Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BUAH SEMANGKA

DI KECAMATAN PUJUT

RENCANA PENELITIAN

Oleh
Winda Septiana
C1G017206

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BUAH SEMANGKA
DI KECAMATAN PUJUT

Oleh
Winda Septiana
C1G017206

Rencana Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan


Penelitian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Rencana Penelitian yang di ajukan oleh :


Nama : Winda Septiana
NIM : C1G017206
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Judul Rencana Penelitian : Analisis Usahatani dan Pemasaran Semangka
di Desa Segala Anyar, Kecamatan Pujut.
Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbingsebagai syarat untuk
melanjutkan penulisan rencana penelitian (proposal) skripsi pada Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dian Lestari Miharja, S,P.,MA Ir. Amiruddin, M.Si


NIP. 19700730200501 2 001 NIP. 19621231 198703 1 024

Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian, Agribisnis,

Dr. Ir. Halimatus Sa’diyah, M.Sc. Dr. Ir.Abdullah Usman, M.Agr.Sc


NIP. 196301101 99001 2 001 NIP. 196109271 98803 1 001

Tanggal Pengesahan:

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaa Esa,
karena dengan Rahmat-Nya jualah Rencana Penelitian yang berjudul “Analisis
Strategi Pemasaran Buah Semangka di Kecamatan Pujut” dapat di selesaikan.
Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Rencana Penelitian ini. Ucapan terimakasih khususnya; kepada Ibu Dian Lestari
Miharja, S,P.,MA selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Ir. Amiruddin, M.Si
selaku Pembimbing Pendamping yang banyak memberikan arah dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa Rencana Penelitian ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan Rencana Penelitian ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Rencana Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.

Mataram, 10 November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….vii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang……………………………………………….1
I.2. Rumusan Masalah……………………………………………2
I.3. Tujuan Penelitian……………………………………………..2
I.4. Manfaat penelitian……………………………………………3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Semangka (Citrrullus lanatus)……………………………….4
II.2. Pengertian Pemasaran……………………………………….5
II.3. Saluran Pemasaran…………………………………………..7
II.4. Definisi Lembaga Pemasaran……………………………….8
II.5. Strategi Pemasaran………………………………………….11
II.6. Margin Pemasaran…………………………………………..15
II.7. Efisiensi Pemasaran…………………………………………16
III. METODE PENELITIAN
III.1. Metode Penelitian…………………………………………..18
III.2. Unit Analisis………………………………………………..18
III.3. Penentuan Daerah Penelitian……………………………….18
III.4. Penentuan Responden………………………………………18
III.5. Jenis dan Sumber Data……………………………………..19
III.6. Variabel dan Cara Pengukuranya…………………………..19
III.7. Cara Pengumpulan Data……………………………………20
III.8. Analisis Data……………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1. Nilai Perbandingan Pasangan Faktor Internal dan Eksternal…….22

v
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1. Gambar Kuadran Matriks SWOT…………………………24

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
viii
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan sektor pertanian bagi Bangsa Indonesia merupakan hal yang
sangat penting guna keseimbangan pembangunan ekonomi. Ini disebabkan karena
sebagian besar penduduk Indonesia masih bergantung hidupnya di sektor
pertanianl, sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam
perekonomian Nasional.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani
adalah dengan cara mengusahakan komoditas pertanian yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi serta mempunyai potensi pasar yang cukup besar, baik pasar
dalam negeri maupun luar negeri. Sektor pertanian yang dikembangkan salah
satunya adalah hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran dan bunga. Buah-
buahan cukup potensial untuk dikembangkan dengan pertimbangan permintaannya
terus meningkat. Salah satu komoditas buah yang mempunyai prospek untuk
dikembangkan adalah semangka.
Semangka (Citrullus vulgaris L) atau dalam bahasa Inggris disebut Water
mellon masih kerabat dekat dengan buah melon dan blewah yang termasuk dalam
buah labu-labuan (Cucurbitaca) yang berasal dari Afrika tropis. Semangka
termasuk famili cucurbitaceae. Sosok tanaman bersulur merambat. Tergolong
tanaman musiman, hanya dapat menghasilkan buah sekali saja kemudian tanaman
kering dan mati (Wihardjo, 1993).
Di Nusa Tenggara Barat, yang menjadi sentral pengembangan semangka
adalah di Pulau Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Tengah, yang
konsentrasinya tersebar di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Praya
barat,Kecamatan Pujut, dan Kecamatan Kopang. Desa-desa di Kecamatan Pujut
yang menanam atau mengusahakan semangka meliputi, Tanak Awu dan Desa
Segala Anyar. Petani yang menanam semangka di Kecamatan Pujut semakin lama
semakin berkurang, hal ini disebabkan adanya alih fungsi lahan, yang sebelumnya

1
digunakan untuk mengusahakan semangka dijadikan sebagai pembangunan
Bandara Internasional Lombok (BIL), khususnya lokasi yang ada di Desa Tanak
Awu, seperti diketahui Desa Tanak Awu sebelumnya merupakan salah satu desa
penghasil semangka terbesar di Kecamatan.
Bagi setiap proses produksi aspek pemasaran sangat penting untuk
diperhatikan, karena merupakan tahap akhir dari proses produksi semangka itu
sendiri. Setiap proses produksi seperti halnya usahatani semangka sudah barang
tentu membutuhkan lembaga pemasaran yang berperan dalam mendistribusikan
hasil-hasil produksi dari tangan petani selaku produsen hingga sampai ke tangan
konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sehingga tercapai pemasaran
yang efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis
Strategi Pemasaran Buah Semangka di Kecamatan Pujut”

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi pemasaran semangka di Desa Segala Anyar Kecamatan
Pujut Kabupaten Lombok Tengah
2. Apa saja masalah yang dihadapi oleh petani semangka di Desa Segala Anyar
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi pemasaran buah semangka di Desa Segala Anyar
Kecamatan Pujut.
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani semangka di Desa Segala
Anyar Kecamatan Pujut.

2
1.4. Manfaat penelitian
1. Bahan evaluasi bagi petani semangka dalam memasarkan buah semangka
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan, di
samping untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang berminat pada masalah yang
sama.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Semangka (Citrullus lanatus)

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat.


Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara
baik di daerah tropis maupun subtropis, salah satunya adalah Indonesia. Tanaman
semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya
sampai 6 bulan (Syukur, 2009).

Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut:


Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Sub-kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Sympetalae
: Cucurbitales
: Cucurbitaceae
: Citrullus
: Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai
(Deshmukh, 2015; Syukur, 2009).

Semangka bersifat menjalar, batangnya kecil, dan panjangnya dapat mencapai 5


m. Batang tanaman ini ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang, tajam dan berwarna
putih. Tanaman semangka mempunyai bunga jantan, bunga betina, dan hermaprodit
yang letaknya terpisah, namun masih dalam satu pohon. Jumlah bunga jantan biasanya
lebih banyak daripada bunga lainnya. Buahnya berbentuk bulat sampai oval. Kulit
buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik putih atau hijau. Daging buahnya lunak,
berair dan rasanya manis. Warna daging buah merah atau kuning (Syukur, 2009).

4
Citrullus lanatus adalah salah satu spesies dengan kandungan air tinggi yakni
sekitar 92% dari berat total. Tanaman ini kaya akan flavonoid, alkaloid, saponin,
glikosid, tannin dan fenol. Kandungan nutrisinya juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Semangka mengandung zat bernutrisi seperti vitamin A 3%, thiamin
(Vit B), riboflavin (Vit B2), niacin (Vit B3), asam pantothenic (B5), vitamin B6 dan
folat (Vit B9) dengan rentang 1-3%, dan vitamin C 14%. Sedangkan komposisi
mineralnya sebagai berikut kalsium 1%, zat besi 2%, magnesium 3%, fosfor 2%, dan
seng 1% (Deshmukh, 2015). Vitamin C, selain sebagai antioksidan juga
memilikikemampuan menjaga fungsi kolagen, imunomodulator, antiinflamasi, dan
aktivitas antikarsinogenik (Larasati, 2010). Meskipun terdapat diversitas genetik yang
sempit diantara varietas semangka, buah ini memiliki bentuk, ukuran, ketebalan/warna
kulit, tekstur daging dan buah, kandungan gula, komposisi karotenoid dan flavonoid
serta komposisi nutrisi yang beraneka ragam (Wechter, 2008).

Ada perbedaan kandungan fitokimia yang cukup signifikan antara daging buah,
biji dan kulit buah. Flavonoid tinggi terdapat pada daging buah dan biji Citrullus
lanatus. Alkaloid, tannin dan fenol lebih tinggi pada kulit dibanding daging buah dan
biji. Sedangkan phytat dan oksalat paling tinggi terdapat pada biji semangka.
Didapatkan kandungan flavonoid dalam mg/100g, pada biji semangka sebanyak
40.16±0.01; kulit semangka sebanyak 8.71±0.01; dan dalam buahnya sebanyak
58.10±0.33 (Johnson et al., 2012).

Terdapat penelitian-penelitian yang membuktikan aktivitas farmakologi


semangka. Berikut beberapa fungsi terapeutik semangka yakni antibakterial,
antifungal, antimikroba, antiulcer, antioksidan, antiinflamasi, gastroprotektif,
analgesik, laksatif, antigiardial dan hepatoprotektif (Deshmukh, 2015).

2.2. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan landasan utama dalam bisnis dan masyarakat. Kemampuan


untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dan mengkombinasikannya

5
dengan kondisi pasar merupakan kegiatan utama bagi suatu perusahaan untuk daat
memertahankan kelangsungan hidu perusahaan agar tetap eksis.

Pengertian pemasaran menurut Stanton (dalam Basu Swasta dan Irawan 2003:5):
”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial.”
Sedangkan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2000:7) :
”Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.”
Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa kegiatan
pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai dari
menetukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Dengan
kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen. Bagi perusahaan
yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan pemasaran akan bermula dan
berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari menetukan apa yang diinginkan
konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup perusahaan seperti yang tercermin
dalam konsep pemasaran.
Konsep pemasaran yang dikemukakan oleh Dharmmesta dan Irawan (2000 :10)
”Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kepuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan”. Dari konsep pemasaran diatas jelaslah bahwa perusahaan harus mampu
memberikan kepuasan kepada konsumennya dengan mengetahui apa yang menjadi
kebutuhannya agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang.

6
2.3. Saluran Pemasaran

Menurut Philip Khotler (1996) mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah


serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses menjadikan
suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau di konsumsi.
Sedangkan menurut Basu Swastha (1999) saluran pemasaran adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai
kekonsumen atau pemakai industri.
Rangkuti (2003) dalam Rochmadi Slamet (2012), pemasaran adalah suatu proses
kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai kegiatan social, budaya, ekonomi, dan
manajerial. Akibat pengaruh dari berbagai factor tersebut adalah masing masing
individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan menciptakan dan menawarkan
produk yang memiliki nilai.Menurut Swastha (2000:207), dalam penyaluran barang
konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Setiap
produsen memiliki alternative yang sama untuk menggunakan kantor dan cabang
penjualan. Produsen juga dapat menggunakan lebih dari satu pedagang besar lainnya.
Adapun macam macam saluran distribusi barang konsumsi tersebut yaitu:

1. Produsen → konsumen.
2. Produsen → pengecer → konsumen.
3. Produsen → pedagang besar → pengecer → konsumen.
4. Produsen → tengkulak → pedagang pengumpul → pengecer → konsumen.
5. Produsen → tengkulak → pedagang besar → pengecer → konsumen.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran adalah
serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam rangka proses penyaluran barang
dari produsen kepada konsumen.
Suatu barang dapat berpindah melalui beberapa tangan sejak dari produsen sampai
kepada konsumen. Ada beberapa saluran distribusi yang dapat digunakan untuk
menyalurkan barang – barang yang ada. Jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

7
1. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang paling
sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke konsumen tanpa
menggunakan perantara. Disini produsen dapat menjualbarangnya melalui pos atau
mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini bisa juga diberi istilah saluran nol
tingkat (Zero Stage Chanel).

2. Saluran distribusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan produsen dan
pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang kepada produsen, kemudian
menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran ini biasa disebut dengan saluran satu
tingkat (One Stage Chanel).

3. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan pengecer,
saluran distribusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh produsen. Disini
produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja,
tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar
dan pembelian oleh konsumen hanya dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi
semacam ini disebut juga saluran distribusi dua tingkat (Two Stage Chanel).

Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara, dalam hal ini
produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada
pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Saluran distribusi
seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi tiga tingkat (Three Stage
Chanel), Philip Kotler (1996).

2.4. Definisi Lembaga Pemasaran

Menurut Kotler (1997) lembaga pemasaran timbal karena adanya keinginan consu
men untuk memperoleh komoditi yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang diingin
kan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungís-fungsi pema
saran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.konsumen memberik
an balas jasa lepada lembaga pemasaran ini berupa marji pemasaran. Lembaga pemasa

8
ran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan
dan bentuk usahanya. Sedangkan Sudiyono (2001) menjelaskan lembaga pemasaran se
bagai badan usa atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkanjasa d
an komoditi dari produsen kepada consumen akhir serta mempunyai hubungan dengan
badan usa atau individu lain.

Jenis-Jenis Lembaga Pemasaran

Swastha berpendapat bahwa secara luas terdapat dua golongan besar lembaga pem
asaran yang terlibat dalam saluran distribusi yaitu perantara pedagang dan perantara ag
en.

a) Perantara Pedagang

Perantara ini mempunyai hubungan yang erat dalam kepemilikan barang. Mer
eka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun memilikinya ti
dak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar

Pedagang besar, yang menyalurkan barang ke pengusaha lain

Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir

b) Perantara Agen

Agen disini didefinisikan sebagai lembaga yang membeli atau menjual barang-bar
ang lepada pila lain. Dalam kenyataannya, agen dapat beroperasi pada semua tingkat d
alam statu saluran pemasaran. Secara garis besar agen dibagai kedalam dua kelompok,
yaitu agen penunjang dan agen pelengkap.

1. Agen Penunjang (Facilitating Agent)

9
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam bebera
pa aspek pemindahan barang dan jasa. Kegiatan agen penunjang adalah membantu unt
uk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan lan
gsung dengan pembeli dan penjual. Agen penunjang dibagi dalam beberapa golongan,
yaitu: agen pengangkutan borongan, agen penyimpanan, agen pengankutan khusus, ser
ta agen pembelian dan penjualan.

1. Agen Pelengkap (Supplemental Agent)

Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran ba


rang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang a
tau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penyaluran barang, maka agen pelengkap ini dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang d
ilakukannya antara lain berupa: jasa konsultasi, jasa finansial, jasa informasi dan jasa
khusus lainnya.

Sementara Sudiyono (2001) mengungkapkan bahwa menurut penguasaannya terh


adap komoditi yanng diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai komoditi, seperti agen


perantara, makelar (broker, selling broker dan buying broker)
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi pertanian yanng dipe
rjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir

Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai komoditi pertan
ian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas tra
nsportasi, asuransi, surveyor dan lain sebagainya.

10
Lebih lanjut Sudiyono (2001) menyatakan bahwa pada kenyataannya suatu lembaga p
emasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Oleh sebab itu, perlu di
ketahui mengenai bentuk usaha dari lembaga pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga p
emasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi pertanian sangat beragam. A
da komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang hanya me
libatkan sedikit lembaga pemasaran.

Anindita (2004) menjelaskan bahwa kelembagaan dalam tataniaga meliputi berba


gai organisasi usaha yang dibangun untuk menjalankan pemasaran. Perdagan perantar
a adalah individu-individu atau pengusaha yang melaksanakan berbagai fungsi pemasa
ran yang terlibat dalam pembelian dan penjualan barang karena mereka ikut meminda
hkan barang dari produsen ke konsumen. Mereka melaksanakan kegiatan sebagai prop
ietor (pemilik), partnership (mitra) atau perusahaan koperas/nonkoperasi

2.5. Strategi Pemasaran


2.5.1. Pengertian Strategi Pemasaran

Strategi pemasarann merupakan suatu manajemen yang disusun untuk


mempercepat pemecahan persolalan pemasaran dan membuat keputusan- keputusan
yang bersifat strategis. Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada
saat penyusunan strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang
memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya
memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu
pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi.

Dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai


kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari
pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok, yaitu (Fandy, 2000:6) :

11
a. Bisnis ada yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat
dimasuki di masa mendatang.

b. Bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam
lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga promosi dan distribusi
(bauran pemasaran) untuk melayani pasar sasaran.

Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran memiliki 2 dimensi, yaitu dimensi


saat ini dan dimensi yang akan datang. Dimensi saat ini berkaitan dengan hubungan
yang telah ada antara perusahaan dengan lingkungannya. Sedangkan dimensi masa
yang akan datang mencakup hubungan dimasa yang akan datang yang diharapkan
akan dapat terjalin dan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.

Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen


untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya dalam sebuah pasar sasaran, strategi
pemasaran mengandung keputusan dasar tentang pemasaran, bauran pemasaran,
bauran pemasaran dan alokasi pemasaran. (Kotler, 2004; 92)

Dari pengertian di atas struktur manajemen pemasaran strategis menggambarkan


masukan yang digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi dan memilih strategi.
Masukan tersebut diperoleh melalui analisis lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Kekuatan-kekuatan lingkungan makro yang utama meliputi :demografi,
teknologi, politik, hukum dan sosial budaya yang mempengaruhi bisnis. Disamping itu
perlu selalu memonitor pelaku-pelaku lingkungan mikro yang utama yaitu : pelanggan
pesaing, saluran distribusi, pemasok, pendatang baru dan produk pengganti yang akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dipasar sasaran.

Dalam Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen-elemen yang saling berkait.
Kelima elemen tersebut adalah : (Fandy Tjiptono, 2000; 6-7).

a. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini didasarkan

12
pada faktor-faktor berikut ini.

1) Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknologi yang dapat


diproteksi dan didominasi;
2) Keterbatasan sumbar daya internal yang mendorong perlunya pemusatan (fokus)
yang sempit ;
3) Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial-aud-error di dalam
menanggapi peluang dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang
terproteksi.
Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian
memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.
b. Perencanaan produk, meliputi spesifik yang terjual, pembentukan lini produk dan
desain penawaran individual pada masing-masing lini. Produk itu sendiri menawarkan
manfaat total yang dapat diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat
tersebut meliputi produk itu sendiri, nama merek produk, ketersediaan produk,
jaminan atau garansi, jasa reparasi dan bantuan teknis yang disediakan penjual, serta
hubungan personal yang mungkin terbentuk diantara pembeli dan penjual;

c. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai


kuantitatif dari produk kepada pelanggan;

d. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk
hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya;

e. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling,


promosi penjualan, direct marketing dan publick relations.

Dalam merumuskan strategi pemasaran dibutuhkan pendekatan- pendekatan


analistis. Pendekatan strategi pemasaran suatu perusahaan untuk menanggapi setiap
perubahan kondisi pasar dan faktor biaya tergantung pada analisis terhadap faktor-
faktor berikut ini (Fandy, 2000;7)

13
a. Faktor lingkungan
Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan peraturan
pemerintah sangat penting untuk mengetahui pangaruh yang ditimbulkannya pada
bisnis perusahaan. Selain itu faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, tingkat
inflasi dan gaya hidup juga tidak boleh diabaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor
lingkungan yang harus dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar perusahaan;
b. Faktor pasar
Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, tahap perkembangan, trend dalam
sistem distribusi, pola perilaku pembeli, permintaan musiman, segmen pasar yang ada
saat ini atau yang dapat dikembangkan lagi, dan peluang-peluang yang belum
terpenuhi.

c. Faktorpersaingan
Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu memahami siapa
pesaingnya, bagaimana posisi produk/pasar pesaing tersebut, apa strategi mereka,
kekuatan dan kelemahan pesaing, struktur biaya pesaing, dan kapaistas produksi
pesaing;
d.Faktor analisis kemampuan internal
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahan dibandingkan para
pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti tekhnologi,
sumber daya finansial, kemampuan pemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis
pelanggan yang dimiliki;
e. Faktor perilaku konsumen
Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan harga, pemilihan saluran
distribusi dan penentuan strategi promosi. Analisis perilaku konsumen dapat dilakukan
dengan penelitian (riset pasar), baik melalui observasi maupun metode survai;
f. Faktor analisis ekonomi

14
Dalam analisis ekonomi, perusahaan dapat memperkirakan pengaruh setiap
peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis ekonomi terdiri
atas analisis terhadap komitmen yang diperlukan, analisis BEP (break even point),
penilaian resiko/laba, dan analisis faktor ekonomi pesaing.

2.6. Marjin Pemasaran


Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima produsen terhadap harga
pokok yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Azzaino, 1982). Sedangkan menurut
Tomek dan Robinson (1972) dalam Chosantum (2001), marjin pemasaran
didefinisikan sebagai biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pihak-pihak terlibat di
dalam pemasaran. Marjin pemasaran termasuk semua ongkos yang menggerakkan
produk tersebut mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir. Marjin pemasaran
juga dapat diartikan sebagai selisih antara yang dibayarkan oleh konsumen dengan
harga yang diterima produsen. Marjin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang
terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Semakin panjang saluran pemasaran maka
semakin besar pula marjin pemasarannya, karena lembaga pemasaran yang terlibat
semakin banyak. Semakin besar marjin pemasaran akan menyebabkan bagian harga
yang diterima oleh petani produsen dibandingkan dengang harga yang dibayarkan
konsumen semakin kecil, yang berarti saluran pemasaran tidak efesien (Gitosudarmo,
2001).
Nilai marjin pemasaran berbeda – beda antara satu komoditas dengan komoditas
lainnya, hal ini dikarenakan setiap produk yang mempunyai jasa pemasaran yang
berbeda – beda seperti pengolahan, pengangkutan atau distribusi dari produsen ke
konsumen.Margin pemasaran adalah perbedaan harga antara kurva permintaan turunan
dengan kurva permintaan primer. Permintaan primer diturunkan oleh respon akhir dari
konsumen biasanya didasarkan pada hubungan harga di tingkat eceran, permintaan
turunan didasarkan pada hubungan harga dan jumlah yang disebabkan oleh adanya
perubahan masing – masing tingkat lembaga pemasaran dari tingkat produsen sampai
pengecer.

15
Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan perbedaan kegiatan pemasaran dari
setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari setiap lembaga sampai ke
konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran
dari suatu komoditi dari titik produsen sampai titik konsumen, maka akan semakin
besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen di banding dengan harga
yang akan dibayar oleh konsumen. Perbedaan harga suatu komoditi di tingkat
produsen dengan tingkat konsumen ini disebut dengan marjin pemasaran. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa marjin pemasaran juga merupakan perbedaan atau jarak vertikal
antara kurva permintaan atau kurva penawaran tingkat petani dengan tingkat lembaga
tataniaga yang terlibat atau tingkat pengecer, terdiri dari biaya tataniaga dan
keuntungan tataniaga. Semakin besar perbedaan harga antara lembaga - lembaga
pemasaran terlibat, terutama antar harga terjadi di tingkat eceran diterima petani maka
akan semakin besar pula marjin pemasaran dari komoditi bersangkutan.

2.7. Efisiensi Pemasaran


Menurut Mubyarto cit: Haryunik, 2002 pemasaran untuk komoditas pertanian
dalam suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil-
hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu
mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen
akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran.
Pasar komoditas pertanian yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran
semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.
Efisiensi pemasaran dapat terjadi, yaitu pertama , jika biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi; kedua , persentase perbedaan
harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; ketiga ,
tersedianya fasilitas fisik pemasaran; dan keempat adanya kompetisi pasar yang sehat.
Efisien tidaknya suatu sistem pemasaran tidak terlepas dari kondisi persaingan pasar
yang bersangkutan. Pasar yang bersaing sempurna dapat menciptakan sistem

16
pemasaran yang efisien karena pasar yang bersaing sempurna memberikan insentif
bagi partisipan pasar, yaitu produsen, lembaga-lembaga pemasaran, dan konsumen

. Rasyaf 1996 berpendapat ada beberapa kriteria yang dapat menyebabkan


pemasaran dikatakan efisien antara lain: 1. Biaya murah Pemasaran dikatakan efisien
bila mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya
semurah mungkin. 2. Pembagian keuntungan yang adil Pemasaran dapat dikatakan
efisien bila mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil kepada semua
pihak yang ikut dalam kegiatan pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan
konsumen xxviii akhir. Maksud dari kata adil ialah harus sesuai dengan peran di tiap
jalur dalam kapasitas masing-masing. Efisiensi pemasaran menurut Sheperd dalam
Soekartawi 2002 adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang
dipasarkan, pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai
produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
metode yang bertujuan untuk memecahkan maslaah yang ada pada saat sekarang
dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan

17
menginterpretasikan data tersebut untuk selanjutnya dapat di ambil kesimpulan
(Nazir,2003).

3.2. Unit Analisis


Dalam penelitian ini, unit yang di analisis adalah buah semangka di Kecamatan
Pujut.

3.3. Penentuan Daerah Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengah. Dari beberapa desa yang menjadi penghasil buah semangka terbesar di
Kecamatan Pujut dipilih satu desa sebagai tempat penelitian yaitu desa Segala
Anyar yang ditetapkan secara “Purposive Sampling” dengan alasan desa tersebut
salah satu dengan petani semangka terbanyak di Kecamatn Pujut.

3.4. Penentuan Responden


Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani yang menanam
semangka di Desa Segala Anyar Kecamatan Pujut dan lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran buah semangka di Kecamatan
Pujut.
Penentuan jumlah petani dilakukan secara Quota Sampling yaitu dengan
menetapkan 11 petani yang menanam semangka. Penentuan responden lembaga
pemasaran dilakukan dengan cara Snowball Sampling yaitu menelusuri rantai
pemasaran buah semangka mulai dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir.
Jumlahnya akan di nyatakan kemudian setelah penelitian lapangan dilakukan.

3.5. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
adalah data berupa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
dengan petani dengan berpedoman pada dftar pertanyaan (kuisioner). Data

18
kuantitatif yaitu data yang berupa angka yang diperoleh dari responden maupu
instansi terkait.
Sumber datanya terdiri atas dua sumber yaitu :
1. Data primer, data yang langsung diperoleh dari petani berdasarkan hasil
wawancara secara langsung dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi atau dinas-dinas
yang terkait dengan penelitian ini.

3.6. Variable dan cara pengukurannya


Variable-variabel yang di amati dalam penelitian ini adalah
1. Volume penjualan adalah jumlah semangka yang dijual oleh petani yang
di nyatakan dalam satuan biji
2. Volume pembelian adalah jumlah semangka yang dibeli oleh lembaga
pemasaran yang dinyatakan dalam satuan biji.
3. Harga jual petani, adalah harga yang diterima oleh petani yang dinyatakan
dalam satuan uang.
4. Harga jual pedagang adalah harga yang diterima oleh pedagang atau
lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam satuan uang.
5. Harga beli adalah harga yang di bayarkan oleh masing-masing lembaga
pemasaran yang dinyatakan dalam satuan uang.
6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses ppemasaran
semangka dari petani sampai ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam
satuan uang.
7. Keuntungan pemasaran adalah harga jual yang dikurangindengan harga
beli yang dinyatakan dalam satuan rupiah perbiji.
8. Saluran pemasaran adalah rantai pemasra semangka dari petani sampai ke
konsumen akhir.
9. Margin pemasaran dihitung berdasarkan harga jual dikurangi harga beli

19
semangka pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya.
10. Kelemahan – kekuatan- peluang – ancaman dari beberapa aspek.

3.7. Cara Pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik survey,
yaitu wawancara secara langsung terhadap responden dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya (Nazir, 2003).

3.8. Analisis Data


Analisis data dalam menentukan strategi pemasaran pada komoditi semangka di
Kabupaten Langkat dilakukan dengan cara berikut :

1. Membuat matrik IFAS (Internal Factors Analysis Strategic),dengan tujuan untuk


merumuskan factor-faktor stragtegis internal tersebut dalam Strength dan Weakness.
Tahapannya adalah :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1, beri
bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala 0,00 (tidak penting) sampai 1,00
(paling penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis
(semua bobot dari kekuatan dan kelemahan tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi
bobot total 1,00) pada kolom 2

b. Masukkan nilai rata-rata skor (rating) berikanlah peringkat untuk masing- masing
faktor. Rating berkisar dari 4,0 (sangat baik) sampai 1,0 (buruk/poor) yang didasarkan
pada tanggapan para responden. Masing- masing peringkat menunjukkan
pertimbangan yang diberikan para responden tentang seberapa baik manajemn saat ini
dalam menghadapi faktor internal dari masing-masing faktor dikolom 4. Skor
tertimbang perkalian antara bobot dengan rating (kolom 2 x kolom 3). Skortertimbang
dijumlahkan untuk mendapatkan total skor masing-masing kekuatan dan kelemahan.

2. Membuat matrik EFAS (Eksternal Factors Analysis Strategic)

20
Pembuatan matriks EFAS dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman pada kolom 1, beri
bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala 0,00 (tidak penting) sampai 1,00
(paling penting), berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategis
(semua bobot dari peluang dan ancaman tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi
bobot total 1,00) pada kolom 2.
b. Masukkan nilai rata-rata skor (rating) berikanlah peringkat untuk masing- masing
faktor. Rating berkisar dari 4,0 (sangat baik) sampai 1,0 (buruk/poor) yang didasarkan
pada tanggapan para responden. Masing- masing peringkat menunjukkan
pertimbangan yang diberikan para responden tentang seberapa baik manajemen saat
ini dalam menghadapi faktor eksternal dari masing-masing factor pada kolom 4. Skor
tertimbang perkalian antara bobot dengan rating (kolom 2 x kolom 3). Skor tertimbang
dijumlahkan untuk mendapatkan total skor masing- masing peluang dan ancaman.

3. Penentuan pembobotan pada tiap faktor

Pembobotan pada tiap faktor baik internal dan eksternal dilakukan untukmelihat
skala penilaian perbandingan berpasangan. Nilai bobot perbandingan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1. berikut :

Tabel 3.1. Nilai Perbandingan Pasangan Faktor Internal dan Eksternal

NilI Perbandingan Arti Keterangan


3 Apabila satu factor mutlak Faktor yang ada lebih
lebih penting daripada penting secara mutlak dari
factor lain factor yang lainnya
2 Apabila satu factor lebih Nilai satu factor lebih kecil
penting dari factor lainnya mempengaruhi penilaian
dari factor yang lain
1 Apabila kedua factor sama Factor yang ada sama-

21
pentingnya sama berpengaruh
terhadap satu tujuan
(kedua factor mempunyai
pengaruh yang sama )
Kebalikan (respirokal) Jika salah satu factor ( elemen) yakni factor pertama
memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan
factor kedua, maka factor kedua mwmiliki kebalikannya
ketika disbanding factor pertama.

4. Pembuatan matriks
Menentukan nilai tertimbang tiap faktor yang diperoleh dari perkalian bobot
dengan rating (peringkat) setiap faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang.
5. Menghitung Nilai Rata-rata Geometris
Rata-rata ukur (geometrik) adalah rata-rata yang diperoleh dengan mengalikan
semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakar pangkatkan dengan
banyaknya data sampel tersebut.Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rata-rata
geometrik untuk data tunggal :
G=n√X1, X2,X3……Xn

Keterangan :

X1 : : Nilai untuk responden 1


X2 : Nilai untuk responden 2
X3 : Nilai untuk responden 3
Xn Nilai untuk responden n
Karena mengikuti proses akar pangkat, maka apabila terdapat unsur data
yangbernilai negatif maka rata-rata ukur tidak bisa dilakukan.

6. Normalisasi Nilai Rata-rata Geometris

22
Tahap ini dilakukan untuk menentukan bobot dari masing-msaing faktor-faktor
strategis yang ada.

7. Penentuan matrik posisi dalam SWOT


Dari matrik IFAS dan EFAS, maka akan diperoleh selisih faktor strategis internal
(kekuatan – kelemahan) dan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman).
Dan akan menghasilkan matrik posisi dalam SWOT seperti terlihat pada gambar
Kuadran Matriks SWOT berikut:

Gambar 3.1. Gambar Kuadran Matriks SWOT

Keterangan:
Kuadran 1:Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan tersebut
memiliki kekuatan dan peluang sehingga dengan kekuatan yang dimiliki dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah Strategi Agresif.

23
Kuadran 2 :Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara Strategi
Diversifikasi.
Kuadran 3:Perusahaan menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak
harus mengahadapi beberapa kendala/ kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan
adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan dengan cara Strategi Turn
Around.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
menghadapai berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang diterapkan
adalah Strategi Defensif.

8. Penyusunan strategi dengan menggunakan matrik SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi adalah matrik

SWOT.Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi penyuluh dapatdisesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki penyuluh.

24
IV. DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus,Surabaya.

Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial


Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Basu Swastha dan Irawan, (1999), Manajemen Pemasaran Modern, Edisi 2,


Yogyakarta : Liberty.

Basu Swastha Dharmmesta dan Irawan, 2001. Manajemen Pemasaran Moderen.


Yogyakarta: FE UGM Cabang Lamabang di Palembang. Jurnal pengaruh
pelayanan, Vol. III, No 3.

Basu, Swastha. 2000. Manajemen Pemasaran Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada.

Chosantum, A. 2001. Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Layu Melalui Tempat


Pelelangan Ikan Depok di Kabupaten Bantul. Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Deshmukh, C.D., Jain, A. & Tambe, M.S., 2015. Phytocemical and Pharmacological

25
Profile of Citrullus lanatus (THUNB). Biolife an International Quarterly
Journal of Biology & Life Sciences, 3(2), pp.483-88.

Freddy Rangkuti, (2003). Bisnis Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Gitosudarmo, I. 2001, Manajemen Pemasaran, BPFE, Yokyakarta.

Haryunik, R. 2002. Analisis Efisiensi Pemasaran Beras Organik di Desa Mangunsari


Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Tesis. Program Studi Ekonomi
Pertanian. Kelompok Bidang Ilmu-ilmu Pertanian. Program Pascasarjana.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Tidak Dipublika sikan.

Johnson , J.T. et al., 2012. Evaluation of Anti-nutrient Contents of Watermelon


Citrullus lanatus. Annals of Biological Research, 3(11), pp.5145-50.

Kotler, Philip, and Gary Amstrong, 2007. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kesembilan
Jilid 1, PT Indeks, Jakarta.

Kotler, Philip, 1996, “ Manajemen Pemasaran : Maketing Management 9e” , Jakarta,


PT. Prenhallindo.\

Kotler, Philip. 1997. Marketing Management Analysis, Planning, Implementation, and


Control. International edition. Upper Sadle River. New Jersey: Prentice Hall
Inc.

Kotler, Philip (2004). Marketing Management, The Millenium Edition. Englewood


Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Larasati, S.A. (2010). Pengaruh pemberian jus pepaya (carica papaya) terhadap
kerusakan histologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran, Skripsi.

Limbong dan Sitorus, 1995. Pengantar Tataniaga Pertanian. Edisi Kedua. Institut

26
Pertanian Bogor. Bogor.

Mulyana,Slamet. Komunikasi Pemasaran Terpadu. 2008.ONLINE, Akses Melalui


http://wsmulyana.wordpress.com 4 April 2014

Nazir,M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rasyaf, M. 1996. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar. Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasinya. PT


Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Wihardjo, Suwandi F. A. 1993. Bertram Semangka. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Syukur, M dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan
Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. Bogor.

Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhamadyah Malang.

Tjiptono, Fandy, (2002), Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andi Offset.

Tomek, W.G dan K.L Robinson. (1972) Agricultural Product Prices, Printing
Cornwell University Pres 3rd, USA.

Wechter, W.P. et al. 2008. Gene Expression in Developing Watermelon Fruit. BMC
Genomics, 9: 275.

27
28

Anda mungkin juga menyukai