Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG MANIS

(Zea mays L. Saccharata Sturt ) VAR. BONANZA DI DESA TAMPARAK


LAYUNG KECAMATAN DUSUN UTARA KABUPATEN BARITO
SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI
INRAYANI
NPM 19.54201.037

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2023
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL : ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO


USAHATANI JAGUNG MANIS (Zea maysL.
Saccharata Sturt) VAR. BONANZA DI DESA
TAMPARAK LAYUNG KECAMATAN DUSUN
UTARA KABUPATEN BARITO SELATAN
NAMA : INRAYANI
NPM : 19.54201.037
FAKULTAS : PERTANIAN
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
JENJANG : SARJANA STRATA 1 (S 1)

Palangka Raya, Juni 2023

Telah disetujui untuk diseminarkan


Pembimbing I Pembimbing II

Asro L. Indrayanti, SP., MP Rakha Satya Idsan, STP., MTP


NIDN. NIDN.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Sifat Biologi Tanaman Jagung
B. Konsep Usaha tani
C. Kajian Penelitian Sebelumnya
BAB III KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B, Pendekatan Penelitian
C. Prosedur Penelitian
D. Analisis Data
E. Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam
pembangunan berkelanjutan, karena berperan penting dalam penyedia bahan
baku, penyedia bahan pakan, penyedia bahan baku untuk industri kecil,
menengah, dan besar (UMKM), penyumbangan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, hingga menjadi sumber utama
pendapatan rumah tangga. (Haris et al. 2017). Sektor pertanian terdiri dari
beberapa subsektor salah satunya subsektor tanaman pangan yang memiliki
peranan penting dan stategis dalam pembangunan. Selain itu juga berperan
penting dalam ketahanan pangan nasional, pengentasan kemiskinan,
penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa, serta menjadi penarik bagi
pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan untuk industri hilir
yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional (Mardani et al. 2017).
Salah satu komoditas tanaman pangan unggulan strategis nasional adalah
jagung. Jagung berperan penting terhadap perekonomian nasional dan
menjadi kontributor PDB terbesar kedua setelah pada dalam subsektor
tanaman pangan (Sulaiman et al. 2017) . Jagung merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras, turunan dari padi. Sekitar 71,07% budidaya
jagung dilakukan di lahan bukan sawah. Jagung yang ditanam secara
monokultur memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan ditanam secara
tumpangsari yaitu sebesar 59, 59 ku/ha. Berdasarkan data FAO (Food and
Agriculture Organization) produksi jagung di Indonesia mencapai 22,5 juta
ton ditahun 2020. Pada 2021 Kementan mencatat produksi jagung dalam
negeri sebanyak 23 juta ton pada tahun 2021. Diperkirakan tahun berikutnya
akan terus mengalami peningkatan produksi jagung di Indonesia.
Produksi jagung nasional setiap tahun meningkat, namun hingga kini
belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga masih mengimpor
dalam jumlah besar. BPS mencatat nilai impor jagung Indonesia mencapai
995.999 ton pada tahun 2021 berdasarkan nilainya, impor jagung mengalami
kenaikan sebesar 72,2 % secara tahunan (yoy). Beberapa daerah di Indonesia
seperti Madura dan Nusa Tenggara paling banyak mengkonsumsi jagung
sebagai sumber pangan utama. Dengan berkembang pesarnya industri
peternakan, jagung sebagai komponen utama sebesar 60% dalam ransum
pakan. Diperkirakan 55% dari kebutuhan jagung dalam negeri digunakan
untuk pakan, sedangkan hanya 30% untuk konsumsi pangan, sisanya
digunakan untuk kebutuhan industri lainnya (Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2020).
Pembangunan pertanian di Indonesia dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan produksi pertanian secara
maksimal sehingga meningkatkan pendapatan petani dalam mewujudkan
swasembada pangan dan kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani sebagai salah satu sasaran pembanguan pertanian, hanya
mungkin dicapai apabila kegiatan usahatani yang diselenggarakan
memperoleh keuntungan yang maksimal. Usahatani merupakan suatu proses
produksi dimana petani sebagai pelaksana untuk mengelola lahan, tenaga
kerja, modal untuk melakukan produksi di lahan pertanian. Usahatani
berhasil dicapai apabila usaha tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk
membayar semua biaya dan alat yang digunakan dalam proses produksi.
Prospek usahatani tanaman jagung cukup bagus bila dikelola secara intensif
dan berpola agribisnis.
Kabupaten Barito Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah merupakan lumbung pertanian yang menyumbang
pendapatan perekonomian disektor pertanian di Kalimantan Tengah.
Masyarakat Barito Selatan mayoritas menggantungkan hidupnya disektor
pertanian dan perkebunan. Potensi-potensi yang dimiliki Kabupaten Barito
Selatan baik itu disektor perkebunan, pertanian, tanaman pangan, holtikultura
sayuran maupun buah-buahan. Kabupaten Barito Selatan memiliki potensi
tanah yang baik untuk di manfaatkan. Selain itu kekayaan hasil alam budaya
dari Kabupaten Barito Selatan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin guna tetap
menjaga keberadaannya dimasa mendatang.
Desa Tamparak Layung merupakan salah satu wilayah yang masuk
dalam wilayah Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan merupakan
desa yang sebagian besar sumber penghasilannya berasal dari hasil pertanian.
Tanaman jagung merupakan jenis tanaman selinggan yang dibudidayakan
oleh masyarakat di Desa Tamparak Layung dan 20 orang yang melakukan
budidaya jagung ini.
Meskipun demikian, sampai saat ini belum pernah dikaji manfaat dan
resiko secara ekonomi dari budidaya jagung khususnya untuk jagung manis
var. Bonanza di Desa Tamparak Layung ini, sehingga belum bisa dipastikan
apakah usahatani jagung memberikan manfaat dan meningkatkan
kesejahteraan petani atau tidak. Penelitian akan melakukan kajian mendalam
terkait kelayakan dan resiko usahatani jagung dengan tujuan untuk melihat
besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dari
usahatani jagung. Analisis tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran peluang bisnis usahatani jagung dan dapat menguntungkan bagi
pelaku usaha jagung.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Berapa Kelayakan dan
Resiko Usaha Tani Jagung Manis Var. Bonanza di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan”

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Menghitung jumlah biaya produksi usahatani jagung di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
2. Menghitung pendapatan petani jagung di Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
3. Menghitung dan menganalisis kelayakan usahatani jagung di Desa
Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
Kabupaten Barito Selatan
4. Menghitung tingkat risiko (Penurunan harga, Penurunan produksi, dan
Kenaikan harga faktor produksi) yang di terima petani pada usahatani
jagung di Desa Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten
Barito Selatan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam pengembangan usaha
tani jagung.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi-
instansi terkait dalam membuat kebijakan dan pembangunan pertanian,
terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani
jagung.
3. Sebagai sumber informasi bagi para peneliti untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang usahatani jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN JAGUNG
1. Tinjauan Sifat Biologi Tanaman Jagung
Jagung adalah tanaman serealia yang berasal dari benua Amerika,
ditemukan disekitar negara Meksiko. Tanaman ini merupakan salah satu
jenis tanaman rumput-rumputan dengan tipe biji monokotil. Tanaman
jagung mulai ditanam secara intensif dalam rangka mencapai
swasembada pangan di Indonesia (Wulandari & Lalu 2019).
Beberapa syarat tumbuh tanaman jagung untuk menunjang
produktivitas dan hasil panen adalah tanah yang gembur serta kaya akan
humus untuk menjadikan tanaman jagung dapat tumbuh secara optimal.
Tingkat kemasaman derajat (pH) tanah untuk tanaman jagung adalah 5,5
- 7,5 dengan kedalaman air tanah 50 - 200 cm dari permukaan tanah.
Selain itu, kedalaman efektif tanah untuk tanaman jagung mencapai 20 -
60 cm Tanaman jagung dapat tumbuh diberbagai jenis tanah mulai dari
lempung berdebu sampai dengan liat, namun jagung lebih menghendaki
jenis tanah lempung berdebu. Fase pertumbuhan tanaman jagung secara
umum sama, yang membedakanhanya interval waktu disetiap tahap
pertumbuhan dan jumlah daun disetiap tanaman bisa berbeda (Jumadi et
al 2021).
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu jenis tanaman serealia
yang eksis di Tanah Air. Tanaman jagung ialah salah satu bahan pangan
pokok potensial sekaligus menjadi satu dari sekian komoditas penting
dalam agribisnis. Dalam hal ini, hasil panen tanaman jagung terbilang
penting dalam upaya peningkatan ekonomi agrikultur hingga agribisnis
dunia (Latuharhary dan Triono, 2017).
Berdasarkan bentuk, struktur biji, serta endospermanya, tanaman
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Jagung mutiara (Z. mays
indurate), jagung gigi kuda (Z. mays indentata), jagung manis (Z. mays
saccharata), jagung pod (Z. tunicate sturt), jagung berondong (Z. mays
everta), jagung pulut (Z. ceritina Kulesh), jagung QPM (Quality Protein
Maize), dan jagung minyak yang tinggi (High Oil) (Riwandi et al 2014).
Jagung manis termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini dari
fase vegetatif dan generatif. Adapun klasifikasi jagung manis sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L. Saccharata Sturt
Morfologi Jagung
1. Akar
Jagung memiliki sistem perakaran serabut dengan tiga macam akar,
yaitu : (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau
penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula
(akar utama) dan embrio. Akar adventif merupakan akar yang awalnya
berasal dari buku di ujung mesokotil, kemudian akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan terus ke atas antara 7-10
buku yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah. Akar adventif
berkembang menjadi serabut akar tebal. Sementara itu, akar penyangga
adalah akar adventif yang berkembang pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah. Menurut Riwandi et al 2014, fungsi dari akar
penyangga sesuai dengan namanya ialah untuk menyangga tanaman agar
tetap tegak dan mencegah rebah batang. Perkembangan akar tanaman
jagung bergantung pada varietas jagung, kualitas pengolahan tanah, sifat
fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung
juga dapat dijadikan indikator penilaian toleransi tanaman terhadap
cekaman aluminium. Di lapangan, tanaman yang toleran aluminium
memiliki tudung akar yang terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu
akar.
2. Batang
Tinggi batang jagung berukuran antara 150 - 250 cm. Batang jagung
dilindungi oleh pelepah daun yang berselang-seling dan berasal dari
setiap buku. Ruas-ruas bagian atas batang jagung berbentuk silindris
sedangkan bagian bawahnya berbentuk agak bulat pipih. Tunas batang
yang telah berkembang akan menghasilkan tajuk bunga betina.
Percabangan atau disebut batang liar pada jagung muncul pada pangkal
batang. Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,
berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada
buku ruas batang terdapat tunas yang kemudian berkembang menjadi
tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol jagung yang
produktif. Ditinjau dari komponennya, natang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith). Jaringan pembuluh tertata dalam
lingkaran konsentris dengan kepadatan yang tinggi dan lingkaran menuju
perikarp di dekat epidermis (Riwandi et al 2014).
3. Daun
Jumlah daun jagung sama dengan jumlah buku batang dan bervariasi
antara 8-15 helai, berwarna hijau berbentuk pita dan tidak memiliki
tangkai daun. Daun jagung terdiri atas beberapa bagian yakni kelopak
daun, lidah daun (ligula), dan helai daun yang memanjang berbentuk pita
dengan ujung meruncing. Daun jagung tumbuh pada setiap buku batang
dan berhadapan satu sama lain. Daun dilengkapi dengan pelepah daun
yang berfungsi sebagai bagian yang membungkus batang dan melindungi
buah (Riwandi et al 2014).
Tanaman jagung yang tumbuh di daerah tropis mempunyai jumlah
daun relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung yang
tumbuh di daerah beriklim sedang. Jagung tergolong tanaman hari
pendek sehingga jumlah daun ditentukan saat inisiasi bunga jantan dan
dikendalikan oleh banyak faktor seperti genotipe, lama waktu
penyinaran, dan suhu

4. Bunga
Tanaman jagung disebut sebagai tanaman berumah satu karena
bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman tetapi letaknya
terpisah. Bunga jantan (tassel) tersimpan dalam bentuk malai di pucuk
tanaman, sedangkan bunga betina tersimpan pada tongkol yang terletak
kira-kira pada pertengahan tinggi batang jagung Rambut jagung (silk)
merupakan pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
bagian tongkol jagung. Rambut jagung tumbuh dengan panjang 30,5 cm
atau lebih sehingga dapat keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut
jagung ini bergantung pada panjang tongkol dan juga kelobot.
5. Biji dan Tongkol
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol tergantung pada
varietasnya. Setiap tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih produktif dengan
lebih dulu terbentuk serta berukuran lebih besar dibandingkan tongkol
yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol jagung terdiri atas 10-16
baris biji yang selalu berjumlah genap. Biji jagung disebut kariopsis
karena dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa
yang membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu : (a) perikarp, berupa lapisan luar yang tipis dan berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu serta kehilangan air; (b)
endosperma, berupa bagian penyimpan cadangan makanan dan mencapai
75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein,
mineral, minyak, dan lainnya; serta (c) embrio (lembaga), berupa bakal
atau diistilahkan sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamula, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil.
Varietas
Varietas unggul merupakan komponen lain dalam sistem produksi
jagung. Secara umum, terdapat perbedaan mendasar antara morfologi antara
varietas berumur dalam dan berumur genjah, antara lain tinggi tanaman,
panjang dan lebar daun. Pada umumnya tanaman berumur genjah mempunyai
tanggapan yang lebih baik terhadap kepadatan populasi tinggi. Varietas
unggul jagung yang telah dilepas di Indonesia pada umumnya dianjurkan
untuk ditanam di dataran rendah, di bawah 800 m dari atas permukaan laut.
Beberapa varietas jagung hibrida dapat beradaptasi dengan baik di dataran
menengah sampai tinggi Varietas unggul mempunyai pertumbuhan lebih
baik, perakaran kokoh, batang tegak, toleran rebah, cepat tumbuh, umur
panen 95 hari, populasi optimum 66.887 tanaman/hektar, dan tahan penyakit
karat (Yulisma, 2011) .
Semakin banyak jumlah varietas jagung berdampak bagi petani yang
semakin mudah memilih varietas yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kondisi sumber daya setempat. Varietas unggul jagung yang telah dilepas ini,
daya adaptasi dan kecocokannya disetiap lokasi dan musim tanam harus diuji
terlebih dahulu. Potensi hasil suatu galur atau varietas sangat ditentukan oleh
interaksinya dengan kondisi lingkungan tumbuh. Varietas hibrida dan varietas
unggul menunjukkan komponen pertumbuhan yang lebih baik. Adapun
komponen hasil yang tinggi ditunjukkan oleh varietas hibrida dan varietas
unggul (Kaihatu, 2015).
Di Indonesia ada berbagai macam jagung manis yang telah
dibudidayakan yaitu, jagung manis varietas master manis , jagung manis
varietas bicolour manis, jagung manis varietas bonanza ,jagung manis
varietas talenta , dan jagung manis varietas wanita manis. Dari sekian banyak
jagung manis tersebut, varietas bonanza lah yang paling cocok untuk
dibudidayakan. Varietas bonanza memiliki cita rasa yang sangat manis, dan
daya simpannya cukup tinggi, dan memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan jagung manis. Jagung manis varietas bonanza yang
sering dan sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah
dari galur F1 . Jagung manis bonanza F1 banyak dicari oleh petani jagung
untuk dibudidayakan karena memiliki beberapa keunggulan, memiliki
tongkol yang besar dengan biaya antara 300-480 gram/tongkol, potensi panen
yang dapat
mencapai 14-18 ton / ha, memiliki umur panen yang cukup singkat yaitu 70-
85
HST (Kartika 2019). Hasil penelitian (Irvendi 2016) menunjukan bahwa
penggunaan varietas Bonanza F1 memberikan hasil terbaik berpengaruh
sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang, panjang
tongkol, dan berat tongkol agung manis dalam sistem tumpang sari dengan
kacang tanah.
Budidaya
1. Penyiapan Benih
Benih yang digunakan harus memiliki sifat unggul dengan daya
tumbuh benih minimal 90% untuk menghasilkan jagung yang berkualitas
dengan produksi tinggi. Seleksi biji jagung untuk benih dilakukan dengan
memperhatikan kondisi fisik biji jagung yang baik, sehat dan berbobot,
serta matang fisiologis. Kebutuhan benih untuk tanaman jagung antara
20-30 kg/ha.Benih jagung dengan kualitas fisiologi yang tinggi lebih
toleran terhadap kondisi biofisik yang kurang optimal dan lebih efektif
dalam manfaatkan pupuk dan unsur hara di dalam tanah. Adapun
pemilihan benih jagung yakni tongkol dikupas dan dikeringkan, lalu
dipipil (Sakiri, 2019). Perlakuan benih dengan fungisida dan insektisida
dilakukan dengan cara mengambil cairan fungisida dan insektisida sesuai
dosis dan dimasukkan ke dalam wadah percampur, lalu tambahkan air
secukupnya, aduk hingga rata kemudian masukkan benih ke dalam
wadah tersebut dan dicampurkan merata, kering anginkan selama
beberapa jam sebelum benih digunakan (Azrai et al 2018).
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk penanaman jagung diawali dengan
pembersihan atau sanitasi lahan dengan cara membersihkan vegetasi
gulma, sampah atau kotoran yang berada di lahan, bebatuan yang dapat
mengganggu penanaman, serta bongkahan kayu yang terdapat di lahan
yang dapat mengganggu aktivitas penanaman nantinnya. Selanjutnya
dilakukan lagkah pengolahan lahan yang dilakukan dengan cara
membalikan tanah dengan tujuan untuk menggemburkan tanah serta
memperbaiki aerasi pada tanah. Langkah selanjutnya dalam persiapan
lahan adalah pembuatan bedengan dengan ukuran 150 cm x 80 cm yang
dilakukan dengan alat bantu cangkul untuk memudahkan pembuatan
bedengan. Pada bagian pingir lahan dibuat saluran drainase dnegan lebar
30 cm untuk menghindari adanya genangan air disekitar area lahan
budidaya. Jarak antara pengolahan lahan dengan waktu tanam adalah 1
minggu. Lubang tanam dibentuk pada bedengan yang telah dibuat
dengan bantuan alat tanam konvensional.
3. Ploting dan Penanaman
Proses penanaman benih jagung dilakukan, apabila lahan sudah
cukup gembur dan subur. Lubang digalih dengan sistem tugal sedalam 5-
15 cm. Pemberian jarak yang tepat dapat mencegah pertumbuhan jagung
saling bertubrukan. Selain itu berbagai pola pengaturan jarak tanam telah
dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak
tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata,
efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada
perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak
benih yang diperlukan pada saat penanaman. Jarak tanam yang
digunakan terdaat 2 cara yaitu: a. 70 cmx 20 cm dengan 1 benih per
lubang tanam, b. 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam.
Salah satu sistem tanam jagung yaitu sistem tanam jajar legowo.
Jajar legowo adalah suatu cara tanam yg didesain untuk meningkatkan
produktivitas tanaman melalui peningkatan populasi tanaman dan
pemanfaatan efek tanaman pinggir, dimana penanaman dilakukan dengan
merapatkan jarak tanaman dalam baris dan merenggangkan jarak
tanaman antar legowo. Pemanfaatan sistem legowo juga dikaitkan
dengan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks
pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat
meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.Jika
penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman
tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang
diterapkan adalah 25 cm x (50 cm – 100 cm) 1 tanaman/lubang atau 50
cm x (50 cm – 100 cm) 2 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha).
4. Pemupukan
Pemupukan sangat berkaitan erat dengan kegiatan budidaya jagung
dimana pemupukan adalah salah satu dari faktor kunci bagi keberhasilan
dalam budidaya jagung. Kegiatan pemberian pupuk dalam mendukung
pertumbuhan tanaman jagu, baik itu berupa pupuk organik maupun
pupuk anorganik dimana pada dasarnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hara yang diperlukan jagung dalam mendukung pertumbuhan
dan berkembangnya tanaman. Pemupukan dilakukan secara berimbang
untuk efisiensi pemberian pupuk itu sendiri, dalam hal ini berarti
pemberian berdasarkan kepada keseimbangan antara hara yang
dibutuhkan oleh tanaman jagung yang berdasarkan tingkat sasaran hasil
yang ingin dicapai serta ketersediaan hara dalam tanah.
Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan pada umur 10-15 hari
setelah tanam. Jenis pupuk yang digunakan pada kegiatan penelitian
UML hibrida pada cekaman N rendah ( Low N ) yaitu : Urea, SP-36 dan
KCl. Dengan takaran: Urea 3 sebanyak 04 gram , KCl sebanyak 1.4
gram, SP 36 sebanyak 2,34 gram. Pemupukan dilakukan dengan cara
menaburkan pupuk disekeliling tanaman jagung dengan jarak 10 cm dari
pangkal batang. Pupuk KCl memiliki kandungan 50 pupuk SP 36, P 36,
urea N 46. Terdapat 2 ulangan yaitu ulangan pertama menggunakan urea,
SP 36, KCl dan ulangan kedua yaitu SP 36 dan KCl. Adapun tujuannya
yaitu untuk membedakan antara 2 ulangan yang menggunakan urea dan
tidak menggunakan urea.
5. Pengairan
Pengoptimalan pengelolaan air harus diusahakan, yaitu tepat waktu,
tepat sasaran, dan tepat jumlah sehingga upaya peningkatan produktivitas
maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanian
jagung menjadi lebih efisien. Periode pertumbuhan tanaman jagung yang
membutuhkan pengairan lahan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase
pertumbuhan awal yang berlangsung selama 15-25 hari, fase vegetatif
selama 25-40 hari, fase pembungaan selama 15-20 hari, fase pengisian
biji selama 35-45 hari, dan fase pematangan selama 10-25 hari.
Pembuatan saluran genangan air disekeliling bedengan adalah cara yang
optimal dalam pemberian air pada lahan kering agar air benar-benar
meresap sampai kedalam tanah. Kekurangan air pada tanaman jagung
biasanya lebih toleran saat fase vegetatif (25-40 hari) dan saat fase
pematangan (10-25 hari). Apabila tanaman jagung kekurangan air pada
fase pembungaan (15-20 hari) maka akan berpengaruh besar terhadap
penurunan hasil panen.
6. Hama dan Penyakit
Penyakit pada jagung yang paling sering di jumpai yaitu bulai.
Penyakit bulai di Indonesia sendiri terhitung sangat banyak
mengakibatkan kerugian. Kerugian bahkan dapat mencapai angka 90%
gagal panen diakibatkan penyakit bulai ini. Penyakit bulai pada jagung
ini diakibatkan oleh Peronosclerospora sp. Penyakit bulai dalam
pengendaliannya dilakukan dengan menggunakaan metalaxil pada masa
sebelum benih ditanam. Infeksi jamur yang menyerang tanaman jagung
dilakukan penyemprotan seperti dosis dengan menyemprotkan bagian
bawah tanaman (terhitung bagian tongkol ke bawah).
Penyakit pada tanaman jagung yang juga sering di jumpai yaitu
busuk batang. Penyakit ini juga menjadi ancaman bagi petani jagung saat
ini. Penyakit ini disebabkan jamur Diplodia maydis. Jamur ini biasa
muncul ketika memasuki musim kemarau yang kering. Biasanya jika
sudah terjadi pada tanaman penyemprotan fungisida dengan bahan aktif
mankozeb dan sidazeb. Selain itu, seperti hama penggerek batang, hawar
daun, serta hama lainnya juga masih sering dijumpai di lahan pertanian
jagung. Maka dari itu pengendalian hama dan penyakit penting untuk
dilakukan guna menjaga kualitas jagung yang dihasilkan. Pengendalian
yang biasa dilakukan dengan penyemprotan, atau dengan mengguanakan
pupk sesuai dosis dan penambahan nutrisi pada pemupukan.

7. Persilangan
Jagung merupakan salah satu tanaman berumah satu atau biasa
dikenal dengan sebutan monoeciuos, hal ini dikarenakan bunga jantan
dan betina pada jagung terdapat dalam satu tanaman. Bunga jantan atau
tassel memiliki serbuk sari (pollen) yaitu trinukleat. Pollen pada tanaman
jagung memiliki sel vegetative berupa dua gamet jantan yang
mengandung butiran-butiran pati. Memiliki dinding yang tebalnya yakni
dua lapisan, exine dan intin, serta dinding ini cukup keras. Sedangkan
Bunga betina atau dikenal dengan tongkol, rambut jagung (silk)
merupakan pemanjangan yang berasal dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Silk tumbuh dengan panjang hingga sehingga
mengakibatkan silk keluar dari ujung kelobot.
Terdapat beberapa metode atau cara dalam melakukan persilangan
varietas jagung yang dapat digunakan dalam melakukan pengamatan.
Salah satunya yang sering digunakan yaitu pada persilangan F1 atau yang
biasa disebut dengan sibling (#) dan juga persilangan diri yang disebut
dengan selfing (X). Pada cara sibling lebih banyak dilakukan karena cara
ini dapat dikatakan lebih efisien atau dapat menghindari perselingkuhan
karena lebih muda diambil dari pejantan lain dengan syarat yaitu
tanaman tersebut harus heterozigot. Selain persilangan secara siblings
terdapat pula persilangan secara selfing yaitu pada satu tanaman jagung
diambil serbuk/tepuk sari dari malainya/bunga jantan yang ditampung di
dalam kertas karton berwarna cokelat setelah itu ditabur ke rambut
tongkol/ bunga betina yang sebelumnya telah ditutup terlebih dengan
silkbag/plastic bening.
8. Pengemasan Benih
Biasanya, para petani jagung menyimpan benih/pipilan jagung dalam
karung goni kemudian disimpan dalam gudang ataupun loteng rumah
dalam suhu ruang. Hal ini menyebabkan benih jagung yang telah dipipil
hanya mampu bertahan sekitar dua bulan. Meningkatnya resiko serangan
hama gudang Dolesses viridis, Sitophyllus zeamays, dan Cryptoleptes
presillus juga dengan mudah menyerang benih dengan metode
penyimpanan seperti ini. Penyimpanan benih jagung harus menggunakan
wadah yang tertutup dan kedap udara sehingga tidak terjadi kontak
dengan udara yang dapat menyebabkan merusak benih jagung dan
menurunkan daya tumbuhnya. Menurut Kartika (2015), salah satu
penentu pencapaian sistem produksi pertanian yang berkelanjutan
penggunaan benih yang bermutu sangat berperan dalam peningkatan
produksi dan pendapatan para petani yang dapat menjadi kepastian hasil
tani adalah adalah ketersediaan benih yang berkualitas.

B. KONSEP USAHA TANI


1. Pengertian Usaha tani
Usahatani adalah usaha di bidang pertanian, baik pertanian pangan,
hortikultura, tanaman hias, perkebunan, perikanan, kehutanan dan
peternakan. Usahatani merupakan kegiatan ekonomi yang memerlukan
biaya produksi agar proses produksi dapat berlangsung. Usahatani adalah
kegiatan ekonomi, karenanya ilmu ekonomi berperan dalam membantu
pengembangannya. Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan
sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau
peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak
dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga
memberikan pendapatan maksimal. Sedangkan Ilmu usahatani diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Sriyadi 2014).
Menurut Suratiyah (2015) Usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai bagaimana seorang petani mengkoordinasi dan
mengorganisasikan faktor produksi seefisien mungkin sehingga nantinya
dapat memberikan keuntungan bagi petani. Ilmu usahatani adalah sebuah
ilmu yang berisi mengenai tata cara petani memanfaatkan sumber daya
seefektif dan seefisien dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Efektif berarti produsen atau petani dapat memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, sedangkan efesien
mempunyai arti bahwa pemanfaatan sumber daya nantinya dapat
menghasilkan output (keluaran) yang lebih kecil dari input (masukan).
Faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan usahatani adalah faktor
alam. Faktor alam dibagi menjadi dua, yaitu: (1) faktor tanah. Tanah
merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani karena
tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan faktor
produksi yang istimewa karena tanah tidak dapat diperbanyak dan tidak
dapat berubah tempat, (2) faktor iklim. Iklim sangat menentukan
komoditas yang akan diusahakan, baik ternak maupun tanaman. Iklim
dengan jenis komoditas yang akan diusahakan harus sesuai agar dapat
memperoleh produktivitas yang tinggi dan manfaat yang baik. Faktor
iklim juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi dalam usahatani.
Iklim di Indonesia, pada musim hujan khususnya memiliki pengaruh
pada jenis tanaman yang akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola
pergiliran tanaman, jenis hama dan jenis penyakit.
Unsur-unsur dalam usahatani meliputi (Suratiyah 2015):
a) Tanah merupakan bagian yang paling penting dalam pembentuk
usahatani karena tanah merupakan media yang digunakan sebagai
media tumbuh bagi tanaman. Besar kecilnya luas lahan yang
dimiliki oleh petani dapat mempengaruhi dalam menerapkan cara
berproduksi. Luas lahan kecil menjadikan petani sulit untuk
mengkombinasikan cabang usahatani sedangkan luas lahan besar
memudahkan petani dalam mengkombinasikan cabang usahatani
yang bermacammacam sehingga lebih menguntungkan bagi petani.
b) Tenaga kerja adalah energi yang dikeluarkan pada suatu kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk. Jenis tenaga kerja dalam
usahatani dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: manusia, hewan dan
mesin. Tenaga kerja manusia terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan
wanita. Tenaga kerja laki-laki, umumnya dapat mengerjakan seluruh
pekerjaan sedangkan tenaga kerja wanita biasanya hanya membantu
pekerjaan laki-laki, pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh tenaga
kerja wanita misalnya menanan, menyiang tanaman dan panen.
Tenaga kerja hewan dan mesin digunakan ketika tenaga kerja
manusia tidak dapat melakukannya Tenaga kerja manusia dapat
dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di
luar anggota keluarga. Tenaga kerja di dalam keluarga adalah tenaga
kerja yang masih anggota keluarga, misalnya ayah, ibu dan anak-
anak. Tenaga kerja di dalam keluarga umumnya tidak mendapatkan
upah. Sedangkan tenaga kerja di luar keluarga adalah tenaga kerja
yang mendapatkan upah atas hasil kerjanya. Pembayaran upah
tenaga kerja tersebut dapat harian atau borongan, dapat berbentuk
uang ataupun hasil panen.
c) Modal merupakan hal terpenting selain tanah dalam usahatani.
Beberapa jenis modal dalam usahatani yaitu tanah, bangunan
(gudang, tempat seleb, kandang dan sebagainya), alat pertanian
(traktor, garu, sprayer, sabit, cangkul dan sebagainya), sarana
produksi (pupuk, benih, obat-obatan), uang tunai dan uang pinjaman
dari bank. Sumber modal dapat berasal dari modal sendiri,
pinjaman, warisan dan kontrak sewa. Kontrak sewa biasanya diatur
dalam jangka waktu yang sudah di sepakati antara peminjan dan
pemilik modal. Modal berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua,
yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap yaitu modal
yang dapat berkali-kali digunakan untuk masa produksi, yang
termasuk modal tetap adalah tanah. Modal bergerak adalah modal
yang akan habis setiap kali masa produksi. Bibit dan pupuk
merupakan contoh dari modal bergerak Modal terbagi atas modal
lancar dan modal tetap. Modal lancar atau disebut juga modal
berputar merupakan modal yang tertanam ke dalam barang-barang
yang lancar yang berputar dari bentuk satu menjadi bentuk lainnya.
Modal tetap adalah modal yang diinvestasikan ke dalam barang-
barang yang tetap. Modal ini tidak mengalami perubahan selama
jangka panjang dan tidak berubah ke dalam bentuk lain.
d) Pengelolaan dalam usahatani adalah kemampuan seorang petani
dalam mengorganisasikan, mengarahkan, menentukan dan
mengkoordinir faktor produksi sesuai yang di harapkan.
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang
berwawasan agribisnis harus mempunyai manajemen usaha yang
baik agar dapat bersaing dengan pasar. Langkah-langkah yang harus
dilakukan agar produk tersebut dapat bersaing di era globalisasi
yaitu: (1) inovasi teknologi. Perubahan teknologi sangat diperlukan
untuk meningkatkan hasil produksi. Kemajuan jaman menuntut
petani untuk selalu memperbarui teknologi yang digunakan agar
dapat mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Namun,
permasalahan yang sering terjadi adalah para petani enggan untuk
beralih menggunakan teknologi sederhana ke teknologi modern
karena mereka sudah nyaman dan sudah terbiasa menggunakan
teknologi tersebut serta minimnya modal yang petani miliki. Oleh
karena itu para petani tidak dapat bersaing dengan pasar global, (2)
manajemen usaha yang dilakukan kelompok. Di dalam pertanian
ada istilah tentang manajemen ‘bakul sate’, manajemen ini
merupakan manajemen yang sering digunakan oleh para petani.
Manajemen ‘bakul sate’ merupakan suatu manajemen yang
mengharuskan petani untuk selalu mengerjakan dan menunggui
usahataninya sendiri mulai dari hulu hingga hilir. Manajemen
tersebut harus ditinggalkan, para petani sekarang tidak harus
menunggui usahatani mereka, terdapat alternatif manajemen yang
lebih efektif yaitu manajemen yang koorporatif dan korporasi.
Kelebihan menggunakan manajemen tersebut yaitu: pengelolaan
lahan, irigasi, dan budidaya diserahkan kepada tim lapangan yang
sudah terampil sehingga pengelolaan lebih efisien, mobilisasi
sumber daya pertanian seperti lahan, tenaga kerja dan modal lebih
mudah karena sudah di kelola tim manajer yang ahli, pembagian
keuntungan yang diperoleh dibagi secara adil sesuai perjanjian yang
telah disepakati, (3) penyuluhan. Metode penyuluhan juga harus
diubah dan disesuaikan dengan manajemen modal yang diterapkan
oleh kelompok. Model penyuluhan dibagi menjadi tiga yaitu:
pendekatan personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal.
Melalui pendekatan korporasi yang digunakan, maka model
penyuluhan yang sesuai adalah model pendekatan personal. Materi
yang disampaikan oleh penyuluh lebih di fokuskan pada masalah
manejemen, misalnya pemasaran, pengambilan keputusan, analisis
keuangan dan kewirusahaan.
2. Biaya Usahatani
Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan secara rutin
selama proses produksi usahatani tersebut berlangsung dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) (Nurjaman et al. 2017) . Biaya produksi terdiri dari :
a. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung langsung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan
dan sifatnya tidak habis dalam satu kali proses produksi. Biaya
tetap terdiri dari :
 Pajak lahan dihitung dalam satuan rupiah per hektar (Rp./ha)
 Penyusutan alat dihitung dalam satuan rupiah per hektar
(Rp/ha). Untuk menghitungnya adalah dengan metode garis
lurus (Straight Line Method) dengan menggunakan rumus
adalh sebagai berikut :
Penyusutan = (Nilai Beli - Nilai Ekonomis) / Umur Ekonomis
 Bunga modal biaya tetap dihitung berdasarkan bunga bank
yang berlaku pada saat penelitian, dinyatakan dalam satuan
rupiah per hektar (Rp/ha).
b. Biaya Variabel (Variable Cost) yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan sifatnya habis dalam
satu kali proses produksi, yang diterdiri dari : benih, pupuk
organik, pupuk NPK, pupuk urea, pupuk SP36, Pupuk Organik
Cair, Rhizobium, karung, pestisida, dan tenaga kerja.

Secara sistematis, biaya usahatani dirumuskan sebagai berikut :


TC = FC + VC
Keterangan :
TC : Total Cost (Biaya produksi total)
FC : Fixed Cost (Biyaa tetap)
VC : Variable Cost (Biaya variabel)
3. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan penjumlahan seluruh nilai produk
yang dijual maupun yang dikonsumsi sendiri ataupun digunakan untuk
keperluan lain. Total penerimaan diperoleh dari jumlah barang yang
terjual dikalikan dengan harga penjualan setiap satuan barang, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P X Q
Dimana: TR = Total Revenue/total penerimaan; P = harga; Q = Jumlah
produksi.
4. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan suatu besaran nilai atas balas jasa
terhadap penggunaan seluruh faktor produksi. Perhitungan pendapatan
usahatani didapatkan dari pengurangan antara penerimaan usahatani
dengan pengeluaran usahatani (biaya produksi). Pendapatan yang
diperoleh petani umumnya digunakan untuk memutar modal usahatani
periode tanam berikutnya, memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
petani, dan lain sebagainya. Total pendapatan diperoleh dari total
penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi
(Patmawati et al 2021). Secara matematis keuntungan atau pendapatan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
I = TR-TC
Dimana, I = Income/Pendapatan; TR = Total penerimaan; TC = total
biaya produksi.
Suatu keberhasilan pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal usahatani yang perlu
diperhatikan adalah kesuburan media tanam (lahan pertanian), skala
usahatani, ketersediaan tenaga kerja luar keluarga, ketersediaan modal
dalam usahatani, adaptasi penggunaan alat produksi modern (teknologi),
pola tanam (diversifikasi lahan), status penguasaan lahan, cara
pemasaran output produksi, efisiensi penggunaan input, tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani serta tenaga kerja. Faktor-faktor
eksternal usahatani yang perlu diperhatikan selama usahatani
berlangsung adalah penggunaan sarana transportasi, sistem tataniaga atau
pemasaran, fasilitas irigasi, tinggi rendahnya harga output dan input,
ketersediaan lembaga perkreditan, dan kebijakan peraturan pemerintah
mengenai pertanian.
5. Kelayakan Usahatani
Keberhasilan usahatani atau usahatani mengalami keuntungan
secara efisien dapat dilihat dari nilai R/C. Nilai R/C dibagi menjadi dua,
yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Usahatani dapat
dikatakan efisien dan layak diusahakan apabila nilai R/C usahatani petani
lebih dari 1 karena memberikan penerimaan lebih besar daripada
pengeluarannya (Habibi dan Fitriani 2018).
Menurut Soekartawi (2010), efisiensi dalam produksi merupakan
ukuran perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.
Penentuan apakah usahatani jagung manis di Desa Tamparak Layung,
Kecamatan Dusun Utara, Kabupaten Bariot Selatan apakah layak atau
tidak layak untuk diusahakan menggunakan rumus sebagai berikut:
R/C Rasio = TR / TC
Dimana, R/C Ration = Perbandingan antara penerimaan dan biaya ; TR =
Total Penerimaan; TC = Total Cost
Dengan kaidah keputusan :
 R/C > 1, usahatani jagung manis layak untuk diusahakan
 R/C < 1, usahatani jagung manis tidak layak untuk diusahakan
 R/C =1, usahatani jagung manis mengalami titik impas karena
penerimaan sama dengan pengeluaran.
6. Risiko Usahatani
Dalam kegiatan usahatani padi, petani sering kali dihadapkan pada
ketidakpastian dan risiko gagal panen. Risiko usahatani tersebut dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti cuaca, suhu, kekeringan,
banjir dan serangan hama penyakit. Selain faktor lingkungan, risiko
usahatani juga dapat disebabkan oleh kegiatan pemasaran, dimana sering
terjadi fluktuasi harga pada hasil pertanian. Risiko usahatani muncul
karena adanya kondisi ketidakpastian. Dengan kata lain, risiko dan
ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda dan saling terkait.
Ketidakpastian merupakan situasi pada suatu keadaan atau kejadian di
masa mendatang yang tidak dapat diduga secara pasti. Sedangkan risiko
diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk akibat
suatu tindakan. (Zakirin et al, 2013).
Vaughan mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut
(Sriyadi 2014) :
a) Risk in the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)
Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap
kerugian atau suatu kemungkinan merugi. Sebaliknya jika
disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka
“chance” sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat
probabilitas akan munculnya situasi tertentu.
b) Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa
berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat
mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan
tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok di pakai dalam analisis
secara kuantitatif.
c) Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya
ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa
risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian. Tetapi istilah
“uncertainty” itu sendiri mempunyai berbagai arti, dan selalu tidak
segera bisa ditangkap arti mana yang dimaksudkan. Untuk
ringkasnya dapat dikatakan, bahwa uncertainty ada yang bersifat
subyektif dan yang bersifat obyektif. Subjektif uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko. Hal ini
didasarkan atas pengetahuan dan sikap orang yang memandang
situasi itu. Ketidakpastian itu merupakan ilusi yang diciptakan oleh
orang karena ketidaksempurnaan
pengetahuannya di bidang itu. Jadi ketidakpastian seperti ini bersifat
subyektif dan inilah yang menimbulkan risiko dalam pengambilan
keputusan.
Secara statistik, pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan
ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation).
Dengan ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti
kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai rata-
rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan (E)
menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang di peroleh
petani,sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi
keuntungan yang mungkin di peroleh atau merupakan risiko yang di
tanggung petani. Selain itu penentuan batasan bawah sangat penting
dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil
terbawah di bawah tingkat hasil yang di harapkan.Batas bawah
keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang
mungkin di terima oleh petani. Koefisien variasi yang merupakan ukuran
risiko relative secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
Harga CV = σ / C.................................. (1)
Produksi CV = σ / Y..................................(2)
Keuntungan CV = σ / π...................................(3)
Dimana, CV = Koefisien variasi; σ = simpangan baku (standar
deviasi); P = harga rata-rata; Y = produksi rata-rata; π =
keuntungan rata-rata

C. KAJIAN PENELITIAN SEBELUMNYA


Penelitian Kurniati (2012) yang berjudul “Analisis Risiko Produksi
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Usahatani Jagung (Zea mays
L.) di Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak” bertujuan untuk
bertujuan untuk menganalisis risiko usahatani jagung serta pengaruh
penggunaan input usahatani jagung terhadap risiko produksi di Kecamatan
Mempawah Hulu Kabupaten Landak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) Risiko produksi usahatani jagung dengan luas lahan < 1 Ha lebih tinggi
dibandingkan usahatani jagung dengan luas lahan 1 Ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya variasi produksi yang lebih tinggi pada
usahatani jagung dengan luas lahan < 1 Ha dibanding usahatani jagung
dengan luas lahan 1 Ha; (2) Faktor yang mempengaruhi risiko produksi
adalah tenaga kerja, dengan nilai koefisien -0,027 dan nilai probabilitas 0,09.
Besarnya jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap tingkat variasi
hasil produksi jagung, sehingga berarti penambahan tenaga kerja
mempengaruhi risiko produksi jagung.
Penelitian Kurniawan dkk. (2015) yang berjudul “Analisis Risiko
Usahatani Tanaman Pangan di Desa Mekar Sari KecamatanKumpeh
Kabupaten Muaro Jambi” bermaksud untuk mengetahui kegiatan usahatani
dan menganalisis seberapa besar nilai pendapatan serta risiko usahatani
tanaman pangan jagung dan padi sawah pada kegiatan spesialisasi dan
diversifikasi yang dilakukan oleh petani di Desa Mekar Sari. Hasil
pembahasan dari kegiatan diversifikasi yang dilakukan petani jagung dan padi
sawah yaitu dengan sistem bergilir dalam waktu satu tahun dengan biaya
produksi yang berbeda-beda sedangkan nilai risiko spesialisasi dari komoditi
padi sawah sebesar Rp. 5.692.454 sehingga pendapatan setelah risiko sebesar
Rp. 11.199.101. Pada komoditi jagung nilai risiko sebesar Rp. 4.789.398
sehingga pendapatan setelah risiko sebesar Rp. 10.463.462. Nilai risiko
diversifikasi dari komoditi padi sawah dan jagung sebesar Rp. 4.935.774
sehingga pendapatan setelah risiko sebesar Rp. 21.744.089. Nilai koefisien
korelasi kombinasi lebih besar daripada satu yang berarti perubahan antara
dua kombinasi padi sawah dan jagung selalu bergerak searah. Kegiatan
diversifikasi dua komoditi tidak dapat meminimalkan risiko melainkan dapat
menaikkan risiko dengan kenaikan tanaman padi sebesar 15,2 % sedangkan
tanaman jagung sebesar 12,9%.
Penelitian Windani dkk. (2016) memiliki pendekatan dan dimensi
yang berbeda. Penelitian yang berjudul “Manajemen Risiko Usahatani Jagung
(Zea mays L.) sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani” bertujuan bertujuan untuk (1) mengetahui dan
menganalisis karakteristik petani dan resiko usahatani jagung, (2)
mendeskripsikan persepsi petani jagung terhadap resiko dan (3)
mendeskripsikan strategi resiko yang dilakukan oleh petani jagung. Sebanyak
30 orang petani diambil sebagai sampel dengan menggunakan metode
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiko
produktifitas, biaya dan pendapatan usahatani jagung yang diukur dengan
menggunakan Koefisien Varians (KV) masingmasing sebesar 0.57, 0.62 dan
0.57. Hal ini menjadi indikator bahwa usahatani jagung memiliki resiko
sedang. Menurut persepsi sebagian besar petani jagung, resiko merupakan
suatu hal yang dapat membahayakan usahatani jagung, tetapi dapat dicegah
atau dikurangi dampaknya jika diwaspadai sejak awal. Faktor utama yang
menjadi penyebab resiko usahatni jagung adalah gangguan dari OPT
(organisme pengganggu tanaman), harga jual jagung yang seringkali
mengalami penurunan, dan tingginya harga sarana produksi. Strategi
pengelolaan resiko ex-ante dilakukan oleh petani dengan menggunakan
varietas jagung unggul seperti jagung hibrida 816 atau hibrida Bisi-2 dan
membeli benih yang tersertifikasi. Strategi interactivenya dilakukan dengan
menggunakan jarak tanam sesuai anjuran, menggabungkan penggunaan
pupuk tunggal, majemuk dan organik, pembasmian OPTdengan cara kimiawi
dan PHT (Pengendalian Hama Terpadu), menggunakan tenaga kerja dari luar
desa, mengatasi kekurangan modal dengan meminjam dari kerabat dan
Gapoktan. Strategi ex-post dilakukan jika terjadi kegagalan usahatani jagung,
dengan cara memenuhi kebutuhan keluarga dari pendapatan yang berasal dari
pekerjaan sampingan, tetap berusahatani dengan mempelajari penyebab
terjadinya kegagalan, dan mendapatkan modal dengan cara mengambil
tabungan, dan meminjam dari Gapoktan.
Penelitian Suhendra (2020) yang berjudul “Analisis Risiko Usahatani
Jagungdi Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir” menemukan
bahwa : (1) Besarnya penerimaan usahatani jagung di Kecamatan Batang
Tuaka sebesar Rp 6.962.727,00/MT, keuntungan Rp 5.321.464,00/MT dan
R/C 4,24; (2) Nilai koefisien variasi produksi (CVa) sebesar 0,34; batas
bawah produksi (La) sebesar 706,57 kg per hektar (2) nilai koefisien variasi
harga (CVb) sebesar 0,07; batas bawah harga (Lb) sebesar Rp. 2.795,66 per
kg.
Penelitian Keny dkk. (2022) yang berjudul “Analisis Pendapatan dan
Risiko Usahatani Jagungdi Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung
Timur” ingin mengkaji : (1) perbandingan pendapatan usahatani jagung pada
lahan kering dan lahan sawah tadah hujan, (2) tingkat risiko usahatani jagung
pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan, (3) pemetaan risiko usahatani
jagung pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan, dan (4) strategi
penanganan risiko yang dilakukan oleh petani pada tipe lahan kering dan
lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung
Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani jagung
lahan sawah tadah hujan (Rp 12.415.911,17 per hektar) lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan usahatani jagung lahan kering (Rp
7.219.395,16 per hektar). Risiko produksi dan pendapatan usahatani jagung di
lahan kering lebih besar dibandingkan pada lahan sawah tadah hujan.
Pemetaan risiko pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan menunjukkan
bahwa sumber risiko tertinggi berasal dari serangan hama dan serangan
penyakit. Secara umum petani lahan kering dan lahan sawah tadah hujan
memiliki strategi yang sama yaitu pada sumber risiko hama ditangani dengan
melakukan penyulaman dan penyemprotan pestisida, serta pada sumber risiko
penyakit ditangani dengan perendaman benih menggunakan fungisida
sebelum tanam dan pemusnahan tanaman terinfeksi.
Hasil penelitian Mopangga dkk. (2022) yang berjudul “Analisis Risiko
Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Labanu Kecamatan
Tibawa” menunjukkan bahwa petani jagung di Desa Labanu mengusahakan
lebih meminimkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan
keuntungan itu terbukti dengan total biaya yang rata-rata dikeluarkan
perhektar sebanyak Rp. 62.680.000/ha dan penerimaannya cukup tinggi yakni
Rp. 930.000.000/ha serta rata-rata pendapatan bersih yang didapat oleh petani
di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo adalah Rp.
868.180.000/ha, itu berarti jagung di Desa Labanu cukup membantu
perekonomian petani. Berdasarkan nilai koefisien variasi sebesar 6,35
terdapat pada variasi produksi ≤ 1 Ha, artinya bahwa usahatani jagung masih
menguntungkan karena nilai koefisien tergolong rendah.
Penelitian Tri Pujiono (2022) bertujuan Untuk menganalisis besar
risiko produksi dan mengetahui besar pendapatan usahatani jagung manis di
Desa Campagaya Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Hasil penelitian
menujukan bahwa untuk analisis risiko produksi dan pendapatan usahatani
jagung manis di Desa Campagaya Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
Risiko produksi yang hadapi petani jagung manis sarana produksi yaitu
keterlambatan pemupupukan di karnakan kelangkah pupuk dan risiko cuaca
yaitu tidak menentu sedangkan risiko hama dan penyakit seperti hama
belalang,ulat tongkol,ulat tanah dan penyakit bulai,busuk pelepah, sedangkan
untuk analisis risiko produksi jagung manis dari koefisien variasi (CV)
sebesar 0,017 artinya apabila < 0,50 maka petani selalu untung sedangkan
nilai > 0,50 maka risiko produksi petani jagung manis harus terima risiko
semakin besar dan untuk pendapatan usahatani jagung manis sebesar Rp
1.785.305.
BAB III
KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Geografis
Desa Tamparak Layung merupakan salah satu dari 19 desa di
wilayah Kecamatan Dusun Utara, dengan luas wilayah Desa seluas ±
1.900 ha. Jarak dari ibukota Kabupaten ke Desa Tamparak Latung sekitar
80 km. Secara topograpi Desa ini termasuk dalam klasifikasi dataran.
Adapun batas- batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Batampang Dusun Utara
Sebelah Timur : Desa Ngurit Kecamatan Gunung Bintang Awai
Sebelah Selatan : Desa Sei Paken Kecamatan Gunung Bintang Awai
Sebelah Barat : Desa Tamparak Kecamatan Dusun
Utara

B. Kondisi Iklim
Desa Tamparak Layung secara garis besar beriklim tropis, suhu
udara berkisar antara 21-35 derajat Celsius, dengan curah hujan rata-rata
258,62 mm. Dimana musim hujan biasanya terdiri antara Bulan Januari
s.d April, musim kemarau antara bulan Juli s.d November, sedangkan
musim pancaroba antara bulan Mei s.d Juni.

C. Luas Lahan Menurut Penggunaan Lahan


Desa Tamparak Layung memiliki beberapa jenis penggunaan
lahan. Tabel 1 jenis penggunaan lahan menunjukkan bahwa luas lahan
untuk pertanian khususnya lahan kebun adalah seluas 550 Ha atau
84,62% dari luas lahan menurut jenis penggunaan lahan. Berikut jenis
penggunaan lahan di Desa Tamparak Layung disajikan pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Jenis penggunaan lahan yang ada di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan.
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas ( ha) Persentase (%)

1. Hutan 100 15,38


2. Kebun 550 84,62
Jumlah 650 100,00
Sumber: UPT BPP Kecamatan Dusun Utara (2022)

D. Keadaan penduduk
Jumlah RW dan RT di Desa Tamparak Layung secara berurutan
adalah 1 RW dan 4 RT. Penduduk di Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan berjumlah 812 jiwa
dengan jumlah laki-laki sebanyak 425 jiwa dan perempuan sebanyak 387
jiwa (UPT BPP 2022). Untuk mengetahui klasifikasi penduduk di Desa
Tamparak Layung berdasarkan usia, pekerjaan dan pendidikan dapat
dilihat dalam tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Usia penduduk yang ada di Desa Tamparak Layung Kecamatan
Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan Tahun 2022.
Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
No. (Jiwa)
1. 0-18 321 39,53
2. 19-75 485 59,73
3. >76 6 0,74
Jumlah 812 100,00
Sumber: UPT BPP Kecamatan Dusun Utara (2022)
Tabel 2 menunjukkan bahwa berusia 0-18 tahun berjumlah 360
jiwa dengan persentase 39,53% dari jumlah penduduk keseluruhannya,
berusia 19-75 tahun berjumlah 485 jiwa atau 59,73%, dan berusia >76
tahun berjumlah 6 jiwa atau 0,74% dari jumlah penduduk
keseluruhannya.

E. Mata Pencaharian
Masyarakat yang ada di Desa Tamparak Layung sebagian besar
berprofesi sebagai petani lebih besar dengan jumlah 189 jiwa atau
dengan 68,98% dibandingkan dengan masyarakat dengan profesi yang
lain. Berikut mata pencaharian masyarakat Desa Tamparak Layung
disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat yang ada di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
Tahun 2022

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


No.
1. PNS 14 5,11
2. Pedagang 12 4,38
3. Petani /Nelayan 189 68,98
4. Swasta 59 21,53
Jumlah 274 100,00
Sumber: UPT BPP Kecamatan Dusun Utara (2022)

F. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Tamparak Layung
disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Tingkat pendidikan masyarakat yang ada di Desa Tamparak


Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
Tahun 2022
Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
No. Tingkat Pendidikan
1. Tidak Sekolah 73 8,99
2. Belum Tamat SD 80 9,85
3. SD 277 34,11
4. SLTP 150 18,47
5. SLTA 202 24,88
6. Akademi/D.III 20 2,46
7. Sarjana/Pasca 10 1,23
Jumlah 812 100,00
Sumber: UPT BPP Kecamatan Dusun Utara (2022)
Tabel 4 menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah SD dengan
jumlah 277 jiwa atau dengan 34,11% dan yang terkecil adalah
Sarjana/Pasca hanya 10 jiwa atau 1,23%.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tamparak Layung Kecamatan Dusun
Utara Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi penelitian
ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa desa
tersebut merupakan desa yang mengusahakan usahatani tanaman jagung di Desa
Tamparak Layung. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Januari-
Juli 2023.

B. Bahan, Alat, dan Obyek Penelitian


1. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini merupakan
bahan yang digunakan dalam observasi, wawancara, dan studi literatur:
a. Kuesioner Penelitian
b. Guide Wawancara dan Obeservasi.
Dalam penelitian ini menggunakan alat penunjang yang digunakan dalam
penelitian berupa:
a. Alat tulis
b. Alat perekam dengan menggunakan recorder handphone
c. Stopwatch
2. Obyek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah petani tanaman hias hoya di Desa
Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan.

C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian diskriptif
dan kuantitatif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel independen, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel
yang lain (Kuswanto, 2011).
Penelitian Deskriptif juga dimaknai sebagai penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain (Sugiono, 2014). Dengan demikian, penelitian ini akan
mengungkapkan data atau variabel yang berkaitan dengan kelayakan usahatani
jagung tanpa menguraikan atau mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan usahatani tersebut secara rinci.

D. Prosedur Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan untuk menganalisa seberapa besar pendapatan usahatani
tanaman jagung. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan
petani tanaman jagung berdasarkan daftar pertanyaan yang dipersiapkan
sebelumnya. Data yang diambil dari petani sampel yaitu data usia petani,
tingkat pendidikan petani, jumlah anggota keluarga, biaya usahatani,
penerimaan usahatani dan pendapatan petani (Setiawati et al., 2015).
 Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung atau data penunjang yang diperoleh
dari sumber tidak langsung yaitu instansi atau lembaga terkait dengan
penelitian, internet dan pustaka yang menunjang kegiatan penelitian
(Setiawati et al., 2015).
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
 Observasi : salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, dan
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari parilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden.
 Wawancara : teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
terhadap narasumber atau sumber data.
 Dokumentasi : sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan gambar-
gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan bukti
yang akurat dari pencatatan sumber-sumber.
 Kuesioner : menyebarkan kuesioner kepada petani tanaman hias hoya
berupa daftar pertanyaan tentang usahatani petani tanaman hias hoya.
3. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah total keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study
sensus (Sabar, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang
berusahatani tanaman jagung.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang petani yang dipilih secara
simple istematic random sampling).

E. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif.
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan gambaran usaha atau
profil usahatani tanaman jagung. Metode analisis ini yang bertujuan untuk
menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, total biaya, dan analisis
kelayakan usahatani tanaman hias hoya yaitu R/C Ratio di Desa Tamparak
Layung.
Berikut langkah-langkah analisis kuantitatif.

1. Biaya
TC = FC – VC ..............................................................................................
(1)
Keterangan :
TC : Total Cost (Total biaya)
FC : Fixed Cost (Biaya tetap)
VC : Variable Cost (Biaya tidak tetap)
2. Penerimaan
TR = P x Q....................................................................................................(2)
Keterangan :
TR : Total Revenue ( Total Penerimaan )
P : Price ( Harga )
Q : Kuantitas atauJumlah Produksi
3. Pendapatan
Π = TR – TC ................................................................................................(3)
Keterangan :
Π : Pendapatan
TR : Total Revenue ( Total Penerimaan )
TC : Total Cost (Total biaya)
4. Return Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan
biaya. Menurut Soekartawi (2016) secara matematik hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut :

=R/C Ratio, dimana TR- Py.Y, TC=TFC+TVC

atau : R/C =
Kriteria yang digunakan sebagai berikut :
R/C Ratio > 1, usahatani layak
R/C Ratio = 1, usahatani impas
R/C Ratio < l, usahatani tidak layak
Jika perhitungan R/C Ratio lebih besar dari satu, berarti usahatani
Jagung manis mendapatkan keuntungan dan layak untuk diusahakan. Jika
hasil perhitungan R/C Ratio sama dengan satu maka usahatani tanaman hias
hoya berada pada titik impas maka tidak layak diusahakan. Apabila hasil
perhitungan R/C Ratio lebih kecil dari satu, berarti usahatani tersebut
mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan.
5. Tingkat Resiko
Resiko diukur berdasarkan penurunan harga, penurunan produksi, dan
peningkatan faktor produksi.
Koefisien variasi yang merupakan ukuran risiko relatif secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut:
Harga CV = σ / C.................................. (1)
Produksi CV = σ / Y..................................(2)
Keuntungan CV = σ / π...................................(3)
Keterangan :
CV = Koefisien variasi; σ = simpangan baku (standar deviasi); P = harga
rata-rata; Y = produksi rata-rata; π = keuntungan rata-rata
Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani, artinya
semakin besar nilai CV yang didapat maka semakin besar pula risiko yang
harus ditanggung petani, begitu pula sebaliknya. Batas bawah (L)
menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima
oleh petani dan menunjukkan aman tidaknya modal/investasi yang
ditanamkan dari kemungkinan kerugian. Adapun rumus untuk mencari batas
bawah (L) yaitu:
L = π -2σ
Dimana: L = Batas bawah; π = Keuntungan rata-rata (Rp) σ = Simpangan
baku

F. Definisi dan Batasan Operasional


Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan batasan operasional sebagai berikut :
1. Usahatani cabai merah adalah kegiatan petani membudidayakan jagung
manis dengan mengelola input atau faktor-faktor produksi (modal, tenaga
kerja, sumber daya alam, kewirasuhaan dan sumber daya informasi)
untuk memperoleh suatu keuntungan dari usahatani tersebut.
2. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Proses
produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat
dipenuhi, persyaratan ini lebih di kenal dengan faktor produksi. Faktor
produksi terdiri dari 3 komponen yaitu: modal, tenaga kerja dan luas
lahan.
3. Modal adalah segala bentuk kekayaan yang digunakan untuk
memproduksi kekayaan yang lebih banyak lagi.
4. Tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja, faktor-
faktor produksi yang digunakan sepenuhnya.
5. Luas lahan merupakan luas areal persawahan yang akan di tanam pada
musim tertentu. Pada umumnya luas lahan merupakan lahan pertanian
yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang saluran untuk
menahan/menyalurkan air.
6. Biaya tetap adalah biaya yang terus dikeluarkan oleh petani jagung manis
di Desa Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito
Selatan walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit. .
7. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani Desa
Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
yang dimana besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung volume
produksi yang diperoleh.
8. Total Biaya adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap
yang dikeluarkan oleh petani Desa Tamparak Layung Kecamatan Dusun
Utara Kabupaten Barito Selatan.
9. Penerimaan adalah perkalian antara harga satuan tanaman hias hoya
dengan hasil produksi yang dihasilkan oleh petani Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan.
10. Pendapatan adalah keuntungan bersih yang diperoleh petani Desa
Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan,
setelah dikurangi seluruh biaya produksi yang dikeluarkan
11. Populasi dalam penelitian ini adalah petani Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
12. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang sampel.
13. Analisa kelayakan adalah analisa untuk melihat layak atau tidaknya
usahatani jagung manis ini untuk diusahakan di Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
DAFTAR PUSTAKA

Azrai, M., Aqil, M., Arief, R., Koes, F., Arvan, R. Y., 2018. Petunjuk Teknis
Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Penerbit Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros, Indonesia
Habibi H, Fitrianti S. 2018. Analisis biaya dan pendapatan budidaya jamur tiram
putih di (P4S) Nusa Indah Kabupaten Bogor. Journal of Agribusiness
and Community Empowerment. 1(1): 1-9
Haris, W.A., Sarma, M., Falatehan, A.F. 2018. Analisis Peranan Subsektor
Tanaman Pangan Terhadap Perekonomian Jawa Barat. Journal of
Regional and Rural Development Planning. 1 (3) : 231 - 242
Invendi. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Varietas Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt.) Dalam Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis
Hipogeae. L). Jurnal Agrotropika Hayati. 3 (3)
Jumadi, O., Junda, M., Caronge, M.W., Mu’nisa, A., Iriany, R. N. 2021. Teknolgi
Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Sorgum (Sorghum bicolor
L. Moench). Makasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM
Kaihatu, Sandra, S. 2015. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Jagung di
Kabupaten Maluku Barat Daya (Mbd). AGRIC. 27 (1 & 2)
Katika, T. 2019. Potensi Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt.)
Hibrida Varietas Bonanza F1 Pada Jarak Tanam Berbeda. Jurnal
Sainmatika. 16(1) : 55 - 66
Kuswanto. D., 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung . CV. Pustaka Setia.
Latuharhary, Angelina, R., Triono, Saputro, B. 2017. Respon Morfologi Tanaman
Jagung (Zea mays) Varietas Bisma Dan Srikandi Kuning Pada Kondisi
Cekaman Salinitas Tinggi. Jurnal Sains dan Seni ITS . 6(2).
Mardani, Nur, T. M., Satriawan, H. 2017. Analisis Usaha Tani Tanaman Pangan
Jagung di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Sektor Pertanian.
1 (2) : 203 - 212
Nurjaman, T., Soetoro, Yusuf , M., N. 2017. Analisis Biaya, Penerimaan,
Pendapatan, dan R/C Usahatani Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Studi Kasus di Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran. Jurnal Agroinfo Galuh. 4 (1) : 585 - 590.
Patmawati, A. Suriaatmaja, M., E. Widuri, N. 2021. Analisis Pendapatan Usahtani
Jagung Manis di Kelurahan Tani Aman Kecamatan Loa Janan Ilir Kota
Samarinda. Jurnal Agribisnis Komunikasi Pertanian. 4 (2) : 67-74
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementan. 2020. Outlook Jagung :
Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Jakarta. Pusat Data
dan Sistem Indormasi Pertanian, Sektertariat Jendral Kementerian
Pertanian
Riwandi., Merakati, Handajaningsih., Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung
dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Bengkulu: UNIB Press.
Sakiri, Lukman, M. 2019. Teknik Budidaya Tanaman Jagung.
www.pertanianku.com
Setiawati, N.K.P., Suamba I.K. dan Wulandira A.A.A. 2015. “Analisis
Pendapatan Usahatani Padi Bersertifikat Organik (Kasus Kelompok Tani
Gana Sari Kabupaten Badung)”. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 4 (5)
: 355-364
Soekartawi. 2010. Analisis Usahatani. Jakarta. UI Press
Sriyadi. 2014. Risiko Usahatani. Yogyakarta : Penerbit Lembaga Penelitian,
Publikasi & Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY
Sugiyono. 2014. Metodoogi Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
Sulaiman A.M., I.Ketut, Hoerudin, Kasdi, Suwandi, & Farid. 2017. Cara Cepat
Swasembada Jagung 1st Ed.. Jakarta: Sekertariat Jenderal Kementrian
Pertanian RI. 101 hal.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Wulandari, Arasya, B., Jaelani, L., M. 2019. Identifikasi Fase Pertumbuhan
Tanaman Jagung Menggunakan Citra SAR Sentinel - 1A (Studi Kasus:
Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB). Jurnal Penginderaan Jauh
Indonesia. 1 (2).
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai
Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(3).
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG MANIS
(Zea mays L. Saccharata Sturt ) VAR. BONANZA DI DESA TAMPARAK
LAYUNG KECAMATAN DUSUN UTARA KABUPATEN BARITO
SELATAN

Nomor Kuesioner : Tanggal Wawancara :

Pengantar Penelitian :
Bapak/Ibu yang terhormat, saya INRAYANI Mahasiswa S1 Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas PGRI Palangka Raya melaksanakan
penelitian mengenai “ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO USAHATANI
JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata Sturt ) VAR. BONANZA DI
DESA TAMPARAK LAYUNG KECAMATAN DUSUN UTARA
KABUPATEN BARITO SELATAN”. Saya mohon ketersediaan Ibu/Saudari
sangat berharga sebagai bahan masukan untuk proses pengambilan keputusan dari
penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya
A. Identitas Responden
1. Nama : ................................................................................
2. Jenis Kelamin : ................................................................................
3. Umur : ................................... Tahun
4. Alamat : .................................................................................
5. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. DIII e. Sarjana
6. Mata Pencaharian
a. Utama : .............................................................................
b. Sampingan : ………………………………………………….
7. Lama Berusahatani : ................................... Tahun
8. Jumlah Tanggungan Keluarga :
…………………………………………...
9. Pajak PBB Lahan Usahatani : Rp. ..........................................
B. Data Usahatani
1. Kepemilikan Usahatani : …………………………………………...
2. Sewa Lahan : …………………………….. Rp/Tahun
3. Luas Lahan Usahatani : ………….......…………………………….
4. Jenis Bibit yang digunakan : ………...........…………………………….
5. Harga Bibit : ......................…………………………….
6. Peralatan Produksi yang digunakan :
Lama Penggunaan
No. Jenis Peralatan Jumlah Harga (Rp)
(Tahun)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

7. Bahan yang Digunakan dalam Usahatani (Pupuk, Herbisida, Insektisida,


dll)
No Jenis Bahan yang Jumlah Biaya
Jumlah Satuan Harga (Rp)
. Digunakan (Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

8. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani


No Biaya
Tahapan Pekerjaan
. Jumlah TK (Orang) Upah (Rp)
1 Persiapan Lahan/Tempat
2 Penanaman
3 Pemupukan
4 Pemeliharaan
5 Pemanenan

Keterangan. 1 Hari Kerja = ………………..Jam


a) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses
persiapan lahan/tempat dalam masa penanaman ?
....................................../Hari
b) Untuk kegiatan poin a, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . .
. . . . . . Jam
c) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses
persiapan dalam masa penanaman ............................................ /Hari
d) Untuk kegiatan poin c, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . .
. . . . . . Jam
e) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses
pembenihan sampai penanaman dalam masa penanaman
............................................ /Hari
f) Untuk kegiatan poin e, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . .
. . . . . . .. Jam
g) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses
pemupukan dalam masa penanaman ............................................ /Har
i
h) Untuk kegiatan poin g, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . . . .
. . . . Jam
i) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses pe
meliharaan dalam masa penanaman ............................................ /Hari
j) Untuk kegiatan poin i, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . . . .
. . . . Jam
k) Berapa Alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja pada proses pa
nen sampai pascapanen tanah dalam masa penanaman
............................................ /Hari
l) Untuk kegiatan poin k, berapa jam kerja yang dipergunakan per hari: . . .
. . . . Jam
C. Penerimaan Usahatani
1. Berapa jumlah produksi jagung manis yang anda peroleh ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………........................................................................
2. Berapa harga jual hasil panen jagung manis per satuan yang anda jual ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………….......................................................................
3. Bagaimanakah sistem penjualan hasil panen jagung manis yang
digunakan ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………........................................................................
4. Apakah anda sudah mempunyai pembeli (konsumen) khusus ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………................................................................................
5. Darimana sumber dana/modal usahatani jagung manis tersebut ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………........................................................................
6. Berapa Modal awal usahatanijagung manis tersebut ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………….......................................................................…
7. Bagaimana anda melakukan transaksi pembayaran ?
Jawab:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………............................................................................
Catatan Tambahan :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………....................................................................................

Anda mungkin juga menyukai