Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

PERKEBUNAN INDEKS LQ45 DI BEI

NINDI YUSDARIANI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja


Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Nindi Yusdariani
NIM H24144069
ii
ABSTRAK
NINDI YUSDARIANI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan
Indeks LQ45 Di BEI. Dibimbing oleh H MUSA HUBEIS.

Pertumbuhan global perkebunan sawit terus meningkat, namun Indeks


Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor agribisnis melemah dari tahun 2013
hingga tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 kembali pulih dan naik. Hal ini
menjadi pertimbangan investor untuk melakukan investasi di perusahaan
perkebunan dilihat dari kinerja keuangannya. Penelitian ini bertujuan
menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan berdasarkan pendekatan
metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), serta
memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham perusahaan
perkebunan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode EVA dan MVA. Data penelitian bersifat kuantitatif yang menggunakan
data sekunder selama periode 2013-2015. Hasil analisis kinerja keuangan
menunjukkan bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk,
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
secara keseluruhan memiliki nilai EVA lebih dari 0 atau perusahaan mampu
memberi nilai tambah ekonomi bagi investor. Selain itu, MVA ketiga perusahaan
menunjukkan nilai lebih dari 0, berarti perusahaan mampu menambah kekayaan
pemilik perusahaan.

Kata Kunci: analisis kinerja keuangan, perusahaan perkebunan, indeks LQ45

ABSTRACT

NINDI YUSDARIANI. Financial Performance Analysis on Plantation Companies


LQ45 in BEI. Supervised by H MUSA HUBEIS.

Global growth of palm oil continues to increase, but Composite Stock Price Index
(CSPI) agribusiness sector fell from 2013 until 2015, although in 2014 rebounded
and climbeb up. This becomes factor that investors consider investing in
companies views from its financial performance. This study aimed to analyze the
financial performance of plantations with the approach of using method of
Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA), and provide
reference for investors in investing in stocks of plantation companies. This study
uses EVA and MVA method. The type of data used are quantitative secondary
data during period 2013-2015. Research indicates that PT Astra Agro Lestari Tbk,
PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, and PT
Sawit Sumbermas Sarana Tbk more than 0 or in other words the company is able
to provide economic added value for investors. In addition, the three companies
showed the value of MVA more than 0, means the company is able to add value
to the wealth of company owners.

Keywords: financial performance analysis, LQ45, plantation companies


ii
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN PERKEBUNAN INDEKS LQ45 DI BEI

NINDI YUSDARIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
ii
PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan


rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan yang mulia
Rasulullah SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Tulisan ini merupakan hasil kegiatan penelitian di Bursa Efek Indonesia
yang dilaksanakan mulai Maret-Juni 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis,
MS, Dipl Ing, DEA selaku pembimbing atas saran dan motivasinya, orang tua dan
keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan kasih
sayangnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, sahabat-sahabat yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, serta teman-
teman satu perjuangan dari Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 12.
Penulis sangat menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
harapan dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan
masukan dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang
mendatang.

Bogor, September 2016

Nindi Yusdariani
ii
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Kinerja Keuangan 4
Laporan Keuangan 4
Metode EVA 4
Metode MVA 5
Penelitian Terdahulu 6
METODE PENELITIAN 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 7
Pengumpulan Data 7
Metode Pengambilan Sampel 8
Metode Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Perusahaan 10
Kondisi Keuangan AALI 11
Kondisi Keuangan BWPT 12
Kondisi Keuangan LSIP 13
Kinerja Keuangan SSMS 14
Perhitungan EVA 15
Perhitungan MVA 19
Implikasi Manajerial 21
SIMPULAN DAN SARAN 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 35
vi

DAFTAR TABEL

1 Produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut status


pengusahaannya tahun 2013-2015 (dalam Ton) 1
2 Daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI
tahun 2016 2
3 Gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada Indeks
LQ45 periode 2013-2015 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian 7


2 Laporan neraca dan laba/rugi AALI 12
3 Laporan neraca dan laba/rugi BWPT 13
4 Laporan neraca dan laba/rugi LSIP 13
5 Laporan neraca dan laba/rugi SSMS 14
6 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT AALI Tbk 17
7 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT BWPT Tbk 17
8 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT LSIP Tbk 18
9 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT SSMS Tbk 18
10 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT AALI Tbk 19
11 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT BWPT Tbk 20
12 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT LSIP Tbk 20
13 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT SSMS Tbk 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ringkasan laporan keuangan PT AALI Tbk Periode 2013-2015 26


2 Ringkasan laporan keuangan PT BWPT Tbk Periode 2013-2015 27
3 Ringkasan laporan keuangan PT LSIP Tbk Periode 2013-2015 28
4 Ringkasan laporan keuangan PT SSMS Tbk Periode 2013-2015 29
5 Perhitungan tingkat pengembalian saham periode 2013-2015 26
6 Perhitungan tingkat pengembalian pasar periode 2013-2015 31
7 Perhitungan tingkat rata-rata SBI (Rf) 31
8 Perhitungan beta (β) dan biaya modal saham (Ke) 32
9 Perhitungan biaya hutang (Kd*) 32
10 Perhitungan proporsi hutang (Wd) dan proporsi ekuitas (We) 32
11 Perhitungan WACC 33
12 Perhitungan IC 33
13 Perhitungan NOPAT 33
14 Perhitungan COC 33
15 Perhitungan EVA 33
16 Perhitungan MVA 34
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor petanian merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting


dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) cukup besar yaitu sekitar 13.25 persen pada tahun 2015.
Sektor pertanian cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi pada saat krisis
ekonomi dan dapat diandalkan dalam pemulihan perekonoman nasional. Selain
itu, subsektor perkebunan adalah salah satu subsektor yang cukup besar
potensinya karena berperan sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri,
penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa. Kontribusinya dalam PDB yaitu 3.75
persen pada tahun 2015 (BPS 2016).
Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar
di dunia. Kelapa sawit adalah tumbuhan hasil perkebunan penghasil minyak dan
paling banyak diproduksi dan dikonsumsi dari seluruh dunia. Komoditi ini
berperan sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Perkebunan
kelapa sawit sejauh ini telah mengalami pertumbuhan global. Hal itu terlihat dari
produksi minyak sawit yang terus meningkat selama tiga tahun terakhir dengan
laju peningkatan 5.39 persen dan 6.85 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Berikut
adalah produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut status


pengusahaannya tahun 2013-2015 (dalam Ton)
Status Pengusahaan
Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Produksi Produksi Inti
Rakyat Besar Negara Besar Swasta Minyak Sawit Sawit
2013 10.010.728 2.144.651 15.626.625 27.782.004 5.556.401
2014 10.205.395 2.229.336 16.843.458 29.278.189 5.855.638
2015 10.668.425 2.287.077 18.328.804 31.284.306 6.256.861
Sumber: BPS (2016)

Konsumsi global yang tinggi juga telah mendorong budidaya kelapa sawit
lebih ditingkatkan serta banyak pengusaha sawit yang bermunculan. Hingga tahun
2015, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 1599 perusahaan,
yang terdiri dari 156 perusahaan perkebunan negara dan 1443 perusahaan
perkebunan swasta. Selain itu, terdapat enam belas perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tabel 2.
Pertumbuhan global perkebunan sawit terus meningkat, namun Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor agribisnis melemah dari tahun 2013
hingga tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 kembali pulih dan naik. IHSG
sektor agribisnis turun 13 persen sepanjang tahun 2013, dampak dari harga Crude
Palm Oil (CPO) yang melemah (Melani 2013). Sementara itu, IHSG sektor
agribisnis dan pertambangan merupakan yang paling terburuk sepanjang tahun
2015. Indeks saham sektor agribisnis menurun sekitar 30.30 persen dalam satu
tahun, khususnya untuk sub sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan jatuhnya
2

harga komoditas internasional, ekspor ke China melambat, dan adanya sentimen


dari devaluasi Yuan (Toflen 2015).

Tabel 2 Daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI tahun
2016
Kode
No Nama Emiten Tanggal IPO
Saham
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk 9 Desember 1997
2 ANJT PT Austindo Nusantara Jaya Tbk 10 Mei 2013
3 BWPT PT Eagle High Plantations Tbk 27 Oktober 2009
4 DNSG PT Darma Satya Nusantara Tbk 14 Juni 2013
5 GOLL PT Golden Plantation Tbk 23 Desember 2014
6 GZCO PT Gozco Plantation Tbk 15 Mei 2008
7 JAWA PT Jaya Agra Wattie Tbk 30 Mei 2011
8 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk 5 Juli 1996
9 MAGP PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 16 Januari 2013
10 PALM PT Provident Agro Tbk 18 Oktober 2012
11 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk 18 Juni 2007
12 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 9 Juni 2011
13 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 20 November 1992
14 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 12 Desember 2013
15 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 14 Februari 2000
16 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk 6 Maret 1990
Sumber: BEI (2016)

Dengan kondisi turunnya IHSG sub sektor perkebunan, masih ada


perusahaan perkebunan yang masuk ke dalam indeks saham LQ45. Pada periode
2013 sampai tahun 2015, terdapat empat perusahaan yang masuk jajaran indeks
LQ45, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP
London Sumatera Indonesia Tbk, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Indeks
LQ45 adalah indeks likuiditas empat puluh lima buah perusahaan yang selama ini
dianggap memiliki kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi
kriteria sesuai dengan yang disyaratkan oleh manajemen ILQ45. Indeks LQ45
merupakan kelompok saham yang paling diminati dan menjadi fokus perhatian
investor karena memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, kapitalisasi
pasar dan likuiditas cukup tinggi (wikipedia 2016). Hal ini menjadi pertimbangan
investor yang berminat untuk menanamkan modal pada perusahaan perkebunan.
Selain itu, terdapat faktor penting yang dipertimbangkan investor dalam
berinvestasi yaitu, prospek usaha yang menjanjikan dan sisi keuangan yang terus
meningkat (Fahmi 2014). Salah satunya adalah dengan mengevaluasi atau
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Dengan mengukur kinerja keuangan,
perusahaan dapat mengambil keputusan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan
dan permasalahan di dalam perusahaan. Kinerja perusahaan dilihat melalui
interpretasi laporan keuangan menggunakan suatu pendekatan tertentu.
Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh investor dalam
melakukan penilaian kinerja keuangan adalah rasio keuangan. Namun, seiring
dengan perkembangannya, rasio keuangan kurang menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya secara menyeluruh. Alat analisis lain yang
dikembangkan adalah EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value
Added). Penggunaan metode EVA dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan
manajemen dan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai
3

perusahaan yaitu, sebagai nilai daya guna yang dinikmati oleh stakeholder.
Pemegang saham dapat mengetahui apakah ada atau tidak tingkat pengembalian
yang ia peroleh sesuai dengan biaya modal yang telah dikeluarkan. Metode MVA
memberikan informasi bagaimana perusahaan memaksimalkan kekayaan
pemegang saham dengan pengalokasian dana yang tepat. Jadi, EVA dan MVA
merupakan indikator penciptaan nilai dari investasi dalam suatu perusahaan.
Hubungan antara EVA dan MVA sangat penting di masa depan, karena
untuk mengelola nilai bagi pemegang saham memerlukan kenaikan MVA. MVA
merupakan nilai sekarang dari seluruh EVA masa depan atas kelangsungan hidup
perusahaan. Dengan mengelola perusahaan dengan cara meningkatkan EVA
secara umum akan menimbulkan MVA yang lebih tinggi (Keown et al. 2008).
Oleh karena itu, dilakukan penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dibuat perumusan


masalah berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45
berdasarkan pendekatan metode EVA?
2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45
berdasarkan pendekatan metode MVA?
3. Apakah menarik atau tidak berinvestasi pada perusahaan perkebunan yang
tercatat dalam indeks saham LQ45 bagi investor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan


penelitian adalah:
1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45
berdasarkan pendekatan metode EVA.
2. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45
berdasarkan pendekatan metode MVA.
3. Memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham
perusahaan perkebunan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah:


1. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat memberikan informasi alat
pengukuran untuk menilai kinerja perusahaan.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan kontribusi pada dunia pendidikan di Indonesia.
4

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian difokuskan pada kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang


tercatat dalam indeks LQ45 yaitu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle
High Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berdasarkan pendekatan metode EVA
dan MVA selama periode tiga tahun (2013-2015). Sementara itu, untuk PT SSMS
Tbk menggunakan batasan penelitian periode dua tahun (2014-2015), dikarenakan
perusahaan yang baru terdaftar di BEI pada 12 Desember 2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat


penting, karena berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui ukuran
keberhasilan perusahaan selama satu periode tertentu (Sugiyarso 2005). Bagi
perusahaan, hasil analisis berguna untuk memperbaiki kegiatan operasionalnya,
sehingga dapat meningkatkan daya saing dan mencapai tujuannya. Bagi investor,
berguna untuk memperkirakan apakah akan melakukan maupun mempertahankan
investasi atau tidak di suatu perusahaan.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan dalam pengertian sederhana adalah laporan yang


menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu (Kasmir
2010). Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam
Fahmi (2014) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam
menganalisis kinerja keuangan, komponen laporan keuangan yang diperlukan
adalah laporan laba rugi dan posisi keuangan perusahaan.

Metode EVA

Menurut Iramani dan Febrian (2005), metode EVA pertama kali


dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari perusahaan
Stern Stewart and Co pada tahun 1993. EVA dalam pengertian keuangan,
mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya
modal (Young dan O’Bryne 2001). EVA merupakan “laba ekonomis” dan tujuan
perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah
ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Tanpa prospek laba
ekonomis, tidak akan ada penciptaan kekayaan bagi investor. Oleh karenanya,
5

EVA didapat dari selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After
Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital).
NOPAT merupakan laba operasi setelah pajak dan mengukur laba yang
diperoleh dari operasi berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan
mencerminkan kombinasi biaya dari semua sumber keuangan yang digunakan
perusahaan, yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of
Capital atau WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen
modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang
saham dan ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal
perusahaan pada nilai pasar (Young dan O’Bryne 2001).
Keunggulan EVA menurut Iramani dan Erie (2005) adalah memfokuskan
penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi
investasi. Perhitungan EVA dapat dipergunakan tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri sebagai konsep penilaian. Pengaplikasian
EVA mudah dihitung dan digunakan, sehingga menjadi pertimbangan dalam
mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Kelemahan EVA menurut Mirza dalam Paisal (2011), yaitu dalam
perhitungan biaya modalnya EVA relatif sulit, karena memerlukan data yang
lebih banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Secara tidak langsung
mendorong para pemegang saham untuk berpikir dan bertindak, yaitu memilih
tingkat investasi yang meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat
biaya modal (cost of capital), sehingga nilai perusahaan dapat maksimum.

Metode MVA

Menurut Young dan O’Byrne (2001), MVA adalah perbedaan antara nilai
pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang
diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni
jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar
modal pada tanggal tertentu. Sederhananya, jumlah nilai pasar dari utang dan
ekuitas. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan
penyedia dana pada tanggal yang sama.
Kelebihan MVA adalah mencerminkan keputusan pasar mengenai
bagaimana manajer yang sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya. Sementara itu,
kelemahan MVA adalah: (1) MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan; (2) Pengukuran MVA gagal memperhitungkan
pengembalian uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham; (3) MVA
merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham, sehingga tidak dapat
mengukur kinerja pada tingkat divisi; dan (4) Pada periode waktu tertentu, tidak
memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham (Young
dan O’Byrne 2001).
6

Penelitian Terdahulu

Penelitian Kartikasari (2014), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan


Berbasis Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa analisis kinerja keuangan dari tiga perusahaan pada periode 2009-2013
menggunakan metode EVA dimana ketiga perusahaan selalu menghasilkan nilai
EVA positif, yaitu PT ASII dan PT GJTL dan PT IMAS. Perusahaan yang
menghasilkan nilai EVA positif dikatakan memiliki manajemen yang mampu
memberikan nilai lebih kepada perusahaan.
Penelitian Ningrum (2008), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan Metode Economic Value Added.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis EVA dari lima perusahaan, ada
satu perusahaan yang memiliki kinerja keuangan baik, yaitu PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Sedangkan PT Indosat menjadi urutan kedua setelah PT Telkom
dan tiga perusahaan lainnya, yaitu PT Excelcomindo Pratama Tbk, PT Bakrie
Telecom dan PT Mobile-8 kurang baik untuk berinvestasi, karena memiliki nilai
EVA negatif, sehingga disimpulkan bahwa ketiga perusahaan belum dapat
memberikan nilai lebih bagi pemegang saham.
Penelitian Paisal (2011), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dengan
Metode Economic Value Added pada PT Bank Central Asia, Tbk Tahun 2007-
Tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan metode EVA pada PT
Bank Central Asia Tbk (BCA) tahun 2007-2009 didapatkan nilai cenderung
meningkat dan mencerminkan kinerja keuangan yang dapat dikatakan baik. Hal
ini juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, dengan kecenderungan
meningkatnya nilai EVA tiap tahunnya, PT BCA Tbk memiliki tingkat kesehatan
bank yang baik.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan didasarkan pada laporan


keuangannya. Upaya dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan go public
dapat menggunakan rasio keuangan, metode EVA dan MVA, serta laporan
keuangan perusahaan dan nilai saham yang dipublikasikan di BEI. Pengukuran
kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang tercatat dalam indeks LQ45
menggunakan metode EVA dan MVA. Metode EVA menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Sedangkan
metode MVA memberikan ukuran kinerja pasar, yaitu bagaimana perusahaan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber dana yang
sesuai. Nilai EVA dan MVA ini biasanya menjadi referensi bagi beberapa pihak
yang berkepentingan seperti investor, stakeholder lainnya untuk mengambil
keputusan berinvestasi. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
7

Perusahaan Perkebunan yang tercatat Pasar Modal


pada Indeks LQ45

Analisis Kinerja Keuangan

Laporan Keuangan
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca Keuangan

NOPAT Cost Of Nilai Nilai


Capital Ekuitas Saham

EVA MVA

Kinerja Keuangan Perusahaan

Tingkat Kesehatan dan Kelangsungan


Usaha

Ketertarikan Investor

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di BEI untuk mendapatkan data keuangan


perusahaan dengan cara diunduh, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High
Plantations Tbk, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk dan PT Sawit Sumbermas
Sarana Tbk. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016.

Pengumpulan Data

Jenis data penelitan adalah data sekunder berupa laporan keuangan


tahunan (laporan laba rugi dan posisi keuangan) selama tiga periode (2013-2015),
profil perusahaan, data historis harga saham perusahaan disadur dari internet dan
studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, internet, jurnal dan artikel
yang berhubungan dengan penelitian ini.
8

Metode Pengambilan Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


nonprobability sampling, dengan teknik penarikan sampel menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penarikan sampel yang
digunakan dengan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini menggunakan populasi
seluruh perusahaan yang tergabung dalam sub sektor perkebunan yang berjumlah
19 emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil adalah
sebanyak empat emiten dengan kriteria penentuan sampel yaitu, perusahaan
termasuk dalam sub sektor perkebunan go public dalam indeks LQ45 serta
ketersediaan dan kelengkapan data selama periode penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft


Office Excel. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif
seperti penguraian aspek profil perusahaan perkebunan indeks LQ45. Metode
analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja keuangan perusahaan dengan
perhitungan metode EVA dan MVA.

Analisis EVA
Langkah-langkah dalam analisis EVA adalah:
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham (rataan dari
keuntungan modal) yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga
saham bulan sebelumnya (Keown et al. 2008).

R = ……………………………………….............................(1)
Keterangan:
R : tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t
P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t-1
D : dividen pada bulan ke-t

2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian


rataan pasar (Keown et al. 2008).

R = ………………...…………………..............................(2)

E(R ) = …………..……...………………………...........................(3)
Keterangan:
R : tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t
IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1
E(R ) : tingkat pengembalian rataan pasar yang diharapkan dalam satu
tahun
N : jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)
9

3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha


( ), menurut Keown et al. (2008).

i= ………………...……………………..………….............................(4)

im = ………………..........…….............................(5)

m= ..………………………….........……...........................(6)
Keterangan:
im : Peragam tingkat pengembalian saham I dengan tingkat
pengembalian pasar
m : Ragam tingkat pengembalian pasar

4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf), yaitu tingkat suku bunga
investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Tingkat
bunga bebas risiko yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).

5. Menghitung biaya ekuitas (Ke) menurut Keown et al. (2008).


Ke = Rf + i MRP…………………...……………………………...…..…...(7)
MRP = E( ) – Rf…………………………………..……………….....…...(8)
Keterangan:
E( ) : tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
Rf : tingkat bunga bebas risiko
i : koefisien risiko perusahaan (beta)
MRP : Market Premium Risk

6. Perhitungan biaya utang, menurut Keown et al. (2008).


Kd* = Kd x (1 - t)…..………………………..……………..……..…..(9)
Keterangan:
Kd : biaya bunga dibagi jumlah utang jangka panjang
(1 - t) : faktor koreksi

7. Menghitung biaya atas modal, yang dilakukan dengan metode WACC (Keown
et al. 2008).
WACC = Kd* Wd + Ke We……………………………..……………..…..(10)
Keterangan:
Wd : proporsi utang dalam struktur modal
We : proporsi saham dalam struktur modal
Kd* : biaya hutang
Ke : biaya modal saham

8. Perhitungan EVA (Young dan O’Byrne 2001).


EVA = NOPAT – biaya modal……………………………………………..(11)
Keterangan :
NOPAT = Laba operasi perusahaan setelah pajak
Biaya modal = WACC x Modal yang diinvestasikan
10

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil


berikut:
a. Jika EVA positif (> 0), menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomi bagi
perusahaan.
b. Jika EVA negatif (< 0), menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomi bagi
perusahaan.
c. Jika EVA (= 0), menunjukkan posisi impas, karena laba telah digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana, baik kreditur maupun
pemegang saham.

Analisis MVA
Langkah-langkah dalam analisis MVA menurut Young dan O’Byrne
(2001) adalah:
MVA = Market Value of Equity – Book Value of Equity......................................(1)
(nilai pasar saham – nilai total ekuitas)
Keterangan:
MVE : Jumlah saham yang beredar x Harga pasar saham
BVE : Total Ekuitas atau modal perusahaan

Ketentuan atau tolak ukur dari MVA sebagai berikut:


a. Jika MVA positif (> 0), artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan
kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham bertambah.
b. Jika MVA negatif (< 0), artinya pihak manajemen telah menurunkan kekayaan
perusahaan dan pemegang saham berkurang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan yang memenuhi kriteria dari teknik sampling yang digunakan


adalah empat perusahaan dari sub sektor perkebunan. Perusahaan yang terpilih
adalah perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 selama tiga periode, yaitu
dalam kurun waktu 2013-2015. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang
paling diminati dan menjadi fokus perhatian investor, dengan kriteria kondisi
keuangan, prospek pertumbuhan, kapitalisasi pasar dan likuiditas cukup tinggi.
Berikut adalah gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada
Indeks LQ45 periode 2013-2015 yaitu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT
Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
(LSIP) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) pada Tabel 3.
11

Tabel 3 Gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada Indeks


LQ45 periode 2013-2015
AALI BWPT LSIP SSMS
Sejarah Anak perusahaan Perusahaan yang Berawal di tahun Berasal dari
PT Astra mengelola kelapa 1906 melalui perkebunan
International Tbk sawit dan mulai inisiatif pribadi dengan
yang bergerak di beroperasi secara Harrisons & minat yang tinggi
bidang komersial pada Crosfield Plc, terhadap
pengelolaan tahun 2004 perusahaan budidaya kelapa
perkebunan perkebunan dan sawit dan mulai
kelapa sawit dan perdagangan beroperasi secara
produksi minyak yang berbasis di komersial pada
kelapa sawit London tahun 2005
Tanggal 3 Oktober 1988 6 November 18 Desember 22 November
pendirian 2000 1962 1995
Tanggal IPO 9 Desember 1997 27 Oktober 2009 5 Juli 1996 12 Desember
2013
Kepemilikan Hingga saat ini Hingga saat ini Hingga saat ini Hingga saat ini
saham mencapai 20.32 mencapai 31.40 mencapai 40.52 mencapai 15.82
publik persen persen persen persen
Poduk Minyak kelapa Minyak kelapa Minyak kelapa Minyak kelapa
Perusahaan sawit, karet, teh, sawit sawit, karet, sawit
kakao, dan kakao, dan teh
minyak goreng
Luas Areal 297.579 hektar 134.311 hektar 114.107 hektar 297.579 hektar
Perkebunan perkebunan perkebunan perkebunan perkebunan
Cakupan Jawa, Sumatera, Kalimantan Sumatera, Jawa Kalimantan
Lokasi Kalimantan, dan Tengah, dan Sulawesi. Tengah
Perkebunan Sulawesi. Kalimantan
Barat, dan
Kalimantan
Timur.
Jumlah 36.214 karyawan 1.082 karyawan 15.472 karyawan 4.947 karyawan
Pekerja tetap tetap tetap tetap
Sumber: data diolah (2016)

Kondisi Keuangan AALI

AALI dilihat dari sisi aktiva yang dimiliki, selalu mengalami penambahan
aktiva dikarenakan meningkatnya jumlah aktiva lancar dan aktiva tetap setiap
tahunnya. Penambahan aktiva tertinggi adalah pada tahun 2014 sebesar 19.37
persen dan untuk tahun 2015 sebesar 13.73 persen. Hal itu disebabkan oleh
naiknya persediaan minyak sawit mentah dan turunannya, serta inti sawit dan
turunannya di setiap tahun.
Total kewajiban perusahaan selalu meningkat setiap tahun. Laju
peningkatan tahun 2014 sebesar 30.10 persen dan ikuti tahun 2015 dengan
proporsi kewajiban naik 31.47 persen, dikarenakan perusahaan memperoleh
pinjaman untuk kebutuhan modal kerja.
Total ekuitas dari tahun 2013 ke 2014 meningkat nyata sesuai kinerja
perusahaan dengan laju peningkatan 13.27 persen atau setara Rp1.570.424 juta.
Proporsi ekuitas tahun 2015 sedikit menurun dari tahun sebelumnya 1.15 persen,
karena adanya beban-beban seperti beban bunga dari utang perusahaan.
12

Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan mengalami


peningkatan pada tahun 2014 sebesar 25.09 persen, dikarenakan hasil penjualan
CPO sangatlah tinggi. Pada tahun 2015, laba menurun tajam (Rp1.895.242) juta
dengan laju penurunan 274.91 persen. Penyebabnya adalah rugi kurs karena
depresiasi rupiah dan harga CPO di pasaran yang menyusut. Kondisi neraca dan
laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 2.

AALI
25.000.000 21.512.371
dalam jutaan Rupiah

18.559.354 Total Aktiva


20.000.000
14.964.431
15.000.000 11.833.778 11.698.787 Total Kewajiban
10.263.354 9.813.584
10.000.000 6.725.576
4.701.077
5.000.000 1.936.250 2.584.645 Total Ekuitas
689.403
0
2013 2014 2015 Laba/rugi tahun
Tahun berjalan

Gambar 2 Laporan neraca dan laba/rugi AALI


Sumber: BEI (2013-2015)

Kondisi Keuangan BWPT

Setiap tahunnya, total aktiva BWPT mengalami peningkatan dengan


proporsi 57.13 persen dan 7.24 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Pada tahun
2014, peningkatan aktiva didominasi oleh naiknya jumlah tanaman perkebunan
dan aset tetap perusahaan. Sementara untuk tahun 2015, aktiva lancar seperti kas
dan piutang perkebunana plasma lebih banyak mengalami kenaikan.
Peningkatan pun terjadi setiap tahunnya pada total kewajiban perusahaan
dengan laju 49.23 persen di tahun 2014, karena adanya fasilitas kredit dari bank,
utang usaha, dan utaang pajak yang melonjak dari tahun 2013. Pada tahun 2015,
kewajiban naik 14.29 persen atau setara Rp1.572.773 juta yang didominasi oleh
utang bank seperti kredit investasi dan kredit modal kerja untuk perkebunan
kelapa sawit.
Total ekuitas dari tahun 2013 ke tahun 2014 meningkat nyata dengan laju
67.86 persen, karena perusahaan konsistensi menggunakan modal sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Tahun 2015, total ekuitas sedikit menurun
sebesar (Rp293.776) juta. Hal ini disebabkan perusahaan merugi di tahun tersebut.
Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2014
meningkat pesat dengan laju 114.49 persen dari tahun sebelumnya yang merugi.
Hal ini dikarenakan permintaan minyak sawit yang tinggi dan memicu pembelian
CPO perusahaan tinggi. Tetapi, perusahaan kembali merugi sebesar (Rp376.038)
juta di tahun 2015. Penurunan laba memang dipengaruhi harga CPO yang turun
dan melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar, selain dari turunnya angka
penjualan CPO. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat
dilihat pada Gambar 3.
13

BWPT
20.000.000 17.658.837
16.379.840 Total Aktiva

dalam jutaan Rupiah


15.000.000
11.005.922
9.433.149 Total Kewajiban
10.000.000 7.021.492 6.946.691 6.652.915
4.789.012
5.000.000 2.232.480
Total Ekuitas
194.638
0
(28.209)
2013 2014 (181.400)
2015 Laba/rugi tahun
-5.000.000
Tahun berjalan

Gambar 3 Laporan neraca dan laba/rugi BWPT


Sumber: BEI (2013-2015)

Kondisi Keuangan LSIP

Total aktiva LSIP meningkat secara signifikan setiap tahun sesuai dengan
kinerja perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan sebesar
7.74 persen dan 1.53 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Peningkatan setiap
tahunnya yang konsisten yaitu naiknya persediaan minyak sawit, aktiva tetap, dan
tanaman perkebunan.
Total kewajiban perusahaan meningkat pada tahun 2014 dengan proporsi
3.77 persen atau setara Rp64.449 juta. Hal ini dikarenakan meningkatnya utang
kepada kontraktor, seperti jasa transportasi pengangkutan minyak kelapa sawit ke
tangki perusahaan. Pada tahun 2015, kewajiban menurun 13.21 persen, salah
satunya karena beban imbalan kerja jangka panjang untuk karyawan tetap dan
buruh perkebunan menurun. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-
2015 dapat dilihat pada Gambar 4.

LSIP
10.000.000 8.713.074 8.848.792
dalam jutaan Rupiah

8.038.792
7.337.978
Total Aktiva
8.000.000 6.392.899
7.002.732

6.000.000 Total Kewajiban


4.000.000
1.645.893 1.710.342 1.510.814
2.000.000 788.003 923.552 689.704 Total Ekuitas
0
2013 2014 2015 Laba/rugi tahun
Tahun berjalan

Gambar 4 Laporan neraca dan laba/rugi LSIP


Sumber: BEI (2013-2015)
14

Total ekuitas dari tahun 2013 hingga 2015 meningkat nyata dengan laju
peningkatan 8.71 persen dan 4.57 persen di tahun 2014 dan 2015. Peningkatan
terjadi karena proporsi ekuitas dalam penggunaan modal tiap tahun tetap terjaga
seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan.
Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan berfluktualif dari
tahun 2013 sampai 2015. Peningkatan laba perusahaan di tahun 2014 sebesar
14.68 persen, karena volume penjualan minyak kelapa sawit meningkat. Laba
pada tahun 2015 menyusut dengan laju 33.91 persen, penurunan laba memang
terjadi pada industri perkebunan kelapa sawit dikarenakan faktor eksternal yaitu
harga CPO yang turun dan melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar.

Kinerja Keuangan SSMS

Kenaikan total aktiva SSMS tiap tahun dikarenakan meningkatnya jumlah


aktiva tetap seperti bertambahnya tanaman perkebunan baik yang menghasilkan
ataupun belum menghasilkan. Laju total aktiva pada tahun 2014 dan tahun 2015
sebesar 14.61 persen dan 2.99 persen, seiring meningkatnya kapasitas produksi
perusahaan.
Tahun 2014, kewajiban meningkat Rp395.217 juta atau setara 9.94 persen
dikarenakan perusahaan meningkatkan nilai investasi seperti pengadaan sarana
dan prasaran untuk aktivitas perkebunan. Penurunan ditunjukkan pada tahun 2015
dengan proporsi kewajiban menurun 0.94 persen. Hal ini dikarenakan turunnya
utang bank seperti pinjaman modal kerja serta utang lainnya seperti dana untuk
pembelian bahan baku, pupuk, jasa kontraktor, dll.
Peningkatan total ekuitas signifikan setiap tahunnya sesuai dengan kinerja
perusahaan sebesar 21.27 persen di tahun 2014 dan 8.09 persen di tahun 2015.
Proporsi ekuitas dalam penggunaan modal tiap tahun juga tetap terjaga agar beban
bunga dari utang tidak terlalu membebani perusahaan. Kondisi neraca dan
laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 5.

SSMS
8.000.000 6.765.234 6.973.851
dalam jutaan Rupiah

Total Aktiva
5.776.951
6.000.000
3.976.720 3.939.799
3.581.503 Total Kewajiban
4.000.000 2.788.514 3.034.052
2.195.448
2.000.000 631.669 665.325 587.144 Total Ekuitas
0
2013 2014 2015 Laba/rugi tahun
Tahun berjalan

Gambar 5 Laporan neraca dan laba/rugi SSMS


Sumber: BEI (2013-2015)
15

Laba bersih yang dihasilkan perusahaan di akhir tahun 2014 meningkat


5.06 persen dikarenakan volume penjualan CPO yang meningkat dibanding tahun
2013. Sedangkan pada tahun 2015, total laba bersih menurun 13.32 persen atau
setara (Rp78.181) juta yang disebabkan oleh turunnya penjualan CPO diikuti
turunnya harga CPO serta rugi kurs.

Perhitungan EVA

EVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang


membantu pemegang saham dalam megetahui peningkatan atau penurunan laba
ekonomi yang tercipta dari perusahaan. Nilai EVA suatu perusahaan dapat
diketahui dari pengurangan NOPAT terhadap COC.

Analisis NOPAT
Nilai NOPAT perusahaan perkebunan pada tahun 2013-2015 berfluktiatif,
karena NOPAT dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan untuk
masing-masing perusahaan. Sementara diakhir tahun 2015, nilai NOPAT
mengalami penurunan. Perhitungan nilai NOPAT secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 13.
Lampiran 13 memperlihatkan nilai NOPAT AALI pada tahun 2014
mengalami peningkatan 27.29 persen atau setara Rp741.854 juta dari tahun
sebelumnya. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya volume penjualan
CPO sehingga meningkatkan jumlah laba. Pada tahun 2015, nilai NOPAT AALI
menyusut tajam (Rp1.896.959) juta dengan laju penurunan 231 persen. Hal ini
dikarenakan laba perusahaan menurun disebabkan oleh menurunnya harga jual
produk utama perusahaan yaitu CPO.
Nilai NOPAT milik BWPT naik 77.79 persen dari tahun 2013 ke tahun
2014. Peningkatan laba perusahaan yang tinggi membantu naiknya nilai NOPAT,
walaupun nilai pajak perusahaan juga mengalami kenaikan yang tinggi.
Sementara untuk tahun 2015, nilai NOPAT mengalami penurunan sebesar
(Rp91.691) juta dikarenakan permintaan CPO turun sehingga volume penjualan
menurun.
Nilai NOPAT LSIP dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami
peningkatan cukup baik dengan proporsi 21.85 persen. Nilai EBIT untuk dua
tahun tersebut mengalami kenaikan yang jauh lebih besar dibanding kenaikan
nilai pajak. Nilai NOPAT untuk tahun 2015 menurun (Rp314.257) juta. Penyebab
penurunan NOPAT adalah turunnya penjualan dari CPO, sehingga mengurangi
laba perusahaan.
Nilai NOPAT yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami penurunan Rp75.941 juta dengan proporsi penurunan 9.57 persen. Hal
ini disebabkan oleh penurunan EBIT perusahaan, walaupun biaya bunga semakin
meningkat seiring total kewajiban perusahaan yang juga terus meningkat. Nilai
NOPAT yang menurun pada tahun 2015 memang terjadi pada seluruh perusahaan
perkebunan karena adanya rugi kurs, harga CPO yang melemah dan permintaan
produk yang menurun.
16

Analisis COC
COC merupakan pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan
untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai COC diperoleh
dari perkalian IC dan WACC. Dalam perhitungan EVA nilai COC diharapkan
lebih rendah daripada NOPAT agar dapat menghasilkan EVA positif.
Penggunaan COC pada AALI mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke
2014 sebesar Rp140.748 juta atau setara 15.64 persen. Hal ini dikarenakan IC
yang meningkat pada tahun 2014 dapat diartikan perusahaan mengalami
perbaikan kinerja dalam pengelolaan aset yang dimiliki, sehingga modal yang
diinvestasikan mengalami peningkatan walaupun nilai WACC mengalami
penurunan. Berbanding terbalik dengan nilai COC pada tahun 2015 yang
mengalami penurunan dengan proporsi 63.31 persen. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai WACC menurun, dikarenakan nilai biaya ekuitas rendah dibanding tahun
2013 dan 2014, dipengaruhi oleh tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
yang anjlok di tahun 2015 untuk subsektor perkebunan.
BWPT memiliki nilai COC yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun
2014 sebesar Rp92.663 juta. Hal ini terkait perusahaan yang mampu
meningkatkan modal yang diinvetasikan dengan proporsi 56.53 persen, walaupun
nilai WACC menurun. Pada tahun 2015, nilai COC naik dengan laju 62.92 persen
dikarenakan nilai WACC yang meningkat tiga kali lipat, dipengaruhi biaya
ekuitas yang meningkat pesat, serta nilai IC yang juga meningkat.
Nilai COC LSIP pada tahun 2013 cukuplah besar dengan nilai
Rp1.470.549 juta dikarenakan nilai WACC yang tinggi dengan proporsi 20.32
persen, pengaruh dari nilai biaya ekuitas perusahaan yang besar pada tahun
tersebut. Pada tahun 2014, nilai COC menurun drastis menjadi (Rp77.040) juta.
Hal ini ditunjukkan dari niai WACC yang menurun drastis hingga mencapai
negatif 0.97 persen. Nilai WACC yang kecil dipengaruhi oleh nilai biaya ekuitas
yang memiliki proporsi negatif 1.24 persen. Selain itu, nilai beta usaha tahun 2014
lebih dari 1 yang artinya, pergerakan return portofolio pasar akan berpengaruh
besar terhadap return sekuritas perusahaan. Nilai COC perusahaan di tahun 2015
mengalami kenaikan dengan laju 115.26 persen, dikarenakan WACC perusahaan
kembali normal bahkan nilai rasio utang terhadap aset menurun.
Nilai COC yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami penurunan (Rp219.785) juta dari Rp230.810 juta menjadi Rp11.025
juta. Penyebab penurunannya adalah nilai WACC yang menyusut sebesar 0.19
persen berbanding dengan nilai IC yang naik dari tahun sebelumnya. Perhitungan
nilai COC secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14.

Analisis EVA
Nilai tambah ekonomi terjadi jika perusahaan mampu menciptakan
keuntungan diatas biaya modal perusahaan. Perhitungan nilai EVA secara lengkap
untuk perusahaan perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil perhitungan EVA AALI pada Gambar 6 memiliki nilai yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 hingga 2014, nilai EVA
mengalami peningkatan positif 33.06 persen atau setara Rp601.106 juta.
Peningkatan terjadi karena perusahaan mampu menggunakan modal secara
optimal, sehingga NOPAT yang dihasilkan bisa digunakan dengan baik untuk
menghasilkan nilai EVA yang baik. Pada tahun 2015, EVA perusahaan menurun
17

drastis Rp263.920 juta dengan nilai positif atau lebih dari nol, walaupun jauh
sangat rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dikarenakan rendahnya
harga CPO dan turunnya penjualan CPO yang berpengaruh pada menurunnya
nilai NOPAT. Nilai EVA yang positif menunjukkan bahwa pada tahun
bersangkutan, manajemen telah mampu menjaga kinerja keuangannya dan dapat
menciptakan nilai tambah bagi investor.

AALI
3.000.000
2.000.000
1.000.000 NOPAT
0
2013 2014 2015 COC
NOPAT 1.976.298 2.718.152 821.193
EVA
COC 759.093 899.841 550.992
EVA 1.217.205 1.818.311 270.201

Gambar 6 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT AALI Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Nilai EVA yang dihasilkan BWPT pada tahun 2013 sebesar (Rp152.603)
juta, dikarenakan nilai biaya modal yang dikeluarkan lebih besar dari
pengembalian, yaitu nilai NOPAT yang kecil, artinya tidak ada nilai tambah bagi
investor. Pada tahun 2014, perusahaan mengalami perbaikan nilai EVA sebesar
Rp14.232 juta dengan nilai NOPAT menang tipis dari nilai COC. Perusahaan
dapat dikatakan telah menggunakan modal dengan baik dan memberi nilai
tambah ekonomi untuk investor. Nilai EVA untuk tahun 2015 kembali negatif
yaitu Rp(619.319) juta dikarenakan nilai COC yang membengkak yang dapat
dilihat pada Gambar 7. Pada tahun tersebut, perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang tidak sehat, yang artinya tidak ada nilai tambah ekonomi bagi
investor.

BWPT
1.000.000
500.000
0
(500.000) NOPAT
(1.000.000)
2013 2014 2015 COC
NOPAT 74.089 333.587 241.896
EVA
COC 226.692 319.355 861.215
EVA (152.603) 14.232 (619.319)

Gambar 7 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT BWPT Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Nilai EVA LSIP yang tertera di Gambar 8 pada tahun 2013 memiliki nilai
EVA negatif Rp(728.888) juta. Hal ini dikarenakan perusahaan menghasilkan
18

NOPAT yang lebih rendah dibanding COC, yang berarti perusahaan belum dapat
menggunakan modalnya dengan optimal. Nilai EVA negatif artinya perusahaan
memiliki kinerja keuangan tidak sehat, sehingga belum dapat memenuhi harapan
investor dan tidak ada nilai tambah ekonomi. Pada tahun 2014 dan 2015, nilai
EVA dari LSIP masing-masing memiliki nilai positif Rp1.026.027 juta dan
Rp129.862 juta. Peningkatan nilai EVA pada tahun 2014 dikarenakan naiknya
nilai NOPAT dan turunnya nilai COC yang sangat tajam dari tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2015, nilai EVA mengalami penurunan (Rp896.165) juta.
Hal itu dikarenakan nilai NOPAT yang menurun akibat dari harga CPO yang
melemah.

LSIP
2.000.000
1.000.000
0
(1.000.000) NOPAT
2013 2014 2015
COC
NOPAT 741.661 948.987 634.730
EVA
COC 1.470.549 (77.040) 504.868
EVA (728.888) 1.026.027 129.862

Gambar 8 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT LSIP Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Gambar 9 menunjukkan nilai EVA SSMS pada tahun 2014 dan 2015
mengalami peningkatan dan bernilai positif dengan proporsi 18.26 persen. Pada
tahun 2014, nilai EVA yang dihasilkan Rp638.366 juta dikarenakan nilai NOPAT
lebih tinggi dari nilai COC, artinya perusahaan memberi nilai tambah ekonomi
bagi investor dan perusahaan. Nilai EVA pada tahun 2015 sebesar Rp782.210
juta. Peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh nilai COC yang turun dari tahun
sebelumnya, artinya SMSS telah menggunakan modal sangat optimal. Disisi lain,
nilai turunnya NOPAT dan rendahnya harga komoditas pada tahun tersebut tidak
menjadikan nilai EVA menurun. SSMS dari tahun ke tahun telah menjaga kinerja
keuangan dengan baik dan memberi nilai tambah ekonomi bagi investor.

SSMS
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000 NOPAT
0
2014 2015 COC
NOPAT 869.176 793.235
EVA
COC 230.810 11.025
EVA 638.366 782.210

Gambar 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT SSMS Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)
19

Perhitungan MVA

MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan


jumlah total ekuitas investor dalam perusahaan. Perhitungan nilai MVA secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16.
Nilai MVA AALI turun dari tahun 2013 sampai tahun 2015 terlihat pada
Gambar 10. Penyebabnya adalah penurunan harga saham AALI dari tahun ke
tahun, dikarenakan melemahnya nilai jual CPO yang merupakan produk utama
AALI. Nilai MVA tahun 2013 merupakan nilai MVA terbesar periode 2013-2015
sebesar Rp29.262.746 juta karena harga saham AALI masih tinggi. Pada tahun
2014, nilai MVA menurun dengan laju 11.04 persen atau setara (Rp2.908.957)
juta. Penurunan nilai MVA yang cukup drastis terjadi pada tahun 2015 sebesar
(Rp13.092.867) juta, dikarenakan harga saham AALI pada tahun tersebut
Rp15.850/lembar yang notabene harga saham paling rendah. Secara keseluruhan,
perusahaan mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan juga investor selama
periode 2013-2015.

AALI
50.000.000
40.000.000
30.000.000
20.000.000
10.000.000 MVE
0
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 39.526.100 38.187.566 24.959.708
MVA
Total Ekuitas 10.263.354 11.833.778 11.698.787
MVA 29.262.746 26.353.788 13.260.921

Gambar 10 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT AALI Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Hasil perhitungan dari nilai MVA BWPT pada tahun 2013 sebesar
Rp2.711.128 juta. Nilai ini tergolong kecil di tahun 2013 dibandingkan
perusahaan perkebunan lainnya, karena harga saham BWPT merupakan nilai
yang paling kecil. Pada tahun 2014, nilai MVA yang dihasilkan meningkat
sebesar Rp5.663.425 juta dengan proporsi kenaikan 52.13 persen dikarenakan
volume saham dan total ekuitas perusahaan meningkat. Dua tahun berturut-turut,
perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan
investor. Namun untuk tahun 2015, nilai MVA yang dihasilkan perusahaan
bernilai negatif yaitu (Rp2.491.577) juta. Penyebabnya adalah adanya sedikit
penurunan pada ekuitas milik perusahaan serta harga saham yang menurun tajam
sebesar Rp132/lembar. Pada tahun tersebut, perusahaan telah menurunkan
kekayaan yang dimiliki dan berdampak pada kekayaan investor yang berkurang.
Perkembangan nilai MVA perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11.
20

BWPT
15.000.000
10.000.000
5.000.000
0 MVE
(5.000.000)
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 4.943.608 12.610.116 4.161.338
MVA
Total Ekuitas 2.232.480 6.946.691 6.652.915
MVA 2.711.128 5.663.425 (2.491.577

Gambar 11 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT BWPT Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Gambar 12 menunjukkan nilai MVA LSIP sama halnya dengan AALI,


mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Nilai MVA pada tahun 2013
merupakan nilai terbesar, yaitu Rp6.772.971 juta. Pada tahun 2014, nilai MVA
menurun dengan proporsi negatif 15.05 persen karena nilai pasar yang terus
menurun dengan nilai Rp5.887.000 juta. Begitupun pada tahun 2015, nilai MVA
menurun (Rp4.220.342) juta dari Rp5.887.000 menjadi Rp1.666.658 juta.
Penurunan tajam tersebut disebabkan harga saham menurun secara nyata,
walaupun nilai ekuitas terus meningkat. Selama tiga periode ini, artinya kekayaan
perusahaan dan kekayaan investor mampu ditingkatkan oleh pihak manajemen.

LSIP
15.000.000
10.000.000
5.000.000 MVE
0
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 13.165.870 12.889.732 9.004.636
MVA
Total Ekuitas 6.392.899 7.002.732 7.337.978
MVA 6.772.971 5.887.000 1.666.658

Gambar 12 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT LSIP Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya, nilai MVA SSMS dari


tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan
harga saham SSMS yang naik, sebesar Rp1.665 di tahun 2014 menjadi Rp1.950 di
tahun 2015. Pada tahun 2014, nilai MVA SSMS Rp13.070.611 juta. Selanjutnya,
di tahun 2015 nilai MVA naik dengan proporsi 15.89 persen menjadi
Rp15.539.698 juta dikarenakan nilai pasar dari perusahaan meningkat yaitu
meningkatnya harga saham. Hal itu berarti di tahun 2014 dan tahun 2015,
perusahaan dapat meningkatkan kekayaan perusahaan dan investor.
Perkembangan nilai MVA perusahaan dapat dilihat pada Gambar 13.
21

SSMS
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000 MVE
0
2014 2015 Total Ekuitas
MVE 15.859.125 18.573.750
MVA
Total Ekuitas 2.788.514 3.034.052
MVA 13.070.611 15.539.698

Gambar 13 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT SSMS Tbk


Sumber: data diolah (2013-2015)

Implikasi Manajerial

Hasil perhitungan analisis EVA dan MVA perusahaan perkebunan selama


periode tahun 2013-2015 dapat dijadikan salah satu alternatif perusahaan dalam
memperbaiki kinerja keuangannya dan pertimbangan bagi investor. Penjelasan
lebih rinci adalah sebagai berikut:
1. AALI
Analisis EVA menunjukkan AALI memiliki kinerja keuangan yang baik.
Perusahaan telah memberi nilai tambah ekonomi, karena mampu mengoptimalkan
penggunaan modal seperti menekan penggunaan utang dan beban perusahaan,
terlihat dari biaya modal yang menurun dari tahun ke tahun, sehingga
menghasilkan laba optimal bagi perusahaan. Untuk ke depannya, AALI
diharapkan mampu menciptakan nilai tambah ekonomi yang lebih baik bagi
investor dengan meningkatkan laba. Sementara untuk analisis MVA, AALI telah
mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham.
Untuk ke depannya, karena nilai MVA AALI yang menurun dari tahun ke tahun,
perusahaan harus meningkatkan nilai tambah lebih di pasar seperti diversifikasi
produk dari CPO dan lebih meyakinkan investor untuk menanamkan modal di
perusahaan. Bagi calon investor, AALI dapat dijadikan pilihan untuk berinvestasi
karena kinerja keuangan perusahaan cukup konsisten dan dapat memberikan
return yang baik bagi investor.
2. BWPT
Pada BWPT, kinerja keuangan yang baik hanya di tahun 2014 berdasarkan
analisis EVA. Pada tahun 2013 dan tahun 2015 kinerja keuangan perusahaan
dinilai kurang baik. Hal itu dikarenakan biaya modal perusahaan yang jauh lebih
tinggi daripada NOPAT. Maka, untuk memperbaiki kinerjanya adalah dengan
menekan biaya-biaya operasional sehingga NOPAT dapat terus meningkat.
Analisis MVA perusahaan menunjukkan kinerja yang baik pada tahun 2013-2014.
Tetapi tahun 2015, nilai MVA yang dihasilkan negatif. Hal tersebut disebabkan
oleh nilai pasar perusahaan yang turun. Kedepannya, agar nilai MVA perusahaan
terus naik, maka perusahaan harus memperkuat posisi tawar menawar dan laba
yang akan meningkatkan permintaan saham di pasar, yang berdampak pada
kenaikan harga saham, sehingga berimplikasi pada kenaikan nilai MVA. Bagi
calon investor, BWPT dapat dijadkan pilihan terakhir untuk berinvestasi diantara
22

ketiga perusahaan perkebunan yang lain. Hal ini dikarenakan, BWPT


memperlihatkan kinerja keuangan yang kurang baik dan dikhawatirkan tidak
dapat memberikan return bagi investor yang berinvestasi.
3. LSIP
Kinerja keuangan LSIP berdasarkan analisis EVA memberi nilai tambah
ekonomi yang baik bagi investor. Walaupun begitu, nilai EVA yang dihasilkan
perusahan kurang optimal dan berfluktuatif, dikarenakan penggunaan biaya modal
tidak menentu. Pada tahun 2013, perusahaan menunjukkan kinerja kurang baik.
Hal tersebut disebabkan tingginya biaya modal sebagai akibat dari tingginya
WACC, sedangkan nilai NOPAT lebih rendah. Sebaiknya, perusahaan harus
memperbaiki manajemen penggunaan modal agar lebih optimal, seperti menekan
biaya-biaya operasional dan mengurangi utang jangka panjang. Berdasarkan
analisis MVA, perusahaan telah meningkatkan kekayaan perusahaan dan
pemegang saham. Hal tersebut didukung oleh nilai ekuitas perusahaan yang terus
naik. Bagi calon investor, dilihat dari kinerja keuangan perusahaan pada periode
2013-2015, dapat dipertimbangkan untuk berinvestasi di LSIP karena nilai laba
perusahaan cukup baik, walaupun kinerja keuangan perusahaan kurang konsisten,
tetapi dapat memberikan return bagi investor.
4. SSMS
Pada SSMS, kinerja keuangan tergolong baik dilihat dari analisis EVA
dikarenakan nilai EVA meningkat. Peningkatan EVA terjadi karena perusahaan
dalam menggunakan modal optimal terlihat dari nilai biaya modal yang cukup
menurun jauh dari tahun 2014 ke 2015, walaupun nilai NOPAT mengalami
penurunan. Ke depannya, perusahaan diharapkan mampu menjaga konsistensi
penggunaan modal optimal dan dapat meningkatkan laba, agar nilai EVA terus
meningkat. Berdasarkan analisis MVA, perusahaan menghasilkan nilai MVA
yang terus naik, sehingga meningkatkan kekayaan perusahaan dan investor. Nilai
MVA yang baik bagi SSMS menunjukan bagaimana saham SSMS menarik bagi
investor. Untuk prospek masa depan, perusahaan harus tetap menjaga harapan
investor dan juga meningkatkan mutu produknya sehingga lebih meningkatkan
ketertarikan investor dalam pasar modal. Bagi calon investor, SSMS merupakan
rekomendasi terbaik sebagai pilihan untuk berinvestasi karena kinerja keuangan
perusahaan konsisten dan dapat memberikan return yang baik bagi investor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis kinerja keuangan dengan metode EVA dan MVA dapat


disimpulkan sebagai berikut:
1. Keempat perusahaan berdasarkan metode EVA, mampu memberi nilai tambah
ekonomi dan membayar seluruh kewajibannya kepada investor dan kreditur,
serta pemerintah dalam bentuk pajak. Pada tahun 2013 nilai EVA AALI
mengungguli BWPT dan LSIP. Hal ini dikarenakan BWPT dan LSIP
memiliki nilai EVA negatif, artinya tidak ada nilai tambah ekonomi bagi
23

perusahaan. Pada tahun 2014, AALI konsisten unggul dari BWPT, LSIP dan
SSMS. Sementara untuk tahun 2015, nilai EVA SSMS meningkat dan berhasil
unggul dari tiga perusahaan lainnya. AALI dan LSIP mengalami penurunan
nilai EVA, begitupun BWPT menghasilkan nilai EVA negatif.
2. Secara keseluruhan, keempat perusahaan mampu meningkatkan nilai
kekayaan pemilik perusahaan berbasis metode MVA. Pada tahun 2013 nilai
MVA AALI unggul dari nilai MVA BWPT dan LSIP. Pada tahun 2014, nilai
MVA AALI masih unggul, walaupun mengalami penurunan, disusul oleh
SSMS, LSIP, dan BWPT. Sementara untuk tahun 2015, nilai SSMS
meningkat dan memimpin dibanding perusahaan perkebunana lainnya. Nilai
MVA AALI dan LSIP yang terus menurun, dikarenakan harga saham
perusahan terus menurun. Sedangkan nilai MVA BWPT negatif, artinya tidak
memberikan kekayaan bagi perusahaan dan kekayaan investor berkurang.
3. Melihat dari data historis perusahaan, AALI dan SSMS merupakan
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga dapat
menarik dimata para investor. Jauh lebih baik dibandingkan dengan BWPT
dan LSIP yang memiliki kinerja keuangan yang tidak konsisten.

Saran

Perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar dalam indeks LQ45


diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kinerja keuangannya untuk
menghasilkan nilai EVA dan MVA positif. Hal ini cenderung akan dilihat bagi
para investor, ketika akan menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dituju.
Untuk itu, perusahaan harus lebih baik dalam penggunaan modal, agar tingkat
pengembalian yang diharapkan investor dan perusahaan dapat terpenuhi,
disamping perusahaan dapat melakukan diversifikasi dari produk CPO untuk
meningkatkan laba perusahaannya.

DAFTAR PUSTAKA

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2016. Annual Report Perusahaan Perkebunan 2013-
2015. [Internet]. [diunduh 2016 Mei 03]. Tersedia pada:
http://www.idx.co.id/.
[BI] Bank Indonesia. 2016. Lelang Sertifikat BI. [Internet]. [diunduh 2016 April
14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. [Internet].
[Diunduh 2016 April 14]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.
Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung (ID): ALFABETA.
Iramani Rr, Febrian E. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam
Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya (ID).
Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan [Internet].
24

[diunduh 2016 April 14]; 7(2005):1-10. Tersedia pada:


http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/.
Kartikasari, AF. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Economic Value
Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2013 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott JR DF. 2008. Manajemen Keuangan:
Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta (ID): PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Melani, Agustina. 2013. 2013, Masa Suram Bagi Emiten Perkebunan [Internet].
[diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada:
http://www.liputan6.com/bisnis/read/734790/2013-masa-suram-bagi-
emiten-perkebunan/.
Ningrum, AP. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go
Public dengan Metode Economic Value Added (EVA) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Paisal, Pani A. 2011. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic value
Added pada PT. Bank Central Asia, Tbk Tahun 2007-Tahun 2009
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiyarso G, Winarni F. 2005. Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan
Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran
Kinerja Perusahaan. Yogyakarta (ID): Media Pressindo.
Toflen, Aflin. 2015. Indeks Sektor Pertambangan dan Agribisnis Terbenam Paling
Dalam pada 2015 [Internet]. [diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada:
http://www.bareksa.com/id/text/2015/12/22/indeks-sektor-pertambangan-
dan-agribisnis-terbenam-paling-dalam-pada-2015/12257/news/.
Wikipedia. 2016. LQ-45 [Internet]. [diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada:
http//en.wikipedia.org/wiki/LQ-45/.
Young SD, O’Byrne SF. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan
Praktis Untuk Implementasi. Jakarta (ID): Salemba Empat.
25

LAMPIRAN
26

Lampiran 1 Ringkasan laporan keuangan PT AALI Tbk Periode 2013-2015

Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,691,694 2,403,615 2,814,123
2 Aktiva tidak lancar 13,272,737 16,155,739 18,698,248
3 Total aktiva (1+2) 14,964,431 18,559,354 21,512,371
4 Kewajiban lancar 3,759,265 4,110,955 3,522,133
5 Kewajiban tidak lancar 941,812 2,614,621 6,291,451
6 Total kewajiban (4+5) 4,701,077 6,725,576 9,813,584
7 Ekuitas 9,890,227 11,415,804 11,284,816
8 Hak minoritas 373,127 417,974 413,971
9 Total ekuitas (7+8) 10,263,354 11,833,778 11,698,787
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 14,964,431 18,559,354 21,512,371

Laporan Laba Rugi


(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Pendapatan bersih 12,674,999 16,305,831 13,059,216
2 Beban pokok pendapatan (8,592,003) (11,352,975) (9,977,118)
3 Laba kotor (1-2) 4,082,996 4,952,856 3,082,098
4 Beban usaha (1,484,383) (1,271,019) (1,906,585)
5 Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 2,598,613 3,681,837 1,175,513
6 Beban pajak penghasilan (694,729) (1,059,765) (479,829)
7 Laba tahun berjalan (5-6) 1,903,884 2,622,072 695,684
8 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan
kepada:
a. Pemilik entitas induk 1,802,193 2,504,467 619,107
b. Kepentingan non pengendali 101,691 117,605 76,577
9 Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 1,903,884 2,622,072 695,684
10 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan
setelah pajak 33,162 (36,630) (6,281)
11 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan,
yang diatribusikan kepada:
a. Pemilik entitas induk 1,834,662 2,468,849 612,292
b. Kepentingan non pengendali 102,384 116,593 77,111
12 Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan
(11a+11b) 1,937,046 2,585,442 689,403
13 Laba bersih per saham (dalam
satuan rupiah) 1,144 1,590 393
Sumber: BEI (2016)
27

Lampiran 2 Ringkasan laporan keuangan PT BWPT Tbk Periode 2013-2015

Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,250,013 1,615,006 2,796,883
2 Aktiva tidak lancar 5,771,479 14,764,834 14,861,954
3 Total aktiva (1+2) 7,021,492 16,379,840 17,658,837
4 Kewajiban lancar 1,251,482 3,105,061 3,955,212
5 Kewajiban tidak lancar 3,537,530 6,328,088 7,050,710
6 Total kewajiban (4+5) 4,789,012 9,433,149 11,005,922
7 Ekuitas 2,008,854 6,827,516 6,532,028
8 Hak minoritas 223,626 119,175 120,887
9 Total ekuitas (7+8) 2,232,480 6,946,691 6,652,915
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 7,021,492 16,379,840 17,658,837

Laporan Laba Rugi


(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Pendapatan bersih 1,730,531 2,264,396 2,674,271
2 Beban pokok pendapatan 1,302,436 1,635,264 2,100,500
3 Laba kotor (1-2) 428,095 629,132 573,771
4 Beban usaha 444,934 354,658 777,393
5 Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) (16,839) 274,474 (203,622)
6 Beban pajak penghasilan 11,370 (79,836) 22,222
7 Laba tahun berjalan (5-6) (28,209) 194,638 (181,400)
8 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan
kepada:
a. Pemilik entitas induk (17,063) 189,470 (179,737)
b. Kepentingan non pengendali (11,146) 5,168 (1,663)
9 Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) (28,209) 194,638 (181,400)
10 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan
setelah pajak
11 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan,
yang diatribusikan kepada:
a. Pemilik entitas induk (159,617) 185,468 (295,488)
b. Kepentingan non pengendali (11,146) 5,168 (1,663)
12 Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan
(11a+11b) (170,763) 190,636 (297,151)
13 Laba bersih per saham (dalam
satuan rupiah) (0.83) 9.08 (5.70)
Sumber: BEI (2016)
28

Lampiran 3 Ringkasan laporan keuangan PT LSIP Tbk Periode 2013-2015

Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,999,126 1,863,506 1,268,557
2 Aktiva tidak lancar 6,039,666 6,849,568 7,580,235
3 Total aktiva (1+2) 8,038,792 8,713,074 8,848,792
4 Kewajiban lancar 802,905 746,520 571,162
5 Kewajiban tidak lancar 842,988 963,822 939,652
6 Total kewajiban (4+5) 1,645,893 1,710,342 1,510,814
7 Ekuitas 6,392,958 7,002,800 7,331,049
8 Hak minoritas (59) (68) 6,929
9 Total ekuitas (7+8) 6,392,899 7,002,732 7,337,978
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 8,038,792 8,713,074 8,848,792

Laporan Laba Rugi


(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Pendapatan bersih 4,133,679 4,726,539 4,189,615
2 Beban pokok pendapatan (2,880,220) (3,190,502) (3,073,774)
3 Laba kotor (1-2) 1,253,459 1,536,037 1,115,841
4 Beban usaha (286,468) (314,085) (287,959)
5 Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 966,991 1,221,952 827,882
6 Beban pajak penghasilan (198,366) (292,547) (204,573)
7 Laba tahun berjalan (5-6) 768,625 929,405 623,309
8 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan
kepada:
a. Pemilik entitas induk 769,493 929,414 623,312
b. Kepentingan non pengendali (868) (9) (3)
9 Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 768,625 929,405 623,309
10 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan
setelah pajak 0 (5,853) 66,395
11 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan,
yang diatribusikan kepada:
a. Pemilik entitas induk 788,871 923,561 689,707
b. Kepentingan non pengendali (868) (9) (3)
12 Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan
(11a+11b) 788,003 923,552 689,704
13 Laba bersih per saham (dalam
satuan rupiah) 113 136 91
Sumber: BEI (2016)
29

Lampiran 4 Ringkasan laporan keuangan PT SSMS Tbk Periode 2013-2015

Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 2,187,401 2,742,376 1,732,968
2 Aktiva tidak lancar 3,589,549 4,022,859 5,420,883
3 Total aktiva (1+2) 5,776,950 6,765,235 7,153,851
4 Kewajiban lancar 2,093,876 2,611,834 1,302,633
5 Kewajiban tidak lancar 1,487,627 1,364,886 2,637,166
6 Total kewajiban (4+5) 3,581,503 3,976,720 3,939,799
7 Ekuitas 2,160,362 2,740,275 3,034,052
8 Hak minoritas 35,085 48,240 0
9 Total ekuitas (7+8) 2,195,447 2,788,515 3,034,052
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 5,776,950 6,765,235 6,973,851

Laporan Laba Rugi


(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Pendapatan bersih 1,962,435 2,616,365 2,371,878
2 Beban pokok pendapatan (949,458) (1,296,794) (1,123,966)
3 Laba kotor (1-2) 1,012,977 1,319,571 1,247,912
4 Beban usaha (159,558) (400,744) (472,463)
5 Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 853,419 918,827 775,449
6 Beban pajak penghasilan (221,750) (253,502) (188,305)
7 Laba tahun berjalan (5-6) 631,669 665,325 587,144
8 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan
kepada:
a. Pemilik entitas induk 576,824 722,683 560,912
b. Kepentingan non pengendali 54,845 13,569 (1,943)
9 Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 631,669 736,252 562,855
10 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan
setelah pajak 0 (13,129) 12,479
11 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan,
yang diatribusikan kepada:
a. Pemilik entitas induk 576,824 711,035 574,987
b. Kepentingan non pengendali 54,845 18,875 (3,912)
12 Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan
(11a+11b) 631,669 729,910 571,075
13 Laba bersih per saham (dalam
satuan rupiah) 91 76 59
Sumber: BEI (2016)
26

Lampiran 5 Perhitungan tingkat pengembalian saham periode 2013-2015


Tahun 2013 AALI BWPT LSIP

30
Bulan Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit
Januari 18,850 19,100 (0.0131) 1,072 1,147 (0.0652) 2,075 2,200 (0.0568)
Febuari 18,450 18,850 (0.0212) 1,131 1,072 0.0543 1,930 2,075 (0.0699)
Maret 18,500 18,450 0.0027 1,106 1,131 (0.0221) 1,520 1,930 (0.2124)
April 17,700 18,500 (0.0432) 757 1,106 (0.3158) 1,920 1,520 0.2632
Mei 19,500 17,700 455 0.1274 906 757 0.1978 1,720 1,920 (0.1042)
Juni 19,700 19,500 0.0103 798 906 (0.1193) 1,120 1,720 66 (0.3105)
Juli 15,550 19,700 (0.2107) 607 798 (0.2396) 1,490 1,120 0.3304
Agustus 19,750 15,550 0.2701 757 607 0.2466 1,270 1,490 (0.1477)
September 19,500 19,750 (0.0127) 665 757 (0.1209) 1,600 1,270 0.2598
Oktober 18,600 19,500 160 (0.0379) 773 665 0.1625 1,840 1,600 0.1500
November 22,250 18,600 0.1962 1,064 773 0.3763 1,930 1,840 0.0489
Desember 25,100 22,250 0.1281 1,106 1,064 12 0.0503 1,930 1,930 0.0000
Jumlah 0.3960 0.2050 0.1509
Rataan (Rt) 0.0330 0.0171 0.0126

Tahun 2014 AALI BWPT LSIP SSMS


Bulan Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit
Januari 21,475 25,100 (0.1444) 1,047 1,106 (0.0526) 1,655 1,930 (0.1425) 840 820 0.0244
Febuari 25,500 21,475 0.1874 1,135 1,047 0.0833 2,070 1,655 0.2508 995 840 0.1845
Maret 26,000 25,500 0.0196 1,093 1,135 (0.0366) 2,210 2,070 0.0676 1,035 995 0.0402
April 29,400 26,000 0.1308 1,168 1,093 0.0684 2,450 2,210 0.1086 1,200 1,035 0.1594
Mei 27,325 29,400 355 (0.0585) 1,072 1,168 (0.0818) 2,310 2,450 (0.0571) 1,245 1,200 5.1969 0.0418
Juni 28,175 27,325 0.0311 1,023 1,072 (0.0465) 2,315 2,310 46 0.0221 1,245 1,245 0.0000
Juli 26,700 28,175 (0.0524) 960 1,023 (0.0610) 2,100 2,315 (0.0929) 1,265 1,245 0.0161
Agustus 25,500 26,700 (0.0449) 856 960 (0.1082) 1,870 2,100 (0.1095) 1,305 1,265 0.0316
September 23,000 25,500 (0.0980) 461 856 (0.4612) 1,900 1,870 0.0160 1,265 1,305 (0.0307)
Oktober 23,500 23,000 244 0.0323 453 461 (0.0180) 1,945 1,900 0.0237 1,245 1,265 (0.0158)
November 24,000 23,500 0.0213 382 453 6 (0.1427) 1,985 1,945 0.0206 1,460 1,245 0.1727
Desember 24,250 24,000 0.0104 400 382 0.0460 1,890 1,985 (0.0479) 1,665 1,460 0.1404
Jumlah 0.0347 (0.8110) 0.0595 0.7647
Rataan (Rt) 0.0029 (0.0676) 0.0050 0.0637

Tahun 2015 AALI BWPT LSIP SSMS


Bulan Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit
Januari 23,250 24,250 (0.0412) 355 400 (0.1125) 1,840 1,890 (0.0265) 1,650 1,665 (0.0090)
Febuari 24,650 23,250 0.0602 366 355 0.0310 1,880 1,840 0.0217 1,985 1,650 0.2030
Maret 24,300 24,650 (0.0142) 338 366 (0.0765) 1,730 1,880 (0.0798) 1,990 1,985 0.0025
April 20,350 24,300 472 (0.1431) 252 338 (0.2544) 1,425 1,730 (0.1763) 1,900 1,990 22.65 (0.0338)
Mei 24,800 20,350 0.2187 401 252 0.5913 1,665 1,425 53 0.2056 2,350 1,900 0.2368
Juni 22,950 24,800 (0.0746) 411 401 0.0249 1,555 1,665 (0.0661) 1,845 2,350 (0.2149)
Juli 20,075 22,950 (0.1253) 390 411 (0.0511) 1,355 1,555 (0.1286) 1,965 1,845 0.0650
Agustus 17,125 20,075 (0.1469) 258 390 (0.3385) 1,080 1,355 (0.2030) 1,615 1,965 (0.1781)
September 18,125 17,125 0.0584 202 258 (0.2171) 1,385 1,080 0.2824 1,615 1,615 0.0000
Oktober 19,900 18,125 0.0979 235 202 0.1634 1,550 1,385 0.1191 1,900 1,615 0.1765
November 16,950 19,900 (0.1482) 141 235 (0.4000) 1,200 1,550 (0.2258) 1,580 1,900 (0.1684)
Desember 15,850 16,950 (0.0649) 132 141 (0.0638) 1,320 1,200 0.1000 1,950 1,580 0.2342
Jumlah (0.3233) (0.7033) (0.1771) 0.3138
Rataan (Rt) (0.0269) (0.0586) (0.0148) 0.0261
31

Lampiran 6 Perhitungan tingkat pengembalian pasar periode 2013-2015


Tahun 2013 2014 2015
Bulan IHSGt IHSGt-1 Rmt IHSGt IHSGt-1 Rmt IHSGt IHSGt-1 Rmt
Januari 4453.70 4316.69 0.0317 4418.76 4274.18 0.0338 5289.4 5226.95 0.0119
Febuari 4795.79 4453.70 0.0768 4620.22 4418.76 0.0456 5450.29 5289.40 0.0304
Maret 4940.99 4795.79 0.0303 4768.28 4620.22 0.0320 5518.67 5450.29 0.0125
April 5034.07 4940.99 0.0188 4840.15 4768.28 0.0151 5086.42 5518.67 (0.0783)
Mei 5068.63 5034.07 0.0069 4893.91 4840.15 0.0111 5216.38 5086.42 0.0255
Juni 4818.90 5068.63 (0.0493) 4878.58 4893.91 (0.0031) 4910.66 5216.38 (0.0586)
Juli 4610.38 4818.90 (0.0433) 5088.80 4878.58 0.0431 4802.53 4910.66 (0.0220)
Agustus 4195.09 4610.38 (0.0901) 5136.86 5088.80 0.0094 4509.61 4802.53 (0.0610)
September 4316.18 4195.09 0.0289 5137.58 5136.86 0.0001 4223.91 4509.61 (0.0634)
Oktober 4510.63 4316.18 0.0451 5089.55 5137.58 (0.0093) 4455.18 4223.91 0.0548
November 4256.44 4510.63 (0.0564) 5149.89 5089.55 0.0119 4446.46 4455.18 (0.0020)
Desember 4274.18 4256.44 0.0042 5226.95 5149.89 0.0150 4593.01 4446.46 0.0330
Jumlah 0.0036 0.2047 (0.1171)
Rata-rata E(Rm) 0.0003 0.0171 (0.0098)

Lampiran 7 Perhitungan tingkat rata-rata SBI (Rf)

2013 2014 2015


Bulan SBI SBI SBI
Januari 5.75% 7.50% 7.75%
Febuari 5.75% 7.50% 7.50%
Maret 5.75% 7.50% 7.50%
April 5.75% 7.50% 7.50%
Mei 5.75% 7.50% 7.50%
Juni 6.00% 7.50% 7.50%
Juli 6.50% 7.50% 7.50%
Agustus 6.75% 7.50% 7.50%
September 7.25% 7.50% 7.50%
Oktober 7.25% 7.50% 7.50%
November 7.50% 7.63% 7.50%
Desember 7.50% 7.75% 7.50%
Jumlah 77.50% 90.38% 90.25%
Rataan 6.46% 7.53% 7.52%
Sumber: BI (2016)
32

Lampiran 8 Perhitungan beta (β) dan biaya modal saham (Ke)


AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Kov (a) (0.00039) (0.00004) 0.00034 0.00024 0.00012 (0.00018) (0.00254) 0.00023 0.00002 (0.00002) 0.00163
Var (b) 0.00086 0.00015 0.00113 0.00086 0.00015 0.00113 0.00086 0.00015 0.00113 0.00015 0.00113
Beta (a/b) (0.45) (0.28) 0.30 0.28 0.76 (0.16) (2.97) 1.51 0.02 (0.11) 1.44
E(R)/Rm (c) 0.03% 1.71% -0.98% 0.03% 1.71% -0.98% 0.03% 1.71% -0.98% 1.71% -0.98%
Rf (d) 6.46% 7.53% 7.52% 6.46% 7.53% 7.52% 6.46% 90.38% 90.25% 7.53% 7.52%
MRP (c-d) -6.43% -5.83% -8.50% -6.43% -5.83% -8.50% -6.43% -88.67% -91.23% -5.83% -8.50%
Ke 9.36% 9.19% 5.00% 4.68% 3.09% 8.88% 25.52% -1.24% 7.33% 8.19% -4.70%

Lampiran 9 Perhitungan biaya hutang (Kd*)


AALI BWPT LSIP Tahun
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Biaya Bunga (a) 72,414 96,080 125,509 102,298 138,949 467,740 3,036 3,537 1,944 203,851 206,091
Kewajiban
Jangka Panjang 941,812 2,614,621 6,291,451 3,537,530 6,328,088 7,050,710 842,988 963,822 939,652 1,364,886 2,637,166
(b)
Kd (c)=(a/b) 0.0769 0.0367 0.0199 0.0289 0.0220 0.0663 0.0036 0.0037 0.0021 0.1494 0.0781
Beban Pajak (d) 694,729 1,059,765 479,829 11,370 (79,836) 22,222 228,366 276,502 195,096 253,502 188,305
Laba Sebelum
2,598,613 3,681,837 1,175,513 (16,839) 274,474 (203,622) 996,991 1,221,952 827,882 918,827 775,449
Pajak (e)
Pajak
Penghasilan 0.2673 0.2878 0.4082 (0.6752) (0.2909) (0.1091) 0.2291 0.2263 0.2357 0.2759 0.2428
(T), (f)=(d/e)
(1-T) 0.7327 0.7122 0.5918 1.6752 1.2909 1.1091 0.7709 0.7737 0.7643 0.7241 0.7572
Kd* (c x (1-T)) 5.63% 2.62% 1.18% 4.84% 2.83% 7.36% 0.28% 0.28% 0.16% 10.81% 5.92%

Lampiran 10 Perhitungan proporsi hutang (Wd) dan proporsi ekuitas (We)


AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Kewajiban
Jangka Panjang 941,812 2,614,621 6,291,451 3,537,530 6,328,088 7,050,710 842,988 963,822 939,652 1,364,886 2,637,166
(a)
Total Ekuitas (b) 10,263,354 11,833,778 11,698,787 2,232,480 6,946,691 6,652,915 6,392,899 7,002,732 7,337,978 2,788,514 3,034,052
Total Kewajiban
14,964,431 18,559,354 21,512,371 7,021,492 16,379,840 17,658,837 8,038,792 8,713,074 8,848,792 6,765,234 6,973,851
dan Ekuitas (c)
Wd (a/c) 6.29% 14.09% 29.25% 50.38% 38.63% 39.93% 10.49% 11.06% 10.62% 20.18% 37.82%
We (b/c) 68.58% 63.76% 54.38% 31.79% 42.41% 37.67% 79.53% 80.37% 82.93% 41.22% 43.51%
33

Lampiran 11 Perhitungan WACC


AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Wd (a) 6.29% 14.09% 29.25% 50.38% 38.63% 39.93% 10.49% 11.06% 10.62% 20.18% 37.82%
We (b) 68.58% 63.76% 54.38% 31.79% 42.41% 37.67% 79.53% 80.37% 82.93% 41.22% 43.51%
Kd* (c) 5.63% 2.62% 1.18% 4.84% 2.83% 7.36% 0.28% 0.28% 0.16% 10.81% 5.92%
Ke (d) 9.36% 9.19% 5.00% 4.68% 3.09% 8.88% 25.52% -1.24% 7.33% 8.19% -4.70%
axc=e 0.35% 0.37% 0.35% 2.44% 1.10% 2.94% 0.03% 0.03% 0.02% 2.18% 2.24%
bxd=f 6.42% 5.86% 2.72% 1.49% 1.31% 3.35% 20.29% -1.00% 6.08% 3.38% -2.04%
WACC (e+f) 6.77% 6.23% 3.06% 3.93% 2.41% 6.28% 20.32% -0.97% 6.10% 5.56% 0.19%

Lampiran 12 Perhitungan IC
AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Total Kewajiban
14,964,431 18,559,354 21,512,371 7,021,492 16,379,840 17,658,837 8,038,792 8,713,074 8,848,792 6,765,234 6,973,851
dan Ekuitas
Kewajiban
Jangka Pendek 3,759,265 4,110,955 3,522,133 1,251,482 3,105,061 3,955,212 802,905 746,520 571,162 2,611,834 1,302,633
Non Bunga
IC 11,205,166 14,448,399 17,990,238 5,770,010 13,274,779 13,703,625 7,235,887 7,966,554 8,277,630 4,153,400 5,671,218

Lampiran 13 Perhitungan NOPAT


AALI BWPT LSIP SSMS
Tahun
EBIT Pajak NOPAT EBIT Pajak NOPAT EBIT Pajak NOPAT EBIT Pajak NOPAT
2013 2,671,027 694,729 1,976,298 85,459 11,370 74,089 970,027 228,366 741,661
2014 3,777,917 1,059,765 2,718,152 413,423 79,836 333,587 1,225,489 276,502 948,987 1,122,678 253,502 869,176
2015 1,301,022 479,829 821,193 264,118 22,222 241,896 829,826 195,096 634,730 981,540 188,305 793,235

Lampiran 14 Perhitungan COC

AALI BWPT LSIP SSMS


Tahun
WACC IC COC WACC IC COC WACC IC COC WACC IC COC
2013 6.77% 11,205,166 759,093 3.93% 5,770,010 226,692 20.32% 7,235,887 1,470,549
2014 6.23% 14,448,399 899,841 2.41% 13,274,779 319,355 -0.97% 7,966,554 (77,040) 5.56% 4,153,400 230,810
2015 3.06% 17,990,238 550,992 6.28% 13,703,625 861,215 6.10% 8,277,630 504,868 0.19% 5,671,218 11,025

Lampiran 15 Perhitungan EVA


AALI BWPT LSIP SSMS
Tahun
NOPAT COC EVA NOPAT COC EVA NOPAT COC EVA NOPAT COC EVA
2013 1,976,298 759,093 1,217,205 74,089 226,692 (152,603) 741,661 1,470,549 (728,888)
2014 2,718,152 899,841 1,818,311 333,587 319,355 14,232 948,987 (77,040) 1,026,027 869,176 230,810 638,366
2015 821,193 550,992 270,201 241,896 861,215 (619,319) 634,730 504,868 129,862 793,235 11,025 782,210
34

Lampiran 16 Perhitungan MVA


AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Harga saham 25,100 24,250 15,850 1,106 400 132 1,930 1,890 1,320 1,665 1,950
Volume saham 1,574.745 1,574.745 1,574.745 4,471.183 31,525.291 31,525.291 6,821.694 6,819.964 6,819.964 9,525 9,525
MVE 39,526,100 38,187,566 24,959,708 4,943,608 12,610,116 4,161,338 13,165,870 12,889,732 9,004,636 15,859,125 18,573,750
Total ekuitas 10,263,354 11,833,778 11,698,787 2,232,480 6,946,691 6,652,915 6,392,899 7,002,732 7,337,978 2,788,514 3,034,052
MVA 29,262,746 26,353,788 13,260,921 2,711,128 5,663,425 (2,491,577) 6,772,971 5,887,000 1,666,658 13,070,611 15,539,698
35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 19 Desember 1993 sebagai


anak dari Bapak Yusuf (alm) dan Ibu Linda Dahliawati dan merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman kanak-
kanak Pertiwi pada tahun 1999. Selanjutnya, penulis mengawali pendidikan
formal di SDN 1 Cigombong Centre dari tahun 1999-2005. Pada tahun yang
sama, penulis melanjutkan pendidikan SMPN 1 Cigombong dan lulus tahun 2008.
Pada tahun 2008-2011, penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1
Cigombong.
Penulis diterima di Program Diploma IPB pada Program Keahlian
Manajemen Agribisnis melalui melalui jalur masuk regular tahun 2011. Kemudian
pada tahun 2014, melanjutkan pendidikan kembali di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Prestasi akademik penulis selama masa kemahasiswaan di Program Diploma
adalah lulusan terbaik Program Keahlian Manajemen Agribisnis, IPB.

Anda mungkin juga menyukai