekitar dengan yang dilakukan oleh petani. Pada
tanaman lada (bobokor). Sedangkan petani awal melakukan usahatani lada putih,
tidak menggunakan penutup tanah petani tidak pernah memeriksa bibit yang
sehingga untuk membersihkan gulma digunakan sudah terserang penyakit atau
penyiangan dilakukan diseluruh lahan. tidak. Sehingga bibit yang sudah terserang
Petani juga sering menggunakan pestisida penyakit akan berkembang dan akan
dalam mengendalikan gulma sehingga mempengaruhi tanaman lada lainnya dan
tidak melakukan penyiangan dalam untuk mengendalikannya petani
usahatani lada putih yang dimiliki oleh menggunakan pestisida berbahan kimia.
petani. Selain itu, pupuk yang digunakan 6. Panen dan Penanganan Pasca Panen
oleh petani berbeda dengan pupuk yang Kegiatan panen yang dilakukan oleh BP3L
digunakan oleh BP3L dan BBP terutama dan BBP di kebun percontohan dengan
pada penggunaan pupuk kimia majemuk yang dilakukan oleh petani tidak memiliki
NPK (15:15:15). Dimana jenis pupuk kimia perbedaan. Dimana tanaman lada yang

19
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

sudah siap di panen dipetik dengan Sedangkan untuk Mutu II persyaratan


menggunakan tangan atau bisa juga dengan cacat Fisik maksimal 2 persen dengan
gunting. Setelah itu, buah lada yang sudah kadar air maksimal 14 persen dengan warna
dipetik dipisahkan dari tangkainya putih kekuning-kuningan atau putih keabu-
menggunakan tangan dan disortasi abuan atau putih kecoklat-coklatan, serta
berdasarkan ukuran dan tingkat bebas dari serangga hidup da mati. Dilihat
kematangan. Pemisahan ini juga dilakukan dari persyaratan fisiknya maka produk
pada buah lada yang masih hijau dan akhir lada butir yang dihasilkan oleh BP3L
muda. Dimana buah lada yang sudah dan BBP tergolong ke dalam Mutu II.
masak akan dimasukkan ke dalam karung
untuk direndam selama 10-14 hari pada air 4.2. Kriteria Kelayakan Finansial
sungai yang bersih dan mengalir.
Perendaman ini bertujuan untuk Usahatani Lada Putih
melunakkan kulit buah lada itu sendiri. Adapun asumsi yang digunakan
Setelah kulit buah lunak, selanjutnya buah dalam kelayakan finansial adalah sebagai
dikupas secara manual dan dibersihkan berikut:
kembali dengan menggunakan air. 1) Pelaku usahatani lada putih ini
Pembersihan ini bertujuan untuk merupakan BP3L dan BBP.
memisahkan biji lada dari bekas kulit buah 2) Umur Produktif lahan yang digunakan
lada. Setelah selesai, biji lada dikeringkan selama 7 tahun untuk satu kali periode
dibawah sinar matahari sampai kadar air masa panen berdasarkan hasil
maksimum 14% dan harus menggunakan wawancara kepada pelaku usahatani.
alas. Alas ini bertujuan agar biji lada 3) Harga lada putih disesuaikan dengan
terhindar dari kotoran dan kontaminan. Jika harga mengikuti harga pada saat
biji lada sudah kering, maka lada putih penelitian sebesar Rp 50,000.
dikemas dalam kemasan, yaitu karung goni 4) Kegiatan produksi lada putih dilakukan
yang kemudian dilapisi dengan kantong sebanyak 5 kali selama 7 tahun
plastik dan disimpan di dalam ruangan 5) Tenaga kerja yang digunakan
yang suhu dan kelembabanya terkontrol. merupakan tenaga kerja tetap dan upah
Akan tetapi, dalam kegiatan penanganan tenaga kerja disesuaikan pada saat
pasca panen memiliki perbedaan. Dimana penelitian mengikuti harga tahun 2017.
petani tidak mengemas dan menyimpan Adapun kriteria kelayakan finansial
lada putih ke dalam karung goni melainkan yang diperoleh oleh BP3L dan BBP dari
dikemas dan disimpan ke dalam karung kegiatan usahatani lada putih selama umur
biasa. Biji lada putih muntok (Muntok produktif tanaman lada putih disajikan
White Pepper) yang diperdagangkan pada Tabel 1:
tergolong dalam Mutu I dan Mutu II.
Mutu I memiliki persyaratan cacat fisik
maksimal 1 persen dan kadar air
maksimal 13 persen dengan warna
putih kekuning-kuningan, serta bebas
dari serangga hidup dan mati.

Tabel 1. Nilai Hasil Kelayakan Finansial Pada Usahatani Lada Putih Lahan 1 Ha.
Kriteria Indikator Kelayakan Hasil Keputusan Investasi
NPV >0 Rp 202,259,131 Layak
Net B/C Ratio >1 2.4 Layak
IRR >5.5 persen 19 % Layak

20
Journal of Integrated Agribusiness , Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Payback Period >7 Tahun 4 Tahun 8 Bulan Layak


Sumber: Olahan Data Primer, 2019
Dengan demikian, dapat
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan disimpulkan bahwa kegiatan budidaya lada
bahwa proyeksi arus kas usaha budidaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
lada putih berdasarkan indikator kelayakan layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C
finansial telah diperoleh bahwa nilai Net Ratio yang diperoleh dari kegiatan
Present Value (NPV) sebesar Rp 202,259,131. budidaya lada putih adalah sebesar 2.4.
Nilai ini menunjukkan bahwa kegiatan
budidaya lada di Provinsi Kepulauan Hal ini menunjukkan bahwa setiap
Bangka Belitung yang dilakukan oleh BP3L tambahan biaya sebesar Rp 1.00 akan
dan BBP akan menghasilkan manfaat bersih menghasilkan tambahan manfaat sebesar
tambahan sebesar Rp 202,259,131. Hal ini Rp 2.4. Berdasarkan indikator kelayakan
menunjukkan bahwa kegiatan budidaya kriteria Net B/C Ratio dapat disimpulkan
lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka bahwa kegiatan budidaya lada putih layak
Belitung ini layak untuk dilaksanakan. untuk dilakukan dan payback period nya 4
karena menghasilkan NPV lebih besar dari tahun 8 bulan, yang berarti periode
nol. Selain itu, nilai Internal Rate of Return pengembalian semua biaya yang
(IRR) sebesar 19% artinya nilai tersebut dikeluarkan atas investasi selama 4 tahun 8
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian bulan.
kegiatan budidaya lada terhadap investasi
yang ditanamkan adalah sebesar 19%. 4.3. Break Event Point (BEP)
Angka ini lebih besar jika dibandingkan Adapun nilai BEP yang diperoleh
dengan nilai opportunity cost of capital (OCC) oleh BP3L dan BBP dari kegiatan usahatani
yang telah ditentukan, yaitu sebesar 5.5% lada putih selama umur produktif tanaman
(IRR=19%>5.5%). lada putih disajikan pada Tabel 2:

Tabel 2. Nilai B E P Pada Usahatani Lada Putih


Kriteria Indikator Nilai Hasil
BEP Unit 9,648.8 Kg 17,000 Kg Menguntungkan
BEP Penerimaan Rp 1,1348,484,841 Rp 850,000,000 Menguntungkan
BEP Harga Rp 28,378.96 Rp 50,000 Menguntungkan
Sumber: Olahan Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 2 bahwa BEP unit yang diperoleh oleh BP3L dan BBP selama
usahatani lada putih sebesar Rp 9,648.8 Kg. umur produktif tanaman sebesar Rp
sedangkan jumlah produksi lada putih 850,000,000 sehingga usahatani yang
yang dihasilkan oleh BP3L dan BBP selama dilakukan oleh BP3L dan BBP ini
umur produktif tanaman sebesar 17,000 menguntungkan. BEP harga usahatani lada
atau setara dengan 17 ton sehingga putih sebesar Rp 28,378.96. sedangkan
usahatani yang dilakukan oleh BP3L dan harga lada putih saat ini sebesar Rp 50,000
BBP ini menguntungkan. Sedangkan BEP sehingga usahatani yang dilakukan oleh
penerimaan usahatani lada putih sebesar BP3L dan BBP ini menguntungkan.
Rp 11,348,484,841. sedangkan penerimaan

4.4. Kelayakan usaha lada bubuk di CV.


Indobakti

21
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

4.4.1. Gambaran Umum Perusahaan


Kondisi lokasi dan perusahaan saat dimana segmen pasarnya adalah toko dan
ini sangat strategis karena lokasinya berada pabrik. Target pasar dalam penjualan lada
di dekat kota, yaitu Kota Pangkalpinang. bubuk ini dilakukan di Toboali dan di
Dulunya, usaha ini berada di Toboali Jakarta. Penjualan lada bubuk ini dilakukan
Kabupaten Bangka Selatan, dimana sendiri oleh pemilik usaha sehingga tanpa
orangtua dari Bapak Hendri merupakan menggunakan peran distributor ataupun
salah satu pengumpul lada putih. Setelah pengecer.
berjalan beberapa tahun, akhirnya usaha ini 2) Aspek Sosial Budaya
dijalankan oleh Pak Hendri dan Keberadaan CV. Indobakti ini
dipindahkan ke Kecamatan Pangkalan Baru memberikan kontribusi terhadap budaya
sehingga berdirilah CV. Indobakti ini. masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka
Namun, sejak CV. Indobakti berdiri pada
Belitung, terutama budaya bagi masyarakat
tahun 2005 yang menjadi produk unggulan
dari CV. Indobakti ini adalah lada butir. Hal yang tinggal di daerah usaha lada bubuk
ini dikarenakan memang dulunya usaha ini ini. Dimana dengan adanya usaha lada
merupakan pengumpul lada putih yang bubuk ini akan mampu mempengaruhi
nantinya akan di ekspor ke luar. Akan masyarakat untuk menggunakan lada
tetapi, pada tahun 2016 mulailah dibuka bubuk sebagai pelengkap masakan. Hal ini
usaha lada bubuk ini.
tentunya akan diwariskan dari generasi ke
generasi seiring dengan perkembangan
4.4.2. Kriteria penilaian kelayakan aspek
masyarakat terutama di Provinsi Kepulauan
non finansial
Bangka Belitung. Selain itu, keberadaan
1) Aspek Pasar CV. Indobakti ini juga memberikan
Lada bubuk banyak sekali kontribusi terhadap sosial, yaitu mampu
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
menciptakan lapangan pekerjaan serta
pelengkap rasa pada makanan. Permintaan
memberikan sumbangan bagi masyarakat
terhadap lada bubuk pun bukan hanya dari
Pulau Bangka namun juga dari luar Pulau saat terjadi bencana alam, khususnya di
Bangka, yaitu Jakarta. Oleh sebab itu, Kota Pangkalpinang. Usaha lada bubuk ini
sangat memungkinkan untuk melakukan juga menggunakan teknologi yang tidak
usaha lada bubuk seperti yang dilakukan menimbulkan polusi.
oleh CV. Indobakti. Akan tetapi, sejak awal
berdiri dari tahun 2016 sampai tahun 2018,
3) Aspek Ekonomi
permintaan dan penawaran terhadap lada
Keberadaan usaha lada bubuk ini
bubuk di CV. Indobakti masih stabil dan
belum ada peningkatan. Hal ini disebabkan mampu memberikan kesempatan kerja bagi
karena perusahaan masih berproduksi masyarakat yang awalnya belum memiliki
sesuai dengan permintaan konsumen dan pekerjaan sehingga mempunyai
banyaknya eksportir yang membeli lada penghasilan. Usaha lada bubuk ini juga
butir dari petani kemudian mengekspornya menggunakan sumber daya dan sumber
ke negara asing sehingga pemilik
daya manusia lokal, yaitu lada butir asli
perusahaan ini harus mampu bersaing
dengan eksportir lainnya. Distribusi produk dari Bangka Belitung dan semua tenaga
yang dilakukan di CV. Indobakti langsung kerja yang digunakan berasal dari Pulau
menjual produk kepada konsumen. Usaha Bangka. Selain itu, dampak positif juga
lada bubuk ini memiliki segmen pasar dapat dirasakan langsung oleh petani

22
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

karena bekerja sama dalam hal pemasokan hasil pembuatan lada bubuk supaya tidak
bahan baku lada butir sehingga antara CV. tercemar kemana-mana.
Indobakti dan petani terjalin kerjasama. Dari aspek non finansial tersebut
maka usaha lada bubuk di CV. Indobakti
4) Aspek Hukum dan Perizinan
layak diusahakan. Hal ini didukung dengan
Perusahaan pengolahan lada bubuk
penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009),
ini memiliki badan hukum yang berbentuk
Perseroan Komanditer (CV) dengan nama dan Indyastuti Y. (2010).
CV. Indobakti yang secara hukum telah
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan 4.4.3. Kriteria penilaian kelayakan aspek
(SIUP) dengan nomor legalitasnya adalah finansial Lada Bubuk
SIUP:503/039/SIUP/DPMPPTSPRINDAG/
Adapun asumsi yang digunakan
2017. CV. Indobakti ini juga telah memiliki
sebagai berikut :
Tanda Daftar Usaha (TDP) dengan nomor
1) Pelaku usaha lada bubuk ini merupakan
legalitasnya adalah TDP:31.06.03.47.0093.
Perusahaan dengan nama CV. Indobakti.
Dan CV. Indobakti ini juga memiliki Surat
2) Satu kali proses produksi menggunakan
Izin Gangguan (SIG) dari Disperindag
bahan baku lada butir sebanyak 800 Kg
Kabupaten Bangka Tengah dengan nomor
dengan produksi lada bubuk sebesar
legalitasnya adalah
80% sehingga hasil produksi lada bubuk
SIG:503/197/IG/KPPTSP?2014. Akan
sebanyak 640 Kg.
tetapi, CV. Indobakti ini belum memikliki
3) Harga lada butir sebesar Rp 50.000/Kg
izin BPOM dan bersertifikasi halal dari MUI
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
untuk produk lada bubuk namun masih
mendapatkan bahan baku dalam satu
dalam proses mau menuju pembuatan surat
kali produksi sebanyak 800 Kg sebesar
izin halalnya.
Rp 40.000.000.
5) Aspek Lingkungan
4) Kegiatan produksi lada bubuk dalam
Keberadaan CV. Indobakti pengolahan lada
satu bulan dilakukan sebanyak 10 kali.
bubuk ini tidak menimbulkan dampak
5) Produksi lada bubuk yang dihasilkan
negatif bagi masyarakat sekitar maupun
dijual dalam bungkus plastik berukuran
pagi pekerja. Dimana bagi masyarakat,
25 Kg dengan harga per Kilogram
keberadaan usaha ini tidak memberikan
sebesar Rp 80.000. sehingga lada bubuk
dampak negatif karena tidak menggunakan
yang telah dibungkus sebanyak 20
mesin-mesin yang menimbulkan polusi
bungkus.
mulai dari proses produksi sampai finishing.
6) Tenaga kerja yang digunakan
Bagi para pekerja juga tidak memberikan
merupakan tenaga kerja tetap sebanyak 5
dampak negatif karena proses pembuatan
orang dengan upah sebesar Rp
lada bubuk ini memiliki tempat
300.000/orang untuk satu kali produksi.
penyimpanan yang khusus. Limbah dari
Adapun kriteria kelayakan finansial
usaha lada bubuk ini berbentuk
yang diperoleh oleh CV. Indobakti selama
pencemaran udara, yaitu debu dari hasil
menjalankan usaha lada bubuk disajikan
pembuatan lada bubuk itu sendiri. Namun
untuk debu itu sendiri ada tempat khusus, pada Tabel 3:
yaitu kamar debu untuk menyimpan debu
Tabel 3. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Lada Bubuk di CV. Indobakti
Kriteria Indikator Kelayakan Hasil Keputusan Investasi
NPV >0 Rp 4,812,490,222.72 Layak
Net B/C Ratio >1 4.6 Layak
IRR >5.5 persen 60 % Layak
Payback Period >10 tahun 1 Tahun 6 Bulan Layak

23
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Sumber : Olahan Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 3 bahwa analisis menunjukkan tingkat pengembalian


kelayakan finansial usaha lada bubuk internal proyek sebesar 58 persen dan
memperoleh nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp karena IRR>5.5 persen, maka usaha ini
4,812,490,222.72 yang artinya bahwa usaha layak untuk dijalankan dan
ini layak untuk dijalankan. NPV sama menguntungkan. Kriteria lain yang
dengan Rp 4.8 miliar ini menunjukkan dianalisis adalah Net B/C Ratio yang
manfaat bersih yang diterima dari usaha diperoleh sebesar 4.6 yang menyatakan
ini selama umur proyek terhadap tingkat bahwa usaha lada bubuk ini layak untuk
diskonto yang berlaku yang artinya usaha dijalankan. Nilai Net B/C Ratio sama
lada bubuk mampu menghasilkan nilai dengan 4,6 yang berarti bahwa setiap Rp 1
kini bersih selama 10 tahun pada tingkat biaya yang dikeluarkan selama umur
discount 5.5 % sebesar Rp 4.8 miliar. Selain proyek menghasilkan Rp 4.6 satuan
NPV, kriteria lain yang dianalisis adalah manfaat bersih. Selain itu, usaha lada
IRR, IRR diperoleh sebesar 60 persen bubuk ini layak karena memiliki periode
dimana IRR tersebut lebih besar dari pengembalian biaya investasi selama 1
tingkat suku bunga deposito yang berlaku tahun 6 bulan.
sebesar 5.5 persen. Nilai IRR tersebut

4.5. Break Event Point (BEP)


Adapun nilai BEP yang diperoleh bubuk selama satu bulan produksi disajikan
oleh CV. Indobakti dari kegiatan usaha lada pada Tabel 4:
Tabel 4. Nilai B E P pada Usahatani Lada Putih
Kriteria Investasi Indikator Nilai Hasil
BEP Unit 5,558.6 Kg 6,400 Kg Menguntungkan
BEP Penerimaa Rp 150,000,000 Rp 512,000,000 Menguntungkan
BEP Harga Rp 69,482.55 Rp 80,000 Menguntungkan
Sumber: Olahan Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 4 bahwa BEP unit dilakukan oleh CV. Indobakti ini
usaha lada bubuk sebesar 5,558.6 Kg. menguntungkan.
sedangkan jumlah produksi lada bubuk
yang dihasilkan oleh CV. Indobakti selama
satu bulan sebesar 6,400 Kg atau setara 4. SIMPULAN DAN SARAN
dengan 6.4 ton sehingga usaha lada bubuk
4.4. Simpulan
yang dilakukan oleh CV. Indobakti ini
menguntungkan. Sedangkan BEP Berdasarkan hasil penelitian dapat
penerimaan lada bubuk sebesar Rp disimpulkan bahwa:
150,000,000. sedangkan penerimaan yang a. Kegiatan budidaya usahatani lada putih
diperoleh oleh CV. Indobakti selama satu dengan metode GAP yang dilakukan
bulan sebesar Rp 512,000,000 sehingga oleh BP3L dan BBP secara finansial layak
usaha lada bubuk yang dilakukan untuk diusahakan. Dimana nilai NPV
CV.Indobakti ini menguntungkan. BEP sebesar Rp 202,259,131 IRR sebesar 19
harga usaha lada bubuk sebesar Rp persen, Net B/C sebesar 2.4, dan Payback
69,482.55. sedangkan harga lada bubuk Period selama 4 tahun 8 bulan.
yang di jual oleh CV. Indobakti sebesar Rp b. Usaha lada bubuk yang dilakukan oleh
80,000 sehingga usaha lada bubuk yang CV. Indobakti baik secara finansial
maupun non finansial layak untuk

24
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

diusahakan. Dimana nilai NPV sebesar usahatani lada putih dengan


Rp 4,812,490,222 IRR sebesar 60 persen, menggunakan metode Good Agriculture
Net B/C sebesar 4.6, dan Payback Period Practices (GAP).
selama 1 tahun 6 bulan. c. Untuk usaha lada bubuk, perlu adanya
Brand Image dan kegiatan promosi agar
produk yang dimiliki mampu bersaing
4.5. Saran dengan produk-produk lainnya dan
lebih dikenal oleh konsumen secara
Berdasarkan dari hasil penelitian,
luas. Selain itu, usaha lada bubuk ini
adapun saran yang dapat diberikan adalah
perlu adanya surat izin halal dri MUI
sebagai berikut:
dan izin BPOM agar usaha lada bubuk
a. Sebaiknya para petani melakukan
ini lebih dipercaya oleh konsumen
usahatani lada putih dengan
d. Selanjutnya peneliti merekomendasikan
menerapkan metode Good Agriculture
untuk mengkaji atau melakukan
Practices (GAP) seperti yang telah
penelitian lebih lanjut mengenai
dilakukan oleh BP3L dan BBP. Dimana
“Analisis Sensitivitas Usahatani Lada
jika melakukan usahatani lada putih
Putih dan Lada Bubuk di Provinsi
dengan metode GAP dapat
Kepulauan Bangka Belitung.” Dimana
meningkatkan produktivitas. Selama
hasil dari rekomendasi penelitian ini
ini, petani di Provinsi Kepulauan
nantinya akan berdampak pada
Bangka Belitung baru 50 persen
kelayakannya sehingga akan menjadi
menerapkan GAP dalam usahataninya
pertimbangan apakah usahatani lada
sehingga hal ini berpengaruh pada
putih dan usaha lada bubuk di Provinsi
produktivitas.
Kepulauan Bangka Belitung masih layak
b. Selain itu, perlu adanya peningkatan
atau tidak untuk diusahakan.
kegiatan penyuluhan mengenai

Daftar Pustaka International Pepper Of Community. 2011.


Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Good Agricultural Practices Of Pepper.
Tropika. Jakarta: Penebar Swadaya. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman
Anggraeni, D. 2010. Analisis Pengaruh Obat dan Aromatika Kementerian
Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Pertanian Republik Indonesia.
Daerah Terhadap Peningkatan Jati, D.S.E. 2015. Pengaruh Pembiayaan Kredit
Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Modal Kerja terhadap Tingkat
Empiris Pada Propinsi Bengkulu). Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah
Skripsi. Jakarta. Universitas Islam (UKM) pada PT BANK Pembiayaan
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rakyat Syariah (BPRS) Margirizki
Bahagia
BAPPEDA (Badan Perencanaan
Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Sistem
Pembangunan dan Penelitian
Pengembangan Daerah. 2017. Kajian Informasi. Yogyakarta: ANDI.
Value Chain Komoditas Lada Dalam Juanda, B. 2009. Metodelogi Penelitian
Upaya Peningkatan Daya Saing Daerah Ekonomi Dan Bisnis. Bogor: IPB Press.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan
Pangkalpinang: BAPPEDA PROVINSI Bisnis (edisi Revisi). Jakarta: Kencana
Kepulauan Bangka Belitung. Prenada media Group.
Firdaus, M. 2009. Manajemen Agribisnis. . .2012. Studi Kelayakan Bisnis
Jakarta: Bumi Aksara. (edisi Revisi). Jakarta: Kencana
Prenada media Group.

25
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019:12-26 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Nastalia, R.D. 2014. Analisis Kelayakan Tobing, D.A.S.L. 2009. Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Perkebunan Karet Usahatani Wortel (Studi Kasus: Desa
Rakyat Swadaya di Desa Sungai Sukadame Kecamatan Tigapanah
Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara).
Kabupaten Kampar. Jurnal Agribisnis. Skripsi. Fakultas
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pertanian.Universitas Sumatera
Vol. 1 No. 2, Oktober 2014. (diakses Utara. (diakses tanggal 11 September
tanggal 11 September 2018). 2018)
Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Wanda, F.F.E. 2015. Analisis Pendapatan
Analisis Usaha Tani. Kanisius: Usahatani Jeruk Siam (Studi Kasus:
Yogyakarta. Di Desa Padang
Soekartawi . 2001. Agribisnis : Teori dan Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot
Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Kabupaten Pasar). Jurnal Ilmu
Persada. Administrasi Bisnis, 3(3):600 611.
.2005. Agroindustri Dalam
Perspektif Sosial Ekonomi. Raja grafindo
persada. Jakarta.
.2003.. Teori Ekonomi Mikro
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Julaiha, S. 2017. Perilaku Petani Lada Putih
Terhadap Fluktuasi Harga Lada Putih Di
Desa Puput Kecamatan Simpangkatis.
Skripsi. Bangka Belitung: Universitas
Bangka Belitung.
Sukirno. 2006. Makro Ekonomi Teori
Pengantar : Teori Pengantar. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
. 2009. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

26
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Journal ofIntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian

The White Pepper Development Strategy in Actualizing The National


Production Center in South Bangka Regency

Strategi Pengembangan Lada Putih dalam Mewujudkan Kawasan Sentra


Produksi Nasional di Kabupaten Bangka Selatan
Pidia Lestaria*, Evaheldab, Yudi Sapta Pranotoc
abcJurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung, Bangka, Indonesia
*Email Korespondensi: pidialestari24@email.com

Abstract
White pepper is one of the leading commodities in south Bangka Regency with production of 17,009 tons.
It is used as a flavor enhancer in traditional culinary. This commodity also has the potential to improve
the local economy. Its existence needs to be sustained considering the immense potential that it has.
Among the problems surrounding the efforts to sustain it are the limited production of pepper, land
conversion and pests. The aim of this study is (1) to identify the problems faced by the stakeholders in
developing pepper farms in South Bangka Regency; (2) to identify the factors affecting the development of
pepper farms based on the stakeholders perception in South Bangka Regency; and (3) to analyze the
development strategy of whitte pepper farms that can be conducted by the stakeholders in South Bangka
Regency. The method used in this study is survey. To analyze the data, the study used qualitative
analysis and AHP model. The result suggested that one of the challenges faced by white pepper farms and
experts in this area was limited capital and budget. The factors that had the most influence on white
pepper farm development was land. The SWOT analysis yielded IFAS value of 2.52 and EFAS value of
2.63 in quadrant I.

Keywords: Development Strategy; Production; White Pepper

Abstrak
Lada putih merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bangka Selatan. Lada
putih dijadikan sebagai penyedap makanan pada masakan tradisional dan mampu
meningkatkan perekonomian daerah. Keberadaan lada putih ini perlu dipertahankan
mengingat komoditas ini cukup menjanjikan. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah bagi
petani yang terjadi seperti halnya keterbatasan jumlah produksi lada yang dihasilkan,
terjadinya konversi lahan dan serangan hama dan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah (1)

27
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi Stakeholder dalam pengembangan perkebunan


lada di Kabupaten Bangka Selatan; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan perkebunan lada berdasarkan persepsi pemangku kepentingan di Kabupaten
Bangka Selatan; dan (3) menganalisis strategi pengembangan lada putih yang dapat dilakukan
oleh pemangku kepentingan di Kabupaten Bangka Selatan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, model AHP,
dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi petani
dan pakar salah satunya adalah keterbatasan modal dan kurangnya anggaran. Faktor yang
paling mempengaruhi pengembangan perkebunan lada putih adalah lahan. Berdasarkan
analisis SWOT didapatkan nilai IFAS sebesar 2.52 dan EFAS sebesar 2.63 berada pada kuadran
I.

Kata kunci: Strategi Pengembangan; Lada Putih; Produksi

1. PENDAHULUAN disamping komoditas perkebunan lainnya


Lada (piper nigrum. L) merupakan seperti karet dan kelapa sawit, bahkan lada
komoditas unggulan sub sektor menjadi ikon dan juga telah ditetapkan
perkebunan yang mempunyai potensi yang sebagai salah satu Kawasan Perkebunan
besar dalam pertumbuhan ekonomi Nasional untuk komoditi lada putih sesuai
Indonesia (George dkk, 2005). Produk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
utama lada yang diperdagangkan secara Republik IndonesiaNo. 56 / Permentan /
internasional adalah lada putih dan lada RC.040 / 11 / 2016.
hitam. Lada hitam dihasilkan oleh petani Mengingat Kabupaten Bangka Selatan
lada di Provinsi Lampung, sedangkan lada telah dikenal sebagai salah satu sentra
putih dihasilkan di Provinsi Kepulauan produksi lada di Indonesia khususnya lada
Bangka Belitung (Rismunandar, 2007). putih, maka eksistensi lada perlu
Produksi lada di Indonesia mencapai diperhatikan terutama dalam
82.,964 ton. Provinsi Kepulauan Bangka pengembangan wilayah. Keberadaan lada
Belitung menempati urutan pertama perlu dipertahankan mengingat komoditas
penghasil lada terbesar di Indonesia dengan perkebunan ini cukup menjanjikan dalam
kontribusi produksi sebesar 32,352 ton. peningkatan ekonomi petani. Dalam
Lada putih yang dihasilkan dari pengembangan usaha perkebunan lada
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah putih di Kabupaten Bangka Selatan tidak
memiliki citra dimasyarakat dunia dengan lepas dari peran serta pemangku
sebutan Muntok White Pepper yang dicirikan kepentingan yang ada di daerah tersebut.
dengan rasa pedas lada yang (Riyadi, 2012). Peran pemangku kepentingan sangat
Daerah yang menjadi penghasil lada putih penting dalam memajukan perkebunan
terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka lada putih di daerah ini dan diharapkan
Belitung berada di Kabupaten Bangka mampu memecahkan permasalahan yang
Selatan dengan total produksi sebesar dihadapi.
17,009 ton. Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan uraian di atas, dalam
merupakan salah satu wilayah yang mewujudkan usaha pengembangan
berkontribusi terhadap pengembangan perkebunan lada putih di Kabupaten
sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Selatan, diperlukannya strategi
Bangka Belitung. Tanaman lada putih yang tepat dan konkrit dari pemangku
masih menjadi tumpuan bagi sebagian kepentingan dalam perencanaan dan
besar petani di Kabupaten Bangka Selatan pengembangan perkebunan lada putih ke

28
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

depan sehingga upaya mewujudkan 2.2 Konsep SWOT


Kabupaten Bangka Selatan sebagai kawasan Analisis SWOT merupakan suatu
pengembangan lada putih nasional yang analisis yang mencakup upaya-upaya
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri untuk mengenali kekuatan, kelemahan,
Pertanian RI dapat tercapai. Berdasarkan peluang, dan ancaman yang menentukan
latar belakang diatas, maka tujuan kinerja perusahaan. Informasi eksternal
penelitian ini adalah: mengenai peluang dan ancaman dapat
1. mengidentifikasi permasalahan internal diperoleh dari banyak sumber, termasuk
dan eksternal yang dihadapi Pemangku pelanggan, dokumen pemerintah, pemasok,
kepentingan dalam pengembangan kalangan perbankan, rekan diperusahaan
perkebunan lada di Kabupaten Bangka lain (Daft, 2010). Analisis SWOT merupakan
Selatan; alat analisis yang dapat digunakan dalam
2. mengidentifikasi faktor-faktor yang penelitian tentang strategi pemasaran.
mempengaruhi perkembangan Penggunaan analisis SWOT dalam hal ini
perkebunan lada berdasarkan persepsi dimaksudkan untuk merumuskan strategi
pemangku kepentingan di Kabupaten yang dapat digunakan dalam
Bangka Selatan; dan pengembangan lada putih di Kabupaten
3. menganalisis strategi pengembangan Bangka Selatan (Samudra, 2011).
lada putih yang dapat dilakukan oleh Alat yang dipakai untuk menyusun
pemangku kepentingan di Kabupaten faktor-faktor strategis perusahaan adalah
Bangka Selatan. matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana
2. TINJAUAN PUSTAKA peluang dan ancaman eksternal yang
2.1 Konsep Strategi dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
Istilah strategi juga sering digunakan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dalam dunia bisnis. Strategi dalam dunia dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
bisnis dikenal sebagai pedoman / acuan 4 set kemungkinan alternatif strategis yaitu
dalam mengelola bisnis. Istilah strategi strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan
mulai digunakan dalam penelitian bisnis strategi WT.
dan terus berkembang hingga saat ini
(Tjiptono, 2008). Kemudian strategi dapat 2.3 Konsep AHP
diartikan sebagai rencana tindakan yang Analytical Hierarchy Process (AHP)
menerangkan tentang alokasi sumber daya merupakan suatu analisis yang digunakan
serta berbagai aktivitas untuk menghadapi untuk memahami suatu sistem dan
lingkungan, memperoleh keunggulan membantu dalam melakukan prediksi dan
bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan pengambilan keputusan melalui
(Daft, 2010). Secara konseptual strategi pendekatan sistem. Menurut Marimin
pengembangan adalah suatu kegiatan (2008), prinsip kerja AHP adalah
menganalisis suatu kondisi pasar kawasan penyederhanaan suatu persoalan kompleks
baik internal yang meliputi kelemahan dan yang tidak terstruktur, strategik dan
kekuatan dan kondisi pasar eksternal yaitu dinamik, serta menata dalam suatu hierarki.
peluang dan ancaman yang akan dihadapi, Kemudian tingkat kepentingan setiap
kemudian diambil alternatif untuk variabel diberikan nilai numerik secara
menentukan strategi yang harus dilakukan. subjektif tentang arti penting variabel
Pengambilan keputusan dalam tersebut secara relatif dibandingkan dengan
pengembangan suatu variabel yang lain. Dari berbagai
organisasi/perusahaan perlu adanya pertimbangan tersebut kemudian dilakukan
strategi. sintesa untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tertinggi dan berperan

29
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

untuk mempengaruhi hasil pada sistem pertimbangan bahwa Kabupaten Bangka


tersebut. Penggunaan AHP bukan hanya Selatan merupakan salah satu daerah
untuk institusi pemerintah atau swasta penghasil lada putih terbesar di Provinsi
namun juga dapat diaplikasikan untuk Bangka Belitung. Metode penelitian yang
keperluan individu terutama untuk digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian-penelitian yang yang berkaitan metode Studi Kasus. Responden dalam
dengan kebijakan dan perumusan strategi penelitian ini adalah pemangku kepentingans
prioritas. yang berada di Kabupaten Bangka Selatan
yaitu petani, Bappeda Kab. Bangka Selatan,
2.4 Konsep Faktor-Faktor yang Disperindag Penanaman Modal Kabupaten
Mempengaruhi Pengembangan Usaha Bangka Selatan, Dinas Pertanian dan
Pada dasarnya tujuan dari kegiatan Perkebunan Kabupaten Bangka Selatan,
perusahaan adalah untuk melaksanakan Badan Pengelolaan, pengembangan, dan
pemasaran yang bertujuan untuk Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Kepulauan
mempengaruhi pembeli untuk bersedia Bangka Belitung, akademisi dari Universitas
membeli barang dan jasa perusahaan pada Bangka Belitung, Tokoh Masyarakat,
saat mereka membutuhkan. Dengan adanya Penyuluh Pertanian, Balai Informasi
kegiatan tersebut akan memberi dampak Penyuluhan Pertanian
positif bagi sebuah pengembangan usaha. Tujuan penelitian pertama
Adapun faktor-faktor mempengaruhi menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
pengembangan suatu usaha menurut Tujuan kedua digunakan teknik analisis
(Kristiningsih, 2015) antara lain: model AHP dan tujuan ketiga
Permodalan, pembinaan, lahan, daya saing, menggunakan konsep analisis SWOT.
pasar, sumber daya manusia.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.5 Kerangka Pemikiran 4.1 Permasalahan pada pengembangan
Lada Putih di Kabupaten Bangka Selatan
Komoditas lada putih merupakan objek
kajian dalam penelitian ini dalam
pengembangan lada putih, pada
pengembangan lada putih terdapat aktor
yang berperan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Identifikasi permasalahan
pada upaya pengembangan lada putih
digunakan untuk mengetahui upaya atau
aktifitas yang dilakukan oleh setiap aktor
dalam usaha pengembangan lada putih di
Kabupaten Bangka Selatan serta kendala
yang dihadapinya. Responden yang
digunakan dalam penelitian ini (meliputi
petani lada putih), sedangkan aktor yang
menjadi penunjang petani dalam
pengembangan lada putih yakni pakar.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten a. Persepsi Petani
Bangka Selatan mulai bulan November 2018 1. Penggunaan teknologi yang masih
sampai bulan Mei 2019. Lokasi penelitian sederhana
ditentukan secara sengaja dengan Menurut Sumarno (2007) peran
teknologi dalam bidang pertanian yaitu

30
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

dapat meningkatkan nilai tambah dimana tetapi petani membeli dengan setengah
produk yang digunakan dan dihasilkan harga atau yang disebut subsidi pupuk.
memudahkan peningkatan kinerja manusia. 4. Petani yang menggunakan bibit lada
Berdasarkan hasil wawancara, petani di putih lokal.
Kabupaten Bangka Selatan belum Bibit lada putih ini memang cocok
menerapkan teknologi yang modern dalam untuk ditanam di lokasi penelitian. Namun
pengembangan lada putih. Petani di daerah selama ini belum ada upaya untuk
ini masih menggunakan alat pertanian yang meningkatkan kualitas lada putih. Hal ini
sederhana seperti parang, cangkul dan dapat dilihat dari cara petani mendapatkan
kedik. Sebagian besar kegiatan bibit tersebut. Berdasarkan hasil
pertaniannya juga masih menggunakan wawancara, petani membudidayakan
tenaga manusia yang sama sekali belum sendiri lada putih dari pohon induknya dan
ada sentuhan teknologi yang berbasis digunakan kembali sebagai bibit, selain itu
modern bahkan petani di daerah ini selalu mereka juga membeli bibit lada yang belum
mengacu pada kebiasaan orang tua dulu jelas asal usulnya, mereka tidak tahu bibit
mengenai teknisi budidaya lada putih. lada yang dibeli terdapat hama dan
2. Masih rendahnya pengetahuan petani penyakit atau tidak. Sebagian petani
Menurut Anwar (1997) pendidikan bahkan tidak melakukan pemilihan atau
akan berpengaruh terhadap wawasan, penyortiran terhadap bibit lada putih
pengetahuan, keterampilan, pilihan bidang tersebut sehingga kualitas lada putih pun
usaha dan penguasaan teknologi yang menjadi tidak berstandar baik dari segi
diterapkan. Berdasarkan data yang ukuran maupun mutu buahnya.
diperoleh dilapangan, dominan petani di 5. Rantai pemasaran yang Panjang
Kabupaten Bangka Selatan memiliki Berdasarkan hasil wawancara, petani
pendidikan yang rendah. Kegiatan menjual lada putih langsung ke pedagang
pertanian yang dilakukan petani belum pengepul yang ada di desa, kemudian
berbasis ramah lingkungan. Selama ini pedagang pengumpul menjualnya kepada
petani disini menjalankan kegiatan pedagang pengecer yang ada di kabupaten
usahataninya sesuai dengan pengetahuan untuk dijual kembali ke eksportir. Alasan
dan pengalaman yang mereka miliki sendiri petani menggunakan saluran ini karena
sehingga cara bertani yang mereka lakukan tidak mau mengambil resiko biaya
masih terpaku pada zaman dahulu dan transportasi, namun hal ini tentu
tidak sesuai dengan standar operasional berdampak kepada harganya yang murah
prosedur. karena petani tidak bisa melakukan tawar-
3. Terbatasnya kemampuan permodalan menawar harga dan hanya bisa menerima
Menurut Nugraha (2011) modal usaha harga yang disesuaikan oleh pedagang
adalah uang yang dipakai sebagai pokok pengepul. Bukan hanya itu, petani juga
yang digunakan dalam menjalankan mengeluh dengan harga saprodi yang
kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh mahal namun harga jual lada putih yang
laba yang optimal sehingga diharapkan bisa rendah menyebabkan lemahnya semangat
meningkatkan pendapatan. Berdasarkan petani untuk mengusahatanikan dan
informasi dilapangan bahwa modal yang mengembangkan lada putih.
digunakan petani dalam berusahatani 6. Hama dan penyakit pada tanaman lada
adalah modal pribadi, belum adanya Berdasarkan hasil wawancara, hama yang
bantuan modal berupa uang dari menyerang tanaman lada putih adalah
pemerintah. Selama ini bantuan yang hama penggerek batang, pengisap bunga
diberikan pemerintah kepada petani berupa dan buah lada sedangkan penyakit pada
sarana poduksi pertanian seperti pupuk, tanaman lada putih adalah penyakit
namun pemberian tersebut bukan gratis kuning, busuk pangkal batang dan penyakit

31
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

kerdil. Hal ini sesuai dengan penelitian digunakan untuk pembangunan


Bande dkk (2011) bahwa salah satu pemukiman penduduk seiring
penyakit yang menyerang tanaman lada bertambahnya jumlah penduduk.
putih adalah busuk pangkal batang. Hama
dan penyakit pada tanaman lada putih ini b. Persepsi pakar
belum bisa diatasi secara tuntas oleh petani 1. Sulitnya mengubah kebiasaan petani
sehingga menyebabkan tanaman lama dalam kegiatan budidaya lada putih.
kelamaan akan mati. Berdasarkan hasil dilapangan bahwa
7. Ketidakpastian iklim petani di Kabupaten Bangka Selatan sudah
Ketidakpastian iklim merupakan terbiasa bertani dengan pengetahuan dan
kondisi yang disebabkan oleh pengaruh keterampilan secara turun temurun,
luar khususnya bencara alam yang sulit terkadang mereka belum sepenuhnya
untuk dihindari produksi lada putih percaya dengan informasi yang diberikan
sehingga akan menyebabkan produksi lada oleh penyuluh pertanian yang ada di desa
yang menurun. Berdasarkan data masing-masing jika informasi tersebut
dilapangan bahwa ketidakpastian iklim belum dibuktikan kebenarannya. Hampir
merupakan masalah yang sering seluruh petani disini tidak akan
dikeluhkan oleh petani. Petani yang telah menerapkan tata cara bertani yang baik
memprediksi iklim yang tepat untuk sesuai yang diinformasikan oleh penyuluh
membudidayakan tanaman lada putih pertanian apabila belum terlihat hasilnya.
terkadang sering terjadi hal yang tak Mereka selalu terpaku dengan cara
terduga. Misalnya petani menanam lada budidaya yang dilakukan orang zaman
putih pada musim hujan namun tanpa dahulu dan mereka merasa bahwa
diduga terjadi perubahan iklim menjadi pengalaman mereka jauh lebih banyak
panas. dibandingkan dengan mengikuti cara
8. Terjadinya konversi lahan budidaya yang disampaikan oleh penyuluh
Seiring dengan bertambahnya jumlah pertanian. Selain itu, sulitnya memperoleh
penduduk dan aktivitas sosial bibit yang bermutu dan bebas terhadap
menyebabkan lahan terutama lahan hama dan penyakit. Bibit yang diberikan
pertanian menjadi semakin terancam oleh pemerintah kepada petani merupakan
diakibatkan desakan kebutuhan akan lahan bibit yang belum teruji melalui BPTP (Balai
yang lebih banyak (Utomo, 1992). Penelitian Tanaman Pangan) sehingga akan
Berdasarkan hasil wawancara, selain menyebabkan tanaman mudah mati dan
bekerja di sektor perkebunan sebagian mempengaruhi produksi hasil
besar masyarakat Kabupaten Bangka pertaniannya.
Selatan juga berprofesi sebagai penambang 2. Kurangnya anggaran
timah. Dengan adanya potensi timah di Berdasarkan informasi dilapangan
daerah ini menyebabkan masyarakat disini bahwa kurangnya anggaran yang diperoleh
memiliki keinginan besar untuk oleh dinas-dinas terkait dari pemerintah
menambang timah, bukan hanya itu petani daerah maupun pemerintah pusat dalam
di daerah ini juga menjadikan kegiatan pengembangan lada putih. Keterbatasan
penambangan timah sebagai pekerjaan anggaran menyebabkan bantuan atau
sampingan saat harga lada putih yang sarana produksi yang diberikan dari dinas
semakin menurun. Kegiatan penambangan terkait kurang optimal bagi petani sehingga
ini merupakan kegiatan yang ilegal petani mengalami permasalahan dalam
sehingga banyak lahan potensial untuk pembelian sarana produksi karena
kegiatan pertanian yang berkurang dan harganya yang mahal. Bantuan pemerintah
beralih fungsi menjadi lahan untuk ini sangat diperlukan oleh petani dalam
menambang timah dan bahkan lahan juga kegiatan pengembangan usahataninya

32
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

karena biaya produksi yang dikeluarkan Modal memegang peranan penting yang
petani menjadi berkurang. Dengan harga dipertimbangkan petani sebelum
saprodi yang tinggi mengakibatkan petani melakukan usahatani. Modal diperlukan
akan mengurangi jumlah pembeliannya terutama untuk pengadaan sarana dan
sehingga juga akan mempengaruhi hasil prasarana produksi (bibit, pupuk, dan lain-
produksi yang mereka peroleh. lain) yang dirasakan petani semakin tinggi
harganya.
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan peting perannya dalam
Perkembangan Lada Putih di Kabupaten pengembangan lada putih. Keberadaan
Bangka Selatan pembinaan berupa teori maupun praktik
Seluruh persepsi responden yang digunakan untuk membantu para petani
terdiri dari petani dan beberapa pakar agar mau dan mampu menolong dan
diolah dan dicari nilai rata-ratanya sehingga mengorganisasikan dirinya dalam
menjadi persepsi bersama dengan bobot mengakses teknologi, pasar, modal dan
nilai yang baru untuk setiap faktor. Faktor- sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Pasar
pengembangan perkebunan lada putih menjadi faktor selanjutnya yang penting
berdasarkan persepsi seluruh pemangku dalam upaya pengembangan lada putih.
kepentingan dengan nilai Consistency Ratio Jaminan pasar dan kestabilan harga sangat
(CR) 0.08 secara berurutan adalah lahan dibutuhkan untuk meyakinkan petani
(0.243), teknologi (0.186), modal (0.156), untuk mengusahatanikan lada putih.
pembinaan (0.153), pasar(0.130) dan daya Kemudian faktor yang terakhir adalah daya
saing (0.128). Lahan mempunyai pengaruh saing. Daya saing sangat dibutuhkan
yang besar dalam pengembangan terutama dari segi kualitas lada putih
perkebunan lada putih. Lahan merupakan sehingga eksistensi lada putih di pasar
faktor utama sekaligus media tanam bagi dunia tetap terjaga. Setelah mengetahui
suatu komoditas terutama pada berbagai faktor-faktor utama yang
pengembangan lada putih karena pada mempengaruhi pengembangan perkebunan
usahatani lada putih juga memerlukan lada, maka selanjutnya dicari urutan
lahan yang cukup luas. Sementara ini dapat kriteria prioritas dari masing-masing faktor
diketahui bahwa berkurangnya lahan yang utama tersebut.
diakibatkan banyaknya kegiatan konservasi Kemudian menurut persepsi seluruh
lahan sehingga akan menjadi ancaman bagi pemangku kepentingans urutan prioritas
eksistensi perkebunan lada putih. dari masing-masing kriteria dari setiap
Faktor selanjutnya yang berpengaruh faktor adalah kriteria dari faktor lahan yang
dalam pengembangan lada adalah utama untuk diperhatikan adalah kondisi
teknologi. Pertanian yang menggunakan lahan (0.426). Kondisi lahan dianggap
tenaga manusia seutuhnya pastilah sangat penting karena akan berpengaruh terhadap
terbatas. Pentingnya aplikasi teknologi kualitas lada putih, kondisi lahan yang
pertanian dikarenakan keberadaan dimaksud merupakan ketersediaan unsur
teknologi yang sudah sedemikian besar hara yang ada pada lahan sehingga lahan
pengaruhnya terhadap kesuksesan yang digunakan untuk tanaman lada
pertanian dilihat dari segi kualitas dan mengalami kondisi yang baik sesuai
kuantitas produksi yang dihasilkan. dengan kebutuhan tanaman lada.
Penggunaan teknologi baik dari segi Kriteria dari faktor modal yang paling
budidaya, pasca panen dan pengolahan penting adalah ketersediaan modal pribadi
sangatlah dibutuhkan dalam menunjang (0. 657). Artinya pemangku kepentingan
kualitas dan kuantitas lada putih. Faktor berharap agar petani mampu mengurangi
ketiga yang menjadi prioritas adalah modal. ketergantungan dengan pemerintah dan

33
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

bisa berusaha tani secara mandiri. Kriteria 0.520 kemudian diikuti dengan potensi
dari pasar menurut pandangan pemangku sumber daya alam dan ketersediaan lahan.
kepentingan yang paling penting adalah Kemudian untuk kelemahan yang memiliki
kestabilan harga (0.559). Harga jual lada skor tertingginya adalah terbatasnya modal
yang fluktuatif dan bahkan saat ini dengan skor sebesar 0.260 kemudian diikuti
mengalami penurunan yang signifikan dengan peran kelembagaan tani yang masih
sering membuat petani kurang yakin untuk lemah, harga lada putih yang cenderung
mengusahakan perkebunan lada. Dari sisi turun serta penggunaan teknologi yang
pembinaan, kriteria pembinaan praktik masih sederhana. Sedangkan untuk faktor
(0.818) menjadi kriteria utama. Hal ini eksternal pada peluang yang memiliki skor
karena pembinaan praktik dianggap tertinggi adalah diversifikasi produk
mampu menambah pengetahuan dan dengan skor 0.536 kemudian diikuti dengan
keterampilan petani intensif guna komoditas unggulan daerah, adanya
meningkatkan produksi ditengah kondisi bantuan pemerintah serta pemasaran yang
lahan yang semakin terbatas. Teknologi mudah. Kemudian untuk ancaman
budidaya (0.603) dianggap oleh pemangku ketidakpastian iklim merupakan ancaman
kepentingan menjadi kriteria terpenting terbesar dengan skor sebesar 0.268
dari faktor teknologi. Hal ini karena kemudian diikuti dengan alternatif
budidaya dianggap penting dalam upaya komoditas lain yang menguntungkan,
menjaga dan meningkatkan kualitas lada peran penyuluh yang kurang optimal serta
yang dihasilkan disamping berupaya terjadinya konversi lahan.
mengurangi kehilangan hasil panen. Tahap analisis dan pengambilan
keputusan menggunakan matriks SWOT
4.3 Strategi Pengembangan Lada Putih di diperoleh empat alternatif strategi yaitu
Kabupaten Bangka Selatan strategi SO, strategi ST, strategi WO dan
Berdasarkan hasil analisis faktor strategi WT.
internal dan eksternal yang berkaitan a. Strategi SO
dengan kekuatan (strengths), kelemahan Alternatif strategi S-O yang dihasilkan
(weakness), peluang (opportunites), dan dari analisis SWOT yaitu:
ancaman (threats) yang dimiliki oleh 1) Meningkatkan skala usahatani dengan
perkebunan lada putih di Kabupaten memperluas lahan tani
Bangka Selatan pada tahap Strategi ini diusulkan dengan tujuan
pengumpulan data yang meliputi analisis untuk memperluas usahatani lada
perhitungan IFAS dan EFAS, diperoleh nilai putih di Kabupaten Bangka Selatan.
skor faktor internal pada kekuatan sebesar Strategi ini dibuat yang didukung oleh
1.77 dan kelemahan sebesar 0.75. ketersediaan lahan pengembangan
Sedangkan untuk faktor eksternal untuk yang cukup potensial, memiliki potensi
peluang sebesar 1.86 dan ancaman sebesar sumber daya alam, lada putih didaerah
0.77. Berdasarkan hasil perhitungan ini dikenal dipasar internasional, umur
tersebut, besarnya kekuatan dapat menjadi petani yang masih produktif, adanya
salah satu strategi dalam meminimalisir lada putih sebagai komoditas unggulan
kelemahan yang ada. Sama halnya dengan di Kabupaten Bangka Selatan, dan
peluang yang memiliki skor lebih besar dari pemasarannya yang mudah. Adapun
ancaman, sehingga dapat menjadikan langkah-langkah yang dapat dilakukan
peluang sebagai strategi yang dapat adalah memproduksi atau mengolah
mengatasi ancaman. Dari hasil perhitungan produk turunan dari lada putih,
diperoleh bahwa faktor internal kekuatan menyediakan sarana dan prasarana
yaitu dikenal dipasar internasional dan produksi dan memperluan lahan
budaya turun temurun dengan skor sebesar pertanian.

34
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Strategi ini dilakukan untuk mengatasi


2) Memperluas jaringan pemasaran lada kesulitan modal yang dialami oleh
putih petani. Adapun langkah-langkah yang
Perkembangan teknologi yang semakin dilakukan adalah memperkuat modal
hari semakin meningkat memberikan usaha bagi petani.
peluang bagi manusia untuk 2) Menggunakan sistem resi gudang guna
memanfaatkannya sesuai keperluan. menstabilkan harga lada
Memanfaatkan perkembangan Rendahnya harga lada putih
teknologi informasi diharapkan dapat menyebabkan petani mengalami
memperluas jaringan pemasaran. kerugian. Biaya yang dikeluarkan
Pemanfaatan perkembangan teknologi petani tidak sebanding dengan harga
informasi dengan menggunakan yang diterima oleh petani. Hal ini akan
fasilitas media internet, sosial media, mengganggu petani dalam bekerja
pameran, radio, televisi dan kemitraan karena semangat petani akan melemah
dengan yg berkepentingan. Pemasaran apabila harga lada putih menurun.
lewat internet juga bisa memperpendek Dengan demikian, diperlukannya
saluran distribusi karena konsumen sistem resi gudang guna untuk
biasanya memesan langsung tanpa menstabilkan harga lada putih. apabila
harus melalui pedagang pengumpul harga lada putih dipasar menurun
sehingga strategi yang dilakukan maka petani dalam menyimpan hasil
dengan memperluas jaringan panennya tersebut di gudang dan
pemasaran ini sangat efektif untuk ketika harga lada putih kembali
dijalankan. Adapun langkah-langkah membaik maka petani langsung
yang dapat dilakukan adalah menjual kepada pengepul yang ada di
meningkatkan jumlah produksi, Desa/Kecamatan sehingga petani tidak
meningkatkan jumlah produk mengalami kerugian yang cukup besar.
tambahan dan mempromosikan Adapun langkah-langkah yang
produk dengan memanfaatkan media dilakukan adalah meningkatkan hasil
sosial. produksi dan mengurangi penjualan
kepada tengkulak.
b. Strategi WO c. Strategi ST
Adapun strategi W-O dalam Strategi S-T dalam pengembangan
pengembangan lada putih di Kabupaten sentra produksi lada putih di Kabupaten
Bangka Selatan adalah sebagai berikut: Bangka Selatan adalah sebagai berikut:
1) Membentuk lembaga koperasi untuk 1) Memberikan penyuluhan secara
menguatkan modal usahatani lada intensif
putih Kegiatan penyuluhan merupakan suatu
Salah satu yang menjadi permasalahan upaya untuk menyampaikan informasi
umum bagi petani adalah terbatasnya mengenai usahatani lada putih kepada
kemampuan modal dalam petani sehingga petani memiliki
mengembangkan usahataninya. Harga pengetahuan akibat dari informasi
sarana produksi yang tinggi juga yang diberikan. Penyuluh melakukan
menyebabkan hambatan dalam kerja sama dengan pemerintah desa
berusahatani. Apalagi saat ini petani untuk menyampaikan informasi
susah untuk mendapatkan modal kepada petani. Adapun langkah-
karena peminjaman melalui bank langkah yang dapat dilakukan adalah
memiliki prosedur yang rumit penyampaian materi melalui seminar,
sehinnga menyebabkan petani tidak kunjungan dan pelatihan serta
mau untuk meminjamkan ke bank. pengawasan.

35
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

2) Menjalin kerjasama dengan lembaga- informasi mengenai pasar. Melalui


lembaga terkait dan penyediaan bibit kelompok tani inilah para anggota tani
unggul. bisa saling memahami kebutuhan satu
Bantuan bibit unggul dalam rangka sama lain, dan membantu mengatasi
menghasilkan panen yang baik sangat permasalahan yang dihadapi oleh
dibutuhkna oleh petani. Selama ini masing-masing petani. Adapun
petani membeli bibit lada putih tanpa langkah-langkah yang dilakukan untuk
memperhatikan kualitas dari bibit lada mengoptimalisasikan fungsi kelompok
putih tersebut apakah bibit terserang tani adalah melakukan kerjasama
hama atau penyakit. Adapun langkah- dengn penyuluh pertanian di setiap
langkah yang dapat dilakukan adalah desa untuk mngaktifkan kelompok
menjalin kerjasama dengan lembaga tani.
terkait dalam penyediaan bibit unggul
dan menciptakan lembaga 5. PENUTUP
pengembangan dan penelitian bibit 5.1 Simpulan
unggul. Berdasarkan hasil penelitian maka
d. Strategi WT dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
Berdasarkan analisis matriks SWOT, berikut :
strategi W-T dalam pengembangan sentra 1. Permasalahan internal dan eksternal
produksi lada putih di Kabupaten Bangka yang dihadapi pemangku kepentingan
Selatan adalah sebagai berikut: (petani dan pakar). Dari sisi petani
1) Memperpendek saluran pemasaran permasalahan internal dan ekternalnya
Salah satu penyebab jauhnya adalah kemampuan modal yang
perbedaan harga lada ditingkat petani terbatas, serta hama dan penyakit pada
adalah banyaknya lembaga pemasaran tanaman lada, saluran pemasaran yang
yang terlibat. Saluran pemasaran yang panjang, ketidakpastiaan iklim serta
panjang menyebabkan kecilnya terjadinya konversi lahan. Sedangkan
keuntungan yang diterima oleh petani dari sisi pakar yaitu sulitnya merubah
dan tidak sesuai dengan biaya yang kebiasaan petani dan perolehan bibit
dikeluarkan, rendahnya harga lada mutu serta kurangnya anggaran yang
putih akan merugikan petani. Adapun disediakan dari pemerintah.
hal-hal yang dilakukan untuk 2. Faktor yang paling mempengaruhi
mengatasi saluran pemasaran yang pengembangan perkebunan lada putih
panjang adalah melakukan kerjasama adalah lahan. Faktor-faktor lain yang
dengan Badan Usaha Milik berpengaruh secara berurutan
Desa(Bumdes), menyimpan hasil panen berdasarkan tingkat pengaruhnya
ke resi gudang. adalah teknologi, pembinaan, modal,
2) Optimalisasi fungsi kelompok tani pasar dan daya saing.
Berdasarkan Peraturan Mentri 3. Strategi pengembangan yang dilakukan
Pertanian Republik Indonesia No. pemangku kepentingan adalah
67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 meningkatkan skala usahatani dengan
tentang pembinaan kelembagaan memperluas lahan tani, memperluas
petani, fungsi kelompom tani ada tiga, jaringan pemasaran, melakukan
yaitu sebagai kelas belajar, wahana pembinaan dan pelatihan kepada
kerjasama dan unit produksi. Peran kelompok tani, membentuk lembaga
kelompok tani sangatlah penting, koperasi, menjalin kerjasama dengan
dengan adanya kelompok tani, petani lembaga terkait, optimalisasi fungsi
akan mudah memperoleh informasi kelompok tani, memperpendek saluran
mengenai kegiatan pertanian dan pemasaran.

36
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 27-37 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

2005. Pepper (Piper nigrum L.)


5.2 Saran Production Guide for Asia and Pacific.
Saran yang dapat peneliti Jakarta : International Pepper
sampaikan adalah : Community
1. Diharapkan kepada pemerintah atau Marimin. 2008. Pengambilan Keputusan
dinas yang terkait untuk dapat Kriteria Majemuk. Jakarta : PT Grasindo
memberikan kebijakan terhadap Kristiningsih. 2015. Faktor-faktor yang
menghentikan dan meminimalkan Mempengaruhi Perkembangan Usaha.
terjadinya konversi lahan, penyediaan Surabaya : Doctorial Colloqium
penyuluh diberbagai desa, bantuan Fakultas Bisnis dan Pasca Sarjana
modal, harga lada putih seperti Universitas UKWMS
pembedaan harga sesuai kualitas Kementrian Pertanian. 2013. Prospek
permintaan konsumen, sehingga akan pengembangan Lada. Indonesia
berpengaruh terhadap harga yang Kotler dan Keller. 2009. Manajemen
diperoleh petani yaitu haga tetap, hal Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13,
ini dapat meminimalisirkan pengaruh Jakarta : Erlangga.
fluktuasi harga, serta sosialisasi dan Puspita Sari. D dan Yusniar. M. Strategi
bantuan tentang penggunaan teknologi Pengembangan Usaha. Jakarta :
modern dalam pengembangan lada Penebar Swadaya
putih. Rismunandar. 2012. Lada Budidaya dan
2. Kepada para peneliti, disarankan untuk Tataniaganya. Jakarta : Penebar
mengembangkan penelitian ini dengan Swadaya.
menggunakan variabel-variabel yang Riyadi. 2012. Arahan dan Strategi
lain yang belum diteliti dan digunakan Pengembangan Perkebunan Lada Di
dalam penelitian ini. Kabupaten Belitung. Jurnal Agribisnis.
November 2018
Tjiptono, Fandy . 2008. Strategi Pemasaran.
Daftar Pustaka Yogyakarta: ANDI.
Daft, Richard L. 2010. Analisis SWOT Teknik Utomo. 2011. Analisis Strategi Komunikasi
Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Pemasaran yang Diterapkan Oleh Planet
Graedia Pool Centre Dalam Menarik Konsumen.
George. CK., Abdullah, A and Chapman, K. Jurnal UPNV. Vol. 5 No. 8, Juni 2011

37
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian

THE EFFECT OF EXTERNAL AND INTERNAL FACTORS TOWARD


OF WOMEN'S ENTREPENEUR PRAWN CRACKERS
IN TANJUNG JABUNG TIMUR DISTRICT JAMBI

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP


KINERJA USAHA WANITA WIRAUSAHA KERUPUK UDANG
DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR JAMBI

Elvin Desi Martaulia


aJurusan Agribisnis, Universitas Quality Berastagi
Karo, Indonesia
Email Korespondensi: elvindesi@ymail.com

Abstract
This study aims to determine the external factors of women's entrepreneurial internal
factors, to determine the effect of external factors and internal factors on the business performance of
women entrepreneurs in shrimp crackers in Tanjung Jabung Timur Regency Jambi. The number of
respondents used in this study were 58 entrepreneurial women. Determination of samples is by using
purposive sampling technique. Data was obtained by using a questionnaire and then processing data
using Partial Least Square (SEM-PLS) version 3.0. The results of the study show that external
factors have a significant effect on internal factors. Variable aspects of government policy have a
dominant influence on increasing female entrepreneurial internal factors. Internal factors which
include aspects of human resources, financial aspects, production and operational aspects and
marketing aspects have a significant influence on the business performance of entrepreneurial women
in East Tanjung Jabung Regency 62%.
Keywords: Business Performance; External Factors; Internal Factors;; Women Entrepreneurs

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal terhadap faktor internal
wanita wirausaha, untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal dan faktor internal
terhadap kinerja usaha wanita wirausaha kerupuk udang di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Jambi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 58
orang wanita wirausaha. Penentuan sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuisoner kemudian dilakukan pengolahan
data menggunakan Partial Least Square (SEM-PLS) versi 3.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahwa faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap faktor internal. Variabel
aspek kebijakan pemerintah memiliki pengaruh dominan terhadap peningkatan faktor
internal wanita wirausaha. Faktor internal yang meliputi aspek sumber daya manusia,
aspek keuangan, aspek produksi dan operasional serta aspek pemasaran mempunyai

38
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha wanita wirausaha di Kabupaten Tanjung


Jabung Timur 62%.

Kata Kunci: Faktor Eksternal ; Faktor Internal; Kinerja Usaha; Wanita Wirausaha

1. PENDAHULUAN tinggi pada wanita dibandingkan pria,


Saat ini kewirausahaan merupakan sedangkan Indonesia dan Malaysia
bidang yang paling banyak dikuasai oleh memiliki rasio yang seimbang. Hal yang
pria. Ini dikarenakan oleh pria lebih sama juga terdapat pada enam negara
berani dalam mengambil keputusan ASEAN yang disurvei oleh Global
dalam kegiatan usahanya (Casson et al., Entrepreneuship Monitor pada tahun
2006). Hampir diseluruh negara-negara di 2015-2016 yaitu jumlah wanita wirausaha
dunia, kegiatan produktivitas yang nonpemula lebih banyak pada pria. Di
dijalankan oleh wanita lebih rendah lingkup global, enam negara ASEAN
dibandingkan oleh pria. Sehingga hal ini secara umum membentuk area dengan
menyebabkan terjadinya kesenjangan persamaan gender yang lebih baik di
dalam pendapatan disegala bentuk antara area lainnya (Kelley et al, 2014).
aktivitas ekonomi. Partisipasi wanita Pada tahun 2013 jumlah UMKM di
sebagai wirausaha meningkat cukup Indonesia yaitu 56 juta unit usaha, namun
signifikan selama satu dekade terakhir pemilik usaha ini tidak semuanya
baik itu di negara-negara maju maupun dihitung sebagai wirausaha dengan
negara berkembang walaupun jika dilihat penilaian Kemenkop yaitu hanya
dari pertumbuhan jumlah wanita pemilik berjumlah 1.65 persen dari 250 juta
usaha (women-owned business) secara penduduk (Sasongko, 2015).
sistematis tetap lebih rendah jika Salah satu industri yang banyak
dibandingkan dengan pria (Widowati, digeluti oleh wirausaha wanita di
2012). Indonesia adalah industri rumahan
Keberadaan wirausaha wanita (Women Review, 2012). Industri rumahan
dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah suatu sistem produksi yang
(UMKM) di Indonesia memiliki peran menghasilkan produk melalui proses nilai
dalam meningkatkan perekonomian tambah dari bahan baku tertentu, yang
negara. Pertumbuhan UMKM yang dikerjakan di lokasi rumah dan bukan di
dimiliki wanita di Indonesia ternyata pabrik. Pada gambar 1, mayoritas
berada pada posisi ke tiga tertinggi di kategori usaha yang dijalankan oleh
Asia Pasifik menurut Global wirausaha wanita di Kabupaten Tanjung
Entrepreneuship Monitor 2015-2016. Jabung Timur adalah usaha yang
Terlihat dari aktivitas kewirausahaan berkaitan dengan pangan. Usaha yang
usaha baru dibandingkan dengan negara- berkaitan dengan pangan merupakan
negara di Asia Tenggara, dengan nilai olahan makanan yang telah memiliki nilai
Total Early-stage Entrepreneurial Activity tambah (added value) dalam proses
(TEA) antara wanita dan pria yang tidak pengolahannya, seperti pemasakan,
berbeda jauh, yaitu wanita 25% dan pria kemasan dan penjualan/pemasaran.
26% (Nawangpalupi et al. 2014). Menurut Pemilihan Kabupaten Tanjung Jabung
Kelley et al (2014), di negara-negara Timur dikarenakan daerah pesisir pantai
ASEAN, wanita adalah kontributor yang hasil utamanya adalah perikanan
penting dalam aktivitas kewirausahaan. laut. Sehingga menjadi peluang besar
Filipina, Vietnam dan Thailand memiliki untuk dapat pengembangan kerupuk
rasio presentase wirausaha pemula lebih udang.

39
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

2. LANDASAN TEORI
2.1. Teori Kewirausahaan dan Wanita
Wirusaha
Baldacchino (2009), menyatakan
bahwa kewirausahaan merupakan
kemampuan kreatif dan inovatif sebagai
dasar, kiat, dan sumberdaya untuk
mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan
Gambar 1: Diagram Struktur Ekonomi berbeda melalui berpikir kreatif dan
Sumber :Kabupaten Tanjung Jabung bertindak inovatif untuk menciptakan
Timur (2016) peluang. Kreativitas: kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide baru dan cara-
Masalah yang dihadapi oleh cara baru dalam pemecahan masalah dan
wirausaha wanita adalah sebagian besar menemukan peluang. Disimpulkan
kinerja usaha yang dijalankan oleh bahwa kreativitas adalah memikirkan
wirausaha wanita di Kabupaten Tanjung sesuatu yang baru dan berbeda. Inovasi
Jabung Timur belum sepenuhnya merupakan kemampuan untuk
mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari menerapkan kreativitas dalam rangka
belum mengalami pertumbuhan usaha. pemecahan masalah dan menemukan
Usaha yang dijalankan oleh wanita peluang. Disimpulkan bahwa inovasi
wirausaha masih kurangnya modal, adalah kemampuan untuk melakukan
pelatihan yang masih kurang, promosi sesuatu yang baru dan berbeda. Seorang
produk yang masih kurang, tidak mau wirausahawan harus memiliki ide-ide
mengambil risiko, baik dalam hal baru yang dihasilkan dari suatu
membuat produk baru ataupun kreativitas. Kreativitas inilah yang akan
memperluas pasar, dan tidak adanya membawa wirausahawan untuk
kebijakan maupun dorongan pemerintah. berinovasi terhadap usahanya.
Selain itu juga terdapat kendala lain pada Peran kewirausahaan dalam
aspek sumberdaya manusia dan teknologi kegiatan perekonomian suatu negara
serta rendahnya penguasaan wanita dilihat ditentukan dari wirausaha yang
terhadap aset produksi. Permasalahan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif
yang sering dihadapi wanita wirausaha yang dijadikan sebagai dasar,
kecil terutama dalam hal pemasaran, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan
peningkatan kualitas produk, manajemen siasat dalam menghadapi tantangan
usaha dan akses perbankan. hidup yang dilakukan dengan keberanian
Permasalahan yang muncul erat untuk menghadapi risiko (Bygrave dan
kaitannya dengan bagaimana kinerja Zacharakis 2010).
usaha dari usaha mikro tersebut berjalan.
Berdasarkan latar belakang penelitian, 2.2. Faktor Eksternal
maka rumusan permasalah penelitian ini Pearce dan Robinson (2011)
adalah : (1) Bagaimana pengaruh faktor menjelaskan bahwa faktor eksternal
eksternal terhadap faktor internal wanita mempengaruhi sebuah perusahaan dalam
wirausaha kerupuk udang di Kabupaten menentukan arah dan tindakan yang akan
Tanjung Jabung Timur; (2) Bagaimana dilakukan perusahaan. Faktor eksternal
pengaruh faktor eksternal dan faktor akan mempengaruhi struktur organisasi
internal terhadap kinerja usaha wanita dan proses internal perusahaan. Faktor
wirausaha kerupuk udang di Kabupaten eksternal dibagi menjadi 3 sub kategori
Tanjung Jabung Timur yang saling berkaitan yaitu: (1)

40
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Lingkungan jauh atau remote tidak mampu menguasai teknologi, dan


environment (ekonomi, sosial, politik, lokasi yang tidak strategis (Zimmerer et.
teknologi, ekologi); (2) Lingkungan al.,2008). Faktor internal meliputi area
industri atau industry environment fungsional bisnis, termasuk manajemen,
(hambatan masuk, kekuatan pemasok, pemasaran, keuangan/akuntansi,
kekuatan pembeli, ketersediaan produk produksi, operasi, dan sistem informasi
pengganti, persaingan kompetitif; dan (3) manajemen. Faktor internal menjadi dasar
Lingkungan operasional atau operating guna membangun tujuan dan strategi
environment (pesaing, pemberi kredit, dalam menciptakan kekuatan dan
pelanggan, pasar tenaga kerja, pemasok). mengatasi kelemahan organisasi (David,
Faktor eksternal yang positif akan 2009). Dimensi faktor internal meliputi: (1)
membantu perusahaan mencapai tujuan. aspek sumber daya manusia; (2) aspek
Perusahaan menganalisis faktor-faktor keuangan; (3) aspek teknis dan
yang paling berpengaruh terhadap operasional; dan (4) aspek pasar dan
perusahaan dengan melihat peluang yang pemasaran (Sandra dan Purwanto, 2015).
berada di lingkungan eksternal, dan
melakukan penyesuaian dengan 2.4. Kinerja usaha Wanita Wirausaha
mempertimbangkan keadaan dan Rangkuti (2013) menyatakan
kompetensi inti perusahaan untuk kinerja usaha diukur berdasarkan faktor
mencapai tujuan (Zimmerer et. al., 2008). eksternal dan faktor internal dalam
organisasi. Faktor eksternal dan faktor
2.3. Faktor Internal internal digambarkan dalam bentuk
Faktor internal merepresentasikan analisis SWOT, dimana Opportunities dan
bidang sumber daya manusia, produksi, Threats sebagai faktor eksternal
pemasaran dan pengembangan produk sedangkan Strengths dan Weaknesses
yang memberikan gambaran terhadap sebagai faktor internal. Sedangkan Sandra
keadaan perusahaan. Faktor-faktor dan Purwanto (2015) meliputi
internal yang positif dapat digunakan pertumbuhan penjualan, modal tenaga
perusahaan untuk mencapai misi, sasaran, kerja, pemasaran dan laba.
dan tujuan. Faktor ini mencakup Berdasarkan telaah pustaka yang
keterampilan atau pengetahuan, citra telah dipaparkan pada bagian
publik yang positif, tenaga penjualan sebelumnya, maka dibangunlah sebuah
yang berpengalaman, pelanggan yang kerangka pikir yang akan diuji
loyal, dan faktor-faktor lainnya. hubungannya melalui penelitian ini.
Sebaliknya faktor internal yang negatif Adapun model yang dikonstruksi sebagai
harus dihindari oleh perusahaan karena kerangka pikir dalam penelitian ini
akan menghambat perusahaan dalam disajikan pada Gambar 2.
mencapai tujuan, misalnya kekurangan
modal, kekurangan pekerja terampil,

Faktor Internal :
▪ Aspek Sumber Daya
Manusia (SDM)
Aspek Keuangan
▪ Aspek Operasional
▪ Aspek Pasar dan Pemasaran
Kinerja Usaha Wanita
Wirausaha :
▪ Volume penjualan
▪ Pendapatan
Faktor Eksternal : ▪ Wilayah Pemasaran
▪ Aspek sosial budaya
▪ Aspek kebijakan pemerintah 41
▪ Aspek peran lembaga terkait
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Gambar 2 : Model Penelitian faktor eksternal dan internal terhadap kinerja usaha

3. METODE PENELITIAN variabel yang diuji pada penelitian ini


Penelitian ini dilakukan di yaitu variabel endogen dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi. Pada tabel 1 menjelaskan
variabel eksogen. Penelitian ini purposive sampling merupakan teknik
menggunakan data primer yang diperoleh penentuan sampel dengan pertimbangan
dengan menggunakan alat bantu tertentu yaitu sampel yang diambil
kuesioner. Sampel yang digunakan pada sebagai subjek penelitian adalah sampel
penelitian ini diperoleh dengan yang memenuhi kriteria wanita
menggunakan teknik purposive sampling wirausaha. Jumlah sampel yang diteliti
(Sugiyono, 2009) menyatakan bahwa sebanyak 58 orang.

Tabel 1. Variabel laten dan manifest (indikator) pada model persamaan structural
Variabel laten Variabel manifest Sumber
Internal (laten Aspek sumber daya manusia (INT1) Sandra dan Purwanto
eksogen) Aspek keuangan (INT2) (2015); Zimmerer et. al.
Aspek produksi dan operasional (INT3) (2008)
Aspek pasar dan pemasaran (INT4)
Eksternal (laten Aspek sosial budaya (EKS1) Zimmerer et. al. (2008);
endogen) Aspek kebijakan pemerintah (EKS2) Pearce dan Robinson
Aspek peran lembaga terkait (EKS3) (2011)
Kinerja Usaha Volume Penjualan (KIN1) Sandra dan Purwanto
(Laten endogen) Pendapatan (KIN2) (2015)
Wilayah pemasaran (KIN3)

3.1. Analisis Structural Equation nj = ∑ 𝛽𝑗 𝑛𝑖 + ∑ 𝛾𝑗 + 𝜉𝑏 + Ϛ𝑗


Modelling (SEM)
Metode PLS-SEM merupakan dimana :
metode analisis yang powerfull oleh karena i.b : menyatakan indeks range
tidak didasarkan banyak asumsi. Data sepanjang i dan b
yang dipergunakan tidak harus j : menyatakan jumlah variabel
berdistribusi normal multivariate atau laten endogen
indikator dengan skala, ordinal, interval Βji : menyatakan koefisien jalur yang
sampai rasio dapat digunakan sebagai menghubungkan variabel laten
sampel dalam model ini dan sampel endogen
dengan pendekatan Partial Least Square (η) : dengan endogen (η)
(PLS) tidak harus besar (Ghazali, 2012). γjb : menyatakan koefisien jalur yang
SEM dengan PLS terdiri tiga komponen, menghubungkan variable laten
yaitu: endogen
(η) dengan eksogen (ξ)
a. Model struktural (inner model) ζ : menyatakan tingkat kesalahan
Model struktural atau inner model pengukuran (inner residual
menggambarkan hubungan antar variabel variable)
laten yang dibentuk berdasarkan
substansi teori. Persamaan model b. Model pengukuran (outer model)
struktural dengan menggunakan SEM- Model pengukuran atau outer
PLS: model menggambarkan hubungan antara
variabel laten dengan variabel indiktor

42
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

(manifest). Pada model pengukuran Persamaan untuk model indikator


terdapat dua jenis model yaitu model formatif:
indikator formatif dan model indikator 𝜉𝑏 = П𝑥𝜉𝑋2 + 𝛿𝜉
refleksif. Model refleksif terjadi apabila
𝜂 = П𝑦𝜉𝑋2 + 𝛿𝑛
variabel manifest dipengaruhi oleh
variabel laten, sedangkan model formatif dimana :
mengasumsikan bahwa variabel manifest Пx , : menyatakan seperti koefisien
mempengaruhi variabel laten dengan arah Пy regresi berganda dari variabel
kausalitas mengalir dari variabel manifest laten terhadap indikator
menuju variabel laten. Berikut ini δξ : menyatakan tingkat kesalahan
merupakan persamaan untuk model ,εη pengukuran (residual error)
indikator refleksif SEM-PLS:
𝑥 = 𝜆𝑥𝜉 + 𝜀𝑥
𝑦 = 𝜆𝑦 𝜂 + 𝜀𝑦 c. Skema pembobotan (weight relation)
Skema pembobotan atau weight
dimana : relation merupakan ciri khusus SEM-PLS
dan tidak ada pada SEM berbasis
x : menyatakan indikator untuk
kovarian. Persamaaan untuk weight
variabel laten eksogen (ξ)
relation adalah:
Y : menyatakan indikator untuk
variabel laten endogen (η) 𝜉𝑏 = ∑ 𝑘 𝑊𝑘 𝑋𝑘
λx : menyatakan loading matrix yang
, menggambarkan seperti 𝜂𝑖 = ∑ 𝑘 𝑊𝑘 𝑦𝑘
λy koefisien regresi sederhana yang dimana:
menghubungkan variabel laten wkb, : menyatakan bobot k yang
dengan indikatornya wki digunakan untuk
mengestimasi variabel laten ξb
dan ηi

4. HASIL DAN PEMABAHASAN dengan mempresentasikan varians umur


4.1. Analisis Evaluasi Model dari indikator dengan konstruknya,
Pengukuran (outer model) dengan melihat nilai dari AVE lebih besar
Tujuan dari evaluasi model dari 0,5. Nilai 0,5 pada AVE memberikan
pengukuran (outer model atau measurement pengertian bahwa semakin tinggi nilai
model) adalah bagaimana setiap indikator reabilitas indikator dalam
yang berhubungan dengan variabel mempresentasikan konstruknya. Nilai
latennya. Evaluasi model pengukuran Composite Reliability (CR) harus lebih besar
dilakukan terhadap konstruk yang dari 0,7 dapat dikatakan baik (Latan dan
direflesikan oleh indikator-indikator Ghazali, 2012). Semakin tinggi nilai dari
didalamnya. Nilai loading factor (λ) untuk Composite Reliability (CR), ini
merefleksif indikator yang diukur menunjukkan bahwa semakin tinggi
dikatakan tinggi jika memiliki nilai loading reabilitas dari indikator untuk dapat
factor (λ) lebih dari 0,7. Akan tetapi pada mempresentasikan dari variabel
tahap awal penelitian, skala pengukuran konstruknya. Dengan demikian dapat
nilai loading factor (λ) yaitu 0,5 sampai 0,6 diberi kesimpulan bahwa indikator-
sudah diangap cukup (Latan dan Ghazali, indikator yang dipergunakan dalam
2012). penelitian dapat mengukur konstruk
Evaluasi model pengukuran juga dengan tepat dan benar. Berdasarkan hasil
memiliki tujuan lain yaitu dengan evaluasi model pengukuran (outer model)
melakukan validitas konvergen, artinya pada tahap awal berdasarkan standardized

43
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

nilai loading factor tahap awal dalam 3.


penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

Gambar 3 : Standardized loading factor awal pada model pengukuran pengaruh faktor
eksternal dan internal terhadap kinerja usaha

Gambar 3, menjelaskkan bahwa 1.96. Berdasarkan hasil dari alogaritma


hasil evaluasi model pengukuran pada PLS-SEM ini dengan model, maka
tahap awal menunjukkan bahwa semua diperoleh hasil akhir model yang dapat
indikator variabel yang digunakan dipergunakan untuk proses evaluasi
memiliki nilai loading factor (λ) yaitu 0,5. model structural yang dapat dilihat pada
Selanjutnya tahapan kedua yaitu uji Gambar 4.
validitas dengan nilai t-value lebih dari

Gambar 4 : Nilai t-value struktural pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap
kinerja usaha wanita wirausaha

Proses alogaritma yang telah reliabilitas dari konstruk tersebut.


mengalami perbaikan, dimana hasil yang Evaluasi model pengukuran reflektif
diperoleh juga telah reliabel dengan dilakukan dengan menggunakan kriteria
persyaratan dari PLS-SEM pada Gambar yaitu Composite Reliability, Average Variance
4. Semua indikator dalam penelitian ini Extracted (AVE). Composite reliability
berbentuk reflektif sehingga analisis menunjukkan konsistensi internal dengan
model outer termasuk dalam model standar nilai diatas 0,7. Average Variance
reflektif. Analisis model pengukuran Extracted (AVE) menunjukkan bahwa
konstruk dengan indikator reflektif validitas konstruk dengan standar nilai
bertujuan untuk melihat validitas dari lebih besar dari 0,5 (Latan dan Ghazali
masing-masing indikator dan menguji 2012), model memiliki kriteria baik pada

44
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

masing-masing variabel laten dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Reabilitas model berdasarkan nilai AVE dan Composite Reability


Variabel Laten AVE Composite Keterangan
Reliability
Faktor Eksternal 0,784 0,879 reliabel
Faktor Internal 0,752 0,923 reliabel
Kinerja Usaha 0,646 0,844 reliabel

Tabel 2, menunjukkan bahwa Tujuan dari evaluasi model


seluruh variabel-variabel laten yang struktural (inner model) yaitu untuk
diukur dalam penelitian ini memiliki nilai melihat hubungan antar variabel laten
Average Variance Extracted (AVE) sebesar dengan konstruknya. Salah satu cara
0,5 dan Composite Reliability yang lebih untuk melihat evaluasi model struktural
besar dibandingkan dengan 0,7 sehingga dapat melalui nilai R-Square (R2) pada
dapat dikatakan bahwa semua variabel variabel endogen yang diamati, dan nilai
laten reliabel. estimasi koefisien jalur (Latan dan
Ghazali, 2012). Nilai R-Square (R2) yang
4.2. Analisis Evaluasi Model Struktural diperoleh dalam penelitian ini dapat
(Inner Model) dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran nilai R-Square (R2) pada analisis evaluasi model struktural
Variabel Laten R-Square
Kinerja Usaha 0,948
Faktor Internal 0,240

Tabel 3, menunjukkan bahwa nilai dilakukan dengan metode resampling


R-square dari variabel yang (Non Parametrik). Bootsrapping dalam
mempengaruhi kinerja usaha. Dimana penelitian ini digunakan dalam metode
nilai dari kinerja usaha yaitu 0,948, artinya resampling. Latan dan Ghazali (2012)
variabel laten faktor eksternal dan faktor bootsrapping baik untuk digunakan dalam
internal mampu untuk dapat menjelaskan metode resampling seperti yang
kinerja usaha sebesar 94,8%, sisanya digunakan dalam PLS SEM ini. Hasil uji
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak signifikansi untuk seluruh hipotesisi yang
terdapat di dalam penelitian. dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat
Uji signifikansi dari koefisien pada Tabel 4.
parameter jalur dalam PLS-SEM,

Tabel 4. Nilai koefisien jalur, rataan, simpangan baku, t-value


Original Sample Standard T Statistics
Sample Mean Deviation (|O/STERR|)
(O) (M) (STDEV)
EKS1 Faktor Eksternal 0,814 0,812 0,048 16,885
EKS2 Faktor Eksternal 0,874 0,877 0,028 31,589
EKS3 Faktor Eksternal 0,509 0,488 0,150 3,396
INT1 Faktor Internal 0,916 0,917 0,150 42,076
INT2 Faktor Internal 0,922 0,922 0,022 41,891
INT3 Faktor Internal 0,686 0,685 0,022 8,533
INT4 Faktor Internal 0,921 0,921 0,080 42,022
KIN1 Kinerja Usaha 0,795 0,799 0,045 17,492

45
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

KIN2 Kinerja Usaha 0,901 0,903 0,022 40,284


KIN3 Kinerja Usaha 0,703 0,697 0,078 8,972
Analisis lebih detail tentang faktor Hasil analisis PLS-SEM terhadap
eksternal dan faktor internal yang model menunjukkan bahwa faktor
mempengaruhi kinerja usaha wanita eksternal dan faktor internal usaha wanita
wirausaha kerupuk udang dan bagaimana wirausaha kerupuk udang di Kabupaten
masing-masing variabel laten terhadap Tanjung Timur berpengaruh terhadap
kinerja usaha kerupuk udang di kinerja usaha. Hal ini dikarenakan pada
Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan kedua variabel yang digunakan memiliki
dibahas secara rinci pada bagian ini. nilai t-value lebih besar dari 1,96, nilai
koefisien korelasi parameter jalur variabel
4.3. Pengaruh Faktor Eksternal dan faktor eksternal dan faktor internal dapat
Faktor Internal Terhadap Kinerja dilihat pada Tabel 5.
Usaha Wanita Wirausaha

Tabel 5. Koefisien parameter jalur faktor lingkungan eksternal dan faktor internal
terhadap kinerja usaha
Original
Hipotesisi Sample t-value Keterangan
(O)
Faktor Eksternal Faktor Internal 0,567 7,265 Signifikan
Faktor Eksternal Kinerja Usaha 0,742 13,943 Signifikan
Faktor Internal Kinerja Usaha 0,326 6,234 Signifikan

Tabel 5, menunjukkan bahwa yang tinggi terhadap kinerja usaha


faktor eksternal dan faktor internal dengan nilai t-value sebesar 13,943.
memiliki peran dalam peningkatan kinerja Wanita wirausaha mengganggap aspek
usaha. Hal ini sesuai dengan penelitian kebijakan pemerintah merupakan yang
yang menjelaskan pengaruh lingkungan paling dominan dalam mengukur
internal dan eksternal dalam lingkungan eksternal. Oleh sebab itu,
meningkatkan keberhasilan usaha wanita wirausaha membutuhkan lebih
(Sumantri, 2013; Puspitasari, 2013). Tabel banyak permintaan pasar, pembinaan,
5, menunjukkan hasil SEM-PLS pada promosi dan pelatihan yang mendukung
variabel faktor internal dengan nilai t- kegiatan yang dilakukan oleh wanita
value sebesar 6,234. Artinya bahwa untuk berwirausaha (walaupun peraturan
peningkatan terhadap aspek sumber daya atau izin usaha yang ada sekarang belum
manusia (SDM), aspek keuangan, aspek meningkatkan kinerja usaha secara
produksi dan operasional, aspek pasar merata). Ini dikarenakan dukungan
dan pemasaran akan meningkatkan pemerintah yang telah baik, tetapi aspek
kinerja usaha wanita wirausaha. Jika peran perbankan yang kurang akan
dilihat dari kondisi dilapangan diketahui mempengaruhi minat wanita dalam
bahwa ketersediaan bahan baku utama berwirausaha. Hal ini berguna untuk
pembuatan kerupuk udang yang mengembangkan usaha wirausaha wanita
mencukupi mengakibatkan proses pada masa yang akan datang. Sesuai
produksi akan tetap dapat berlanjut dengan penelitian Munizu (2010)
dalam jangka waktu yang lama. Sehingga menyatakan bahwa usaha kecil dan mikro
wanita wirausaha tidak perlu khawatir akan tumbuh bilamana lingkungan aturan
dalam hal input produksi. atau kebijakan mendukung, lingkungan
Variabel faktor eksternal pada makro ekonomi dikelola dengan baik,
Tabel 5, memiliki pengaruh signifikan stabil, dan dapat diprediksi, informasi

46
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

yang dapat dipercaya dan mudah diakses, indikator tersebut, kebijakan pemerintah
dan lingkungan sosial mendorong dan merupakan indikator yang memiliki
menghargai keberhasilan usaha tersebut. pengaruh terbesar dengan nilai loading
factor 0,874. Seluruh indikator pada
variabel lingkungan eksternal memiliki
Kontribusi Indikator Terhadap Faktor pengaruh signifikan terhadap kinerja
Eksternal usaha. Hal itu dikarenakan |t-hitung| > t-
Variabel faktor eksternal seperti tabel (1,96) untuk setiap indikator yang
aspek sosial budaya, aspek kebijakan dan dapat dilihat pada tabel 6.
aspek peran lembaga terkait. Diantara

Tabel 6. Loading factor dan t-value indikator terhadap faktor eksternal


No Simbol Indikator Loading Factor t-value
1. EKS1 Aspek sosial budaya 0,814 16,477
2. EKS2 Aspek kebijakan pemerintah 0,874 33,962
3. EKS3 Aspek Peran Lembaga Terkait 0,509 3,609

Tabel 6, menunjukkan aspek sosial pengukus. Akan tetapi untuk bantuan


budaya memiliki loading factor sebesar permodalan masih belum ada. Penyiapan
0,814. Kondisi dilapangan bahwa usaha lokasi usaha sudah terkonsentrasi pada
kerupuk udang ini membuat produktif satu kawasan yang di anggap sebagai
wanita disekitar daerah tersebut. Awalnya lokasi produksi perikanan laut. Abimbola
wanita wirausaha hanya sebagai ibu RT. dan Agboola (2011) yang menyatakan
Hasil ini lain mengindikasikan bahwa bahwa lingkungan, dalam pengertian ini
walaupun secara umum pertumbuhan meliputi faktor seperti infrastruktur,
ekonomi wilayah relatif baik dalam budaya, ekonomi, sosial, dan lingkungan
menstimuli pengembangan usaha mikro politik (lingkungan eksternal) telah
dan kecil, akan tetapi keberadaan usaha ditemukan mampu menghambat atau
tersebut tidak secara langsung dan memfasilitasi kegiatan kewirausahaan
signifikan dapat meningkatkan dalam masyarakat manapun.
pendapatan masyarakat setempat. Peran lembaga terkait seperti
Indikator kebijakan pemerintah perbankan maupun lembaga keuangan
seperti pembinaan yang dilakukan (Tabel 6). Akses peminjaman keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Tanjung yang masih kurang dirasakan oleh wanita
Jabung Timur, diperoleh hasil yang wirausaha. Walaupun dahulu terdapat
dikategorikan tinggi. Peran pemerintah beberapa wanita wirausaha yang
dirasakan cukup berarti bagi wanita memperoleh pinjaman dari Bank
wirausaha dalam menjalankan usahanya, Indonesia, tetapi sekarang sulit untuk
melalui pelatihan yang diberikan mengajukan proposal. Dikarenakan
pemerintah wanita wiruasaha seperti membutuhkan waktu dalam pembuatan
pelatihan pembuatan kerupuk udang proposal dan cukup sulit dirasakan oleh
yang berkualitas. Selain itu juga wanita wirausaha. Wanita wirausaha
monitoring kualitas kerupuk udang hanya mengandalkan keuntungan usaha
dilakukan rutin sebulan sekali untuk untuk keberlanjutan usaha kedepannya.
mengetahui peningkatan usaha. Berbagai Pentingnya pengaruh lingkungan
upaya telah dilakukan oleh pemerintah organisasi dan kelembagaan juga
untuk menumbuhkan usaha tersebut. dikemukakan oleh Onwurafor dan
Salah satunya adalah bantuan peralatan Enwelu (2013) bahwa seseorang yang
seperti mesin penghalus udang, hidup dan dibesarkan dalam lingkungan
freezer/kulkas pendingin bahan baku organisasi yang kondusif dan menantang,
udng, pemotong kerupuk dan panci terbuka dan fleksibel akan menjadi

47
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

seorang wirausaha yang berhasil yang pemasaran, aspek keuangan, produksi


memiliki motivasi yang besar, mandiri dan operasional. Empat indikator yang
dan responsif terhadap risiko. digunakan, indikator aspek keuangan
yang memiliki nilai loading factor yang
Kontribusi Indikator Terhadap Faktor paling tinggi diantara ketiganya. Seluruh
Internal indikator pada variabel lingkungan
Variabel faktor internal memiliki internal memiliki pengaruh signifikan
empat indikator sebagai media terhadap variabel perilaku kewirausahaan
pengukuran. Empat indikator tersebut dan kinerja usaha dapat dilihat pada
antara lain seperti aspek sumber daya Tabel 7.
manusia (SDM), aspek pasar dan

Tabel 7. Loading factor dan t-value indikator terhadap faktor internal


No Simbol Indikator Loading Factor t-value
1. INT1 Aspek sumber daya manusia 0,916 42,466
2. INT2 Aspek keuangan 0,922 42,208
3. INT3 Aspek produksi dan operasional 0,686 9,099
4. INT4 Aspek pasar dan pemasaran 0,921 39,863

Pada tabel 7, menunjukkan aspek Rp1 juta sehingga dengan modal yang
sumber daya manusia berada pada masih kecil ini maka perkembangan
kategori baik. Pengalaman/lama berusaha usahanya menjadi lamban. Modal yang
pada bidang usaha sejenis merupakan digunakan dalam usahanya diperoleh
kekuatan utama bagi wanita wirausaha. wanita wirausaha dari suami ataupun
Pendidikan dan pelatihan yang relatif keluarga. Berdasarkan wawancara
rendah bukan merupakan suatu dilapangan bahwa modal yang
hambatan untuk memulai usaha, dan ditanamkan pada awal usaha telah
mengembangkannya lebih maju. Adanya kembali bahwa sebagian telah
motivasi yang tinggi, jiwa dan mental mendapatkan keuntungan yang cukup
berwirausaha dan keberanian dalam besar. Keuntungan yang diperoleh di
mengambil risiko merupakan modal akumulasikan untuk usaha berikutnya.
utama untuk memajukan usaha kerupuk Aspek produksi dan operasional
udang. pada Tabel 7, terdapat indikator
Aspek keuangan merupakan ketersediaan bahan baku yang kontinue
faktor utama yang memulai bisnis yang dapat menjadi modal utama agar usaha
dijalankan dalam setiap kegiatan usaha. dapat terus berlanjut. Kondisi wilayah di
Modal usaha terbatas pada wirausaha Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
wanita skala rumahan, sehingga untuk merupakan daerah pesisir laut menjadi
meningkatkan volume penjualan wanita keunggulan dalam memperoleh udang.
wirausaha membutuhkan ketersediaan Ini dikarenakan, sebagian dari masyarakat
modal. Agar memiliki modal, mayoritas kabupaten merupakan nelayan. Harga
dari wanita wirausaha harus menunggu udang sebagai bahan baku tidaklah begitu
produknya terjual agar memiliki modal mahal, berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp
untuk menjalankan usahanya lagi. Selain 15.000. Jenis udang yang digunakan untuk
itu, perbedaan jumlah modal awal usaha pembuatan kerupuk adalah udang
akan menentukan dan mempengaruhi berwarna putih. Ini dipilih karena udang
pertumbuhan usaha (Sumantri, 2013). jenis ini membuat warna kerupuk yang
Modal yang digunakan oleh wanita dihasilkan berwarna putih. Kemudahan
wirausaha mendirikan usahanya, rata-rata memperoleh bahan baku, dan lain-lain
modal awal dikeluarkan wanita akan memotivasi dan membuat wanita
wirausaha masih rendah yaitu Rp 500 rb- wirausaha menjadi lebih kreatif. Oleh

48
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

sebab itu, penguatan dari sisi internal pencatatan arus kas masuk dan keluar
manajemen usaha diperlukan untuk dari usahanya untuk dapat memudahkan
memberikan motivasi ataupun kreatifitas pemisahan antara kebutuhan pribadi
bagi wirausaha wanita agar lebih maju maupun usaha sehingga usaha dapat
dan tetap memilih wirausaha sebagai berlanjut.
pekerjaan wanita wirausaha.
Aspek pemasaran hasil produksi Kontribusi Indikator Terhadap Kinerja
pada tabel 7, dimana masing-masing dari Usaha
wanita wirausaha menerapkan harga Variabel kinerja usaha dalam
sesuai dengan keinginan mereka rata-rata penelitian ini diukur dari tiga indikator
yaitu Rp 50.000/kg. Pencatatan finansial yaitu pendapatan usaha, wilayah
atau keluar masuknya uang dalam usaha pemasaran dan volume penjualan.
sangat penting, ini dikarenakan akan indikator yang paling dominan
menentukan keberlanjutan usaha yang mencerminkan kinerja usaha adalah
dijalankan (David, 2011). Berdasarkan pendapatan usaha dengan nilai loading
kondisi dilapangan jika dilihat dari nilai factor sebesar 0,901 pada Tabel 8.
loading factor sebesar 0,922 artinya sudah
ada sebagian dari wanita wirausaha
belajar untuk dapat melakukan

Tabel 8. Loading factor dan t-value indikator terhadap kinerja usaha


No Simbol Indikator Loading Factor t-value
1. KIN1 Volume penjualan 0,795 17,022
2. KIN2 Pendapatan 0,901 41,255
3. KIN3 Wilayah pemasaran 0,703 9,026

Tabel 8, menunjukkan bahwa pada dengan λ=0,703, dalam perkembangannya


indikator kinerja usaha pada indikator saat ini, wanita wirausaha cukup baik
pendapatan yang diperoleh dari usaha untuk dapat melakukan promosi dengan
kerupuk udang ini mengalami bantuan pemerintah dengan mengikuti ba
peningkatan atau paling tidak modal zar. Selain itu juga, wilayah Kabupaten
kembali menurut wanita wirausaha. Tanjung Jabung Timur yang berdekatan
Meskipun pendapatan yang diperoleh dengan Malaysia dan Singapore menjadi
wanita wirausaha belum begitu keuntungan. Dimana sebagian dari
signifikan, tetapi pendapatan yang masyarakat membawa hasil kerupuk
diperoleh sudah mampu membantu udang untuk dapat dijual melalui wilayah
perekonomian keluarga, serta dapat Kepulauan Batam.
dijadikan tabungan. Jika dilihat dari
indikator perluasan wilayah pemasaran
pengaruh yang cukup baik untuk
KESIMPULAN DAN SARAN perkembangan peningkatan usaha.
Berdasarkan hasil analisis yang 2. Faktor internal yang meliputi aspek
telah diuraikan, maka disimpulkan sumber daya manusia, aspek
sebagai berikut: keuangan, aspek produksi dan
1. Faktor eksternal yang meliputi aspek operasional serta aspek pemasaran
kebijakan pemerintah, aspek sosial dan mempunyai pengaruh signifikan
ekonomi serta aspek peranan lembaga terhadap kinerja usaha wanita
terkait mempunyai pengaruh wirausaha kerupuk udang di
signifikan terhadap faktor internal Kabupaten Tanjung Jabung Timur
wanita wirausaha kerupuk udang. dengan t-value sebesar 62%.
Aspek kebijakan pemerintah memiliki

49
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Saran yang dapat diberikan untuk produktivitas kerupuk udang


meningkatkan kinerja usaha wanita dikarenakan potensi sumber daya alam
wirausaha adalah perlu kerjasama yang tersedia kontinue.
pemerintah untuk dapat meningkatkan

DAFTAR PUSTAKA

Abimbola, O. H. and Agboola, G. M. (2011). Environmental Factors and Entrepreneurship


Development in Nigeria. Journal of Sustainable Development in Africa 13 (4).
Baldacchino. 2008. “Entrepreneurial Creativity and Innovation” The First International
Conference on Strategic Innovation and FutureCreation. Malta.University of Malta.
[BPS] Badan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 2016. Diagram Struktur Ekonomi
Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2016). Tanjung Jabung Timur (ID): BPS Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Bygrave WD, Zacharakis A. 2010. The Portable MBA in Entrepreneurship: Fourth Edition. New
Jersey (US): John Willey & Sons Inc.
Casson M, Yeung B, Basu A, Wadeson N. 2006. The Oxford Handbook of Entrepreneurship. New
York (US): Oxford University Press Inc.
David, Fred R. 2009. Strategic Management: Concepts and Cases, Twelfth Edition, Pearson
Prentice Hall, New Jersey.
David FR. 2011. Strategic Management: Concept and Cases, Thirteenth Edition, Pearson
Education, Inc., New Jersey.Latan H, Ghozali I. 2012. Partial least square Konsep, Teknik
dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang (ID): Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Munizu, Musran. Pengaruh Faktor-faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha
Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahan,
Vol. 12 No.1, Maret 2010; 33-41.
Nawangpalupi CB, Pawitan G, Gunawan A, Widyarini M, Iskandarsjah T. 2014. Global
Entrepreneurship Monitor 2013 Indonesia Report. Bandung (ID) : Universitas Katolik
Parahyangan.
Onwurafor EU, Enwelu IA. 2013. Rural Women Entrepreneurship in Agro- Food Processing
in Enugu State Nigeria. International Journal of Research Natural and Social Sciences.
1(2):13-30.
Pearce JA, Robinson. 2013. Strategic Management: Planning for Domestic and Global Competition,
Thirteenth Edition, McGrawHill Companies,Inc., New York.
Puspitasari, Nurmalina R, Fariyanti A, Kiloes AM (2018) Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Perilaku Kewirausahaan dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Usaha Petani Anggrek. J. Hort. 28(2): 299-310.
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta Gramedia.
Sandra, Alex dan Purwanto, Edi. 2015. Pengaruh Faktor – Faktor Eksternal dan Internal
terhadap Kinerja Usaha Kecil dan Menengah di Jakarta. Business Management
Journal, Vol. 11, No. 1.
Sasongko A. 2015. Jumlah pengusaha Indonesia hanya 1.65%. Republika Online [internet].
[diunduh 2015 Apr 13]. Tersedia pada:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/03/12/nl3i58- jumlah-
pengusaha-indonesia-hanya-165%.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. http://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/74. [Diakses pada tanggal
26 Mei 2019].

50
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 38-51 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Sumantri B. 2013. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Wirausaha


Wanita: Suatu Studi pada Industri Pangan Rumahan di Bogor.
Widowati I. 2012. Peran Perempuan Dalam Mengembangkan Enterpreneur/Wirausaha
Kasus di KUB Maju Makmur Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Business
Conference (BC) 2012;1-9
Women Review. (2012). Perempuan Kuasai Industri Rumahan. Women Review – Edisi 01,
Tahun 01, Juli 2012.
Zimmerer, Thomas W. et al. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Edisi
Kelima, Salemba Empat, Jakarta.

51
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Journal of IntegratedAgribusiness
Website Jurnal : http://jia.ubb.ac.id/
Publikasi Artikel Penelitian

CORRELATION BETWEEN COMPETENCE AND THE ROLE OF


AGRICULTURAL COUNSELOR IN THE REVIVAL OF MUNTOK WHITE
PEPPER IN BANGKA BELITUNG ISLAND PROVINCE

HUBUNGAN KOMPETENSI DENGAN PERAN PENYULUH


PERTANIAN DALAM MENGEMBALIKAN KEJAYAAN LADA PUTIH
DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Virginia Chintyasari a*, Yudi Sapta Pronotob, Fournita Agustinac
abc JurusanAgribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung, Bangka, Indonesia
*Email Korespondensi: vchintyasari@gmail.com

Abstract
In terms of developmental achievement of agricultural in Indonesia, agricultural counseling has an
important role as a learning facility for farmers and their families. Muntok White Pepper is a leading
commodity Bangka Belitung Islands Province currently reducing production, exports, and prices that are
wrong because the role of agricultural instructors is not optimal. In order for it to have optimal effects, it
is important to establish the competency levels of agriculture counselors. This research aims to 1) Describe
the competency level of agriculture councelors and their role in the development of muntok white pepper
in Bangka Belitung Islands Province, 2) Analyze the correlation between the agricultural counselor’s
competence and the development of muntok white pepper in Bangka Belitung Islands Province. This
research is conducted using survey method. There are 125 councelors selected using the simple random
sampling method. Data is analyzed using qualitative descriptive analysis with likert scale tabulation and
spearman’s rank correlation. The result show that the highest correlation between agricultural counselor’s
competence level and the development of muntok white pepper in Bangka Belitung Islands Province is
found in communication skill, technical knowledge/GAP of white pepper, and cooperation skill,
meanwhile, the highest score of the role of agriculture counselor in the development of muntok white
pepper in Bangka Belitung Islands Province is found in the category of involvement in performing their
duties as facilitators, communicators, mediators, motivators, and educators. The correlation between
competence level and the role of agricultural counselor is at significance level.
Keywords: Agricultural Counselor; Competence, Role; White Pepper

Abstrak

52
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Penyuluhan pertanian memiliki peranan penting sebagai sarana pembelajaran bagi petani dan
keluarganya dalam pencapaian pembangunan pertanian di Indonesia. Lada putih yang
merupakan komoditi unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini mengalami
penurunan produksi, ekspor, dan harga yang salah satunya disebabkan peran penyuluh
pertanian yang belum optimal. Dalam menjalankan peran penyuluh pertanian tersebut agar
optimal maka perlu adanya tingkat kompetensi penyuluh pertanian. Penelitian ini bertujuan
untuk 1) Mendeskripsikan tingkat kompetensi penyuluh pertanian dan peran penyuluh
pertanian terhadap pengembangan lada putih (muntuk white pepper) di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, 2) Menganalisis hubungan antara kompetensi penyuluh petanian dengan
peran penyuluh pertanian terhadap pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 125 penyuluh. Data
dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan tabulasi skala likert dan korelasi rank spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi penyuluh pertanian terhadap
pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tertinggi berada pada kategori kompeten dalam kemampuan berkomunikasi, pengetahuan
teknis/GAP lada putih, dan kerjasama. Sedangkan peran penyuluh pertanian terhadap
pengembangan lada putih (muntok white pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tertinggi berada pada kategori berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator,
komunikator, mediator, motivator, dan edukator. Terdapat hubungan antara tingkat
kompetensi dengan peran penyuluh pertanian pada taraf siginifikansi.
Kata kunci: Kompetensi; Lada Putih; Penyuluh Pertanian; Peran

`1. PENDAHULUAN
Penyuluhan pertanian memiliki program yang dijalankan pemerintah bersama
peranan penting sebagai sarana dengan penyuluhan pertanian akan berhasil.
pembelajaran bagi petani dan keluarganya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam pencapaian pembangunan dan merupakan wilayah yang terdiri dari pulau
peningkatan produksi pertanian di Bangka dan pulau Belitung dengan luas
Indonesia. Menurut Revikasari (2010), wilayah mencapai 81.725,23 km (Bappeda,
2

Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai 2017). Menurut Humas Provinsi Kepulauan


pendidikan non formal yang ditujukan Bangka Belitung (2017), Perkebunan
kepada petani untuk mengubah perilaku merupakan sub sektor utama dengan
termasuk sikap, tindakan, dan pengetahuan konstribusi terhadap Produk Domestik
ke arah yang lebih baik untuk Regional Bruto (PDRB) mencapai 19,01 persen.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sedangkan komoditi yang menjadi unggulan
Indonesia. Penyuluh memainkan perannya dan prioritas pembangunan yaitu lada putih.
sebagai komunikator, fasilitator, mediator, Lada putih dikenal dan diusahakan sejak dulu
motivator, edukator, dinamisator, dan di pasar internasional dengan branding
organisator untuk memberikan kontribusi “Muntok White Pepper” yang telah memiliki
bagi para petani dalam hal menyelesaikan sertifikat Indikasi Geografis (IG), yaitu dengan
permasalahan dibidang pertanian. Apabila ciri khas lada lebih pedas dari jenis lada
semua peran tersebut diterapkan oleh lainnya. Lada putih telah memberikan
penyuluh dengan baik dan sesuai maka konstribusi nyata sebagai sumber devisa,

53
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

penyedia lapangan kerja, bahan baku komoditi lada putih (Muntok White Pepper)
industri, dan sumber pendapatan petani tersebut.
(Bappeda, 2017). Pada tahun 1987 hingga Kejayaan lada putih adalah suatu
2002 merupakan masa kejayaan lada putih keadaan yang mana lada putih Provinsi
dengan produksi mencapai sekitar 80-97 Kepulauan Bangka Belitung kembali ke masa
persen atau 62.000 ton per tahun dari total kejayaannya dengan menguasai pasar dunia
produksi lada putih Indonesia. Namun, sekitar 60 persen atau lebih produksi, posisi
seiring dengan waktu, kejayaan lada putih ekspor lada putih tertinggi di dunia, serta
tersebut mulai memudar dan beberapa produksi dan harga jual lada putih yang terus
tahun belakangan ekspor lada putih meningkat.
semakin menurun. Berdasarkan data Dasar Penyuluh
Penurunan yang terjadi pada lada Pertanian Tahun 2018, menyatakan bahwa
putih tersebut diakibatkan adanya penyuluh pertanian yang ada di Provinsi
permasalahan dalam usahataninya yang Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 316
mana berdampak secara signifikan orang dengan kategori yang berbeda dan
terhadap keberadaan komoditi lada putih tersebar di seluruh wilayah kabupaten atau
Indonesia. Menurut Bappeda (2017), kota. Kategori penyuluh pertanian PNS
Permasalahan yang dihadapi dalam berjumlah 145 orang dan kategori non PNS
pengembangan lada putih, yakni: 1). berjumlah 171 orang. Dalam upaya
Produktivitas masih rendah yang mengoptimalisasikan peran penyuluh
disebabkan oleh teknologi yang diterapkan pertanian, perlu dikaji terlebih dahulu tingkat
masih tradisional, 2). Desiminasi teknologi kompetensi penyuluh pertanian yang berkaitan
rendah karena terbatasnya penyuluhan atau dengan pengetahuan, keterampilan, serta
pendampingan serta terbatasnya sarana kemampuan mengenai lada putih (Muntok
pendukung, 3). Serangan hama dan White Pepper). Sehingga dalam menyampaikan
penyakit, 4). Terjadinya alih fungsi lahan informasi kepada petani, penyuluh dapat
yang mengakibatkan luas areal tanam lada berkomunikasi dan berinteraksi dengan lancar
berkurang, 5). Sistem kelembagaan petani serta profesional dalam memfasilitasi. Apabila
masih sangat lemah dalam kegiatan tingkat kompetensi PPL mengenai lada putih
pengadaan input, usaha tani, serta tinggi, maka peran penyuluh pertanian dapat
pengolahan dan pemasaran hasil. dioptimalkan. Oleh karena itu, penelitian ini
Permasalahan-permasalahan itu, sebagian sebagai upaya untuk menganalisis hubungan
besar disebabkan oleh peran penyuluh yang antara tingkat kompetensi dan peran penyuluh
belum optimal terkait dengan fungsi pertanian dalam mengembalikan kejayaan lada
penyuluh sebagai pendidikan non formal putih di Provinsi Bangka Belitung.
untuk mengubah prilaku petani yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyangkut pengetahuan petani dalam : (1) mendeskripsikan tingkat kompetensi dan
mengadopsi teknologi baru. Untuk itu, peran penyuluh pertanian terhadap
perlu adanya optimalisasi peran penyuluh pengembangan lada putih (Muntok White
pertanian dalam mengembalikan kejayaan Pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan (2) menganalisis hubungan antara

54
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

kompetensi penyuluh pertanian dengan berperan penuh untuk merealisasikan kepada


peran penyuluh pertanian terhadap petani.
pengembangan lada putih (Muntok White Kompetensi Penyuluh Pertanian
Pepper) di Provinsi Kepulauan Bangka Menurut Sedarmayanti (2008), bahwa
Belitung. kompetensi merupakan karakteristik mendasar
yang dimiliki seseorang yang berpengaruh
Tinjauan Pustaka
langsung terhadap, atau dapat
Definisi Penyuluhan Pertanian
memprediksikan kinerja yang sangat baik.
Penyuluhan dalam bahasa Indonesia
Kompetensi menentukan perilaku dan kinerja
merupakan istilah dari kata dasar “suluh”
(hasil kerja) seseorang dalam situasi dan peran
yang artinya obor atau alat penerangan di
yang beragam. Dengan demikian, tingkat
tengah kegelapan. Penerangan tersebut
kompetensi seseorang dapat digunakan untuk
membantu orang menemukan jalan keluar
memprediksi bahwa seseorang akan mampu
atas kegelapan yang dihadapi (Leeuwis,
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau
2004). Undang-undang nomor 16 tahun
tidak.
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan merumuskan 2. METODE PENELITIAN
bahwa: “Penyuluhan pertanian adalah
Penelitian ini dilakukan di Provinsi
proses pembelajaran bagi pelaku utama
Kepulauan Bangka Belitung yaitu di tiga
serta pelaku usaha agar mereka mau dan
Kabupaten dari tujuh Kabupaten/Kota yang
mampu menolong dan mengorganisasikan
ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
dirinya dalam mengakses informasi pasar,
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
teknologi, permodalan, dan sumberdaya
sengaja (purposive) yakni Kabupaten Bangka,
lainnya, sebagai upaya untuk
Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten
meningkatkan produktivitas, efisiensi
Bangka Selatan dengan pertimbangan bahwa
usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta
kabupaten ini merupakan sentra lada putih
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
(muntok white pepper) terbesar di Provinsi
fungsi lingkungan hidup”.
Kepulauan Bangka Belitung dan telah
Penyuluh pertanian sebagai
membentuk
penyebar informasi dan pendidikan non
kelembagaan penyuluhan sesuai undang-
formal berkewajiban menyampaikan ilmu
undang nomor 16 tahun 2006 serta memiliki
pengetahuan yang baik dan benar dalam
penyuluh terbanyak di Provinsi Kepulauan
budidaya pertanian. Contohnya lada putih
Bangka Belitung.
sebagai salah satu komoditas unggulan
Metode pada penelitian ini dilakukan
daerah yang dalam perwujudannya untuk
dengan menggunakan metode survey. Sugiono
peningkatan daya saing, produktivitas, nilai
(2012), metode survei digunakan untuk
tambah, dan kemandirian dilakukan antara
mendapatkan data dari tempat tertentu yang
lain dengan penerapan budidaya lada yang
alamiah (bukan buatan), serta penelitian
baik atau Good Agricultural Practices (GAP)
melakukan perlakuan dalam pengumpulan
yang tentunya penyuluh pertanian
data, misalnya dengan mengedarkan

55
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

kuesioner, test, wawancara tersrtuktur dan N


n=
sebagainya. 1 + Ne²
Metode pengambilan sampel yang Keterangan:
digunakan dalam penelitian ini adalah n = ukuran sampel
simple random sampling dengan jumlah N = ukuran populasi
sampel atau responden 125 penyuluh dari e = persen kelonggaran ketidaktelitian (presisi)
populasi sebanyak 156 penyuluh. karena kesalahan pengambilan sampel yang
Penentuan jumlah sampel pada penelitian masih dapat ditolerir atau diinginkan. Presisi
ini berdasarkan rumus Slovin yang digunakan adalah 4%.
Rumus Slovin yang digunakan
untuk menghitung besarnya sampel yang
diperlukan adalah (Riduwan, 2005):

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel di Lokasi Penelitian


No Lokasi Penelitian Populasi (orang) Sampel (orang)
1. Kabupaten Bangka 56 45
2. Kabupaten Bangka Barat 49 39
3. Kabupaten Bangka Selatan 51 41
Jumlah 156 125
Sumber: Olahan Data Primer, 2018.
Jenis data yang dikumpulkan dalam wawancara. Alat analisis yang digunakan
penelitian ini berupa data primer dan untuk tujuan pertama menggunakan deskriptif
sekunder. Adapun teknik pengumpulan kualitatif dengan tabulasi skala likert dan
data pada penelitian ini yaitu metode tujuan kedua menggunakan alat analisis
observasi, kuesioner, studi pustaka, dan korelasi rank spearman.

Tabel 2. Variabel Pengukuran Tingkat Kompetensi Penyuluh dan Peran Penyuluh


Pertanian terhadap Pengembangan Komoditi Lada Putih (muntok white pepper)
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No. Variabel Sub Variabel Indikator
1 Kompetensi Kompetensi 1. Kemampuan dalam penyampaian pesan penyuluh.
Penyuluh berkomunikasi 2. Kemampuan menggunakan media penyuluhan.
Pertanian 3. Kemampuan menggunakan metode penyuluhan.
4. Kemampuan membantu menyelesaikan masalah
petani.
5. Kemampuan menyampaikan informasi sesuai
dengan masalah yang dihadapi petani.
6. Kemampuan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami petani.
Kompetensi 1. Pengetahuan dasar mengenai GAP lada putih
pengetahuan 2. Pemilihan lahan.
atau teknis 3. Pengelolaan lahan.
GAP lada 4. Pengelolaan air.
putih 5. Pengelolaan budidaya terpadu.

56
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

6. Panen.

Kompetensi 1. Kemampuan kerjasama dengan petani


bekerjasama 2. Kemampuan melakukan negosiasi atau lobi.
3. Kemampuan membuat kesepakatan bisnis dengan
mitra usaha.
4. Kemampuan mempengaruhi petani menerapkan
GAP lada.
5. Kemampuan kerjasama dengan pemerintah daerah
terkait program penyuluh.
6. Kemampuan kerjasama dengan pemerintah daerah
terkait program pemerintah.
7. Kemampuan kerjasama dengan peneliti atau
sumber inovasi.
2 Peran Peran 1. Membantu menerapkan teknologi budidaya lada
Penyuluh penyuluh putih yang baik (GAP).
Pertanian sebagai 2. Menyediakan konsultasi terkait lada putih.
fasilitator 3. Membantu membentuk kelompok tani
4. Membantu mendampingi kegiatan terkait
pengembangan lada putih.
Peran 1. Menyampaikan informasi terkait lada putih kepada
penyuluh petani dengan jelas.
sebagai 2. Informasi terkait GAP lada harus lengkap.
komunikator 3. Menyampaikan informasi terkait dengan
penyediaan sarana produksi maupun akses untuk
mendapat bantuan dari pemerintah daerah.
4. Menyampaikan varietas lada putih yang cocok
untuk diterapkan.
Peran 1. Menghubungkan antara petani dengan pemerintah
penyuluh daerah yang terkait.
sebagai 2. Menghubungkan antara petani dengan peneliti atau
mediator sumber informasi.
3. Menghubungkan antar kelompok tani.
4. Menghubungkan antara petani dengan organisasi
yang terkait dengan lada putih.
Peran 1. Mendorong agar petani mengikuti kegiatan
penyuluh penyuluhan.
sebagai 2. Mendorong untuk memecahkan masalah terkait
motivator lada putih.
3. Mendorong petani untuk menerapkan GAP lada
putih.
Peran 1. Meningkatkan pengetahuan petani terhadap ide
penyuluh baru dalam pengembangan lada putih.
sebagai 2. Menumbuhkan semangat petani dalam mengelola
edukator usahatani lada putih.
3. Memberikan pelatihan kepada petani.

57
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3. 1 Tingkat Kompetensi Penyuluh penyuluh pertanian sehingga penyuluh
Pertanian terhadap Pengembangan mampu menyelesaikan perannya.
Lada Putih di Provinsi Kepulauan
Kompetensi yang dimaksud antara lain
Bangka Belitung
Kompetensi Penyuluh dalam penelitian kemampuan berkomunikasi, kemampuan
ini adalah kemampuan-kemampuan menguasai teknis atau praktek GAP lada
fungsional yang dimiliki putih, dan kemampuan bekerjasama dengan
stakeholders.

Tabel 3. Kompetensi Penyuluh Pertanian Berdasarkan Bidang Kompetensi


di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019.
Kompetensi
Indikator
No Komunikasi Kerjasama Teknis
(Org) Skor % (Org) Skor % (Org) Skor %
1 Sangat
Kompeten 24 3250 - 3750 19,20 4 3875 3,85 72 17.375-20.375 57,60
2 Kompeten 99 2625 - 3125 79,20 34 3000 - 3625 27,20 47 14.625-17.250 37,60
3 Cukup
Kompeten 0 - 0 61 2375 - 2875 48,80 1 13.750 0,80
4 Kurang
Kompeten 2 1750 - 1875 1,6 26 1625 - 2250 20,80 4 8.750-9750 3,20
5 Tidak
Kompeten 0 - 0 0 - 0 1 6.625 0,80
125 100 125 100
125 100
Sumber : Olahan data Primer 2019.
Tabel menunjukan
3. bahwa Belitung berada pada kategori sangat
penyuluh pertanian di Provinsi Kepulauan kompeten yaitu sebesar 57,60 persen (72
Bangka Belitung secara keseluruhan memiliki orang) dengan skor interval 17.375-20.375.
kompetensi di bidang komunikasi, kerjasama Kompetensi Komunikasi Penyuluh pertanian
dan teknis. Pada bidang komunikasi, Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan
penyuluh pertanian di Provinsi Kepulauan
berkomunikasi. Sebagai komunikator yang
Bangka Belitung secara keseluruhan berada
profesional, penyuluh pertanian pertama-tama
pada kategori kompeten yaitu sebesar 79,20
harus mengetahui, menguasai dan mendalami
persen (99 orang) dengan skor interval 2625-
informasi (pesan) yang akan disampaikan
3125. Di bidang kerjasama, penyuluh
kepada masyarakat sasaran. Secara
pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka
keseluruhan, berdasarkan data dilapangan
Belitung berada pada kategori cukup
bahwa kompetensi komunikasi penyuluh
kompeten yaitu sebesar 48,80 persen (61
terbanyak pada kategori kompeten sebesar
orang) dengan skor interval 2375-2875.
79.20 persen, kemudian sangat kompeten
Sedangkan di bidang teknis atau
sebesar 19.20 persen serta 1.6 persen berada
pengetahuan GAP lada putih, penyuluh
pada kategori kurang kompeten. Kurang
pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka
kompeten dikarenakan masih ada yang

58
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

kurang kemampuan dalam Bangka Belitung sebagai salah satu sentra lada
menggunakan media penyuluh, putih di Indonesia. Kompetensi teknis meliputi
menyelesaikan masalah petani, serta kemampuan pengetahuan dasar mengenai GAP
menyampaikan informasi sesuai dengan lada putih, pemilihan lahan, pengelolaan lahan,
masalah yang dihadapi petani. pengelolaan air, pengelolaan budidaya
Kompetensi Kerjasama Penyuluh terpadu, serta panen. Kompetensi teknis
Pertanian menyangkut aspek kemampuan petani dalam
Kompetensi kerjasama penyuluh budidaya lada putih di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung berdasarkan SOP atau GAP
pertanian terbanyak pada kategori cukup
lada putih.
kompeten sebesar 48.80 persen, kompeten
Kompetensi teknis penyuluh pertanian
sebesar 27.20 persen, kurang kompeten
berada pada kategori yang terbanyak yaitu
sebesar 20.80 persen serta sangat kompeten
sangat kompeten sebesar 57.60 persen,
sebesar 3.85 persen. Kurang kompeten
kompeten sebesar 37.60, sisanya pada kategori
penyuluh di bidang kerjasama dikarenakan
cukup dan kurang kompeten sebesar 0.80 dan
rata-rata penyuluh kurang melakukan
3.20 persen serta tidak berkompeten sebesar
negosiasi atau lobi, kesepakatan bisnis
0.80 persen. Rata-rata penyuluh yang kurang
dengan mitra usaha dan kerjasama dengan
dan tidak berkompeten dikarenakan
peneliti atau sumber inovasi.
pemahamam teknis budidaya lada putih
kurang baik, hal ini dilihat dari variasi jawaban
Kompetensi Pengetahuan atau Teknis GAP
dengan pertanyaan yang menyangkut
Lada Putih.
indikator teknis budidaya lada putih
Kemampuan pengetahuan ini
berdasarkan GAP yaitu pengelolaan lahan,
menyangkut aspek teknis usahatani, dalam
pengelolaan air, pengelolaan budidaya
penelitian ini pengetahuan teknis budidaya
terpadu, serta panen.
lada putih, mengingat Provinsi Kepulauan

Tabel 4. Tingkat Kompetensi Penyuluh Pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Tahun 2019
No Tingkat Kompetensi Jumlah Persentase Interval
(Org) (%) Skor
1. Sangat Kompeten 36 28,80 24.250 - 26.125
2. Kompeten 83 66,40 20.000 - 24.125
3. Cukup Kompeten 2 1,60 15.000 - 19.550
4. Kurang Kompeten 4 3,20 11.375 - 19.375
5. Tidak Kompeten 0 0 0
125 100
Sumber : Olahan data Primer 2019.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukan putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bahwa tingkat kompetensi penyuluh tertinggi berada pada kategori kompeten
pertanian terhadap pengembangan lada yaitu sebesar 66,40 persen (83 orang) dengan

59
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

skor interval 24.250-26.125. Artinya secara kerjasama dan kemampuan teknis untuk
keseluruhan penyuluh pertanian Provinsi mengembalikan kejayaan lada putih di
Kepulauan Bangka Belitung berkompeten Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
dalam berkomunikasi, bekerjasama, dan 3.2. Peran Penyuluh Pertanian terhadap
teknis atau pengetahuan GAP lada putih. Pengembangan Lada Putih
Berdasarkan hasil untuk kategori sangat Secara keseluruhan peran penyuluh
kompeten sebesar 28,80 persen, kurang pertanian dalam pengembangan lada putih di
kompeten sebesar 3,20 persen serta cukup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat
kompeten sebesar 1,60 persen. Penyuluh dilihat pada Tabel 5. yang diolah dari sebagai
yang berkompeten artinya bahwa penyuluh berikut:
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi,

Tabel 5. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Pengembangan Lada Putih di


Provinsi Bangka Belitung Tahun 2019
No Peran Penyuluh Jumlah (Org) Persentase (%) Skor
1. Sangat Berperan 35 28,00 9500-11250
2. Berperan 74 59,20 7625-9375
3. Cukup Berperan 13 10,40 6000-7375
4. Kurang Berperan 3 2,40 5250-5375
5. Tidak Berperan 0 0 0
125 100
Sumber : Olahan data primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 5. menunjukan sebagai responden dalam penelitian ini
peran penyuluhan pertanian dalam berperan terhadap upaya pengembangan lada
mengembalikan kejayaan lada putih putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
berdasarkan kategori atau tingkatan peran
Peran sebagai fasilitator
secara keseluruhan yaitu : sangat berperan
Berdasarkan hasil penelitian untuk peran
sebesar 28.00 persen (35 orang) dengan skor
penyuluh sebagai fasilitator menunjukkan
interval 9500-11250, berperan sebesar 59.20
bahwa penyuluh pertanian sebagai fasilitator
persen (74 orang) dengan skor interval
paling tinggi berada pada kategori berperan
7625-9375, cukup berperan sebesar 10.40
yaitu sebesar 52,80 persen (66 orang) dengan
persen (13 orang) dengan skor interval
skor interval 2125-2500. Sedangkan kategori
6000-7375, dan kurang berperan sebesar
sangat berperan sebesar 37,60 persen (47 orang)
2.40 persen (3 orang) dengan skor interval
dengan skor interval 1750-2000, cukup
5250-5375. Apabila dilihat dari tingkatan
berperan sebesar 8,80 persen (11 orang) dengan
kategori tersebut mengenai peran penyuluh
skor interval 1375-1625, dan kurang berperan
pertanian terhadap pengembangan lada
sebesar 0,8 persen (1 orang) dengan skor 1250.
putih di Provinsi Kepulauan Bangka
Peran sebagai fasilitator yang dilakukan
Belitung paling tertinggi yaitu berada pada
penyuluh terkait dengan mengembalikan
kategori berperan. Sehingga dapat
kejayaan lada putih di Provinsi Kepulauan
dikatakan bahwa penyuluh pertanian

60
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Bangka Belitung yaitu membantu tepat dan mencukupi, pengelolaan budidaya


menerapkan teknologi lada putih yang baik terpadu, hingga panen lada putih.
terkait dengan informasi atau teknologi Peran sebagai mediator
pembibitan, budidaya dan pemberantasan menunjukkan bahwa peran penyuluh
hama penyakit sesuai dengan GAP maupun sebagai mediator, berada pada tingkatan yang
SOP yang berlaku. Penerapan teknologi paling tinggi yaitu pada kategori berperan
dilakukan penyuluh dengan cara sosialisasi sebesar 49,60 persen (62 orang) dengan skor
dan demonstrasi langsung kepada petani interval 1750-2000. Kategori berperan tersebut
agar petani memahami dan mampu belum mencapai >50 persen dikarenakan
menerapkan teknologi tersebut kedalam kurangnya kemampuan mereka dalam hal
budidaya lada masing-masing. Selain itu bekerjasama atau melakukan negosiasi kepada
juga membantu terbentuknya kelompok stakeholders sehingga dalam hal
tani dan pendampingan petani dalam menghubungkan petani dengan pihak-pihak
pengembangan lada putih. Kemudian yang berkaitan dengan usahataninya menjadi
menyediakan konsultasi terkait lada putih kurang berjalan lancar. Sedangkan kategori
kepada petani melalui tatap muka langsung sangat berperan sebesar 26,40 persen, cukup
atau via telepon. berperan sebesar 20,80 persen serta kurang
berperan sebagai 3,20 persen. Indikator
Peran sebagai komunikator
penyuluh pertanian sebagai mediator
Peran penyuluh sebagai
dikatakan berperan apabila meliputi aspek;
komunikator paling tinggi berada pada
menghubungkan antara petani dengan
kategori berperan yaitu sebesar 50,40 persen
pemerintah daerah yang terkait,
(63 orang) dengan skor interval 1750-2000.
menghubungkan antara petani dengan peneliti
Sedangkan kategori sangat berperan
atau sumber informasi, menghubungkan antar
sebesar 29,60 persen (37 orang) dengan skor
kelompok tani, serta menghubungkan antara
interval 2125-2500, cukup berperan sebesar
petani dengan organisasi yang terkait dengan
15,20 persen (19 orang) dengan skor interval
lada putih. Sedangkan tidak berperan dalam
1375-1625, kurang berperan sebesar 4,00
mediator disebabkan kurangnya peran
persen (5 orang) dengan skor interval 1000-
penyuluh dalam menghubungkan petani
1250, serta tidak berperan sebesar 0,80
dengan organisasi lada seperti BP3L, dewan
persen (1 orang) dengan skor interval 500.
rempah dan sumber inovasi seperti BPTP atau
Peran tersebut berupa menyampaikan
perguruan tinggi.
informasi terkait dengan lada putih, GAP, Peran sebagai motivator
sarana produksi dan bantuan pemerintah. Peranan penyuluh sebagai motivator
Informasi lada terkait GAP lada putih yaitu para penyuluh dapat membangkitkan
disampaikan oleh penyuluh kepada petani semangat sasarannya dengan memberikan
melalui sosialisasi yang mencakup motivasi yang memprakarsai pengenalan
pengetahuan dasar mengenai GAP, mengenai isu-isu yang berkembang dan
pemilihan lahan yang tepat dan sesuai keinginan masyarakat, agar masyarakat
untuk budidaya lada putih, pengelolaan tergerak.
lahan yang sesuai, pengelolaan air yang

61
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Berdasarkan hasil penelitian bahwa (stakeholders) pembangunan yang lainnya.


penyuluh pertanian sebagai motivator yang Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa sebagai
paling tinggi berada pada kategori berperan edukator penyuluh pertanian berada pada
yaitu sebesar 48 persen (60 orang) dengan tingkatan tertinggi pada kategori berperan
skor interval 1375-1500. Sedangkan kategori yaitu 45,60 persen (57 orang) dengan skor
sangat berperan sebesar 25,60 persen, dan interval 1375-1500. Sedangkan kategori sangat
sisanya berada pada kategori cukup berperan sebesar 28 persen, cukup berperan
berperan dan kurang berperan sebesar 23,20 yaitu sebesar 21,60 persen, dan kurang
persen dan 3,20 persen. Peran penyuluh berperan yaitu 4,80 persen. Penyuluh pertanian
pertanian sebagai motivator meliputi aspek sebagai edukator berperan meliputi aspek
mendorong agar petani mengikuti kegiatan meningkatkan pengetahuan petani terhadap
penyuluhan, mendorong untuk ide baru dalam pengembangan lada putih,
memecahkan masalah terkait lada putih, menumbuhkan semangat petani dalam
mendorong petani untuk menerapkan GAP mengelola usahatani lada putih, serta
lada putih. Peran tersebut tercermin dari memberikan pelatihan kepada petani.
nilai sebesar 48 persen kategori berperan, Penyuluh dikategorikan berperan hanya
disebabkan kurangnya motivasi dari sebesar 45,60 persen disebabkan kurangnya
penyuluh dalam penerapan GAP dan pengetahuan penyuluh terkait ide-ide baru
permasalahan yang menyangkut lada putih. pengembangan lada putih dan pelatihan yang
Alasan penyuluh berperan sebagai berhubungan dengan lada putih kepada
motivator karena penyuluh sudah petani.
memberikan masukan kepada petani 3. 3 Hubungan antara Kompetensi
maupun kelompok tani dalam Penyuluh Pertanian dengan Peran
meningkatkan usahatani lada, tetapi tidak Penyuluh Pertanian
semua masukan dapat dilaksanakan karena Hubungan antara tingkat kompetensi
ada beberapa pertimbangan dari petani penyuluh pertanian dengan peran penyuluh
seperti biaya produksi yang tinggi dan pertanian dalam penelitian ini
lainnya Penyuluh juga telah melakukan menggambarkan hubungan yang dimiliki oleh
pembinaan rutin dalam mengembangkan dua variabel tersebut. Kompetensi penyuluh
kemampuan manajerial kelompok tani. pertanian diperoleh dari penilaian tiga
Penyuluh memberikan semangat kepada indikator kompetensi penyuluh pertanian.
petani dalam meningkatkan hasil produksi. Sedangkan peran penyuluh pertanian
Serta penyuluh selalu mengingatkan diperoleh dari penilaian lima indikator peran
kepada petani untuk mengolah penyuluh pertanian. Kompetensi Penyuluh
usahataninya sesuai dengan yang sudah pertanian merupakan kemampuan atau
dipraktekkan. potensi internal yang ada pada diri penyuluh
Peran sebagai edukator sebagai modal untuk merealisasikan peran dan
Penyuluh sebagai edukator yaitu kinerja nya agar lebih efektif dan efisien.
untuk memfasilitasi proses belajar yang Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian
dilakukan oleh para penerima manfaat ini yaitu kemampuan penyuluh dalam hal
penyuluh (beneficiaries) dan atau komunikasi, pengetahuan atau teknis GAP

62
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

lada putih, dan kerjasama. Sedangkan produksi suatu komoditas, dan pelayanan
Peran penyuluh pertanian yang dimaksud pemerintah yang pada akhirnya bertujuan
dalam penelitian ini merupakan peran dalam mengubah prilaku petani. Peran
penyuluh dalam menjalankan fungsi tersebut dinilai dari indikator-indikator yang
penyuluh sebagai penyebar informasi telah dijelaskan sebelumnya. Data hasil Uji
inovasi, pelatih pengambilan keputusan, Rank Spearman dalam penelitian ini disajikan
pemberi semangat, pendorong peningkatan dalam Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Variabel Penelitian di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2019.

Kompetensi Peran
Penyuluh Penyuluh
Spearman’s Kompetensi Co. correlation 1.000 .526**
rho Penyuluh Sig. (2-tailed) . .000
N 125 125
Peran Co. correlation .526** 1.000
Penyuluh Sig. (2-tailed) .000 .
N 125 125
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data Olahan Primer, 2019.
Tabel 6, menunjukkan data hasil Uji Tingkat kompetensi penyuluh selain
Rank Spearman terhadap dua variabel berhubungandengan peran penyuluh juga
dalam penelitian ini, yakni kompetensi diketahui berpengaruh secara nyata terhadap
penyuluh dan peran penyuluh. peran penyuluh. Hal ini diketahui dengan
Berdasarkan olahan data penelitian, dua pengujian menggunakan Uji Regresi Linear
variabel dalam penelitian menunjukkan Sederhana dengan variabel terikat (Y) adalah
angka signifikansi sebesar 0,000. Sehingga peran penyuluh dan variabel bebas (X) adalah
kompetensi penyuluh secara siginifikan kompetensi penyuluh. Hasil yang ditunjukkan
berkorelasi dengan peran penyuluh pada adalah berpengaruh secara nyata. Hal ini
taraf siginifikansi 0,01 dengan uji dua arah. diperkuat dengan hasil penelitian Antonio
Sifat hubungan antara keduanya adalah (2012), bahwa kompetensi penyuluh seperti
positif. Artinya, semakin tinggi tingkat kemampuan berkomunikasi penyuluh, sikap
kompetensi penyuluh akan semakin tinggi penyuluh, dan pengetahuan penyuluh
tingkat peran penyuluhnya. Selanjutnya berpengaruh langsung secara signifikan
kekuatan korelasi antara dua variabel terhadap peranan penyuluh. Hal ini dapat
tersebut adalah sebesar 52,60 persen atau dijelaskan bahwa dengan berkomunikasi,
koefisien korelasinya 0,526. Sehingga bersikap, dan berpengetahuan yang tinggi
menurut Santoso (2002), kekuatan akan berdampak pada meningkatnya peranan
hubungan antara keduanya masuk ke penyuluh. Karena kegiatan penyuluhan adalah
dalam kategori sedang. kegiatan berkomunikasi.

63
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

Berdasarkan hasil penelitian yang yang dijelaskan sebelumnya bahwa peran


telah dilakukan diketahui bahwa tingkat penyuluh dapat optimal apabila penyuluh
kompetensi penyuluh berhubungan dan tersebut berkompeten. Upaya-upaya tersebut
mempengaruhi secara nyata terhadap peran antara lain pertama dengan adanya
penyuluh. Sehingga upaya menjalankan kemampuan komunikasi penyuluh yang mana
peran penyuluh secara optimal unsur yang terdapat didalam nya seperti
membutuhkan tingkat kompetensi penyampaian pesan penyuluh terhadap petani,
penyuluh itu sendiri. Karena dengan media yang digunakan penyuluh dalam
adanya kompetensi yang dimiliki penyuluh menyampaikan pesan informasi, metode
dapat mewujudkan perubahan prilaku penyuluhan, kemampuan penyuluh dalam
petani kearah yang lebih baik melalui peran membantu menyelesaikan masalah yang
penyuluh yang optimal. Hubungan antara
diutarakan oleh petani, dan bahasa yang
kompetensi dengan peran penyuluh digunakan oleh penyuluh sehingga dapat
diharapkan mampu menumbuhkembangkan dipahami petani. Unsur-unsur tersebut
penyuluh yang bersifat aktif, partisipatif, berhubungan erat dengan peran penyuluh
aspirasi, kreatif, informatif, serta agen of sebagai komunikator yang mana kaitan nya
change yang akan membawa sasarannya ke dengan pengembangan lada putih di Provinsi
arah tujuan yang lebih baik. Kepulauan Bangka Belitung, penyuluh yang
Peningkatan kompetensi penyuluh berkompeten dapat menyampaikan informasi
pertanian merupakan upaya yang harus terkait lada putih dan GAP lada kepada petani
dilakukan untuk mewujudkan penyuluh dengan jelas dan lengkap. Komunikator yang
sebagai instansi yang mandiri yaitu ahli kompeten akan mampu memeberikan
dalam menjalankan fungsi dan peran yang informasi secara efektif sehingga menimbulkan
beragam. Dengan kata lain, tujuan pemahaman, kesenangan, serta mempengaruhi
penyuluh untuk mengubah prilaku petani sikap dan tindakan dari penerima informasi.
dalam mewujudkan kesejahteraan petani Selain kemampuan komunikasi berhubungan
dan keluarganya serta pembangunan dan dengan peran penyuluh sebagai komunikator,
peningkatan produksi pertanian dapat peran penyuluh sebagai mediator, fasilitator,
tercapai. Upaya peningkatan kompetensi motivator, dan edukator juga membutuhkan
penyuluh dapat dilakukan dengan unsur-unsur yang terdapat pada kemampuan
meningkatkan dan mengefektifkan komunikasi agar peran tersebut dapat optimal.
kemampuan-kemampuan penyuluh yang Upaya kedua dengan mengefektifkan
menjadi unsur keberhasilan dan meningkatkan kemampuan pengetahuan
penyuluhpertanian. Jika penyuluh mampu dan teknis budidaya atau GAP lada putih.
meningkatkan dan mengefektifkan Unsur-unsur yang terdapat dalam kemampuan
kemampuan nya maka optimalisasi peran tersebut seperti pengetahuan dasar mengenai
penyuluhakan dapat tercapai. GAP lada putih, pemilihan lahan, pengelolaan
Upaya peningkatan kompetensi lahan, pengelolaan air, pengelolaan budidaya
penyuluh dengan mengoptimalkan dan terpadu, dan sampai tahap panen. Semua
mengefektifkan unsur-unsur kemampuan unsur-unsur itu perlu dimiliki oleh penyuluh
penyuluhperlu dilakukan karena seperti pertanian karena berhubungan dengan peran

64
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

penyuluh sebagai fasilitator seperti petani dengan peneliti atau sumber inovasi,
membantu menerapkan teknologi budidaya menghubungkan antar kelompok tani, serta
lada putih yang baik atau GAP kepada menghubungkan antara petani dengan
petani, menyediakan konsultasi terkait lada organisasi yang terkait dengan komoditas
putih kepada petani, dan membantu pertanian salah satunya lada putih di Provinsi
mendapingi petani dalam kegiatan terkait Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga peranan
pengembangan lada putih. penyuluh juga penting untuk menerapkan
Upaya dalam hal kemampuan teknis GAP lada putih kepada petani melalui
dan pengetahuan pun diperlukan penyuluh kompetensi atau kemampuan yang dimiliki
dalam menjalankan peran nya sebagai penyuluh.
motivator agar dapat mendorong petani Berdasarkan hasil penelitian menyatakan
untuk memecahkan masalah terkait lada bahwa kemampuan penyuluh pertanian di
putih dan mendorong petani untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam hal
menerapkan GAP lada putih. Kemudian bekerjasama termasuk kedalam kategori cukup
menjalankan peran nya sebagai edukator kompeten. Sehingga perlu adanya upaya
yang mana dalam meningkatkan peningkatan kemampuan tersebut agar
pengetahuan petani terhadap ide atau penyuluh pertanian menguasai konsep
inovasi baru terkait lada putih bekerjasama dan teknik-teknik bekerjasama
membutuhkan penyuluh pertanian yang dengan kategori kompeten dan sangat
berkompeten dibidang pengetahuan dan kompeten.
teknis.
Adapun upaya ketiga dengan 4. SIMPULAN DAN SARAN
mengefektifkan dan meningkatkan 4.1. Simpulan
kemampuan bekerjasama penyuluh Berdasarkan hasil penelitian, maka
pertanian. Unsur-unsur yang terdapat pada dapat diambil beberapa simpulan antara lain:
kemampuan kerjasama antara lain mampu 1. Tingkat kompetensi penyuluh pertanian
melakukan kerjasama dengan baik pada terhadap pengembangan lada putih
petani, sering melakukan negosiasi atau (muntok white pepper) di Provinsi
lobi kepada mitra (peneliti, komunitas atau Kepulauan Bangka Belitung berada pada
organisasi, perusahaan yang bergerak di kategori baik sebesar 66,40 persen dengan
bidang pertanian, dll), mampu skor interval 20.000-24.125 dalam
mempengaruhi petani untuk menerapkan kemampuannya berkomunikasi,
GAP lada, dan mampu menjalin kerjasama bekerjasama, dan pengetahuan teknis GAP
dengan pemerintah daerah terkait kegiatan lada putih. Sedangkan peran penyuluh
atau program penyuluh dan program pertanian terhadap pengembangan lada
pemerintah. Semua unsur-unsur tersebut putih (muntok white pepper) di Provinsi
berhubungan dengan peran penyuluh Kepulauan Bangka Belitung berada pada
pertanian terutama peran sebagai mediator. kategori baik sebesar 59,60 persen dengan
Penyuluh sebagai mediator harus mampu skor interval 7625-9375 dalam menjalankan
menghubungkan antara petani dengan tugasnya sebagai fasilitator, komunikator,
pemerintah daerah, menghubungkan antara mediator, motivator, dan edukator.

65
Journal of Integrated Agribusiness, Vol . 1. No. 1 - 2019: 52-66 P-ISSN: 2656-3835 E-ISSN: 2686-2956

2. Terdapat hubungan antara tingkat mitra usaha, dan lainnya sehingga


kompetensi penyuluh pertanian terbangun sinergitas antar stakeholders.
dengan peran penyuluh pertanian pada 2. Peningkatan peran penyuluh melalui
taraf siginifikansi 0,01 dengan uji dua penggalakan dan pembuatan demonstrasi
arah yaitu sebesar 52,60 persen yang plot (demplot) lada putih disetiap wilayah
memiliki kekuatan hubungan berada kerja penyuluh pertanian sehingga
pada kategori sedang. Adapun Sifat memberikan contoh GAP lada putih yang
hubungan antara keduanya adalah baik dan benar.
positif. 3. Dalam upaya peningkatan kompetensi
penyuluh pertanian ada baiknya
4.2. Saran
dilakukan studi banding maupun diskusi
Berdasarkan simpulan yang didapat
(workshop) ke daerah yang pertanian nya
dari hasil penelitian, maka ada beberapa hal
sudah maju dan manajerial penyuluhan
yang dapat peneliti kemukakan sebagai
pertanian nya sudah baik sehinga bisa
saran, yakni:
menjadi evaluasi bagi penyuluh dalam
1. Peningkatan kerjasama antara
meningkatkan kemampuan nya.
penyuluh pertanian dengan
pemerintah daerah (Pemda), peneliti,

Daftar Pustaka Kelompok Tani (Gapoktan) Di Desa


Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten
Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. 2017. Kajian Value Chain
Komoditas Lada Dalam Upaya Ngawi. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas
Peningkatan Daya Saing Daerah Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pangkal Pinang. Sinar Tani. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta:
Yayasan Pengembangan Sinar Tani.
Ibrahim, J. T., A. Sudiyono dan Harpowo.
2003. Komunikasi dan Penyuluhan Slamet, Margono. 2003. Perspektif Ilmu
Pertanian. Penerbit Bayumedia Penyuluhan Pembanguan Menyongsong
Publishing dan UMM Press :Malang. Era Tinggal Landas di dalam Membentuk
Pola Prilaku Manusia Pembangunan. IPB
Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Press. Bogor.
Pertanian. Surakarta: Penerbit
Universitas Sebelas Maret. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Resicha, Putri. 2016. Peran Penyuluh R&D. Bandung: Alfabeta
Pertanian Dalam Pengembangan
Kelompok Tani Di Nagari Sungai Pua Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16
Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan
Agam. [Skripsi]. Padang: Universitas Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan.
Andalas. Jakarta.

Revikasari. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian


Dalam Pengembangan Gabungan

66
TYPE THE TITLE OF YOUR PAPER (UPPERCASE- font 12 size)
Penulis Pertama a, Penulis Kedua b, Penulis Ketiga c
abc (Afiliasi, Kota dan Negara) – jika sama
aAfiliasi pertama, Kota dan Negara – jika berbeda
bAfiliasi
kedua, Kota dan Negara
cAfiliasi
ketiga, Kota dan Negara
Email Korespondensi: email@email.com

● Jika ada banyak penulis dengan alamat yang sama maka alamat sebaiknya dicantumkan
sekali saja setelah nama penulis
● Hanya alamat email (penulis korespondensi) yang dicantumkan

Abstract
Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font
type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font
size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line
spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is
Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is
11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1.
Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua.
Font size is 11pt. Keep line spacing at 1. Font type is Book Antiqua. Font size is 11pt.

Keywords: insert 3-5 keywords here

KETIK JUDUL ARTIKEL ILMIAH ANDA (HURUF KAPITAL- ukuran font 12)

Abstrak
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya adalah 11pt.

Kata kunci: cantumkan 3 – 5 kata kunci di sini


Berukuran 11)
`1. Contoh Judul Bab Pertama (Font
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya indentasi pada paragraph pertama di setiap
adalah Book Antiqua. Ukuran font nya bab nya.
adalah 11pt. Mohon jangan mengubah
format dan gaya tata letak yang mana ini Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font
telah ditentukan sedemikian rupa pada nya adalah Book Antiqua. Ukuran font nya
dokumen template ini. Jangan melakukan adalah 11pt. Mohon jangan mengubah
indentasi pada paragraph pertama di setiap format dan gaya tata letak yang mana ini
bab nya. Biarkan jarak garis nya 1. Jenis telah ditentukan sedemikian rupa pada
font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font dokumen template ini. Jangan melakukan
nya adalah 11pt. Mohon jangan mengubah indentasi pada paragraph pertama di setiap
format dan gaya tata letak yang mana ini bab nya.
telah ditentukan sedemikian rupa pada
dokumen template ini. Jangan melakukan

Tabel 1: Contoh Tabel

2. Contoh Judul Bab Kedua dokumen template ini. Jangan melakukan


indentasi pada paragraph pertama di setiap
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya bab nya.
adalah Book Antiqua. Ukuran font nya
adalah 11pt. Mohon jangan mengubah 3. Contoh Judul Bab Ketiga
format dan gaya tata letak yang mana ini
telah ditentukan sedemikian rupa pada Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya
dokumen template ini. Jangan melakukan adalah Book Antiqua. Ukuran font nya
indentasi pada paragraph pertama di setiap adalah 11pt. Mohon jangan mengubah
bab nya. Biarkan jarak garis nya 1. Jenis format dan gaya tata letak yang mana ini
font nya adalah Book Antiqua. Ukuran font telah ditentukan sedemikian rupa pada
nya adalah 11pt. Mohon jangan mengubah dokumen template ini. Jangan melakukan
format dan gaya tata letak yang mana ini indentasi pada paragraph pertama di setiap
telah ditentukan sedemikian rupa pada babnya.
telah ditentukan sedemikian rupa pada
3. 1 Contoh Judul Sub Bab Ke Tiga dokumen template ini. Jangan melakukan
Biarkan jarak garis nya 1. Jenis font nya indentasi pada paragraph pertama di setiap
adalah Book Antiqua. Ukuran font nya bab nya.
adalah 11pt. Mohon jangan mengubah
format dan gaya tata letak yang mana ini
Contoh faktor A

Contoh faktor C

Contoh faktor B

Gambar 1: Contoh Gambar


Sumber: Contoh sumber (font 11)

Daftar Pustaka Edition). New York: McGraw-Hill


Education.
American Psychological Association (APA)
style harus digunakan dalam Lampiran
penulisan daftar pustaka dan
Lampiran sebaiknya ditulis setelah daftar
kutipan (font berukuran 10)
pustaka.
Ary, D., Jacobs, L., Sorensen, C., & Walker,
D. (2013). Introduction to Research in
Education. Belmont: Cengage
Learning.
Chan, T. Y. T. (2012). Mobile customer
relationship management: Factors
affecting consumer mobile
technology adoption within the
hotel industry. Studies by
Undergraduate Researchers at Guelph,
5(2), 44–50.
Ma, Y. J., Gam, H. J., & Banning, J. (2017).
Perceived ease of use and usefulness
of sustainability labels on apparel
products: application of the
technology acceptance model.
Fashion and Textiles, 4(1), 1–21.
Pallant, J. (2016). Julie Pallant-SPSS Survival
Manual_ A Step by Step Guide to Data
Analysis Using IBM SPSS (Sixth

Anda mungkin juga menyukai