Anda di halaman 1dari 11

22 Yati Soeka, et.

al Studi Penerapan CPPB

Studi Penerapan Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB) dan


Umur Simpan Mi Glosor Di Kota Bogor
Yati Soeka1,2), Aji Jumiono1)
1
Magister Teknologi Pangan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Djuanda
2
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
email: ceuceu_lipi@yahoo.com

ABSTRACT
One of the fast food sold by small and medium businesses is noodles. Noodles are preferred by
consumers because they are cheap, affordable for all levels of society, can be processed into a variety of
cuisines, and can be served quickly. One of the most common culinary noodles consumed by the people of
Bogor city and its surroundings is the glutinous noodles which are widely served with various variations.
However, in buying, sometimes people do not know whether the glossy noodles they consume are suitable
foods to consume. This research aims to know the making of glossy noodles by the glossy noodles maker
in Bogor city, based on good food production methods so that we can know the shelf life of glossy
noodles in the laboratory by analyzing the total plate count and organoleptic test with packaging
technique of HDPE plastic bags stored for 5 days, heat-resistant HDPE plastic sealed stored for 10 days
and heat-resistant HDPE plastic which was vacuum stored for 15 days with no dyeing and with
immersion treatments in water of 100 oC for 1 minute. Data on good food production methods is obtained
by means of surveys that reveal case studies of a problem with a qualitative approach. The results of
research showed that the results of observation of small and medium business in CV Taruna have four
major activities, namely procurement of materials, production process, packaging, and marketing or
delivering. Small and medium businesses of CV Taruna have 37 process flows. The conditions of
implementing good food production methods are currently at level 4. The number of serious
nonconformities of 3 elements and critical mismatches of 2 elements. The results of the analysis of the
total plate numbers with packaging technique of HDPE plastic bags stored for 5 days, heat-resistant
HDPE plastic sealed stored for 10 days and heat-resistant HDPE plastic which was vacuum stored for 15
days with no dyeing treatment and with immersion in water of 100 oC for 1 minute meet SNI requirements
< 1x10-6 at room temperature for 72 hours. The results of organoleptic test with packaging technique of
HDPE plastic bags stored for 5 days, heat-resistant HDPE plastic sealed stored for 10 days and heat-
resistant HDPE plastic which was vacuum stored for 15 days with no dyeing treatment and with
immersion in water of 100 oC for 1 minute for color, aroma, texture, and appearance on the score from
dislike to very like.
Keywords: small and medium enterprises, gloss noodles, shelf life, total plate count, organoleptic test.
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 23

1. PENDAHULUAN Industri kecil dan menengah biasanya sulit


berkembang karena kurangnya pengetahuan
Salah satu upaya untuk mendorong dan
mengenai manajemen, pemasaran, proses
mengembangkan industri-industri pengolahan
pengolahan dan terutama kesadaran tentang
skala kecil agar dapat memiliki mutu baik, aman
pentingnya kualitas produk yang merupakan hal
dikonsumsi, tersedia secara berkesinambungan,
yang agak ’terabaikan’ karena memerlukan usaha
dan berdaya saing tinggi secara ekonomis serta
lebih dalam hal penerapannya (Lisyanti dkk.,
sesuai dengan selera masyarakat yaitu dengan
2009).
mengendalikan proses pengolahan melalui sistem
Mi glosor dijual di pasaran dalam bentuk
manajemen keamanan pangan berupa program
basah dan memiliki harga yang lebih murah
kelayakan berdasarkan konsep program
bila dibandingkan dengan mi yang terbuat dari
manajemen mutu terpadu yaitu penerapan cara
tepung terigu. Saat ini, mi glosor hanya dijual
produksi pangan yang baik (CCPB) atau Good
di pasar tradisional dan tidak dikemas dengan
Manufacturing Practice (GMP) (Shukla, 2017).
baik, sehingga kurang bersaing dengan mi
Industri pangan adalah industri yang
basah dari tepung terigu. Sebagian besar mi
berkaitan dengan industri makanan dan
glosor diproduksi oleh industri kecil. Umur
minuman. Industri pangan ini tidak hanya harus
simpan mi golosor yang ada di pasaran saat ini
memperhatikan aspek nilai gizi, manfaat, namun
kurang lebih selama 1–3 hari dengan kondisi
yang lebih penting adalah harus memperhatikan
penyimpanan pada suhu ruang. Mi glosor
aspek aman dikonsumsi yang akan
diperjualbelikan dalam bentuk mi basah,
mengakomodasi serta mengadaptasi kepentingan
sehingga terkendala dalam usia simpan produk.
sosial ekonomi secara berkesinambungan
Penyimpanan mi akan mengalami penurunan
(Kurniawan, 2015).
mutu seperti kehilangan rasa dan flavour,
Salah satu industri pangan yang sangat
perubahan tekstur serta tumbuhnya jamur atau
diminati adalah mi, karena mudah di dapatkan,
mikroorganisme lain. Salah satu cara untuk
mempunyai sifat yang mengenyangkan, sehingga
mencegah atau menghambat kerusakan
dapat dijadikan sebagai pangan alternatif. Jenis
tersebut, antara lain dengan membungkusnya
mi yang dikenal baik oleh masyarakat Bogor dan
dengan bahan kemasan yang kedap udara dan
sekitarnya adalah mi glosor. Pembuatan mi
air, seperti lembaran plastik. Plastik
glosor masih menggunakan cara manual yakni
mempunyai nilai permeabilitas tertentu yang
menggunakan tenaga manusia, oleh karena itu
memberikan gambaran tentang mudah atau
dibutuhkan upaya untuk mendorong dan
tidaknya gas, uap air, cairan, ion- ion, dan
mengembangkan industri pengolahannya,
molekul terlarut yang menembus bahan pangan
terutama industri mi glosor skala kecil, agar
(Allahvaisi, 2012).
dapat memiliki mutu yang baik, aman
Jenis plastik utama dari pengemas yang
dikonsumsi, berdaya saing tinggi secara
banyak digunakan di dunia adalah plastik Low
ekonomis dan sesuai dengan selera masyarakat.
Density Polyethylene (LDPE), High Density
Pabrik mi sagu (Metroxylon sp.) di daerah
Polyethylene (HDPE) dan Polypropylene (PP)
Pancasan merupakan salah satu usaha kecil
(Achilias et al., 2007). Hasil penelitian Mareta
berbasis rumah tangga yang bergerak dalam
dan Nur (2011) pemilihan kemasan berbahan
bidang pengolahan bahan pangan asal sagu.
polypropylene karena jenis plastik ini relatif
Usaha ini bekerja dibidang pengolahan mi sagu
aman digunakan untuk makanan atau bahan
dimulai sejak tahun 1998 dengan nama CV.
pangan, kemampuan permeabilitasnya terhadap
Taruna terletak di Jl. Pancasan Baru No. 43, RT
uap air dan gas, sifat fisik dan tingkat
01 RW 12, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Bogor
transparansinya (kebeningan) serta harga.
Barat, Kota Bogor. Secara legalitas sudah
Jenis plastik yang akan digunakan sebagai
terdaftar pada Dinas Perindustrian dan
pengemas pada penelitian ini adalah jenis plastik
Perdagangan Pemerintah Kota Bogor sejak tahun
High Density Polyethylene (HDPE). Menurut
2001 dengan Surat Izin Usaha Perdagangan
Kirwan et al. (2011) HDPE lebih tahan terhadap
(SIUP) nomer 330/10-05/PK/VII/2001.
zat kimia dibandingkan dengan LDPE dan
Selama ini pemilik usaha mi sagu CV.
memiliki ketahanan yang baik terhadap minyak
Taruna ini masih terpaku pada konsep
dan lemak.
tradisional, yaitu hanya fokus pada pemenuhan
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan
kuantitas, sementara faktor kualitas masih belum
CPPB pada usaha mi glosor di Bogor dan
menjadi fokus utama.
mengetahui umur simpan di suhu ruang dalam
24 Soeka and Jumiono Produksi CPPB Mi Glosor di Kota Bogor

berbagai teknik kemasan melalui analisis Angka - plastik HDPE tahan panas sil yang di
Lempeng Total (ALT) dan Uji Organoleptik. vakum 3-15 hari
Pengamatan pengemasan sampel mi
2. METODE PENELITIAN glosor tanpa dan dengan pencelupan ke
dalam air panas 100ºC selama 1 menit.
1. Penerapan Cara Produksi Pangan yang Semua dilakukan pada suhu ruang
Baik (CPPB) perusahaan mi glosor CV. dengan dua kali ulangan.
Taruna. - Tahap Pembuatan Media
a. Penelitian observasional deskriptif, Pembuatan media Nutrient Agar (NA) :
bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi ditimbang 39 g dalam 1000 mL akuades
penerapan CPPB perusahaan mi glosor. kemudian disterilisasi dengan
b. Proses identifikasi gap dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC,
cara membuat check list kesesuaian antara 1 atmosfir, selama 15 menit. Setelah
persyaratan CPPB dengan kondisi pabrik ditunggu sekitar 30 menit NA dituang
mi glosor. kedalam cawan petri steril ± 15 mL.
2. Tahap Pengambilan Sampel (SNI 19-0428- - Tahap Pengenceran
1998) Sampel mi glosor masing-masing
Pengambilan sampel mi glosor hasil ditimbang kedalam faktor pengenceran
produksi pabrik di Pancasan dilakukan dua 10-1 dan dihomogenkan. Selanjutnya
kali. dimasukkan sampel 100 µL sebanyak 1 g
Mi glosor dimasukkan ke dalam kemasan kemudian dimasukkan ke dalam tabung
plastik HDPE tahan panas ukuran 2 kg, reaksi berisi 9 mL larutan akuades steril
kemudian dimasukkan ke dalam cool box atau larutan NaCl fisiologis (0,85%) lalu
berisi ice replacement (suhu dingin). Dibawa dihomogenkan dengan menggunakan
ke laboratorium kantor di Cibinong vortex. Kemudian dipipet sebanyak 100
berkendara motor supaya cepat. Pengemasan µL sampel dari faktor pengenceran 10-1
di lakukan di laminar air flow di laboratorium, ke faktor pengenceran 10-2 dan
sebanyak 25 g mi masing-masing dimasukkan melakukan hal yang sama pada faktor
ke dalam kemasan. pengenceran berikutnya. Faktor
3. Pengemasan sampel mi glosor tanpa dan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5
dengan pencelupan ke dalam air panas masing- masing berisi akuades steril atau
suhu 100ºC selama 1 menit larutan NaCl fisiologis (0,85%) sebanyak
1. Tas plastik HDPE warna putih ukuran 900 µL ke dalam tabung mikro ukuran
terkecil, untuk 1,5 mL.
- ALT 1, 2, 3, 4, 5 hari - Tahap Isolasi
- Uji organoleptik 1, 2, 3, 4, 5 hari Tahap isolasi dilakukan dengan
2. Plastik HDPE tahan panas yang disil, menggunakan metode tuang, yaitu sebanyak
- ALT 2, 4, 6, 8, 10 hari 0,1 mL untuk tiap faktor pengenceran dituang
- Uji organoleptik 2, 4, 6, 8, 10 hari ke dalam cawan petri berisi media nutrient
3. Plastik HDPE tahan panas disil yang agar. Isolasi mikroba dari mi glosor dilakukan
divakum secara duplo dengan faktor pengenceran 10-1,
- ALT 3, 6, 9, 12, 15 hari 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5. Setelah itu sampel
- Uji organoleptik 3, 6, 9, 12, 15 hari diisolasi dan diinkubasi pada suhu ruang 25 –
4. Penelitian Umur Simpan Mi Glosor 27oC selama 72 jam.
Penelitian umur simpan mi glosor - Tahap Pengamatan
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Koloni mikroba yang tumbuh pada tiap
Pangan di Pusat Penelitian Biologi LIPI cawan sampel dihitung, jumlah koloni
Cibinong-Bogor. mikroba yang dianalisis rentang jumlah antara
a. Parameter mutu yang digunakan untuk 30-300 koloni cfu/g. Apabila jumlah koloni
pendugaan umur simpan dalam tiap sampel lebih dari 300 cfu/g dikategorikan
penelitian ini adalah Angka Lempeng turbidimetri (TBUD).
Total (ALT) mi glosor dalam kemasan - Analisis Data Angka Lempeng (BPOM RI.,
- tas plastik HDPE 1-5 hari 2012)
- plastik HDPE tahan panas yang disil Jumlah colony forming units per gram
(seal) 2-10 hari untuk setiap sampel 1, sampel 2, dan sampel 3
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 25

dianalisis atau dihitung dengan menggunakan 1. Lantai, dinding dan langit-


rumus: langit, tidak terawat, kotor, SERIUS
Colony forming units = Jumlah koloni berdebu dan atau berlendir
Faktor pengenceran 2. Ventilasi cukup besar, sulit
dibersihkan, tidak SERIUS
5. Uji Organoleptik dilengkapi dengan kasa dan
3. Peralatan
berdebu produksi kurang
Uji organoleptik yang dilakukan pada dipelihara dan kurang SERIUS
penelitian ini adalah uji hedonik dan uji terawat dan tidak
rangking. Pada penelitian ini digunakan uji menjamin efektifnya
hedonik dengan metode skoring untuk menilai 4. Tidak
sanitasi tersedia tempat
kesukaan panelis terhadap produk secara pembuangan sampah KRITIS
keseluruhan (overall). Skor penilaian yang tertutup
digunakan dalam uji hedonik ada 4 tingkat, 5. Bahan pangan, bahan
dimana 1= kurang suka, 2= agak suka, 3= pengemas disimpan
suka dan 4 = sangat suka. Pada penelitian ini bersama-sama dengan KRITIS
juga dilakukan uji ranking untuk mengurutkan produk akhir dalam satu
sampel berdasarkan tingkat kesukaan secara ruangan penyimpanan yang
keseluruhan (overall). Jumlah panelis dalam kering, terang dan
penelitian ini adalah 30 orang panelis tidak diletakkan di lantai dan
terlatih terhadap: menempel ke dinding
Warna, aroma (bau), tekstur dan kenampakan.
1. Konstruksi lantai telah memenuhi syarat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kekuatan, kedap air dan mudah dibersihkan,
tetapi masih basah dikarenakan saluran air
1. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) dari sumur ke bagian penampungan untuk
Identifikasi proses produksi didasarkan pada memasak mi sering meluber, mengisi bak
alur proses kerja di Industri Rumah Tangga untuk perebusan mi, mengisi tong-tong untuk
Pangan (IRTP) mi glosor CV. Taruna didapatkan membilas mi yang sudah dimasak setiap saat
beberapa alur proses produksi. Alur proses sehingga lantai basah. Memang hal ini dapat
produksi dimulai dari penerimaan pesanan membahayakan pekerja terpeleset tetapi tidak
hingga pengiriman produk mi glosor. Proses berlendir karena setiap saat ada waktu
produksi ini terdiri dari empat proses besar, senggang karyawan menyikat lantai.
diantaranya pengadaan bahan baku yang Kontruksi dinding telah memenuhi syarat
dilakukan dengan cara membeli bahan-bahan kekuatan, tidak porus, tetapi tidak berwarna
yang dibutuhkan untuk memproduksi mi glosor, terang, sulit untuk dibersihkan. Pada dinding
proses produksi dari bahan baku menjadi produk masih ditemukan noda tetapi tidak
jadi mi glosor, pengemasan dan pengiriman atau mengganggu produksi. Pengecatan dinding
pemasaran produk yang dilakukan dengan cara tidak bisa setiap saat dilakukan karena
mengirim produk ke pelanggan atau pemesan. keterbatasan biaya.
Langit-langit dibuat dari bahan yang tahan
Berdasarkan hasil penilaian ketidaksesuaian lama, tahan terhadap air, tidak bocor, tidak
kriteria CPPB IRT, elemen yang diprioritaskan mudah terkelupas atau terkikis, permukaan
untuk diperbaiki adalah elemen yang masuk ke langit-langit rata, berwarna gelap. Konstruksi
kriteria ketidaksesuaian kritis dan serius (Putri langit-langit didisain dengan baik telah
dkk., 2015). Pada Tabel 1 dibawah ini memenuhi syarat kekuatan, ketinggian (tinggi
menunjukkan hasil pemetaan dan analisa langit-langit lebih dari 5 meter dari lantai)
kesenjangan antara yang dipersyaratkan dengan tetapi susah dibersihkan sehingga berdebu,
kondisi riil di CV. Taruna. ada sarang laba-laba. Hal ini berkaitan dengan
biaya, tenaga kerja dan waktu yang terbatas.
Tabel 1. Elemen Ketidaksesuaian CV. Taruna di 2. Lubang angin atau ventilasi cukup besar
Pancasan Tahun 2019. sehingga udara segar selalu mengalir ke ruang
produksi dan dapat menghilangkan uap, gas,
Kriteria asap, bau dan panas yang timbul selama
Ketidak- pengolahan. Tetapi dikarenakan keterbatasan
No. Elemen Ketidaksesuaian
sesuaian tenaga kerja, biaya dan waktu untuk
26 Soeka and Jumiono Produksi CPPB Mi Glosor di Kota Bogor

membersihkan lubang angin atau ventilasi Dengan kemasan yang sederhana ini maka umur
kotor, berdebu dan terdapat sarang laba-laba, simpan mi glosor yang ada di pasaran saat ini
tidak dilengkapi dengan kasa untuk mencegah kurang lebih selama 1-3 hari dengan kondisi
masuknya serangga dan mengurangi penyimpanan pada suhu ruang.
masuknya kotoran. Mi sagu termasuk makanan basah, sehingga
3. Peralatan produksi terbuat dari bahan yang selama penyimpanan mi akan mengalami
kuat, tahan lama, tidak beracun, mudah penurunan mutu seperti kehilangan rasa dan
dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga citarasa, perubahan tekstur serta berpotensi
mudah dibersihkan dan dipelihara, tidak tumbuhnya jamur atau mikroorganisme lain.
berkarat dan tidak menyerap air, tidak Kehilangan zat-zat gizi dan perubahan warna,
menimbulkan pencemaran terhadap produk tekstur, aroma dan rasa, mengakibatkan tidak
pangan oleh jasad renik. Setiap selesai disukai dan tidak diterima oleh konsumen.
produksi peralatan yang langsung Salah satu cara untuk mencegah atau
berhubungan dengan produk dicuci bersih menghambat kerusakan tersebut, antara lain
dengan sabut bersabun khusus untuk mencuci. dengan membungkusnya dengan bahan kemasan
4. Pada saat produksi memang tidak banyak tas plastik, plastik tahan panas (HDPE) yang disil
menghasilkan sampah dikarenakan semua dan plastik tahan panas (HDPE) yang disil yang
bahan yang digunakan diolah menjadi produk kedap udara dengan cara divakum (Foto 1).
akhir berupa mi glosor. Sistem pembuangan Plastik mempunyai nilai permeabilitas tertentu
limbah didesain dan dikonstruksi untuk dapat yang memberikan gambaran tentang mudah atau
mencegah resiko pencemaran pangan dan air tidaknya gas, uap air, cairan, ion-ion, dan
bersih. Hasil produksi mi yang tercecer jatuh molekul terlarut yang menembus bahan pangan.
tidak banyak dan tidak langsung diambil Indonesia adalah negara yang beriklim tropis
untuk dibuang tetapi pada saat produksi dengan kelembaban udara yang cukup tinggi,
berakhir semuanya disapu dengan bersih dan sehingga bila kemasan yang digunakan tidak
dikumpulkan di tempat sampah. Pada saat cukup kedap air maka produk akan
produksi mi berakhir ke tempat sampah terkontaminasi oleh air yang diikuti oleh
khusus yang terbuat dari bahan yang kuat. berbagai jenis kerusakan lainnya (Syarief dkk.
Semua sampah dibuang dengan kondisi 1989).
tempatnya tertutup rapat untuk menghindari
terjadinya tumpahan sampah yang dapat
mencemari pangan maupun sumber air.
Beberapa bahan yang akan tidak terpakai
pada saat itu adalah karung tepung sagu aren.
Karung ini dikumpulkan untuk nantinya
dipakai kembali sebagai karung sagu saat Foto 1. Pengemasan dengan plastik HDPE dan
pembelian sagu dari pemasok sagu. teknik pengemasan kantong plastik,
5. Semua kegiatan produksi mi bersatu pada disil, disil divakum
satu ruangan besar. Ruangan produksi
dibersihkan pada saat produksi hari itu Menurut Buckle et al. (2013) aplikasi
selesai. Tempat penyimpanan bahan mi teknologi pengemasan dapat memberikan
berupa sagu aren ditempatkan di tempat yang keuntungan baik produsen maupun konsumen.
kering. Ruangan bebas dari binatang pengerat Keuntungan bagi produsen adalah dapat
namun tidak dilengkapi dengan perangkap memperpanjang lama penyimpanan produk,
tikus. Terpisah dari bahan pencuci, pelumas menghindari kontaminasi dari mikroorganisme
dan oli. Suhu ruangan produksi berkisar sehingga dapat meningkatkan kualitas.
antara 27oC - 30oC. Keuntungan bagi konsumen adalah jaminan mutu
terhadap produk yang dibeli serta keamanan
produk yang dikonsumsi.
2. Pengemasan Tujuan pokok pengemasan adalah
Saat ini mi sagu merupakan mi yang dijual melindungi produk dari kontaminasi, kerusakan
di pasar tradisional dengan kemasan yang sangat fisik, memudahkan penanganan selama distribusi
sederhana. Pada umumnya kemasan mi sagu dan kepraktisan penggunaannya, serta fungsi
glosor adalah kantong keresek. Sebagian besar pemasaran/promosi (Rahayu et al., 2003).
mi sagu ini diproduksi oleh industri kecil.
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 27

Menurut Dwiari dkk. (2008) kemasan halnya dengan faktor kelembaban, dimana
plastik banyak digunakan dengan pertimbangan tingkat kelembaban suatu lingkungan berbanding
bahan tersebut mudah dibentuk sesuai dengan lurus dengan tingkat kecepatan tumbuh
keinginan, tidak bersifat korosif (mudah mikroorganisme (Martin, 2005).
berkarat), tidak memerlukan penanganan khusus. Batas maksimum ALT semua produk pada
Dalam dunia perdagangan dikenal ada plastik 30°C selama 72 jam yang berbeda. Pengujian
khusus untuk mengemas bahan pangan (food ALT pada suhu tersebut hanya dapat menguji
grade) dan plastik untuk mengemas bahan bukan bakteri mesofilik, tetapi tidak mikroba pembusuk
pangan (non-food grade). Oleh karena itu, bila termofilik dan mesofilik dari pangan berasam
akan memilih plastik untuk mengemas bahan dan rendah atau asam/diasamkan (Martoyo dkk.,
produk pangan maka harus dipilih yang food 2014).
grade. Menurut Astawan (2009) mi basah pada
umumnya dikemas dengan plastik polipropilen Tabel 2. ALT tas plastik tanpa dan dengan
(PP) atau polietilen (PE). Pengemasan dengan pencelupan di dalam air 100ºC
menggunakan dengan plastik diharapkan mampu selama 1 menit
membantu atau mengurangi kerusakan bahan,
melindungi dari pencemaran dan gangguan fisik, Hari ALT ALT
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan ke tanpa dengan
dan distribusi, serta berfungsi sebagai daya tarik pencelupan pencelupan
bagi pembeli. 1 x 41,0 . 10 5
y 0,5 . 105
b a
3. Angka Lempeng Total (ALT) 2 x 12,5 . 105 y 2,5 . 105
Standar Codex di Wilayah Asia Tenggara a a
WHO untuk Indonesia dipimpin oleh Badan 3 x 0,5 . 105 x 1,5 . 105
Standardisasi Nasional (BSN). Standar yang a a
ditetapkan oleh BSN disebut Standar Nasional 4 x 35,5 . 105 y 21,5 . 105
Indonesia (SNI) yang bersifat sukarela. b b
Berdasarkan PP 28/2004 pasal 30, dengan 5 x 44,5 . 105 y 2,0 . 105
mempertimbangkan aspek keamanan, SNI dapat b a
diberlakukan wajib oleh Menteri atau Kepala Keterangan :
Badan POM sesuai tugas dan kewenangan Huruf abc dibelakang angka merupakan tanda
masing-masing. Persyaratan cemaran mikroba nyata atau tidaknya
umumnya tercantum dalam unsur persyaratan perbandingan antara lamanya waktu
SNI (Sparringa dan Sihombing, 2012). penyimpanan dalam setiap
Prinsip-prinsip penetapan kriteria perlakuan. Huruf x dan y di depan angka
mikrobiologi pada produk pangan dalam merupakan tanda nyata
perumusan dan pengembangan standar cemaran atau tidaknya perbandingan antara perlakuan
mikroba perlu diterapkan lebih efektif. tanpa dan dengan
Diperlukan data cemaran mikroba yang valid pencelupan dalam waktu penyimpanan yang
sehingga diharapkan standar dan peraturan sama.
memiliki keberterimaan yang tinggi dan dapat
meningkatkan jaminan keamanan pangan Hasil uji statistik Anova yang dilanjutkan
(Martoyo dkk., 2014). dengan uji Duncan diperoleh untuk perlakuan
Perbedaan jumlah koloni mikroba tiap ALT tas plastik tanpa pencelupan (Tabel 2)
sampel juga dapat dipengaruhi oleh suhu dan terjadi perbedaan yang cukup signifikan
kelembaban, baik pada waktu penyimpanan berdasarkan lama waktu penyimpanan dimana
maupun pada proses distribusinya. Menurut penimpanan hari ke 2 terjadi penurunan secara
Lawrie (2003) meningkatnya jumlah signifikan dari hari ke 1 dan mengalami
mikroorganisme pada suatu sampel juga penurunan kembali dihari ke 3 walaupun
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, penurunannya tidak berbeda nyata kemudian
kelembapan, dan ketersediaan oksigen. Suhu terjadi kenaikan yang cukup signifikan dihari ke
merupakan salah satu faktor penting dalam 4 dan hari ke 5 walaupun kenaikan hari ke 4 dan
perkembangan mikroba, suhu normal atau suhu ke 5 tidak berbeda nyata dengan hari ke 1. Begitu
ruang adalah suhu yang paling baik untuk juga pada perlakuan ALT tas plastik dengan
perkembangan mikroorganisme. Demikian pencelupan terjadi perbedaan yang nyata
28 Soeka and Jumiono Produksi CPPB Mi Glosor di Kota Bogor

walaupun tidak begitu signifikan, hanya pada pencelupan dalam waktu penyimpanan yang
hari ke 4 terjadi kenaikan yang cukup berbeda sama.
nyata dengan hari ke 1, 2, 3, dan 5.
Sedangkan untuk perbandingan perlakuan Sama halnya dengan perlakuan ALT dengan
ALT tas plastik tanpa pencelupan dan ALT tas pencelupan dimana nilai ALT mengalami naik
plastik dengan pencelupan dari tiap-tiap lamanya turun sehingga terjadi perbedaan yang nyata
penyimpanan terlihat sangat nyata perbedaannya antara lamanya penyimpan, sama seperti
antara perlakuan tanpa dan dengan pencelupan perlakuan ALT tanpa pencelupan pada ALT
dimana ALT tanpa pencelupan lebih tinggi dengan pencelupan terjadi kenaikan ALT dari
dibandingkan dengan ALT dengan pencelupan. hari ke 2 ke hari ke 4 turun kembali hari ke 6
Hanya pada hari ke 3 perlakuan tanpa dan naik kembali pada hari ke 8 dan turun kembali
dengan penyimpanan tidak berbeda nyata dimana pada hari ke 10. sehingga dapat terlihat pada
pada hari ke 3 nilai ALT tanpa pencelupan turun tabel bahwa pada hari ke 2, 6 dan 10 tidak
secara drastis hampir menyamai nilai ALT berbeda nyata dan berbeda nyata dengan hari
dengan pencelupan. dimana ALT mengalami kenaikan yaitu hari ke 4
Hasil uji statistik Anova yang dilanjutkan sedangkan untuk hari ke 8 relatif tidak berbeda
dengan uji Duncan diperoleh hasil untuk perlakuan nyata dengan semua lamanya penyimpanan.
ALT plastik disil tanpa pencelupan (Tabel 3) Sedangkan untuk perbandingan perlakuan
terjadi perbedaan yang cukup signifikan ALT plastik disil tanpa dan dengan pencelupan
berdasarkan lama waktu penyimpanan dimana dari tiap- tiap lamanya penyimpanan terlihat
terjadi naik turun nilai ALT tanpa pencelupan dari tidak terjadi perbedaan yang nyata antara
hari ke 2 naik pada hari ke 4 turun kembali pada perlakuan tanpa dan dengan pencelupan.
hari ke 6 naik kembali pada hari ke 8 dan turun Hasil uji statistik Anova yang dilanjutkan
kembali pada hari ke 10, sehingga dapat terlihat dengan uji Duncan diperoleh hasil untuk
pada tabel bahwa pada hari ke 2, 6 dan 10 tidak perlakuan ALT plastik disil yang divakum (Tabel
berbeda nyata dan berbeda nyata dengan hari 4) tanpa pencelupan terjadi perbedaan yang
dimana ALT mengalami kenaikan yaitu hari ke 4 cukup signifikan berdasarkan lama waktu
dan 8. penyimpanan dimana terjadi naik turun nilai
ALT tanpa pencelupan dari hari ke 3 naik pada
Tabel 3. ALT sil tanpa dan dengan pencelupan di hari ke 6 turun kembali pada hari ke 9 naik
dalam air 100ºC selama 1 menit kembali pada hari ke 12 dan turun kembali pada
hari ke 15, sehingga dapat terlihat pada tabel
Hari ALT ALT bahwa pada hari ke 2, 9 dan 15 tidak berbeda
ke tanpa dengan nyata dan berbeda nyata dengan hari dimana
pencelupan pencelupan ALT mengalami kenaikan yaitu hari ke 6 dan 12.
2 x 11,5 . 105 x 0,0 . 106
a a Tabel 4. ALT vakum tanpa dan dengan pencelupan
5
4 x 64 . 10 x 14,5 . 106 di dalam air 100ºC selama 1 menit
b b Hari ALT ALT
6 x 20,5 . 105 x 2,0 . 106 ke tanpa dengan
a a pencelupan pencelupan
8 x 65 . 10 5
x 6,5 . 106 3 x 2.0 . 105 x 2.5 . 105 a
b ab a
10 x 9 . 105 x 0,0 . 106 6 x 39.5 . 105 y 4.5 . 105 a
a a c
Keterangan : 9 y 0.5 . 105 x 1.5 . 106
Huruf abc dibelakang angka merupakan tanda a b
5
nyata atau tidaknya 12 x 9.5 . 10 y 14.0 . 104 a
perbandingan antara lamanya waktu b
penyimpanan dalam setiap Keterangan :
perlakuan. Huruf x dan y di depan angka Huruf abc dibelakang angka merupakan tanda
merupakan tanda nyata nyata atau tidaknya
atau tidaknya perbandingan antara perlakuan perbandingan antara lamanya waktu
tanpa dan dengan penyimpanan dalam setiap
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 29

perlakuan. Huruf x dan y di depan angka


merupakan tanda nyata
atau tidaknya perbandingan antara perlakuan
tanpa dan dengan
pencelupan dalam waktu penyimpanan yang
sama. Foto 3. Panelis sedang uji aroma (bau) dan
tekstur
Bahkan untuk hari ke 6 kenaikannya sangat
signifikan sehingga bebeda nyata dengan semua Pada Tabel 5 dan 6 hasil survey berdasarkan
lamanya penyimpanan. Begitu juga pada waktu penyimpanan dengan pengamatan
perlakuan ALT tas disil yang divakum dengan terhadap warna, aroma (bau), tekstur dan
pencelupan terjadi perbedaan yang nyata kenampakan pengemasan tas plastik tanpa dan
walaupun tidak begitu signifikan, hanya pada dengan pencelupan dalam air panas relatif masih
hari ke 9 terjadi kenaikan yang cukup berbeda disukai oleh responden. Hanya pada pengamatan
nyata dengan hari ke 3, 6, 12 dan 15. terhadap warna, tas plastik tanpa pencelupan
Sedangkan untuk perbandingan perlakuan terdapat penurunan dari sangat suka ke suka
ALT tas disil yang divakum tanpa dan dengan sedangkan pada tas plastik dengan pencelupan
pencelupan dari tiap-tiap lamanya penyimpanan ada kenaikan kesukaan dari suka menjadi sangat
terlihat sangat nyata perbedaannya antara suka dari penyimpanan hari ke 1 ke penyimpanan
perlakuan tanpa dan dengan pencelupan hanya hari ke 5.
pada hari ke 3 dan hari ke 15 tidak berbedanya. Warna dan tekstur berbeda nyata dimana
terjadi penurunan kesukaan signifikan dari hari
4. Organoleptik ke 1 sampai ke 5 sedangkan untuk tekstur dan
kenampakan tidak berbeda nyata. Tekstur dan
Penilaian dengan indra disebut Penilaian kenampakan berbeda nyata dimana adanya
Organoleptik atau Penilaian Sensorik. Suatu cara penurunan kesukaan dari hari ke 1 ke hari ke 5,
penilaian paling primitif. Penilaian dengan indra begitu juga aroma terjadi perbedaan kesukaan
menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian meningkat dari ke 1 ke hari 5. Sedangkan warna
dibakukan, dirasionalkan, dihubungkan dengan tidak terjadi perbedaan.
penilaian secara obyektif, analisa data mejadi
lebih sistematis, demikian juga metoda statistik Tabel 5. Hasil uji hedonik pengemasan tas plastik
digunakan dalam analisa serta pengambilan tanpa pencelupan
keputusan.
Peralatan yang digunakan pada saat uji Tas plastik tanpa pencelupan
organoleptik (Foto 2). Har dalam air panas (%)
i ke Arom Kenam-
Warna Tekstur
a pakan
60.0
50.0 50.0 56.7
1 (sangat
(suka) (suka) (suka)
suka)
Foto 2. Peralatan yang dipakai untuk uji 60.0
organoleptik 50.0 86.7 63.3
2 (sangat
Penilaian organoleptik sangat banyak (suka) (suka) (suka)
suka)
digunakan untuk menilai mutu dalam industri 53.3
pangan dan industri hasil lainnya. Kadang- 60.0 70.0 66.7
3 (sangat
kadang penilaian ini dapat memberi hasil (suka) (suka) (suka)
suka)
penilaian yang sangat teliti, beberapa hal 43.3 60.0 36.7 73.3
penilaian dengan indra bahkan melebihi 4
(suka) (suka) (suka) (suka)
ketelitian alat yang paling sensitif.
40.0 73.3 56.7 60.0
Salah seorang panelis sedang uji aroma (bau) 5
(suka) (suka) (suka) (suka)
dan tekstur (Foto 3)

Tabel 6. Hasil uji hedonik pengemasan tas plastik


dengan pencelupan di dalam air 100ºC
selama 1 menit
30 Soeka and Jumiono Produksi CPPB Mi Glosor di Kota Bogor

Tas plastik dengan pencelupan 50.0


40.0 53.3 33.3
Har dalam air panas (%) 6 (agak
(suka) (suka) (suka)
i ke suka)
Arom Kenam-
Warna Tekstur 43.3
a pakan 43.3 63.3 56.7
8 (agak
46.7 40.0 (suka) (suka) (suka)
56.7 46.7 suka)
1 (sangat (agak 50.0 50.0 30.0 53.3
(suka) (suka)
suka) suka) 10 (tidak (tidak (tidak (tidak
56.7 56.7 63.3 56.7 suka) suka) suka) suka)
2
(suka) (suka) (suka) (suka)
56.7 50.0 46.7 76.7 Tabel 8. Hasil uji hedonik pengemasan plastik
3
(suka) (suka) (suka) (suka) disil
46.7 dengan pencelupan di dalam air 100ºC
66.7 50.0 53.3 selama 1 menit
4 (sangat
(suka) (suka) (suka) Plastik disil dengan
suka)
50.0 Hari pencelupan dalam air panas (%)
56.7 36.7 50.0
5 (sangat ke
(suka) (suka) (suka) Warn Arom Kenam-
suka) Tekstur
a a pakan
Pada Tabel 7 dan 8 hasil survey berdasarkan 40.0
waktu penyimpanan dengan pengamatan warna, 53.3 56.7 66.7
2 (agak
aroma, tekstur dan kenampakan pada (suka) (suka) (suka)
suka)
pengemasan plastik disil tanpa pencelupan dalam 36.7 46.7 33.3
air panas mengalami penurunan kesukaan 40.0
4 (sanga (agak (sangat
responden dari hari ke 2 ke penyimpanan hari ke (suka)
t suka) suka) suka)
10.
43.3 53.3 43.3 53.3
Sedangkan untuk pengemasan plastik disil 6
(suka) (suka) (suka) (suka)
dengan pencelupan air panas relatif disukai,
bahkan pada pengamatan tekstur dan 33.3
53.3 53.3 50.0
kenampakan terjadi peningkatan kesukaan dari 8 (sangat
(suka) (suka) (suka)
hari ke 2 sampai ke hari ke 10. Warna, aroma dan suka)
kenampakan berbeda nyata dimana terjadi 40.0 43.3 40.0 36.7
penurunan kesukaan dari hari ke 1 ke hari 5, 10
(suka) (suka) (suka) (suka)
sedangkan tekstur tidak berbeda nyata. Warna,
aroma dan kenampakan tidak berbeda nyata dari
semua penyimpanan. Sedangkan pada Pada Tabel 9 dan 10 hasil survey
pengamatan tekstur berbeda nyata, dimana terjadi berdasarkan waktu penyimpanan dengan
penurunan kesukaan dari hari ke 2 menuju hari pengamatan warna, aroma, tekstur dan
ke 10. kenampakan pada pengemasan plastik disil
divakum tanpa pencelupan dalam air panas
Tabel 7. Hasil uji hedonik pengemasan plastik mengalami penurunan kesukaan responden dari
disil hari ke 3 ke penyimpanan hari ke 15, hanya pada
tanpa pencelupan pengamatan kenampakan terjadi naik turun
Plastik disil tanpa pencelupan kesukaan dari hari ke 3 sampai hari ke 15.
dalam air panas (%)
Hari Tabel 9. Hasil uji hedonik pengemasan plastik
ke Kena
Warn disil
Aroma Tekstur m-
a divakum tanpa pencelupan
pakan
50.0 Plastik vakum tanpa pencelupan
100.0 63.3 50.0 dalam air panas (%)
2 (sanga Hari
(suka) (suka) (suka)
t suka) ke Kena
Warn
63.3 76.7 43.3 60.0 Aroma Tekstur m-
4 a
(suka) (suka) (suka) (suka) pakan
Jurnal Pangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 31

63.3 proses produksi, pengemasan, pemasaran atau


73.3 66.7 36.7
3 (sanga pengiriman, memiliki 37 alur proses. Kondisi
(suka) (suka) (suka)
t suka) penerapan kriteria CPPB-IRT saat ini pada UKM
53.3 53.3 CV. Taruna berada pada level 4 (empat).
43.3 70.0
6 (agak (agak
(suka) (suka)
suka) suka)
53.3 40.0 DAFTAR PUSTAKA
66.7 50.0
9 (agak (agak
(suka) (suka)
suka) suka) Achilias, D.S., Roupakias, C., Megalokonomos,
46.7 36.7 40.0 33.3 P., Lappas A.A. and Antonakou E.V.
12 (agak (agak (agak (agak 2007. Chemical recycling of plastic wastes
suka) suka) suka) suka) made from polyethylene (LDPE and
60.0 43.3 36.7 HDPE) and polypropylene (PP). Journal of
33.3
15 (agak (tidak (tidak Hazardous Materials 149: 536-542.
(suka)
suka) suka) suka) Allahvaisi, S. 2012. Polypropylene in the
Industry of Food Packaging,
Sedangkan untuk pengemasan plastik disil Polypropylene. Dogan, F. (Ed.). www.
divakum dengan pencelupan air panas relatif intechopen.com. [23 Nov 2018].
disukai, namun hanya pada pengamatan warna Astawan, M. 2009. Membuat Mie dan Bihun.
terjadi penurunan kesukaan dari hari ke 3 sampai Jakarta: Penebar Swadaya.
hari ke 15. [BPOM RI]. 2012. Peraturan Kepala BPOM RI
No: HK. 03.1.23.04.12.2206 tahun 2012
Tabel 10. Hasil uji hedonik pengemasan plastik tentang Cara Produksi Pangan yang Baik
disil untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta
divakum dengan pencelupan di dalam (ID): BPOM RI.
air 100ºC selama 1 menit Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H. and
Plastik vakum dengan pencelupan Wootton, M. 2013. Ilmu Pangan.
dalam air panas (%) Terjemahan dari Food Science oleh
Hari Purnomo, H. dan Adiono. Penerbit
ke Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.
Arom Kenam-
Warna Tekstur Dwiari, S.R., Asadayanti, D.D., Nurhayati,
a pakan
Sofyaningsih, M., Yudhanti, S.F.A.R.,
36.7 50.0 Yoga, I.B.K.W. 2008. Teknologi Pangan.
53.3 46.7
3 (sangat (sangat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
(suka) (suka)
suka) suka) Kejuruan Departemen Pendidikan
36.7 Nasional, Jakarta.
40.0 53.3 46.7
6 (sangat Kirwan, M.J., Plant, S. and Strawbridge, J.W.
(suka) (suka) (suka)
suka) 2011. Chapter 7. Plastics in Food
36.7 Packaging. Food and Beverage Packaging
53.3 53.3 53.3
9 (agak Technology. Second Edition. Edited by
(suka) (suka) (suka)
suka) Richard Coles and Mark Kirwan.
33.3 Blackwell Publishing Ltd.
36.7 46.7 33.3
12 (sangat Kurniawan, W. 2015. Sistem Pemantauan
(suka) (suka) (suka)
suka) (Monitoring) pada Sistem Manajemen
46.7 30.0 Hazard Analysis Critical Control Poin
46.7 40.0
15 (agak (sangat (Studi Kasus Industri Makanan PT X).
(suka) (suka)
suka) suka) Lawrie. 2003. Ilmu daging. (Penerjemah A.
Parakkasi dan Yudha A). Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
4. KESIMPULAN Lisyanti,. Palupi, N.S dan Kadarisman, D. 2009.
Evaluasi Penerapan Cara Produksi yang
Hasil observasi di Usaha Kecil Menengah Baik (Good Manufacturing Practices) dan
CV. Taruna, maka dapat disimpulkan bahwa: Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di
Proses kegiatan pada UKM CV. Taruna memiliki PT. Libe Bumi Abadi. Manajemen IKM.
empat kegiatan besar, yaitu pengadaan bahan, 4(1): 90 -109.
32 Soeka and Jumiono Produksi CPPB Mi Glosor di Kota Bogor

Mareta, D.T., dan Nur, S.A. 2011. Pengemasan


Produk Sayuran dengan Bahan Kemas
Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang
dan Suhu Dingin. Mediagro 7 (1): 26 - 40.
Martin, W.B. 2005. Keamanan pangan. J. World
Health Organization. 3(1):141-186.
Martoyo, P.Y., Hariyadi, R.D., Rahayu, W.P.
2014. Kajian Standar Cemaran Mikroba
dalam Pangan di Indonesia. Jurnal
Standardisasi 16(2): 113-124.
Putri, Rr.A.I., Rohayati, Y., Aisha, A.N. 2015.
Evaluasi Pemenuhan Kriteria CPPB-IRT
dan Sertifikasi Halal pada UKM Pelangi
Rasa. Jurnal Rekayasa Sistem & Industri
2(3): 17-24.
Rahayu, W.P., Nababan, H., Budijanto, S., dan
Syah, D. 2003. Pengemasan, Penyimpanan
dan Pelabelan. Badan Pengawasan Obat
dan Makanan. Jakarta.
Shukla, J. 2017. Good Manufacturing Practice
(GMP): An Overview. https://www.
researchgate.net/publication/320373559.
Diakses 18 Februari 2019.
[SNI] 19-0428-1998. Petunjuk Pengambilan
Contoh
[SNI]-7388-2009-06.4. Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dalam Pangan.
Sofiah, B.D. dan Achyar, T.S. 2008. Bahan Ajar
Penilaian Indera. Jurusan Teknologi
Industri Pangan. Fakultas Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.
Sparringa, R.A., Sihombing, T. H. 2012.
Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan
Siap Saji dan Pangan Industri Rumah
Tangga. Direktorat Standardisasi Produk
Pangan Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Syarief, R., Santausa, S. dan Isyana, St. 1989.
Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses
Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai