PROPOSAL SKRIPSI
INRAYANI
NPM 19.54201.037
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2023
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Sifat Biologi Tanaman Jagung
B. Konsep Usaha tani
C. Kajian Penelitian Sebelumnya
BAB III KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B, Pendekatan Penelitian
C. Prosedur Penelitian
D. Analisis Data
E. Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam
pembangunan berkelanjutan, karena berperan penting dalam penyedia bahan
baku, penyedia bahan pakan, penyedia bahan baku untuk industri kecil,
menengah, dan besar (UMKM), penyumbangan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, hingga menjadi sumber utama
pendapatan rumah tangga. (Haris et al. 2017). Sektor pertanian terdiri dari
beberapa subsektor salah satunya subsektor tanaman pangan yang memiliki
peranan penting dan stategis dalam pembangunan. Selain itu juga berperan
penting dalam ketahanan pangan nasional, pengentasan kemiskinan,
penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa, serta menjadi penarik bagi
pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan untuk industri hilir
yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional (Mardani et al. 2017).
Salah satu komoditas tanaman pangan unggulan strategis nasional adalah
jagung. Jagung berperan penting terhadap perekonomian nasional dan
menjadi kontributor PDB terbesar kedua setelah pada dalam subsektor
tanaman pangan (Sulaiman et al. 2017) . Jagung merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras, turunan dari padi. Sekitar 71,07% budidaya
jagung dilakukan di lahan bukan sawah. Jagung yang ditanam secara
monokultur memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan ditanam secara
tumpangsari yaitu sebesar 59, 59 ku/ha. Berdasarkan data FAO (Food and
Agriculture Organization) produksi jagung di Indonesia mencapai 22,5 juta
ton ditahun 2020. Pada 2021 Kementan mencatat produksi jagung dalam
negeri sebanyak 23 juta ton pada tahun 2021. Diperkirakan tahun berikutnya
akan terus mengalami peningkatan produksi jagung di Indonesia.
Produksi jagung nasional setiap tahun meningkat, namun hingga kini
belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga masih mengimpor
dalam jumlah besar. BPS mencatat nilai impor jagung Indonesia mencapai
995.999 ton pada tahun 2021 berdasarkan nilainya, impor jagung mengalami
kenaikan sebesar 72,2 % secara tahunan (yoy). Beberapa daerah di Indonesia
seperti Madura dan Nusa Tenggara paling banyak mengkonsumsi jagung
sebagai sumber pangan utama. Dengan berkembang pesarnya industri
peternakan, jagung sebagai komponen utama sebesar 60% dalam ransum
pakan. Diperkirakan 55% dari kebutuhan jagung dalam negeri digunakan
untuk pakan, sedangkan hanya 30% untuk konsumsi pangan, sisanya
digunakan untuk kebutuhan industri lainnya (Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2020).
Pembangunan pertanian di Indonesia dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan produksi pertanian secara
maksimal sehingga meningkatkan pendapatan petani dalam mewujudkan
swasembada pangan dan kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani sebagai salah satu sasaran pembanguan pertanian, hanya
mungkin dicapai apabila kegiatan usahatani yang diselenggarakan
memperoleh keuntungan yang maksimal. Usahatani merupakan suatu proses
produksi dimana petani sebagai pelaksana untuk mengelola lahan, tenaga
kerja, modal untuk melakukan produksi di lahan pertanian. Usahatani
berhasil dicapai apabila usaha tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk
membayar semua biaya dan alat yang digunakan dalam proses produksi.
Prospek usahatani tanaman jagung cukup bagus bila dikelola secara intensif
dan berpola agribisnis.
Kabupaten Barito Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah merupakan lumbung pertanian yang menyumbang
pendapatan perekonomian disektor pertanian di Kalimantan Tengah.
Masyarakat Barito Selatan mayoritas menggantungkan hidupnya disektor
pertanian dan perkebunan. Potensi-potensi yang dimiliki Kabupaten Barito
Selatan baik itu disektor perkebunan, pertanian, tanaman pangan, holtikultura
sayuran maupun buah-buahan. Kabupaten Barito Selatan memiliki potensi
tanah yang baik untuk di manfaatkan. Selain itu kekayaan hasil alam budaya
dari Kabupaten Barito Selatan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin guna tetap
menjaga keberadaannya dimasa mendatang.
Desa Tamparak Layung merupakan salah satu wilayah yang masuk
dalam wilayah Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan merupakan
desa yang sebagian besar sumber penghasilannya berasal dari hasil pertanian.
Tanaman jagung merupakan jenis tanaman selinggan yang dibudidayakan
oleh masyarakat di Desa Tamparak Layung dan 20 orang yang melakukan
budidaya jagung ini.
Meskipun demikian, sampai saat ini belum pernah dikaji manfaat dan
resiko secara ekonomi dari budidaya jagung khususnya untuk jagung manis
var. Bonanza di Desa Tamparak Layung ini, sehingga belum bisa dipastikan
apakah usahatani jagung memberikan manfaat dan meningkatkan
kesejahteraan petani atau tidak. Penelitian akan melakukan kajian mendalam
terkait kelayakan dan resiko usahatani jagung dengan tujuan untuk melihat
besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dari
usahatani jagung. Analisis tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran peluang bisnis usahatani jagung dan dapat menguntungkan bagi
pelaku usaha jagung.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Berapa Kelayakan dan
Resiko Usaha Tani Jagung Manis Var. Bonanza di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan”
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Menghitung jumlah biaya produksi usahatani jagung di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
2. Menghitung pendapatan petani jagung di Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
3. Menghitung dan menganalisis kelayakan usahatani jagung di Desa
Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
Kabupaten Barito Selatan
4. Menghitung tingkat risiko (Penurunan harga, Penurunan produksi, dan
Kenaikan harga faktor produksi) yang di terima petani pada usahatani
jagung di Desa Tamparak Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten
Barito Selatan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam pengembangan usaha
tani jagung.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi-
instansi terkait dalam membuat kebijakan dan pembangunan pertanian,
terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani
jagung.
3. Sebagai sumber informasi bagi para peneliti untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang usahatani jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN JAGUNG
1. Tinjauan Sifat Biologi Tanaman Jagung
Jagung adalah tanaman serealia yang berasal dari benua Amerika,
ditemukan disekitar negara Meksiko. Tanaman ini merupakan salah satu
jenis tanaman rumput-rumputan dengan tipe biji monokotil. Tanaman
jagung mulai ditanam secara intensif dalam rangka mencapai
swasembada pangan di Indonesia (Wulandari & Lalu 2019).
Beberapa syarat tumbuh tanaman jagung untuk menunjang
produktivitas dan hasil panen adalah tanah yang gembur serta kaya akan
humus untuk menjadikan tanaman jagung dapat tumbuh secara optimal.
Tingkat kemasaman derajat (pH) tanah untuk tanaman jagung adalah 5,5
- 7,5 dengan kedalaman air tanah 50 - 200 cm dari permukaan tanah.
Selain itu, kedalaman efektif tanah untuk tanaman jagung mencapai 20 -
60 cm Tanaman jagung dapat tumbuh diberbagai jenis tanah mulai dari
lempung berdebu sampai dengan liat, namun jagung lebih menghendaki
jenis tanah lempung berdebu. Fase pertumbuhan tanaman jagung secara
umum sama, yang membedakanhanya interval waktu disetiap tahap
pertumbuhan dan jumlah daun disetiap tanaman bisa berbeda (Jumadi et
al 2021).
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu jenis tanaman serealia
yang eksis di Tanah Air. Tanaman jagung ialah salah satu bahan pangan
pokok potensial sekaligus menjadi satu dari sekian komoditas penting
dalam agribisnis. Dalam hal ini, hasil panen tanaman jagung terbilang
penting dalam upaya peningkatan ekonomi agrikultur hingga agribisnis
dunia (Latuharhary dan Triono, 2017).
Berdasarkan bentuk, struktur biji, serta endospermanya, tanaman
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Jagung mutiara (Z. mays
indurate), jagung gigi kuda (Z. mays indentata), jagung manis (Z. mays
saccharata), jagung pod (Z. tunicate sturt), jagung berondong (Z. mays
everta), jagung pulut (Z. ceritina Kulesh), jagung QPM (Quality Protein
Maize), dan jagung minyak yang tinggi (High Oil) (Riwandi et al 2014).
Jagung manis termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini dari
fase vegetatif dan generatif. Adapun klasifikasi jagung manis sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L. Saccharata Sturt
Morfologi Jagung
1. Akar
Jagung memiliki sistem perakaran serabut dengan tiga macam akar,
yaitu : (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau
penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula
(akar utama) dan embrio. Akar adventif merupakan akar yang awalnya
berasal dari buku di ujung mesokotil, kemudian akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan terus ke atas antara 7-10
buku yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah. Akar adventif
berkembang menjadi serabut akar tebal. Sementara itu, akar penyangga
adalah akar adventif yang berkembang pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah. Menurut Riwandi et al 2014, fungsi dari akar
penyangga sesuai dengan namanya ialah untuk menyangga tanaman agar
tetap tegak dan mencegah rebah batang. Perkembangan akar tanaman
jagung bergantung pada varietas jagung, kualitas pengolahan tanah, sifat
fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung
juga dapat dijadikan indikator penilaian toleransi tanaman terhadap
cekaman aluminium. Di lapangan, tanaman yang toleran aluminium
memiliki tudung akar yang terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu
akar.
2. Batang
Tinggi batang jagung berukuran antara 150 - 250 cm. Batang jagung
dilindungi oleh pelepah daun yang berselang-seling dan berasal dari
setiap buku. Ruas-ruas bagian atas batang jagung berbentuk silindris
sedangkan bagian bawahnya berbentuk agak bulat pipih. Tunas batang
yang telah berkembang akan menghasilkan tajuk bunga betina.
Percabangan atau disebut batang liar pada jagung muncul pada pangkal
batang. Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,
berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada
buku ruas batang terdapat tunas yang kemudian berkembang menjadi
tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol jagung yang
produktif. Ditinjau dari komponennya, natang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith). Jaringan pembuluh tertata dalam
lingkaran konsentris dengan kepadatan yang tinggi dan lingkaran menuju
perikarp di dekat epidermis (Riwandi et al 2014).
3. Daun
Jumlah daun jagung sama dengan jumlah buku batang dan bervariasi
antara 8-15 helai, berwarna hijau berbentuk pita dan tidak memiliki
tangkai daun. Daun jagung terdiri atas beberapa bagian yakni kelopak
daun, lidah daun (ligula), dan helai daun yang memanjang berbentuk pita
dengan ujung meruncing. Daun jagung tumbuh pada setiap buku batang
dan berhadapan satu sama lain. Daun dilengkapi dengan pelepah daun
yang berfungsi sebagai bagian yang membungkus batang dan melindungi
buah (Riwandi et al 2014).
Tanaman jagung yang tumbuh di daerah tropis mempunyai jumlah
daun relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung yang
tumbuh di daerah beriklim sedang. Jagung tergolong tanaman hari
pendek sehingga jumlah daun ditentukan saat inisiasi bunga jantan dan
dikendalikan oleh banyak faktor seperti genotipe, lama waktu
penyinaran, dan suhu
4. Bunga
Tanaman jagung disebut sebagai tanaman berumah satu karena
bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman tetapi letaknya
terpisah. Bunga jantan (tassel) tersimpan dalam bentuk malai di pucuk
tanaman, sedangkan bunga betina tersimpan pada tongkol yang terletak
kira-kira pada pertengahan tinggi batang jagung Rambut jagung (silk)
merupakan pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
bagian tongkol jagung. Rambut jagung tumbuh dengan panjang 30,5 cm
atau lebih sehingga dapat keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut
jagung ini bergantung pada panjang tongkol dan juga kelobot.
5. Biji dan Tongkol
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol tergantung pada
varietasnya. Setiap tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih produktif dengan
lebih dulu terbentuk serta berukuran lebih besar dibandingkan tongkol
yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol jagung terdiri atas 10-16
baris biji yang selalu berjumlah genap. Biji jagung disebut kariopsis
karena dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa
yang membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu : (a) perikarp, berupa lapisan luar yang tipis dan berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu serta kehilangan air; (b)
endosperma, berupa bagian penyimpan cadangan makanan dan mencapai
75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein,
mineral, minyak, dan lainnya; serta (c) embrio (lembaga), berupa bakal
atau diistilahkan sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamula, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil.
Varietas
Varietas unggul merupakan komponen lain dalam sistem produksi
jagung. Secara umum, terdapat perbedaan mendasar antara morfologi antara
varietas berumur dalam dan berumur genjah, antara lain tinggi tanaman,
panjang dan lebar daun. Pada umumnya tanaman berumur genjah mempunyai
tanggapan yang lebih baik terhadap kepadatan populasi tinggi. Varietas
unggul jagung yang telah dilepas di Indonesia pada umumnya dianjurkan
untuk ditanam di dataran rendah, di bawah 800 m dari atas permukaan laut.
Beberapa varietas jagung hibrida dapat beradaptasi dengan baik di dataran
menengah sampai tinggi Varietas unggul mempunyai pertumbuhan lebih
baik, perakaran kokoh, batang tegak, toleran rebah, cepat tumbuh, umur
panen 95 hari, populasi optimum 66.887 tanaman/hektar, dan tahan penyakit
karat (Yulisma, 2011) .
Semakin banyak jumlah varietas jagung berdampak bagi petani yang
semakin mudah memilih varietas yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kondisi sumber daya setempat. Varietas unggul jagung yang telah dilepas ini,
daya adaptasi dan kecocokannya disetiap lokasi dan musim tanam harus diuji
terlebih dahulu. Potensi hasil suatu galur atau varietas sangat ditentukan oleh
interaksinya dengan kondisi lingkungan tumbuh. Varietas hibrida dan varietas
unggul menunjukkan komponen pertumbuhan yang lebih baik. Adapun
komponen hasil yang tinggi ditunjukkan oleh varietas hibrida dan varietas
unggul (Kaihatu, 2015).
Di Indonesia ada berbagai macam jagung manis yang telah
dibudidayakan yaitu, jagung manis varietas master manis , jagung manis
varietas bicolour manis, jagung manis varietas bonanza ,jagung manis
varietas talenta , dan jagung manis varietas wanita manis. Dari sekian banyak
jagung manis tersebut, varietas bonanza lah yang paling cocok untuk
dibudidayakan. Varietas bonanza memiliki cita rasa yang sangat manis, dan
daya simpannya cukup tinggi, dan memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan jagung manis. Jagung manis varietas bonanza yang
sering dan sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah
dari galur F1 . Jagung manis bonanza F1 banyak dicari oleh petani jagung
untuk dibudidayakan karena memiliki beberapa keunggulan, memiliki
tongkol yang besar dengan biaya antara 300-480 gram/tongkol, potensi panen
yang dapat
mencapai 14-18 ton / ha, memiliki umur panen yang cukup singkat yaitu 70-
85
HST (Kartika 2019). Hasil penelitian (Irvendi 2016) menunjukan bahwa
penggunaan varietas Bonanza F1 memberikan hasil terbaik berpengaruh
sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang, panjang
tongkol, dan berat tongkol agung manis dalam sistem tumpang sari dengan
kacang tanah.
Budidaya
1. Penyiapan Benih
Benih yang digunakan harus memiliki sifat unggul dengan daya
tumbuh benih minimal 90% untuk menghasilkan jagung yang berkualitas
dengan produksi tinggi. Seleksi biji jagung untuk benih dilakukan dengan
memperhatikan kondisi fisik biji jagung yang baik, sehat dan berbobot,
serta matang fisiologis. Kebutuhan benih untuk tanaman jagung antara
20-30 kg/ha.Benih jagung dengan kualitas fisiologi yang tinggi lebih
toleran terhadap kondisi biofisik yang kurang optimal dan lebih efektif
dalam manfaatkan pupuk dan unsur hara di dalam tanah. Adapun
pemilihan benih jagung yakni tongkol dikupas dan dikeringkan, lalu
dipipil (Sakiri, 2019). Perlakuan benih dengan fungisida dan insektisida
dilakukan dengan cara mengambil cairan fungisida dan insektisida sesuai
dosis dan dimasukkan ke dalam wadah percampur, lalu tambahkan air
secukupnya, aduk hingga rata kemudian masukkan benih ke dalam
wadah tersebut dan dicampurkan merata, kering anginkan selama
beberapa jam sebelum benih digunakan (Azrai et al 2018).
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk penanaman jagung diawali dengan
pembersihan atau sanitasi lahan dengan cara membersihkan vegetasi
gulma, sampah atau kotoran yang berada di lahan, bebatuan yang dapat
mengganggu penanaman, serta bongkahan kayu yang terdapat di lahan
yang dapat mengganggu aktivitas penanaman nantinnya. Selanjutnya
dilakukan lagkah pengolahan lahan yang dilakukan dengan cara
membalikan tanah dengan tujuan untuk menggemburkan tanah serta
memperbaiki aerasi pada tanah. Langkah selanjutnya dalam persiapan
lahan adalah pembuatan bedengan dengan ukuran 150 cm x 80 cm yang
dilakukan dengan alat bantu cangkul untuk memudahkan pembuatan
bedengan. Pada bagian pingir lahan dibuat saluran drainase dnegan lebar
30 cm untuk menghindari adanya genangan air disekitar area lahan
budidaya. Jarak antara pengolahan lahan dengan waktu tanam adalah 1
minggu. Lubang tanam dibentuk pada bedengan yang telah dibuat
dengan bantuan alat tanam konvensional.
3. Ploting dan Penanaman
Proses penanaman benih jagung dilakukan, apabila lahan sudah
cukup gembur dan subur. Lubang digalih dengan sistem tugal sedalam 5-
15 cm. Pemberian jarak yang tepat dapat mencegah pertumbuhan jagung
saling bertubrukan. Selain itu berbagai pola pengaturan jarak tanam telah
dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak
tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata,
efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada
perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak
benih yang diperlukan pada saat penanaman. Jarak tanam yang
digunakan terdaat 2 cara yaitu: a. 70 cmx 20 cm dengan 1 benih per
lubang tanam, b. 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam.
Salah satu sistem tanam jagung yaitu sistem tanam jajar legowo.
Jajar legowo adalah suatu cara tanam yg didesain untuk meningkatkan
produktivitas tanaman melalui peningkatan populasi tanaman dan
pemanfaatan efek tanaman pinggir, dimana penanaman dilakukan dengan
merapatkan jarak tanaman dalam baris dan merenggangkan jarak
tanaman antar legowo. Pemanfaatan sistem legowo juga dikaitkan
dengan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks
pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat
meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.Jika
penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman
tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang
diterapkan adalah 25 cm x (50 cm – 100 cm) 1 tanaman/lubang atau 50
cm x (50 cm – 100 cm) 2 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha).
4. Pemupukan
Pemupukan sangat berkaitan erat dengan kegiatan budidaya jagung
dimana pemupukan adalah salah satu dari faktor kunci bagi keberhasilan
dalam budidaya jagung. Kegiatan pemberian pupuk dalam mendukung
pertumbuhan tanaman jagu, baik itu berupa pupuk organik maupun
pupuk anorganik dimana pada dasarnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hara yang diperlukan jagung dalam mendukung pertumbuhan
dan berkembangnya tanaman. Pemupukan dilakukan secara berimbang
untuk efisiensi pemberian pupuk itu sendiri, dalam hal ini berarti
pemberian berdasarkan kepada keseimbangan antara hara yang
dibutuhkan oleh tanaman jagung yang berdasarkan tingkat sasaran hasil
yang ingin dicapai serta ketersediaan hara dalam tanah.
Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan pada umur 10-15 hari
setelah tanam. Jenis pupuk yang digunakan pada kegiatan penelitian
UML hibrida pada cekaman N rendah ( Low N ) yaitu : Urea, SP-36 dan
KCl. Dengan takaran: Urea 3 sebanyak 04 gram , KCl sebanyak 1.4
gram, SP 36 sebanyak 2,34 gram. Pemupukan dilakukan dengan cara
menaburkan pupuk disekeliling tanaman jagung dengan jarak 10 cm dari
pangkal batang. Pupuk KCl memiliki kandungan 50 pupuk SP 36, P 36,
urea N 46. Terdapat 2 ulangan yaitu ulangan pertama menggunakan urea,
SP 36, KCl dan ulangan kedua yaitu SP 36 dan KCl. Adapun tujuannya
yaitu untuk membedakan antara 2 ulangan yang menggunakan urea dan
tidak menggunakan urea.
5. Pengairan
Pengoptimalan pengelolaan air harus diusahakan, yaitu tepat waktu,
tepat sasaran, dan tepat jumlah sehingga upaya peningkatan produktivitas
maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanian
jagung menjadi lebih efisien. Periode pertumbuhan tanaman jagung yang
membutuhkan pengairan lahan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase
pertumbuhan awal yang berlangsung selama 15-25 hari, fase vegetatif
selama 25-40 hari, fase pembungaan selama 15-20 hari, fase pengisian
biji selama 35-45 hari, dan fase pematangan selama 10-25 hari.
Pembuatan saluran genangan air disekeliling bedengan adalah cara yang
optimal dalam pemberian air pada lahan kering agar air benar-benar
meresap sampai kedalam tanah. Kekurangan air pada tanaman jagung
biasanya lebih toleran saat fase vegetatif (25-40 hari) dan saat fase
pematangan (10-25 hari). Apabila tanaman jagung kekurangan air pada
fase pembungaan (15-20 hari) maka akan berpengaruh besar terhadap
penurunan hasil panen.
6. Hama dan Penyakit
Penyakit pada jagung yang paling sering di jumpai yaitu bulai.
Penyakit bulai di Indonesia sendiri terhitung sangat banyak
mengakibatkan kerugian. Kerugian bahkan dapat mencapai angka 90%
gagal panen diakibatkan penyakit bulai ini. Penyakit bulai pada jagung
ini diakibatkan oleh Peronosclerospora sp. Penyakit bulai dalam
pengendaliannya dilakukan dengan menggunakaan metalaxil pada masa
sebelum benih ditanam. Infeksi jamur yang menyerang tanaman jagung
dilakukan penyemprotan seperti dosis dengan menyemprotkan bagian
bawah tanaman (terhitung bagian tongkol ke bawah).
Penyakit pada tanaman jagung yang juga sering di jumpai yaitu
busuk batang. Penyakit ini juga menjadi ancaman bagi petani jagung saat
ini. Penyakit ini disebabkan jamur Diplodia maydis. Jamur ini biasa
muncul ketika memasuki musim kemarau yang kering. Biasanya jika
sudah terjadi pada tanaman penyemprotan fungisida dengan bahan aktif
mankozeb dan sidazeb. Selain itu, seperti hama penggerek batang, hawar
daun, serta hama lainnya juga masih sering dijumpai di lahan pertanian
jagung. Maka dari itu pengendalian hama dan penyakit penting untuk
dilakukan guna menjaga kualitas jagung yang dihasilkan. Pengendalian
yang biasa dilakukan dengan penyemprotan, atau dengan mengguanakan
pupk sesuai dosis dan penambahan nutrisi pada pemupukan.
7. Persilangan
Jagung merupakan salah satu tanaman berumah satu atau biasa
dikenal dengan sebutan monoeciuos, hal ini dikarenakan bunga jantan
dan betina pada jagung terdapat dalam satu tanaman. Bunga jantan atau
tassel memiliki serbuk sari (pollen) yaitu trinukleat. Pollen pada tanaman
jagung memiliki sel vegetative berupa dua gamet jantan yang
mengandung butiran-butiran pati. Memiliki dinding yang tebalnya yakni
dua lapisan, exine dan intin, serta dinding ini cukup keras. Sedangkan
Bunga betina atau dikenal dengan tongkol, rambut jagung (silk)
merupakan pemanjangan yang berasal dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Silk tumbuh dengan panjang hingga sehingga
mengakibatkan silk keluar dari ujung kelobot.
Terdapat beberapa metode atau cara dalam melakukan persilangan
varietas jagung yang dapat digunakan dalam melakukan pengamatan.
Salah satunya yang sering digunakan yaitu pada persilangan F1 atau yang
biasa disebut dengan sibling (#) dan juga persilangan diri yang disebut
dengan selfing (X). Pada cara sibling lebih banyak dilakukan karena cara
ini dapat dikatakan lebih efisien atau dapat menghindari perselingkuhan
karena lebih muda diambil dari pejantan lain dengan syarat yaitu
tanaman tersebut harus heterozigot. Selain persilangan secara siblings
terdapat pula persilangan secara selfing yaitu pada satu tanaman jagung
diambil serbuk/tepuk sari dari malainya/bunga jantan yang ditampung di
dalam kertas karton berwarna cokelat setelah itu ditabur ke rambut
tongkol/ bunga betina yang sebelumnya telah ditutup terlebih dengan
silkbag/plastic bening.
8. Pengemasan Benih
Biasanya, para petani jagung menyimpan benih/pipilan jagung dalam
karung goni kemudian disimpan dalam gudang ataupun loteng rumah
dalam suhu ruang. Hal ini menyebabkan benih jagung yang telah dipipil
hanya mampu bertahan sekitar dua bulan. Meningkatnya resiko serangan
hama gudang Dolesses viridis, Sitophyllus zeamays, dan Cryptoleptes
presillus juga dengan mudah menyerang benih dengan metode
penyimpanan seperti ini. Penyimpanan benih jagung harus menggunakan
wadah yang tertutup dan kedap udara sehingga tidak terjadi kontak
dengan udara yang dapat menyebabkan merusak benih jagung dan
menurunkan daya tumbuhnya. Menurut Kartika (2015), salah satu
penentu pencapaian sistem produksi pertanian yang berkelanjutan
penggunaan benih yang bermutu sangat berperan dalam peningkatan
produksi dan pendapatan para petani yang dapat menjadi kepastian hasil
tani adalah adalah ketersediaan benih yang berkualitas.
A. Geografis
Desa Tamparak Layung merupakan salah satu dari 19 desa di
wilayah Kecamatan Dusun Utara, dengan luas wilayah Desa seluas ±
1.900 ha. Jarak dari ibukota Kabupaten ke Desa Tamparak Latung sekitar
80 km. Secara topograpi Desa ini termasuk dalam klasifikasi dataran.
Adapun batas- batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Batampang Dusun Utara
Sebelah Timur : Desa Ngurit Kecamatan Gunung Bintang Awai
Sebelah Selatan : Desa Sei Paken Kecamatan Gunung Bintang Awai
Sebelah Barat : Desa Tamparak Kecamatan Dusun
Utara
B. Kondisi Iklim
Desa Tamparak Layung secara garis besar beriklim tropis, suhu
udara berkisar antara 21-35 derajat Celsius, dengan curah hujan rata-rata
258,62 mm. Dimana musim hujan biasanya terdiri antara Bulan Januari
s.d April, musim kemarau antara bulan Juli s.d November, sedangkan
musim pancaroba antara bulan Mei s.d Juni.
D. Keadaan penduduk
Jumlah RW dan RT di Desa Tamparak Layung secara berurutan
adalah 1 RW dan 4 RT. Penduduk di Desa Tamparak Layung
Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan berjumlah 812 jiwa
dengan jumlah laki-laki sebanyak 425 jiwa dan perempuan sebanyak 387
jiwa (UPT BPP 2022). Untuk mengetahui klasifikasi penduduk di Desa
Tamparak Layung berdasarkan usia, pekerjaan dan pendidikan dapat
dilihat dalam tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Usia penduduk yang ada di Desa Tamparak Layung Kecamatan
Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan Tahun 2022.
Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
No. (Jiwa)
1. 0-18 321 39,53
2. 19-75 485 59,73
3. >76 6 0,74
Jumlah 812 100,00
Sumber: UPT BPP Kecamatan Dusun Utara (2022)
Tabel 2 menunjukkan bahwa berusia 0-18 tahun berjumlah 360
jiwa dengan persentase 39,53% dari jumlah penduduk keseluruhannya,
berusia 19-75 tahun berjumlah 485 jiwa atau 59,73%, dan berusia >76
tahun berjumlah 6 jiwa atau 0,74% dari jumlah penduduk
keseluruhannya.
E. Mata Pencaharian
Masyarakat yang ada di Desa Tamparak Layung sebagian besar
berprofesi sebagai petani lebih besar dengan jumlah 189 jiwa atau
dengan 68,98% dibandingkan dengan masyarakat dengan profesi yang
lain. Berikut mata pencaharian masyarakat Desa Tamparak Layung
disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat yang ada di Desa Tamparak
Layung Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan
Tahun 2022
F. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Tamparak Layung
disajikan pada tabel 4 berikut.
C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian diskriptif
dan kuantitatif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel independen, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel
yang lain (Kuswanto, 2011).
Penelitian Deskriptif juga dimaknai sebagai penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain (Sugiono, 2014). Dengan demikian, penelitian ini akan
mengungkapkan data atau variabel yang berkaitan dengan kelayakan usahatani
jagung tanpa menguraikan atau mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan usahatani tersebut secara rinci.
D. Prosedur Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan untuk menganalisa seberapa besar pendapatan usahatani
tanaman jagung. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan
petani tanaman jagung berdasarkan daftar pertanyaan yang dipersiapkan
sebelumnya. Data yang diambil dari petani sampel yaitu data usia petani,
tingkat pendidikan petani, jumlah anggota keluarga, biaya usahatani,
penerimaan usahatani dan pendapatan petani (Setiawati et al., 2015).
Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung atau data penunjang yang diperoleh
dari sumber tidak langsung yaitu instansi atau lembaga terkait dengan
penelitian, internet dan pustaka yang menunjang kegiatan penelitian
(Setiawati et al., 2015).
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
Observasi : salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, dan
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari parilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden.
Wawancara : teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
terhadap narasumber atau sumber data.
Dokumentasi : sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan gambar-
gambar yang terjadi pada lokasi penelitian dengan menggunakan bukti
yang akurat dari pencatatan sumber-sumber.
Kuesioner : menyebarkan kuesioner kepada petani tanaman hias hoya
berupa daftar pertanyaan tentang usahatani petani tanaman hias hoya.
3. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah total keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study
sensus (Sabar, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang
berusahatani tanaman jagung.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang petani yang dipilih secara
simple istematic random sampling).
E. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif.
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan gambaran usaha atau
profil usahatani tanaman jagung. Metode analisis ini yang bertujuan untuk
menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, total biaya, dan analisis
kelayakan usahatani tanaman hias hoya yaitu R/C Ratio di Desa Tamparak
Layung.
Berikut langkah-langkah analisis kuantitatif.
1. Biaya
TC = FC – VC ..............................................................................................
(1)
Keterangan :
TC : Total Cost (Total biaya)
FC : Fixed Cost (Biaya tetap)
VC : Variable Cost (Biaya tidak tetap)
2. Penerimaan
TR = P x Q....................................................................................................(2)
Keterangan :
TR : Total Revenue ( Total Penerimaan )
P : Price ( Harga )
Q : Kuantitas atauJumlah Produksi
3. Pendapatan
Π = TR – TC ................................................................................................(3)
Keterangan :
Π : Pendapatan
TR : Total Revenue ( Total Penerimaan )
TC : Total Cost (Total biaya)
4. Return Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan
biaya. Menurut Soekartawi (2016) secara matematik hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut :
atau : R/C =
Kriteria yang digunakan sebagai berikut :
R/C Ratio > 1, usahatani layak
R/C Ratio = 1, usahatani impas
R/C Ratio < l, usahatani tidak layak
Jika perhitungan R/C Ratio lebih besar dari satu, berarti usahatani
Jagung manis mendapatkan keuntungan dan layak untuk diusahakan. Jika
hasil perhitungan R/C Ratio sama dengan satu maka usahatani tanaman hias
hoya berada pada titik impas maka tidak layak diusahakan. Apabila hasil
perhitungan R/C Ratio lebih kecil dari satu, berarti usahatani tersebut
mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan.
5. Tingkat Resiko
Resiko diukur berdasarkan penurunan harga, penurunan produksi, dan
peningkatan faktor produksi.
Koefisien variasi yang merupakan ukuran risiko relatif secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut:
Harga CV = σ / C.................................. (1)
Produksi CV = σ / Y..................................(2)
Keuntungan CV = σ / π...................................(3)
Keterangan :
CV = Koefisien variasi; σ = simpangan baku (standar deviasi); P = harga
rata-rata; Y = produksi rata-rata; π = keuntungan rata-rata
Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani, artinya
semakin besar nilai CV yang didapat maka semakin besar pula risiko yang
harus ditanggung petani, begitu pula sebaliknya. Batas bawah (L)
menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima
oleh petani dan menunjukkan aman tidaknya modal/investasi yang
ditanamkan dari kemungkinan kerugian. Adapun rumus untuk mencari batas
bawah (L) yaitu:
L = π -2σ
Dimana: L = Batas bawah; π = Keuntungan rata-rata (Rp) σ = Simpangan
baku
Azrai, M., Aqil, M., Arief, R., Koes, F., Arvan, R. Y., 2018. Petunjuk Teknis
Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Penerbit Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros, Indonesia
Habibi H, Fitrianti S. 2018. Analisis biaya dan pendapatan budidaya jamur tiram
putih di (P4S) Nusa Indah Kabupaten Bogor. Journal of Agribusiness
and Community Empowerment. 1(1): 1-9
Haris, W.A., Sarma, M., Falatehan, A.F. 2018. Analisis Peranan Subsektor
Tanaman Pangan Terhadap Perekonomian Jawa Barat. Journal of
Regional and Rural Development Planning. 1 (3) : 231 - 242
Invendi. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Varietas Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt.) Dalam Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis
Hipogeae. L). Jurnal Agrotropika Hayati. 3 (3)
Jumadi, O., Junda, M., Caronge, M.W., Mu’nisa, A., Iriany, R. N. 2021. Teknolgi
Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Sorgum (Sorghum bicolor
L. Moench). Makasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM
Kaihatu, Sandra, S. 2015. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Jagung di
Kabupaten Maluku Barat Daya (Mbd). AGRIC. 27 (1 & 2)
Katika, T. 2019. Potensi Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt.)
Hibrida Varietas Bonanza F1 Pada Jarak Tanam Berbeda. Jurnal
Sainmatika. 16(1) : 55 - 66
Kuswanto. D., 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung . CV. Pustaka Setia.
Latuharhary, Angelina, R., Triono, Saputro, B. 2017. Respon Morfologi Tanaman
Jagung (Zea mays) Varietas Bisma Dan Srikandi Kuning Pada Kondisi
Cekaman Salinitas Tinggi. Jurnal Sains dan Seni ITS . 6(2).
Mardani, Nur, T. M., Satriawan, H. 2017. Analisis Usaha Tani Tanaman Pangan
Jagung di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Sektor Pertanian.
1 (2) : 203 - 212
Nurjaman, T., Soetoro, Yusuf , M., N. 2017. Analisis Biaya, Penerimaan,
Pendapatan, dan R/C Usahatani Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Studi Kasus di Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten
Pangandaran. Jurnal Agroinfo Galuh. 4 (1) : 585 - 590.
Patmawati, A. Suriaatmaja, M., E. Widuri, N. 2021. Analisis Pendapatan Usahtani
Jagung Manis di Kelurahan Tani Aman Kecamatan Loa Janan Ilir Kota
Samarinda. Jurnal Agribisnis Komunikasi Pertanian. 4 (2) : 67-74
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementan. 2020. Outlook Jagung :
Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Jakarta. Pusat Data
dan Sistem Indormasi Pertanian, Sektertariat Jendral Kementerian
Pertanian
Riwandi., Merakati, Handajaningsih., Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung
dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Bengkulu: UNIB Press.
Sakiri, Lukman, M. 2019. Teknik Budidaya Tanaman Jagung.
www.pertanianku.com
Setiawati, N.K.P., Suamba I.K. dan Wulandira A.A.A. 2015. “Analisis
Pendapatan Usahatani Padi Bersertifikat Organik (Kasus Kelompok Tani
Gana Sari Kabupaten Badung)”. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 4 (5)
: 355-364
Soekartawi. 2010. Analisis Usahatani. Jakarta. UI Press
Sriyadi. 2014. Risiko Usahatani. Yogyakarta : Penerbit Lembaga Penelitian,
Publikasi & Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY
Sugiyono. 2014. Metodoogi Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
Sulaiman A.M., I.Ketut, Hoerudin, Kasdi, Suwandi, & Farid. 2017. Cara Cepat
Swasembada Jagung 1st Ed.. Jakarta: Sekertariat Jenderal Kementrian
Pertanian RI. 101 hal.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Wulandari, Arasya, B., Jaelani, L., M. 2019. Identifikasi Fase Pertumbuhan
Tanaman Jagung Menggunakan Citra SAR Sentinel - 1A (Studi Kasus:
Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB). Jurnal Penginderaan Jauh
Indonesia. 1 (2).
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai
Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(3).
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG MANIS
(Zea mays L. Saccharata Sturt ) VAR. BONANZA DI DESA TAMPARAK
LAYUNG KECAMATAN DUSUN UTARA KABUPATEN BARITO
SELATAN
Pengantar Penelitian :
Bapak/Ibu yang terhormat, saya INRAYANI Mahasiswa S1 Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas PGRI Palangka Raya melaksanakan
penelitian mengenai “ANALISIS KELAYAKAN DAN RISIKO USAHATANI
JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata Sturt ) VAR. BONANZA DI
DESA TAMPARAK LAYUNG KECAMATAN DUSUN UTARA
KABUPATEN BARITO SELATAN”. Saya mohon ketersediaan Ibu/Saudari
sangat berharga sebagai bahan masukan untuk proses pengambilan keputusan dari
penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya
A. Identitas Responden
1. Nama : ................................................................................
2. Jenis Kelamin : ................................................................................
3. Umur : ................................... Tahun
4. Alamat : .................................................................................
5. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. DIII e. Sarjana
6. Mata Pencaharian
a. Utama : .............................................................................
b. Sampingan : ………………………………………………….
7. Lama Berusahatani : ................................... Tahun
8. Jumlah Tanggungan Keluarga :
…………………………………………...
9. Pajak PBB Lahan Usahatani : Rp. ..........................................
B. Data Usahatani
1. Kepemilikan Usahatani : …………………………………………...
2. Sewa Lahan : …………………………….. Rp/Tahun
3. Luas Lahan Usahatani : ………….......…………………………….
4. Jenis Bibit yang digunakan : ………...........…………………………….
5. Harga Bibit : ......................…………………………….
6. Peralatan Produksi yang digunakan :
Lama Penggunaan
No. Jenis Peralatan Jumlah Harga (Rp)
(Tahun)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10