Anda di halaman 1dari 93

PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS PROGRAM RURAL

EMPOWERTMENT AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT


SCALLING UP INNITIATIVE (READSI)
DI KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

SKRIPSI

GUMILANG TAMU
NIM. B01416026

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020
PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS PROGRAM RURAL
EMPOWERTMENT AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT
SCALLING UP INNITIATIVE (READSI)
DI KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang


pendidikan Sarjana

GUMILANG TAMU
NIM. B01416026

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemberdayaan Petani Berbasis


Program RURAL EMPOWERTMENT AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT
SCALLING UP INNITIATIVE (READSI) di Kecamatan Mootilango Kabupaten
Gorontalo adalah karya saya di bawah arahan komisi pembimbing. Skripsi ini
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun
dan bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Apabila dikemudian hari ditemukan unsur-unsur plagiat maka saya bersedia
menerima sanksi hukum dan akademik sesuai ketentuan yang berlaku.

Gorontalo, Agustus 2020

Gumilang Tamu
NIM. B01416026
PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Pemberdayaan Petani Berbasis Program RURAL


EMPOWERTMENT AND AGRICULTURAL
DEVELOPMENT SCALLING UP INNITIATIVE
(READSI) di Kecamatan Mootilango Kabupaten
Gorontalo
Nama : Gumilang Tamu
NIM : B014160426
Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM Susan Mokoolang, S.Pt, M.Si


NIDN: 0928086901 NIDN: 0910049001

Mengetahui,

Dekan Plt. Ketua


Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Program Studi Agribisnis

Mohamad Sayuti Djau, S.IK, M.Si Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM


NIDN: 0902118203 NIDN: 0928086901
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Penelitian : Pemberdayaan Petani Berbasis Program RURAL


EMPOWERTMENT AND AGRICULTURAL
DEVELOPMENT SCALLING UP INNITIATIVE
(READSI) di Kecamatan Mootilango Kabupaten
Gorontalo
Nama : Gumilang Tamu
NIM : B01416026
Program Studi : Agribisnis

Telah dinyatakan lulus ujian tanggal Februari 2019

KOMISI PENGUJI

1. Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM ( .............................................. )

2. Susan Mokoolang, S.Pt, M.Si ( .............................................. )

3. Suryadi Ilato, S.Pt, M.Si ( .............................................. )

4. Asruddin, S.Pi, M.Si ( .............................................. )

Mengetahui

Dekan Plt. Ketua


Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Program Studi Agribisnis

Mohamad Sayuti Djau, S.IK, M.Si Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM


NIDN: 0902118203 NIDN: 0928086901
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’aalamien,
Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SwT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul ”Pemberdayaan Petani Berbasis READSI di Kecamatan Mootilango
Kabupaten Gorontalo”.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada para
pembimbing, Ir. Taufik Jarot Andrayanto, MM dan Susan Mokoolang, S.Pt, M.Si.
Para pembimbing telah mengarahkan penulis untuk menyelesaikan hasil
penelitian ini. Skripsi ini terselesaikan atas bantuan pembimbing, oleh karena itu
penulis panjatkan doa semoga Allah SwT menjadikannya sebagai pahala. Ucapan
terima kasih kepada para penguji, Suryadi Ilato, S.Pt, M.Si dan Asruddin, S.Pi,
M.Si atas segala kritik dan masukan yang berharga demi perbaikan penulisan
karya ilmiah ini.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada bapak Dr. dr. Muhammad
Isman Jusuf, Sp.S selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo, para
Wakil Rektor (Prof. Dr. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum, Drs. Sjamsudin N Tuli,
M.Si, Dr. Ir. Hasim, M.Si dan Dr. Munkizul Umam Kau, S.Phil.I, M.Fil), Dekan
Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian (Ir. Denny Latama, MM yang pada masa akhir studi
penulis telah digantikan oleh Mohamad Sayuti Djau, S.IK, M.Si) dan Ketua
Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian (Dewa Oka Suparwata,
SP, MP yang pada masa akhir studi penulis telah digantikan oleh Ir. Taufik Jarot,
MM) atas segala dukungan moril dan materiil maupun bantuan dalam
memfasilitasi selama penulis belajar di Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas
Muhammadiyah Gorontalo. Terimakasih penulis sampaikan kepada staf Tata
Usaha Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Gorontalo (pak
Muslim, pak Yanto dan bu Ririn), segenap staf pengajar Fakultas Fakultas Ilmu-
ilmu Pertanian, teman-teman seperjuangan di kelas Prodi Agribisnis (terutama
sahabatku Fatmawati Gubali), para petani binaan yang telah bersedia menjadi
narasumber penelitian ini, semoga Allah SwT selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada bapak ibu semuanya.
Ucapan khusus penulis sampaikan kepada Papa dan Mama, suami tercinta,
anak-anak dan keluarga besar yang tidak henti-hentinya mendukung penulis untuk
segera menyelesaikan studi ini. Kepada semua pihak yang membantu demi
kelancaran studi dan penelitian ini penulis haturkan banyak terima kasih, semoga
Allah SwT membalas kebaikan bapak ibu semuanya. Aamien ya Rabbal
‘Alamien. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga Allah SwT memberikan ridho-Nya atas segala upaya
kita.

Gorontalo, Agustus 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

GUMILANG TAMU. Pemberdayaan Petani Berbasis Program READSI di


Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Dibimbing oleh TAUFIK JAROT
ANDRAYANTO sebagai Pembimbing 1 dan SUSAN MOKOOLANG sebagai
Pembimbing 2.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Tujuan


penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penentu dan tingkat
keberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani berbasis program READSI serta
menganalisis hubungan faktor penentu dengan tingkat pemberdayaan petani
berbasis program READSI di Kecamatan Motilango. Penelitian dilakukan
terhadap 73 pemuda yang tersebar di tujuh dusun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum tingkat pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani
berbasis READSI berada pada kategori tinggi (skor 77,66). Variabel karakteristik
sosial ekonomi petani dan intensitas pemberdayaan berada pada kategori sedang.
Sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial ekonomi, ciri kepribadian petani,
ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani dalam kelompok berada
pada kategori tinggi. Variabel karakteristik sosial ekonomi petani, intensitas
pemberdayaan, ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani dalam
kelompok memiliki hubungan yang tidak nyata dengan tingkat pemberdayaan
petani dalam pengelolaan usahatani. Sedangkan variabel lingkungan fisik dan
sosial ekonomi dan ciri kepribadian petani berhubungan nyata dengan tingkat
pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (nyata pada taraf kepercayaan
95% dan 99%).

Kata kunci: Pemberdayaan, READSI, Mootilango.


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................... 3
1.3. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .


2.1. Pengertian Kelompoktani ............................................................. 6
2.1.1. Pemberdayaan Kelompok Tani ........................................... 8
2.1.2. Strategi Pemberdayaan Kelompoktani ............................... 10
2.2. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan .................................. 11
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi dalam
Keberdayaan Petani ..................................................................... 15
2.4. Program Readsi ............................................................................ 16
2.5. Penelitian Terdahulu .................................................................... 18
2.6. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 20
2.7. Definisi Operasional ..................................................................... 21
2.8. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 23

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 24
3.2. Disain Penelitian ........................................................................... 24
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 24
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 25
3.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 26
3.6. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian ...................................... 27
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 35
3.7.1. Uji Validitas ....................................................................... 36
3.7.2. Uji Reliabilitas ................................................................... 36
3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 39
4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Mootilango ...................... 39
4.1.2. Gambaran Umum Desa Paris .......................................... 41
4.1.3. Gambaran Umum Desa Payu .......................................... 42
4.1.4. Gambaran Umum Desa Pilomonu .................................... 42
4.2. Karakteristik Petani Penerima Program READSI ....................... 43
4.3. Deskripsi Pelaksanaan Program READSI ................................... 48
4.4. Tingkat Keberdayaan Petani pada Program READSI ................. 49
4.4.1. Tingkat Mengakses Informasi Pertanian ......................... 50
4.4.2. Tingkat Kemampuan Mengambil Keputusan .................. 50
4.4.3. Tingkat Kemampuan Mengakses Pasar ........................... 50
4.4.4. Tingkat Kemampuan Pengelolaan Usahatani .................. 52
4.4.5. Tingkat Kemampuan Bermitra ........................................ 52
4.4.6. Tingkat Kemampuan Beradaptasi ................................... 53
4.5. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi, Intensitas
Pemberdayaan, Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi, Ciri
Kepribadian, Ketersediaan Informasi dan Partisipasi Petani
dalam Kelompok dengan Tingkat Keberdayaan .......................... 53
4.5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi .......................................... 53
4.5.2. Intensitas Pemberdayaan ................................................. 54
4.5.3. Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi ............................ 54
4.5.4. Ciri Kepribadian Petani ................................................... 55
4.5.5. Ketersediaan Informasi Pertanian ................................... 55
4.5.6. Partisipasi Petani dalam Kelompok ................................ 56

BAB V. PENUTUP
5.1. Simpulan ...................................................................................... 57
5.2. Saran ........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58


LAMPIRAN .............................................................................................. 58

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian .......... 26
3. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel karakteristik sosial ekonomi petani ...... 27
4. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel intensitas pemberdayaan ....................... 28
5. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel fisik dan sosial ekonomi ....................... 29
6. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel ciri kepribadian petani ......................... 30
7. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel ciri kepribadian petani .......................... 31
8. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel partisipasi petani dalam kelompok ........ 32
9. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori
pengukuran variabel tingkat keberdayaan petani dalam
berusahatani ............................................................................ 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memandirikan
masyarakat sesuai dengan kemampuannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup. Pemberdayaan masyarakat dapat digunakan untuk mengakses sumberdaya
lokal sebaik mungkin. Proses pemberdayaan tersebut menempatkan masyarakat
sebagai pihak utama atau sebagai pusat pengembangan.
Pemberdayaan pada prinsipnya mengisyaratkan bahwa masyarakat perlu
menganalisis tantangan utama pembangunan dan mengajukan kegiatan-kegiatan
yang dirancang untuk mengatasi masalah sosial yang dihadapi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat berhubungan erat dengan pelaksanaan keberlanjutan
pembangunan masyarakat, karena pemberdayaan merupakan prasyarat utama
untuk memobilisasi masyarakat menuju keberlanjutan pembangunan masyarakat
yang sejahtera baik secara ekonomi, sosial, teknologi, budaya dan ekologi yang
dinamis (Bahua, 2015).
Pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dari individu atau kelompok
masyarakat yang menghendaki perubahan pada kehidupan sosialnya.
Keberdayaan merupakan kekuatan atau kemampuan individu/kelompok/
masyarakat dalam melakukan kendali atas kehidupannya sendiri dengan
mengadakan kerjasama dan kesaling-tergantungan dengan pihak lain secara
setara, saling menguntungkan dan berkelanjutan serta mampu bertindak tepat
terhadap isu-isu yang penting sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
(Sadono, 2012). Dalam kaitannya dengan bidang pertanian, keberdayaan petani
dalam berusahatani adalah perwujudan kemampuan petani secara utuh yang
mampu untuk memilih dan memanfaatkan secara optimal kapasitas atau
kemampuan diri dan sumberdaya yang tersedia dalam berusahatani sesuai dengan
kesadaran mampu berbuat tanpa tersubordinasi oleh pihak lain, yang diyakini
paling tinggi manfaatnya dengan senantiasa memanfaatkan perkembangan ilmu
dan teknologi serta bekerjasama dengan pihak lain secara setara dan saling
menguntungkan.
Sejalan dengan konsep pemberdayaan masyarakat, kebijakan pembangunan
penyuluhan pertanian menempatkan petani sebagai pelaku utama dan pelaku
usaha sebagai bagian dari masyarakat yang ikut menentukan arah pembangunan
pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan
masyarakat yang berupaya untuk memberikan kekuatan kepada petani dalam
mengelola usahatani sesuai dengan kemampuannya (Bahua, 2015).
Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang dapat memberikan
informasi dan pembelajaran kepada petani sesuai dengan permasalahan sosial
yang dihadapi petani melalui media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perilaku petani. Kebijakan pembangunan penyuluhan pertanian merupakan aras
utama dalam penajaman arah baru pembangunan nasional seiring dengan agenda
reformasi pembangunan pertanian yaitu pembangunan yang demokratis untuk
meningkatkan kesejahteraan petani.
Provinsi Gorontalo masih mengandalkan pada sektor pertanian untuk
menggenjot perekonomian setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Selama periode
2016-2018 sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo yaitu rata-rata
sebesar 37,28%. Nilai PDRB dari sektor pertanian pada tahun 2018 tercatat
sebesar Rp. 10,022 trilyun. Namun demikian laju pertumbuhan sektor pertanian
pada kurun waktu 2010-2019 menunjukkan perlambatan rata-rata sebesar 10,85%
per tahun (BPS Provinsi Gorontalo, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah harus terus memacu sektor pertanian baik melalui peningkatan
produksi dan produktivitasnya. Dengan demikian segenap daya upaya pemerintah
harus diarahkan untuk mendukung peningkatan sektor pertanian di semua aspek.
Kegiatan sektor pertanian sebagian besar dilakukan di wilayah pedesaan
sebagaimana umumnya di semua wilayah di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri
pula bahwa kemiskinan didominasi oleh masyarakat pedesaan yang sebagian
besar berprofesi sebagai petani atau melaksanakan kegiatan usahatani. Berbagai
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sebagian besar bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa terutama kelompok petani. Salah

2
satu program Pemerintah yaitu Rural Empowerment and Agricultural
Development Scaling-up Initiative (READSI).
READSI merupakan program pemberdayaan perdesaan dan pengembangan
pertanian dimana program yang dilaksanakan di Provinsi Gorontalo yang
merupakan replikasi atau keberlanjutan dari program READ sebelumnya yang
dilaksanakan di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Kalimantan
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di Provinsi Gorontalo, pelaksanaan program
READSI pada tahun pertama dititikberatkan pada pengembangan dan
pemberdayaan sumberdaya manusia dalam hal ini petani. Kegiatan tersebut
mencakup pengembangan usahatani padi sawah, jagung, kakao, hortikultura dan
pemanfaatan pekarangan.
Kecamatan Mootilango merupakan salah satu dari enam kecamatan
penerima Program READSI di Kabupaten Gorontalo. Program dilaksanakan di
tiga desa sejak dengan salah satu tujuannya adalah memperkuat kelembagaan
petani dan menumbuhkan regenerasi petani selain tentunya mengurangi angka
kemiskinan di pedesaan. Terkait dengan uraian tersebut, perlu dilakukan sebuah
penelitian yang bertajuk “Pemberdayaan Petani Berbasis Program READSI di
Kecamatan Mootilango” meskipun pelaksanaan program baru menginjak tahun
pertama. Rencana ini didasari pertimbangan bahwa pelaksanaan awal program
adalah pada penguatan sumberdaya manusia dalam hal ini petani melalui
pengembangan pada beberapa kegiatan usahatani.

1.2. Identifikasi Masalah


Partisipasi atau peran serta petani mempunyai fungsi yang sangat penting
yang didasarkan pada pertimbangan bahwa petani dapat berperan sebagai obyek
dan subyek pembangunan. Kesediaan petani untuk mengambil bagian dalam
penyelenggaraan suatu program pembangunan merupakan indikasi adanya
kemampuan awal untuk berkembang secara mandiri.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel terhadap
tingkat keberdayaan petani di lokasi atau wilayah yang telah memperoleh
Program READSI. Keberdayaan petani dinilai menjadi suatu keniscayaan

3
sehingga hal ini akan turut mempengaruhi pelaksanaan program yang masih
berjalan selama beberapa tahun mendatang. Petani yang telah berdaya diharapkan
akan lebih mudah mengikuti pelaksanaan program sehingga tujuan program
secara keseluruhan dapat terwujud. Program READSI yang telah berjalan
diharapkan telah mampu memberdayakan petani sehingga petani dapat
mengambil keputusan terbaik dan menguntungkan bagi usahataninya (better
business). Dalam kegiatan pemberdayaan petani melalui Program READSI juga
ditumbuhkan kegiatan dalam kelompok tani dan difungsikan sebagai media
belajar sesama anggota kelompok sehingga diharapkan keberdayaan petani akan
meningkat.
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi terkait dengan pemberdayaan
petani adalah kondisi sosial ekonomi petani, keragaan dan skala usahatani yang
dijalankan, persepsi dan perilaku petani terhadap pelaksanaan program pemerintah
dan partisipasi serta kompetensi penyuluh sebagai pelaku perantara ilmu
pengetahuan dan inovasi kepada petani. Pendekatan penyuluhan yang
berkesesuaian untuk memberdayakan petani adalah dengan pendekatan yang
mengutamakan petani (farmer first) sehingga dengan demikian petani harus
menjadi tokoh sentral dan pelaku utama untuk menuju keberdayaan tersebut.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah:
1. Sejauh mana terdapat faktor-faktor penentu dan tingkat keberdayaan petani
dalam pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan
Mootilango Kabupaten Gorontalo?
2. Bagaimana hubungan faktor-faktor penentu terhadap tingkat keberdayaan
petani dalam pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan
Mootilango Kabupaten Gorontalo?

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

4
1. Menganalisis faktor-faktor penentu dan tingkat keberdayaan petani dalam
pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan Mootilango
Kabupaten Gorontalo.
2. Menganalisis hubungan faktor-faktor penentu terhadap tingkat keberdayaan
petani dalam pengelolaan usahatani berbasis Program READSI di Kecamatan
Mootilango Kabupaten Gorontalo.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai:
1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi petani, dapat digunakan sebagai masukan guna pengambilan keputusan
dalam usahatani jagung yang efisien sehingga dapat memberikan keuntungan
yang optimal.
4. Bagi Dinas Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo, diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam melanjutkan pelaksanaan Program
READSI.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kelompoktani


Pengertian kelompoktani pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari
pengertian kelompok itu sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang yang
memiliki tujuan bersama yang berinteraksi antara satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan bersama, saling mengenal dan memandang mereka bagian dari
kelompok tersebut. Mulyana (2005) mengatakan bahwa kelompok pada dasarnya
adalah gabungan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan memiliki
struktur tertentu. Struktur dari suatu kelompok adalah susuan dari pola antar
hubungan intern yang mendekati stabil yang terdiri dari (a) suatu rangkaian status
atau kedudukan para anggotanya yang hirarkis, (b) peranan sosial yang berkaitan
dengan status itu, (c) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma yang
mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur.
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tanggal 13
April 2007 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani menyebutkan bahwa
kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Kelompoktani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk
dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antar petani. Surat keputusan tersebut
dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan untuk memonitor atau mengevaluasi
kinerja kelompoktani. Kinerja tersebut akan menentukan tingkat kemampuan
kelompok (Kementerian Pertanian, 2007).
Terdapat beberapa hal yang menurut Sukanto (2006) harus menjadi ciri
kelompok, yaitu setiap anggota kelompok harus sadar bahwa sebagai bagian dari
kelompok ada hubungan timbal balik antar sesama anggota, dan terdapat suatu
faktor yang memiliki kebersamaan oleh para anggota sehingga hubungan di antara
mereka semakin kuat. Sedangkan Winardi (2003) menambahkan bahwa ciri-ciri
suatu kelompok yaitu (a) terdapat suatu interaksi antar anggota yang berlangsung
secara terus menerus untuk waktu yang relatif lama, (b) setiap anggota menyadari
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan sebaliknya bahwa
kelompok mengakui keberadaannya sebagai anggota, (c) adanya kesepakatan
bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-nilai yang
dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, dan (d) adanya struktur
dalam suatu kelompok, dalam artian bahwa para anggotanya mengetahui adanya
hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang
semuanya tumbuh di dalam kelompok tersebut.
Menurut Mardikanto (2013), kelompoktani adalah himpunan atau kesatuan
yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Beberapa
keuntungan dari pembentukan kelompoktani antara lain adalah:
1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok;
2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar
petani;
3. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru;
4. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani;
5. Semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan dengan input
(masukan) atau output (produk yang dihasilkannya);
6. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta
pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan pertimbangan utama bagi dibentuknya kelompoktani adalah:
1. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumberdaya yang
tersedia;
2. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan, dan
3. Adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk terikat oleh
sesuatu.
Menurut Syahyuti (2007), kelembagaan di dunia pertanian terdiri atas lima
kelompok, yaitu kelembagaan sarana input produksi, kelembagaan produksi,
kelembagaan pengolahan hasil, kelembagaan pemasaran dan kelembagaan

7
pendukung. Sementara menurut Ambarsari et al. (2007), bahwa kelembagaan
yang bergerak di bidang usahatani produksi meliputi rumah tangga petani sebagai
unit usaha terkecil dan kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani.

2.1.1. Pemberdayaan Kelompoktani


Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan
dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan sosial. Hal ini
karena pemberdayaan merupakan prasyarat yang memungkinkan setiap orang
dapat memiliki kekuatan yang menjadi modal dasar bagi pelaksanaan proses
aktualisasi eksistensinya. Oleh sebab itu orientasi pemberdayaan masyarakat pada
dasarnya adalah upaya mewujudkan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab
serta menjadi semakin efektif dan efisien secara struktural baik dalam bidang
ekonomi, sosial maupun budaya (Grossman dan Krueger, 2004).
Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis dan
peningkatan peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan lain dengan
menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak lain terkait untuk
mengembangkan usaha petani. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan
dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggota
kelompok tani secara lebih efektif dan memudahkan dalam mengakses informasi,
pasar, teknoligi, permodalan dan sumberdaya lainnya. Anantanyu (2009)
mengatakan bahwa keberadaan kelompok tani akan sangat membantu kegiatan
usahatani, mengingat bahwa program-program pembangunan semakin sulit untuk
menjangkau petani kecil secara individu yang jumlahnya sangat banyak.
Menurut Ramadhan (2013), konsep tentang pemberdayaan mengarah pada
satu tujuan utama yaitu keberpihakan dan kepedulian dalam memerangi
pengangguran, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan masyarakat, dengan
cara membuat mereka untuk berdaya, punya semangat bekerja untuk membangun
diri mereka sendiri. Pemberdayaan pada kelompok tani diharapkan dapat
meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang
lebih baik bagi seluruh warga tani melalui kegiatan-kegiatan yang mengarahkan
petani untuk mendapatkan daya dan kemampuan. Upaya pemberdayaan harus

8
terarah dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan.
Pemberdayaan petani pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan
kolektif dalam memperbaiki kehidupan petani yang dilakukan melalui program
peningkatan kapasitas, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung
(disadvantages groups) agar memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup,
melaksanakan kegiatan ekonomi, menjangkau dan memobilisasi sumber serta
berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Hendrastuti, 2010). Program-program
pelatihan, pemberian modal usaha, perluasan akses terhadap pelayanan sosial dan
peningkatan kemandirian dalam proses pemberdayaan diarahkan agar kelompok
lemah tersebut memiliki kemampuan atau keberdayaan.
Pengembangan kelembagaan tani secara objektif lebih berdaya manakala
seperti kelembagaan lokal yang dikelola oleh masyarakat petani sendiri bahkan
tanpa campur tangan pemerintah. Mardikanto (2013) menyebutkan bahwa dalam
proses pengambalan keputusan, kelompoktani semacam ini justru lebih mampu
bertahan bahkan dalam menghadapi pasang surutnya situasi kelembagaan
pertanian di tingkat yang lebih tinggi (kecamatan dan kabupaten). Kelompok
seperti inilah yang dinilai mengarah pada terwujudnya efektivitas kelompok
petani sebagai kelembagaan pangan pedesaan, yang ditandai dengan
kecenderungan bahwa kelompok tani tersebut benar-benar berfungsi sebagai
instrumen bagi anggota (petani) untuk memenuhi kepentingan anggota dan
biasanya dikembangkan oleh kesadaran petani untuk memenuhi kebutuhan para
anggota kelompok. Kelompok yang dibentuk dari bawah semacam ini memiliki
kecenderungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan minat anggota serta memiliki
komitmen anggota yang tinggi. Kelompoktani lebih efektif sebagai wahana atau
media untuk mewujudkan bargaining position (mencapai posisi tawar yang
disepakati) untuk mewujudkan kesejahteraan petani.
Wahyuni (2003) mengatakan bahwa penguatan peran serta dan kinerja
petani sebagai pelaku pembangunan harus terus didorong seluas-luasnya melalui
program-program penyuluhan atau program pendampingan menuju suatu

9
kemandirian petani. Disamping itu pula perlu dilakukan pengembangan
organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani tersebut diharapkan dapat
membebaskan petani dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju kehidupan
yang lebih sejahtera.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kinerja petani meliputi pengembangan aspek kelompok atau organisasi yang
dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisasikan kegiatan produktif petani,
mengembangkan jaringan antar kelompok atau organisasi petani yang terbentuk
dan berperan dalam pengembangan potensi petani. Selain itu kemampuan
kelompok tani dalam mengakses sumberdaya luar dapat mendukung
pengembangan petani baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, teknologi
dan manajemen. Kelompok tani perlu pula untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan teknis dan manajerial kelompok petani sehingga berbagai masalah
teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik (Ghalia, 2005).

2.1.2. Strategi Pemberdayaan Kelompoktani


Menurut Mardikanto dan Soebianto (2012), strategi ialah suatu proses
sekaligus produk yang penting dan berkaitan dengan pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Parsons et al., dalam Mardikanto dan Soebianto (2012), bahwa proses
pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif meskipun tidak semua
intervensi fasilitator dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi,
strategi pemberdayaan bisa dilakukan secara individual meskipun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien (penerima manfaat) dengan
sumber atau sistem lain di luar dirinya.
Salah satu satu strategi pemberdayaan kelompok tani adalah menggerakkan
dinamika kelompok. Dinamika kelompok menurut Kementerian Pertanian RI
(2008) merupakan suatu metode dan proses yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai kerjasama kelompok. Metode dan proses dinamika kelompok berusaha
menumbuhkan dan membangun kelompok yang semula terdiri dari satu kesatuan

10
kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaian yang
disepakati bersama. Tujuan dari dinamika kelompok adalah meningkatkan proses
interaksi antara anggota kelompok, meningatkan produktivitas anggota kelompok,
mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, lebih maju serta
meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya. Unsur-unsur dinamika kelompok
terdiri dari tujuan kelompok, kekompakan kelompok, struktur kelompok, fungsi
tugas kelompok, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok,
efektivitas kelompok, tekanan kelompok dan maksud di luar keinginan kelompok.
Karsidi (2001) menyatakan bahwa untuk mewujudkan kelompoktani yang
lebih berdaya dan efektif, pemerintah perlu berperan dalam mendorong dan
mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi dan wawasan
keorganisasian. Hal ini karena kepemimpinan tersebut telah memiliki energi sosial
dan kemampuan manajemen kelompok informal dan lokal yang efektif. Selain itu
peran pemerintah lebih ditekankan pada kompetensi anggota yang lebih
berorientasi kepada pengembangan sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan
kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat syarat yaitu terpercaya,
kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama yang tinggi dalam
pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan kepentingan
anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja dan dinamika
kelompok tani.

Menurut Wahyuni (2003), salah satu metode pemberdayaan untuk


memaksimalkan kinerja kelompok tani yang telah dilakukan adalah corporate
farming (CF) yaitu suatu program yang menawarkan kerjasama dalam
pengelolaan usahatani agar memberikan hasil maksimal. Pengkajian CF secara
khusus diawali dengan sosialisasi program tentang manfaat dan keuntungan
mengelola usahatani secara bersama-sama diikuti dengan kesepakatan oleh petani
untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan secara berkelompok dan
kegiatan yang masih akan dilakukan secara individu.

11
2.2. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan
Praktek penyuluhan pertanian terutama pada masa Orde Baru lebih
mengedepankan pendekatan transfer of technology. Menurut Mosher (1978)
dalam Sadono (2012), sebagian ahli pembangunan pertanian menyatakan bahwa
paradigma pembangunan pertanian tersebut relevan dengan kondisi petani dan
pertaniannya pada saat itu dimana petani masih tradisional (belum merasa
memerlukan informasi pertanian atau belum responsif terhadap inovasi) dan
pertaniannya masih subsisten. Pemerintah pada sisi yang lain ingin agar teknologi
pertanian segera diterapkan oleh petani sehingga produksi pangan meningkat dan
dapat tercapai swasembada pangan khususnya beras.
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa pendekatan alih teknologi
tersebut tidak sesuai karena tidak mengedepankan aspek manusia (dalam hal ini
petani) dan proses belajarnya. Menurut Mardikanto dan Soebianto (2012), tujuan
penyuluhan adalah agar petani tahu, mau dan mampu berswadaya mengatasi
masalahnya secara baik dan memuaskan. Petani yang mandiri hanya mungkin bila
dilakukan dengan pendekatan yang mengutamakan manusianya dan proses
belajarnya. Perubahan-perubahan politik dan ekonomi yang terjadi pada tataran
global, nasional dan lokal serta pada masyarakat dan pada diri petani juga telah
menuntut perlu dilakukannya perubahan pendekatan penyuluhan dari paradigma
lama ke paradigma baru.
Seiring dengan perkembangan regional dan internasional, Indonesia telah
dihadapkan pada era globalisasi ekonomi ASEAN, Asia Pasifik dan dunia seperti
AFTA/NAFTA, APEC dan WTO. Hal ini berimplikasi pada penghapusan
berbagai kemudahan yang selama ini telah menjadi implementasi dalam
pembangunan pertanian seperti subsidi, proteksi dan sejenisnya. Oleh karena itu,
berbagai sumber pertumbuhan untuk meningkatkan daya saing pertanian perlu
dikembangkan. Arah yang jelas dalam upaya menghadirkan sosok pertanian
modern dan petani modern dalam rangka memanfaatkan peluang dan menghadapi

12
tantangan yang muncul dari dampak lingkungan strategis adalah dengan
meningkatkan daya saing sektor pertanian.
Menurut Baharsyah (1997) dalam Purnomo, et al. (2004), setidaknya
terdapat empat hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan daya saing. Pertama
yaitu sumber-sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan peningkatan produksi
dan produktivitas. Kedua yaitu sumber-sumber pertumbuhan yang berkaitan
dengan nilai tambah produk pertanian. Ketiga, sumber-sumber pertumbuhan yang
berkaitan dengan pemenuhan permintaan konsumen yang selalu berubah dan ingin
lebih baik seperti jenis komoditi baru dan produk baru. Keempat yaitu sumber-
sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan kelembagaan misalnya penciptaan
iklim usaha yang merangsang pertumbuhan ekonomi, investasi dan pembinaan
hubungan yang saling menguntungkan antar subsistem agribisnis yang ada. Dalam
upaya mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan tersebut sangat penting
adanya keterpaduan antara kegiatan pembangunan biofisik di lapangan,
pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial (community development atau
empowerment).
Menurut Slamet (2000) dalam Yustina dan Sudradjat (2003), pemberdayaan
masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu usaha membuat masyarakat untuk
mampu, berdaya, tahu, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, melihat
peluang, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu
berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani menghadapi risiko,
mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai situasi.
Penyuluhan pembangunan bertujuan mengembangkan masyarakat sasaran
menjadi sumberdaya manusia yang mampu membangun dirinya atau memperbaiki
kualitas kehidupannya sendiri secara mandiri, tidak tergantung pada ‘belas kasih’
pihak lain. Pemberdayaan itu akan menghasilkan masyarakat yang dinamis dan
progresif secara berkelanjutan, sebab didasari oleh adanya motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.
Slamet (2001) dalam Yustina dan Sudradjat (2003) mengidentifikasi ciri
paradigma baru dalam penyuluhan. Paradigma baru yang dikembangkan bukan

13
untuk mengubah prinsip-prinsip tetapi diperlukan untuk lebih mampu merespon
tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi baru. Paradigma baru tersebut
mencakup jasa informasi, lokalitas, berorientasi agribisnis, pendekatan kelompok,
fokus pada kepentingan petani, pendekatan humanistik-egaliter, profesionalisme,
akuntabilitas dan memuaskan petani.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Soedijanto (2003) dalam Yustina dan
Sudradjat (2003) menyatakan bahwa mutu petani sebagai sumberdaya manusia
akan dapat mendukung pembangunan pertanian kini dan masa mendatang
manakala penyuluhan pertanian merupakan proses pemberdayaan dan bukan
proses transfer teknologi. Menyuluh bukannya “mengubah cara bertani”
melainkan “mengubah petani” melalui enam dimensi belajar (learning) yaitu:
1. Learning to know (penguasaan konsep, komunikasi informasi, pemahaman
lingkungan, rasa senang memahami, mengerti dan menemukan sesuatu);
2. Learning to do (penekanan pada skill tingkat rendah ke tingkat tinggi
menuju ke arah kompetensi);
3. Learning to live together (mengenal diri sendiri, mengenal orang lain,
menemukan tujuan bersama, bekerjasama dengan orang lain);
4. Learning to be (memecahkan masalah sendiri, mengambil keputusan dan
memikul tanggung jawab, belajar untuk disiplin);
5. Learning society (mengembangkan diri secara utuh, terus menerus);
6. Learning organization (belajar memimpin, belajar organisasi, belajar
mengajarkan kepada orang lain).
Asngari (2007) menyebutkan terdapat tujuh prinsip atau filosofi yang harus
dipegang dalam menerapkan kegiatan penyuluhan. Prinsip tersebut yaitu (1)
falsafah mendidik, (2) falsafah pentingnya individu, (3) falsafah demokrasi, (4)
falsafah bekerja bersama, (5) falsafah “membantu klien membantu dirinya
sendiri”, (6) falsafah berkelanjutan dan (7) falsafah “membakar sampah”. Falsafah
mendidik pada hakikatnya adalah bahwa dalam proses mendidik petani tidak bisa
dilakukan dengan paksaan. Falsafah pentingnya individu adalah karena setiap
individu memiliki potensi pribadi yang besar untuk dikembangkan. Falsafah
demokrasi berarti adalah bahwa demokrasi merupakan dasar martabat seseorang

14
yaitu melalui kebebasan dan keterbukaan informasi seseorang petani akan dapat
menemukan sendiri jalan terbaik serta mampu mencapai tingkat intelektual,
kebebasan dan tanggungjawab. Falsafah bekerja bersama mengandung makna
kerjasama antara penyuluh dan petani. Falsafah berkelanjutan adalah bahwa setiap
penyuluhan harus mengikuti perkembangan teknologi. Sedangkan falsafah
“membakar sampah” bermakna bahwa dalam penyuluhan memerlukan kesabaran.
Tujuan utama pendekatan-pendekatan baru yang diuraikan tersebut adalah
memberdayakan petani sehingga menjadi petani yang berdaya atau mandiri, peran
penyuluh sebagai fasilitator, pencari serta memberikan pilihan-pilihan kepada
petani. Petani mampu mengambil keputusan dengan pilihan yang terbaik baginya
sehingga mampu meraih peluang dan menghadapi tantangan globalisasi ekonomi.
Hal ini sesuai dengan falsafah penyuluhan yang dianut dalam penyuluhan
pertanian yaitu menolong orang agar orang tersebut mampu menolong dirinya
sendiri melalui penyuluhan sebagai sarananya untuk meningkatkan derajat
kehidupannya (Sadono, 2012).

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani dalam


Keberdayaan Petani

Partisipasi aktif dari subyek pembangunan sangat diperlukan demi


tercapainya tujuan pembangunan. Terdapat banyak faktor yang menggerakkan dan
mendorong petani untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Siagian (2002)
menegaskan bahwa partisipasi secara sadar akan semakin meningkat manakala
hasil pembangunan dapat dinikmati langsung dan memberikan keuntungan kepada
masyarakat. Slamet (2003) dalam Yustina dan Sudradjat (2003) berpendapat
bahwa partisipasi harus dilandasi oleh tujuan untuk memperoleh manfaat. Dengan
mengacu pada pendapat peneliti-peneliti yang lain, menurut Sadono (2012)
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengkaji masyarakat petani
adalah faktor karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan formal dan
non formal, karakter psikologis), kekosmopolitan dan pengalaman berusahatani.
Menurut Soebiyanto (1998), karakteristik pribadi yang berpengaruh nyata
terhadap tingkat kemandirian petani adalah pengalaman kerja, tingkat pendidikan,

15
motivasi berkelompok dan keterbukaan terhadap pembaharuan. Namun
karakteristik pribadi ini tidak berpengaruh nyata terhadap ketangguhan
berusahatani. Variabel karakteristik ekonomi petani yang meliputi luas
penguasaan lahan, pemilikan sarana produksi, jumlah tenaga kerja yang
digunakan dan penguasaan modal berpengaruh nyata terhadap tingkat
kemandirian petani maupun ketangguhan berusahatani.

2.4. Program READSI


Program READSI (Rural Empowerment and Agricultural Development
Scaling-up Initiative) merupakan pengembangan (scaling up) Program Rural
Empowerment and Agricultural Development (READ) yang telah dilaksanakan
selama tahun 2008-2014 di lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah dan
Program Replikasi READ yang telah dilaksanakan selama tiga tahun (2015-2017)
di empat kabupaten perbatasan di Provinsi Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara
Timur (NTT). Program READ dinilai sebagai program yang berhasil oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan International Fund for
Agricultural Development (IFAD) dalam menurunkan tingkat kemiskinan petani
(Kementerian Pertanian, 2019).
Program Rural Empowerment and Agricultural Development menurut
Permentan Nomor 51/Permentan/OT.160/6/2007 adalah Program Pemberdayaan
Perdesaan dan Pembangunan Pertanian yang bertujuan untuk memperbaiki mata
pencaharian masyarakat miskin perdesaan, pertumbuhan kegiatan ekonomi dan
perbaikan pengelolaan sumberdayaalam yang berkelanjutan. Program ini pada
awalnya diterapkan di 150 desa sasaran yang terdapat di Kabupaten Banggai,
Kabupaten Buol, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten
Toli-Toli Provinsi Sulawesi Tengah (Kementerian Pertanian, 2007).
Program READSI dilaksanakan di lima kabupaten eks Program READ di
Provinsi Sulawesi Tengah, empat kabupaten di eks Replikasi Prgram READ di
Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur serta sembilan kabupaten yang
belum pernah memperoleh Program READ maupun Replikasi Program READ
yaitu di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Alokasi

16
desa sasaran sebanyak 342 desa termasuk Desa Payu, Desa Helumo dan Desa
Paris di Kecamatan Mootilango (Kementerian Pertanian, 2020).
Program READSI mmemiliki tiga komponen utama dan satu komponen
dukungan manajemen program. Komponen 1 adalah Pengembangan Pertanian
dan Matapencaharian di Perdesaan (Village Agriculture and Livelihoods
Development), Komponen 2 adalah Peningkatan Pelayanan Penyuluhan,
Penyediaan Saprodi dan Pemasaran (Services, Inputs and Market Linkages),
Komponen 3 yaitu Dukungan Kebijakan dan Strategi Pembangunan (Policy and
Strategy Development Support) dan Komponen 4 yaitu Dukungan Manajemen
Program (Project Management) di pusat, provinsi dan kabupaten. Tujuan jangka
panjang Program READSI adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga tani
miskin di wilayah lokasi Program READSI (yaitu di enam Provinsi dan 18
Kabupaten). Sedangkan tujuan jangka pendek adalah memberdayakan rumah
tangga petani di pedesaan baik secara individu maupun kelompok, dengan
keterampilan, membangun rasa percaya diri dan pemanfaatan sumberdaya untuk
meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian serta
meningkatkan taraf hidupnya secara berkelanjutan. Sasaran program yaitu petani
dengan kriteria (Kementerian Pertanian, 2020):
a. Petani miskin yang memiliki lahan untuk kegiatan usahatani dan secara
aktif berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan ekonomi di sektor
pertanian yang didukung oleh READSI;
b. Petani aktif yang akan bertindak sebagai “agen perubahan” yang
mempunyai potensi untuk memotivasi petani lainnya dalam meningkatkan
penghidupannya;
c. Petani yang tidak memiliki lahan dan petani pemilik lahan sempit yang
potensial untuk mengembangkan sumberdayanya sebagai sumber
pendapatan keluarga;
d. Kepala keluarga perempuan yang akan difasilitasi oleh program dalam
upaya pengembangan usahatani lahan pekarangan, nonfarm, perbaikan gizi
dan pengelolaan keuangan.

17
Program READSI bukan kegiatan eksklusif karena kegiatan-kegiatan dalam
program READSI dilaksanakan dalam rangka mendukung pertumbuhan produksi
di dinas kabupaten dan provinsi. Sebagai contoh, Program READSI yang
bergerak untuk pemberdayaan bukan hanya pemberdayaan untuk petani tetapi
juga pemberdayaan sumberdaya manusia dan pemberdayaan kelembagaan.
READSI merupakan salah satu bagian dari program Kementerian Pertanian yang
mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Pertanian yaitu tercapainya
kedaulatan pangan dan meningkatnya kesejahteraan petani serta mendukung
suksesnya program regenerasi petani.
Program READSI di Provinsi Gorontalo yang dimulai pada tahun 2019
selain dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo juga di Kabupaten Bone Bolango dan
Kabupaten Pohuwato. Di Kabupaten Gorontalo program READSI dilaksanakan di
enam kecamatan yaitu Kecamatan Mootilango, Tibawa, Asparaga, Dungaliyo,
Tabongo dan Bongomeme. Sedangkan di Kecamatan Mootilango, program
READSI dilaksanakan di Desa Payu, Desa Pilomonu dan Desa Paris.
Pelaksanaan Program READSI di Provinsi Gorontalo merupakan replikasi
dari Program READ yang telah dilaksanakan sebelumnya di sebagian Provinsi
Sulawesi Tengah. Tahun pertama pelaksanaan Program READSI dititikberatkan
pada penguatan sumberdaya manusia dalam hal ini petani. Pelaksanaan Program
READSI di Kabupaten Gorontalo adalah pemberdayaan pada petani padi sawah,
kelapa, kakao dan pemanfaatan pekarangan (Desa Payu), petani jagung,
hortikultura, kakao dan pemanfaatan pekarangan (Desa Pilomonu) serta petani
padi sawah, jagung dan pemanfaatan pekarangan untuk di Desa Paris. Setiap item
pemberdayaan diikuti oleh satu kelompok yang beranggotakan 25 orang sehingga
keseluruhan petani peserta Program READSI di Kecamatan Mootilango
berjumlah 275 orang.

2.5. Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penguatan kelembagaan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan kelompoktani ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

18
Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Idin Saepudin Peningkatan Kapasitas Mengetahui faktor- - Kapasitas
Ruhimat Kelembagaan faktor yang kelembagaan
2017 Kelompok Tani dalam berpengaruh terhadap dipengaruhi secara
Pengembangan kapasitas langsung oleh tingkat
Usahatani kelembagaan serta kedinamisan dan
Agroforestry di Desa merumuskan usaha partisipasi anggota
Cukangkawung peningkatan kapasitas serta secara tidak
kelembagaan langsung oleh peran
kelompok tani dalam pemimpin,kapasitas
pengembangan anggota, peran
agroforestry penyuluh, dukungan
pihak luar dan
karakteristik petani
- Usaha peningkatan
kapasitas
kelembagaan
kelompok tani dapat
dilakukan melalui
peningkatan
kedinamisan dan
partisipasi anggota
dalam kegiatan
kelompok tani
Akrab Penguatan - Menganalisis - Peningkatan
2017 Kelembagaan karakteristik kapasitas dan
Perkumpulan Petani anggota, dukungan penguatan
Pemakai Air dalam pada kelembagaan kelembagaan
Pengelolaan Irigasi dan peningkatan berkorelasi dengan
Awo di Sulawesi kapasitas anggota keberdayaan P3A
Selatan P3A untuk indicator
- Menganalisis pelatihan oleh
penguatan pemerintah dengan
kelembagaan dalam tingkat partisipasi
pengelolaan air dan tingkat
irigasi dan kaitannya pemerataan air
dengan faktor irigasi
karakteristik
anggota, dukungan
pada kelembagaan
dan peningkatan
kapasitas anggota
P3A
- Menganalisis
tingkat keberdayaan
dalam pengelolaan
air irigasi dan
korelasinya dengan
peningkatan
kapasitas dan
penguatan
kelembagaan P3A
- Merumuskan
strategi penguatan

19
kelembagaan
menuju keberdayaan
P3A dalam
pengelolaan air
irigasi
Dwi Sadono Model Pemberdayaan - Menganalisis faktor- - Tingkat partisipasi
2012 Petani dalam faktor penentu petani dalam
Pengelolaan tingkat partisipasi kegiatan kelompok
Usahatani Padi di petani dalam tani tergolong rendah
Kabupaten Karawang kelompoknya - Petani termasuk
dan Cianjur - Menganalisis faktor- kategori kurang
faktor penentu berdaya
tingkat keberdayaan - Kurang berdayanya
petani dalam petani berdampak
pengelolaan pada lemahnya
usahatani padi prospek
- Menganalisis keberlanjutan
pengaruh tngkat usahanya
keberdayaan petani - Pola pemberdayaan
dalam pengelolaan petani yang sesuai
usahatani padi untuk meningkatkan
terhadap keberdayaan petani
keberlanjutan dilakukan melalui
usahatani peningkatan
- Merumuskan model partisipasi petani
dan strategi dalam kelompok dan
pemberdayaan didukung oleh
petani yang sesuai ketersediaan
agar keberdayaan informasi pertanian,
petani dalam lingkungan fisik dan
pengelolaan social ekonomi serta
usahatani padi yang ciri kepribadian
berkelanjutan petani yang memadai

2.6. Kerangka Pikir Penelitian


Program READSI yang telah dilaksanakan selama satu tahun ini di tiga desa
di Kecamatan Mootilango sedikit banyak telah member warna pada kemajuan dan
keberdayaan petani dan kelompoktani. Tahun pertama dilaksanakannya Program
REDSI adalah difokuskan pada peningkatan sumberdaya manusia dalam dalam
hal ini petani yang pada gilirannya adalah pada penguatan kelompoktani.
Pelaksanaan Program READSI di Kecamatan Mootilango setidaknya akan lebih
memberdayakan petani dari aspek aksesibilitas informasi, pengambilan keputusan,
aksesibilitas pasar, pengelolaan usahatani, perilaku bermitra dan adaptabilitas.
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor penentu tingkat keberdayaan
petani dalam pengelolaan usahatani dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

20
tingkat keberdayaan petani. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
tingkat keberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (Y) yaitu karakteristik
sosial ekonomi petani (X1), intensitas pemberdayaan (X2), lingkungan fisik dan
sosial ekonomi (X3), ciri kepribadian petani (X4), ketersediaan informasi pertanian
(X5) dan tingkat partisipasi petani dalam kelompok (X6). Hubungan antara faktor
tersebut digambarkan dalam sebuah kerangka pikir sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1 berikut ini.

KEGIATAN USAHATANI
DI KEC. MOOTILANGO

Program
READSI
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
2. Intensitas Pemberdayaan
3. Lingkungan Fisik dan Sosial
Ekonomi
4. Ciri Kepribadian Petani Keberdayaan Petani
5. Ketersediaan Informasi Pertanian
6. Tingkat Partisipasi Petani dalam
Kelompok

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.7. Definisi Operasional Penelitian


Secara umum variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi
petani (X1), intensitas pemberdayaan (X2), lingkungan fisik dan sosial ekonomi
(X3), ciri kepribadian petani (X4), ketersediaan informasi pertanian (X5) dan
tingkat partisipasi petani dalam kelompok (X6). Sedangkan variabel terikat adalah
tingkat keberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (Y). Agar setiap variabel
yang diteliti mudah dipahami dan memiliki makna yang sesuai dengan tujuan
penelitian maka perlu dilakukan konseptualisasi atau diberikan ketepatan makna

21
sehingga tidak terjadi makna ganda atau asosiasi yang berbeda-beda. Selanjutnya
agar konsep tersebut dapat diukur maka diberikan penjelasan lebih lanjut yang
bersifat perasional (Kerlinger, 2006). Konseptualisasi dan definisi operasional
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Program READSI yaitu sebuah program Kementerian Pertanian yang
mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Pertanian yaitu tercapainya
kedaulatan pangan dan meningkatnya kesejahteraan petani serta mendukung
suksesnya program regenerasi petani.
2. Karakteristik sosial ekonomi petani yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat khas individu
yang melekat pada pribadi responden yang berhubungan dengan semua aspek
kehidupan.
3. Intensitas pemberdayaan yaitu kegiatan atau tindakan yang dilakukan penyuluh
pertanian dalam mendidik, membantu, memfasilitasi, membimbing dan
mendampingi petani dalam mengelola usahataninya.
4. Lingkungan fisik dan sosial ekonomi petani yaitu individu atau kelompok dan
sistem kemasyarakatan yang telah menjadi norma pengatur dan atau
kelembagaan yang mengandung nilai atau norma dan pemanfaatan
keberadaannya mempengaruhi pola pikir dan tindakan petani dalam
melaksanakan usahatani.
5. Ciri keppribadian petani yaitu aspek-aspek yang melekat pada seorang petani
yang berkaitan dengan kesiapannya untuk mengembangkan diri dalam
melakukan usahatani berbasis agribisnis.
6. Ketersediaan informasi pertanian yaitu keberadaan suatu obyek (ide, gagasan
atau teknik) yang dianggap baru dan yang dinilai lebih bermanfaat dalam
keberadaan usahatani berbasis agribisnis.
7. Tingkat partisipasi petani dalam kelompok yaitu keikutsertaan petani dalam
kegiatan-kegiatan bersama petani satu hamparan, yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/monitoring dan pemanfaatan hasil.
8. Tingkat keberdayaan petani yaitu kemampuan petani untuk memilih dan
memanfaatkan secara optimal kapasitas atau kemampuannya dan sumberdaya
yang tersedia dalam berusahatani yang paling tingg manfaatnya dengan

22
memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi serta bekerjasama dengan
pihak lain yang saling menguntungkan.

2.8. Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa setiap variabel karakteristik
sosial ekonomi petani, intensitas pemberdayaan, lingkungan fisik dan sosial
ekonomi, ciri kepribadian petani, ketersediaan informasi pertanian dan tingkat
partisipasi dalam kelompok diduga memiliki hubungan nyata (signifikan) dengan
tingkat keberdayaan petani.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2020 di tiga
desa di Kecamatan Mootilango. Lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
yang meliputi Desa Payu, Desa Helumo dan Desa Paris yang telah memperoleh
Program READSI sejak tahun 2019.

3.2. Disain Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dari fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di lapangan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk mengetahui keberadaan hubungan ataupun
pengaruh dari setiap variabel dilakukan uji statistik dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif sedangkan untuk menjelaskannya digunakan pendekatan
informasi kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif berorientasi untuk
melihat hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang
mempunyai nilai prediktif (Rianse dan Abdi, 2009). Sedangkan penelitian dengan
pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang berupaya untuk memahami dan
membuat pemahaman mengenai suatu fenomena dari sisi perspektif partisipan.
Penelitian kualitatif adalah sebuah usaha untuk memahami situasi dalam keunikan
mereka sebagai bagian dari sebuah konteks khusus dan interaksi yang terjadi di
lokasi penelitian (Sugiyono, 2017).

3.3. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu
data utama yang harus dipenuhi agar dapat menjawab permasalahan dan tujuan
penelitian. Data primer bersumber dan diperoleh langsung dari objek yang akan
diteliti yaitu responden yang dalam hal ini adalah petani. Selain dari petani
responden, pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mewawancarai
informan kunci seperti penyuluh, tokoh masyarakat dan pejabat terkait di instansi
pertanian di lokasi penelitian.
Sedangkan data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari
pencatatan data yang sudah tersedia di lembaga atau instansi tertentu dan
kelompoktani. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas
Pertanian Kabupaten Gorontalo, BPP Kecamatan Motilango, Kantor Kecamatan
Motilango, Kantor Desa dan instansi lain yang terkait dan relevan dengan
penelitian ini.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah para petani yang berada di tiga desa
yang telah menerima Program READSI yaitu Desa Payu, Desa Helumo dan Desa
Paris. Petani adalah kelompok masyarakat yang memiliki mata pencaharian dan
penghasilan utama di sektor pertanian dan melakukan kegiatan usahatani (on
farm) pada pertanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan
dan kehutanan.
Sampel adalah petani yang dijadikan responden. Jumlah petani sampel yang
dijadikan responden dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin
(Noor, 2012) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat kesalahan
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017). Populasi
petani tersebar di tiga desa sehingga jumlah sampel pada setiap desa dipilih secara
proporsional dengan rumus sebagai berikut (Noor, 2012):

Keterangan:
ni = jumlah sampel pada setiap desa

25
Nk = jumlah populasi pada setiap desa
N = jumlah populasi keseluruhan
n = jumlah sampel yang ditentukan
Jumlah populasi petani di lokasi penelitian sebanyak 275 orang. Dengan
tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10% maka diperoleh jumlah petani
sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu sejumlah 73,33
(dibulatkan 74 orang). Rincian data sebaran populasi petani dan petani sampel
ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Sebaran Populasi Petani dan Petani Sampel Penelitian
Desa Populasi (orang) Sampel (orang)
Payu 100 27
Pilomonu 100 27
Paris 75 20
Jumlah 275 74
Sumber: Hasil Pra Survey, Diolah (2020)

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur yaitu:
1. Daftar pertanyaan yang disusun sebelum penelitian dilaksanakan.
2. Pedoman pertanyaan yaitu sejumlah pertanyaan kunci yang digunakan untuk
merekam fenomena-fenomena kualitatif dari responden maupun informan
yang terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
3. Pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.
4. Wawancara mendalam dan terstruktur terhadap sejumlah responden.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang merupakan pedoman yang
dibuat dalam beberapa bentuk baik yang bersifat pilihan jawaban yang
menunjukkan pemeringkatan jawaban maupun dalam bentuk skala Likert. Pada
kuesioner dengan skala Likert, pada seetiap butir pertanyaan dan atau pernyataan
dalam kuesioner disediakan jawaban yang dapat dipilih oleh responden sesuai
dengan pengetahuan, persepsi, perasaan dan kegiatan yang dilakukan serta
dialami.alternatif jawaban pada setiap item ditransformasikan menjadi data
kuantitatif (scoring). Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), skala Likert
merupakan salah satu cara untuk menentukan skor. Teknik pengumpulan data juga

26
dilakukan dengan dokumentasi dilakukan karena sejumlah besar keterangan
tersimpan dalam bentuk dokumentasi seperti catatan, surat, laporan dan foto.

3.6. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian


Teknik pengukuran pada setiap variabel penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Variabel karakteristik sosial ekonomi petani (X1) beserta indikator pengukuran
dan parameternya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel karakteristik sosial ekonomi petani
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Umur Masa hidup Dihitung dari tahun a. Muda
yang telah kelahiran b. Sedang
dilalui c. Tua
responden
2. Pengalaman Lamanya Dihitung dalam a. Rendah
berusahatani responden jumlah tahun sejak b. Sedang
menjadi petani menjadi petani c. Tinggi
3. Tingkat Jumlah tahun Dihitung dalam a. 0-9
pendidikan responden jumlah tahun b. 10-12
mengikuti pendidikan formal c. 13 ke atas
sekolah secara yang pernah diikuti
formal hingga
selesai
4. Tingkat Luasnya Dihitung a. Rendah
kekosmopolitan jaringan berdasarkan b. Sedang
hubungan frekuensi responden c. Tinggi
responden setiap bulannya
dengan orang- dalam berinteraksi
orang di luar dengan orang-orang
sistem sosialnya di luar sistem
sosialnya dalam
rangka mencari
informasi pertanian
5. Skala usahatani Luasnya lahan Dihitung dalam a. Sempit
pertanian yang hektar luas lahan b. Sedang
diusahakan yang diusahakan c. Luas
6. Frekuensi Pelatihan yang Dihitung a. Rendah
pendidikan non terkait dengan berdasarkan jumlah b. Sedang
formal pengelolaan jam pelatihan yang c. Tinggi
usahatani yang pernah diikuti
pernah diikuti petani

27
2. Variabel intensitas pemberdayaan (X2) beserta indikator pengukuran dan
parameternya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel intensitas pemberdayaan
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Intensitas Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
kemampuan ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
bertani penyuluh dalam
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
bertani
2. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
perilaku ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
inovatif penyuluh dalam
meningkatkan
kesadaran dan
memotivasi
petani responsif
terhadap inovasi
3. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
partisipasi ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
petani penyuluh dalam
memfasilitasi
petani
mengidentifi-
kasi kebutuhan,
merencanakan,
melaksanakan
dan
mengevaluasi
kegiatan
4. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
pengembangan yang berdasarkan skor b. Sedang
kelompok ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
penyuluh dalam
memfasilitasi
kemampuan
kelompoktani
lebih dinamis

28
5. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
akses terhadap ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
sumberdaya penyuluh dalam
memfasilitasi
petani dalam
mencari
informasi, akses
terhadap sarana
produksi dan
modal
6. Tingkat Aktualisasi Dihitung a. Rendah
penguatan yang berdasarkan skor b. Sedang
kemampuan ditampilkan persepsi responden c. Tinggi
bermitra penyuluh dalam
memfasilitasi
petani bekerja
sama dengan
lembaga
penyedia
saprotan,
lembaga
pemasaran,
lembaga
pengolahan
hasil dan
lembaga
permodalan

3. Variabel fisik dan sosial ekonomi (X3) beserta indikator pengukuran dan
parameternya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel fisik dan sosial ekonomi
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Dukungan Pemahaman Dihitung a. Rendah
kebijakan petani terhadap berdasarkan skor b. Sedang
pemerintah program persepsi responden c. Tinggi
READSI
2. Dukungan Tingkat pem- Dihitung a. Rendah
tokoh tani berian bantuan, berdasarkan skor b. Sedang
bimbingan dan persepsi responden c. Tinggi
pendampingan
kontak tani

29
3. Ketersediaan Tingkat Dihitung a. Rendah
infrastruktur keberadaan berdasarkan skor b. Sedang
sarana untuk persepsi responden c. Tinggi
menunjang ke-
giatan pertanian
dan transportasi
4. Dukungan Tingkat Dihitung a. Rendah
kelembagaan kemudahan berdasarkan skor b. Sedang
agribisnis petani dalam persepsi responden c. Tinggi
mendapatkan
saprotan dan
bantuan modal
usahatani
5. Dukungan Tingkat ke- Dihitung a. Rendah
tenaga ahli mudahan petani berdasarkan skor b. Sedang
pertanian menemui dan persepsi responden c. Tinggi
meminta bantu-
an kepada pe-
nyuluh, peneliti,
ahli pertanian
lainnya, ke-
manfaatan
lembaga
penyuluhan dan
kelembagaan
penelitian bagi
petani

4. Variabel ciri kepribadian petani (X4) beserta indikator pengukuran dan


parameternya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel ciri kepribadian petani
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Tingkat Ketekunan dan Dihitung a. Rendah
semangat kerja keuletan petani berdasarkan skor b. Sedang
keras dalam mengelo- persepsi responden c. Tinggi
la usahataninya
2. Tingkat Keberanian Dihitung a. Rendah
kepercayaan petani berdasarkan skor b. Sedang
diri berperilaku atas persepsi responden c. Tinggi
dasar potensi
yang dimiliki
3. Tingkat Kemampuan Dihitung a. Rendah
keberanian petani mampu berdasarkan skor b. Sedang

30
risiko menanggung persepsi responden c. Tinggi
akibat atau
konsekuensi
dari penerapan
teknologi
4. Tingkat Kemampuan Dihitung a. Rendah
kreativitas petani berdasarkan skor b. Sedang
mengembang- persepsi responden c. Tinggi
kan alternatif
dalam upaya
perbaikan
usahatani atas
prakarsa sendiri

5. Variabel ketersediaan informasi pertanian (X5) beserta indikator pengukuran dan


parameternya disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel ketersediaan informasi pertanian
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Manfaat Tingkat keaktu- Dihitung a. Rendah
informasi alan, ketepat- berdasarkan skor b. Sedang
gunaan dan ke- persepsi responden c. Tinggi
lengkapan
materi pertanian
yang disajikan
2. Jenis informasi Jenis materi Dihitung a. Rendah
pertanian yang berdasarkan skor b. Sedang
disajikan (men- persepsi responden c. Tinggi
cakup informasi
teknis,harga dll)
3. Kualitas Tingkat Dihitung a. Rendah
informasi kesesuaian dan berdasarkan skor b. Sedang
kemanfaatan persepsi responden c. Tinggi
materi pertanian
yang disajikan
yang
menunjang
kebutuhan
petani yang
mencakup
muatan
agribisnis,
keserasian
lingkungan,

31
kebijakan pem-
bangunan perta-
nian, diversifi-
kasi dan tekno-
logi tepat guna
4. Kredibilitas Status pihak Dihitung a. Rendah
pemberi yang membuat/ berdasarkan skor b. Sedang
informasi menyampaikan persepsi responden c. Tinggi
materi pertanian
bagi petani

6. Variabel partisipasi petani dalam kelompok (X6) beserta indikator pengukuran


dan parameternya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel partisipasi petani dalam kelompok
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
perencanaan petani dalam persepsi responden c. Tinggi
tahapan analisis
masalah,
penentuan jenis
kegiatan, pelaku
input yang di-
gunakan,
sumber dan
besarnya biaya
yang
diperlukan,
waktu dan
lokasi kegiatan
bersama petani
satu hamparan
2. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
pelaksanaan petani dalam persepsi responden c. Tinggi
sosialisasi
kegiatan,
rekrutmen
sasaran,
pencarian dana,
melakukan
kegiatan dan

32
pembuatan
laporan
kegiatan
bersama petani
satu hamparan
3. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
evaluasi petani dalam persepsi responden c. Tinggi
kegiatan
menilai yang
meliputi tahap
perencanaan,
pelaksanaan dan
pembuatan
laporan
monitoring ke-
giatan bersama
petani satu
hamparan
4. Tingkat partisi- Frekuensi Dihitung a. Rendah
pasi dalam keikutsertaan berdasarkan skor b. Sedang
pemanfaatan petani dalam persepsi responden c. Tinggi
hasil menikmati
manfaat
kegiatan
bersama petani
satu hamparan

7. Variabel tingkat keberdayaan petani dalam berusahatani (Y) beserta indikator


pengukuran dan parameternya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
variabel tingkat keberdayaan petani dalam berusahatani
Definisi Parameter
No. Indikator Kategori
Operasional Pengukuran
1. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
mengakses terampilan persepsi responden c. Tinggi
informasi petani
pertanian memperoleh,
menyaring dan
menggunakan
informasi
pertanian
2. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah

33
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
mengambil terampilan persepsi responden c. Tinggi
keputusan petani membuat
keputusan,
memecahkan
masalah,
mengelola
tekanan dan
bertanggung
jawab terhadap
tindakannya
3. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
mengakses terampilan persepsi responden c. Tinggi
pasar petani mencari
peluang pasar
dan menentukan
harga produk
yang meng-
untungkan
4. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
pengelolaan terampilan persepsi responden c. Tinggi
usahatani teknis petani,
melaksanakan
usaha sesuai
yang
direncanakan,
membuat
pembukuan
sederhana usaha
tani,
menghitung/
menanggung
risiko dan
kemampuan
menemukan
cara/teknologi
lokal
5. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
bermitra terampilan persepsi responden c. Tinggi
petani menjalin
kerjasama
dalam
kelompok, antar

34
kelompok,
kelembagaan
saprotan, per-
modalan, pe-
masaran dan
kelembagaan
lainnya dalam
agribisnis
6. Tingkat Pengetahuan, Dihitung a. Rendah
kemampuan sikap dan ke- berdasarkan skor b. Sedang
beradaptasi terampilan persepsi responden c. Tinggi
petani
menghadapi
perubahan
pasar, teknologi
dsb

Untuk kepentingan pengujian secara statistik, maka perlu dilakukan


transformasi agar semua data yang terkumpul menjadi skala interval sehingga
memenuhi syarat uji statistik parametrik. Pedoman transformasi dapat dilakukan
dengan menentukan nilai indeks terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah
dan nilai indeks terbesar diberikan untuk jumlah skor tertinggi dari setiap
indikator. Rumus umum transformasi indeks yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Sumardjo, 1999):

Jumlah skor yang dicapai - jumlah skor


TI =
minimum
Jumlah skor maksimum - skor
minimum

Jumlah skor maksimum dan minimum yang dapat diharapkan dari setiap
indikator akan berbeda dengan yang lainnya. Hal ini karena adanya perbedaan
banyaknya item pertanyaan untuk setiap indikator tersebut. Untuk itu dilakukan
transformasi indeks sehingga diperoleh kisaran nilai indeks yaitu 0-100. Nilai
indeks terkecil 0 akan sepadan dengan jumlah skor minimum dan nilai indeks
terbesar 100 sepadan dengan jumlah maksimum dari setiap indikator.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas (kesahihan) dan uji reliabilitas (keterandalan) sangat penting
dalam merancang alat pengukuran dalam suatu penelitian. Penelitian dikatakan

35
sahih bila alat ukur atau instrumen yang digunakan dapat mengukur dengan tepat
terhadap obyek penelitian yang diukur sehingga kesimpulan yang dibuat benar.
Penelitian dikatakan handal bila hasil penelitian diperiksa kembali akan
menghasilkan kesimpulan yang sama dengan sebelumnya. Oleh karena itu
sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, kesioner akan terlebh dahulu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas agar dalam proses pengumpulan data
diperoleh data yang valid (sah) dan memiliki konsistensi yang tinggi (reliabel).

3.7.1. Uji Validitas


Uji validitas adalah ukuran derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi
sebenarnya yang diukur. Hal tersebut menunjukkan tingkat keabsahan dari suatu
alat ukur yang digunakan dalam sebuah pengukuran (Sugiharto dan Sitinjak,
2006). Sedangkan Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan
untuk mengukur keabsahan dan kevalidan suatu kuesioner. Sebuah instrument
dinyatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari vaeriabel yang diteliti
secara tepat. Ukuran validitas menggunakan rumus korelasi Product Momen dan
Pearson yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
∑xy = Jumlah perkalian antara variabel X dan variabel Y
∑x2 = Jumlah dari kuadrat nilai X
∑y2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y
(∑x)2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
(∑y)2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

3.7.2. Uji Reliabilitas


Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa intrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang

36
sebenarnya (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Sedangkan Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari suatu variabel. Uji reliabilitas menunjukkan derajat
stabilitas, konsistensi, daya prediksi dan akurasi. Uji reliabilitas menggunakan
rumus Cronbach Alpha dengan formulasi sebagai berikut:

r11 = Reliabilitas yang dicari


n = Jumlah item pertanyaan yang diuji

= Jumlah varian skor setiap item

= Varians total

3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Data yang terkumpul meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik
inferensia. Statistik deskriptif digunakan dalam rangka memberikan gambaran
mengenai sebaran responden pada setiap variabel dengan menggunakan tabel
distribusi frekwensi. Statistik inferensia digunakan untuk melakukan estimasi atau
pendugaan terhadap populasi (generalisasi) dalam rangka melihat sejauh mana
hubungan antara kedua variabel yang diuji.
Untuk menunjukkan keeratan hubungan antara setiap variabel dengan
tingkat keberdayaan petani digunakan statistik non parametrik yaitu korelasi Rank
Spearman. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut (Widarjono,
2017):

Keterangan:
rs = Nilai korelasi Rank Spearman
d = Selisih setiap pasang jenjang
N = Jumlah sampel

37
Bila terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun Y maka
diperlukan faktor koreksi T dengan rumus sebagai berikut (Widarjono, 2017):

Keterangan:
∑x2 = Jumlah kuadrat variabel X yang diberi korelasi
∑y2 = Jumlah kuadrat variabel Y yang diberi korelasi
∑di2 = Selisih ranking variabel X dan variabel Y
∑Tx = Jumlah faktor koreksi variabel X
∑Ty = Jumlah faktor koreksi variabel Y
t = Banyaknya pengamatan yang berangka sama pada ranking tertentu
N = Jumlah petani responden
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus berikut
(Wahyudi, 2016):

Keterangan:
thitung = Nilai t dihitung
N = Jumlah sampel penelitian
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
1. Bila nilai signifikansi < α (0,05 atau 0,01) maka H0 ditolak yang artinya bahwa
terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
2. Bila nilai signifikansi > α (0,05 atau 0,01) maka H 0 diterima yang artinya
bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.

38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Mootilango
1. Letak Geografis
Kecamatan Tibawa yang merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Gorontalo, memiliki luas wilayah 172,17 km2 atau 7,79% dari luas
wilayah Kabupaten Gorontalo. Memiliki 10 desa dimana desa terluas yaitu Desa
Huyula dengan luas 55,01 km2 dan desa dengan luas terkecil adalah Desa Satria
yaitu seluas 3,44 km2. Permukaan tanah di Kecamatan Mootilango sebagian besar
adalah dataran tinggi dengan kisaran ketinggian antara 49-153 mdpl (BPS
Kabupaten Gorontalo, 2019).
Berdasarkan posisi geografisnya, wilayah Kecamatan Mootilango
berbatasan dengan Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara di sebelah
utara, Kecamatan Pulubala di sebelah timur, Kecamatan Boliyohuto di sebelah
selatan dan berbatasan dengan Kecamatan Tolangohula di sebelah barat. Jarak
dari ibukota Kecamatan (Desa Paris) menuju ibukota kabupaten (Kecamatan
Limboto) yaitu 41 km. Sesuai astronomisnya Kecamatan Mootilango berada pada
posisi 0o65’12”LU 122o61’06”BT - 0o73’05”LU 122o67’83”BT (BPS Kabupaten
Gorontalo, 2019).
2. Kondisi Demografi

Pada tahun 2018, penduduk Kecamatan Mootilango berjumlah 19.508 jiwa


yang terdiri dari 9.947 jiwa laki-laki dan 9.561 perempuan (rasio sex 104).
Kepadatan penduduk mencapai 113,31 jiwa per km2 dimana desa dengan tingkat
kepadatan tertinggi berada di Desa Helumo (446,67 jiwa per km 2) dan desa
terendah yaitu Desa Huyula (35,83 jiwa per km2). Sebanyak 5.840 keluarga
tinggal di Kecamatan Mootilango dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 3
jiwa. Jumlah penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 20-24 tahun (2.081
jiwa) sebagaimana tersaji pada Tabel 10 (BPS Kabupaten Gorontalo, 2019).
Tabel 10. Sebaran Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Mootilango, 2017
Kelompok Penduduk (jiwa)
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %
0-4 601 524 1.125 5,77
5-9 899 798 1.697 8,70
10 - 14 1.049 1.006 2.055 10,53
15 - 19 1.005 1.028 2.033 10,42
20 - 24 1.030 1.031 2.061 10,56
25 - 29 851 837 1.688 8,65
30 - 34 726 713 1.439 7,38
35 - 39 802 767 1.569 8,04
40 - 44 751 690 1.441 7,39
45 - 49 651 628 1.279 6,56
50 - 54 468 452 920 4,72
55 - 59 371 393 764 3,92
60 - 64 281 265 546 2,80
65 + 462 429 891 4,57
Jumlah 9.947 9.561 19.508 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2019

Sebagian besar penduduk Kecamatan Mootilango berprofesi sebagai petani


(4.673 orang atau 44,45% dari jumlah angkatan kerja). Kemudian profesi di
bidang jasa lainnya sebanyak 1.517 orang (14,43%) dan perdagangan yaitu
sebanyak 1.328 orang (12,63%). Profesi penduduk Kecamatan Mootilango
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Penduduk Kecamatan Mootilango Menurut Profesi, 2017
Jenis Profesi Jumlah (orang) Persentase (%)
Pertanian* 4.673 44,45
Pertambangan 57 0,54
Listrik dan Air 45 0,43
Konstruksi 132 1,26
Perdagangan 1.328 12,63
Transportasi 601 5,72
TNI - Polri 291 2,77
ASN 926 8,81
Pegawai Swasta 943 8,97
Jasa Lainnya 1.517 14,43
Jumlah 10.513 100,00
Sumber: Kecamatan Mootilango dalam Angka 2018, diolah
*)
termasuk Perikanan, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan

40
Gambar 2. Peta Kecamatan Mootilango
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018

4.1.2. Keadaan Umum Desa Paris


Desa Paris merupakan salah satu dari 10 desa yang berada di wilayah
administratif Kecamatan Mootilango. Desa dengan luas 6,54 Km2 ini merupakan
ibukota Kecamatan Mootilango dengan populasi penduduk pada tahun 2017

41
berjumlah 2.830 jiwa yang terdiri dari 1.436 jiwa penduduk laki-laki dan 1.394
jiwa penduduk perempuan. Desa Paris berbatasan langsung dengan Desa Helumo
dan Desa Suka Maju di sebelah utara, Desa Satria di sebelah timur, Desa Sido
Mukti di sebelah selatan dan Kecamatan Boliyohuto di sebelah barat. Secara
astronomis, Desa Paris berada pada posisi 0 o69’93” LU dan 122o64’34” dan
berada pada ketinggian 49,9 mdpl. Desa Paris merupakan salah satu desa yang
menerima program READSI dimana penduduknya sebagian besar bekerja di
sektor pertanian.

4.1.3. Desa Payu


Desa Payu memiliki luas 16,80 Km2 dan berada pada jarak 0,2 Km dari
Desa Paris. Populasi penduduk pada tahun 2017 berjumlah 2.270 jiwa yang terdiri
dari 1.140 jiwa penduduk laki-laki dan 1.130 jiwa penduduk perempuan. Desa
Payu berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo Utara di sebelah utara,
Desa Suka Maju di sebelah timur, Desa Helumo di sebelah selatan dan Desa
Pilomonu di sebelah barat. Secara astronomis, Desa Payu berada pada posisi
0o72’99” LU dan 122o62’55” dan berada pada ketinggian 54 mdpl. Desa Payu
merupakan salah satu desa yang menerima program READSI dimana
penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

4.1.4. Desa Pilomonu


Desa Pilomonu memiliki luas 45,90 Km2 dan berada pada jarak 8,4 Km
dari Desa Paris. Populasi penduduk pada tahun 2017 berjumlah 3.053 jiwa yang
terdiri dari 1.576 jiwa penduduk laki-laki dan 1.477 jiwa penduduk perempuan.
Desa Pilomonu berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo Utara di
sebelah utara, Desa Paris di sebelah timur, Kecamatan Boliyohuto di sebelah
selatan dan Kecamatan Tolangohula di sebelah barat. Secara astronomis, Desa
Pilomonu berada pada posisi 0o73’27” LU dan 122o61’06” dan berada pada
ketinggian 49 mdpl. Desa Pilomonu merupakan salah satu desa yang menerima
program READSI dimana penduduknya sebagian besar bekerja di sektor
pertanian.

42
Gambar 3. Peta Desa Payu
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018

4.2. Karakteristik Petani Penerima Program READSI


Kajian karakteristik petani penerima program READSI sebagai bagian dari
pemberdayaan petani dalam hal ini digambarkan meliputi umur, pengalaman
berusahatani, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal dan luas
kepemilikan lahan.

43
Gambar 4. Peta Desa Pilomonu
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2018

1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berpengaruh terhadap suatu
kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian
mengelompokkan umur dalam lima kategori yaitu umur muda awal (23-33 tahun),
umur muda (34-43 tahun), umur dewasa (44-53 tahun), umur tua (54-63 tahun)
dan umur lanjut (lebih dari 63 tahun).

44
Tabel 12. Sebaran Petani Responden Menurut Desa, Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur
Kelp. Paris Payu Pilomonu
Jumlah
Umur Laki2 Peremp. Laki2 Peremp. Laki2 Peremp.
< 33 0 2 2 0 4 2 10
34 - 43 8 0 4 5 3 2 22
44 - 53 5 3 8 3 6 1 26
54 - 63 3 0 3 1 3 0 10
> 64 2 0 3 0 1 0 6
Jumlah 18 5 20 9 17 5 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan


berusahatani. Petani yang berada pada kelompok umur produktif secara umum
masih memiliki kemampuan baik dalam hal tenaga maupun pikiran sehingga
masih bersemangat untuk memajukan usahataninya. Dalam kondisi seperti ini
petani diharapkan masih memiliki harapan untuk mencapai target sesuai yang
direncanakan.
Umur petani di Kecamatan Mootilango sangat beragam dan terbanyak
berada pada kelompok umur dewasa (44-53 tahun) dan kelompok umur muda 34-
43 tahun). Petani penerima program READSI relatif merata yaitu pada kelompok
umur 33-63 tahun dan paling sedikit berada pada kelompok umur lanjut.
Kelompok umur produktif yaitu dari umur 20 tahun hingga umur 55 tahun
sebanyak 91,89%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa petani masih banyak
dilakukan oleh petani pada kelompok umur produktif. Umur petani berhubungan
dengan kemampuan fisik petani. Hal ini akan mempengaruhi usahatani yang
dilakukan petani. Rata-rata umur petani di Kecamatan Mootilango adalah 45,5
tahun.

2. Tingkat Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal dan Pengalaman


Berusahatani

Tingkat pendidikan dinilai berpengaruh pada pola pikir petani dalam


mengelola usahataninya. Hariandja (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang dapat meningkatkan daya saing dan memperbaiki produktivitas.
Semakin baik dan tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin

45
baik pula pola pikirnya. Tingkat pendidikan tidak hanya berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan usahatani tetapi juga terhadap kemampuan petani dalam
menyerap informasi dan teknologi dalam meningkatkan produktivitas baik hasil
usahatani maupun pendapatan petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di
Kecamatan Mootilango sebagian besar merupakan petani dengan pendidikan
rendah (SD) yaitu 78,38%. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suratiyah (2006)
bahwa petani kecil di Indonesia umumnya hanya mengenyam pendidikan rendah
tingkat dasar. Pada kondisi seperti ini, petani sangat sulit untuk menerima inovasi.
Petani hanya bersedia mengikuti sesuatu yang baru apabila telah ada contoh dan
bukti nyata. Pada tataran seperti ini faktor lain termasuk dalam hal ini peran aktif
penyuluh sangat diharapkan agar petani dapat lebih berdaya dan melakukan
kegiatan usahatani dengan baik.
Indikator karakteristik usahatani yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberdayaan adalah pengalaman berusahatani. Menurut Sunuharyo (1997),
pengalaman adalah banyaknya jenis pekerjaan dan lamanya bekerja yang pernah
diemban oleh seseorang. Semakin lama pengalaman bekerja maka akan semakin
banyak manfaat yang berdampak pada luasnya wawasan pengetahuan di bidang
pekerjaannya serta akan semakin meningkatkan keterampilan. Dengan demikian
pengalaman bertani akan mempengaruhi keterampilan petani dalam berusahatani
dan membuat proses produksi menjadi lebih efisien. Sedangkan Sutarto (2008)
berpendapat bahwa hubungan pengalaman bertani dengan jumlah produksi
memiliki hubungan yang positif dimana semakin lama pengalaman bertani dari
seorang petani maka dapat dikatakan bahwa petani tersebut telah mampu
menghadapi berbagai permasalahan atau situasi dalam berusahatani.
Tabel 13 menunjukkan sebaran petani penerima program READSI di
Kecamatan Mootilango menurut tingkat pendidikan formal dan pengalaman
berusahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sebagian besar telah
memiliki pengalaman selama 9-11 tahun (39,19%). Informasi ini menunjukkan
bahwa petani dinilai telah memiliki pengetahuan berusahatani yang memadai.

46
Tabel 13. Sebaran Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal dan
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman Tingkat Pendidikan Formal
Jumlah
(Tahun) SD SMP SMA Pend. Tinggi
<5 10 1 4 0 15
6-8 6 0 0 0 6
9 - 11 27 0 2 0 29
12 - 14 10 0 1 1 12
> 15 5 1 3 3 12
Jumlah 58 2 10 4 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

Dalam kaitannya dengan program READSI, petani telah memperoleh


pendidikan non formal berupa keikutsertaan dalam sekolah lapang (SL). Kegiatan
ini diselenggarakan di tiap desa dengan frekwensi yang berbeda setiap bulannya.
Sebagian besar petani penerima program READSI menerima SL dengan
frekwensi sebanyak 12 kali (71,62%).

3. Luas Kepemilikan Lahan dan Kelompok Kegiatan Komoditi


Lahan merupakan salah satu sumberdaya penting dalam berusahatani yang
ditunjukkan dalam luasan lahan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa luas
lahan mempengaruhi produktivitas dan hasil usahatani yang pada gilirannya akan
berpengaruh pada keberdayaan petani. Hal ini dapat dipahami bahwa kegiatan
usahatani secara konvensional dilakukan pada hamparan lahan (pertanian
horisontal) sehingga sistem usahatani yang dilakukan pada luas lahan yang
berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda. Selain itu terdapat
kemungkinan bahwa setiap tanaman ditanam menurut jarak tanam tertentu.
Program READSI dikelompokkan dalam kegiatan menurut komoditi
tertentu. Pelaksanaan program READSI di Kecamatan Mootilango terbagi
menurut lima kelompok kegiatan komoditi. Kelompok tersebut yaitu pekarangan,
komoditi tanaman pangan, hortikultura, kakao dan kelapa. Khusus untuk kegiatan
pekarangan dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dimana luas
kepemilikan pekarangan relatif lebih kecil dari komoditi lain yaitu paling banyak
adalah 0,05 hektar.

47
Tabel 14 menunjukkan sebaran petani penerima program READSI di
Kecamatan Mootilango menurut luas kepemilikan lahan (dalam satuan hektar) dan
kelompok kegiatan komoditi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani
sebagian besar memiliki luasan lahan lebih dari 0,5 hingga 1 hektar (40,5%).
Sedangkan petani responden sebagian besar merupakan petani dengan kelompok
kegiatan komoditi tanaman pangan (56,76%).
Tabel 14. Sebaran Petani Penerima Program READSI Menurut Luas
Kepemilikan Lahan dan Kelompok Kegiatan Komoditi
Luas Kelompok Kegiatan Komoditi
Kepemilikan Tanaman Horti- Jumlah
Pekarangan Kakao Kelapa
Lahan (Ha) Pangan kultura
< 0,05 14 0 0 0 0 14
0,06 - 0,5 0 5 0 3 0 8
> 0,5 - 1,0 0 20 2 7 1 30
> 1,0 0 17 2 3 0 22
Jumlah 14 42 4 13 1 74
Sumber: Olahan Data Primer (2020)

4.3. Deskripsi Pelaksanaan Program READSI


Program READSI di Kecamatan Mootilango dimulai pada tahun 2019 yang
merupakan salah satu dari enam Kecamatan di Kabupaten Gorontalo. Selain di
Kecamatan Mootilango,Kecamatan lain sebagai pelaksana program READSI di
Kabupaten Gorontalo yaitu di Kecamatan Asparaga, Dungaliyo, Bongomeme,
Tabongo dan Tibawa. Program READSI yang dilaksanakan di Kabupaten
Gorontalo merupakan kelanjutan dari program READ yang telah dilaksanakan di
beberapa Provinsi d Indonesia.
Salah satu tujuan dari pelaksanaan program READSI yaitu memperkuat
kelembagaan petani dan menumbuhkan regenerasi petani. Penerima program
READSI adalah petani yang tercantum dalam database petani rumah tangga
miskin. Kegiatan utama dari program READSI yaitu pelaksanaan Sekolah Lapang
(SL), Temu Lapang (TL), Laboratorium Lapangan (LL), demonstrasi dan Farmer
Review Day (FRD). Sekolah Lapang (SL) merupakan kegiatan proses belajar-
mengajar yang dilaksanakan di lahan petani peserta. Di samping kegiatan Sekolah
Lapang (SL), petani diharapkan mampu menerapkan ilmu di Laboratorium

48
Lapangan. Temu Lapang (TL) merupakan forum pertemuan antara petani,
penyuluh pertanian lapangan, pemimpin Dinas lingkup pertanian Pemerintah
Daerah dan pihak terkait lainnya untuk membahas suatu inovasi hasil pengkajian
dan penerapan selanjutnya. Demonstrasi merupakan kegiatan memperkenalkan
teknologi kepada petani. Sedangkan Farmer Review Day (FRD) merupakan
evaluasi kegiatan yang telah telah dilaksanakan dari awal hingga akhir yang
terkait dengan komoditi utama yang berada di setiap Desa. Program READSI
dilaksanakan di Desa Paris, Payu dan Pilomonu.
Kelompok kegiatan READSI di Kecamatan Mootilango meliputi kegiatan
pekarangan yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT), kelompok
komoditi tanaman pangan (dalam hal ini khusus padi sawah dan jagung),
hortikultura, kakao dan kelapa. Petani penerima READSI di Kecamatan
Mootilango semuanya berjumlah 275 orang dengan rincian 100 orang petani dari
Desa Paris, 100 orang dari Desa Payu dan 75 orang petani dari Desa Pilomonu.
Pelaksanaan program READSI direncanakan selama lima tahun. Dalam
setahun pelaksanaan di Kecamatan Mootilango telah diselenggarakan Sekolah
Lapang dengan frekwensi pertemuan paling banyak 12 kali. Selain itu dilakukan
pelaksanaan demonstrasi dan Farmer Review Day (FDR) yaitu sejenis evaluasi
diri petani sebagai tindak lanjut dari intensitas komunikasi yang dilakukan oleh
penyuluh dan pendamping Desa.

4.4. Tingkat Keberdayaan Petani pada Program READSI


Keberdayaan petani merupakan salah satu sasaran yang harus secara
langsung dicapai oleh petani melalui program READSI. Keberdayaan petani
merupakan ciri-ciri yang melekat pada diri petani yang membedakan dirinya
dengan petani lain. Indikator dari proses keberdayaan petani dalam penelitian ini
adalah tingkat kemampuan mengakses informasi pertanian, tingkat kemampuan
mengambil keputusan, tingkat kemampuan mengakses pasar, tingkat kemampuan
pengelolaan usahatani, tingkat kemampuan bermitra dan tingkat kemampuan
beradaptasi.

49
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan petani secara
umum tinggi (skor rata-rata 77,66). Semua tingkat kemampuan petani berada
dalam kategori tinggi kecuali pada tingkat kemampuan beradaptasi yang berada
pada kategori sangat tinggi. Tingkat keberdayaan petani umumnya ditunjukkan
dari pengelolaan usahatani yang baik, teratur dan berkesinambungan. Kegiatan
READSI yang telah diikuti selama kurun waktu 1 tahun setidaknya sudah
membawa petani pada tingkat keberdayaan yang tinggi. Tingkat keberdayaan
petani pada setiap tingkat kemampuan ditunjukkan pada Tabel 15.

4.4.1. Tingkat Kemampuan Mengakses Informasi Pertanian


Tingkat kemampuan petani dalam mengakses informasi pertanian telah
berada pada kategori tinggi (skor rata-rata 76,80). Petani dinilai telah memiliki
pengetahuan yang memadai untuk menyaring dan menggunakan informasi
pertanian. Pengetahuan tersebut membawa petani untuk bersikap dan terampil
dalam menyaring dan menggunakan informasi pertanian. Peran penyuluh dan
pendamping secara aktif telah mampu menggerakkan petani dalam menerima,
menggunakan dan membagikan informasi pertanian yang diperoleh.

4.4.2. Tingkat Kemampuan Mengambil Keputusan


Petani dalam membuat keputusan merupakan hasil akhir dari sebuah proses
yang diawali dengan kemampuan memecahkan masalah, mengelola tekanan dan
bertanggung jawab terhadap tindakannya. Kemampuan petani dalam mengambil
keputusan merupakan sikap petani sebagai bagian dari keberdayaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan petani dalam mengambil
keputusan berada pada kategori tinggi (skor rata-rata 78,10).

4.4.3. Tingkat Kemampuan Mengakses Pasar


Kemampuan mengakses pasar merupakan pengetahuan petani dalam
mencari peluang pasar dan menentukan harga produk yang menguntungkan.
Pengetahuan yang baik diharapkan akan mampu membuat petani memiliki sikap
dan keterampilan dalam mengakses pasar terutama mencari peluang pasar.

50
Kemampuan petani dalam mengakses pasar berada pada tingkat yang tinggi
dengan skor rata-rata 65,11. Namun demikian tidak semua petani telah memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mencari peluang pasar. Sebanyak 18,92% petani
masih kesulitan terutama untuk mencari peluang pasar terutama dalam hal
menentukan harga hasil usahatani. Dalam hal ini harga komoditi tanaman pangan
dan kakao banyak ditentukan oleh pedagang dan sangat dipengaruhi oleh musim.
Sedangkan peluang pasar banyak diperoleh petani pada kelompok komoditi
kelapa dan budidaya lahan pekarangan.
Tabel 15. Tingkat Keberdayaan Petani pada Setiap Tingkat Kemampuan
No. Tingkat Kemampuan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Akses pada informasi pertanian:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 0 0,00
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 7 9,46
d. 61 - 80 (tinggi 14 18,92
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 48 64,86
Jumlah 74
Rata-rata = 76,80
2. Pengambilan keputusan:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 6 8,11
c. 41 - 60 (sedang) 2 2,70
d. 61 - 80 (tinggi 5 6,76
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 60 81,08
Jumlah 74
Rata-rata = 78,10
3. Akses pada pasar:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 6 8,11
c. 41 - 60 (sedang) 7 9,46
d. 61 - 80 (tinggi 60 81,08
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 0 0,00
Jumlah 74
Rata-rata = 65,11
4. Pengelolaan usahatani
a. 0 - 20 (sangat rendah) 0 0,00
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 9 12,16
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 55 74,32
Jumlah 74

51
Rata-rata = 77,28
5. Bermitra:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 39 52,70
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 24 32,43
Jumlah 74
Rata-rata = 75,41
6. Beradaptasi:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 0 0,00
c. 41 - 60 (sedang) 4 5,41
d. 61 - 80 (tinggi 9 12,16
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 60 81,08
Jumlah 74
Rata-rata = 84,64
7. Tingkat keberdayaan:
a. 0 - 20 (sangat rendah) 1 1,35
b. 21 - 40 (rendah) 5 6,76
c. 41 - 60 (sedang) 5 6,76
d. 61 - 80 (tinggi 11 14,86
e. 81 - 100 (sangat tinggi) 62 70,27
Jumlah 74
Rata-rata = 77,66
Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2020)

4.4.4. Tingkat Kemampuan Pengelolaan Usahatani


Kemampuan pengelolaan usahatani merupakan sebuah pengetahuan, sikap
dan keterampilan teknis petani dalam melaksanakan usaha sesuai dengan yang
telah direncanakan, membuat catatan sederhana mengenai keuangan usahatani,
kemampuan memperhitungkan risiko dan kemampuan menggunakan teknologi
lokal yang memadai dan membatu kegiatan usahatani. Tingkat kemampuan petani
dalam mengelola uahatani berada pada kategori tinggi (skor rata-rata 77,28).
Diperlukan waktu dan proses yang panjang dalam hal petani memiliki
kemampuan membuat sebuah catatan keuangan. Namun setidaknya petani telah
memiliki kemampuan menghitung biaya dan hasil usahataninya sehingga
mengetahui posisi pendapatan usahatani apakah telah berada pada tingkat yang
menguntungkan atau belum.

52
4.4.5. Tingkat Kemampuan Bermitra
Mitra merupakan sekelompok orang yang diharapkan dapat meningkatkan
keberdayaan petani. Mitra ini adalah para pihak seperti petani dalam kelompok
maupun kelompok lain, kelembagaan (baik selaku penyedia sarana produksi,
permodalan dan pemasaran maupun kelembagaan lainnya dalam agribisnis).
Kemampuan petani dalam bermitra (menjalin kemitraan) akan dapat memberikan
keuntungan bagi petani dalam banyak hal sejauh mitra tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kentingan positif dan terkait dengan pengelolaan usahatani.
pelaksanaan program READSI mampu membawa petani untuk banyak mengenal
kelembagaan terutama penyedia sarana produksi pertanian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan bermitra petani READSI berada pada
kategori tinggi (75,41). Namun demikian masih terdapat 14,85% petani yang
masih kesulitan dalam meningkatkan kemampuan bermitra. Pemanfaatan
hubungan komunikasi dengan petani baik dalam kelompok maupun antar
kelompok merupakan tahapan awal petani yang masih kesulitan dalam
meningkatkan kemampuan bermitra.

4.4.6. Tingkat Kemampuan Beradaptasi


Beradaptasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh petani untuk
lebih berdaya. Kemampuan beradaptasi merupakan sebuah pengetahuan, sikap
dan keterampilan petani dalam menghadapi berbagai perubahan seperti perubahan
pasar, teknologi, cuaca maupun perilaku mitra. Kemampuan beradaptasi
merupakan proses yang relatif sulit dan memerlukan waktu yang panjang.
Pengalaman petani dalam berusahatani diharapkan dapat menjadi modal penting
dalam meningkatkan kemampuan beradaptasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa petani telah memiliki tingkat kemampuan beradaptasi dengan sangat tinggi
(skor rata-rata 84,64).

53
4.5. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi, Intensitas Pemberdayaan,
Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi, Ciri Kepribadian, Ketersediaan
Informasi dan Partisipasi Petani dalam Kelompok dengan Tingkat
Keberdayaan
4.5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi petani dalam penelitian ini digambarkan
melalui umur petani, pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan formal dan non
formal, tingkat kekosmopolitan dan skala usahatani. Karakteristik sosial ekonomi
memberikan gambaran keragaman diri petani penerima program READSI dalam
kaitannya dengan tingkat pemberdayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik sosial ekonomi petani berada pada kategori sedang (skor 49,08).

Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat


hubungan yang tidak nyata antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan
tingkat pemberdayaan (koefisien korelasi 0,138). Hal ini dapat diartikan bahwa
secara umum tingkat pemberdayaan yang tinggi telah merata terjadi pada diri
petani tanpa melihat keragaman karakteristik sosial ekonomi.

4.5.2. Intensitas Pemberdayaan


Intensitas pemberdayaan merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan
oleh petugas penyuluh pertanian dan pendamping desa dalam mendidik,
membantu, memfasilitasi, membimbing dan mendampingi petani dalam
mengelola usahataninya. Kegiatan dalam program READSI yang dilakukan oleh
petugas ditujukan untuk pengembangan kemampuan bertani, pengembangan
perilaku inovatif, penguatan partisipasi petani, pengembangan kelompok,
penguatan akses terhadap sumberdaya dan penguatan kemampuan bermitra. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intensitas pemberdayaan petani melalui program
REDSI berada pada kategori sedang (54,10). Program yang baru berjalan selama
satu tahun masih belum mampu mengangkat intensitas pemberdayaan pada
tingkat yang lebih baik.
Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang tidak nyata antara intensitas pemberdayaan dengan tingkat
pemberdayaan (koefisien korelasi 0,120). Hal ini menunjukkan bahwa petani yang

54
memiliki tingkat pemberdayaan yang lebih baik (di atas rata-rata) dan petugas
penyuluh dinilai mampu mengangkat petani dengan intensitas pemberdayaann
yang lebih rendah pada tingkat pemberdayaan yang tinggi. Lampiran 5
menunjukkan bahwa terdapat 32,43% petani yang memiliki intensitas
pemberdayaan dengan skor lebih dari 60.

4.5.3. Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi Petani


Variabel ini menunjukkan bahwa individu atau kelompok dan sistem
kemasyarakatan yang telah menjadi norma pengatur dan atau kelembagaan yang
mengandung nilai atau norma dan pemanfaatan keberadaannya mempengaruhi
pola pikir dan tindakan petani dalam melaksankan usahatani. Dalam lingkungan
fisik dan sosial ekonomi petani terdapat indikator dukungan kebijakan
pemerintah, tokoh tani, kelembagaan agribisnis dan tenaga ahli pertanian serta
ketersediaan infrastruktur. Hasil penelitian pada variabel lingkungan fisik dan
sosial ekonomi menunjukkan skor 63,58 (tinggi) yang berarti bahwa petani telah
merasakan adanya berbagai dukungan tersebut pada lingkungan dan sosial
ekonomi.
Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat nyata (tingkat kepercayaan 99%) antara lingkungan fisik
dan sosial ekonomi dengan tingkat pemberdayaan (koefisien korelasi 0,342). Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan fisik dan sosial ekonomi petani
menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan pemberdayaan petani.

4.5.4. Ciri Kepribadian Petani


Ciri kepribadian petani merupakan aspek yang melekat pada diri petani
yang berkaitan dengan kesiapannya untuk mengembangkan diri dalam melakukan
usahatani berbasis agribisnis. Aspek-aspek tersebut yaitu tingkat semangat kerja
keras, kepercayaan diri, keberanian mengambil risiko dan tingkat kreativitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri kepribadian petani berada pada kategori
tinggi (skor 62,21).
Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata pada tingkat kepercayaan 95% antara ciri kepribadian petani

55
dengan tingkat pemberdayaan (koefisien korelasi 0,274). Hal ini menunjukkan
bahwa ciri kepribadian petani menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
pemberdayaan petani. Kemampuan petani yang baik dalam mengelola
usahataninya merupakan faktor yang membuat petani menjadi berdaya dan kuat.

4.5.5. Ketersediaan Informasi Pertanian


Variabel ketersediaan informasi pertanian merupakan keberadaan tentang
ide, gagasan atau teknik yang dianggap baru dan dinilai lebih bermanfaat dalam
keberadaan usahatani berbasis agribisnis. Dalam variabel ini terdapat indikator
seperti manfaat informasi, jenis iinformasi, kualitas dan kredibilitas pemberi
informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan informasi pertanian
berada pada kategori tinggi (skor 78,47). Hal ini menunjukkan bahwa petani
penerima program READSI telah merasakan manfaat informasi pertanian untuk
mengembangkan usahataninya.
Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang tidak nyata antara ketersediaan informasi pertanian dengan tingkat
pemberdayaan (koefisien korelasi 0,037). Hal ini menunjukkan bahwa
ketersediaan informasi bagi petani telah dirasakan sebelumnya dan secara merata
telah dimiliki oleh petani.

4.5.6. Partisipasi Petani dalam Kelompok


Partisipasi petani dalam kelompok merupakan keterlibatan petani dalam
kegiatan-kegiatan bersama petani satu hamparan yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi (monitoring) dan pemanfaatan hasil. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam kelompok berada pada
kategori tinggi (skor 64,44). Kegiatan program READSI telah melibatkan semua
petani meskipun dengan frekwensi yang berbeda pada setiap desa dan kelompok
kegiatan komoditi.
Hasil analisis korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang tidak nyata antara keterlibatan petani dalam kelompok dengan tingkat
pemberdayaan (koefisien korelasi 0,139). Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan

56
petani melalui kegiatan yang ada pada program READSI mampu meningkatkan
pemberdayaan petani.
Tabel 16. Hubungan Setiap Variabel (Koefisien Korelasi Rank-Spearman)
dengan Tingkat Pemberdayaan Petani
No. Variabel Koefisien Korelasi
1. Karakteristik Sosial Ekonomi 0,138
2. Intensitas Pemberdayaan 0,120
3. Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi Petani 0,342**
4. Ciri Kepribadian Petani 0,274*
5. Ketersediaan Informasi Pertanian 0,037
6. Partisipasi Petani dalam Kelompok 0,139
Sumber: Olahan Data Primer (2020)
* nyata pada taraf kepercayaan 95%
** nyata pada taraf kepercayaan 99%

57
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Secara umum tingkat pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani
berbasis READSI berada pada kategori tinggi (skor 77,66). Variabel
karakteristik sosial ekonomi petani dan intensitas pemberdayaan berada pada
kategori sedang. Sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial ekonomi, ciri
kepribadian petani, ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani
dalam kelompok berada pada kategori tinggi.
2. Variabel karakteristik sosial ekonomi petani, intensitas pemberdayaan,
ketersediaan informasi pertanian dan partisipasi petani dalam kelompok
memiliki hubungan yang tidak nyata dengan tingkat pemberdayaan petani
dalam pengelolaan usahatani. Sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial
ekonomi dan ciri kepribadian petani berhubungan nyata dengan tingkat
pemberdayaan petani dalam pengelolaan usahatani (nyata pada taraf
kepercayaan 95% dan 99%).

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan atas hasil penelitian yaitu:
1. Diperlukan keterlibatan petugas penyuluh pertanian dan peran pendamping
petani di tingkat Desa dalam meningkatkan intensitas pemberdayaan.
2. Perlu mengidentifikasi petani untuk membentuk dan meningkatkan partisipasi
petani dalam kelompok agar lebih merata.
DAFTAR PUSTAKA

Akrab. 2017. Penguatan Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam


Pengelolaan Irigasi Awo di Sulawesi Selatan. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ambarsari, I., A. Choliq dan S. Bahri. 2007. Ptensi Pengembangan Agroindustri
Jambu Biji Merah di Kabupaten Banjarnegara (Studi Kasus Desa
Kaliwungu Kecamatan Mandiraja). Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Jawa Tengah Vol.5 No.1. Semarang.
Anantanyu, S. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas
Kelembagaan Kelompok Petani. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Asngari, P.A. 2007. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan
dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Pembangunan yang Bermartabat. Penyunting Ida Yustina dan Adjat
Sudradjat. Pustaka Bangsa Press. Medan.
Bahua, M.I. 2015. Penyuluhan dan Pemberdayaan Petani Indonesia. Ideas
Publishing. Gorontalo.
BPS Provinsi Gorontalo. 2020. Produk Domestik Regional Bruto ADHK Provinsi
Gorontalo.
Ghalia, L.S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka
Pelajar. Jakarta.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS edisi
keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Grossman, G.M. dan A.B. Krueger. 2004. Economic Growth and The
Environment. National Bureau of Economic Research.
Hariandja, M. T. E. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Grasindo.
Hendrasturi, F. 2010. Persepsi Penerimaan Program Terhadap Program Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Karsidi, R. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.
Kementerian Pertanian RI. 2007. Peraturan Menteri Pertanian tentang Pembinaan
Kelembagaan Petani. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Kementerian Pertanian RI. 2007. Peraturan Menteri Pertanian tentang Program
Pemberdayaan Perdesaan dan Pembangunan Pertanian. Kementerian
Pertanian RI. Jakarta.
Kementerian Pertanian RI. 2008. Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Kementerian Pertanian RI. 2019. Pedoman Pelaksanaan 2019 Program Rural
Empowerment and Agricultural Development Scaling Up Initiative
(READSI). Pusat Pelatihan Pertanian Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Kementerian Pertanian RI. 2020. Pedoman Pelaksanaan Program READSI 2020
Pusat Pelatihan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Kerlinger, F.N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral, edisi ketiga cetakan ke-11
(Penerjemah L.R. Simatupang). Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Mardikanto, T. 2013. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Mardikanto, T. dan P. Soebianto. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.
Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Prenada Media Group. Jakarta.
Purnomo, H., Sumardjo, D. Martianto, W.Q. Mugniesjah, E. Rustandi, Sudrajat,
C.M. Kusharto dan M. Ardiansyah. 2004. Analisis Pengembangan
Usahatani Tanaman Pangan Terpadu Cianjur Selatan. Kerjasama Fakultas
Pertanian IPB dengan Departemen Pertanian RI. Bogor.
Ramadhan, R. 2013. Analisis Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat dama
Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca. Journal Universitas
Airlangga Vol. 2 No. 2.
Rianse, U. dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Teori dan
Aplikasi. Alfabeta. Bandung.
Ruhimat, I.S. 2007. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani dalam
Pengembangan Usahatani Agroforestry: Studi Kasus di Desa
Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol.14 No.1.

60
Sadono, D. 2012. Model Pemberdayaan Petani dalam Pengelolaan Usahatani Padi
di Kabupaten Karawang dan Cianjur Provinsi Jawa Barat. Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siagian, S.P. 2002. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (1995). Metode Penelitian Survai Edisi Revisi.
Jakarta.
Soebiyanto, F.X. 1998. Peranan Kelompok dalam Pengembangan Kemandirian
Petani dan Ketangguhan Berusahatani. Disertasi. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Boogor. Bogor.
Sugiharto dan T.J.R. Sitinjak. 2006. LISREL. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Alfabeta.
Bandung
Sukanto,S. 2006. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Rajawali. Jakarta.
Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju
Pengembangan Kemandirian Petani. Kasus di Provinsi Jawa Barat.
Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunuharyo. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai Upaya
Peningkatan Kinerja Karyawan. Malang.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu usahatani. Penebar Swadaya Grup.
Sutarto, J. 2008. Identifikasi Kebutuhan dan Sumber Belajar Pendidikan
Nonformal. Semarang.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian (Maret).
Wahyudi, D. 2016. Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta.
Wahyuni, S. 2003. Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem Usahatani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. Bogor.
Widarjono, A. 2017. Dampak penerbitan sukuk dan obligasi konvensional
terhadap return saham perusahaan di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Keuangan Islam. Jakarta.
Winardi. 2003. Manajemen Prilaku Organisasi. Prenada Media Group. Jakarta.

61
Yustina, I. dan A. Sudradjat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan: Didedikasikan kepada Prof. Dr. H.R. Margono Slamet. IPB
Press. Bogor.

62
Lampiran 2. Biodata Penulis

RIWAYAT HIDUP
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan

KUESIONER

PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS PROGRAM READSI DI


KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

A. IDENTITAS RESPONDEN (Karakteristik Sosial Ekonomi)

1. Nama :

2. Umur : .................. tahun

3. Alamat : Dusun ..........................


Desa ............................

4. Usahatani yang dilakukan: a. Padi sawah


Pilih yang sesuai dengan kondisi b. Jagung
c. Kelapa
d. Kakao

5. Menjadi petani sejak tahun …………….


(Sudah ……………….. tahun)

6. Pendidikan formal
a. SD b. SMP
c. SMA d. Diploma / Perguruan Tinggi

7. Pendidikan non formal terkait dengan pengelolaan usahatani yang diikuti


No. Pendidikan Non Formal Lokasi Lama (hari)
1. Magang
2. Pelatihan
3. Kursus
4. Sekolah Lapang

8. Luas lahan yang diusahakan


No. Komoditas Luas (ha)
1. Padi sawah
2. Jagung
3. Kelapa
4. Kakao
5. Pemanfaatan pekarangan

9. Saat ini bapak/ibu menjadi kelompok tani apa dalam program READSI?

64
10. Dengan siapa saja bapak/ibu selalu berhubungan dengan orang-orang di
sekitar yang terkait dengan pengembangan usahatani bapak/ibu? Berapa
sering hubungan/komunikasi/interaksi tersebut bapak/ibu lakukan?

No. Orang yang dihubungi Frekwensi dalam sebulan


1. Penyuluh
2. Toko Tani (Penyedia sarana produksi)
3. Tokoh Tani
4. Lainnya ………

B. VARIABEL INTENSITAS PEMBERDAYAAN

Berikan jawaban yang menurut bapak/ibu paling sesuai pada pernyataan berikut
ini.

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
C : Cukup
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan STS TS C S SS


Keberadaan Penyuluh mampu meningkatkan
1.
pengetahuan bertani
Keberadaan Penyuluh mampu meningkatkan
2.
keterampilan bertani
Materi yang diberikan Penyuluh merupakan
3.
inovasi dan informasi terbaru
Penyuluh menguasai materi yang diberikan
4.
kepada petani
Penyuluh mampu menyadarkan petani untuk
5.
selalu tanggap (responsif) terhadap inovasi
Penyuluh mampu memotivasi petani untuk
6.
selalu tanggap (responsif) terhadap inovasi
Penyuluh selalu tanggap terhadap kebutuhan
7.
petani mengenai inovasi dalam usahatani
Penyuluh selalu memfasilitasi kebutuhan
8.
petani terhadap kegiatan usahatani
Penyuluh selalu membuat rencana kegiatan
9.
usahatani
Penyuluh selalu melaksanakan kegiatan
10.
usahatani yang telah direncanakan
No. Pernyataan STS TS C S SS

65
Penyuluh selalu melakukan evaluasi atau
11. penilai terhadap kegiatan usahatani yang telah
dilakukan
Penyuluh membuat kegiatan yang membuat
12.
kelompoktani lebih dinamis (banyak kegiatan)
Penyuluh selalu menyediakan waktu untuk
13. bertemu dengan kelompoktani sesuai
permintaan kelompoktani / petani
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
14.
mencari informasi kepada penyedia sarana
produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
15. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mencari informasi kepada penyediaan modal
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
16. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mengakses penyedia sarana produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
17. dan pikiran untuk membantu petani dalam
mengakses penyedia modal
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
18.
bekerjasama dengan lembaga/toko penyedia
sarana produksi
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
19.
bekerjasama dengan pedagang/toko atau
lembaga pemasaran lainnya
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
20.
bekerjasama dengan pabrik atau lembaga
pengolahan hasil lainnya
Penyuluh selalu menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membantu petani dalam
21.
bekerjasama dengan koperasi atau bank atau
lembaga permodalan lainnya

C. VARIABEL FISIK DAN SOSIAL EKONOMI

66
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memahami Program READSI dengan
1.
baik
Saya memahami maksud Pemerintah
2.
mencanangkan Program READSI
Tokoh tani selalu memberikan bantuan
3.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Tokoh tani selalu memberikan bimbingan
4.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Tokoh tani selalu memberikan pendampingan
5.
kepada kontak tani dan kelompoktani
Mesin dan peralatan mampu menunjang
6.
kegiatan pertanian
Terdapat gudang yang memadai untuk
7.
menunjang kegiatan pertanian
Jalan / jalan raya yang ada memadai untuk
8.
mempermudah menjual hasil usahatani
Sarana angkutan / angkutan umum telah ada
9. dan terdapat dalam jumlah yang cukup untuk
mempermudah menjual hasil usahatani
Saya merasa mudah mendapatkan sarana
10.
produksi pertanian
Saya merasa mudah mendapatkan bantuan
11.
modal usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
12. bantuan kepada Penyuluh untuk membantu
permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
13. bantuan kepada Peneliti untuk membantu
permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
14. bantuan kepada ahli pertanian untuk
membantu permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
15. bantuan kepada lembaga penyuluhan untuk
membantu permasalahan usahatani
Saya merasa mudah menemui dan meminta
16. bantuan kepada lembaga penelitian untuk
membantu permasalahan usahatani

D. VARIABEL CIRI KEPRIBADIAN PETANI

67
No. Pernyataan STS TS C S SS
1. Saya merasa tekun dalam mengelola usahatani

2. Saya merasa ulet dalam mengelola usahatani


Saya selalu berusaha memanfaatkan segenap
3. sumberdaya yang saya miliki untuk mengelola
usahatani
Saya bersedia menanggung risiko apapun
4. untuk mengembangkan usahatani yang saya
kelola
Saya berusaha berperilaku profesional
(bertindak sesuai perilaku sebagai seorang
5.
petani) untuk mengembangkan usahatani yang
saya kelola
Saya bersedia menanggung risiko terhadap
6. penggunaan teknolgi yang mendukung
pengembangan usahatani
Saya berusaha mencari dan menggunakan
7. jalan lain (pilihan/alternatif) untuk
memperbaiki usahatani yang saya kelola

E. VARIABEL KETERSEDIAAN INFORMASI PERTANIAN

No. Pernyataan STS TS C S SS


Materi informasi dan penyuluhan pertanian
1.
yang disediakan terbaru / terkini / aktual
Materi informasi dan penyuluhan pertanian
2.
yang disediakan tepat guna
Materi informasi dan penyuluhan pertanian
3.
yang disediakan lengkap
Terdapat informasi teknis yang tersedia dalam
4.
materi informasi pertanian
Terdapat informasi harga yang tersedia dalam
5.
materi informasi pertanian
Terdapat informasi lokasi yang tersedia dalam
6.
materi informasi pertanian
Informasi pertanian yang menunjang
7.
kebutuhan petani terdapat muatan agribisnis
Informasi pertanian yang menunjang
8. kebutuhan petani terdapat muatan keseraian
lingkungan

68
No. Pernyataan STS TS C S SS
Informasi pertanian yang menunjang
9. kebutuhan petani terdapat muatan kebijakan
pembangunan pertanian
Informasi pertanian yang menunjang
10. kebutuhan petani terdapat muatan keaneka
ragaman usahatani
Informasi pertanian yang menunjang
11. kebutuhan petani terdapat muatan penerapan
teknologi tepat guna bagi petani

F. VARIABEL PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK

Frekwensi dalam 1
No. Pernyataan
bulan (kali)
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
1.
hamparan yang membahas:
a. Analisis masalah
b. Menentukan jenis kegiatan
c. Menentukan jenis sumberdaya yang akan
digunakan
d. Mencari sumber input yang akan digunakan
e. Besaran dana input yang akan diigunakan
f. Waktu kegiatan
g. Lokasi kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
2.
hamparan dalam kegiatan:
a. Sosialisasi
b. Rekrutmen sasaran (mencari anggota baru)
c. Membuat laporan kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
3.
hamparan dalam kegiatan:
a. Menilai tahapan perencanaan kegiatan
b. Menilai tahapan pelaksanaan kegiatan
c. Menilai tahapan pembuatan lapran kegiatan
Keikutsertaan bersama petani dalam satu
4. hamparan dalam kegiatan menikmati manfaat atau
hasil dari kegiatan

69
G. VARIABEL TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI DALAM
BERUSAHATANI

No. Pernyataan STS TS C S SS


Saya memiliki pengetahuan yang memadai
1. untuk menyaring dan menggunakan informasi
pertanian
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
2. menyaring dan menggunakan informasi
pertanian
Saya memiliki keterampilan yang memadai
3. untuk menyaring dan menggunakan informasi
pertanian
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
4.
untuk membuat keputusan dalam berusahatani
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
5. untuk memecahkan masalah dalam
berusahatani
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
6. untuk mengelola tekanan jawab dalam
berusahatani
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
7.
untuk bertanggung jawab dalam berusahatani
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
8.
membuat keputusan dalam berusahatani
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
9.
memecahkan masalah dalam berusahatani
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
10.
mengelola tekanan jawab dalam berusahatani
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
11.
bertanggung jawab dalam berusahatani
Saya memiliki keterampilan yang memadai
12.
untuk membuat keputusan dalam berusahatani
Saya memiliki keterampilan yang memadai
13. untuk memecahkan masalah dalam
berusahatani
Saya memiliki keterampilan yang memadai
14. untuk mengelola tekanan jawab dalam
berusahatani
Saya memiliki keterampilan yang memadai
15.
untuk bertanggung jawab dalam berusahatani
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
16.
untuk mencari peluang pasar
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
17.
untuk menentukan harga hasil panen

70
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
18.
mencari peluang pasar
Saya memiliki sikap yang memadai untuk
19.
menentukan harga hasil panen
Saya memiliki keterampilan yang memadai
20.
untuk mencari peluang pasar
Saya memiliki keterampilan yang memadai
21.
untuk menentukan harga hasil panen
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
22.
merencanakan kegiatan usahatani yang saya
kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk membuat
23.
pembukuan sederhana atas kegiatan usahatani
yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
24.
menghitung dan menanggung risiko atas
kegiatan usahatani yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk
25.
menemukan cara dan menggunakan teknologi
lokal atas kegiatan usahatani yang saya kelola
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
26.
kerjasama dengan petani lain dalam satu
kelompok
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
27.
kerjasama dengan petani lain dalam kelompok
lain
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
28.
kerjasama dengan pedagang, toko atau
lembaga penyedia sarana produksi pertanian
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
29.
kerjasama dengan koperasi, bank atau
lembaga penyedia modal
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang memadai untuk menjalin
30.
kerjasama dengan pedagang, toko atau
lembaga pemasaran lainnya

71
No. Pernyataan STS TS C S SS
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
31. keterampilan yang memadai untuk menjalin
kerjasama dengan lembaga agribisnis lainnya
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
32. keterampilan yang memadai untuk
menghadapi perubahan pasar
Saya memiliki pengetahuan, sikap dan
33. keterampilan yang memadai untuk
menghadapi perubahan teknologi

72
Lampiran 4. Identitas responden
Jenis Umur Pengalaman Pendidikan
No Nama Desa
kelamin (tahun) (tahun) Formal
1 Purwani Maruae Perempuan Paris 23 2 SMA
2 Rustina Dunggio Perempuan Paris 44 15 Diploma
3 Zenab Nusi Perempuan Paris 25 3 SMA
4 Erwan Harun Laki-laki Paris 49 16 SMA
5 Amir Mustapa Laki-laki Paris 39 15 SD
6 Ali Ibrahim Laki-laki Paris 69 20 SD
7 Safrudin Pirus Laki-laki Paris 38 15 SMP
8 Yamin Abdullah Laki-laki Paris 37 14 Diploma
9 Nasaru Nggiu Laki-laki Paris 40 18 SMA
10 Rahman Nukusa Laki-laki Paris 47 15 SD
11 Kadir Maruwar Laki-laki Paris 40 9 SD
12 Yarpan Abdullah Laki-laki Paris 34 10 SD
13 Abd Hadi Pulu Laki-laki Paris 59 12 SD
14 Samino Samin Laki-laki Paris 43 8 SD
15 Saman Djafar Laki-laki Paris 52 10 SD
16 Abd Kadir Lamat Laki-laki Paris 54 9 SD
17 Ahm Suronoto Laki-laki Paris 54 10 SMA
18 Kanip Laki-laki Paris 38 4 SD
19 Saipul Nusi Laki-laki Paris 52 10 SD
20 Hadija Basiru Perempuan Paris 52 11 SD
21 Darwin Rauf Laki-laki Paris 68 12 SD
22 Abd Wahid Mah. Laki-laki Paris 49 10 SD
23 Ruaida Damalu Perempuan Paris 53 3 SD
24 Ongki Dunggio Laki-laki Pilomonu 29 2 SD
25 Saida Isa Perempuan Pilomonu 37 8 SD
26 Rison Lahabila Laki-laki Pilomonu 33 12 SD
27 Ibrahim Djafar Laki-laki Pilomonu 62 12 SD
28 Ulin Olabu Laki-laki Pilomonu 45 9 SD
29 Rostin Omili Perempuan Pilomonu 44 9 SD
30 Nurmin Sinto Perempuan Pilomonu 30 10 SD
31 Abd Hapit Musa Laki-laki Pilomonu 44 15 Diploma
32 Fandi Makruf Laki-laki Pilomonu 26 14 SMA
33 Arifin Limonu Laki-laki Pilomonu 44 12 SD
34 Gestin Lapamalu Laki-laki Pilomonu 51 5 SD
35 Hasan Lewo Laki-laki Pilomonu 41 6 SD

36 Sulistia Harun Perempuan Pilomonu 31 10 SMA

73
37 Zainab Mohd. Perempuan Pilomonu 37 3 SD
38 Akuba Husain Laki-laki Pilomonu 59 5 SD
39 Rikson Dunggio Laki-laki Pilomonu 49 4 SD
40 Fadli A Latif Laki-laki Pilomonu 26 4 SMP
41 Ibrahim Ahmd Laki-laki Pilomonu 35 6 SD
42 Tamrin Ma'ruf Laki-laki Pilomonu 52 12 SD
43 Nune Adam Laki-laki Pilomonu 55 11 SD
44 Udin Adam Laki-laki Pilomonu 65 12 SD
45 Muslim Adam Laki-laki Pilomonu 38 8 SD
46 Anton Suleman Laki-laki Payu 46 20 SD
47 Efendi Mointi Laki-laki Payu 49 17 SMA
48 Ervina Suleman Perempuan Payu 41 3 SD
49 Sri Eti Yaru Perempuan Payu 44 5 SD
50 Rajak Ali Laki-laki Payu 47 16 SD
51 Cili Panani Perempuan Payu 43 11 SD
52 Asna Karim Perempuan Payu 44 11 SD
53 Misran Tomayah Laki-laki Payu 38 16 Diploma
54 Kadir Agulu Laki-laki Payu 57 11 SD
55 Kisman Umar Laki-laki Payu 42 9 SD
56 Oyis Nungga Perempuan Payu 36 10 SD
57 Tuna Kadir Abd Laki-laki Payu 45 11 SD
58 Sopyan Nabu Laki-laki Payu 40 10 SD
59 Rahman Kadir Laki-laki Payu 46 9 SD
60 Yacob Towali Laki-laki Payu 50 10 SD
61 Ratna Ishak Perempuan Payu 50 11 SD
62 Arman Matolodu Laki-laki Payu 70 11 SD
63 Yahya Iskandar Laki-laki Payu 30 7 SD
64 Ram Ishak Laki-laki Payu 56 11 SD
65 Adnan Boutii Laki-laki Payu 63 12 SD
66 Ramin Inga Laki-laki Payu 65 12 SD
67 Kasim Hasan Laki-laki Payu 76 13 SD
68 Werni Ishak Laki-laki Payu 44 9 SD
69 Rasmin Gugu Laki-laki Payu 47 10 SD
70 Nina Sayiu Perempuan Payu 42 9 SD
71 Neli Husain Perempuan Payu 56 10 SD
72 Olan Idris Laki-laki Payu 35 4 SMA
73 Salma Karim Perempuan Payu 37 3 SMA
74   Laki-laki Payu 33 4 SD

74
Lampiran 4 (lanjutan). Identitas responden
Pend. Non Formal Luas Lahan Frek
No Nama Kelpk Tani
Jenis Frekw. (Ha) Kontak
1 Purwani Maruae SL 12 0.01 8 Pekr
2 Rustina Dunggio SL 12 0.05 9 Pekr
3 Zenab Nusi SL 12 0.01 8 Pekr
4 Erwan Harun SL 12 1.00 8 Tapang
5 Amir Mustapa SL 12 1.00 7 Tapang
6 Ali Ibrahim SL 12 2.00 5 Tapang
7 Safrudin Pirus SL 12 0.50 8 Tapang
8 Yamin Abdullah SL 12 0.75 9 Tapang
9 Nasaru Nggiu SL 12 0.75 8 Tapang
10 Rahman Nukusa SL 12 1.00 7 Tapang
11 Kadir Maruwar SL 12 1.00 9 Tapang
12 Yarpan Abdullah SL 12 0.50 9 Tapang
13 Abd Hadi Pulu SL 12 2.00 9 Tapang
14 Samino Samin SL 12 2.00 9 Tapang
15 Saman Djafar SL 12 1.50 9 Tapang
16 Abd Kadir Lamata SL 12 0.50 9 Tapang
17 Ahm Suronoto SL 12 0.50 9 Tapang
18 Kanip SL 12 1.00 9 Tapang
19 Saipul Nusi SL 12 1.50 9 Tapang
20 Hadija Basiru SL 12 0.50 9 Tapang
21 Darwin Rauf SL 12 1.00 9 Tapang
22 Abd Wahid Mah. SL 12 2.00 9 Tapang
23 Ruaida Damalu SL 12 0.01 8 Pekr
24 Ongki Dunggio SL 10 1.00 7 Horti
25 Saida Isa SL 10 1.00 8 Horti
26 Rison Lahabila SL 5 1.00 7 Kakao
27 Ibrahim Djafar SL 5 1.00 7 Kakao
28 Ulin Olabu SL 5 1.50 8 Kakao
29 Rostin Omili SL 12 0.03 7 Pekr
30 Nurmin Sinto SL 12 0.04 7 Pekr
31 Abd Hapit Musa SL 12 1.00 9 Tapang
32 Fandi Makruf SL 12 1.00 8 Tapang
33 Arifin Limonu SL 12 1.00 7 Tapang
34 Gestin Lapamalu SL 5 1.00 7 Kakao
35 Hasan Lewo SL 5 1.50 7 Kakao

75
36 Sulistia Harun SL 12 0.03 8 Pekr
37 Zainab Mohd. SL 12 0.03 8 Pekr
38 Akuba Husain SL 10 2.00 8 Horti
39 Rikson Dunggio SL 10 2.00 8 Horti
40 Fadli A Latif SL 12 1.00 9 Tapang
41 Ibrahim Ahmd SL 12 2.00 9 Tapang
42 Tamrin Ma'ruf SL 12 2.00 9 Tapang
43 Nune Adam SL 12 1.00 9 Tapang
44 Udin Adam SL 12 1.50 9 Tapang
45 Muslim Adam SL 12 1.00 9 Tapang
46 Anton Suleman SL 12 1.50 6 Tapang
47 Efendi Mointi SL 12 1.00 8 Tapang
48 Ervina Suleman SL 12 0.03 6 Pekr
49 Sri Eti Yaru SL 5 0.25 7 Kakao
50 Rajak Ali SL 10 1.00 7 Kelapa
51 Cili Panani SL 12 1.00 9 Tapang
52 Asna Karim SL 12 1.00 9 Tapang
53 Misran Tomayahu SL 12 1.00 9 Tapang
54 Kadir Agulu SL 12 2.00 9 Tapang
55 Kisman Umar SL 12 2.00 9 Tapang
56 Oyis Nungga SL 12 0.75 9 Tapang
57 Tuna Kadir Abd SL 12 1.00 9 Tapang
58 Sopyan Nabu SL 12 1.50 9 Tapang
59 Rahman Kadir SL 12 1.50 8 Tapang
60 Yacob Towali SL 10 2.00 8 Tapang
61 Ratna Ishak SL 10 2.00 8 Tapang
62 Arman Matolodula SL 10 1.75 8 Tapang
63 Yahya Iskandar SL 10 2.00 8 Kakao
64 Ram Ishak SL 5 1.00 7 Kakao
65 Adnan Boutii SL 5 1.00 7 Kakao
66 Ramin Inga SL 5 1.00 7 Kakao
67 Kasim Hasan SL 5 0.25 7 Kakao
68 Werni Ishak SL 5 0.25 7 Kakao
69 Rasmin Gugu SL 12 0.03 9 Pekr
70 Nina Sayiu SL 12 0.03 9 Pekr
71 Neli Husain SL 12 0.02 9 Pekr
72 Olan Idris SL 12 0.02 9 Pekr
73 Salma Karim SL 12 0.03 9 Pekr
74 Muhrim Kadir SL 5 1.00 7 Kakao

76
Lampiran 5. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
Variabel Karakteristik Sosial
No. Nama Ekonomi (X1) Jumlah Skor
1 2 3 4 5 6
1 Purwani Maruae 1 1 3 9 1 5 56
2 Rustina Dunggio 3 5 4 9 5 5 100
3 Zenab Nusi 1 1 3 9 1 5 56
4 Erwan Harun 3 5 3 9 2 5 84
5 Amir Mustapa 2 5 1 3 2 5 48
6 Ali Ibrahim 5 5 1 1 3 5 56
7 Safrudin Pirus 2 5 2 9 1 5 72
8 Yamin Abdullah 2 4 4 9 2 5 80
9 Nasaru Nggiu 2 5 3 4 2 5 60
10 Rahman Nukusa 3 5 1 3 2 5 52
11 Kadir Maruwar 2 3 1 4 2 5 44
12 Yarpan Abdullah 2 3 1 4 1 5 40
13 Abd Hadi Pulu 4 4 1 4 3 5 60
14 Samino Samin 2 2 1 4 3 5 44
15 Saman Djafar 3 3 1 4 3 5 52
16 Abd Kadir Lamata 4 3 1 4 1 5 48
17 Ahm Suronoto 4 3 3 4 1 5 56
18 Kanip 2 1 1 4 2 5 36
19 Saipul Nusi 3 3 1 9 3 5 72
20 Hadija Basiru 3 3 1 9 1 5 64
21 Darwin Rauf 5 4 1 9 2 5 80
22 Abd Wahid Mah. 3 3 1 9 3 5 72
23 Ruaida Damalu 3 1 1 9 1 5 56
24 Ongki Dunggio 1 1 1 3 2 4 24
25 Saida Isa 2 2 1 9 2 4 56
26 Rison Lahabila 1 4 1 3 2 1 24
27 Ibrahim Djafar 4 4 1 3 2 1 36
28 Ulin Olabu 3 3 1 4 3 1 36
29 Rostin Omili 3 3 1 3 3 5 48
30 Nurmin Sinto 1 3 1 3 4 5 44
31 Abd Hapit Musa 3 5 4 4 2 5 68
32 Fandi Makruf 1 4 3 9 2 5 72
33 Arifin Limonu 3 4 1 3 2 5 48
34 Gestin Lapamalu 3 1 1 3 2 1 20
35 Hasan Lewo 2 2 1 3 3 1 24

77
36 Sulistia Harun 1 3 3 4 3 5 52
37 Zainab Mohd. 2 1 1 4 3 5 40
38 Akuba Husain 4 1 1 4 3 4 44
39 Rikson Dunggio 3 1 1 4 3 4 40
40 Fadli A Latif 1 1 2 4 2 5 36
41 Ibrahim Ahmd 2 2 1 4 3 5 44
42 Tamrin Ma'ruf 3 4 1 4 3 5 56
43 Nune Adam 4 3 1 4 2 5 52
44 Udin Adam 5 4 1 4 3 5 64
45 Muslim Adam 2 2 1 4 2 5 40
46 Anton Suleman 3 5 1 2 3 5 52
47 Efendi Mointi 3 5 3 4 2 5 64
48 Ervina Suleman 2 1 1 2 3 5 32
49 Sri Eti Yaru 3 1 1 3 1 1 16
50 Rajak Ali 3 5 1 3 2 4 48
51 Cili Panani 2 3 1 4 2 5 44
52 Asna Karim 3 3 1 4 2 5 48
53 Misran Tomayahu 2 5 4 4 2 5 64
54 Kadir Agulu 4 3 1 4 3 5 56
55 Kisman Umar 2 3 1 4 3 5 48
56 Oyis Nungga 2 3 1 4 2 5 44
57 Tuna Kadir Abd 3 3 1 4 2 5 48
58 Sopyan Nabu 2 3 1 4 3 5 48
59 Rahman Kadir 3 3 1 4 3 5 52
60 Yacob Towali 3 3 1 4 3 4 48
61 Ratna Ishak 3 3 1 4 3 4 48
62 Arman Matolodula 5 3 1 4 3 4 56
63 Yahya Iskandar 1 2 1 4 3 4 36
64 Ram Ishak 4 3 1 3 2 1 32
65 Adnan Boutii 4 4 1 3 2 1 36
66 Ramin Inga 5 4 1 3 2 1 40
67 Kasim Hasan 5 4 1 3 1 1 36
68 Werni Ishak 3 3 1 3 1 1 24
69 Rasmin Gugu 3 3 1 4 3 5 52
70 Nina Sayiu 2 3 1 4 3 5 48
71 Neli Husain 4 3 1 4 2 5 52
72 Olan Idris 2 1 3 4 2 5 44
73 Salma Karim 2 1 3 4 3 5 48
74 Muhrim Kadir 1 1 1 3 2 1 12
Rata-rata 49.0811

78
Lampiran 6. Hasil Olah data Korelasi Rank-Spearman SPSS
NONPAR CORR
/VARIABLES=X Y
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

Correlations

karak_sosek tkt_keberdayaa
n

Correlation Coefficient 1.000 .138

karak_sosek Sig. (2-tailed) . .241

N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .138 1.000

tkt_keberdayaan Sig. (2-tailed) .241 .

N 74 74

Correlations

intens_pemberda tkt_keberda
yaan yaan

Correlation Coefficient 1.000 .120


intens_pemberdaya
Sig. (2-tailed) . .307
an
N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .120 1.000

tkt_keberdayaan Sig. (2-tailed) .307 .

N 74 74

Correlations

fisik_sosek tkt_keberdayaan

Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 .342**

fisik_sosek Sig. (2-tailed) . .003

N 74 74

tkt_keberdayaan Correlation Coefficient .342** 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .


N 74 74

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

ciri_kepribadian tkt_keberdayaan

Correlation Coefficient 1.000 .274*

ciri_kepribadian Sig. (2-tailed) . .018

N 74 74
Spearman's rho
*
Correlation Coefficient .274 1.000

tkt_keberdayaan Sig. (2-tailed) .018 .

N 74 74

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

ketersediaan_ tkt_keberdayaan
informasi

Correlation Coefficient 1.000 .037


ketersediaan_in
Sig. (2-tailed) . .756
formasi
N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .037 1.000
tkt_keberdayaa
Sig. (2-tailed) .756 .
n
N 74 74

Correlations

partisipasi_kelpk tkt_keberdayaan

Correlation Coefficient 1.000 .139

partisipasi_kelpk Sig. (2-tailed) . .239

N 74 74
Spearman's rho
Correlation Coefficient .139 1.000

tkt_keberdayaan Sig. (2-tailed) .239 .

N 74 74

80

Anda mungkin juga menyukai