SKRIPSI
GUMILANG TAMU
NIM. B01416026
SKRIPSI
GUMILANG TAMU
NIM. B01416026
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Gumilang Tamu
NIM. B01416026
PENGESAHAN PEMBIMBING
Disetujui Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
KOMISI PENGUJI
Mengetahui
Penulis
vii
ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................... 3
1.3. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB V. PENUTUP
5.1. Simpulan ...................................................................................... 57
5.2. Saran ........................................................................................... 57
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian .......... 26
3. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel karakteristik sosial ekonomi petani ...... 27
4. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel intensitas pemberdayaan ....................... 28
5. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel fisik dan sosial ekonomi ....................... 29
6. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel ciri kepribadian petani ......................... 30
7. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel ciri kepribadian petani .......................... 31
8. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel partisipasi petani dalam kelompok ........ 32
9. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel tingkat keberdayaan petani dalam
berusahatani ............................................................................ 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
2
satu program Pemerintah yaitu Rural Empowerment and Agricultural
Development Scaling-up Initiative (READSI).
READSI merupakan program pemberdayaan perdesaan dan pengembangan
pertanian dimana program yang dilaksanakan di Provinsi Gorontalo yang
merupakan replikasi atau keberlanjutan dari program READ sebelumnya yang
dilaksanakan di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Kalimantan
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di Provinsi Gorontalo, pelaksanaan program
READSI pada tahun pertama dititikberatkan pada pengembangan dan
pemberdayaan sumberdaya manusia dalam hal ini petani. Kegiatan tersebut
mencakup pengembangan usahatani padi sawah, jagung, kakao, hortikultura dan
pemanfaatan pekarangan.
Kecamatan Mootilango merupakan salah satu dari enam kecamatan
penerima Program READSI di Kabupaten Gorontalo. Program dilaksanakan di
tiga desa sejak dengan salah satu tujuannya adalah memperkuat kelembagaan
petani dan menumbuhkan regenerasi petani selain tentunya mengurangi angka
kemiskinan di pedesaan. Terkait dengan uraian tersebut, perlu dilakukan sebuah
penelitian yang bertajuk “Pemberdayaan Petani Berbasis Program READSI di
Kecamatan Mootilango” meskipun pelaksanaan program baru menginjak tahun
pertama. Rencana ini didasari pertimbangan bahwa pelaksanaan awal program
adalah pada penguatan sumberdaya manusia dalam hal ini petani melalui
pengembangan pada beberapa kegiatan usahatani.
3
sehingga hal ini akan turut mempengaruhi pelaksanaan program yang masih
berjalan selama beberapa tahun mendatang. Petani yang telah berdaya diharapkan
akan lebih mudah mengikuti pelaksanaan program sehingga tujuan program
secara keseluruhan dapat terwujud. Program READSI yang telah berjalan
diharapkan telah mampu memberdayakan petani sehingga petani dapat
mengambil keputusan terbaik dan menguntungkan bagi usahataninya (better
business). Dalam kegiatan pemberdayaan petani melalui Program READSI juga
ditumbuhkan kegiatan dalam kelompok tani dan difungsikan sebagai media
belajar sesama anggota kelompok sehingga diharapkan keberdayaan petani akan
meningkat.
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi terkait dengan pemberdayaan
petani adalah kondisi sosial ekonomi petani, keragaan dan skala usahatani yang
dijalankan, persepsi dan perilaku petani terhadap pelaksanaan program pemerintah
dan partisipasi serta kompetensi penyuluh sebagai pelaku perantara ilmu
pengetahuan dan inovasi kepada petani. Pendekatan penyuluhan yang
berkesesuaian untuk memberdayakan petani adalah dengan pendekatan yang
mengutamakan petani (farmer first) sehingga dengan demikian petani harus
menjadi tokoh sentral dan pelaku utama untuk menuju keberdayaan tersebut.
4
1. Menganalisis faktor-faktor penentu dan tingkat keberdayaan petani dalam
pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan Mootilango
Kabupaten Gorontalo.
2. Menganalisis hubungan faktor-faktor penentu terhadap tingkat keberdayaan
petani dalam pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan
Mootilango Kabupaten Gorontalo.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
pendukung. Sementara menurut Ambarsari et al. (2007), bahwa kelembagaan
yang bergerak di bidang usahatani produksi meliputi rumah tangga petani sebagai
unit usaha terkecil dan kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani.
8
terarah dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan.
Pemberdayaan petani pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan
kolektif dalam memperbaiki kehidupan petani yang dilakukan melalui program
peningkatan kapasitas, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung
(disadvantages groups) agar memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup,
melaksanakan kegiatan ekonomi, menjangkau dan memobilisasi sumber serta
berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Hendrastuti, 2010). Program-program
pelatihan, pemberian modal usaha, perluasan akses terhadap pelayanan sosial dan
peningkatan kemandirian dalam proses pemberdayaan diarahkan agar kelompok
lemah tersebut memiliki kemampuan atau keberdayaan.
Pengembangan kelembagaan tani secara objektif lebih berdaya manakala
seperti kelembagaan lokal yang dikelola oleh masyarakat petani sendiri bahkan
tanpa campur tangan pemerintah. Mardikanto (2013) menyebutkan bahwa dalam
proses pengambalan keputusan, kelompoktani semacam ini justru lebih mampu
bertahan bahkan dalam menghadapi pasang surutnya situasi kelembagaan
pertanian di tingkat yang lebih tinggi (kecamatan dan kabupaten). Kelompok
seperti inilah yang dinilai mengarah pada terwujudnya efektivitas kelompok
petani sebagai kelembagaan pangan pedesaan, yang ditandai dengan
kecenderungan bahwa kelompok tani tersebut benar-benar berfungsi sebagai
instrumen bagi anggota (petani) untuk memenuhi kepentingan anggota dan
biasanya dikembangkan oleh kesadaran petani untuk memenuhi kebutuhan para
anggota kelompok. Kelompok yang dibentuk dari bawah semacam ini memiliki
kecenderungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan minat anggota serta memiliki
komitmen anggota yang tinggi. Kelompoktani lebih efektif sebagai wahana atau
media untuk mewujudkan bargaining position (mencapai posisi tawar yang
disepakati) untuk mewujudkan kesejahteraan petani.
Wahyuni (2003) mengatakan bahwa penguatan peran serta dan kinerja
petani sebagai pelaku pembangunan harus terus didorong seluas-luasnya melalui
program-program penyuluhan atau program pendampingan menuju suatu
9
kemandirian petani. Disamping itu pula perlu dilakukan pengembangan
organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani tersebut diharapkan dapat
membebaskan petani dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju kehidupan
yang lebih sejahtera.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kinerja petani meliputi pengembangan aspek kelompok atau organisasi yang
dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisasikan kegiatan produktif petani,
mengembangkan jaringan antar kelompok atau organisasi petani yang terbentuk
dan berperan dalam pengembangan potensi petani. Selain itu kemampuan
kelompok tani dalam mengakses sumberdaya luar dapat mendukung
pengembangan petani baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, teknologi
dan manajemen. Kelompok tani perlu pula untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan teknis dan manajerial kelompok petani sehingga berbagai masalah
teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik (Ghalia, 2005).
10
kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaian yang
disepakati bersama. Tujuan dari dinamika kelompok adalah meningkatkan proses
interaksi antara anggota kelompok, meningatkan produktivitas anggota kelompok,
mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, lebih maju serta
meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya. Unsur-unsur dinamika kelompok
terdiri dari tujuan kelompok, kekompakan kelompok, struktur kelompok, fungsi
tugas kelompok, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok,
efektivitas kelompok, tekanan kelompok dan maksud di luar keinginan kelompok.
Karsidi (2001) menyatakan bahwa untuk mewujudkan kelompoktani yang
lebih berdaya dan efektif, pemerintah perlu berperan dalam mendorong dan
mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi dan wawasan
keorganisasian. Hal ini karena kepemimpinan tersebut telah memiliki energi sosial
dan kemampuan manajemen kelompok informal dan lokal yang efektif. Selain itu
peran pemerintah lebih ditekankan pada kompetensi anggota yang lebih
berorientasi kepada pengembangan sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan
kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat syarat yaitu terpercaya,
kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama yang tinggi dalam
pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan kepentingan
anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja dan dinamika
kelompok tani.
11
2.2. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan
Praktek penyuluhan pertanian terutama pada masa Orde Baru lebih
mengedepankan pendekatan transfer of technology. Menurut Mosher (1978)
dalam Sadono (2012), sebagian ahli pembangunan pertanian menyatakan bahwa
paradigma pembangunan pertanian tersebut relevan dengan kondisi petani dan
pertaniannya pada saat itu dimana petani masih tradisional (belum merasa
memerlukan informasi pertanian atau belum responsif terhadap inovasi) dan
pertaniannya masih subsisten. Pemerintah pada sisi yang lain ingin agar teknologi
pertanian segera diterapkan oleh petani sehingga produksi pangan meningkat dan
dapat tercapai swasembada pangan khususnya beras.
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa pendekatan alih teknologi
tersebut tidak sesuai karena tidak mengedepankan aspek manusia (dalam hal ini
petani) dan proses belajarnya. Menurut Mardikanto dan Soebianto (2012), tujuan
penyuluhan adalah agar petani tahu, mau dan mampu berswadaya mengatasi
masalahnya secara baik dan memuaskan. Petani yang mandiri hanya mungkin bila
dilakukan dengan pendekatan yang mengutamakan manusianya dan proses
belajarnya. Perubahan-perubahan politik dan ekonomi yang terjadi pada tataran
global, nasional dan lokal serta pada masyarakat dan pada diri petani juga telah
menuntut perlu dilakukannya perubahan pendekatan penyuluhan dari paradigma
lama ke paradigma baru.
Seiring dengan perkembangan regional dan internasional, Indonesia telah
dihadapkan pada era globalisasi ekonomi ASEAN, Asia Pasifik dan dunia seperti
AFTA/NAFTA, APEC dan WTO. Hal ini berimplikasi pada penghapusan
berbagai kemudahan yang selama ini telah menjadi implementasi dalam
pembangunan pertanian seperti subsidi, proteksi dan sejenisnya. Oleh karena itu,
berbagai sumber pertumbuhan untuk meningkatkan daya saing pertanian perlu
dikembangkan. Arah yang jelas dalam upaya menghadirkan sosok pertanian
modern dan petani modern dalam rangka memanfaatkan peluang dan menghadapi
12
tantangan yang muncul dari dampak lingkungan strategis adalah dengan
meningkatkan daya saing sektor pertanian.
Menurut Baharsyah (1997) dalam Purnomo, et al. (2004), setidaknya
terdapat empat hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan daya saing. Pertama
yaitu sumber-sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan peningkatan produksi
dan produktivitas. Kedua yaitu sumber-sumber pertumbuhan yang berkaitan
dengan nilai tambah produk pertanian. Ketiga, sumber-sumber pertumbuhan yang
berkaitan dengan pemenuhan permintaan konsumen yang selalu berubah dan ingin
lebih baik seperti jenis komoditi baru dan produk baru. Keempat yaitu sumber-
sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan kelembagaan misalnya penciptaan
iklim usaha yang merangsang pertumbuhan ekonomi, investasi dan pembinaan
hubungan yang saling menguntungkan antar subsistem agribisnis yang ada. Dalam
upaya mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan tersebut sangat penting
adanya keterpaduan antara kegiatan pembangunan biofisik di lapangan,
pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial (community development atau
empowerment).
Menurut Slamet (2000) dalam Yustina dan Sudradjat (2003), pemberdayaan
masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu usaha membuat masyarakat untuk
mampu, berdaya, tahu, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, melihat
peluang, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu
berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani menghadapi risiko,
mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai situasi.
Penyuluhan pembangunan bertujuan mengembangkan masyarakat sasaran
menjadi sumberdaya manusia yang mampu membangun dirinya atau memperbaiki
kualitas kehidupannya sendiri secara mandiri, tidak tergantung pada ‘belas kasih’
pihak lain. Pemberdayaan itu akan menghasilkan masyarakat yang dinamis dan
progresif secara berkelanjutan, sebab didasari oleh adanya motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.
Slamet (2001) dalam Yustina dan Sudradjat (2003) mengidentifikasi ciri
paradigma baru dalam penyuluhan. Paradigma baru yang dikembangkan bukan
13
untuk mengubah prinsip-prinsip tetapi diperlukan untuk lebih mampu merespon
tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi baru. Paradigma baru tersebut
mencakup jasa informasi, lokalitas, berorientasi agribisnis, pendekatan kelompok,
fokus pada kepentingan petani, pendekatan humanistik-egaliter, profesionalisme,
akuntabilitas dan memuaskan petani.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soedijanto (2003) dalam Yustina dan
Sudradjat (2003) menyatakan bahwa mutu petani sebagai sumberdaya manusia
akan dapat mendukung pembangunan pertanian kini dan masa mendatang
manakala penyuluhan pertanian merupakan proses pemberdayaan dan bukan
proses transfer teknologi. Menyuluh bukannya “mengubah cara bertani”
melainkan “mengubah petani” melalui enam dimensi belajar (learning) yaitu:
1. Learning to know (penguasaan konsep, komunikasi informasi, pemahaman
lingkungan, rasa senang memahami, mengerti dan menemukan sesuatu);
2. Learning to do (penekanan pada skill tingkat rendah ke tingkat tinggi
menuju ke arah kompetensi);
3. Learning to live together (mengenal diri sendiri, mengenal orang lain,
menemukan tujuan bersama, bekerjasama dengan orang lain);
4. Learning to be (memecahkan masalah sendiri, mengambil keputusan dan
memikul tanggung jawab, belajar untuk disiplin);
5. Learning society (mengembangkan diri secara utuh, terus menerus);
6. Learning organization (belajar memimpin, belajar organisasi, belajar
mengajarkan kepada orang lain).
Asngari (2007) menyebutkan terdapat tujuh prinsip atau filosofi yang harus
dipegang dalam menerapkan kegiatan penyuluhan. Prinsip tersebut yaitu (1)
falsafah mendidik, (2) falsafah pentingnya individu, (3) falsafah demokrasi, (4)
falsafah bekerja bersama, (5) falsafah “membantu klien membantu dirinya
sendiri”, (6) falsafah berkelanjutan dan (7) falsafah “membakar sampah”. Falsafah
mendidik pada hakikatnya adalah bahwa dalam proses mendidik petani tidak bisa
dilakukan dengan paksaan. Falsafah pentingnya individu adalah karena setiap
individu memiliki potensi pribadi yang besar untuk dikembangkan. Falsafah
demokrasi berarti adalah bahwa demokrasi merupakan dasar martabat seseorang
14
yaitu melalui kebebasan dan keterbukaan informasi seseorang petani akan dapat
menemukan sendiri jalan terbaik serta mampu mencapai tingkat intelektual,
kebebasan dan tanggungjawab. Falsafah bekerja bersama mengandung makna
kerjasama antara penyuluh dan petani. Falsafah berkelanjutan adalah bahwa setiap
penyuluhan harus mengikuti perkembangan teknologi. Sedangkan falsafah
“membakar sampah” bermakna bahwa dalam penyuluhan memerlukan kesabaran.
Tujuan utama pendekatan-pendekatan baru yang diuraikan tersebut adalah
memberdayakan petani sehingga menjadi petani yang berdaya atau mandiri, peran
penyuluh sebagai fasilitator, pencari serta memberikan pilihan-pilihan kepada
petani. Petani mampu mengambil keputusan dengan pilihan yang terbaik baginya
sehingga mampu meraih peluang dan menghadapi tantangan globalisasi ekonomi.
Hal ini sesuai dengan falsafah penyuluhan yang dianut dalam penyuluhan
pertanian yaitu menolong orang agar orang tersebut mampu menolong dirinya
sendiri melalui penyuluhan sebagai sarananya untuk meningkatkan derajat
kehidupannya (Sadono, 2012).
15
motivasi berkelompok dan keterbukaan terhadap pembaharuan. Namun
karakteristik pribadi ini tidak berpengaruh nyata terhadap ketangguhan
berusahatani. Variabel karakteristik ekonomi petani yang meliputi luas
penguasaan lahan, pemilikan sarana produksi, jumlah tenaga kerja yang
digunakan dan penguasaan modal berpengaruh nyata terhadap tingkat
kemandirian petani maupun ketangguhan berusahatani.
16
desa sasaran sebanyak 342 desa termasuk Desa Payu, Desa Helumo dan Desa
Paris di Kecamatan Mootilango (Kementerian Pertanian, 2020).
Program READSI mmemiliki tiga komponen utama dan satu komponen
dukungan manajemen program. Komponen 1 adalah Pengembangan Pertanian
dan Matapencaharian di Perdesaan (Village Agriculture and Livelihoods
Development), Komponen 2 adalah Peningkatan Pelayanan Penyuluhan,
Penyediaan Saprodi dan Pemasaran (Services, Inputs and Market Linkages),
Komponen 3 yaitu Dukungan Kebijakan dan Strategi Pembangunan (Policy and
Strategy Development Support) dan Komponen 4 yaitu Dukungan Manajemen
Program (Project Management) di pusat, provinsi dan kabupaten. Tujuan jangka
panjang Program READSI adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga tani
miskin di wilayah lokasi Program READSI (yaitu di enam Provinsi dan 18
Kabupaten). Sedangkan tujuan jangka pendek adalah memberdayakan rumah
tangga petani di pedesaan baik secara individu maupun kelompok, dengan
keterampilan, membangun rasa percaya diri dan pemanfaatan sumberdaya untuk
meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian serta
meningkatkan taraf hidupnya secara berkelanjutan. Sasaran program yaitu petani
dengan kriteria (Kementerian Pertanian, 2020):
a. Petani miskin yang memiliki lahan untuk kegiatan usahatani dan secara
aktif berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan ekonomi di sektor
pertanian yang didukung oleh READSI;
b. Petani aktif yang akan bertindak sebagai “agen perubahan” yang
mempunyai potensi untuk memotivasi petani lainnya dalam meningkatkan
penghidupannya;
c. Petani yang tidak memiliki lahan dan petani pemilik lahan sempit yang
potensial untuk mengembangkan sumberdayanya sebagai sumber
pendapatan keluarga;
d. Kepala keluarga perempuan yang akan difasilitasi oleh program dalam
upaya pengembangan usahatani lahan pekarangan, nonfarm, perbaikan gizi
dan pengelolaan keuangan.
17
Program READSI bukan kegiatan eksklusif karena kegiatan-kegiatan dalam
program READSI dilaksanakan dalam rangka mendukung pertumbuhan produksi
di dinas kabupaten dan provinsi. Sebagai contoh, Program READSI yang
bergerak untuk pemberdayaan bukan hanya pemberdayaan untuk petani tetapi
juga pemberdayaan sumberdaya manusia dan pemberdayaan kelembagaan.
READSI merupakan salah satu bagian dari program Kementerian Pertanian yang
mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Pertanian yaitu tercapainya
kedaulatan pangan dan meningkatnya kesejahteraan petani serta mendukung
suksesnya program regenerasi petani.
Program READSI di Provinsi Gorontalo yang dimulai pada tahun 2019
selain dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo juga di Kabupaten Bone Bolango dan
Kabupaten Pohuwato. Di Kabupaten Gorontalo program READSI dilaksanakan di
enam kecamatan yaitu Kecamatan Mootilango, Tibawa, Asparaga, Dungaliyo,
Tabongo dan Bongomeme. Sedangkan di Kecamatan Mootilango, program
READSI dilaksanakan di Desa Payu, Desa Pilomonu dan Desa Paris.
Pelaksanaan Program READSI di Provinsi Gorontalo merupakan replikasi
dari Program READ yang telah dilaksanakan sebelumnya di sebagian Provinsi
Sulawesi Tengah. Tahun pertama pelaksanaan Program READSI dititikberatkan
pada penguatan sumberdaya manusia dalam hal ini petani. Pelaksanaan Program
READSI di Kabupaten Gorontalo adalah pemberdayaan pada petani padi sawah,
kelapa, kakao dan pemanfaatan pekarangan (Desa Payu), petani jagung,
hortikultura, kakao dan pemanfaatan pekarangan (Desa Pilomonu) serta petani
padi sawah, jagung dan pemanfaatan pekarangan untuk di Desa Paris. Setiap item
pemberdayaan diikuti oleh satu kelompok yang beranggotakan 25 orang sehingga
keseluruhan petani peserta Program READSI di Kecamatan Mootilango
berjumlah 275 orang.
18
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Idin Saepudin Peningkatan Kapasitas Mengetahui faktor- - Kapasitas
Ruhimat Kelembagaan faktor yang kelembagaan
2017 Kelompok Tani dalam berpengaruh terhadap dipengaruhi secara
Pengembangan kapasitas langsung oleh tingkat
Usahatani kelembagaan serta kedinamisan dan
Agroforestry di Desa merumuskan usaha partisipasi anggota
Cukangkawung peningkatan kapasitas serta secara tidak
kelembagaan langsung oleh peran
kelompok tani dalam pemimpin,kapasitas
pengembangan anggota, peran
agroforestry penyuluh, dukungan
pihak luar dan
karakteristik petani
- Usaha peningkatan
kapasitas
kelembagaan
kelompok tani dapat
dilakukan melalui
peningkatan
kedinamisan dan
partisipasi anggota
dalam kegiatan
kelompok tani
Akrab Penguatan - Menganalisis - Peningkatan
2017 Kelembagaan karakteristik kapasitas dan
Perkumpulan Petani anggota, dukungan penguatan
Pemakai Air dalam pada kelembagaan kelembagaan
Pengelolaan Irigasi dan peningkatan berkorelasi dengan
Awo di Sulawesi kapasitas anggota keberdayaan P3A
Selatan P3A untuk indicator
- Menganalisis pelatihan oleh
penguatan pemerintah dengan
kelembagaan dalam tingkat partisipasi
pengelolaan air dan tingkat
irigasi dan kaitannya pemerataan air
dengan faktor irigasi
karakteristik
anggota, dukungan
pada kelembagaan
dan peningkatan
kapasitas anggota
P3A
- Menganalisis
tingkat keberdayaan
dalam pengelolaan
air irigasi dan
korelasinya dengan
peningkatan
kapasitas dan
penguatan
kelembagaan P3A
- Merumuskan
strategi penguatan
19
kelembagaan
menuju keberdayaan
P3A dalam
pengelolaan air
irigasi
Dwi Sadono Model Pemberdayaan - Menganalisis faktor- - Tingkat partisipasi
2012 Petani dalam faktor penentu petani dalam
Pengelolaan tingkat partisipasi kegiatan kelompok
Usahatani Padi di petani dalam tani tergolong rendah
Kabupaten Karawang kelompoknya - Petani termasuk
dan Cianjur - Menganalisis faktor- kategori kurang
faktor penentu berdaya
tingkat keberdayaan - Kurang berdayanya
petani dalam petani berdampak
pengelolaan pada lemahnya
usahatani padi prospek
- Menganalisis keberlanjutan
pengaruh tngkat usahanya
keberdayaan petani - Pola pemberdayaan
dalam pengelolaan petani yang sesuai
usahatani padi untuk meningkatkan
terhadap keberdayaan petani
keberlanjutan dilakukan melalui
usahatani peningkatan
- Merumuskan model partisipasi petani
dan strategi dalam kelompok dan
pemberdayaan didukung oleh
petani yang sesuai ketersediaan
agar keberdayaan informasi pertanian,
petani dalam lingkungan fisik dan
pengelolaan social ekonomi serta
usahatani padi yang ciri kepribadian
berkelanjutan petani yang memadai
20
tingkat keberdayaan petani. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
tingkat keberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (Y) yaitu karakteristik
sosial ekonomi petani (X1), intensitas pemberdayaan (X2), lingkungan fisik dan
sosial ekonomi (X3), ciri kepribadian petani (X4), ketersediaan informasi pertanian
(X5) dan tingkat partisipasi petani dalam kelompok (X6). Hubungan antara faktor
tersebut digambarkan dalam sebuah kerangka pikir sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1 berikut ini.
KEGIATAN USAHATANI
DI KEC. MOOTILANGO
Program
READSI
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
2. Intensitas Pemberdayaan
3. Lingkungan Fisik dan Sosial
Ekonomi
4. Ciri Kepribadian Petani Keberdayaan Petani
5. Ketersediaan Informasi Pertanian
6. Tingkat Partisipasi Petani dalam
Kelompok
21
sehingga tidak terjadi makna ganda atau asosiasi yang berbeda-beda. Selanjutnya
agar konsep tersebut dapat diukur maka diberikan penjelasan lebih lanjut yang
bersifat perasional (Kerlinger, 2006). Konseptualisasi dan definisi operasional
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Program READSI yaitu sebuah program Kementerian Pertanian yang
mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Pertanian yaitu tercapainya
kedaulatan pangan dan meningkatnya kesejahteraan petani serta mendukung
suksesnya program regenerasi petani.
2. Karakteristik sosial ekonomi petani yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat khas individu
yang melekat pada pribadi responden yang berhubungan dengan semua aspek
kehidupan.
3. Intensitas pemberdayaan yaitu kegiatan atau tindakan yang dilakukan penyuluh
pertanian dalam mendidik, membantu, memfasilitasi, membimbing dan
mendampingi petani dalam mengelola usahataninya.
4. Lingkungan fisik dan sosial ekonomi petani yaitu individu atau kelompok dan
sistem kemasyarakatan yang telah menjadi norma pengatur dan atau
kelembagaan yang mengandung nilai atau norma dan pemanfaatan
keberadaannya mempengaruhi pola pikir dan tindakan petani dalam
melaksanakan usahatani.
5. Ciri keppribadian petani yaitu aspek-aspek yang melekat pada seorang petani
yang berkaitan dengan kesiapannya untuk mengembangkan diri dalam
melakukan usahatani berbasis agribisnis.
6. Ketersediaan informasi pertanian yaitu keberadaan suatu obyek (ide, gagasan
atau teknik) yang dianggap baru dan yang dinilai lebih bermanfaat dalam
keberadaan usahatani berbasis agribisnis.
7. Tingkat partisipasi petani dalam kelompok yaitu keikutsertaan petani dalam
kegiatan-kegiatan bersama petani satu hamparan, yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/monitoring dan pemanfaatan hasil.
8. Tingkat keberdayaan petani yaitu kemampuan petani untuk memilih dan
memanfaatkan secara optimal kapasitas atau kemampuannya dan sumberdaya
yang tersedia dalam berusahatani yang paling tingg manfaatnya dengan
22
memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi serta bekerjasama dengan
pihak lain yang saling menguntungkan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017). Populasi
petani tersebar di tiga desa sehingga jumlah sampel pada setiap desa dipilih secara
proporsional dengan rumus sebagai berikut (Noor, 2012):
Keterangan:
ni = jumlah sampel pada setiap desa
25
Nk = jumlah populasi pada setiap desa
N = jumlah populasi keseluruhan
n = jumlah sampel yang ditentukan
Jumlah populasi petani di lokasi penelitian sebanyak 275 orang. Dengan
tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10% maka diperoleh jumlah petani
sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu sejumlah 73,33
(dibulatkan 74 orang). Rincian data sebaran populasi petani dan petani sampel
ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian
Desa Populasi (orang) Sampel (orang)
Payu 100 27
Pilomonu 100 27
Paris 75 20
Jumlah 275 74
Sumber: Hasil Pra Survey, Diolah (2020)
26
dilakukan dengan dokumentasi dilakukan karena sejumlah besar keterangan
tersimpan dalam bentuk dokumentasi seperti catatan, surat, laporan dan foto.
27
2. Variabel intensitas pemberdayaan (X2) beserta indikator pengukuran dan
parameternya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel intensitas pemberdayaan
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Intensitas Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
kemampuan ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
bertani penyuluh dalam
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
bertani
2. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
perilaku ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
inovatif penyuluh dalam
meningkatkan
kesadaran dan
memotivasi
petani responsif
terhadap inovasi
3. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
partisipasi ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
petani penyuluh dalam
memfasilitasi
petani
mengidentifi-
kasi kebutuhan,
merencanakan,
melaksanakan
dan
mengevaluasi
kegiatan
4. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
kelompok ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
penyuluh dalam
memfasilitasi
kemampuan
kelompoktani
lebih dinamis
28
5. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
akses terhadap ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
sumberdaya penyuluh dalam
memfasilitasi
petani dalam
mencari
informasi, akses
terhadap sarana
produksi dan
modal
6. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
kemampuan ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
bermitra penyuluh dalam
memfasilitasi
petani bekerja
sama dengan
lembaga
penyedia
saprotan,
lembaga
pemasaran,
lembaga
pengolahan
hasil dan
lembaga
permodalan
3. Variabel fisik dan sosial ekonomi (X3) beserta indikator pengukuran dan
parameternya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel fisik dan sosial ekonomi
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Dukungan Pemahaman Dihitung a. Rendah
kebijakan petani terhadap berdasarkan skor b. Sedang
pemerintah program persepsi responden c. Tinggi
READSI
2. Dukungan Tingkat pem- Dihitung a. Rendah
tokoh tani berian bantuan, berdasarkan skor b. Sedang
bimbingan dan persepsi responden c. Tinggi
pendampingan
kontak tani
29
3. Ketersediaan Tingkat Dihitung a. Rendah
infrastruktur keberadaan berdasarkan skor b. Sedang
sarana untuk persepsi responden c. Tinggi
menunjang ke-
giatan pertanian
dan transportasi
4. Dukungan Tingkat Dihitung a. Rendah
kelembagaan kemudahan berdasarkan skor b. Sedang
agribisnis petani dalam persepsi responden c. Tinggi
mendapatkan
saprotan dan
bantuan modal
usahatani
5. Dukungan Tingkat ke- Dihitung a. Rendah
tenaga ahli mudahan petani berdasarkan skor b. Sedang
pertanian menemui dan persepsi responden c. Tinggi
meminta bantu-
an kepada pe-
nyuluh, peneliti,
ahli pertanian
lainnya, ke-
manfaatan
lembaga
penyuluhan dan
kelembagaan
penelitian bagi
petani
30
risiko menanggung persepsi responden c. Tinggi
akibat atau
konsekuensi
dari penerapan
teknologi
4. Tingkat Kemampuan Dihitung a. Rendah
kreativitas petani berdasarkan skor b. Sedang
mengembang- persepsi responden c. Tinggi
kan alternatif
dalam upaya
perbaikan
usahatani atas
prakarsa sendiri
31
kebijakan pem-
bangunan perta-
nian, diversifi-
kasi dan tekno-
logi tepat guna
4. Kredibilitas Status pihak Dihitung a. Rendah
pemberi yang membuat/ berdasarkan skor b. Sedang
informasi menyampaikan persepsi responden c. Tinggi
materi pertanian
bagi petani
32
pembuatan
laporan
kegiatan
bersama petani
satu hamparan
3. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
evaluasi petani dalam persepsi responden c. Tinggi
kegiatan
menilai yang
meliputi tahap
perencanaan,
pelaksanaan dan
pembuatan
laporan
monitoring ke-
giatan bersama
petani satu
hamparan
4. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
pemanfaatan petani dalam persepsi responden c. Tinggi
hasil menikmati
manfaat
kegiatan
bersama petani
satu hamparan
33
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
mengambil terampilan persepsi responden c. Tinggi
keputusan petani membuat
keputusan,
memecahkan
masalah,
mengelola
tekanan dan
bertanggung
jawab terhadap
tindakannya
3. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
mengakses terampilan persepsi responden c. Tinggi
pasar petani mencari
peluang pasar
dan menentukan
harga produk
yang meng-
untungkan
4. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
pengelolaan terampilan persepsi responden c. Tinggi
usahatani teknis petani,
melaksanakan
usaha sesuai
yang
direncanakan,
membuat
pembukuan
sederhana usaha
tani,
menghitung/
menanggung
risiko dan
kemampuan
menemukan
cara/teknologi
lokal
5. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
bermitra terampilan persepsi responden c. Tinggi
petani menjalin
kerjasama
dalam
kelompok, antar
34
kelompok,
kelembagaan
saprotan, per-
modalan, pe-
masaran dan
kelembagaan
lainnya dalam
agribisnis
6. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
beradaptasi terampilan persepsi responden c. Tinggi
petani
menghadapi
perubahan
pasar, teknologi
dsb
Jumlah skor maksimum dan minimum yang dapat diharapkan dari setiap
indikator akan berbeda dengan yang lainnya. Hal ini karena adanya perbedaan
banyaknya item pertanyaan untuk setiap indikator tersebut. Untuk itu dilakukan
transformasi indeks sehingga diperoleh kisaran nilai indeks yaitu 0-100. Nilai
indeks terkecil 0 akan sepadan dengan jumlah skor minimum dan nilai indeks
terbesar 100 sepadan dengan jumlah maksimum dari setiap indikator.
35
sahih bila alat ukur atau instrumen yang digunakan dapat mengukur dengan tepat
terhadap obyek penelitian yang diukur sehingga kesimpulan yang dibuat benar.
Penelitian dikatakan handal bila hasil penelitian diperiksa kembali akan
menghasilkan kesimpulan yang sama dengan sebelumnya. Oleh karena itu
sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, kesioner akan terlebh dahulu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas agar dalam proses pengumpulan data
diperoleh data yang valid (sah) dan memiliki konsistensi yang tinggi (reliabel).
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
∑xy = Jumlah perkalian antara variabel X dan variabel Y
∑x2 = Jumlah dari kuadrat nilai X
∑y2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y
(∑x)2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
(∑y)2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
36
sebenarnya (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Sedangkan Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari suatu variabel. Uji reliabilitas menunjukkan derajat
stabilitas, konsistensi, daya prediksi dan akurasi. Uji reliabilitas menggunakan
rumus Cronbach Alpha dengan formulasi sebagai berikut:
= Varians total
Keterangan:
rs = Nilai korelasi Rank Spearman
d = Selisih setiap pasang jenjang
N = Jumlah sampel
37
Bila terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun Y maka
diperlukan faktor koreksi T dengan rumus sebagai berikut (Widarjono, 2017):
Keterangan:
∑x2 = Jumlah kuadrat variabel X yang diberi korelasi
∑y2 = Jumlah kuadrat variabel Y yang diberi korelasi
∑di2 = Selisih ranking variabel X dan variabel Y
∑Tx = Jumlah faktor koreksi variabel X
∑Ty = Jumlah faktor koreksi variabel Y
t = Banyaknya pengamatan yang berangka sama pada ranking tertentu
N = Jumlah petani responden
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus berikut
(Wahyudi, 2016):
Keterangan:
thitung = Nilai t dihitung
N = Jumlah sampel penelitian
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
1. Bila nilai signifikansi < α (0,05 atau 0,01) maka H0 ditolak yang artinya bahwa
terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
2. Bila nilai signifikansi > α (0,05 atau 0,01) maka H 0 diterima yang artinya
bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
Gambar 2. Peta Kecamatan Mootilango
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018
41
berjumlah 2.830 jiwa yang terdiri dari 1.436 jiwa penduduk laki-laki dan 1.394
jiwa penduduk perempuan. Desa Paris berbatasan langsung dengan Desa Helumo
dan Desa Suka Maju di sebelah utara, Desa Satria di sebelah timur, Desa Sido
Mukti di sebelah selatan dan Kecamatan Boliyohuto di sebelah barat. Secara
astronomis, Desa Paris berada pada posisi 0 o69’93” LU dan 122o64’34” dan
berada pada ketinggian 49,9 mdpl. Desa Paris merupakan salah satu desa yang
menerima program READSI dimana penduduknya sebagian besar bekerja di
sektor pertanian.
42
Gambar 3. Peta Desa Payu
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018
43
Gambar 4. Peta Desa Pilomonu
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berpengaruh terhadap suatu
kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian
mengelompokkan umur dalam lima kategori yaitu umur muda awal (23-33 tahun),
umur muda (34-43 tahun), umur dewasa (44-53 tahun), umur tua (54-63 tahun)
dan umur lanjut (lebih dari 63 tahun).
44
Tabel 12. Sebaran Petani Responden Menurut Desa, Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur
Kelp. Paris Payu Pilomonu
Jumlah
Umur Laki2 Peremp. Laki2 Peremp. Laki2 Peremp.
< 33 0 2 2 0 4 2 10
34 - 43 8 0 4 5 3 2 22
44 - 53 5 3 8 3 6 1 26
54 - 63 3 0 3 1 3 0 10
> 64 2 0 3 0 1 0 6
Jumlah 18 5 20 9 17 5 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)
45
baik pula pola pikirnya. Tingkat pendidikan tidak hanya berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan usahatani tetapi juga terhadap kemampuan petani dalam
menyerap informasi dan teknologi dalam meningkatkan produktivitas baik hasil
usahatani maupun pendapatan petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di
Kecamatan Mootilango sebagian besar merupakan petani dengan pendidikan
rendah (SD) yaitu 78,38%. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suratiyah (2006)
bahwa petani kecil di Indonesia umumnya hanya mengenyam pendidikan rendah
tingkat dasar. Pada kondisi seperti ini, petani sangat sulit untuk menerima inovasi.
Petani hanya bersedia mengikuti sesuatu yang baru apabila telah ada contoh dan
bukti nyata. Pada tataran seperti ini faktor lain termasuk dalam hal ini peran aktif
penyuluh sangat diharapkan agar petani dapat lebih berdaya dan melakukan
kegiatan usahatani dengan baik.
Indikator karakteristik usahatani yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberdayaan adalah pengalaman berusahatani. Menurut Sunuharyo (1997),
pengalaman adalah banyaknya jenis pekerjaan dan lamanya bekerja yang pernah
diemban oleh seseorang. Semakin lama pengalaman bekerja maka akan semakin
banyak manfaat yang berdampak pada luasnya wawasan pengetahuan di bidang
pekerjaannya serta akan semakin meningkatkan keterampilan. Dengan demikian
pengalaman bertani akan mempengaruhi keterampilan petani dalam berusahatani
dan membuat proses produksi menjadi lebih efisien. Sedangkan Sutarto (2008)
berpendapat bahwa hubungan pengalaman bertani dengan jumlah produksi
memiliki hubungan yang positif dimana semakin lama pengalaman bertani dari
seorang petani maka dapat dikatakan bahwa petani tersebut telah mampu
menghadapi berbagai permasalahan atau situasi dalam berusahatani.
Tabel 13 menunjukkan sebaran petani penerima program READSI di
Kecamatan Mootilango menurut tingkat pendidikan formal dan pengalaman
berusahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sebagian besar telah
memiliki pengalaman selama 9-11 tahun (39,19%). Informasi ini menunjukkan
bahwa petani dinilai telah memiliki pengetahuan berusahatani yang memadai.
46
Tabel 13. Sebaran Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal dan
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman Tingkat Pendidikan Formal
Jumlah
(Tahun) SD SMP SMA Pend. Tinggi
<5 10 1 4 0 15
6-8 6 0 0 0 6
9 - 11 27 0 2 0 29
12 - 14 10 0 1 1 12
> 15 5 1 3 3 12
Jumlah 58 2 10 4 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)
47
Tabel 14 menunjukkan sebaran petani penerima program READSI di
Kecamatan Mootilango menurut luas kepemilikan lahan (dalam satuan hektar) dan
kelompok kegiatan komoditi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani
sebagian besar memiliki luasan lahan lebih dari 0,5 hingga 1 hektar (40,5%).
Sedangkan petani responden sebagian besar merupakan petani dengan kelompok
kegiatan komoditi tanaman pangan (56,76%).
Tabel 14. Sebaran Petani Penerima Program READSI Menurut Luas
Kepemilikan Lahan dan Kelompok Kegiatan Komoditi
Luas Kelompok Kegiatan Komoditi
Kepemilikan Tanaman Horti- Jumlah
Pekarangan Kakao Kelapa
Lahan (Ha) Pangan kultura
< 0,05 14 0 0 0 0 14
0,06 - 0,5 0 5 0 3 0 8
> 0,5 - 1,0 0 20 2 7 1 30
> 1,0 0 17 2 3 0 22
Jumlah 14 42 4 13 1 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)
48
Lapangan. Temu Lapang (TL) merupakan forum pertemuan antara petani,
penyuluh pertanian lapangan, pemimpin Dinas lingkup pertanian Pemerintah
Daerah dan pihak terkait lainnya untuk membahas suatu inovasi hasil pengkajian
dan penerapan selanjutnya. Demonstrasi merupakan kegiatan memperkenalkan
teknologi kepada petani. Sedangkan Farmer Review Day (FRD) merupakan
evaluasi kegiatan yang telah telah dilaksanakan dari awal hingga akhir yang
terkait dengan komoditi utama yang berada di setiap Desa. Program READSI
dilaksanakan di Desa Paris, Payu dan Pilomonu.
Kelompok kegiatan READSI di Kecamatan Mootilango meliputi kegiatan
pekarangan yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT), kelompok
komoditi tanaman pangan (dalam hal ini khusus padi sawah dan jagung),
hortikultura, kakao dan kelapa. Petani penerima READSI di Kecamatan
Mootilango semuanya berjumlah 275 orang dengan rincian 100 orang petani dari
Desa Paris, 100 orang dari Desa Payu dan 75 orang petani dari Desa Pilomonu.
Pelaksanaan program READSI direncanakan selama lima tahun. Dalam
setahun pelaksanaan di Kecamatan Mootilango telah diselenggarakan Sekolah
Lapang dengan frekwensi pertemuan paling banyak 12 kali. Selain itu dilakukan
pelaksanaan demonstrasi dan Farmer Review Day (FDR) yaitu sejenis evaluasi
diri petani sebagai tindak lanjut dari intensitas komunikasi yang dilakukan oleh
penyuluh dan pendamping Desa.
49
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan petani secara
umum tinggi (skor rata-rata 77,66). Semua tingkat kemampuan petani berada
dalam kategori tinggi kecuali pada tingkat kemampuan beradaptasi yang berada
pada kategori sangat tinggi. Tingkat keberdayaan petani umumnya ditunjukkan
dari pengelolaan usahatani yang baik, teratur dan berkesinambungan. Kegiatan
READSI yang telah diikuti selama kurun waktu 1 tahun setidaknya sudah
membawa petani pada tingkat keberdayaan yang tinggi. Tingkat keberdayaan
petani pada setiap tingkat kemampuan ditunjukkan pada Tabel 15.
50
Kemampuan petani dalam mengakses pasar berada pada tingkat yang tinggi
dengan skor rata-rata 65,11. Namun demikian tidak semua petani telah memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mencari peluang pasar. Sebanyak 18,92% petani
masih kesulitan terutama untuk mencari peluang pasar terutama dalam hal
menentukan harga hasil usahatani. Dalam hal ini harga komoditi tanaman pangan
dan kakao banyak ditentukan oleh pedagang dan sangat dipengaruhi oleh musim.
Sedangkan peluang pasar banyak diperoleh petani pada kelompok komoditi
kelapa dan budidaya lahan pekarangan.
Tabel 15. Tingkat Keberdayaan Petani pada Setiap Tingkat Kemampuan
No. Tingkat Kemampuan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Akses pada informasi pertanian:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 0 0,00
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 7 9,46
d. 61 - 80 (tinggi 14 18,92
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 48 64,86
Jumlah 74
Rata-rata = 76,80
2. Pengambilan keputusan:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 6 8,11
c. 41 - 60 (sedang) 2 2,70
d. 61 - 80 (tinggi 5 6,76
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 60 81,08
Jumlah 74
Rata-rata = 78,10
3. Akses pada pasar:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 6 8,11
c. 41 - 60 (sedang) 7 9,46
d. 61 - 80 (tinggi 60 81,08
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 0 0,00
Jumlah 74
Rata-rata = 65,11
4. Pengelolaan usahatani
a. 0 - 20 (sangat rendah) 0 0,00
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 9 12,16
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 55 74,32
Jumlah 74
51
Rata-rata = 77,28
5. Bermitra:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 39 52,70
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 24 32,43
Jumlah 74
Rata-rata = 75,41
6. Beradaptasi:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 0 0,00
c. 41 - 60 (sedang) 4 5,41
d. 61 - 80 (tinggi 9 12,16
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 60 81,08
Jumlah 74
Rata-rata = 84,64
7. Tingkat keberdayaan:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 11 14,86
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 62 70,27
Jumlah 74
Rata-rata = 77,66
Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2020)
52
4.4.5. Tingkat Kemampuan Bermitra
Mitra merupakan sekelompok orang yang diharapkan dapat meningkatkan
keberdayaan petani. Mitra ini adalah para pihak seperti petani dalam kelompok
maupun kelompok lain, kelembagaan (baik selaku penyedia sarana produksi,
permodalan dan pemasaran maupun kelembagaan lainnya dalam agribisnis).
Kemampuan petani dalam bermitra (menjalin kemitraan) akan dapat memberikan
keuntungan bagi petani dalam banyak hal sejauh mitra tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kentingan positif dan terkait dengan pengelolaan usahatani.
pelaksanaan program READSI mampu membawa petani untuk banyak mengenal
kelembagaan terutama penyedia sarana produksi pertanian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan bermitra petani READSI berada pada
kategori tinggi (75,41). Namun demikian masih terdapat 14,85% petani yang
masih kesulitan dalam meningkatkan kemampuan bermitra. Pemanfaatan
hubungan komunikasi dengan petani baik dalam kelompok maupun antar
kelompok merupakan tahapan awal petani yang masih kesulitan dalam
meningkatkan kemampuan bermitra.
53
4.5. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi, Intensitas Pemberdayaan,
Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi, Ciri Kepribadian, Ketersediaan
Informasi dan Partisipasi Petani dalam Kelompok dengan Tingkat
Keberdayaan
4.5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi petani dalam penelitian ini digambarkan
melalui umur petani, pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan formal dan non
formal, tingkat kekosmopolitan dan skala usahatani. Karakteristik sosial ekonomi
memberikan gambaran keragaman diri petani penerima program READSI dalam
kaitannya dengan tingkat pemberdayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik sosial ekonomi petani berada pada kategori sedang (skor 49,08).
54
memiliki tingkat pemberdayaan yang lebih baik (di atas rata-rata) dan petugas
penyuluh dinilai mampu mengangkat petani dengan intensitas pemberdayaann
yang lebih rendah pada tingkat pemberdayaan yang tinggi. Lampiran 5
menunjukkan bahwa terdapat 32,43% petani yang memiliki intensitas
pemberdayaan dengan skor lebih dari 60.
55
dengan tingkat pemberdayaan (koefisien korelasi 0,274). Hal ini menunjukkan
bahwa ciri kepribadian petani menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
pemberdayaan petani. Kemampuan petani yang baik dalam mengelola
usahataninya merupakan faktor yang membuat petani menjadi berdaya dan kuat.
56
petani melalui kegiatan yang ada pada program READSI mampu meningkatkan
pemberdayaan petani.
Tabel 16. Hubungan Setiap Variabel (Koefisien Korelasi Rank-Spearman)
dengan Tingkat Pemberdayaan Petani
No. Variabel Koefisien Korelasi
1. Karakteristik Sosial Ekonomi 0,138
2. Intensitas Pemberdayaan 0,120
3. Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi Petani 0,342**
4. Ciri Kepribadian Petani 0,274*
5. Ketersediaan Informasi Pertanian 0,037
6. Partisipasi Petani dalam Kelompok 0,139
Sumber: Olahan Data Primer (2020)
* nyata pada taraf kepercayaan 95%
** nyata pada taraf kepercayaan 99%
57
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Secara umum tingkat pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani
berbasis READSI berada pada kategori tinggi (skor 77,66). Variabel
karakteristik sosial ekonomi petani dan intensitas pemberdayaan berada pada
kategori sedang. Sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial ekonomi, ciri
kepribadian petani, ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani
dalam kelompok berada pada kategori tinggi.
2. Variabel karakteristik sosial ekonomi petani, intensitas pemberdayaan,
ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani dalam kelompok
memiliki hubungan yang tidak nyata dengan tingkat pemberdayaan petani
dalam pengelolaan usahatani. Sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial
ekonomi dan ciri kepribadian petani berhubungan nyata dengan tingkat
pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (nyata pada taraf
kepercayaan 95% dan 99%).
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan atas hasil penelitian yaitu:
1. Diperlukan keterlibatan petugas penyuluh pertanian dan peran pendamping
petani di tingkat Desa dalam meningkatkan intensitas pemberdayaan.
2. Perlu mengidentifikasi petani untuk membentuk dan meningkatkan partisipasi
petani dalam kelompok agar lebih merata.
DAFTAR PUSTAKA
60
Sadono, D. 2012. Model Pemberdayaan Petani dalam Pengelolaan Usahatani Padi
di Kabupaten Karawang dan Cianjur Provinsi Jawa Barat. Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siagian, S.P. 2002. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (1995). Metode Penelitian Survai Edisi Revisi.
Jakarta.
Soebiyanto, F.X. 1998. Peranan Kelompok dalam Pengembangan Kemandirian
Petani dan Ketangguhan Berusahatani. Disertasi. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Boogor. Bogor.
Sugiharto dan T.J.R. Sitinjak. 2006. LISREL. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Alfabeta.
Bandung
Sukanto,S. 2006. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Rajawali. Jakarta.
Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju
Pengembangan Kemandirian Petani. Kasus di Provinsi Jawa Barat.
Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunuharyo. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai Upaya
Peningkatan Kinerja Karyawan. Malang.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu usahatani. Penebar Swadaya Grup.
Sutarto, J. 2008. Identifikasi Kebutuhan dan Sumber Belajar Pendidikan
Nonformal. Semarang.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian (Maret).
Wahyudi, D. 2016. Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta.
Wahyuni, S. 2003. Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem Usahatani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. Bogor.
Widarjono, A. 2017. Dampak penerbitan sukuk dan obligasi konvensional
terhadap return saham perusahaan di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Keuangan Islam. Jakarta.
Winardi. 2003. Manajemen Prilaku Organisasi. Prenada Media Group. Jakarta.
61
Yustina, I. dan A. Sudradjat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan: Didedikasikan kepada Prof. Dr. H.R. Margono Slamet. IPB
Press. Bogor.
62
Lampiran 2. Biodata Penulis
RIWAYAT HIDUP
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan
KUESIONER
1. Nama :
6. Pendidikan formal
a. SD b. SMP
c. SMA d. Diploma / Perguruan Tinggi
9. Saat ini bapak/ibu menjadi kelompok tani apa dalam program READSI?
64
10. Dengan siapa saja bapak/ibu selalu berhubungan dengan orang-orang di
sekitar yang terkait dengan pengembangan usahatani bapak/ibu? Berapa
sering hubungan/komunikasi/interaksi tersebut bapak/ibu lakukan?
Berikan jawaban yang menurut bapak/ibu paling sesuai pada pernyataan berikut
ini.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
C : Cukup
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
65
Penyuluh selalu melakukan evaluasi atau
11. penilai terhadap kegiatan usahatani yang telah
dilakukan
Penyuluh membuat kegiatan yang membuat
12.
kelompoktani lebih dinamis (banyak kegiatan)
Penyuluh selalu menyediakan waktu untuk
13. bertemu dengan kelompoktani sesuai
permintaan kelompoktani / petani
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
14.
mencari informasi kepada penyedia sarana
produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
15. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mencari informasi kepada penyediaan modal
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
16. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mengakses penyedia sarana produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
17. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mengakses penyedia modal
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
18.
bekerjasama dengan lembaga/toko penyedia
sarana produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
19.
bekerjasama dengan pedagang/toko atau
lembaga pemasaran lainnya
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
20.
bekerjasama dengan pabrik atau lembaga
pengolahan hasil lainnya
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
21.
bekerjasama dengan koperasi atau bank atau
lembaga permodalan lainnya
66
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memahami Program READSI dengan
1.
baik
Saya memahami maksud Pemerintah
2.
mencanangkan Program READSI
Tokoh tani selalu memberikan bantuan
3.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Tokoh tani selalu memberikan bimbingan
4.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Tokoh tani selalu memberikan pendampingan
5.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Mesin dan peralatan mampu menunjang
6.
kegiatan pertanian
Terdapat gudang yang memadai untuk
7.
menunjang kegiatan pertanian
Jalan / jalan raya yang ada memadai untuk
8.
mempermudah menjual hasil usahatani
Sarana angkutan / angkutan umum telah ada
9. dan terdapat dalam jumlah yang cukup untuk
mempermudah menjual hasil usahatani
Saya merasa mudah mendapatkan sarana
10.
produksi pertanian
Saya merasa mudah mendapatkan bantuan
11.
modal usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
12. bantuan kepada Penyuluh untuk membantu
permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
13. bantuan kepada Peneliti untuk membantu
permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
14. bantuan kepada ahli pertanian untuk
membantu permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
15. bantuan kepada lembaga penyuluhan untuk
membantu permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
16. bantuan kepada lembaga penelitian untuk
membantu permasalahan usahatani
67
No. Pernyataan STS TS C S SS
1. Saya merasa tekun dalam mengelola usahatani
68
No. Pernyataan STS TS C S SS
Informasi pertanian yang menunjang
9. kebutuhan petani terdapat muatan kebijakan
pembangunan pertanian
Informasi pertanian yang menunjang
10. kebutuhan petani terdapat muatan keaneka
ragaman usahatani
Informasi pertanian yang menunjang
11. kebutuhan petani terdapat muatan penerapan
teknologi tepat guna bagi petani
Frekwensi dalam 1
No. Pernyataan
bulan (kali)
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
1.
hamparan yang membahas:
a. Analisis masalah
b. Menentukan jenis kegiatan
c. Menentukan jenis sumberdaya yang akan
digunakan
d. Mencari sumber input yang akan digunakan
e. Besaran dana input yang akan diigunakan
f. Waktu kegiatan
g. Lokasi kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
2.
hamparan dalam kegiatan:
a. Sosialisasi
b. Rekrutmen sasaran (mencari anggota baru)
c. Membuat laporan kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
3.
hamparan dalam kegiatan:
a. Menilai tahapan perencanaan kegiatan
b. Menilai tahapan pelaksanaan kegiatan
c. Menilai tahapan pembuatan lapran kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
4. hamparan dalam kegiatan menikmati manfaat atau
hasil dari kegiatan
69
G. VARIABEL TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI DALAM
BERUSAHATANI
70
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
18.
mencari peluang pasar
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
19.
menentukan harga hasil panen
Saya memiliki keterampilan yang memadai
20.
untuk mencari peluang pasar
Saya memiliki keterampilan yang memadai
21.
untuk menentukan harga hasil panen
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
22.
merencanakan kegiatan usahatani yang saya
kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk membuat
23.
pembukuan sederhana atas kegiatan usahatani
yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
24.
menghitung dan menanggung risiko atas
kegiatan usahatani yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
25.
menemukan cara dan menggunakan teknologi
lokal atas kegiatan usahatani yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
26.
kerjasama dengan petani lain dalam satu
kelompok
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
27.
kerjasama dengan petani lain dalam kelompok
lain
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
28.
kerjasama dengan pedagang, toko atau
lembaga penyedia sarana produksi pertanian
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
29.
kerjasama dengan koperasi, bank atau
lembaga penyedia modal
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
30.
kerjasama dengan pedagang, toko atau
lembaga pemasaran lainnya
71
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
31. keterampilan yang memadai untuk menjalin
kerjasama dengan lembaga agribisnis lainnya
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
32. keterampilan yang memadai untuk
menghadapi perubahan pasar
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
33. keterampilan yang memadai untuk
menghadapi perubahan teknologi
72
Lampiran 4. Identitas responden
Jenis Umur Pengalaman Pendidikan
No Nama Desa
kelamin (tahun) (tahun) Formal
1 Purwani Maruae Perempuan Paris 23 2 SMA
2 Rustina Dunggio Perempuan Paris 44 15 Diploma
3 Zenab Nusi Perempuan Paris 25 3 SMA
4 Erwan Harun Laki-laki Paris 49 16 SMA
5 Amir Mustapa Laki-laki Paris 39 15 SD
6 Ali Ibrahim Laki-laki Paris 69 20 SD
7 Safrudin Pirus Laki-laki Paris 38 15 SMP
8 Yamin Abdullah Laki-laki Paris 37 14 Diploma
9 Nasaru Nggiu Laki-laki Paris 40 18 SMA
10 Rahman Nukusa Laki-laki Paris 47 15 SD
11 Kadir Maruwar Laki-laki Paris 40 9 SD
12 Yarpan Abdullah Laki-laki Paris 34 10 SD
13 Abd Hadi Pulu Laki-laki Paris 59 12 SD
14 Samino Samin Laki-laki Paris 43 8 SD
15 Saman Djafar Laki-laki Paris 52 10 SD
16 Abd Kadir Lamat Laki-laki Paris 54 9 SD
17 Ahm Suronoto Laki-laki Paris 54 10 SMA
18 Kanip Laki-laki Paris 38 4 SD
19 Saipul Nusi Laki-laki Paris 52 10 SD
20 Hadija Basiru Perempuan Paris 52 11 SD
21 Darwin Rauf Laki-laki Paris 68 12 SD
22 Abd Wahid Mah. Laki-laki Paris 49 10 SD
23 Ruaida Damalu Perempuan Paris 53 3 SD
24 Ongki Dunggio Laki-laki Pilomonu 29 2 SD
25 Saida Isa Perempuan Pilomonu 37 8 SD
26 Rison Lahabila Laki-laki Pilomonu 33 12 SD
27 Ibrahim Djafar Laki-laki Pilomonu 62 12 SD
28 Ulin Olabu Laki-laki Pilomonu 45 9 SD
29 Rostin Omili Perempuan Pilomonu 44 9 SD
30 Nurmin Sinto Perempuan Pilomonu 30 10 SD
31 Abd Hapit Musa Laki-laki Pilomonu 44 15 Diploma
32 Fandi Makruf Laki-laki Pilomonu 26 14 SMA
33 Arifin Limonu Laki-laki Pilomonu 44 12 SD
34 Gestin Lapamalu Laki-laki Pilomonu 51 5 SD
35 Hasan Lewo Laki-laki Pilomonu 41 6 SD
73
37 Zainab Mohd. Perempuan Pilomonu 37 3 SD
38 Akuba Husain Laki-laki Pilomonu 59 5 SD
39 Rikson Dunggio Laki-laki Pilomonu 49 4 SD
40 Fadli A Latif Laki-laki Pilomonu 26 4 SMP
41 Ibrahim Ahmd Laki-laki Pilomonu 35 6 SD
42 Tamrin Ma'ruf Laki-laki Pilomonu 52 12 SD
43 Nune Adam Laki-laki Pilomonu 55 11 SD
44 Udin Adam Laki-laki Pilomonu 65 12 SD
45 Muslim Adam Laki-laki Pilomonu 38 8 SD
46 Anton Suleman Laki-laki Payu 46 20 SD
47 Efendi Mointi Laki-laki Payu 49 17 SMA
48 Ervina Suleman Perempuan Payu 41 3 SD
49 Sri Eti Yaru Perempuan Payu 44 5 SD
50 Rajak Ali Laki-laki Payu 47 16 SD
51 Cili Panani Perempuan Payu 43 11 SD
52 Asna Karim Perempuan Payu 44 11 SD
53 Misran Tomayah Laki-laki Payu 38 16 Diploma
54 Kadir Agulu Laki-laki Payu 57 11 SD
55 Kisman Umar Laki-laki Payu 42 9 SD
56 Oyis Nungga Perempuan Payu 36 10 SD
57 Tuna Kadir Abd Laki-laki Payu 45 11 SD
58 Sopyan Nabu Laki-laki Payu 40 10 SD
59 Rahman Kadir Laki-laki Payu 46 9 SD
60 Yacob Towali Laki-laki Payu 50 10 SD
61 Ratna Ishak Perempuan Payu 50 11 SD
62 Arman Matolodu Laki-laki Payu 70 11 SD
63 Yahya Iskandar Laki-laki Payu 30 7 SD
64 Ram Ishak Laki-laki Payu 56 11 SD
65 Adnan Boutii Laki-laki Payu 63 12 SD
66 Ramin Inga Laki-laki Payu 65 12 SD
67 Kasim Hasan Laki-laki Payu 76 13 SD
68 Werni Ishak Laki-laki Payu 44 9 SD
69 Rasmin Gugu Laki-laki Payu 47 10 SD
70 Nina Sayiu Perempuan Payu 42 9 SD
71 Neli Husain Perempuan Payu 56 10 SD
72 Olan Idris Laki-laki Payu 35 4 SMA
73 Salma Karim Perempuan Payu 37 3 SMA
74 Laki-laki Payu 33 4 SD
74
Lampiran 4 (lanjutan). Identitas responden
Pend. Non Formal Luas Lahan Frek
No Nama Kelpk Tani
Jenis Frekw. (Ha) Kontak
1 Purwani Maruae SL 12 0.01 8 Pekr
2 Rustina Dunggio SL 12 0.05 9 Pekr
3 Zenab Nusi SL 12 0.01 8 Pekr
4 Erwan Harun SL 12 1.00 8 Tapang
5 Amir Mustapa SL 12 1.00 7 Tapang
6 Ali Ibrahim SL 12 2.00 5 Tapang
7 Safrudin Pirus SL 12 0.50 8 Tapang
8 Yamin Abdullah SL 12 0.75 9 Tapang
9 Nasaru Nggiu SL 12 0.75 8 Tapang
10 Rahman Nukusa SL 12 1.00 7 Tapang
11 Kadir Maruwar SL 12 1.00 9 Tapang
12 Yarpan Abdullah SL 12 0.50 9 Tapang
13 Abd Hadi Pulu SL 12 2.00 9 Tapang
14 Samino Samin SL 12 2.00 9 Tapang
15 Saman Djafar SL 12 1.50 9 Tapang
16 Abd Kadir Lamata SL 12 0.50 9 Tapang
17 Ahm Suronoto SL 12 0.50 9 Tapang
18 Kanip SL 12 1.00 9 Tapang
19 Saipul Nusi SL 12 1.50 9 Tapang
20 Hadija Basiru SL 12 0.50 9 Tapang
21 Darwin Rauf SL 12 1.00 9 Tapang
22 Abd Wahid Mah. SL 12 2.00 9 Tapang
23 Ruaida Damalu SL 12 0.01 8 Pekr
24 Ongki Dunggio SL 10 1.00 7 Horti
25 Saida Isa SL 10 1.00 8 Horti
26 Rison Lahabila SL 5 1.00 7 Kakao
27 Ibrahim Djafar SL 5 1.00 7 Kakao
28 Ulin Olabu SL 5 1.50 8 Kakao
29 Rostin Omili SL 12 0.03 7 Pekr
30 Nurmin Sinto SL 12 0.04 7 Pekr
31 Abd Hapit Musa SL 12 1.00 9 Tapang
32 Fandi Makruf SL 12 1.00 8 Tapang
33 Arifin Limonu SL 12 1.00 7 Tapang
34 Gestin Lapamalu SL 5 1.00 7 Kakao
35 Hasan Lewo SL 5 1.50 7 Kakao
75
36 Sulistia Harun SL 12 0.03 8 Pekr
37 Zainab Mohd. SL 12 0.03 8 Pekr
38 Akuba Husain SL 10 2.00 8 Horti
39 Rikson Dunggio SL 10 2.00 8 Horti
40 Fadli A Latif SL 12 1.00 9 Tapang
41 Ibrahim Ahmd SL 12 2.00 9 Tapang
42 Tamrin Ma'ruf SL 12 2.00 9 Tapang
43 Nune Adam SL 12 1.00 9 Tapang
44 Udin Adam SL 12 1.50 9 Tapang
45 Muslim Adam SL 12 1.00 9 Tapang
46 Anton Suleman SL 12 1.50 6 Tapang
47 Efendi Mointi SL 12 1.00 8 Tapang
48 Ervina Suleman SL 12 0.03 6 Pekr
49 Sri Eti Yaru SL 5 0.25 7 Kakao
50 Rajak Ali SL 10 1.00 7 Kelapa
51 Cili Panani SL 12 1.00 9 Tapang
52 Asna Karim SL 12 1.00 9 Tapang
53 Misran Tomayahu SL 12 1.00 9 Tapang
54 Kadir Agulu SL 12 2.00 9 Tapang
55 Kisman Umar SL 12 2.00 9 Tapang
56 Oyis Nungga SL 12 0.75 9 Tapang
57 Tuna Kadir Abd SL 12 1.00 9 Tapang
58 Sopyan Nabu SL 12 1.50 9 Tapang
59 Rahman Kadir SL 12 1.50 8 Tapang
60 Yacob Towali SL 10 2.00 8 Tapang
61 Ratna Ishak SL 10 2.00 8 Tapang
62 Arman Matolodula SL 10 1.75 8 Tapang
63 Yahya Iskandar SL 10 2.00 8 Kakao
64 Ram Ishak SL 5 1.00 7 Kakao
65 Adnan Boutii SL 5 1.00 7 Kakao
66 Ramin Inga SL 5 1.00 7 Kakao
67 Kasim Hasan SL 5 0.25 7 Kakao
68 Werni Ishak SL 5 0.25 7 Kakao
69 Rasmin Gugu SL 12 0.03 9 Pekr
70 Nina Sayiu SL 12 0.03 9 Pekr
71 Neli Husain SL 12 0.02 9 Pekr
72 Olan Idris SL 12 0.02 9 Pekr
73 Salma Karim SL 12 0.03 9 Pekr
74 Muhrim Kadir SL 5 1.00 7 Kakao
76
Lampiran 5. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
Variabel Karakteristik Sosial
No. Nama Ekonomi (X1) Jumlah Skor
1 2 3 4 5 6
1 Purwani Maruae 1 1 3 9 1 5 56
2 Rustina Dunggio 3 5 4 9 5 5 100
3 Zenab Nusi 1 1 3 9 1 5 56
4 Erwan Harun 3 5 3 9 2 5 84
5 Amir Mustapa 2 5 1 3 2 5 48
6 Ali Ibrahim 5 5 1 1 3 5 56
7 Safrudin Pirus 2 5 2 9 1 5 72
8 Yamin Abdullah 2 4 4 9 2 5 80
9 Nasaru Nggiu 2 5 3 4 2 5 60
10 Rahman Nukusa 3 5 1 3 2 5 52
11 Kadir Maruwar 2 3 1 4 2 5 44
12 Yarpan Abdullah 2 3 1 4 1 5 40
13 Abd Hadi Pulu 4 4 1 4 3 5 60
14 Samino Samin 2 2 1 4 3 5 44
15 Saman Djafar 3 3 1 4 3 5 52
16 Abd Kadir Lamata 4 3 1 4 1 5 48
17 Ahm Suronoto 4 3 3 4 1 5 56
18 Kanip 2 1 1 4 2 5 36
19 Saipul Nusi 3 3 1 9 3 5 72
20 Hadija Basiru 3 3 1 9 1 5 64
21 Darwin Rauf 5 4 1 9 2 5 80
22 Abd Wahid Mah. 3 3 1 9 3 5 72
23 Ruaida Damalu 3 1 1 9 1 5 56
24 Ongki Dunggio 1 1 1 3 2 4 24
25 Saida Isa 2 2 1 9 2 4 56
26 Rison Lahabila 1 4 1 3 2 1 24
27 Ibrahim Djafar 4 4 1 3 2 1 36
28 Ulin Olabu 3 3 1 4 3 1 36
29 Rostin Omili 3 3 1 3 3 5 48
30 Nurmin Sinto 1 3 1 3 4 5 44
31 Abd Hapit Musa 3 5 4 4 2 5 68
32 Fandi Makruf 1 4 3 9 2 5 72
33 Arifin Limonu 3 4 1 3 2 5 48
34 Gestin Lapamalu 3 1 1 3 2 1 20
35 Hasan Lewo 2 2 1 3 3 1 24
77
36 Sulistia Harun 1 3 3 4 3 5 52
37 Zainab Mohd. 2 1 1 4 3 5 40
38 Akuba Husain 4 1 1 4 3 4 44
39 Rikson Dunggio 3 1 1 4 3 4 40
40 Fadli A Latif 1 1 2 4 2 5 36
41 Ibrahim Ahmd 2 2 1 4 3 5 44
42 Tamrin Ma'ruf 3 4 1 4 3 5 56
43 Nune Adam 4 3 1 4 2 5 52
44 Udin Adam 5 4 1 4 3 5 64
45 Muslim Adam 2 2 1 4 2 5 40
46 Anton Suleman 3 5 1 2 3 5 52
47 Efendi Mointi 3 5 3 4 2 5 64
48 Ervina Suleman 2 1 1 2 3 5 32
49 Sri Eti Yaru 3 1 1 3 1 1 16
50 Rajak Ali 3 5 1 3 2 4 48
51 Cili Panani 2 3 1 4 2 5 44
52 Asna Karim 3 3 1 4 2 5 48
53 Misran Tomayahu 2 5 4 4 2 5 64
54 Kadir Agulu 4 3 1 4 3 5 56
55 Kisman Umar 2 3 1 4 3 5 48
56 Oyis Nungga 2 3 1 4 2 5 44
57 Tuna Kadir Abd 3 3 1 4 2 5 48
58 Sopyan Nabu 2 3 1 4 3 5 48
59 Rahman Kadir 3 3 1 4 3 5 52
60 Yacob Towali 3 3 1 4 3 4 48
61 Ratna Ishak 3 3 1 4 3 4 48
62 Arman Matolodula 5 3 1 4 3 4 56
63 Yahya Iskandar 1 2 1 4 3 4 36
64 Ram Ishak 4 3 1 3 2 1 32
65 Adnan Boutii 4 4 1 3 2 1 36
66 Ramin Inga 5 4 1 3 2 1 40
67 Kasim Hasan 5 4 1 3 1 1 36
68 Werni Ishak 3 3 1 3 1 1 24
69 Rasmin Gugu 3 3 1 4 3 5 52
70 Nina Sayiu 2 3 1 4 3 5 48
71 Neli Husain 4 3 1 4 2 5 52
72 Olan Idris 2 1 3 4 2 5 44
73 Salma Karim 2 1 3 4 3 5 48
74 Muhrim Kadir 1 1 1 3 2 1 12
Rata-rata 49.0811
78
Lampiran 6. Hasil Olah data Korelasi Rank-Spearman SPSS
NONPAR CORR
/VARIABLES=X Y
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Correlations
karak_sosek tkt_keberdayaa
n
N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .138 1.000
N 74 74
Correlations
intens_pemberda tkt_keberda
yaan yaan
N 74 74
Correlations
fisik_sosek tkt_keberdayaan
N 74 74
Correlations
ciri_kepribadian tkt_keberdayaan
N 74 74
Spearman's rho
*
Correlation Coefficient .274 1.000
N 74 74
Correlations
ketersediaan_ tkt_keberdayaan
informasi
Correlations
partisipasi_kelpk tkt_keberdayaan
N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .139 1.000
N 74 74
80