Anda di halaman 1dari 126

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING

MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI


KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA
105961118516

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO
DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA
105961118516

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian


Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

ii
iii
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi

pengembangan agroindustry emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan

Buki” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 01 Desember 2020

Wilda Yulita
105961118516

v
ABSTRAK

Wilda Yulita. 105961118516. Strategi Pengembangan Agroindustri Emping


Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dibimbing oleh RENI FATMASARI SYAFRUDDIN dan ISNAM JUNAIS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eks ternal
serta untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo
yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar .
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau
purposive yaitu teknik penentuan informan yang disesuaikan dengan kriteria
tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun informan dalam
penelitian ini terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, pembeli 2 orang dan warga yang
berdomisili di sekitar agroindustri berjumlah 1 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi
pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala yaitu rasa emping
yang enak, agroindustri telah lama berdiri, ketergantungan bahan baku dan tidak
adanya promosi. Sedangkan faktor eksternal meliputi banyak event yang
menggunakan emping melinjo, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing,
persaingan ketat dan harga bahan baku yang naik turun. Alternatif strategi yang
cocok diterapkan dalam pengembangan agroindustri emping melinjo berada pada
kuadran I, pada matriks posisi SWOT. Oleh karena itu, maka strategi yang cocok
untuk digunakan adalah SO (Strength-Opportunities). Mempertahankan kelebihan
yang dimiliki oleh agroindustri emping melinjo seperti rasa emping yang enak,
pengrajin berpengalaman, harga terjangkau serta meningkatkan hasil produksi dan
penjualan dengan mempertahankan respon cepat terhadap permintaan konsumen,
dan tetap memanfaatkan perkembangan teknologi serta pengenalan produk
melalui event yang banyak menggunakan emping melinjo.

Kata kunci : emping melinjo, strategi, pengembangan.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para

keluarganya, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo

di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.”

Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Ibu Dr. Reni Fatmasari Syafruddin S.P., M.Si, selaku pembimbing I dan

bapak Isnam Junais S.TP., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat selesai.

2. Bapak DR. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii
4. Kedua orangtua Ayahanda Arifuddin Dg. Sibeta dan ibunda Syarifa, Adikku

tercinta Indah Yunita dan kakak-kakakku tersayang kak Sri Anti, Rezkiyati,

Nahria, Muh. Aspar, Suryana dan segenap keluarga yang senantiasa

memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian di daerah tersebut.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 13 Maret 2020

Wilda Yulita

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................................. iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri ...................................................... 6


2.2 Emping Melinjo ...................................................................................... 7
2.3 Strategi Pengembangan ........................................................................... 10
2.4 Analisis SWOT ....................................................................................... 13
2.5 Perilaku Konsumen ................................................................................. 18
2.6 Kerangka Pikir ........................................................................................ 19
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 30


3.2 Teknik Penentuan Informan .................................................................... 30

ix
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 31
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................... 32
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 36

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .................................. 38

4.1 Keadaan Geografis .................................................................................. 38


4.2 Keadaan Demografis ............................................................................... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 44

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo .................................................... 44


5.2 Identifikasi Faktor Internal...................................................................... 46
5.3 Identifikasi Faktor Eksternal ................................................................... 58
5.4 Matriks Strategi Internal ......................................................................... 72
5.5 Matriks Strategi Eksternal....................................................................... 74
5.6 Matriks Posisi .......................................................................................... 76
5.7 Matriks SWOT ........................................................................................ 78
5.8 Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo .......................... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 83

6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 83


6.2 Saran ....................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Produksi Melinjo Perkecamatan ...................................................................... 2

2. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 21

3. Matriks SWOT ................................................................................................ 35

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................. 40

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......................................... 41

6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................................43

7. Identifikasi Faktor Internal............................................................................. 47

8. Identifikasi Faktor Eksternal .......................................................................... 59

9. Matriks Strategi Internal ................................................................................ 72

10. Matriks Strategi Eksternal.............................................................................. 74

11. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan ........................................... 78

12. Data Time Series Harga Melinjo .................................................................... 67

13. Daftar Harga Melinjo Ditingkat Petani Tengkulak ....................................... 68

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks
1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo............................................................. 10

2. Matriks Posisi Analisis .................................................................................. 17

3. Kerangka Pikir Teoritis .................................................................................. 20

4. Peta Wilayah Kecamatan Buki ...................................................................... 39

5. Matriks Posisi Analisis SWOT ....................................................................... 77

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Teks
1. Kuisener Penelitian ......................................................................................87

2. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................96

3. Identitas Responden .....................................................................................97

4. Jumlah Unit Usaha .......................................................................................98

5. Dokumentasi Penelitian ...............................................................................99

6. Rekapitulasi Faktor Internal dan Eksternal ..................................................100

7. Hasil Pembobotan, Rating dan Skor ............................................................102

8. Produksi Emping Melinjo di Desa Kohala ..................................................103

9. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Bobot .............................................104

10. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Rating ............................................106

11. Dokumentasi Penelitian ...............................................................................108

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melinjo merupakan tanaman yang tumbuh dimana-mana dan banyak

ditemukan di pekarangan penduduk kota maupun desa. Tanaman melinjo (Gnetum

gnemon, L) merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan emping

melinjo, merupakan tanaman esensial yang semua bagian dari tanaman ini dapat

dimanfaatkan. Daun muda yang disebut dengan so, bunga yang disebut dengan

kroto, kulit biji yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang

cukup populer di masyarakat. Bahkan kulit biji yang sudah tua setelah diberi

bumbu dan digoreng akan menjadi camilan yang cukup enak yang disebut

gangsir. Buah matang merupakan bahan baku pembuatan keripik melinjo yang

bernilai ekonomis tinggi (Sunanto. H, 2001).

Emping melinjo merupakan komoditas pertanian dengan nilai tambah

tinggi. Merupakan komoditas yang menarik untuk dianalisis karena prospek

pasarnya yang cukup baik dan juga merupakan komoditas ekspor. Ekspor melinjo

telah dilakukan ke negara Jepang, Taiwan, Singapura, Saudi Arabia, Uni Emirat

Arab, Amerika Serikat dan Belanda (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan

Selayar, 2011). Banyak produksi melinjo dapat dilihat dari Tabel 1.


Tabel 1. Produksi Melinjo Per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar.

PRODUKSI (TON)
KECAMATAN
2010 2011 2012 2013 2014
Pasimarannu 0,20 0,33 1,58 1,58 0
Pasilambena 18,50 18,61 16,55 13,65 7,72
Pasimasunggu 0 0 0 0 0
Taka Bonerate 0 0 0 0 0
Pasimasunggu Timur 0 0 0 0 0
Bontosikuyu 33,60 16,10 10,55 14,41 6,52
Bontoharu 36,70 22,56 26,70 26,99 69,60
Benteng 0 0 0 0,18 0,18
Bontomanai 206,90 91 101,36 200,27 171,71
Bonto Matene 26,00 129,23 99,41 111,34 116,23
Buki 148,30 78,12 30,03 36,11 121
Kepulauan Selayar 55,40 42,07 35,66 51,99 60,64
(Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kepulauan Selayar ).

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui produksi melinjo jika dirata-ratakan

mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun

2014 total produksinya mencapai 60,64 Ton. Produksi melinjo setiap tahunnya

berfluktuasi dikarenakan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan

gagal panen.

Di Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri, industri emping melinjo tersebar

di Kecamatan Pasimarannu, Kecamatan Pasilambena, Kecamatan Pasimasunggu,

Kecamatan Takabonerate, Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kecamatan

Bontosikuyu, Kecamatan Bontoharu, Kecamatan Benteng, Kecamatan

Bontomanai, Kecamatan Botomatene dan Kecamatan Buki. Sebagian daerah ini

2
sudah menjadi sentra industri pengolahan atau pengrajin emping melinjo skala

industri kecil atau industri rumah tangga.

Berdasarkan data Dinas Koperasi, UKM, Perindag, Pertambangan dan

Energi Kabupaten Kepulauan Selayar (data terlampir) terdapat 115 unit usaha

dengan jumlah tenaga kerja 201 orang. Sentra usaha ini menempati posisi tiga

besar setelah sentra pengeringan hasil laut dan pembuatan minyak kelapa. Hal

tersebut menunjukkan usaha emping melinjo mempunyai prospek yang cukup

tinggi untuk dikembangkan. Dikarenakan dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber penghasil PDRB bagi Kabupaten Kepulauan Selayar, namun kenyataan

menunjukkan bahwa agroindustri melinjo sampai saat ini prospek

pengembangannya belum mengalami perubahan yang signifikan.

Dikarenakan dari dulu sampai sekarang masyarakat kurang melakukan

pengelolaan secara profesional. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan

agroindustri emping melinjo dalam upaya meningkatkan pendapatan dan

perkembangan agroindustri.

Untuk mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di

Kabupaten Kepulauan Selayar diperlukan pendekatan yang matang. Dimana

pendekatan tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk

mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Oleh karena itu,

dibutuhkan perencanaan jangka panjang. Konsep strategi perlu dikembangkan,

mulai dari alat mencapai tujuan kemudian akan berkembang menjadi alat untuk

menciptakan kompetensi yang memberdayakan dan memotivasi stakeholder

sehingga agroindustri tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal.

3
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor internal dan eksternal pengembangan agroindustri emping

melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar ?

2. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada

di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor internal dan eksternal pengembangan

agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo

yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

4
1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan

informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

dan keputusan dalam rangka mengembangkan agroindustri emping

melinjo yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis sebagai sistem merupakan sekumpulan elemen yang selalu

saling berhubungan membentuk satu kesatuan. Agribisnis diartikan sebagai

rangkaian kegiatan yang dimulai dengan proses pasca panen, pemasaran dan

kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001).

Agribisnis dalam arti luas mencangkup tiga hal, yaitu : agribisnis hulu, on-

farm agribisnis dan agribisnis hilir. Agribisnis hulu meliputi industri yang

menghasilkan sarana produksi (input) pertanian. On-farm agribisnis meliputi

pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, obat-obatan, perkebunan,

peternakan, serta perairan. Agribisnis hilir meliputi kegiatan industri untuk

mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan. Ketiga hal tersebut sangat

penting dan terganggunya salah satu aktivitas akan berpengaruh pada kelancaran

seluruh aktivitas dalam bisnis.

Agroindustri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi

sektor pertanian sehingga menjadi kegiatan yang produktif melalui reformasi

pertanian. Melalui proses reformasi sektor agroindustri di tingkat nasional,

pendapatan dapat ditingkatkan dengan biaya tambahan dan ekspor bahkan lebih

besar (Saragih, 2004).

Agroindustri dapat didefinisikan menjadi dua hal. Pertama, agroindustri

adalah industri yang usaha utamanya dari produk pertanian. Studi agroindustri

pada konsep ini menekankan pada food processing.


Pengelolaan hasil alam yang bahan bakunya merupakan hasil pertanian.

Definisi kedua adalah agroindustri diartikan sebagai proses pembangunan sebagai

kelanjutan dari pembangunan tersebut untuk mencapai lamanya pengembangan

industri (Soekartawi, 2000).

2.2 Emping Melinjo

2.2.1 Definisi Emping Melinjo

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang

telah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan

menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu

komoditas pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena

harga jual yang relatif tinggi.

Ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping melinjo, yaitu

biji-biji melinjo sebelum dipipihkan dipanaskan terlebih dahulu dengan cara yaitu

: (1) Digoreng pada wajan aluminium atau wajan yang terbuat dari tanah (layah,

kuali) tanpa diberi minyak goreng dan (2) Direbus.

Umumnya proses pembuatan emping melinjo menggunakan metode

penggorengan cabang. Dilengkapi dengan pasir, biji melinjo goreng dibagikan

merata karena pasir menyerap panas dengan cepat (dari api atau kompor) dan

mencampurkan biji melinjo dicampur dengan pasir panas saat ditukar, biji melinjo

matang merata.Selain itu dengan digoreng, aroma dan bahan pada melinjo tidak

hilang sehingga keripik melinjo bisa dirasakan. berbeda jika direbus, zat yang

7
terkandung akan larut dalam air rebusan. Akibatnya rasa keripik kurang enak dan

aroma yang khas akan berkurang (Sunanto, H. 1997).

Proses pembuatan emping melinjo memerlukan kesabaran untuk

memperoleh hasil yang berkualitas. Tenaga kerja produksi, yang disebut pengrajin

adalah perempuan pada umumnya, yang biasanya berumur paruh baya (ibu-ibu).

tidak ada keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam industri emping. Keahlian

membuat ini biasanya didapatkan secara turun-temurun. Tenaga kerja yang

digunakan dalam industri emping biasanya berasal dari dalam keluarga.

Emping yang yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan

standar (SNI 01-3712-1995), yaitu emping yang tipis dan kelihatan agak bening

dengan diameter seragam kering sehingga dapat di goreng langsung. Emping

dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri tebal, diameter kurang seragam

dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng (Anonim, 2009).

Klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya adalah

sebagai berikut :

A. Kualitas nomor satu, sering disebut dengan emping super, yang tanda-

tandanya adalah :

1. Lempengnya sangat tipis merata

2. Berwarna agak putih dan bening dan transparan

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

4. Langsung bisa digoreng tanpa dijemur terlebih dahulu.

8
B. Kualitas nomor dua, emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tanda, antara

lain:

1. Lempengannya lebih tebal dari emping super

2. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening (kurang

transparan)

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam.

4. Bila akan digoreng harus dalam keadaaan kering agar hasil gorengannya

baik.

C. Kualitas nomor tiga,

1. Lempengannya agak tebal

2. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak transparan

3. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan

kualitasnya bermacam-macam

4. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering agar hasil

gorengannya baik (Sunanto. H, 1997).

2.2.2 Pohon Agroindustri Melinjo

Keistimewaan tanaman melinjo selain memberikan kebutuhan seumur

hidup bagi petani, juga dapat menjadi tanaman warisan dan hampir seluruh bagian

tanaman dimanfaatkan serta tanaman ini bisa hidup sampai ratusan tahun. Melinjo

merupakan bahan baku penting dalam industri emping melinjo, kayu tanaman

melinjo dapat digunakan untuk bahan baku kertas, serat tali dan bahan papan atau

9
alat rumah tangga sederhana, daun dan buah melinjo sering dipakai untuk bahan

campuran sayur.Pohon agroindustri dapat dilihat pada Gambar 1.

Biji Emping Melinjo

Daun/ Bunga Bahan Campuran Kosmetik

1. Bahan Baku Kertas


Kayu
2. Serat Tali
Melinjo
Batok Buah
Melinjo Pupuk Organik

Kulit Buah
Bahan Campuran Sayur
Melinjo

Ranting Kayu Bakar

Gambar 1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo (Rahayu, 2012).

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa semua bagian melinjo dapat

dimanfaatkan. Biji sebagai bahan utama pembuatan emping melinjo, Daun

sebagai bahan campuran kosmetik karena dipercaya dapat mencegah jerawat,

kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas dan serat tali, batok buah sebagai

campuran pupuk organik, kulit buah melinjo sebagai bahan campuran sayur serta

ranting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2.3 Strategi Pengembangan

Menurut Clausewizt dan Wahyudi (1996), strategi adalah seni menggunakan

pertempuran untuk memenangkan suatu perang. Jika konsep ini diterapkan pada

10
dunia pendidikan maka pendekatannya adalah dengan mempelajari pendidikan

secara global dan lokal.

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen

puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di

samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka

panjang. Paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah

berorientasi masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsi dan

multidimensi dan dalam perumusannya harus memperhatikan faktor internal dan

eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Menurut Sondang P, Siagian dalam buku Handito Joewono (2001) strategi

adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia

sesuai tuntutan. Menurut Handoko Joewono dalam bukunya strategi manajemen,

strategi adalah rumusan rencana pemikiran yang sistematis, keberanian

mengambil resiko dan semangat untuk menang dan mencapai tujuan.

Menurut Hanifuddin dan Hendri Tanjung (2012) adalah merupakan respon

yang berkesinambungan dan bergantung pada kemungkinan dan ancaman

eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi

perencanaan strategis, terdapat banyak tingkatan dalam organisasi.

Tingkatan strategi dapat dibagi menjadi tiga bagian :

1. Strategi Korporat

Suatu pertanyaan maksud perusahaan, arah pertumbuhannya dan tujuan

jangka panjangnya. Tujuan utama perusahaan ada pada pertanyaan utama:

bisnis apa yang seharusnya dilakukan? Strategi perusahaan akan menentukan

11
apakah bentuk organisasi bisnis harus terintegrasi dengan perusahaan lain atau

harus mandiri dan bagaimana hubungan bisnis dengan masyarakat.

2. Strategi bisnis

Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan unit bisnis dan rancangan-rancangan

akan digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Masalah

utama dari level strategi ini terkait dengan persaingan di pasar masing-masing

unit bisnis, seperti, apa saja keunggulan pesaing, peluang yang digunakan,

bagaimana perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai posisi

kompetitif yang diinginkan.

3. Strategi Fungsional

Suatu pertanyaan rinci tujuan jangka pendek dan metode yang akan

digunakan oleh suatu bidang operasional untuk mencapai tujuan jangka pendek

unit bisnisnya. Masalah utama strategi pada tahap ini berkaitan dengan

bagaimana setiap bagian organisasi dapat diintegrasikan ke dalam arsitektur

strategis yang dapat menghasilkan arahan strategis secara efektif (M. Husni,

2009).

Rantai nilai (Value Chain) berpengaruh dalam menentukan strategi yang

diperlukan bagi suatu perusahaan. Konsep rantai nilai yang dikembangkan oleh

Michael Porter melihat perusahaan sebagai sekumpulan aktivitas utama atau lini

produksi yang menghargai produk dan layanan untuk mendukung profitabilitas.

Di dalam konsep rantai nilai terdiri dari beberapa aktivitas dasar yang merupakan

aktivitas utama sedangkan aktivitas yang lain merupakan aktivitas pendukung

(Porter, 2000).

12
2.3.1 Perencanaan Strategis

Kata perencanaan strategis terdiri dari kata perencanaan dan strategi

(Kerzner, 2001) mengungkapkan bahwa perencanaan strategis (Strategic

Planning) adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola situasi saat ini

untuk mengatur kondisi masa depan sehingga rencana strategis tersebut menjadi

pedoman. dapat digunakan oleh organisasi dari kondisi yang ada. sekarang

bekerja selama 5 sampai 10 tahun ke depan.

Adapun proses perencanaan strategis (Hanafi, 2011) mengungkapkan ada

delapan proses perencanaan strategis yaitu : Mengembangkan target,

mengevaluasi target dan strategi saat ini, penilaian lingkungan, penilaian sumber

daya, mengidentifikasi peluang strategis, pengambilan keputusan strategis,

implementasi strategis, evaluasi dan pengendalian strategis.

2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah pengenalan konstan berbagai faktor untuk

membentuk strategi perusahaan. Studi ini didasarkan pada logika yang

meningkatkan kekuatan dan ketepatan waktu sambil meminimalkan kerentanan

dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Analisis SWOT adalah evaluasi hasil identifikasi sesuatu untuk

menentukan apakah sesuatu akan dikategorikan sebagai sebagai kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman (Tripomo dan udan, 2005).

Analisis ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strengths (S), adalah karakteristik positif internal yang dapat

dimanfaatkan organisasi untuk mencapai target kinerja strategis.

13
2. Weaknesses (W), merupakan karakteristik internal yang dapat

menghambat atau mengurangi efektivitas organisasi.

3. Opportunities (O), merupakan karakteristik potensial dari lingkungan

eksternal dapat membantu organisasi mencapai atau melampaui target

strategis.

4. Threats (T), adalah fitur lingkungan eksternal yang dapat mencegah

organisasi mencapai target strategis yang telah ditentukan sebelumnya

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

perencanaaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis agroindustri

(kekuatan, peluang, ancaman dan kelemahan). Analisis SWOT digunakan untuk

mencapai serangkaian keputusan dan tindakan manajemen yang menentukan

kinerja perusahaan dalam jangka panjang dengan mengamati lingkungan eksternal

untuk melihat peluang dan ancaman serta mengamati lingkungan internal untuk

melihat kekuatan dan kelemahan dari agroindustri.

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Eksternal (ALE)

Lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan organisasi.

Kekuatan (Strength) adalah situasi dan kapabilitas internal yang positif yang

memungkinkan organisasi untuk memenuhi tujuan strategis dalam mencapai visi

dan misinya. Sedangkan kelemahan (weaknesses) adalah kondisi dan faktor di luar

organisasi yang bersifat negatif dan menghambat organisasi untuk mencapai atau

melampaui keberhasilan visi dan misinya (Akdon, 2011).

14
Analisis lingkungan internal mencermati (Scanning) kekuatan dan

kelemahan lingkungan internal organisasi yang dapat dikelola manajemen yaitu

sebagai berikut:

1. Struktur organisasi termasuk rekrutmen dan penempatan pegawai.

2. Sistem organisasi dalam mencapai keberhasilan organisasi mencangkup

keberhasilan komunikasi internal

3. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam

tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk struktur dan kualitas sumber

daya manusia.

4. Biaya operasional serta sumber dananya.

5. Faktor-faktor lain yang menunjukkan dukungan terhadap proses kinerja/misi

organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di

lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai

saat ini.

Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi peluang dan tantangan

organisasi. Peluang (opportunities) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi

yang bersifat positif dan membantu organisasi mencapai atau mampu melebihi

pencapaian visi dan misi. Sedangkan tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar

organisasi yang bersifat negatif dan dapat mengakibatkan organisasi tidak berhasil

dalam mencapai visi dan misi.

Tujuan audit eksternal adalah membuat daftar terbatas mengenai berbagai

peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus

15
dihindari (David, 2009). Lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi sosial dan

budaya , pesaing , bahan baku, iklim dan cuaca serta kebijakan pemerintah.

2.4.2 Menganalisis dan Menentukan Keputusan Strategis Menggunakan

Matriks SWOT

Analisis dan penentuan keputusan dengan menempatkan pendekatan

matriks SWOT, dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis

sebagai berikut :

1. Strategi S0 (Strength, Opportunities)

Strategi ini didasarkan pada pola pikir korporasi, yaitu menggunakan

semua kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST (Strength, Threats)

Strategi ini adalah strategi pemanfaatan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Strategi ini didasarkan pada aktivitas defensif dan upaya untuk

meminimalkan kerentanan yang ada dan mencegah ancaman. Hasil analisis tabel

internal faktor strategi dan faktor eksternal kemudian dipetakan ke dalam matriks

posisi.

16
Berikut adalah matriks posisi analisis SWOT dari hasil pembobotan yang

telah dilakukan :

Peluang

Kuadran III (-,+) Kuadran I(+,+)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi


(Turn-around) (Progresif)

Kelemahan Kekuatan

Kuadran IV Kuadran II (+,-)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi


(Despensive) (Deversifikasi)

Ancaman

Gambar 2. Matriks Posisi Analisis (Rangkuti, 2000).

Keterangan :

Kuadran I

a. Merupakan posisi yang layak untuk dikembangkan

b. Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

secara maksimal

c. Menerapkan strategi yang mendukung kebijakan sehingga pertumbuhan

agresif

17
Kuadran II

a. walaupun menghadapi ancaman tetapi mempunyai keunggulan sumber daya

b. Menggunakan kekuatan agar dapat memanfaatkan peluang jangka panjang

c. Melalui diversifikasi produk atau pasar

Kuadran III

a. Dapat dikembangkan

b. Peluang besar tetapi sumber daya sangat lemah oleh karena itu, harus

memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dan fokus pada strategi

posisi untuk meminimalkan kendala-kendala internal pemasaran.

Kuadran IV

a. Kondisi tidak menguntungkan serta tidak dapat dikembangkan.

b. Menghadapi berbagai ancaman eksternal sedangkan sumber daya yang

dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

2.5 Perilaku Konsumen

Menurut Mangkunegara (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang

dilakukan oleh setiap kelompok atau organisasi yang berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa

ekonomi yang dapat mempengaruhi lingkungan.

Menurut Winardi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang

ditunjukkan oleh desain pembelian dan penggunaan barang dan jasa dalam

perekonomian.

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen yang diberikan oleh para ahli

pemasaran maka, dapat disimpulkan yaitu :

18
a. Perilaku konsumen menjadi ciri individu dan rumah tangga.

b. Perilaku konsumen menyangkut mencakup proses pengambilan keputusan

sebelum membeli dan tindakan memperoleh, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk.

c. Perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah

barang yang telah dibelanjakan, kapan dengan siapa, siapa saja dan

bagaimana barang yang telah dibeli dikonsumsi. Selain itu juga terdapat

variabel yang tidak dapat diamati, seperti nilai yang dimiliki konsumen,

kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana konsumen mengevaluasi pilihan lain

dan bagaimana perasaan konsumen tentang kepemilikan dan penggunaan

produk.

2.6 Kerangka Pikir

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan merupakan salah satu bentuk

pengembangan industri pertanian yang dapat memberikan nilai tambah yang

berasal dari bahan baku melinjo. Kerangka berfikir dari penelitian ini dimulai

dengan penggalian informasi dari empat keadaan di agroindustri emping melinjo

yang ada di Desa Kohala yaitu, produk, tempat, harga dan pemasaran. Keempat

elemen tersebut akan dijadikan sebagai referensi daftar pertanyaan yang akan

diajukan sebagai sumber informasi utama dalam penelitian ini dengan

menggunakan analisis SWOT.

Pertanyaan yang akan diajukan terbagi kedalam dua bagian, sesuai dengan

pembagian dalam analisis SWOT. Pertama pertanyaan tentang faktor-faktor

19
internal dari usaha pembuatan emping melinjo yaitu kekuatan dan kelemahan,

kedua pertanyaan tentang faktor- faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu kemudian diolah menggunakan analisis

SWOT yang berujung pada lahirnya strategi-strategi untuk masing-masing matriks

(keadaan). Matriks strategi yang menjadi hasil akhir dari penelitian itu yang

nantinya semoga ini dapat menjadi solusi untuk strategi yang tepat bagi

agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar untuk meningkatkan omzet penjualan dan mempertahankan

daur hidup produk. Adapun penjelasannya dapat dilihat melalui gambar berikut:

Agroindustri Emping

Melinjo

Faktor Eksternal Faktor Internal

- Peluang - Kekuatan
- Ancaman - Kelemahan

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan
Emping Melinjo

Gambar. 3 Kerangka Pikir Teoritis.

20
2.7 Penelitian Terdahulu.

No. Nama Peneliti. Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian


1 Rizky Ramadhani Strategi Pengembangan Analisis Deskriptif -Kekuatan yang dimiliki oleh kedua
Puspanegara, 2018 Agroindustri Beras Siger di Kualitatif agroindustri berbeda, KWT Suka Maju
Desa Wonokarto Kecamatan Analisis SWOT memiliki banyak sekali konsumen serta
Sekampung Kabupaten melakukan kegiatan pemasaran yang
Lampung Timur dan Desa beraneka ragam. Kekuatan yang dimiliki
Margosari Kecamatan KWT Melati yaitu kualitas produk yang
Pagelaran Utara Kabupaten sangat baik yang benar-benar dapat
Pringsewu dicirikan sebagai beras siger (mirip
seperti beras). Kelemahan yang dimiliki
masing-masing agroindustri pun berbeda,
KWT Melati memiliki kelemahan besar
dalam teknologi produksi yang
dikarenakan kondisi keuangan yang
belum memungkinkan dan kelemahan
KWT Melati adalah konsumen tidak
beragam karena hanya menjual kepada
reseller.
-Peluang utama yang dimiliki KWT

21
Melati adalah tidak adanya saingan di
wilayah tersebut, dan ancaman yang
dimiliki oleh KWT Melati ada
keterbatasan teknologi .
-Strategi yang diprioritaskan untuk
agroindustri beras siger KWT Suka \Maju
adalah membuat diversifikasi dan
modifikasi produk sehingga konsumen
makin tertarik mengkomsumsi. Strategi
yang diprioritaskan untuk agroindustri
KWT adalah melakukan inovasi produk
baru dari teknologi dan pelatihan yang
telah di dapat dari BKP Provinsi Lampung
dan mengembangkannya.

2. Nur Afni Evilia,E. Gumbira Stategi Pengembanagan Analisis Kualitatif


Rasio nilai tambah dari pengolahan
Sa’id dan Rita Nurmalina Agroindustri dan Peningkatan dan Kuantitatif.
gambir menjadi katekin 91,67%, dengan
Suryana, 2012. Nilai Tambah Gambir di Analisis Deskriptif
nilai tambah sebesar Rp. 2.442.000.
Kabupaten Lima Puluh Kota

22
Sumatera Barat. dengan nilai tambah dari tani sebesar
Rp.1.149.000. dengan rasio nilai tambah
sebesar 83,81%. Faktor internal terdiri
atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan
utama adalah adanya Agrotechnopark
(0,063), sedangkan kelemahan utama
adalah belum adanya kebijakan
pemerintah daerah yang tertuang dalam
peraturan perundang-undangan daerah
(Pemda) dalam mendukung
pengembangan agroindustri gambir
(0,074).Faktor Eksternal terdiri atas
peluang dan ancaman utama adalah
perdagangan global yang menuntut
standar mutu produk tinggi (0,065).
Matriks QSPM menghasilkan strategi
prioritas utama, yaitu menggiatkan
kembali program ATP dalam upaya
meningkatkan inovasi teknologi untuk

23
pengolahan gambir menjadi berbagai
produk olahan dengan mutu yang terjamin
dan jumlah yang memadai dengan nilai
TES tertinggi 6,897.
3 Dwi Retno Andriani, Analisis Kelayakan Usaha Metode Analisis -Keuntungan yang diperoleh agroindustri
Fransiska Dwi L, 2015 dan Strategi Pengembanagan Keuntungan dan emping melinjo skala rumah tangga di
Agroindustri Emping Melinjo Kelayakan Usaha daerah penelitian sebesar Rp. 28.443,,00
Skala Rumah Tangga di Desa dan Analisis SWOT per hari dan Rp. 711.075,00 per bulan.
Wates Kecamatan Wates Agroindustri tersebut menguntungkan
Kabupaten Blitar. karena rata-rata biaya yang dikeluarkan
Rp. 343.557.00 per hari untuk rata-rata
kapasitas bahan baku yang digunakan
sebanyak 37.14 kg dan memperoleh
penerimaan terbesar Rp. 372,000.00 per
hari (TR>TC).
-Agroindustri emping melinjo layak
dikembangkan berdasarkan perhitungan
R/C ratio lebih besar dari satu yaitu 1.1
(R/C Ratio > 1) dan jumlah produk yang

24
dihasilkan melebihi nilai BEP yaitu 18,6
kg emping melinjo dengan harga Rp.
20,000.00 (Produk saat BEP 17 kg dengan
harga Rp18, 475 00.
-Strategi yang dapat diterapkan oleh
agroindustri emping melinjo skala rumah
tangga berdasarkan matriks IE adalah
Growth and Stability. Pada matriks Grand
strategi, agroindustri berada pada kuadran
satu yaitu strategi yang mendukung
kebijakan pertumbuhan Agresif,
berdasarkan analisis SWOT strategy
utama adalah Growth and stability dan
Agresif strategy. Kemudian dengan
analisis QSPM dirumuskan 3 Alternatif
strategi yang paling utama yaitu :
1.) Pengembangan usaha dengan
meningkatkan kuantitas, kualitas dan
kontinuitas produk di pasar.

25
2.) Memperluas pasar ke berbagai daerah
dengan menambah dan mempertahankan
pelanggan serta diversifikasi produk.
3.) Bekerjasama dengan pemerintah untuk
membentuk kelompok usaha dalam hal,
modal, pelatihan tenaga kerja, promosi
dan teknologi tepat guna.
4 Nur Afni Evalia, 2015 Strategi Pengembagan Analisis Deskriptif -Pengembangan agroindustri gula semut
Agroindustri Gula Semut Kualitatif aren di Kecamatan Lareh Sago Halaban
Aren, (Studi Kasus merupakan hal yang sangat penting untuk
Kecamatan Lareh Sago diimplementasikan . ini dapat dilihat dari
Halaban Kabupaten Lima nilai faktor IFE senilai (2,64) ini berarti
Puluh Provinsi Sumatera secara internal sangat mendukung dalam
Barat) ,2015. penegembangan agroindustri gula semut
kedepannya. Begitu juga dengan nilai
EFE sebesar 298. Ini mengkondisikan
bahwa masih banyak peluang-peluang
yang belum dimanfaatkan dengan baik.
Dari hasil penelitian juga didapatkan 10

26
alternatif strategi yang mewakili dalam
pengembangan agroindustri gula semut,
yang dapat diterapkan di Kecamatan
Lareh Sago Halaban. Prioritas strategi
yang dapat segera diimplementasikan
berdasarkan hasil olahan AHP,
Khususnya faktor penentu utama yang
telah didapat Faktor tersebut adalah
teknologi, dengan pelaku yang
bertanggung jawab adalah pemerintah
sebagai fasilitator yang dapat
diprioritaskan untuk diversifikasi produk
turunan aren ( gula semut aren). Tujuan
akhir dari strategi pengembangan
agroindustri gula semut aren adalah
pemberian bantuan berupa teknologi tepat
guna dan teknologi packing untuk skala
komersial.

27
5 Dwi Rizky Agustina, Harga pokok Produksi, Nilai Analisis Kualitatif
Harga pokok produksi (HPP) agroindustri
R. Hanung Ismono Tambah Dan Prospek dan Kuantitatif.
marning dengan analisis Variable
Adia Nugraha, 2015 Pengembangan Agroindustri Analisis Deskriptif
Costing adalah Rp. 9.634,76 dan metode
Marning Di Kecamatan
Full Costing adalah sebesar Rp. 9.809,55.
Gedong Tataan Kabupaten
HPP tersebut merupakan jumlah biaya
Pesawaran.
produksi yang dikeluarkan untuk
menghasilkan per kilogram marning. Nilai
tambah yang dihasilkan oleh agroindustri
marning adalah Rp. 3.715,88. Persentase
imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah
sebesar 53,15 persen, sedangkan persentase
keuntungan untuk pemilik agroindustri
marning adalah sebesar 46,85 persen dari
nilai produk. Prospek pengembangan
agroindustri marning di Desa Karang
Anyar dapat dikatakan cukup prospektif,
jika dilihat dari identifikasi terhadap

28
ketersediaan bahan baku, ketersediaan
tenaga kerja, penawaran marning, daerah
pemasaran produk, dukungan masyarakat,
dan dukungan pemerintah.

29
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada agroindustri rumah tangga pembuatan emping

melinjo di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. lokasi

dipilih karena di Desa Kohala terdapat banyak agroindustri pembuatan emping

melinjo yang layak untuk di kembangkan. penelitian dilaksanakan pada bulan

Juli-Agustus 2020.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah informan yang

menguasai pokok permasalahan, memiliki data dan mengerti tentang topik

masalah penelitian. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik purposive sampling adalah teknik mengambil informan atau narasumber

dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut

dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

Dalam penelitian ini informan yang akan diambil dalam penelitian ini

berjumlah 5 orang (data terlampir) terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, konsumen

2 orang, beserta 1 orang warga yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari hasil

wawancara kemudian dijelaskan dalam bentuk deskriptif kualitatif.


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara langsung

maupun survey dengan menggunakan (kuesioner) yang telah disiapkan

sebelumnya untuk mendapatkan data-data tentang strategi pengembangan emping

melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi-studi dokumen yang

terdapat pada tempat penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan diantaranya

data produksi dan penjualan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Yaitu melakukan pengambilan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung pada industri rumah tangga pembuatan emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara

Yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan

informan yaitu seluruh pengrajin dan pengelola produsen emping melinjo di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

31
3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan pengambilan

gambar di lokasi penelitian di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan alat analisis

menggunakan metode SWOT. Yaitu suatu proses penyelidikan untuk memahami

masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran Holistik lengkap yang

dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan

disusun dalam sebuah latar alamiah (Ulber Silalahi, 2009). Dalam penyusunan

strategi dengan menggunakan metode SWOT, model yang digunakan sebagai

berikut :

1. Identifikasi faktor internal dan eksternal

2. Matriks strategi internal dan eksternal

3. Melakukan perumusan matriks SWOT

4. Matriks SWOT

3.5.1 Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal

Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu perumusan strategi perlu adanya

identifikasi terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam pokok permasalahan.

Faktor-faktor diantaranya yaitu : kekuatan dan kelemahan (internal) dan faktor

peluang dan ancaman (eksternal).

32
Untuk menentukan cara penentuan faktor strategi internal perusahaan

dapat di diketahui menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan yang

terdapat pada kolom yang pertama.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari

yang paling rendah 0,20 (sangat kuat) sampai 0,05 (di bawah rata-rata),

berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis. (semua

bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating yang terdapat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.

Variabel yang bersifat positif (semua variabel masuk kategori kekuatan)

diberi nilai mulai dari 4 (sangat menarik) sampai 1 (tidak menarik) dengan

membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama,

sedangkan variabel bersifat negatif, serta kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan yang terdapat pada kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Gunakan kolom lima untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung .

jumlahkan skor pembobotan yang terdapat pada (kolom 4), untuk

memperoleh total skor pembobotan bagi yang bersangkutan. Nilai total

33
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategi internalnya . Skor total dapat kita gunakan sebagai perbandingan.

3.5.2 Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel faktor strategi internal dan faktor eksternal

kemudian dipetakan pada matriks posisi, dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

a. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka x > 0 dan sebaliknya

jika kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

b. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya

jika ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

3. Untuk menentukan posisi pemasaran, dibuat perhitungan berdasarkan selisih

dari sub total skor da matriks faktor internal dan eksternal, hasilnya dapat

dirangkum sebagai berikut :

a. Koordinat analisis internal

Kekuatan - Kelemahan = ... ?

b. Koordinat analisis eksternal

Peluang – Ancaman = ... ?

3.5.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT dikembangkan untuk dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

34
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Matriks SWOT


Faktor Internal
(IFAS) Kekuatan Kelemahan
Faktor (Strengths) (Weakness)
Eksternal (EFAS)

Strategi S - O : Strategi W – O :

Ciptakan strategi dengan Ciptakan strategi yang


Peluang
menggunakan kekuatan meminimalkan
(Opportunities)
untuk memanfaatkan kelemahan untuk

peluang. mendapatkan peluang

Strategi S – T : Strategi W – T :

Ciptakan strategi yang Strategi yang


Ancaman
menggunakan kekutan meminimalkan
(Threats)
untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman. menghindari ancaman.

Sumber : (Rangkuti Freddy, 2001)

Keterangan :

1. Strategi SO (Strengths, Opportunities)

Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk memanfaatkan

berbagai peluang yang ada

2. Strategi ST (Strengths, Threats)

35
Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk menghindari

berbagai ancaman

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dengan cara

meminimalkan berbagai kelemahan

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dan meminimalkan

berbagai kelemahan dan ancaman.

3.6 Definisi Operasional

1. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku, untuk merancang serta menyediakan peralatan dan jasa untuk

kegiatan agroindustri emping melinjo.

2. Emping melinjo adalah adalah salah satu jenis makanan ringan yang terbuat

dari melinjo yang berbentuk pipih bulat, diolah dengan cara dipanaskan

kemudian dipipihkan dengan cara dipukul-pukul lalu dikeringkan di bawah

sinar matahari dan digoreng dengan menggunakan minyak.

3. Strategi pengembangan adalah suatu upaya menganalisis situasi agroindustri

emping melinjo dari perspektif internal yang meliputi kelemahan dan

kekuatan.

4. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

menilai kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dalam agroindustri emping melinjo.

36
5. Kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki agroindustri emping melinjo

yang berasal dari dalam agroindustri agar kegiatannya berjalan secara

optimal.

6. Kelemahan adalah kekurangan yang yang dimiliki agroindustri emping

melinjo yang berasal dari dalam agroindustri sehingga perusahaan tidak

dapat beroperasi dengan baik.

7. Peluang adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar agroindustri emping

melinjo yang bersifat positif yang dapat mendukung kinerja agroindustri

emping melinjo.

8. Ancaman adalah faktor eksternal yang dapat menghambat kinerja

agroindustri emping melinjo.

37
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaaan Geografis

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah satu provinsi di Sulawesi

Selatan terletak di ujung Selatan pulau Sulawesi yang memanjang dari utara ke

selatan. Berbeda dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan Kabupaten

Kepulauan Selayar memiliki ciri khas dimana satu-satunya kabupaten yang

seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi serta terdiri dari gugusan

beberapa pulau.

Kecamatan Bukit yang berada pada arah utara Kabupaten Kepulauan

Selayar dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Bontomatene berdasarkan

perda Nomor 6 tahun 2008. Kondisi topografi Kecamatan Buki sebagian besar

terdiri dari perbukitan untuk wilayah bagian timur dan wilayah bagian barat

sebagian datar dengan luas wilayah kecamatan tercatat ± 55,27 km². Wilayah

administratif pemerintahan Kecamatan Buki terbagi atas 7 (tujuh) wilayah Desa

terdiri dari (Desa Buki, Bontolempangan, Kohala, Lalang Bata, Balang Butung,

Buki Timur dan Mekar Indah). Salah satu Desa yang berada di Kecamatan Buki

yaitu Desa Kohala mempunyai luas ± 7 km². Terletak disebelah utara ibu kota

kabupaten yaitu Benteng dengan jarak tempuh ± 15 km dengan waktu tempuh

sekitar 30-40 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Secara topografi, tanah di kesuburan yang sedang dan relatif baik sehingga

mendukung usaha pertanian yang Desa Kohala merupakan tanah dengan bentang

wilayah berbukit yang memiliki tingkat dikembangkan oleh masyarakat di Desa


Kohala ditinjau secara parsial yakni ke 4 (empat) Dusun tersebut yaitu

Dusun Lebo, Dusun Karebosi, Dusun Kadempak dan Dusun Bangsiang. Selain itu

Desa Kohala memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Polebunging

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontolempangan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonea Makmur

Secara geografis wilayah Kecamatan Buki dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

Berdasarkan data tahun terakhir tahun 2016 jumlah penduduk Desa Kohala

tercatat 266 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 917 terdiri dari

laki-laki sebanyak 436 jiwa dan perempuan sebanyak 481 jiwa yang kesemuanya

terbagi dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang

berusia antara 1-20 tahun sampai pada kelompok yang berusia 61 tahun keatas.

39
Komposisi penduduk Desa Kohala berdasarkan kelompok umur untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini .

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kahala Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)
1. Laki – laki 436 47,55
2. Perempuan 481 52,45
Jumlah 917 100
Sumber : Data Sekunder 2018

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa rasio jumlah penduduk

jenis kelamin laki laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan dengan perbandingan 436 jiwa yang berjenis kelamin laki-

laki dan 481 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Dengan jumlah persentase

untuk berjenis kelamin laki-laki sebesar 47,55 % sedangkan berjenis kelamin

perempuan sebesar 52,45 %.

4.2.2 Keadaaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang berada di Desa Kohala sebagian besar

adalah petani dan URT. Adapun jenis dan jumlah mata pencaharian masyarakat

Kohala selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

40
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Kahala
Kecamatan Buki, Kabupaten Selayar.
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%)

1. Petani 158 17,23

2. PNS 30 3,27

3. Peternak 20 2,18

4. TNI 3 00,3

5. Pensiunan 8 00,8

6. Montir 3 00,3

7. Tukang Batu 17 1,85

8. Tukang Kayu 16 1,74

9. Tukang Jahit 4 00,4

10. Tukang Kue 14 1,52

11. Tukang Anyaman 8 00,8

12. Pengrajin Industri Rumah 35 3,81

Tangga Lainnya

13. URT 601 65,54

Total 917 100

Sumber : Data Sekunder 2018

Data pada Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk

Desa Kohala terbesar yaitu sebagai ibu rumah tangga berjumlah 601 jiwa atau

65,54 %, kemudian disusul oleh sektor pertanian yaitu 158 jiwa atau 17,23%. Hal

ini didukung oleh potensi Desa Kohala yang berada pada wilayah perkebunan,

41
kemudian yang terendah terdapat pada bidang mata pencaharian montir berjumlah

3 atau 00,3 % Beberapa jenis mata pencaharian lain yang dikembangkan oleh

masyarakat di Desa Kohala tersebut yaitu sebagai tukang batu, tukang kayu,

tukang jahit, tukang kue, tukang anyaman dan pengrajin industri rumah tangga

lainnya.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Penduduk merupakan salah satu merupakan salah satu variabel yang

sangat menentukan kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang

berpendudukan tinggi di suatu wilayah maka maka semakin tinggi pula tingkat

kemajuan wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang

berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat.

Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan,

dapat dilihat pada Tabel 6.

42
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Kohala.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%)

1. TK 59 6,10

2. SD 90 9,81

3. SMP 58 6,32

4. SMA 68 7,42

5. D2 4 00.4

6. S2 1 00,1

7. SDLB 12 01,30

8. Tidak Sekolah 625 68,15

Total 917 100

Sumber : Data Desa Kohala, 2018

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan

penduduk di Desa Kohala yang sarjana berjumlah 1 orang atau 00,1 %, SMA

berjumlah 68 orang atau 7,42 %, SMP berjumlah 58 orang atau 6,32 %, SD

berjumlah 90 orang atau 9,81%, SDLB berjumlah 12 orang atau 01,30% tidak

sekolah berjumlah 625 orang atau 68,15 %. Jadi, dapat dilihat bahwa tingkat

pendidikan penduduk Desa Kohala umumnya tidak sekolah dan bisa diartikan

bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kohala masih rendah.

43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala telah ada sejak

awal tahun 2001 dan telah berjalan turun-temurun. Emping melinjo yang

diproduksi hanya emping melinjo tawar saja serta tidak menggunakan merek,

usaha masih sederhana dan produksinya masih dikenal pada lingkungan setempat.

Industri ini mengalami perkembangan namun tidak cukup signifikan. Hal

tersebut ditandai dengan banyaknya warga sekitar yang juga menjadi pengrajin

emping melinjo. Namun, disisi lain tidak adanya pasar yang berada di tempat

tersebut mengakibatkan emping yang telah dijual harus dibawa ke kota untuk

dipasarkan.

Permasalahan yang sering muncul adalah masalah cuaca dan pasar.

Biasanya sekali produksi pada musim kemarau hanya butuh 2-3 hari masa

pengeringan. Tetapi pada musim hujan bisa 7-10 hari untuk proses pengeringan.

Selain itu, pasar yang cukup jauh ke kota menambah pengeluaran

dikarenakan sebagian besar pengrajin belum memanfaatkan media sosial sebagai

media promosi.

Sebagai langkah awal mereka menggunakan modal seadanya untuk

membeli bahan baku yaitu melinjo mentah dengan menggunakan peralatan yang

masih sangat sederhana untuk membuat emping melinjo. Adapun cara pembuatan

emping melinjo adalah sebagai berikut :


a. Rendam melinjo mentah dengan air selama seminggu hingga biji melinjo

terlepas dari kulit luarnya.

b. Wajan dari tanah liat dipanaskan dengan menggunakan tungku dari tanah liat

atau kompor menggunakan api kecil, kemudian masukkan biji melinjo lalu

goreng sangan hingga setengah matang.

c. Biji setengah matang kemudian dikupas kulit luarnya.

d. Dalam keadaan masih panas segera masukkan kedalam plastik bening yang

telah diapit oleh kedua sisinya. Pukul-pukul dengan palu hingga pipih.

Emping dengan ukuran besar cukup dibuat dari satu biji melinjo saja. Dan

emping dengan ukuran besar dibuat dari 3-5 biji melinjo. Setelah biji melinjo

dipipihkan, lepaskan dan simpan pada talenan dan jemur hingga kering.

Dari uraian diatas sudah dapat diketahui bahwa dalam pembuatan emping

menggunakan bahan baku melinjo, tidak menggunakan bahan pengawet

sedikitpun. Melinjo yang diproduksi oleh ibu-ibu Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar biasanya dipasarkan langsung ke pasar. Usaha ini

cukup menjanjikan karena pada dasarnya banyak event yang menggunakan bahan

baku emping melinjo, namun kurangnya varian produk yang ditawarkan juga

menjadi salah satu penghambat peningkatan penjualan emping. Oleh karena itu,

mereka menjual ke pedagang pengecer dan pengumpul karena menurut mereka

dengan cara tersebut maka emping melinjo akan laku dan habis terjual.

Dalam pembuatan emping melinjo bahan baku yang digunakan adalah

melinjo, ketersediaan bahan baku sangat menunjang produktivitas usaha emping

melinjo. Dikarenakan sebagian besar baku baku didapatkan dari desa sekitar.

45
Sehingga apabila terjadi kendala dalam ketersediaan bahan baku, pengrajin akan

mencari bahan baku pada berbagai tempat, untuk kesediaan produksi yang akan

datang atau beralih pada pekerjaan lain hingga melinjo tersedia.

Lokasi usaha pembuatan emping melinjo yang tidak strategis membuat

para konsumen lebih memilih untuk membeli di pasar yang berada di kabupaten

karena akses jalan yang cukup dekat dan mudah untuk ditemukan. Biasanya

pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar langsung menjual ke pasar dengan harga Rp. 5.000-7.000

/liternya.

5.2 Identifikasi Faktor Internal

Lingkungan internal meliputi Lingkungan internal mengandung kekuatan

dan kelemahan organisasi. Kekuatan adalah situasi positif dan kapabilitas internal

yang memungkinkan organisasi mencapai keunggulan strategis dalam mencapai

visi dan misi serta kelemahannya adalah faktor di luar organisasi yang buruk dan

menghalangi organisasi mencapai atau melampaui visi, misi atau tujuan

perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan survei langsung di lokasi penelitian,

sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan penelitian, maka dapat

diidentifikasi faktor-faktor internal dari agroindustri emping melinjo yang

meliputi kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel berikut :

46
Tabel 7. Identifikasi Faktor-Faktor Internal Agroindustri Emping Melinjo
Faktor –Faktor Internal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

1.) Rasa emping yang enak 1.) Ketergantungan bahan baku

2.) Agroindustri yang sudah lama 2.) Tidak ada promosi

berdiri 3.) Belum ada merk

3.) Tenaga kerja yang sudah ahli 4.) Produk kurang bervariasi

4.) Harga terjangkau 5.) Lokasi tidak strategis


5.) Merespon cepat

permintaan konsumen

Penjelasan mengenai faktor internal strategi pengembangan agroindustri

emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai berikut :

A. Kekuatan

1. Rasa emping yang enak

Produk emping yang di produksi oleh ibu-ibu pengrajin emping melinjo

yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

mempunyai rasa yang enak serta bau yang khas. Berdasarkan hal tersebut

banyak konsumen yang menyukai produk emping melinjo yang berasal dari

Desa Kohala untuk dijadikan oleh-oleh ataupun untuk dikonsumsi pribadi.

Selain itu, jumlah produk yang tersedia akan cepat habis terjual dengan jangka

waktu singkat biasanya kurang dari waktu 4 hari setelah produk emping

47
melinjo diproduksi. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti

selaku konsumen pertama produk emping melinjo yang diwawancarai dalam

penelitian ini yang mengatakan :

“Nyamangi inni rasanna gareppe, jari apa araki pasang paki


memang barang kalakbusangki. Lohe biasa tau tuppasang, biasana
lalaerangi mange ri kamponna lohe todok tu malli untuk lala
kangre jua (artinya : emping yang diproduksi rasanya enak, agar
tidak kehabisan stok, kita dapat memesan jauh hari
sebelumnya.biasanya konsumen membeli emping untuk dijadikan
oleh-oleh, namun ada juga yang memesan emping untuk
dikonsumsi pribadi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen kedua, yang

diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Bajik ini rasanna gareppe jari lohe tuppasang, biasana turiek batu
ha‟le. lamuliang pi mange ri kamponna ampai la alle (artinya :
emping disini rasanya enak ,konsumennya sebagian besar berasal
dari luar daerah. Biasanya emping yang telah mereka pesan akan
diambil ketika mereka hendak kembali ke kampung halamannya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen pertama,

beliau menjelaskan bahwa karena rasa emping yang diproduksi enak,

konsumen harus memesan jauh hari sebelumnya, agar tidak kehabisan stok .

karena banyak konsumen lain yang memesan emping untuk dijadikan oleh-

oleh atau hanya sekedar dikonsumsi pribadi. Sedangkan berdasarkan tanggapan

ibu Biah selaku konsumen kedua beliau menjelaskan, konsumen membeli

emping yang ada di Desa Kohala karena rasanya enak. Sebagian besar

konsumen berasal dari luar daerah sehingga mereka akan mengambil pesanan

emping ketika mereka hendak kembali ke daerahnya.

48
2. Agroindustri yang sudah lama berdiri

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar telah berdiri sejak awal tahun 2001. Merupakan

agroindustri yang telah lama berdiri.

Terlihat dari banyaknya konsumen yang mengenal produk emping

melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku

pemilik usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini

yang mengatakan :

“Pa‟pisa‟ringku inni tukbuak injo gareppe nu sallomo riekna

rikamponginni, ampa gele jua sala pangguranggi riekmu ri

mulana tahun 2001(artinya : seingat saya pengrajin emping

melinjo di desa ini sudah ada sejak lama, jika tidak salah, usaha

emping melinjo sudah berdiri sejak awal tahun 2001)‟‟

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha emping

melinjo kedua yang diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Ampa tuk buak injo gareppe nu sallomo ampa ri kohala,

riekmu minang hattuanna awal tahun 2001 (artinya : usaha

pembuatan emping melinjo telah lama berdiri, sudah ada sejak

awal tahun 2001) ”

Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh pernyataan ibu Marni selaku

masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan

bahwa :

49
“Apa tu‟buak injo gareppe mu salomo. Riekmu hatunna tahun

2001 pak pisa,ringku (artinya : seingat saya, usaha emping

melinjo sudah ada sejak awal tahun 2001)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha

emping melinjo pertama beliau menjelaskan bahwa pengrajin emping melinjo

sudah ada sejak lama, agroindustri emping melinjo sudah lama berdiri tepatnya

sejak awal tahun 2011. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Baho selaku

pemilik usaha emping melinjo kedua, usaha pembuatan emping melinjo telah

lama berdiri, jika beliau tidak salah sudah ada sejak awal tahun 2001. Serta

tanggapan lain diberikan oleh ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di

Desa Kohala beliau menjelaskan bahwa usaha emping melinjo sudah ada pada

awal tahun 2001 di Desa Kohala.

3. Tenaga kerja yang sudah ahli

Tenaga kerja yang ada di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar merupakan tenaga kerja yang sudah ahli. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil emping yang bentuknya bagus dan tipis menambah nilai jual

yang ada pada emping melinjo tersebut.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik

agroindustri emping melinjo yang ada di desa Kohala yang diwawancarai

dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa :

“Lohe tumalli rinni gareppe ka nu ballo jarinna ka sanging


tusallomo nette‟ jari ballo jarinna (artinya : banyak yang
membeli emping karena pengrajin sudah berpengalaman
sehingga emping yang dihasilkan bagus)”

50
Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen kedua yang

diwawancarai dalam penelitian ini, yang mengatakan bahwa :

“Ampa tummalli injo rinni biasana langai ka ballo ta‟ranna


ne‟te‟ jari ballo jarinna, ka sanging tu berpengalamang mo
rinjo tu nette,(artinya : sebagian besar konsumen membeli
emping melinjo, karena para pengrajin sudah berpengalaman
sehingga emping yang dihasilkan bagus)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik

agroindustri emping melinjo beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang

produsen banyak yang membeli produk emping miliknya karena pengrajin

yang ada di tempatnya sudah berpengalaman sehingga emping yang dihasilkan

bagus. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen ia tertarik

membeli emping melinjo karena pengrajin emping sudah berpengalaman

sehingga emping yang dihasilkan bagus.

4. Harga terjangkau

Harga yang dipatok oleh pengrajin emping melinjo yang ada di Desa

Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar cukup terjangkau yaitu

Rp.5.000-Rp.6000 /liter. Harga tersebut cukup murah untuk produk emping

melinjo, karena biasanya di tempat lain harga ditaksir 7.000-10.000 /liter. Hal

tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik

agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang

mengatakan bahwa :

“Ampa biasana kambe ta balukang lammoro juai rini limang


sa‟bu sa‟genna annang sa‟bu silitere. Gele singkama rintampa
maraeng biasana tujung sa‟bu sa‟genna sampulo sa‟bu
labalukangangi (artinya : biasanya kami menjual emping
dengan harga murah sekitar lima ribu hingga enam ribu per

51
liternya, tidak sama dengan tempat lain bisanya mereka menjual
dengan harga tuju hingga sepuluh ribu rupiah)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho sebagai pemilik

agroindustri emping melinjo beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang

produsen beliau menjual emping dengan harga murah yaitu Rp.5.000-Rp.6.000

/Liter, tidak sama dengan tempat lain biasanya mereka menjual dengan harga

Rp.7.000-Rp.10.000 /Liter.

5. Merespon cepat permintaan konsumen

Dalam melakukan penjualan biasanya ibu-ibu akan merespon cepat

permintaan konsumen dengan cara apabila produk emping tidak tersedia pada

pengrajin yang satu, maka pengrajin lain yang mempunyai stok emping akan

langsung merespon bahwa produknya tersedia. Kerjasama antar pengrajin

emping masih sangat tinggi karena hampir semua yang ada di desa tersebut

masih mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal tersebut

berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen emping

melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa :

“Rinni kambe sadia jakang manna tidak gareppe‟na tu si renjo. ka


tasuro ji mae ri meraengang supaya gele sallo tajang ka biasa
langsung todoki riek na andai tajang (artinya : pengrajin disini
sudah mempunyai persiapan jika ada konsumen yang sewaktu-
waktu datang dan ingin membeli emping dan tidak mau menunggu
lama, yaitu saling berkoordinasi antar pengrajin emping agar
emping selalu tersedia )“

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Marannu selaku pemilik usaha yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana rinni ampa kambe ka gele jakang tumaraeng ampa


kosong gareppe ri sapo. ta suroji mange ri ha‟leang sapo ka
sanging tu si bija rinnai ri kampong (artinya : Biasanya jika kami

52
mengalami kekurangan emping, maka kami akan
merekomendasikan emping dari tetangga rumah karena di desa ini
hampir semua pengrajin adalah keluarga dekat)“

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan ibu Sitti selaku konsumen,

beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang konsumen beliau sudah mempunyai

persiapan apabila ada yang memesan emping secara tiba- karena sebelumnya

sudah ada koordinasi antar pengrajin emping sehingga produk yang diminta biasa

tersedia. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Marannu selaku pemilik usaha

jika beliau tidak bisa memenuhi kebutuhan produk maka beliau akan

merekomendasikan produk olahan emping tetangga rumahnya karena hampir

semua pengrajin yang ada di Desa Kohala masih memiliki hubungan kekerabatan.

B. Kelemahan

1. Ketergantungan bahan baku

Tenaga kerja emping melinjo yang ada di Desa Kohala membutuhkan

jumlah bahan baku yang cukup besar untuk proses produksi. Berikut jumlah

bahan baku yang dibutuhkan dalam satu tahun di Desa Kohala. Rata-rata bahan

baku emping melinjo mentah yang dibutuhkan satu tahun sebesar 1.8575 Ton

(data terlampir). Dari data tersebut dapat disimpulkan tenaga kerja emping

melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

masih mengalami ketergantungan bahan baku yang cukup besar. Karena, bahan

baku melinjo tidak tidak berasal dari desa yang sama tetapi berasal dari desa

tetangga. Selain itu, faktor musim menjadi kendala karena tidak selamanya

melinjo tersedia melainkan musim tertentu melinjo banyak diperjual belikan

karena termasuk buah musiman.

53
Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baho selaku pemilik usaha

emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan

bahwa :

“Ampa kambe rinni injo jua ku‟lang ka gele hatu-hatu riek


maing injo tidak pole ponna, jari apa araki ammali nu ri
kampong ha‟leang pa (artinya : melinjo sebagai bahan baku
pembuatan emping adalah buah musiman. di desa ini, tidak
terdapat tanaman melinjo sehingga kita harus ke desa tetangga
untuk mendapatkan buah melinjo)”
Pernyataan lain disampaikan oleh ibu marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala, dalam sesi wawancara beliau mengatakan :

“Minang riolo pabuak gareppe injo rinni sanging nu battu ri


kampong maraeng ku‟lang naka gele timbo rinni ri kampong,
jari angsulukang kampong paki ammalli. Injo pole Susana ka nu
gele allo-allo riek, nu haatu inni ku,lang (artinya : sejak dulu
bahan baku pembuatan emping diperoleh dari desa tetangga
karena melinjo tidak dapat tumbuh subur di tempat ini. Yang
menjadi kendala, melinjo merupakan buah musiman, sehingga
tidak dapat diperoleh dengan mudah)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baho selaku pemilik usaha

emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan, bahwa keberadaan buah

melinjo yang tidak dapat tumbuh subur di desanya serta buah melinjo sebagai

buah musiman menjadi kendala dalam produksi emping melinjo, karena beliau

harus pergi ke desa tetangga untuk mendapatkan bahan baku pembuatan emping.

Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala berpendapat bahwa, dari dulu para pengrajin emping mengalami

kesulitan bahan baku karena pohon melinjo tidak dapat tumbuh subur di Desa

Kohala ditambah lagi karena buah melinjo adalah buah musiman sehingga para

pengrajin mengandalkan desa tetangga sebagai penyedia bahan baku.

54
2. Tidak ada promosi

Tenaga kerja emping melinjo belum menggunakan media sosial sebagai

bahan promosi sehingga konsumen hanya mengenal produk emping melinjo dari

mulut ke mulut. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu

selaku pemilik usaha Agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam

penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa pabaluk gareppe rinni, gelepi make hp. Sanging nu battu ri toyya jua
lapauangi jari laissei lakua lohe pabaluk gareppe rinni mae (artinya :
penjual emping belum memanfaatkan media sosial sebagai media
promosi. selama ini produk emping melinjo dilakukan hanya dari mulut-
kemulut) ”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang diwawancarai

dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Kambe tummaliinnikang loheang taisse battu ri toyya takua lohe tu baluk


gareppe ri kohala (artinya : kebanyakan pembeli mengenal produk emping
melinjo dari cerita oraang-orang)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha

emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan, bahwa beliau belum

memanfaatkan media sosial sebagai media promosi, sampai sekarang promosi

dilakukan hanya dari mulut-ke mulut. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah

selaku konsumen beliau mengatakan mengenal produk emping dari cerita orang-

orang.

3. Belum ada merk

Emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar belum mempunyai merek sehingga kadang kala banyak

penjual yang mengklaim bahwa produknya merupakan emping khas dari

55
Kabupaten Kepulauan Selayar. Sehingga sewaktu-waktu apabila menemukan

sesuatu hal yang tidak baik justru akan merusak citra emping melinjo yang asli.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha

Agroindustri emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau

mengatakan bahwa :

“Rinni sanging nu tidek juapa merek na gareppe tabalukang. Jari lohe


biasa lapassurangangji emping nu battunjo ha‟leang padahal nu gele
singkama (artinya : emping melinjo yang kami produksi tidak
mempunyai merek, sehingga kadang kala banyak yang menyamakan
produk kami dengan produk yang berasal dari daerah lain meskipun dari
segi estetika sudah jelas berbeda)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo jua biasana ka rinni gareppe tidek juapa merekna, jari ampa tugele
ngisse labedakang lappasingkamaang juai. Manna sodipa la sallai
kapangisse‟na gareppe nu ta‟balukang injo ri silajara sanging gareppe
silajara asli padahala lohe todokja gareppe nu battu ha‟le (artinya :
emping yang biasa kami beli belum mempunyai merek, sehingga jika
konsumen tidak jeli akan menyamakannya dengan produk emping yang
lain. Karena mereka berpikir bahwa semua eming yang dijual berasal
dari Selayar)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha

emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, emping yang beliau

produksi belum mempunyai merk sehingga banyak yang menyesuaikan

produknya dengan produk yang diproduksi daerah lain. Meskipun dari segi

estetika produknya sudah jelas berbeda. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu

Biah selaku konsumen beliau mengatakan emping yang kami beli belum

mempunyai merek sehingga jika tidak jeli, bisa saja kita menyamakannya dengan

produk dari daerah lain.

56
4. Produk kurang bervariasi

Emping melinjo yang dijual oleh tenaga kerja emping melinjo hanya satu

yaitu rasa original. Sampai sekarang belum tersedia berbagai macam rasa produk

emping melinjo yang dipasarkan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai

dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa rinni sanging gareppe‟ nu tidak rasanna labuak, minang riolo


mae riolo mo injo (artinya : dari dulu kami hanya produksi emping
dengan rasa original)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai

dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana ta halli mata juai, biasana tahalli jenek i (artinya :


Biasanya kami beli emping mentah, biasa juga kami beli dengan
keadaan sudah digoreng)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha

emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, emping yang

mereka produksi hanya rasa original. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti

selaku konsumen. Beliau mengatakan bahwa, emping yang biasa mereka beli

adalah emping masak dengan rasa original.

5. Lokasi tidak strategis

Pada dasarnya lokasi pembuatan emping melinjo sangat jauh dari kota

sehingga menyebabkan konsumen yang hendak membeli harus datang ke

kampung untuk membeli produk emping melinjo secara langsung. Hal tersebut

berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping

melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

57
“Injo jua Susana rinni ka dere kampong battu ri kota jari la mae
paki konjo ampa a‟rai malli gareppe (artinya : yang menjadi
kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan yang cukup
jauh ke kampung jika ingin membeli emping melinjo)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai

dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo susana ka biasa ampa lakbusui na riek tuppasang lohe


lanaungpaki ri kampong appasang gareppe apalagi lala alle
memangi mintara taunna (artinya : yang menjadi kendala ketika
permintaan emping melonjak, penjual harus menempuh perjalan
jauh agar dapat memenuhi permintaan konsumen)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha

emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, yang menjadi

kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan

emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen

beliau menjelaskan bahwa, kendala yang beliau hadapi adalah ketika permintaan

emping melonjak, untuk memenuhi permintaan konsumen beliau harus

menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan emping melinjo.

5.3 Identifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis langsung pada lokasi penelitian serta

pengumpulan data yang telah dilakukan, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor

eksternal dari agroindustri emping melinjo yang meliputi peluang dan ancaman

dapat dilihat pada Tabel berikut :

58
Tabel 9. Identifikasi Faktor – Faktor Eksternal Agroindustri Emping Melinjo.
Faktor –Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

1.) Pelanggan setia 1.) Persaingan ketat

2.) Banyak event yang 2.) Harga bahan baku

menggunakan emping 3.) Banyak tengkulak

melinjo 4.) Masalah keuangan

3.) Perkembangan teknologi 5.) Kurangnya kemitraan

4.) Penghasil emping melinjo

berkualitas

5.) Meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan asing

Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Penjelasan mengenai faktor eksternal strategi pengembangan agroindustri

emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar sebagai berikut :

A. Peluang

1. Pelanggan setia

Salah satu faktor yang mendukung pengembangan agroindustri emping

melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar yaitu memiliki pelanggan setia. Hal tersebut dapat terjadi karena

pihak tenaga kerja menjaga hubungan baik dengan konsumen dengan cara

memberikan kenyamanan dan pelayanan terbaik dari segi kualitas produknya.

59
Misalnya saja konsumen akan memberikan tester ketika pelanggan

hendak membeli produk emping melinjo sehingga konsumen akan lebih

percaya dengan produk yang ditawarkan. Biasanya jumlah konsumen yang

akan memesan pada satu produsen emping melinjo di Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 9-11 konsumen setiap

pekannya. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu

selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian

ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe rinni gele makang malla, takua tidek tumalli,


kanu riekmo memang langganang battu ri kota (artinya : untuk
masalah konsumen kami tidak perlu khawatir lagi, karena
kami sudah punya konsumen tetap yang berada di kota)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

„‟Sallo makang langganang minang riolo mae riolo, sa‟genna


konni gele pakang minang lapaka hussang ampa masalah
gareppe (kerjasama kami sudah berlangsung cukup lama,
hingga saat ini kami belum pernah merasa dikecewakan dalam
proses pembelian emping melinjo . ”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik

usaha beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha tidak perlu merasa takut

apabila produk emping melinjo yang diproduksi tidak laku karena sudah ada

pelanggan setia yang datang dari kota setiap saat membeli dan memesan

emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen

beliau menjelaskan bahwa, sebagai pembeli mereka tidak pernah

dikecewakan sehingga tetap setia hingga kini menjalin kerja sama dengan

pengrajin emping melinjo.

60
2. Banyak event yang menggunakan emping melinjo

Salah satu faktor yang menjadi peluang dalam pengembangan

agroindustri emping melinjo adalah banyaknya event yang menggunakan

emping melinjo. Sebagai contoh pada bulan desember event yang diadakan

diantaranya Adventure Trail Wisata, Finswimming dan Festival A, Dinging-

Dinging dan pada bulan oktober adalah Takabonerate Islands Expedition,

Festival Layang-Layang, Festival Kuliner dan Selayar Miracle Night. Pada

setiap event akan disediakan stan untuk setiap produk lokal yang berasal dari

Selayar, termasuk emping melinjo. Dari event tersebut produk emping

melinjo dapat dikenal oleh konsumen yang berasal dari dalam maupun luar

negeri. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku

pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau

mengatakan bahwa :

“Bajikna rinni ka lohe acara jari biasa riek hattu tertentu na


lohe tauppa doek, ka lohe tuppasang (artinya : karena sering
diadakan event, jadi banyak yang memesan emping sehingga
pendapatan kami bertambah)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana riek hattu-hattu tertentu na lohe tu malli emping,


contona pasna hari jadi. Biasana appasangkang rua kali lipat
gareppe (artinya : adakalanya pada event tertentu seperti pada
saat ulang tahun kabupaten kami akan memesan emping dua
kali lipat dari biasanya karena pembeli juga meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha

beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha cukup diuntungkan ketika diadakan

event karena pendapatan mereka meningkat sebagai bukti dari tingginya

61
permintaan emping. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku

konsumen beliau menjelaskan bahwa pada event tertentu mereka akan

memesan emping lebih banyak dari biasanya karena permintaan yang

meningkat seperti pada saat ulang tahun kabupaten.

3. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi menjadi salah satu peluang untuk

mengembangkan agroindustri emping melinjo karena dengan adanya

perkembangan teknologi penjualan serta promosi dilakukan lebih efisien

sehingga barang yang diproduksi dapat langsung dijual melalui aplikasi yang

ada di internet. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti

selaku selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau

mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni biasa ta aplo‟I mae ri internet, supaya lohe


tumalli ka konni-konni loheang mo pole tu balu-balu online
(artinya : sekarang sudah marak pedagang online. agar pembeli
meningkat kami memanfaatkan media internet sebagai media
promosi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Marni selaku warga yang berdomisili di

Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau

mengatakan bahwa :

“Ampa nakke rinni bajina ampa labalukang onlinengi pasti loe tu


malli gareppe. pasti lohe tabalukang ampa pakonjo ta‟ranna
baluk (artinya : akan lebih baik lagi ketika penjualan emping
melinjo dipasarkan secara online. Pati akan banyak pembeli
serta penjualan juga akan meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti selaku selaku konsumen.

Beliau menjelaskan bahwa beliau menjual kembali barang yang telah beliau

62
beli dari pedagang dengan memanfaatkan media internet yang dianggap

efektif dapat meningkatkan penjualan produk emping melinjo.

Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Marni selaku warga yang berdomisili

di Desa Kohala beliau memberikan saran agar pedagang memanfaatkan

media internet sebagai media promosi agar penjualan dapat ditingkatkan

sehingga pendapatan juga akan meningkat.

4. Penghasil emping melinjo berkualitas

Desa Kohala Kecamatan Buki kabupaten Kepulauan Selayar

merupakan penghasil emping yang sudah cukup terkenal di kalangan

masyarakat Selayar. Sehingga masyarakat rata-rata akan membeli produk

emping dari desa tersebut. Dikatakan emping melinjo berkualitas karena

dalam proses produksi tidak menggunakan bahan pengawet serta pengeringan

dilakukan selama 3 hari jika matahari terik dan 7-10 hari jika musim hujan

sehingga emping dapat bertahan sampai 6 bulan.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku

Masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam

penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni tajaming juamu sanging nu ballo gareppe‟na


ka lohemo tuppasang. Pagelena pole lassiri daa na langai i toyya
ka pengaruh ta sallona ta alloy na tahangi manna salloi ri taro
(artinya : kualitas emping disini sudah terjamin. Hal tersebut
dapat dilihat dari kondisi emping yang tidak mudah rusak. Proses
pengeringan yang kami lakukan membuat emping lebih tahan
lama. Sehingga banyak konsumen yang menyukai produk emping
melinjo dari desa kami)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

63
“Ampa kambe rinni tappa makang takua nu balloi inni
gareppe‟na tu kohala ka manna salloi naung tataro geleji da a
(artinya : dari segi kualitas emping disini tidak perlu
dipertanyakan lagi, cukup dibuktikan dengan emping yang tidak
mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)”
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku Masyarakat

yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan emping disini memiliki

kualitas yang bagus, karena meskipun disimpan berhari-hari tidak akan

mudah rusak karena telah melalui proses pengeringan. Sedangkan

berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa

konsumen percaya akan kualitas yang dimiliki emping melinjo karena produk

yang tidak mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)”

5. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing

Salah satu faktor yang menjadi peluang adalah pertumbuhan penduduk

yang hari semakin hari semakin tinggi menjadi bukti bahwa semakin

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Selayar. Pada

tahun 2015-2018 mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatawan di

akhir tahun 2018 mencapai 9209 orang (Dinas Pariwisata Kabupaten

Kepulauan Selayar). Kunjungan yang terus dilakukan diharapkan berdampak

baik terhadap pengembangan emping melinjo. Karena, dengan keberadaan

mereka sebagai wisatawan asing dapat memperkenalkan emping melinjo

dengan cara membawa pulang emping melinjo sebagai oleh-oleh.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku

masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam

penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

64
“Ampa kambe peluang kaminang bakka rinni injo ampa riek
acara bakka, kullei lajanjang lakua rinni riek gareppe nu ballo
bua,na ka biasana la halli i la erengi lampa muliang ri kamponna
(artinya : peluang terbesar untuk menjual emping dengan jumlah
banyak adalah ketika diadakan event besar, karena akan banyak
pengunjung yang membeli emping dan membawanya pulang
sebagai oleh-oleh)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo harapangba kambe semoga turis tummallinjo sodi kullei


laisse laku gareppe battu ri silajara memang sanging nu ballo
(artinya : harapan kami ketika banyak pengunjung yang datang,
mereka akan membeli dan percaya bahwa produk yang kami
hasilkan berkualitas)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat

yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan peluang terbesar adalah

pengunjung yang hari kehari semakin meningkat, akan lebih memperkenalkan

produk emping melinjo sehingga penjualan dan pendapatan akan ikut

meningkat. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen,

beliau menjelaskan bahwa konsumen sangat berharap dengan adanya

peningkatan pengunjung baik itu lokal atau internasional dapat menjadi ajang

untuk memperkenalkan ole-ole khas Desa Kohala yaitu emping melinjo.

B. Ancaman

1. Persaingan ketat

Persaingan ketat menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri

emping melinjo yang ada di Desa Kohala. Karena banyaknya jumlah pengrajin

yang berasal dari luar daerah yang ikut bersaing memasarkan produknya dalam

daerah yang sama. Tercatat di Kabupaten Kepulauan Selayar ada sebanyak 116

65
unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 201 orang (Dinas Koperasi, UKM, dan

Perindag Kabupaten Kepulauan Selayar). Jika 25 pengrajin terdapat di Desa

Kohala maka ada 185 pengrajin yang terdapat di daerah lain yang menjadi

pesaing agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang

telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa rinni sannamo lohene tubuak gareppe, ampa nu ta‟catat


injo riek ruang pulo karua tau tu buak injo gareppe. (artinya :
warga disini kebanyakan bekerja sebagai pengrajin emping,
tercatat ada 28 orang yang berprofesi sebagai pengrajin.)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang

berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan bahwa sebagian besar ibu-ibu di

Desa Kohala berprofesi sebagai pengrajin emping. Tercatat ada sekitar 28 orang

menunjukkan tingginya angka persaingan.

2. Harga bahan baku

Harga melinjo yang kadang kala mengalami naik turun menyebabkan

ancaman terhadap agroindustri emping melinjo karena meskipun harga bahan

baku mahal pengrajin tetap melakukan produksi bahkan biasanya harga jual

tetap dipertahankan. Berikut daftar harga time series melinjo yang ada di Desa

Kohala selama 6 tahun.

66
Tabel 11. Data Time Series Harga Melinjo Di Desa Kohala Kecamatan Buki
Kabupaten Kepulauan Selayar
No Tahun Harga Melinjo (Rp)
1 2014 3,000
2 2015 4,000
3 2016 5,000
4 2017 4,000
5 2018 5,000
6 2019 4,000
Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Berdasarkan Tabel 11 terlihat harga melinjo terendah yaitu pada tahun

2014 dengan harga Rp.3.000 /Liternya dan tertinggi pada tahun 2016 dan 2018

mencapai harga Rp.5.000 /liternya naik turunnya harga setiap tahun di pengaruhi

oleh banyak faktor. Namun, untuk Desa Kohala sendiri berdasarkan hasil

wawancara selama 6 tahun terakhir faktor utama yang menjadi penyebab naik

turunnya harga disebabkan karena buah melinjo termasuk buah musiman sehingga

jika hasil panennya meningkat maka harga yang ditawarkan rendah dan

sebaliknya jika hasil panen rendah maka harga melinjo yang ditawarkan tinggi.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik

usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan

bahwa :

“Injo ja biasana ka heranga ku‟lang nu gele kulle ri pastikan hargana


jari biasa todok ka gele hattunna. Ka nu hattu injo ku‟lang gele allo-allo
riek hallianna jari kullei paka rugi (artinya : karena harga bahan baku
tidak dapat dipastikan. Sewaktu-waktu dapat merugikan. Contohnya saja
jika bukan musimnya maka melinjo sulit untuk di dapat )”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasa tahalli lammoroi tergantungji battu ri lohena


ku‟lang. Ampa tidek kina gele hattu,biasa tahalli kajjala ji todok
yang penting gelei tapaka rugi toyya(artinya : Biasanya kami beli

67
dengan harga murah. Tergantung dari emping yang tersedia.
Kadangkala juga ketika melinjo langka dipasaran, kami juga
membeli dengan harga tinggi. Yang terpenting kita tidak merasa
dirugikan dan merugikan orang lain)”
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha.

Beliau menjelaskan bahwa harga bahan baku pembuatan emping kadangkala

tidak stabil. Contohnya saja, jika bukan musim buahnya. Maka melinjo akan

sulit didapat dan harga yang ditawarkan akan tinggi. Sedangkan berdasarkan

tanggapan ibu Biah selaku konsumen beliau memaparkan jika harga emping

melinjo kadangkala mengalami kenaikan sebagai akibat dari kurangnya melinjo

yang tersedia di pasaran karena biasanya beliau membeli dengan harga sedikit

lebih tinggi dari biasanya.

3. Banyak tengkulak

Tengkulak menjadi ancaman dalam pengembangan emping melinjo karena

mereka biasanya membeli dengan harga yang jauh lebih murah dari petani

kemudian produk ditimbun dan dibawa keluar daerah dijual kembali dengan

harga yang cukup mahal sehingga merugikan petani.

Tabel 12. Daftar Harga Melinjo Di Tingkat Petani Dan Tengkulak

No Tahun Harga Tengkulak (kg) Harga Petani Melinjo (kg)


1 2014 5,000 3,000
2 2015 6,000 4,000
3 2016 7,000 5,000
4 2017 6,000 4,000
5 2018 7,000 5,000
6 2019 6,000 4,000
7 2020 8,000 6,000
Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

68
Berdasarkan Tabel 12 maka dapat kita lihat tingkat perbedaan harga yang

ada di tingkat petani dan tengkulak sangat jauh berbeda. Harga terendah di tingkat

tengkulak yaitu pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.5000 dan harga tertinggi pada

tahun 2020 dengan harga Rp. 8.000 /liter Sedangkan ditingkat petani harga

terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.3.000 /liter dan harga tertinggi pada

tahun 2020 sebesar Rp.6.000 /liter. Berdasarkan hasil wawancara, kenaikan harga

melinjo tertinggi pada tahun 2020 disebabkan karena adanya pandemi Covid 19

yang menyebabkan aktivitas petani melinjo terbatas sehingga mereka menaikkan

harga bahan baku pembuatan emping melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil

wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe injo jua kad biasa riek tummalli lohe jari tabalukang
lammoroi battu pantara langkasa juai labalukangangi (artinya :
biasanya kami menjualnya dengan harga murah, tetapi kadangkala
mereka menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar yang
telah ditetapkan)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasana tahalli lammoroi atau kajjalai tergantung ji


battu ri situasi, singkama inni pa korona na manna a,rai tabalukang
ka,jala ka melinjo gele singkama biasana. Terkecuali riek memang
pabalu nu malli lohe na laerangi mange ri kampong biasana
labalukang ka, jalai ampa riek tu malli gareppe, (artinya : biasanya
kami membeli dengan harga murah atau mahal tergantung dari
kondisi. Seperti pada saat ini karena maraknya virus corona, meskipun
kami ingin menjualnya dengan harga mahal pembeli tidak akan banyak
seperti biasanya. Terkecuali untuk tengkulak yang membeli dengan alih
sebagai ole-ole tapi menjualnya dengan harga yang lebih tinggi)”

69
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha

emping melinjo beliau mengatakan biasanya sebagai penjual beliau memberikan

harga rendah untuk produknya. Tetapi pembeli tersebut menjualnya jauh diatas

harga pasar. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau

menjelaskan bahwa sebagai penjual beliau selalu melihat situasi dan kondisi,

untuk menaikkan dan menurunkan harga produknya. Tidak sama dengan

pedagang tengkulak yang membeli dengan harga yang murah dan menjualnya

dengan harga tinggi tanpa melihat situasi dan keadaan yang justru merugikan

banyak pihak, terutama pedagang seperti ibu Biah.

4. Masalah Keuangan

Masalah keuangan menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri

emping melinjo karena sewaktu-waktu jika terjadi lonjakan harga bahan baku,

para tenaga kerja mengalami kekurangan dana untuk membeli dalam jumlah besar

karena budget yang telah dipersiapkan tidak sesuai sehingga kapasitas produksi

dapat berkurang. Berdasarkan hasil wawancara pengrajin Desa Kohala dapat

memproduksi 5,16 kg /hari dan 154 kg /bulan (data terlampir).

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik

usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini yang

mengatakan :

“Injo ja biasana kambe ampa lohe tuppasang na riek acara baka‟ ka


tidak deok lari pahalli na lohe. jari sikonjo todokja sesuai surang
doek nu tasiapkang injo gelekang mengurangi gelang nambai (yang
menjadi masalah ketika ada pesanan dalam jumlah besar, karena
budget yang kami sediakan pas-pasan kami tidak bias menyediakan
emping. Contohnya saja pesanan pada saat diadakan event besar)‟‟

70
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha

beliau mengatakan bahwa yang menjadi masalah adalah ketika jumlah pesanan

banyak pada saat diadakan event besar, kami tidak dapat penuhi karena uang yang

kami sediakan tidak mencukupi.

5. Kurang Kemitraan

Agroindustri emping melinjo yang ada di Kabupaten Buki Kepulauan

Selayar belum memiliki kerjasama dengan lembaga lain untuk mengembangkan

usahanya.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat

yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini,

beliau mengatakan bahwa :

“Ampa nakke seharusna riek laurang kerja sama supaya kullei lapaka
bakka usahana. Sa‟ginna konni tide kpa kelompok usaha na tu buak
injo gareppe rinni. Na nu ballo inni ampa ri kembangkangi (sampai
saat ini, para pengrajin belum bekerjasama dengan pihak manapun.
Seharusnya para pengrajin yang ada di Desa Kohala menjalin
kerjasama dengan lembaga lain agar mereka dapat mengembangkan
usahanya)”

Pendapat lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha yang

diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“kambe rinni betul-betul doek usaha tonjuang. Gelepakang minang


lappikiri ngalle kredit untuk tatambai modala‟ba. (artinya : modal
usaha betul-betul berasal dari udang peribadi kami sendiri. Sampai
sekarang kami tidak pernah berfikir untuk bekerja sama dengan pihak
manapun untuk tambahan modal)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang

berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan seharusnya para tenaga kerja

menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan untuk menambah permodalan agar

71
usaha emping dapat berkembang. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah

selaku pemilik beliau mengatakan belum menjalin kerjasama dengan pihak

manapun untuk menambahkan modal. Modal usaha benar-benar berasal dari uang

pribadinya.

5.4 Matriks Strategi Internal

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri

emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar, maka faktor internal berupa (kekuatan dan kelemahan) dapat dirumuskan

ke dalam matriks strategi internal dan dapat dilihat pada Tabel berikut:

72
Tabel 13. Matriks Strategi Internal Agroindustri Emping Melinjo.

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan
1. Rasa emping yang enak 0,18 3,60 0,65
2. Agroindustri sudah lama berdiri 0,16 3,20 0,51
3. Tenaga Kerja yang sudah ahli 0,13 3,00 0,39
4. Harga terjangkau 0,12 2,80 0,34
5. Merespon cepat permintaan konsumen 0,08 2,60 0,21

Total 0,67 15,2 2,09

Kelemahan
1. Ketergantungan bahan baku 0,11 3,00 0,34
2. Tidak ada promosi 0,08 2,60 0,21
3. Belum ada merk 0,06 2,20 0,12
4. Produk kurang bervariasi 0,05 1,80 0,09
5. Lokasi tidak strategis 0,03 1,20 0,04
Total 0,33 10,8 0,80

Jumlah Total 1,00 26 2,89

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa matriks strategi internal yang

menghasilkan skor tertinggi pada faktor kekuatan adalah rasa emping yang enak

dengan menghasilkan skor 0,65. Sedangkan skor terendah pada faktor kekuatan

adalah merespon cepat permintaan konsumen dengan skor kekuatan terendah

adalah sebesar 0,21.

Sedangkan Pada faktor kelemahan skor tertinggi adalah ketergantungan

bahan baku dengan skor 0,34. Skor terendah pada faktor kelemahan yaitu

73
kurangnya varian produk dengan skor 0,09. Total skor matriks strategi internal

sebesar 89. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri

emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

dapat mengatasi berbagai kelemahan dengan cukup baik.

5.5 Matriks Strategi Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri

emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan

Selayar, maka faktor eksternal (peluang dan ancaman) dapat dirumuskan ke dalam

matriks strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel berikut :

74
Tabel 14. Matriks Strategi Eksternal Agroindustri Emping Melinjo.

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang
1. Pelanggan setia 0,13 3,20 0,40
2. Banyak event yang menggunakan 0,12 1,75 0,21
emping melinjo
3. Perkembangan teknologi 0,12 1,63 0,19
4. Penghasil emping melinjo berkualitas 0,09 1,50 0,14
5. Banyaknya kunjungan wisatawan 0,06 0,88 0,05
asing

Total 0,52 8,96 1,00

Ancaman
1. Persaingan ketat 0,12 3,00 0,36
2. Harga bahan baku 0,11 2,00 0,25
3. Banyak tengkulak 0,11 1,80 0,19
4. Masalah keuangan 0,09 1,40 0,12
5. Kurangnya kemitraan 0,06 0,88 0,05
Total 0,48 9.08 0,99

Jumlah Total 1,00 18.04 2,99

Berdasarkan Tabel 14 Terlihat bahwa matriks strategi eksternal yang

menghasilkan skor tertinggi pada faktor peluang adalah pelanggan setia dengan

menghasilkan skor tertinggi sebesar 0,40. Skor terendah pada faktor peluang

adalah kunjungan wisatawan asing dengan skor yaitu 0,05.

Sedangkan pada faktor ancaman skor tertinggi adalah persaingan ketat

dengan nilai skor tertinggi yaitu 0,36. Skor terendah pada faktor ancaman yaitu

kurangnya kemitraan dengan nilai skor terendah sebesar 0,05. Total skor matriks

75
strategi eksternal sebesar 99. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan

agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten

Kepulauan Selayar cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalisir

ancaman.

5.6 Matriks Posisi

Berdasarkan Tabel 13 dan 14 Total skor matriks strategi internal sebesar 89.

Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri emping melinjo

di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar berhasil

mengatasi berbagai kelemahan. Sedangkan total skor matriks strategi eksternal

sebesar 99. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan agroindustri

emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalisir ancaman.

Total skor dari matriks faktor internal dan eksternal, hasilnya dapat

dirangkum sebagai berikut :

a. Koordinat analisis internal

Kekuatan-kelemahan = 09-0,80 = 1,29

b. Koordinat analisis eksternal

Peluang-ancaman = 1,00-0,99 = 0,01

Jadi, titik koordinatnya (x, y) terletak pada (1,29 ; 1,01)

Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT, terdapat pada titik koordinat

internalnya yaitu 1,29 dan titik koordinat eksternalnya yaitu 1,01. Pada titik

tersebut menunjukkan strategi agresif. Dikatakan strategi yang agresif merupakan

posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan serta mempunyai peluang dan

76
kekuatan sehingga ia dapat menerapkan strategi untuk mendukung kebijakan

agresif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam matriks posisi internal dan

eksternal pada gambar berikut :

1,00
Peluang

Strategi Stabilitas Strategi Agresif

1,01

0,80 2,09
Kelemahan Kekuatan

1,29

Strategi Pertahanan Strategi Diversifiikasi

Ancaman

0,99
Gambar 5. Matriks Posisi Analisis SWOT

77
5.7 Matriks SWOT

Tabel 15. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Emping


Melinjo.

Kekuatan (Strengths) Kelemahan


1. Rasa emping yang enak (Weakness)
Faktor
2. Agroindustri telah lama 1. Ketergantungan
Internal
berdiri bahan baku
3. Tenaga kerja yang sudah 2. Tidak ada promosi
ahli 3. Belum ada merk
4. Harga terjangkau 4. Produk kurang
5. Merespon cepat permintaan bervariasi
konsumen 5. Lokasi tidak
strategis
Faktor
Eksternal
Peluang Strategi (SO) Strategi (WO)
(Opportunities) 1. Meningkatkan produksi dan 1. Melakukan inovasi
1. Pelanggan setia penjualan emping melinjo dengan
2. Banyak event dengan memanfaatkan memanfaatkan
yang perkembangan teknologi teknologi seperti
menggunakan dengan tetap menggunakan
emping melinjo mempertahankan respon aplikasi shopee dan
3. Perkembangan cepat terhadap konsumen lazada dalam
teknologi dan harga terjangkau agar penjualan, agar
4. Penghasil emping pelanggan setia tetap penjualan produk
melinjo bertahan. dapat berkembang.
berkualitas (S5, S4, O1 dan O3) (W2, W5, W4 dan
5. Meningkatnya 2. Mempertahankan kelebihan O3)
jumlah kunjungan yang dimiliki oleh
wisatawan asing agroindustri emping 2. Menambah modal
melinjo rasa yang enak, usaha agar dapat
agroindustri telah lama menutupi biaya yang
berdiri serta harga akan muncul ketika
terjangkau agar pelanggan memberikan merk
setia tetap bertahan. dan menambah varian
(S1, S3, S4 dan O1) produk guna
mempertahankan
agroindustri sebagai
penghasil emping
yang berkualitas
dengan
memanfaatkan
banyaknya kunjungan
wisatawan asing.

78
(O4, O5, W3 dan
W4)

Ancaman (Threats) Strategi (ST) Strategi (WT)


1. Persaingan ketat 1. Terus melakukan inovasi 1.Memperbaiki
2. Harga bahan baku dan menjaga agar produk kualitas dan kuantitas
3. Banyak tengkulak emping melinjo tetap produk agar dapat
4. Masalah keuangan berkualitas dengan cara tetap bertahan di
5. Kurang Kemitraan mempertahankan rasa pasaran guna
emping yang enak, pengrajin mengatasi persaingan
yang sudah ahli, harga yang ketat.
terjangkau dan merespon (W2,W3, W4 dan T1)
cepat permintaan konsumen.
(S1, S3, S4, S5 dan T1)
2. Menjalin kerjasama dengan
pemerintah agar agroindustri
mendapatkan bantuan modal
serta menjaga dan
melestarikan background
agar konsistensi agroindustri
emping melinjo tetap
bertahan.
(S2, S4, S5, T4 dan T5)

Analisis dan penentuan keputusan strategis dan pendekatan matriks SWOT

agroindustri emping melinjo dapat menghasilkan empat kemungkinan seperti

yang diuraikan pada Tabel matriks analisis SWOT di atas sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi SO yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan agroindustri

emping melinjo sebagai peluang. Adapun strategi-strategi tersebut berdasarkan

factor-faktor analisis SWOT yaitu : mempertahankan kelebihan yang dimiliki oleh

agroindustri emping melinjo seperti rasa emping yang enak, pengrajin

berpengalaman, harga terjangkau dan meningkatkan hasil produksi dan penjualan

79
dengan tetap mempertahankan respon cepat terhadap permintaan konsumen, harga

yang terjangkau, rasa emping yang enak, dengan tetap memanfaatkan

perkembangan teknologi serta pengenalan produk melalui event yang banyak

menggunakan emping melinjo.

2. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ST adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki

agroindustri emping melinjo untuk mengatasi ancaman. Adapun penentuan

strategi tersebut berdasarkan faktor-faktor analisis SWOT yaitu: terus melakukan

inovasi dan menjaga agar produk emping melinjo tetap berkualitas dengan cara

mempertahankan rasa emping yang enak, harga terjangkau dan respon cepat

terhadap permintaan konsumen serta menjaga dan melestarikan background

dengan cara menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk bantuan permodalan.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi WO ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

dimiliki oleh agroindustri emping melinjo dengan cara meminimalkan kelemahan

yang ada. Adapun penentuan strategi tersebut berdasarkan faktor- faktor analisis

SWOT yaitu : melakukan inovasi dengan meminimalkan kelemahan seperti

menambah memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai media promosi guna

meminimalisir lokasi yang tidak strategis.

Serta menambah modal usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi

guna meminimalisir kelemahan seperti kurangnya varian rasa produk dengan

memanfaatkan banyaknya kunjungan wisatawan asing agar dapat menanamkan

modalnya pada agroindustri.

80
4. Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi WT ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Adapun strategi WT yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan seperti

tidak ada promosi, belum ada merek dan kurang varian produk dengan

memperbaiki kualitas serta kuantitas agar produk tetap dapat bersaing di pasaran.

5.8 Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo.

Dalam penyusunan strategi pengembangan agroindustri emping melinjo

berdasarkan Tabel 10 dan 11 dilakukan penyusunan strategi dan digambarkan

dalam bentuk matriks SWOT dan strategi yang muncul dapat dijadikan sebagai

acuan dalam mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Adapun strategi-strategi

yang dimaksud yaitu:

1. Mempertahankan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh agroindustri emping

melinjo. Kelebihan-kelebihan yang dimaksud seperti kekuatan yang dimiliki

seperti rasa emping yang enak, mutu emping yang berkualitas, serta

pemanfaatan peluang yang ada pada produk emping melinjo seperti pelanggan

setia dan perkembangan teknologi.

2. Meningkatkan produksi dan penjualan emping melinjo dengan peningkatan

promosi melalui media sosial agar agroindustri mengalami perkembangan.

3. Menambah modal usaha untuk produktivitas yang lebih banyak dengan

menjalin kerjasama dengan pemerintah. Karena modal merupakan salah satu

81
faktor produksi yang sangat penting bagi keberhasilan usaha . Dengan

penambahan modal maka dapat mengefektifkan produksi dengan menambah

peralatan-peralatan yang lebih modern sehingga mempermudah proses

produksi guna menghadapi persaingan yang ketat.

4. Melakukan inovasi agar produk dan agroindustri tetap bertahan dengan

menjaga dan melestarikan background emping melinjo dengan jalan menjalin

kerjasama dengan pemerintah berupa pembentukan kelompok usaha,

pemberian bantuan modal serta pemberian pelatihan agar agroindustri dapat

berkembang.

82
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari

pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kahala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut :

Faktor internal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang meliputi

kekuatan diantaranya : rasa emping yang enak. Adapun yang meliputi

kelemahan diantaranya : ketergantungan bahan baku. Sedangkan faktor

eksternal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa

Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang meliputi

peluang yaitu banyak event yang menggunakan emping melinjo adapun yang

meliputi ancaman diantaranya : persaingan ketat.

2. Strategi Pengembangan Agroindustri emping melinjo Desa Kohala

Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu : mempertahankan

kelebihan-kelebihan yang dimiliki , meningkatkan produksi dan penjualan ,

menambah modal usaha untuk produktivitas yang lebih banyak , melakukan

inovasi agar produk dan agroindustri tetap bertahan dengan menjaga dan

melestarikan background emping melinjo dengan jalan menjalin kerjasama

dengan pemerintah.
6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengemukakan

saran sebagai berikut :

1. Diharapkan lebih meningkatkan promosi menggunakan media sosial,

sehingga jangkauan promosi lebih luas dan konsumen emping melinjo bukan

hanya berasal dari daerah Selayar saja. Serta kepada pengrajin emping

melinjo memberikan merek dagang terhadap produknya serta menambah

varian produk emping melinjo.

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan para

pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki

Kabupaten Kepulauan Selayar karena apabila agroindustri ini berkembang

akan berdampak positif terhadap pendapatan daerah.

84
DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar, Prabu Mangkunegara. 2002. Perilaku Konsumen. Refika.


Bandung.
Agustinus Sri Wahyudi. 1996. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta.
Akdon. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Usaha Pada Mie Level
Medan. Medan.
Anonim, 2009. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Kecil. Google
Online. Home Page. (Online). Available from : https://enprits.uns.ac.id.
Accessed 12 maret 2020.
Clausewitz dan Wahyudi. 1996. Manajemen Strategik : pengantar proses berpikir
strategik. Binarupa Aksara Year.
David. 2004 . Konsep Manajemen Strategis. Gramedia. Jakarta.
David. Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12. Salemba Empat.
Jakarta
Dinas Pertanian Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Pertambangan dan Energi Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Hanifuddin, Didin (ed). 2012. Management Syariah Dalam Praktik. Game Insani
Press. Jakarta.
Handiko, T.H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BFPE :
Yogyakarta.
Mamduh M, Hanafi. 2011. Manajemen Edisi Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan STIE Manajemen YKPN P.62
M. Husni. 2009. Strategi Mensukseskan Pemilu Legislatif. Jurnal Pendidikan.
Porter, E, M. 2000. Competitive Strategy. Techniques For analyzing Industries
and Competitors. The MacMillan Press Ltd.
Rahayu. 2012. Analisis Keragaman Emping Melinjo di Kecamatan Cikedal
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Banten.
Rangkuti, F. 2006 .Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka. Jakarta.
Rangkuti Freddy. 2000. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis kasus.
PT Gramedia Pustaka.. Jakarta.
Rangkuti Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Saragih B. 2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis dalam Pertanian
Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, Ken. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan
Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri, Edisi 1 Cetakan 2. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
BPS Kepulauan Selayar . 2015. Produksi Melinjo Per Kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Selayar 2014. Page 166. Diakses Tanggal 16 April (18:58).
BPS Kepulauan Selayar . 2015. Diakses Tanggal 16 April (18:58). Banyaknya
jumlah unit usaha, tenaga kerja dan investasi menurut jenis sentra industri
kecil di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014. Page 245. Diakses
Tanggal 16 April (18:58).
BPS Kepulauan Selayar . 2011. diakses Tanggal 16 April (18:58). Produksi
ekspor Emping Melinjo. Diakses Tanggal 16 April (18:58).
Sunanto, H. 2011. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius.
Yogyakarta.
Sunanto, H. 1997. Proses Pembuatan Emping Melinjo. Page 12. Kanisius.
Yogyakarta.
Silalahi. Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama. Bandung.
Winardi dan Superwarman. 2003. Perilaku Konsumen.. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

86
LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner Penelitian

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN

BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Identitas Informan

I. Informan 1 (Pemilik Usaha)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Sejak kapan usaha pengelolaan emping melinjo didirikan?


Jawab :
2. Apa inisiatif anda membangun usaha ini?
Jawab :
3. Apakah usaha pembuatan emping melinjo, termasuk usaha yang
menguntungkan?
Jawab :
4. Pilih beberapa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai dengan agroindustri emping
melinjo yang ada di tempat anda, jika ada faktor lain yang tidak terdapat
pada pilihan boleh ditambahkan. Kemukakan alasan mengapa anda
memilih variabel tersebut.
Faktor internal :
Kekuatan
- Rasa produk yang enak
- Respon cepat terhadap permintaan konsumen
- Mutu produk yang berkualitas
- Tidak menggunakan bahan pengawet
- Harga dan ketepatan waktu pengiriman
- Lokasi yang strategis
- Karyawan yang ramah
kelemahan
- Ketergantungan bahan baku
- Kapasitas produksi yang terbatas
- Keterbatasan modal
- Produk kurang bervariasi
- Produk tidak bisa bertahan lama
- Kekurangan karyawan

Faktor Eksternal

Peluang

- Pelanggan setia
- Produk merupakan kebutuhan konsumen
- Penjualan lewat media sosial
- Pertumbuhan pasar baik
- Dukungan kebijakan dari pemerintah
- Kemajuan teknologi
Ancaman
- Persaingan ketat
- Harga bahan baku yang cenderung berubah
- Terhambat masalah keuangan

Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor

internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan

emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing

faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang

direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di

Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan

skor

4 : Sangat Menarik

3 : Menarik

2 : Agak Menarik

1 : Tidak Menarik
Informan II (Pengrajin Emping Melinjo)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Apakah usaha emping melinjo ini mengalami perkembangan dari tahun ke


tahun?
Jawab :
2. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh usaha emping melinjo hingga saat
ini?
Jawab :
3. Bagaimana dengan penjualan produk emping melinjo, apakah penjualannya
lancar atau tidak?
Jawab :
4. Dimana saja produk emping melinjo ini dipasarkan?
Jawab :
5. Bagaimana dengan ketersediaan bahan baku pada kegiatan produksi
emping melinjo ini?
Jawab :
Pilih beberapa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai dengan agroindustri emping
melinjo yang ada di tempat anda. jika ada faktor lain yang tidak terdapat
pada pilihan boleh ditambahkan. Kemukakan alasan mengapa anda
memilih variabel tersebut.
Faktor internal :
kekuatan
- Rasa produk yang enak
- Respon cepat terhadap permintaan konsumen
- Mutu produk yang berkualitas
- Tidak menggunakan bahan pengawet
- Harga dan ketepatan waktu pengiriman
- Lokasi yang strategis
- Karyawan yang ramah

kelemahan

- Ketergantungan bahan baku


- Kapasitas produksi yang terbatas
- Keterbatasan modal
- Produk kurang bervariasi
- Produk tidak bisa bertahan lama
- Kekurangan karyawan

Faktor Eksternal

Peluang
- Pelanggan setia
- Produk merupakan kebutuhan konsumen
- Penjualan lewat media sosial
- Pertumbuhan pasar baik
- Dukungan kebijakan dari pemerintah
- Kemajuan teknologi

Ancaman
- Persaingan ketat
- Harga bahan baku yang cenderung berubah
- Terhambat masalah keuangan
Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor

internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan

emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing

faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang

direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di

Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan

skor

4 : Sangat Menarik

3 : Menarik

2 : Agak Menarik

1 : Tidak Menarik
Informan III (Konsumen)

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

1. Berapa harga produk emping melinjo yang biasa anda beli?


Jawab :

2. Mengapa anda menyukai produk emping melinjo?


Jawab :
3. Apakah anda membeli produk emping melinjo di tempat ini saja
(mengapa tidak di tempat lain)?
Jawab :
4. Apakah emping melinjo yang anda beli hanya untuk dikonsumsi
pribadi? Atau anda juga menjual kembali, atau diolah menjadi makanan
lain?
Jawab :
5. Apakah ada promo atau potongan harga ketika anda menjadi pelanggan
tetap emping melinjo ini?

Jawab :
Pilih beberapa faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang sesuai
dengan agroindustri emping melinjo yang ada di tempat anda. jika ada
faktor lain yang tidak terdapat pada pilihan boleh ditambahkan.
Kemukakan alasan mengapa anda memilih variabel tersebut.
Faktor Eksternal

Peluang
- Pelanggan setia
- Produk merupakan kebutuhan konsumen
- Penjualan lewat media sosial
- Pertumbuhan pasar baik
- Dukungan kebijakan dari pemerintah
- Kemajuan teknologi

Ancaman
- Persaingan ketat
- Harga bahan baku yang cenderung berubah
- Terhambat masalah keuangan

Jawab :

Petujuk Pengisian

Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor

internal dan eksternal dibawah ini yang mempengaruhi strategi pengembangan

emping yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

dengan cara memberikan skor

0,20 : Sangat Kuat

0,15 : Diatas Rata-rata

0,10 : Rata-rata

0,05 : Dibawah Rata-rata

Kemudian tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masing-masing

faktor internal dan eksternal dibawah ini dengan alternatif strategi yang

direkomendasikan mempengaruhi strategi pengembangan emping yang ada di


Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dengan memberikan

skor

4: Sangat Menarik

3: Menarik

2: Agak Menarik

1: Tidak Menarik
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.


Lampiran 3 . Identitas Responden

Nama Pendidikan
No. Alamat Usia
Pemilik Usaha Terakhir

1 Marannu Desa Kohala 45 SD

2 Baho Desa Kohala 50 Tidak Sekolah

Nama
Pendidikan
No. Konsumen Alamat Usia
Terakhir
Emping

1 Sitti Benteng 35 SMA

2 Biah Benteng 37 SMA

Nama
Pendidikan
No. Konsumen Alamat Usia
Terakhir
Emping

1 Marni Desa Kohala 50 S1


Lampiran 4.

Tabel Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja Dan Investasi Menurut Jenis Sentra
Industri Kecil Di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2014.

UNIT USAHA TENAGA INVESTASI


NO. JENIS SENTRA INDUSTRI
KERJA

1 Sentra pengeringan hasil laut 142 359 22. 850,0

2 Sentra pembuat minyak kelapa 315 439 73. 192,0

3 Sentra pembuatan gula merah 80 156 16. 625,0

4 Sentra pengasapan tembakau - - -

5 Sentra pembuatan arang 31 45 96.275,0

6 Sentra garam rakyat 64 80 17.500

7 Sentra emping melinjo 116 201 40841,0

8 Sentra jambu mete 40 99 6. 250,0

9 Sentra pertukangan atau mebel 23 80 245.630

10 Sentra kerajinan anyaman 28 29 5.935,0

11 Sentra kerajinan keramik - - -

12
Sentra pembuatan batu 35 63 105.000,00
Lampiran 5. Rekapitulasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Rasa emping yang enak 1. Ketergantungan bahan baku


2. Agroindustri sudah lama berdiri
2. Tidak ada promosi
3. Tenaga kerja yang sudah ahli
3. Belum ada merek
4. Harga terjangkau
5. Merespon cepat permintaan 4. Produk kurang bervariasi
konsumen
5. Lokasi tidak strategis

Faktor eksternal

Peluang Ancaman

1. Pelanggan setia 1. Persaingan ketat


2. Banyak event yang 2. Harga bahan baku
menggunakan emping melinjo 3. Banyak tengkulak
3. Perkembangan teknologi 4. Masalah keuangan
4. Penghasil emping melinjo 5. Kurang kemitraan
berkualitas
5. Meningkatnya kunjungan
wisatawan asing
Lampiran 6. Hasil Pembobotan, Rating dan Skor Strategi Internal dan
Eksternal
Hasil pembobotan, rating dan skor strategi internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan
1. Rasa emping yang enak 0,18 3,60 0,65
2. Agroindustri sudah lama 0,16 3,20 0,51
berdiri 0,13 3,00 0,39
3. Tenaga kerja yang sudah ahli 0,12 2,80 0,34
4. Harga terjangkau 0,08 2,60 0,21
5. Merespon cepat permintaan
konsumen

Total 0,67 15,2 2,09

Kelemahan
1. Ketergantungan bahan baku 0,11 3,00 0,34
2. Tidak ada promosi 0,08 2,60 0,21
3. Belum ada merek 0,06 2,20 0,12
4. Produk kurang bervariasi 0,05 1,80 0,09
5. Lokasi tidak strategis 0,03 1,20 0,04
Total 0,33 10,8 0,80

Jumlah Total 1,00 26 2,89


Hasil pembobotan, rating dan skor strategi eksternal

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang
1. Pelanggan setia 0,13 3,20 0,40
2. Banyak event yang menggunakan 0,12 1,75 0,21
emping melinjo
3. Perkembangan teknologi 0,12 1,63 0,19
4. Penghasil emping melinjo 0,09 1,50 0,14
berkualitas 0,06 0,88 0,05
5. Banyaknya kunjungan wisatawan
asing

Total 0,52 8,96 1,00

Ancaman
1. Persaingan ketat 0,12 3,00 0,36
2. Harga bahan baku 0,11 2,00 0,25
3. Banyak tengkulak 0,11 1,80 0,19
4. Masalah keuangan 0,09 1,40 0,12
5. Kurangnya Kemitraan 0,06 0,88 0,05

Total 0,48 9,08 0,99

Jumlah Total 1,00 18,04 2,99


Tabel 7. Produksi Emping Melinjo di Desa Kohala

No Kapasitas Produksi /Hari (kg) Kapasitas Produksi /Bulan (kg)


1 5 150
2 4 120
3 6 180
4 5 150
5 5 150
6 7 210
7 8 240
8 4 120
9 6 180
10 5 150
11 7 210
12 7 210
13 6 180
14 4 120
15 4 120
16 4 120
17 5 150
18 5 150
19 6 180
20 4 120
21 5 150
22 5 150
23 4 120
23 4 120
25 4 120
Jumlah 129 3870
Rata-tara 5,16 154,8
Tabel 9. Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Bobot Strategi
Pengembangan Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki
Kabupaten Kepulauan Selayar
Informan
I 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata

Faktor internal

Kekuatan :

1. Rasa yang enak 0,20 0,20 0,15 0,20 0,15 0,90 0,18

2. Agroindustri lama berdiri 0,20 0,15 0,15 0,10 0,20 0,80 0,16

3. Tenaga kerja yang sudah ahli 0,20 0,20 0,10 0,10 0,05 0,65 0,13

4. Harga terjangkau 0,20 0,05 0,10 0,15 0,10 0,60 0,12

5. Respon cepat 0,20 0,10 0,10 0,05 0,05 0,40 0,08

0,67

Kelemahan :

1. Ketergantungan bahan baku 0,20 0,20 0,10 0,20 0,20 0,90 0,11

2. Tidak ada promosi 0,20 0,15 0,20 0,05 0,05 0,65 0,08
3. Belum ada merek 0,10 0,05 0,10 0,05 0,05 0,45 0,06

4. Produk kurang bervariasi 0,10 0,10 0,05 0,05 0,05 0,40 0,05

5. Respon cepat 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,25 0,03

0,33
Faktor Eksternal

Peluang :

1.Pelanggan setia 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,90 O,13

2. Banyak event 0,20 0,15 0,20 0,20 0,20 0,95 0,12

3.Perkembangan teknologi 0,15 0,20 0,20 0,05 0,20 0,75 0,12

4.Emping melinjo berkualitas 0,20 0,15 0,15 0,10 0,05 0,50 0,09

5.Kunjungan wisatawan 0,10 0,05 0,10 0,20 0,20 0,95 0,06

0,52

Ancaman :

0,20 0,20 0,15 0,20 0,20 0,95 0,36


1.Persaingan ketat

0,20 0,15 0,15 0,20 0,20 0,90 0,25


2.Harga bahan baku

0,20 0,20 0,05 0,20 0,20 0,85 0,19


3.Banyak tengkulak

0,15 0,20 0,15 0,15 0,05 0,70 0,12


4.Masalah keuangan

0,10 0,05 0,20 0,05 0,05 0,45 0,48


5.Kurangnya Kemitraan

0,48
Tabel 10. Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Rating Strategi
Pengembangan Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki
Kabupaten Kepulauan Selayar
Imforman
I 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata

Faktor internal

Kekuatan :

1. Rasa yang enak 4 3 3 4 4 18 3,60

2. Agroindustri lama berdiri 4 2 4 3 3 16 3,20

3. Tenaga kerja ahli 3 3 3 2 4 15 3,00

4. Harga terjangkau 4 3 3 2 2 14 2,80

5. Respon cepat 4 3 2 3 1 13 2,60

15,20

Kelemahan :

1. Ketergantungan bahan baku 4 3 3 3 2 15 3,00

2. Tidak ada promosi 4 3 3 2 1 13 2,60

3. Belum ada merek 2 2 4 2 1 11 2,20

4. Produk kurang bervariasi 3 1 1 2 2 9 1,80

5. Respon cepat 2 2 1 1 1 6 1,20


Faktor Eksternal :

Peluang :

1.Pelanggan setia 4 4 3 3 2 16 3,20

2. Banyak event 4 3 4 1 3 14 1,75

3.Perkembangan teknologi 4 3 3 1 2 13 1,67

4.Emping melinjo berkualitas 4 3 1 2 2 12 1,50

5.Kunjungan wisatawan 2 1 1 2 1 7 0,88

8,95

Ancaman :

4 3 3 3 2 15 3,00
1.Persaingan ketat

4 3 2 1 1 11 2,20
2.Harga bahan baku

3 2 2 1 1 9 1,80
3.Banyak tengkulak

2 2 1 1 1 7 1,40
4.Masalah keuangan

2 1 1 1 1 6 1,20
5.Kurangnya Kemitraan

9,60
Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Proses Wawancara Dengan Pengrajin Emping Melinjo

Gambar 6. Proses wawancara dengan konsumen emping melinjo


Gambar 7. Emping Melinjo Yang Telah Di Kemas

Gambar 8. Emping Yang Belum Di Kemas

Gambar 9. Bahan Baku Emping Melinjo


RIWAYAT HIDUP

Wilda yulita lahir di Selayar, pada tanggal 9 Juli

1998. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara

dari ayahanda Arifuddin Dg. Sibeta dan ibunda Syarifah.

Pada tahun 2005 penulis memasuki sekolah dasar di

SDN BENTENG 3 dan lulus pada tahun 2010, kemudian

melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 2 BENTENG dan lulus pada

tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan sekolah menengah atas di

SMAN 1 BENTENG dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama, penulis

lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Penelitian

Tanaman Pangan Hortikultura dan Serealia Maros.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

dengan judul “Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa

Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar’’.

Anda mungkin juga menyukai