Anda di halaman 1dari 15

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

BADRI MASHDUQI
Jl.Ir.H.Juanda No.370 Patokan Kraksaan Probolinggo Kode Pos 67282

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM RAS PETELUR


(STUDI KASUS DI DESA RANDUMERAK KECAMATAN
PAITON KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2021)
Nama Kelompok : 1. Abdul Mannan

     2. Moh. Anwar Zainur Ridho

Dosen Pembimbing : Nuriawati, M.pd

Email : abdul.mannan@stebibama.ac.id

Email : moh.anwar.zr@stebibama.ac.id

1
Email : Nuriawati@stebibama.ac.id

(PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM BADRI MASDUQI, KRAKSAAN, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

Abstract

This study aims to analyze the potential and constraints as well as strategic
priorities. Respondents were chosen deliberately, namely farmers, policy makers
and related stakeholders. The data analysis method used SWOT analysis and SWOT
matrix analysis. Breeders are generally of productive age with a moderate level of
education, have never attended training and have no experience in raising livestock.
Cultivation is not carried out properly so that the population fluctuates and
productivity is very low. The main strength is the support for venture capital from
the local government and easy egg marketing. The main drawback is the lack of
information. The main opportunity is that government policies that support the
livestock industry are very conducive and the biggest threat is feed prices which
tend to fluctuate. The resulting alternative strategies are increasing market share to
achieve market leader positions through local government policies, improving the
quality of human resources through coaching and mentoring to increase
productivity, providing livestock production advice, especially feed in the area by
utilizing available local raw materials, and establishing cooperation through
partnerships between farmers and the private sector.

Keywords: Development strategy, laying hens, swot analysis.

‫خالصة‬

‫ وهم‬، ‫ تم اختي ار المس تجيبين عن عم د‬.‫تهدف هذه الدراسة إلى تحليل اإلمكانات والمعوقات وكذلك األولويات اإلستراتيجية‬
‫ استخدمت طريقة تحليل البيان ات تحليل‬.‫ المزارعون وصانعو السياسات وأصحاب المصلحة ذوو الصلة‬SWOT ‫وتحلي ل‬
‫ مصفوفة‬SWOT. ‫ ولم يحض روا ت دريبًا مطلقً ا وليس‬، ‫يكون المربون عمو ًما في سن إنتاجية ولديهم مستوى تعليم معتدل‬
‫ الق وة‬.‫ ال تتم الزراعة بش كل ص حيح بحيث يتقلب الس كان وتك ون اإلنتاجي ة منخفض ة للغاي ة‬.‫لديهم خبرة في تربية الماشية‬
‫ العيب الرئيس ي ه و نقص‬.‫الرئيس ية هي دعم رأس الم ال االس تثماري من الحكوم ة المحلي ة وتس ويق ال بيض الس هل‬
‫ الفرصة الرئيسية هي أن السياسات الحكومي ة ال تي ت دعم ص ناعة ال ثروة الحيواني ة مواتي ة للغاي ة وأن التهدي د‬.‫المعلومات‬
‫ تؤدي االس تراتيجيات البديل ة الناتج ة إلى زي ادة حص تها في الس وق لتحقي ق‬.‫األكبر هو أسعار العلف التي تميل إلى التقلب‬
‫ وتحسين جودة الموارد البش رية من خالل الت دريب والتوجي ه‬، ‫مراكز رائدة في السوق من خالل سياسات الحكومة المحلية‬
‫ وخاص ة األعالف في المنطق ة من خالل اس تخدام الم واد الخ ام‬، ‫ وتقديم المشورة بشأن اإلنتاج الحي واني‬، ‫لزيادة اإلنتاجية‬
‫ و إقامة تعاون من خالل شراكات بين المزارعين والقطاع الخاص‬، ‫المحلية المتاحة‬.

‫ التحليل الرباعي‬، ‫ الدجاج البياض‬، ‫ استراتيجية التنمية‬:‫الكلمات المفتاحية‬.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan kendala serta prioritas
strategi. Responden dipilih secara sengaja yaitu peternak, pengambil kebijakan dan
stakeholder terkait. Metode analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis

2
Matriks SWOT. Peternak umumnya berusia produktif dengan tingkat pendidikan
kategori sedang, belum pernah mengikuti pelatihan dan tidak mempunyai
pengalaman beternak. Terlaksananya budidaya tidak dilakukan dengan benar
sehingga populasi berfluktuatif dan produktivitasnya sangat rendah. Kekuatan
utama adalah dukungan modal usaha dari pemerintah daerah dan pemasaran telur
mudah. Kelemahan utama adalah minimnya informasi. Peluang utama adalah
kebijakan pemerintah yang mendukung industri peternakan sangat kondusif dan
ancaman terbesarnya adalah harga pakan yang cenderung fluktuatif. Alternatif
strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan pangsa pasar untuk meraih posisi
market leader melalui kebijakan pemerintah daerah, meningkatkan kualitas
SDM melalui pembinaan dan pendampingan untuk peningkatan produktifitas, men-
yediakan saran produksi peternakan khususnya pakan didaerah dengan memanfaat
-kan bahan baku lokal yang tersedia, dan menjalin kerjasama melalui pola kemitraan
antara peternak dan pihak swasta.

Kata kunci : Strategi pengembangan, Ayam petelur, Analisis swot.

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang semakin modern, membuat kebutuhan manusia


semakin meningkat. Kebutuhan manusia tersebut berkembang seiring dengan
berkembangnya perubahan yang terjadi saat ini, terutama kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Sebagai pengembangan ayam ras petelur yang ada di Randumerak
merupakan milik perusahaan Mitra Mj dan hanya sedikit yang merupakan milik
perseorangan. Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting
dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan
moneter (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2003). Kebanyakan masyarakat
memilih telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewan keluarga, hal ini
disebabkan telur banyak tersedia dan mudah ditemukan di pasar baik pedagang
keliling, pasar tradisional, maupun pasar swalayan. Selain itu juga memiliki harga
yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein lainnya (Wijaya dan
Abdullah, 2003).

Ayam petelur di Indonesia memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan
terutama bila ditinjau dari aspek kebutuhan masyarakat akan gizi. Sesuai standar
nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55 gram yang terdiri dari
80% protein nabati dan 20% protein hewani. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein
hewani dapat diperoleh dari protein telur. Dengan demikian, usaha ayam ras
petelur memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan guna memenuhi gizi
masyarakat. Peternakan rakyat di Indonesia yang bergerak dalam bidang usaha
ayam ras petelur mencapai 82,4%, sehingga usaha peternakan rakyat perlu terus
didorong untuk mencapai kesejahteraan peternak, sebagai sumber penerimaan dan
pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi ternak maupun sebagai pajak usaha

3
(Saragih, 2001). Kajian dari sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras baru
mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65%. Sisanya dipenuhi
telur ayam kampung, itik dan puyuh. Iklim perdagangan global yang mulai terasa
saat ini, semakin memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia untuk
masuk ke pasar luar negeri, mengingat produk ayam ras daging dan telurnya
bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu
negara (Abidin, 2003).

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang cukup
potensial sebagai sentra pengembangan usaha ayam ras petelur, karena memiliki
potensi pasar yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduknya
pada tahun 2010 sebanyak 2.232.586 jiwa yang tersebar di 12 kabupaten/kota.
Populasi ternak ayam ras petelur tahun 2010 sebanyak 1.413.782 kg dengan rata-rata
konsumsi telurnya 0,59 kg/kapita/tahun (Dinas Pertanian Provinsi Jatim, 2010).
Khusus di Kota Probolinggo, populasi ternak ayam ras petelur pada tahun 2010
sebanyak 155.970 kg dengan jumlah penduduk Kota Probolinggo tahun 2010
sebanyak 289.966 jiwa (Dinas Pertanian Provinsi Jatim, 2010).

Untuk konsumsi rumah tangga, telur ayam ras merupakan jenis yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat karena selain murah harganya, ukuran telur
ayam ras juga lebih besar dibanding telur ayam kampung, itik dan puyuh.
Konsumen rumah tangga dan industri makanan umumnya memilih telur ayam
yang berukuran besar karena dirasa lebih efisien sehingga pilihannya jatuh pada
telur ayam ras (Widjaja K dan Abdullah S, 2003). Data perbandingan tingkat
konsumsi per kapita per tahun berbagai jenis telur Kota Probolinggo 2010 yaitu (1)
ayam ras petelur sebesar 6,54 kg/kapita/tahun; (2) telur ayam buras sebesar 2,08
kg/kapita/tahun; dan (3) telur itik sebesar 1,04 kg/kapita/tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Kota Probolinggo lebih memilih telur ayam ras
petelur untuk dikonsumsi (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan
Kehutanan Kota Probolinggo, 2010).

Dipertegas oleh penelitian M. Fajar Trisna Kurniawan, dkk (2013) tentang


strategi pengembangan agribisnis peternakan ayam petelur di Desa Randumerak
usaha yang berada pada sel ini sebaiknya dapat memperbesar pangsa pasar baik
melalui peningkatan kuantitas maupun kualitas produk, meningkatkan kerjasama
dengan pihak terkait, dan meningkatkan daya saing, disamping itu perusahaan
dapat meningkatkan fasilitas produksi dan penguasaan teknologi baik melalui
pengembangan sumberdaya internal maupun eksternal dari agribisnis peternakan
ayam petelur.

Oleh karena itu, ayam ras petelur mempunyai posisi strategis dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui penyediaan protein hewani
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Cahyono (1994) menyatakan

4
bahwa pengembangan usaha ayam ras petelur memiliki prospek bisnis
menguntungkan, karena permintaan dan harga yang cenderung selalu meningkat.
Dari sekian banyak peluang yang ada, terdapat beberapa kendala dan hambatan
seperti penyediaan bibit, pakan, obat-obatan/vaksin dan faktorfaktor produksi
lainnya menyebabkan usaha ayam ras petelur belum banyak dikembangkan oleh
masyarakat, khususnya di Kota Probolinggo. Ketidak tersediaannya faktor-faktor
produksi vital seperti bibit, pakan dan obat-obatan/vaksin dengan harga yang
stabil, menyebabkan para peternak sulit untuk melakukan prediksi dan perhitungan
usaha yang menguntungkan.

Di Kota Probolinngo, perusahaan peternakan ayam ras petelur sudah cukup


berkembang, hal ini ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan peternakan
ayam ras petelur lainnya. Dengan demikian kondisi ini belum mampu memenuhi
permintaan masyarakat akan telur. Ini tercatat sebagai peluang dalam
pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur. Selain dari kekuatan dan
peluang yang disebutkan di atas juga terdapat beberapa ancaman besar bagi
perusahaan Agen Telur Ayam Probolinggo (ATAP) adanya pendatang baru sebagai
pemasok telur dengan harga yang relatif lebih murah. Selain itu berbagai kelemahan
lain yang belum mampu diatasi dengan baik diantaranya adalah sumberdaya
manusia (tenaga kerja), baik kualitas maupun kuantitasnya yang kurang
mendukung dan fluktuasi harga input produksi.

Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang ada, baru sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian
lebih lanjut, khususnya evaluasi kelayakan dan strategi pengembangan ayam ras
petelur dari berbagai faktor-faktor kunci secara finansial serta yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha ayam ras petelur yang nantinya
akan menghasilkan formula yang cocok untuk mengembangkan usaha telur ayam
ras petelur khususnya di Kota Probolinggo. Hal ini dimaksudkan untuk dapat
memberikan informasi pada para peternak maupun pemerintah dalam menentukan
skala usaha yang menguntungkan dalam pengembangan usaha ayam ras petelur
seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan Agen Telur Ayam Probolinngo
(ATAP).

Pengembangan peternakan di kota Probolinggo hingga saat ini belum


memberikan hasil yang optimal (Anonimus, 2009a). Pengembangan peternakan
masih memerlukan penanganan yang serius menuju peternakan yang modern. Salah
satu permasalahan yang dihadapi daerah yaitu belum terpenuhinya kebutuhan
konsumsi telur ayam ras masyarakat (4,04 kg/kapita/tahun) sesuai dengan standar
yang ditetapkan yaitu 6,5 kg/kapita/tahun (Anonimus, 2009b).

Sektor peternakan sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat, perlu


dikaji secara mendalam seberapa besar sektor peternakan ayam petelur berperan

5
dalam mendukung pengembangan ayam ras petelur yang ada di desa randumerak
yang pada akhirnya diharapkan bisa menjadi penentu dalam kebijakan
pengembangan kota Probolinggo. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
strategis maka perlu dilakukan suatu perencanaan strategis yang terukur dan
terarah dalam menentukan pengembangan peternakan ayam petelur di desa
randumerak. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki  perusahan
Mitra MJ dalam pemenuhan telur ayam ras daerahnya sendiri dan strategi harus
ditetapkan Pemerintah Kota Probolinggo dalam memanfaatkan segala kekuatan dan
peluang serta kelemahan dan tantangan dalam pengembangan ayam petelur.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan


dan pemasaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal
Peternakan Ayam Ras Petelur.

LANDASAN TEORI

Secara umum, istilah strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan


keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar.
Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah di
tetapkan. Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan,
beberapa mungkin mempuyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang dicapai untuk
mencapai tujuan tersebut dapat berbeda (Basu Swasta DH dan Irawan, 1990 : 67).

Strategi pengembangan adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan


manajemen puncak dalam pengembangan usaha untuk merealisasikannya.
Disamping itu, strategi pengembangan juga mempengaruhi kehidupan organisasi
dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi
pengembangan adalah berorientasi ke masa depan. Strategi pengembangan
mempunyai fungsi perumusan dan dalam mempertimbangkan faktor-faktor internal
maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004). Perumusan strategi
adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari
kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Strategi yang dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung kegiatan
fungsional manajemen (Hunger and Wheelen, 2003). Perumusan strategi mencakup
kegiatan mengembangkan visi dan misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal
organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah
strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan
(David, 2004).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

6
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana
strategis (strategic planner) harus menganalisis mfaktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal
ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi
adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001). Manfaat analisa SWOT adalah
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi (Rahardi, 2008). Analisis
situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga
mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian startegis antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.
(Hunger and Wheelen, 2003).

Matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk faktor-faktor strategis


perusahaan. Matrik dengan kekuatan dan kelemahan. Matrik SWOT ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut
perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi
W-O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan
peluang. Strategi S-ini menggambarkan dengan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi diselesaikan T merupakan pengoptimalan kekuatan dalam
menghindari ancaman dan WT merupakan meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman (Rangkuti, 2006). Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang
eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan peluang bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.

Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas selain daging. Telur
merupakan pangan padat gizi sumber protein hewani, asam lemak tidak jenuh,
vitamin, dan mineral. Protein telur adalah bahan yang dibutuhkan dalam banyak
makanan. Hari ini, telur tersebar luas di perdagangan internasional dan industri
telur merupakan segmen penting dari industri pangan dunia.Protein telur ayam
memiliki sifat fungsional yang unik, seperti pembuat gel, pembuat busa (putih telur)
dan pengemulsi (kuning telur) (Mine, 2002). Telur merupakan sumber protein
berkualitas tinggi, dan matriks lipid dari kuning telur berfungsi untuk
meningkatkan bioavailabilitas nutrisi seperti lutein dan zeaxanthin. Namun, telur
merupakan sumber gizi yang murah dan rendah kalori seperti asam folat, riboflavin,
selenium, kolin dan vitamin B-12 dan A. Telur juga salah satu sumber eksogen dari
beberapa vitamin K dan D (Herron dan Fernandez, 2004).

Produksi telur ayam ras di Probolinggo lebih besar dibandingkan dengan


produksi telur lainnya, yakni sebesar 7.836,71 ton, Hal ini menunjukkan bahwa
peternakan ayam ras petelur lebih diminati oleh masyarakat Probolinggo. Artinya,

7
ayam ras petelur lebih populer dipilih oleh masyarakat Probolinggo sebagai
penghasil telur dibandingkan dengan ayam kampung dan itik. Tentu ini tak lepas
kaitannya dengan potensi ayam ras petelur sebagai ayam yang memang didesain
khusus untuk menghasilkan telur.

Dari asumsi di atas dibuktikan peningkatan rata-rata konsumsi perkapita


seminggu masyarakat terhadap telur ayam ras atau kampung yang meningkat dari
tahun ke tahun pada periode 2007-2014 di Indonesia. Pada tahun 2007, konsumsi
masyarakat hanya sebesar 0,122 kg, kemudian terjadi lonjakan hingga 0,200kg pada
tahun 2010, lalu terus mengalami fluktuasi hingga berhenti pada konsumsi sebesar
171 kg pada tahun 2014 (BPS 2015). Data tersebut menunjukkan selisih peningkatan
rata-rata konsumsi 2007-2014 sebesar 0,049 perkapita seminggu.

Menurut beberapa peneliti seperti Robicheaux serta Kurtz dan Boone


sebagaimana yang dijelaskan oleh Goi (2009), harga merupakan unsur terpenting
dalam bauran pemasaran setelah produk. Selain itu, harga juga merupakan satu-
satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan
sedangkan unsurunsur lainnya merupakan biaya saja. Harga merupakan variabel
yang bersifat fleksibel, terkadang bisa stabil dalam beberapa waktu namun bisa juga
tiba-tiba meningkat atau turun tajam sesuai dengan kondisi permintaan pasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di wilayah Peternakan Ayam ras petelur di Desa Randu-
merak Kecamatan Paiton Kota Probolinggo dengan dengan responden yang terdiri
dari: staff dan jajaran bidang peternakan. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Pengumpulan data selama penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode sensus untuk responden peternak dan
kuesioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun dan Effendi, 1989). Terdapat
dua jenis data yang dapat digunakan untuk mengidentifiksai sebuah studi kasus
dalam penelitian kualitatif, yaitu terdapat sumber data primer dan sumber data
sekunder. Dengan adanya Strategi Pengembangan Usaha Ayam Ras Petelur Di Desa
Randumerak Kec. Paiton Kota Probolinggo maka sangat gampang untuk
memperoleh data sekunder.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stragis dalam


penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data yang memenuhi standar data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif yaitu dengan wawancara dan
obeservesi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data triangulasi
yang memanfaatkan sesuatu yang lainnya. Teknis nalisis dalam penelitian strategi
pengembangan agribisnis peternakan ayam petelur ini digunakan dalam beberapa
cara, yaitu analisis matriks (lingkungan internal dan eksternal), analisis SWOT,

8
(Umar, 2002). Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mitra MJ berdiri pada Tanggal 10 April 2018 bertempat di Jl. Raya Panglima
Sudirman Desa Randumerak Kec. Paiton Kab. Probolinggo Jawa Timur Kode pos
67291. Yang didirikan oleh Bapak H. Arifin Mitra MJ ini mengembangkan ayam ras
petelur dengan tujuan agar masyarakat bisa mengkonsumsi telur ayam ras dan
menjadi agen besar ayam ras petelur di kec. Paiton. Dengan kemajuan yang pesat
kini Mitra MJ mempunyai  15.000 ekor  ayam petelur  dan  beberapa  karyawan yang
sistem kerjanya menggunakan shift, dan buka setiap hari selama 24 jam.

Agribisnis ayam petelur merupakan salah satu sektor dalam melakukan


kegiataan perekonomian yang berbasis pada usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya. Kegiatan dalam sektor agribisnis meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil serta pemasaran yang
termasuk di dalamnya peternakan ayam. Telur ayam merupakan suatu komoditas
yang banyak dikonsumsi karena kaya akan nutirisi dan harganya relatif murah serta
sangat mudah diperoleh di kios-kios.

Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk dapat
menghasilkan banyak telur, sehingga dibutuhkan pengembangan potensi dan
pengelolaan sumber daya untuk mendapatkan hasil yang baik. Komoditas yang
dihasilkan oleh ayam petelur merupakan prospek pasar yang sangat baik, karena
telur ayam merupakan suatu komoditas yang cukup mudah diperoleh atau
merupakan barang publik, mudah dikonsumsi, kaya akan nutirisi penting yang
dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein, vitamin A, D, E dan B, fosfor dan zinc serta
harganya relatif murah, sehingga menjadikan komoditas telur ayam ini sangat
diminati oleh masyarakat. Telur juga salah satu sumber eksogen dari beberapa
vitamin K dan D (Herron dan Fernandez, 2004). Kondisi ini sangat baik untuk
dimanfaatkan oleh peternak ayam petelur di Kabupaten Probolinggo untuk lebih
mengembangkan peternakan ayam petelur agar lebih optimal.

Harga telur ayam ras dirasakan sebagai masalah yang berarti oleh pemilik
Peternakan Ayam Ras Petelur “H. Arifin” karena mempengaruhi pendapatannya.
Perusahaan tersebut pernah mengalami kerugian akibat penurunan harga yang
terjadi beberapa waktu lalu, yakni dari kisaran Rp 36.000,00 – Rp 39.000,00 per rak
menjadi Rp 30.000,00 – Rp 35.000,00 per rak. Kurangnya pendapatan semakin terasa
karena penurunan harga telur terjadi di saat harga pakan justru terus meninggi. Hal
ini tentu saja dapat diminimalisasi jika perusahaan mitra MJ tersebut melakukan
antisipasi dengan menentukan strategi pemasaran yang tepat, namun belum
dilakukan oleh perusahaan tersebut.

9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternakan H. Arifin cukup potensial
dan prospektif untuk pengembangan peternakan ayam ras petelur meskipun
terdapat beberapa kendala yang perlu diatasi untuk keberhasilan usaha. Hal ini
dapat dilihat dari faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor
eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Potensi yang dimiliki berupa
kekuatan dan peluang antara lain : sumber daya lahan masih luas yang dapat
dipergunakan untuk pembangunan kandang tanpa bersaing dengan lahan pertanian
dan pemukiman penduduk, ketersediaan tenaga kerja dengan angkatan kerja yang
cukup besar,mendapat dukungan modal usaha dari pemerintah daerah, kualitas
telur dengan standar yang baik, pemasaran telur mudah, permintaan pasar telur
yang cukup tinggi tetapi sangat bergantung pasokan dari luar daerah, kebijakan
pemerintah yang mendukung indutri perunggasan sangat kondusif, kesadaran
terhadap kebutuhan gizi meningkat, peluang kerjasama dengan investor dan selera
konsumen yang tinggi terhadap telur lokal. Peluang terbesar atau yang memiliki
nilai bobot tertinggi yaitu permintaan komoditas peternakan khususnya telur seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk (Anonimus, 2010).

Sedangkan kendala yang dihadapi berupa kelemahan dan ancaman, yaitu


kualitas dan keterampilan peternak masih rendah, belum berfungsinya kelompok
tani, terbatasnya infrastruktur dan teknologi peternakan, sistem pencatatan laporan
produksi dan keuangan belum rapih, minimnya informasi, banyaknya telur yang
masuk dari luar daerah, harga jual telur dari luar daerah lebih murah, lingkungan
peternakan yang tidak kondusif, ketersediaan sarana produksi peternakan kurang
terjamin dan harga pakan yang cenderung fluktuatif.

Peternakan Ayam Ras Petelur H. Arifin menemukan beberapa faktor strategis


internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, yaitu: Permintaan
Telur. Telur akan selalu dibutuhkan karena banyak perayaan dalam budaya
masyarakat Indonesia yang menggunakan telur sebagai simbolnya, seperti perayaan
Maulid, Paskah, dan perayaan lainnya. Telur telah dianggap sebagai bahan
makanan wajib pada acar aacara hajatan yang digelar masyarakat. Selain itu, telur
juga akan selalu dibutuhkan karena masyarakat semakin menyadari pentingnya
makanan yang bergizi. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat
mengonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani karena telur
merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara
pengolahannya. Namun, telur merupakan sumber gizi yang murah dan rendah
kalori sepertiasam folat, riboflavin, selenium, kolin dan vitamin B-12 dan A. Telur
juga salah satu sumber eksogen dari beberapa vitamin K dan D (Herron dan
Fernandez, 2004).

Profil pengembangan usaha peternakan ayam petelur di Desa Randumerak


Kecamatan Paiton Kota Probolinggo meliputi:

10
No. Pengembangan usaha ayam ras petelur
1. Umur peternak dengan kategori sedang.
2. Tingkat pendidikan peternak dengan kategori rendah.
3. Jumlah anggota keluarga dengan kategori sedang.
4. Pengalaman beternak dengan kategori sedang.
5. Mata pencaharian peternak adalah sebagai mata pencaharian
pokok.
6. Populasi ternak dengan kategori sektor 3.
7. Sumber dana peternak dari lembaga keuangan LPD dan
Koperasi.
8. Produksi ternak menghasilkan telur ayam dengan kategori
rendah.
9. Biaya usaha peternakan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel sebesar Rp. 2.964.00.0000 dengan rata-rata populasi
ayam petelur sebanyak 10.460.00.000 ekor per tahun.
10. Penerimaan usaha peternakan yang terdiri dari penjualan telur,
penjualan ayam afkir, dan penjualan kotoran ayam sebesar Rp
3.111.605.988,00.
11. Pendapatan usaha peternakan yaitu selisih antara penerimaan
dan biaya, yaitu sebesar 146.721.000. 000 dengan Gross Profit
Margin sebesar 5%.
Sumber : lampiran 1

Dari hasil analisis matriks SWOT diperoleh alternatif strategi pengembangan


agribisnis peternakan ayam petelur sebagai berikut :

1. Strategi S-O (strengths-opportunities), adalah strategi yang mempergunakan


kekuatan internal pada agribisnis peternakan ayam petelur untuk
memanfaatkan peluang eksternal, dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Strategi yang dapat digunakan
yaitu mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi untuk
memenuhi peningkatan permintaan pasar dan melakukan perluasan pasar
untuk mendorong penyerapan hasil produksi serta memperluas distribusi
dan pemasaran untuk menjadi market leader.
2. Strategi S-T (strengths-threats), adalah strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi atau menghindari pengaruh dari ancaman eksternal.
Strategi yang dapat digunakan oleh agribisnis peternakan ayam petelur yaitu
peningkatan produksi melalui pengendalian dan pengawasan terhadap hama
atau penyakit ternak, agar usaha peternakan bisa berkelanjutan (sustainable).
3. Strategi W-O (weakness-opportunities), adalah strategi yang berupaya untuk
memperbaiki/ memperkecil kelemahan internal dengan memanfaatkan
keuntungan dari peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan oleh

11
peternakan ayam petelur yaitu dengan memberikan jaminan dalam
permodalan dan mengoptimalkan petugas lapangan.
4. Strategi W-T (weakness- threats), adalah taktik defensif yang diarahkan
untuk meminimalkan kelemahan internal dan mengantisipasi ancaman
eksternal. Permasalahan pokok pengembangan agribisnis peternakan ayam
petelur adalah keterbatasan jumlah pendanaan dan fluktuasi harga pakan
yang sewaktu-waktu dapat melonjak. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka strategi yang dapat digunakan adalah dengan mengoptimalkan modal
usaha dan meningkatkan kemampuan dalam pengembangan agribisnis.

Adapun faktor internal dan eksternal rata-rata sebagai berikut :

Faktor internal Faktor eksternal


Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities)
1. Tersedianya 1. Pengembangan terhadap
sarana transportasi produk
2. Kualitas SDA 2. Ketersediaan pasar dan
3. Pengetahuan distribusi pendek
produsen terhadap selera 3. Otonomi daerah
konsumen 4. Pertumbuhan penduduk
4. Kerjasama pemasaran 5. Ketersediaan tenaga kerja
5. Usaha turun-temurun
Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)
1. Rendahnya pengetahuan 1. Fluktuasi harga pakan
SDM Perkembangan
2. Keterbatasan jumlah 2. pemukiman penduduk
dana 3. Ketergantungan terhadap
3. Minimnya informasi rentenir
Belum adanya 4. Penyakit ayam
4. standarisasi kualitas telur 5. Letak
ayam peternakanberdekatan
5. Teknologi masih
sederhana
Sumber : lampiran 2

Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan pemiliknya ayam ras


petelur H. Arifin. Analisis matriks SWOT dapat di terapkan dalam pengembangan
usaha ayam ras petelur, dengan adanya faktor  internal-eksternal bahwa strategi
yang cocok dan harus dilakukan untuk pengembangan agribisnis peternakan ayam
petelur di Desa Randumerak adalah market penetration and product development.

Menurut Suwarsono (1998), analisis lingkungan dimaksudkan untuk


mencoba mengidentifikasi peluang yang perlu segera mendapatkan perhatian dan
pada saat yang sama diarahkan untuk mengetahui ancaman yang perlu
mendapatkan antisipasi. Adapun tujuan dari dilakukannya analisis internal adalah

12
untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan
yang akan diantisipasi keberadaannya. Analisis eksternal betujuan untuk
memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman yang berasa dari lingkungan
luar perusahaan.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk


mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunitie-
s), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Menurut
Rangkuti (2008), tahapan dalam merumuskan strategi melalui matriks SWOT
sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strengths–Opportunities), menggunakan kekuatan yang dimiliki


untuk mengambil dan memanfaatkan peluang yang ada.
2. Strategi ST (Strengths–Threats), menggunakan kekuatan untuk menghindar
dan mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weaknesses–Opportunities), menggunakan peluang yang
dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses–Threats), berupaya meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.

SARAN DAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa potensi utama


pengembangan peternakan ayam ras petelur adalah dukungan modal usaha dari
pemerintah daerah, pemasaran telurnya mudah dan kebijakan pemerintah yang
mendukung industri perunggasan sangat kondusif. Sedangkan kendala utama
adalah minimnya informasi dan harga pakan yang cenderung fluktuatif Strategi
dalam pengembangan ayam ras petelur di Desa Randumerak  Kec. Paiton Kota  Pro-
bolinnggo dilakukan  dengan cara strategi pertumbuhan agresif (kuadran pertama).
Analisis faktor-faktor lingkungan internal menunjukkan bahwa kekuatan utama
pengembangan agribisnis peternakan ayam petelur adalah usaha turun-temurun
dan tersedianya sarana transportasi, sedangkan kelemahan utama adalah
keterbatasan jumlah dana serta minimnya informasi. Secara eksternal faktor yang
menjadi peluang utama adalah ketersediaan pasar dan distribusi pendek dan
pertumbuhan penduduk. Faktor yang menjadi tantangan utama adalah fluktuasi
harga pakan dan penyakit ayam.

Saran penulis pemerintah Kota Probolinggo serta perusahaan Mitra MJ


terkait dalam usaha peternakan ayam petelur diharapkan bekerjasama dengan baik
untuk mendukung peternak dalam meningkatkan pangsa pasar, agar penjualan
peternak menjadi meningkat dan pangsa pasar tidak didahului oleh kompetitor
yang berasal dari luar daerah atau luar pulau. Mengoptimalkan penyuluhan kepada
peternak ayam petelur di Desa Randumerak kususnya Kota Probolinggo, agar
terhindar dari berbagai ancaman yang dapat sewaktu-waktu terjadi. Peternak

13
diharapkan mencari solusi yang tepat guna untuk pendanaan dalam usaha
peternakan ayam petelur, agar sewaktu-waktu dapat memenuhi kebutuhan usaha.
Selain itu, peternak juga harus lebih selektif dalam memilih lembaga keuangan dan
jenis kredit yang ada, agar pendanaan tersebut dapat sesuai kebutuhan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. Z, 2003. Ayam Ras Petelur. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anonimus. 2009a. Bappeda Samarinda 2009. Potensi Pengembangan Daerah Kota


Samarinda. Available at http://www.bappedasamarinda.go.id.Accession date: 10
Oktober 2009.

Anonimus. 2009b. Samarinda dalam Angka 2009. Available at


http://bappeda.samarinda.go.id/search.php?
cx=005190682209931954082%3Ad7jgqoxue0y&cof=FORID
%3A10&ie=UTF8&q=samarinda+dalam+angka+2009&sa=Search&siteurl=www.bap
peda.samarinda.go.id %2Fsda.php#1073. Accession date: 28 Februari 2010.

Anonimus. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik 2010. Jakarta.

Basu Swasta DH dan Irawan, 1990. ‘’ Manajemen Pemasaran Materi’’. Edisi Kedua,
Liberty, Yogyakarta.

BPS Sulawesi Tengah. 2015. Sulawesi Tengah dalam Angka 2015. Palu: BPS Provinsi
Sulawesi Tengah.

Cahyono, B. 2002. Ayam Buras Pedaging. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

David, F. R. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan. PT. Intan Sejati Klaten,
Jakarta.

Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Pemerintah Propinsi Lampung, 2003.


Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan Dan Kesehatan Hewan
Pemerintah Propinsi Lampung, Lampung.

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota Kendari. 2010.


Laporan Tahunan. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota
Kendari. Kendari.

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota Kendari. 2010.


Laporan Tahunan. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota
Kendari. Kendari. Saragih, B., 2001. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Yayasan
Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.

Goi, C.L. 2009. A Review of Marketing Mix: 4Ps or More? International Journal of
Marketing Studies. Vol. 1 (1). Hal. 2-15.

14
Hunger, J. David dan Whelen, Thomas L, Manajemen Strategis, Yogyakarta: Adin,
2003.

Herron, K.L. dan M.L. Fernandez. 2004. Are the Current Dietary Guidelines
Regarding Egg Consumption Appropriate? The Journal of Nutrition. Vol. 134 (1).
Hal.187-190.

Mine, Y. 2002. Recent Advances in Egg Protein Functionality in the Food System.
World’s Poultry Science Journal. Vol. 58 (1). Hal. 31-39.

M. Fajar Trisna Kurniawan, Dwi Putra Darmawan), NW. Sri Astiti. Strategi
Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tabanan.
Program studi magister agribisnis, program pascasarjana, universitas udayana.
Jurnal Manajemen Agribisnis vol. 1 no. 2 tahun 2013 ISSN: 2355-0759.

Rahardi, D. 2008. SWOT Analysis Pengertian dan Tujuan.


http://dickyrahardi.com/. Diakses 20 Oktober 2008.

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti, F., 2006. Analisis SWOT, Tehnik Menbedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia .

Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.Pustaka Utama. Jakarta.

Singarimbun, M. dan S. Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Umar, Husein. 2002. Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Wijaya, K dan Abdullah, S. 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras dan Buras. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai