BADRI MASHDUQI
Jl.Ir.H.Juanda No.370 Patokan Kraksaan Probolinggo Kode Pos 67282
Email : abdul.mannan@stebibama.ac.id
Email : moh.anwar.zr@stebibama.ac.id
1
Email : Nuriawati@stebibama.ac.id
Abstract
This study aims to analyze the potential and constraints as well as strategic
priorities. Respondents were chosen deliberately, namely farmers, policy makers
and related stakeholders. The data analysis method used SWOT analysis and SWOT
matrix analysis. Breeders are generally of productive age with a moderate level of
education, have never attended training and have no experience in raising livestock.
Cultivation is not carried out properly so that the population fluctuates and
productivity is very low. The main strength is the support for venture capital from
the local government and easy egg marketing. The main drawback is the lack of
information. The main opportunity is that government policies that support the
livestock industry are very conducive and the biggest threat is feed prices which
tend to fluctuate. The resulting alternative strategies are increasing market share to
achieve market leader positions through local government policies, improving the
quality of human resources through coaching and mentoring to increase
productivity, providing livestock production advice, especially feed in the area by
utilizing available local raw materials, and establishing cooperation through
partnerships between farmers and the private sector.
خالصة
وهم، تم اختي ار المس تجيبين عن عم د.تهدف هذه الدراسة إلى تحليل اإلمكانات والمعوقات وكذلك األولويات اإلستراتيجية
استخدمت طريقة تحليل البيان ات تحليل. المزارعون وصانعو السياسات وأصحاب المصلحة ذوو الصلةSWOT وتحلي ل
مصفوفةSWOT. ولم يحض روا ت دريبًا مطلقً ا وليس، يكون المربون عمو ًما في سن إنتاجية ولديهم مستوى تعليم معتدل
الق وة. ال تتم الزراعة بش كل ص حيح بحيث يتقلب الس كان وتك ون اإلنتاجي ة منخفض ة للغاي ة.لديهم خبرة في تربية الماشية
العيب الرئيس ي ه و نقص.الرئيس ية هي دعم رأس الم ال االس تثماري من الحكوم ة المحلي ة وتس ويق ال بيض الس هل
الفرصة الرئيسية هي أن السياسات الحكومي ة ال تي ت دعم ص ناعة ال ثروة الحيواني ة مواتي ة للغاي ة وأن التهدي د.المعلومات
تؤدي االس تراتيجيات البديل ة الناتج ة إلى زي ادة حص تها في الس وق لتحقي ق.األكبر هو أسعار العلف التي تميل إلى التقلب
وتحسين جودة الموارد البش رية من خالل الت دريب والتوجي ه، مراكز رائدة في السوق من خالل سياسات الحكومة المحلية
وخاص ة األعالف في المنطق ة من خالل اس تخدام الم واد الخ ام، وتقديم المشورة بشأن اإلنتاج الحي واني، لزيادة اإلنتاجية
و إقامة تعاون من خالل شراكات بين المزارعين والقطاع الخاص، المحلية المتاحة.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan kendala serta prioritas
strategi. Responden dipilih secara sengaja yaitu peternak, pengambil kebijakan dan
stakeholder terkait. Metode analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis
2
Matriks SWOT. Peternak umumnya berusia produktif dengan tingkat pendidikan
kategori sedang, belum pernah mengikuti pelatihan dan tidak mempunyai
pengalaman beternak. Terlaksananya budidaya tidak dilakukan dengan benar
sehingga populasi berfluktuatif dan produktivitasnya sangat rendah. Kekuatan
utama adalah dukungan modal usaha dari pemerintah daerah dan pemasaran telur
mudah. Kelemahan utama adalah minimnya informasi. Peluang utama adalah
kebijakan pemerintah yang mendukung industri peternakan sangat kondusif dan
ancaman terbesarnya adalah harga pakan yang cenderung fluktuatif. Alternatif
strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan pangsa pasar untuk meraih posisi
market leader melalui kebijakan pemerintah daerah, meningkatkan kualitas
SDM melalui pembinaan dan pendampingan untuk peningkatan produktifitas, men-
yediakan saran produksi peternakan khususnya pakan didaerah dengan memanfaat
-kan bahan baku lokal yang tersedia, dan menjalin kerjasama melalui pola kemitraan
antara peternak dan pihak swasta.
PENDAHULUAN
Ayam petelur di Indonesia memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan
terutama bila ditinjau dari aspek kebutuhan masyarakat akan gizi. Sesuai standar
nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55 gram yang terdiri dari
80% protein nabati dan 20% protein hewani. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein
hewani dapat diperoleh dari protein telur. Dengan demikian, usaha ayam ras
petelur memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan guna memenuhi gizi
masyarakat. Peternakan rakyat di Indonesia yang bergerak dalam bidang usaha
ayam ras petelur mencapai 82,4%, sehingga usaha peternakan rakyat perlu terus
didorong untuk mencapai kesejahteraan peternak, sebagai sumber penerimaan dan
pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi ternak maupun sebagai pajak usaha
3
(Saragih, 2001). Kajian dari sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras baru
mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65%. Sisanya dipenuhi
telur ayam kampung, itik dan puyuh. Iklim perdagangan global yang mulai terasa
saat ini, semakin memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia untuk
masuk ke pasar luar negeri, mengingat produk ayam ras daging dan telurnya
bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu
negara (Abidin, 2003).
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah di Indonesia yang cukup
potensial sebagai sentra pengembangan usaha ayam ras petelur, karena memiliki
potensi pasar yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduknya
pada tahun 2010 sebanyak 2.232.586 jiwa yang tersebar di 12 kabupaten/kota.
Populasi ternak ayam ras petelur tahun 2010 sebanyak 1.413.782 kg dengan rata-rata
konsumsi telurnya 0,59 kg/kapita/tahun (Dinas Pertanian Provinsi Jatim, 2010).
Khusus di Kota Probolinggo, populasi ternak ayam ras petelur pada tahun 2010
sebanyak 155.970 kg dengan jumlah penduduk Kota Probolinggo tahun 2010
sebanyak 289.966 jiwa (Dinas Pertanian Provinsi Jatim, 2010).
Untuk konsumsi rumah tangga, telur ayam ras merupakan jenis yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat karena selain murah harganya, ukuran telur
ayam ras juga lebih besar dibanding telur ayam kampung, itik dan puyuh.
Konsumen rumah tangga dan industri makanan umumnya memilih telur ayam
yang berukuran besar karena dirasa lebih efisien sehingga pilihannya jatuh pada
telur ayam ras (Widjaja K dan Abdullah S, 2003). Data perbandingan tingkat
konsumsi per kapita per tahun berbagai jenis telur Kota Probolinggo 2010 yaitu (1)
ayam ras petelur sebesar 6,54 kg/kapita/tahun; (2) telur ayam buras sebesar 2,08
kg/kapita/tahun; dan (3) telur itik sebesar 1,04 kg/kapita/tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Kota Probolinggo lebih memilih telur ayam ras
petelur untuk dikonsumsi (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan
Kehutanan Kota Probolinggo, 2010).
Oleh karena itu, ayam ras petelur mempunyai posisi strategis dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui penyediaan protein hewani
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Cahyono (1994) menyatakan
4
bahwa pengembangan usaha ayam ras petelur memiliki prospek bisnis
menguntungkan, karena permintaan dan harga yang cenderung selalu meningkat.
Dari sekian banyak peluang yang ada, terdapat beberapa kendala dan hambatan
seperti penyediaan bibit, pakan, obat-obatan/vaksin dan faktorfaktor produksi
lainnya menyebabkan usaha ayam ras petelur belum banyak dikembangkan oleh
masyarakat, khususnya di Kota Probolinggo. Ketidak tersediaannya faktor-faktor
produksi vital seperti bibit, pakan dan obat-obatan/vaksin dengan harga yang
stabil, menyebabkan para peternak sulit untuk melakukan prediksi dan perhitungan
usaha yang menguntungkan.
Dari sekian banyak kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang ada, baru sebagian yang telah teridentifikasi. Untuk itu diperlukan penelitian
lebih lanjut, khususnya evaluasi kelayakan dan strategi pengembangan ayam ras
petelur dari berbagai faktor-faktor kunci secara finansial serta yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha ayam ras petelur yang nantinya
akan menghasilkan formula yang cocok untuk mengembangkan usaha telur ayam
ras petelur khususnya di Kota Probolinggo. Hal ini dimaksudkan untuk dapat
memberikan informasi pada para peternak maupun pemerintah dalam menentukan
skala usaha yang menguntungkan dalam pengembangan usaha ayam ras petelur
seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan Agen Telur Ayam Probolinngo
(ATAP).
5
dalam mendukung pengembangan ayam ras petelur yang ada di desa randumerak
yang pada akhirnya diharapkan bisa menjadi penentu dalam kebijakan
pengembangan kota Probolinggo. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
strategis maka perlu dilakukan suatu perencanaan strategis yang terukur dan
terarah dalam menentukan pengembangan peternakan ayam petelur di desa
randumerak. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki perusahan
Mitra MJ dalam pemenuhan telur ayam ras daerahnya sendiri dan strategi harus
ditetapkan Pemerintah Kota Probolinggo dalam memanfaatkan segala kekuatan dan
peluang serta kelemahan dan tantangan dalam pengembangan ayam petelur.
LANDASAN TEORI
6
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana
strategis (strategic planner) harus menganalisis mfaktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal
ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi
adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001). Manfaat analisa SWOT adalah
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi (Rahardi, 2008). Analisis
situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga
mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian startegis antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.
(Hunger and Wheelen, 2003).
Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas selain daging. Telur
merupakan pangan padat gizi sumber protein hewani, asam lemak tidak jenuh,
vitamin, dan mineral. Protein telur adalah bahan yang dibutuhkan dalam banyak
makanan. Hari ini, telur tersebar luas di perdagangan internasional dan industri
telur merupakan segmen penting dari industri pangan dunia.Protein telur ayam
memiliki sifat fungsional yang unik, seperti pembuat gel, pembuat busa (putih telur)
dan pengemulsi (kuning telur) (Mine, 2002). Telur merupakan sumber protein
berkualitas tinggi, dan matriks lipid dari kuning telur berfungsi untuk
meningkatkan bioavailabilitas nutrisi seperti lutein dan zeaxanthin. Namun, telur
merupakan sumber gizi yang murah dan rendah kalori seperti asam folat, riboflavin,
selenium, kolin dan vitamin B-12 dan A. Telur juga salah satu sumber eksogen dari
beberapa vitamin K dan D (Herron dan Fernandez, 2004).
7
ayam ras petelur lebih populer dipilih oleh masyarakat Probolinggo sebagai
penghasil telur dibandingkan dengan ayam kampung dan itik. Tentu ini tak lepas
kaitannya dengan potensi ayam ras petelur sebagai ayam yang memang didesain
khusus untuk menghasilkan telur.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di wilayah Peternakan Ayam ras petelur di Desa Randu-
merak Kecamatan Paiton Kota Probolinggo dengan dengan responden yang terdiri
dari: staff dan jajaran bidang peternakan. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Pengumpulan data selama penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode sensus untuk responden peternak dan
kuesioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun dan Effendi, 1989). Terdapat
dua jenis data yang dapat digunakan untuk mengidentifiksai sebuah studi kasus
dalam penelitian kualitatif, yaitu terdapat sumber data primer dan sumber data
sekunder. Dengan adanya Strategi Pengembangan Usaha Ayam Ras Petelur Di Desa
Randumerak Kec. Paiton Kota Probolinggo maka sangat gampang untuk
memperoleh data sekunder.
8
(Umar, 2002). Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
Mitra MJ berdiri pada Tanggal 10 April 2018 bertempat di Jl. Raya Panglima
Sudirman Desa Randumerak Kec. Paiton Kab. Probolinggo Jawa Timur Kode pos
67291. Yang didirikan oleh Bapak H. Arifin Mitra MJ ini mengembangkan ayam ras
petelur dengan tujuan agar masyarakat bisa mengkonsumsi telur ayam ras dan
menjadi agen besar ayam ras petelur di kec. Paiton. Dengan kemajuan yang pesat
kini Mitra MJ mempunyai 15.000 ekor ayam petelur dan beberapa karyawan yang
sistem kerjanya menggunakan shift, dan buka setiap hari selama 24 jam.
Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk dapat
menghasilkan banyak telur, sehingga dibutuhkan pengembangan potensi dan
pengelolaan sumber daya untuk mendapatkan hasil yang baik. Komoditas yang
dihasilkan oleh ayam petelur merupakan prospek pasar yang sangat baik, karena
telur ayam merupakan suatu komoditas yang cukup mudah diperoleh atau
merupakan barang publik, mudah dikonsumsi, kaya akan nutirisi penting yang
dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein, vitamin A, D, E dan B, fosfor dan zinc serta
harganya relatif murah, sehingga menjadikan komoditas telur ayam ini sangat
diminati oleh masyarakat. Telur juga salah satu sumber eksogen dari beberapa
vitamin K dan D (Herron dan Fernandez, 2004). Kondisi ini sangat baik untuk
dimanfaatkan oleh peternak ayam petelur di Kabupaten Probolinggo untuk lebih
mengembangkan peternakan ayam petelur agar lebih optimal.
Harga telur ayam ras dirasakan sebagai masalah yang berarti oleh pemilik
Peternakan Ayam Ras Petelur “H. Arifin” karena mempengaruhi pendapatannya.
Perusahaan tersebut pernah mengalami kerugian akibat penurunan harga yang
terjadi beberapa waktu lalu, yakni dari kisaran Rp 36.000,00 – Rp 39.000,00 per rak
menjadi Rp 30.000,00 – Rp 35.000,00 per rak. Kurangnya pendapatan semakin terasa
karena penurunan harga telur terjadi di saat harga pakan justru terus meninggi. Hal
ini tentu saja dapat diminimalisasi jika perusahaan mitra MJ tersebut melakukan
antisipasi dengan menentukan strategi pemasaran yang tepat, namun belum
dilakukan oleh perusahaan tersebut.
9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternakan H. Arifin cukup potensial
dan prospektif untuk pengembangan peternakan ayam ras petelur meskipun
terdapat beberapa kendala yang perlu diatasi untuk keberhasilan usaha. Hal ini
dapat dilihat dari faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor
eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Potensi yang dimiliki berupa
kekuatan dan peluang antara lain : sumber daya lahan masih luas yang dapat
dipergunakan untuk pembangunan kandang tanpa bersaing dengan lahan pertanian
dan pemukiman penduduk, ketersediaan tenaga kerja dengan angkatan kerja yang
cukup besar,mendapat dukungan modal usaha dari pemerintah daerah, kualitas
telur dengan standar yang baik, pemasaran telur mudah, permintaan pasar telur
yang cukup tinggi tetapi sangat bergantung pasokan dari luar daerah, kebijakan
pemerintah yang mendukung indutri perunggasan sangat kondusif, kesadaran
terhadap kebutuhan gizi meningkat, peluang kerjasama dengan investor dan selera
konsumen yang tinggi terhadap telur lokal. Peluang terbesar atau yang memiliki
nilai bobot tertinggi yaitu permintaan komoditas peternakan khususnya telur seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk (Anonimus, 2010).
10
No. Pengembangan usaha ayam ras petelur
1. Umur peternak dengan kategori sedang.
2. Tingkat pendidikan peternak dengan kategori rendah.
3. Jumlah anggota keluarga dengan kategori sedang.
4. Pengalaman beternak dengan kategori sedang.
5. Mata pencaharian peternak adalah sebagai mata pencaharian
pokok.
6. Populasi ternak dengan kategori sektor 3.
7. Sumber dana peternak dari lembaga keuangan LPD dan
Koperasi.
8. Produksi ternak menghasilkan telur ayam dengan kategori
rendah.
9. Biaya usaha peternakan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel sebesar Rp. 2.964.00.0000 dengan rata-rata populasi
ayam petelur sebanyak 10.460.00.000 ekor per tahun.
10. Penerimaan usaha peternakan yang terdiri dari penjualan telur,
penjualan ayam afkir, dan penjualan kotoran ayam sebesar Rp
3.111.605.988,00.
11. Pendapatan usaha peternakan yaitu selisih antara penerimaan
dan biaya, yaitu sebesar 146.721.000. 000 dengan Gross Profit
Margin sebesar 5%.
Sumber : lampiran 1
11
peternakan ayam petelur yaitu dengan memberikan jaminan dalam
permodalan dan mengoptimalkan petugas lapangan.
4. Strategi W-T (weakness- threats), adalah taktik defensif yang diarahkan
untuk meminimalkan kelemahan internal dan mengantisipasi ancaman
eksternal. Permasalahan pokok pengembangan agribisnis peternakan ayam
petelur adalah keterbatasan jumlah pendanaan dan fluktuasi harga pakan
yang sewaktu-waktu dapat melonjak. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka strategi yang dapat digunakan adalah dengan mengoptimalkan modal
usaha dan meningkatkan kemampuan dalam pengembangan agribisnis.
12
untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan
yang akan diantisipasi keberadaannya. Analisis eksternal betujuan untuk
memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman yang berasa dari lingkungan
luar perusahaan.
13
diharapkan mencari solusi yang tepat guna untuk pendanaan dalam usaha
peternakan ayam petelur, agar sewaktu-waktu dapat memenuhi kebutuhan usaha.
Selain itu, peternak juga harus lebih selektif dalam memilih lembaga keuangan dan
jenis kredit yang ada, agar pendanaan tersebut dapat sesuai kebutuhan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swasta DH dan Irawan, 1990. ‘’ Manajemen Pemasaran Materi’’. Edisi Kedua,
Liberty, Yogyakarta.
BPS Sulawesi Tengah. 2015. Sulawesi Tengah dalam Angka 2015. Palu: BPS Provinsi
Sulawesi Tengah.
David, F. R. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan. PT. Intan Sejati Klaten,
Jakarta.
Goi, C.L. 2009. A Review of Marketing Mix: 4Ps or More? International Journal of
Marketing Studies. Vol. 1 (1). Hal. 2-15.
14
Hunger, J. David dan Whelen, Thomas L, Manajemen Strategis, Yogyakarta: Adin,
2003.
Herron, K.L. dan M.L. Fernandez. 2004. Are the Current Dietary Guidelines
Regarding Egg Consumption Appropriate? The Journal of Nutrition. Vol. 134 (1).
Hal.187-190.
Mine, Y. 2002. Recent Advances in Egg Protein Functionality in the Food System.
World’s Poultry Science Journal. Vol. 58 (1). Hal. 31-39.
M. Fajar Trisna Kurniawan, Dwi Putra Darmawan), NW. Sri Astiti. Strategi
Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tabanan.
Program studi magister agribisnis, program pascasarjana, universitas udayana.
Jurnal Manajemen Agribisnis vol. 1 no. 2 tahun 2013 ISSN: 2355-0759.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rangkuti, F., 2006. Analisis SWOT, Tehnik Menbedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia .
Wijaya, K dan Abdullah, S. 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras dan Buras. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
15