NINDI YUSDARIANI
Nindi Yusdariani
NIM H24144069
ii
ABSTRAK
NINDI YUSDARIANI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan
Indeks LQ45 Di BEI. Dibimbing oleh H MUSA HUBEIS.
ABSTRACT
Global growth of palm oil continues to increase, but Composite Stock Price Index
(CSPI) agribusiness sector fell from 2013 until 2015, although in 2014 rebounded
and climbeb up. This becomes factor that investors consider investing in
companies views from its financial performance. This study aimed to analyze the
financial performance of plantations with the approach of using method of
Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA), and provide
reference for investors in investing in stocks of plantation companies. This study
uses EVA and MVA method. The type of data used are quantitative secondary
data during period 2013-2015. Research indicates that PT Astra Agro Lestari Tbk,
PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, and PT
Sawit Sumbermas Sarana Tbk more than 0 or in other words the company is able
to provide economic added value for investors. In addition, the three companies
showed the value of MVA more than 0, means the company is able to add value
to the wealth of company owners.
NINDI YUSDARIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Nindi Yusdariani
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Kinerja Keuangan 4
Laporan Keuangan 4
Metode EVA 4
Metode MVA 5
Penelitian Terdahulu 6
METODE PENELITIAN 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 7
Pengumpulan Data 7
Metode Pengambilan Sampel 8
Metode Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Perusahaan 10
Kondisi Keuangan AALI 11
Kondisi Keuangan BWPT 12
Kondisi Keuangan LSIP 13
Kinerja Keuangan SSMS 14
Perhitungan EVA 15
Perhitungan MVA 19
Implikasi Manajerial 21
SIMPULAN DAN SARAN 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 35
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Konsumsi global yang tinggi juga telah mendorong budidaya kelapa sawit
lebih ditingkatkan serta banyak pengusaha sawit yang bermunculan. Hingga tahun
2015, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 1599 perusahaan,
yang terdiri dari 156 perusahaan perkebunan negara dan 1443 perusahaan
perkebunan swasta. Selain itu, terdapat enam belas perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tabel 2.
Pertumbuhan global perkebunan sawit terus meningkat, namun Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor agribisnis melemah dari tahun 2013
hingga tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 kembali pulih dan naik. IHSG
sektor agribisnis turun 13 persen sepanjang tahun 2013, dampak dari harga Crude
Palm Oil (CPO) yang melemah (Melani 2013). Sementara itu, IHSG sektor
agribisnis dan pertambangan merupakan yang paling terburuk sepanjang tahun
2015. Indeks saham sektor agribisnis menurun sekitar 30.30 persen dalam satu
tahun, khususnya untuk sub sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan jatuhnya
2
Tabel 2 Daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI tahun
2016
Kode
No Nama Emiten Tanggal IPO
Saham
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk 9 Desember 1997
2 ANJT PT Austindo Nusantara Jaya Tbk 10 Mei 2013
3 BWPT PT Eagle High Plantations Tbk 27 Oktober 2009
4 DNSG PT Darma Satya Nusantara Tbk 14 Juni 2013
5 GOLL PT Golden Plantation Tbk 23 Desember 2014
6 GZCO PT Gozco Plantation Tbk 15 Mei 2008
7 JAWA PT Jaya Agra Wattie Tbk 30 Mei 2011
8 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk 5 Juli 1996
9 MAGP PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 16 Januari 2013
10 PALM PT Provident Agro Tbk 18 Oktober 2012
11 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk 18 Juni 2007
12 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 9 Juni 2011
13 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 20 November 1992
14 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 12 Desember 2013
15 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 14 Februari 2000
16 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk 6 Maret 1990
Sumber: BEI (2016)
perusahaan yaitu, sebagai nilai daya guna yang dinikmati oleh stakeholder.
Pemegang saham dapat mengetahui apakah ada atau tidak tingkat pengembalian
yang ia peroleh sesuai dengan biaya modal yang telah dikeluarkan. Metode MVA
memberikan informasi bagaimana perusahaan memaksimalkan kekayaan
pemegang saham dengan pengalokasian dana yang tepat. Jadi, EVA dan MVA
merupakan indikator penciptaan nilai dari investasi dalam suatu perusahaan.
Hubungan antara EVA dan MVA sangat penting di masa depan, karena
untuk mengelola nilai bagi pemegang saham memerlukan kenaikan MVA. MVA
merupakan nilai sekarang dari seluruh EVA masa depan atas kelangsungan hidup
perusahaan. Dengan mengelola perusahaan dengan cara meningkatkan EVA
secara umum akan menimbulkan MVA yang lebih tinggi (Keown et al. 2008).
Oleh karena itu, dilakukan penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI”.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan
Laporan Keuangan
Metode EVA
EVA didapat dari selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After
Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital).
NOPAT merupakan laba operasi setelah pajak dan mengukur laba yang
diperoleh dari operasi berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan
mencerminkan kombinasi biaya dari semua sumber keuangan yang digunakan
perusahaan, yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of
Capital atau WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen
modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang
saham dan ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal
perusahaan pada nilai pasar (Young dan O’Bryne 2001).
Keunggulan EVA menurut Iramani dan Erie (2005) adalah memfokuskan
penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi
investasi. Perhitungan EVA dapat dipergunakan tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri sebagai konsep penilaian. Pengaplikasian
EVA mudah dihitung dan digunakan, sehingga menjadi pertimbangan dalam
mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Kelemahan EVA menurut Mirza dalam Paisal (2011), yaitu dalam
perhitungan biaya modalnya EVA relatif sulit, karena memerlukan data yang
lebih banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Secara tidak langsung
mendorong para pemegang saham untuk berpikir dan bertindak, yaitu memilih
tingkat investasi yang meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat
biaya modal (cost of capital), sehingga nilai perusahaan dapat maksimum.
Metode MVA
Menurut Young dan O’Byrne (2001), MVA adalah perbedaan antara nilai
pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang
diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni
jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar
modal pada tanggal tertentu. Sederhananya, jumlah nilai pasar dari utang dan
ekuitas. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan
penyedia dana pada tanggal yang sama.
Kelebihan MVA adalah mencerminkan keputusan pasar mengenai
bagaimana manajer yang sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya. Sementara itu,
kelemahan MVA adalah: (1) MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan; (2) Pengukuran MVA gagal memperhitungkan
pengembalian uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham; (3) MVA
merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham, sehingga tidak dapat
mengukur kinerja pada tingkat divisi; dan (4) Pada periode waktu tertentu, tidak
memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham (Young
dan O’Byrne 2001).
6
Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN
Laporan Keuangan
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca Keuangan
EVA MVA
Ketertarikan Investor
Pengumpulan Data
Analisis EVA
Langkah-langkah dalam analisis EVA adalah:
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham (rataan dari
keuntungan modal) yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga
saham bulan sebelumnya (Keown et al. 2008).
R = ……………………………………….............................(1)
Keterangan:
R : tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t
P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t-1
D : dividen pada bulan ke-t
R = ………………...…………………..............................(2)
∑
E(R ) = …………..……...………………………...........................(3)
Keterangan:
R : tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t
IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1
E(R ) : tingkat pengembalian rataan pasar yang diharapkan dalam satu
tahun
N : jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)
9
i= ………………...……………………..………….............................(4)
∑
im = ………………..........…….............................(5)
∑
m= ..………………………….........……...........................(6)
Keterangan:
im : Peragam tingkat pengembalian saham I dengan tingkat
pengembalian pasar
m : Ragam tingkat pengembalian pasar
4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf), yaitu tingkat suku bunga
investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Tingkat
bunga bebas risiko yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
7. Menghitung biaya atas modal, yang dilakukan dengan metode WACC (Keown
et al. 2008).
WACC = Kd* Wd + Ke We……………………………..……………..…..(10)
Keterangan:
Wd : proporsi utang dalam struktur modal
We : proporsi saham dalam struktur modal
Kd* : biaya hutang
Ke : biaya modal saham
Analisis MVA
Langkah-langkah dalam analisis MVA menurut Young dan O’Byrne
(2001) adalah:
MVA = Market Value of Equity – Book Value of Equity......................................(1)
(nilai pasar saham – nilai total ekuitas)
Keterangan:
MVE : Jumlah saham yang beredar x Harga pasar saham
BVE : Total Ekuitas atau modal perusahaan
AALI dilihat dari sisi aktiva yang dimiliki, selalu mengalami penambahan
aktiva dikarenakan meningkatnya jumlah aktiva lancar dan aktiva tetap setiap
tahunnya. Penambahan aktiva tertinggi adalah pada tahun 2014 sebesar 19.37
persen dan untuk tahun 2015 sebesar 13.73 persen. Hal itu disebabkan oleh
naiknya persediaan minyak sawit mentah dan turunannya, serta inti sawit dan
turunannya di setiap tahun.
Total kewajiban perusahaan selalu meningkat setiap tahun. Laju
peningkatan tahun 2014 sebesar 30.10 persen dan ikuti tahun 2015 dengan
proporsi kewajiban naik 31.47 persen, dikarenakan perusahaan memperoleh
pinjaman untuk kebutuhan modal kerja.
Total ekuitas dari tahun 2013 ke 2014 meningkat nyata sesuai kinerja
perusahaan dengan laju peningkatan 13.27 persen atau setara Rp1.570.424 juta.
Proporsi ekuitas tahun 2015 sedikit menurun dari tahun sebelumnya 1.15 persen,
karena adanya beban-beban seperti beban bunga dari utang perusahaan.
12
AALI
25.000.000 21.512.371
dalam jutaan Rupiah
BWPT
20.000.000 17.658.837
16.379.840 Total Aktiva
Total aktiva LSIP meningkat secara signifikan setiap tahun sesuai dengan
kinerja perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan sebesar
7.74 persen dan 1.53 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Peningkatan setiap
tahunnya yang konsisten yaitu naiknya persediaan minyak sawit, aktiva tetap, dan
tanaman perkebunan.
Total kewajiban perusahaan meningkat pada tahun 2014 dengan proporsi
3.77 persen atau setara Rp64.449 juta. Hal ini dikarenakan meningkatnya utang
kepada kontraktor, seperti jasa transportasi pengangkutan minyak kelapa sawit ke
tangki perusahaan. Pada tahun 2015, kewajiban menurun 13.21 persen, salah
satunya karena beban imbalan kerja jangka panjang untuk karyawan tetap dan
buruh perkebunan menurun. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-
2015 dapat dilihat pada Gambar 4.
LSIP
10.000.000 8.713.074 8.848.792
dalam jutaan Rupiah
8.038.792
7.337.978
Total Aktiva
8.000.000 6.392.899
7.002.732
Total ekuitas dari tahun 2013 hingga 2015 meningkat nyata dengan laju
peningkatan 8.71 persen dan 4.57 persen di tahun 2014 dan 2015. Peningkatan
terjadi karena proporsi ekuitas dalam penggunaan modal tiap tahun tetap terjaga
seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan.
Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan berfluktualif dari
tahun 2013 sampai 2015. Peningkatan laba perusahaan di tahun 2014 sebesar
14.68 persen, karena volume penjualan minyak kelapa sawit meningkat. Laba
pada tahun 2015 menyusut dengan laju 33.91 persen, penurunan laba memang
terjadi pada industri perkebunan kelapa sawit dikarenakan faktor eksternal yaitu
harga CPO yang turun dan melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar.
SSMS
8.000.000 6.765.234 6.973.851
dalam jutaan Rupiah
Total Aktiva
5.776.951
6.000.000
3.976.720 3.939.799
3.581.503 Total Kewajiban
4.000.000 2.788.514 3.034.052
2.195.448
2.000.000 631.669 665.325 587.144 Total Ekuitas
0
2013 2014 2015 Laba/rugi tahun
Tahun berjalan
Perhitungan EVA
Analisis NOPAT
Nilai NOPAT perusahaan perkebunan pada tahun 2013-2015 berfluktiatif,
karena NOPAT dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan untuk
masing-masing perusahaan. Sementara diakhir tahun 2015, nilai NOPAT
mengalami penurunan. Perhitungan nilai NOPAT secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 13.
Lampiran 13 memperlihatkan nilai NOPAT AALI pada tahun 2014
mengalami peningkatan 27.29 persen atau setara Rp741.854 juta dari tahun
sebelumnya. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya volume penjualan
CPO sehingga meningkatkan jumlah laba. Pada tahun 2015, nilai NOPAT AALI
menyusut tajam (Rp1.896.959) juta dengan laju penurunan 231 persen. Hal ini
dikarenakan laba perusahaan menurun disebabkan oleh menurunnya harga jual
produk utama perusahaan yaitu CPO.
Nilai NOPAT milik BWPT naik 77.79 persen dari tahun 2013 ke tahun
2014. Peningkatan laba perusahaan yang tinggi membantu naiknya nilai NOPAT,
walaupun nilai pajak perusahaan juga mengalami kenaikan yang tinggi.
Sementara untuk tahun 2015, nilai NOPAT mengalami penurunan sebesar
(Rp91.691) juta dikarenakan permintaan CPO turun sehingga volume penjualan
menurun.
Nilai NOPAT LSIP dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami
peningkatan cukup baik dengan proporsi 21.85 persen. Nilai EBIT untuk dua
tahun tersebut mengalami kenaikan yang jauh lebih besar dibanding kenaikan
nilai pajak. Nilai NOPAT untuk tahun 2015 menurun (Rp314.257) juta. Penyebab
penurunan NOPAT adalah turunnya penjualan dari CPO, sehingga mengurangi
laba perusahaan.
Nilai NOPAT yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami penurunan Rp75.941 juta dengan proporsi penurunan 9.57 persen. Hal
ini disebabkan oleh penurunan EBIT perusahaan, walaupun biaya bunga semakin
meningkat seiring total kewajiban perusahaan yang juga terus meningkat. Nilai
NOPAT yang menurun pada tahun 2015 memang terjadi pada seluruh perusahaan
perkebunan karena adanya rugi kurs, harga CPO yang melemah dan permintaan
produk yang menurun.
16
Analisis COC
COC merupakan pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan
untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai COC diperoleh
dari perkalian IC dan WACC. Dalam perhitungan EVA nilai COC diharapkan
lebih rendah daripada NOPAT agar dapat menghasilkan EVA positif.
Penggunaan COC pada AALI mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke
2014 sebesar Rp140.748 juta atau setara 15.64 persen. Hal ini dikarenakan IC
yang meningkat pada tahun 2014 dapat diartikan perusahaan mengalami
perbaikan kinerja dalam pengelolaan aset yang dimiliki, sehingga modal yang
diinvestasikan mengalami peningkatan walaupun nilai WACC mengalami
penurunan. Berbanding terbalik dengan nilai COC pada tahun 2015 yang
mengalami penurunan dengan proporsi 63.31 persen. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai WACC menurun, dikarenakan nilai biaya ekuitas rendah dibanding tahun
2013 dan 2014, dipengaruhi oleh tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
yang anjlok di tahun 2015 untuk subsektor perkebunan.
BWPT memiliki nilai COC yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun
2014 sebesar Rp92.663 juta. Hal ini terkait perusahaan yang mampu
meningkatkan modal yang diinvetasikan dengan proporsi 56.53 persen, walaupun
nilai WACC menurun. Pada tahun 2015, nilai COC naik dengan laju 62.92 persen
dikarenakan nilai WACC yang meningkat tiga kali lipat, dipengaruhi biaya
ekuitas yang meningkat pesat, serta nilai IC yang juga meningkat.
Nilai COC LSIP pada tahun 2013 cukuplah besar dengan nilai
Rp1.470.549 juta dikarenakan nilai WACC yang tinggi dengan proporsi 20.32
persen, pengaruh dari nilai biaya ekuitas perusahaan yang besar pada tahun
tersebut. Pada tahun 2014, nilai COC menurun drastis menjadi (Rp77.040) juta.
Hal ini ditunjukkan dari niai WACC yang menurun drastis hingga mencapai
negatif 0.97 persen. Nilai WACC yang kecil dipengaruhi oleh nilai biaya ekuitas
yang memiliki proporsi negatif 1.24 persen. Selain itu, nilai beta usaha tahun 2014
lebih dari 1 yang artinya, pergerakan return portofolio pasar akan berpengaruh
besar terhadap return sekuritas perusahaan. Nilai COC perusahaan di tahun 2015
mengalami kenaikan dengan laju 115.26 persen, dikarenakan WACC perusahaan
kembali normal bahkan nilai rasio utang terhadap aset menurun.
Nilai COC yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami penurunan (Rp219.785) juta dari Rp230.810 juta menjadi Rp11.025
juta. Penyebab penurunannya adalah nilai WACC yang menyusut sebesar 0.19
persen berbanding dengan nilai IC yang naik dari tahun sebelumnya. Perhitungan
nilai COC secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14.
Analisis EVA
Nilai tambah ekonomi terjadi jika perusahaan mampu menciptakan
keuntungan diatas biaya modal perusahaan. Perhitungan nilai EVA secara lengkap
untuk perusahaan perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil perhitungan EVA AALI pada Gambar 6 memiliki nilai yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 hingga 2014, nilai EVA
mengalami peningkatan positif 33.06 persen atau setara Rp601.106 juta.
Peningkatan terjadi karena perusahaan mampu menggunakan modal secara
optimal, sehingga NOPAT yang dihasilkan bisa digunakan dengan baik untuk
menghasilkan nilai EVA yang baik. Pada tahun 2015, EVA perusahaan menurun
17
drastis Rp263.920 juta dengan nilai positif atau lebih dari nol, walaupun jauh
sangat rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dikarenakan rendahnya
harga CPO dan turunnya penjualan CPO yang berpengaruh pada menurunnya
nilai NOPAT. Nilai EVA yang positif menunjukkan bahwa pada tahun
bersangkutan, manajemen telah mampu menjaga kinerja keuangannya dan dapat
menciptakan nilai tambah bagi investor.
AALI
3.000.000
2.000.000
1.000.000 NOPAT
0
2013 2014 2015 COC
NOPAT 1.976.298 2.718.152 821.193
EVA
COC 759.093 899.841 550.992
EVA 1.217.205 1.818.311 270.201
Nilai EVA yang dihasilkan BWPT pada tahun 2013 sebesar (Rp152.603)
juta, dikarenakan nilai biaya modal yang dikeluarkan lebih besar dari
pengembalian, yaitu nilai NOPAT yang kecil, artinya tidak ada nilai tambah bagi
investor. Pada tahun 2014, perusahaan mengalami perbaikan nilai EVA sebesar
Rp14.232 juta dengan nilai NOPAT menang tipis dari nilai COC. Perusahaan
dapat dikatakan telah menggunakan modal dengan baik dan memberi nilai
tambah ekonomi untuk investor. Nilai EVA untuk tahun 2015 kembali negatif
yaitu Rp(619.319) juta dikarenakan nilai COC yang membengkak yang dapat
dilihat pada Gambar 7. Pada tahun tersebut, perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang tidak sehat, yang artinya tidak ada nilai tambah ekonomi bagi
investor.
BWPT
1.000.000
500.000
0
(500.000) NOPAT
(1.000.000)
2013 2014 2015 COC
NOPAT 74.089 333.587 241.896
EVA
COC 226.692 319.355 861.215
EVA (152.603) 14.232 (619.319)
Nilai EVA LSIP yang tertera di Gambar 8 pada tahun 2013 memiliki nilai
EVA negatif Rp(728.888) juta. Hal ini dikarenakan perusahaan menghasilkan
18
NOPAT yang lebih rendah dibanding COC, yang berarti perusahaan belum dapat
menggunakan modalnya dengan optimal. Nilai EVA negatif artinya perusahaan
memiliki kinerja keuangan tidak sehat, sehingga belum dapat memenuhi harapan
investor dan tidak ada nilai tambah ekonomi. Pada tahun 2014 dan 2015, nilai
EVA dari LSIP masing-masing memiliki nilai positif Rp1.026.027 juta dan
Rp129.862 juta. Peningkatan nilai EVA pada tahun 2014 dikarenakan naiknya
nilai NOPAT dan turunnya nilai COC yang sangat tajam dari tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2015, nilai EVA mengalami penurunan (Rp896.165) juta.
Hal itu dikarenakan nilai NOPAT yang menurun akibat dari harga CPO yang
melemah.
LSIP
2.000.000
1.000.000
0
(1.000.000) NOPAT
2013 2014 2015
COC
NOPAT 741.661 948.987 634.730
EVA
COC 1.470.549 (77.040) 504.868
EVA (728.888) 1.026.027 129.862
Gambar 9 menunjukkan nilai EVA SSMS pada tahun 2014 dan 2015
mengalami peningkatan dan bernilai positif dengan proporsi 18.26 persen. Pada
tahun 2014, nilai EVA yang dihasilkan Rp638.366 juta dikarenakan nilai NOPAT
lebih tinggi dari nilai COC, artinya perusahaan memberi nilai tambah ekonomi
bagi investor dan perusahaan. Nilai EVA pada tahun 2015 sebesar Rp782.210
juta. Peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh nilai COC yang turun dari tahun
sebelumnya, artinya SMSS telah menggunakan modal sangat optimal. Disisi lain,
nilai turunnya NOPAT dan rendahnya harga komoditas pada tahun tersebut tidak
menjadikan nilai EVA menurun. SSMS dari tahun ke tahun telah menjaga kinerja
keuangan dengan baik dan memberi nilai tambah ekonomi bagi investor.
SSMS
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000 NOPAT
0
2014 2015 COC
NOPAT 869.176 793.235
EVA
COC 230.810 11.025
EVA 638.366 782.210
Perhitungan MVA
AALI
50.000.000
40.000.000
30.000.000
20.000.000
10.000.000 MVE
0
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 39.526.100 38.187.566 24.959.708
MVA
Total Ekuitas 10.263.354 11.833.778 11.698.787
MVA 29.262.746 26.353.788 13.260.921
Hasil perhitungan dari nilai MVA BWPT pada tahun 2013 sebesar
Rp2.711.128 juta. Nilai ini tergolong kecil di tahun 2013 dibandingkan
perusahaan perkebunan lainnya, karena harga saham BWPT merupakan nilai
yang paling kecil. Pada tahun 2014, nilai MVA yang dihasilkan meningkat
sebesar Rp5.663.425 juta dengan proporsi kenaikan 52.13 persen dikarenakan
volume saham dan total ekuitas perusahaan meningkat. Dua tahun berturut-turut,
perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan
investor. Namun untuk tahun 2015, nilai MVA yang dihasilkan perusahaan
bernilai negatif yaitu (Rp2.491.577) juta. Penyebabnya adalah adanya sedikit
penurunan pada ekuitas milik perusahaan serta harga saham yang menurun tajam
sebesar Rp132/lembar. Pada tahun tersebut, perusahaan telah menurunkan
kekayaan yang dimiliki dan berdampak pada kekayaan investor yang berkurang.
Perkembangan nilai MVA perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11.
20
BWPT
15.000.000
10.000.000
5.000.000
0 MVE
(5.000.000)
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 4.943.608 12.610.116 4.161.338
MVA
Total Ekuitas 2.232.480 6.946.691 6.652.915
MVA 2.711.128 5.663.425 (2.491.577
LSIP
15.000.000
10.000.000
5.000.000 MVE
0
2013 2014 2015 Total Ekuitas
MVE 13.165.870 12.889.732 9.004.636
MVA
Total Ekuitas 6.392.899 7.002.732 7.337.978
MVA 6.772.971 5.887.000 1.666.658
SSMS
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000 MVE
0
2014 2015 Total Ekuitas
MVE 15.859.125 18.573.750
MVA
Total Ekuitas 2.788.514 3.034.052
MVA 13.070.611 15.539.698
Implikasi Manajerial
Simpulan
perusahaan. Pada tahun 2014, AALI konsisten unggul dari BWPT, LSIP dan
SSMS. Sementara untuk tahun 2015, nilai EVA SSMS meningkat dan berhasil
unggul dari tiga perusahaan lainnya. AALI dan LSIP mengalami penurunan
nilai EVA, begitupun BWPT menghasilkan nilai EVA negatif.
2. Secara keseluruhan, keempat perusahaan mampu meningkatkan nilai
kekayaan pemilik perusahaan berbasis metode MVA. Pada tahun 2013 nilai
MVA AALI unggul dari nilai MVA BWPT dan LSIP. Pada tahun 2014, nilai
MVA AALI masih unggul, walaupun mengalami penurunan, disusul oleh
SSMS, LSIP, dan BWPT. Sementara untuk tahun 2015, nilai SSMS
meningkat dan memimpin dibanding perusahaan perkebunana lainnya. Nilai
MVA AALI dan LSIP yang terus menurun, dikarenakan harga saham
perusahan terus menurun. Sedangkan nilai MVA BWPT negatif, artinya tidak
memberikan kekayaan bagi perusahaan dan kekayaan investor berkurang.
3. Melihat dari data historis perusahaan, AALI dan SSMS merupakan
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga dapat
menarik dimata para investor. Jauh lebih baik dibandingkan dengan BWPT
dan LSIP yang memiliki kinerja keuangan yang tidak konsisten.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2016. Annual Report Perusahaan Perkebunan 2013-
2015. [Internet]. [diunduh 2016 Mei 03]. Tersedia pada:
http://www.idx.co.id/.
[BI] Bank Indonesia. 2016. Lelang Sertifikat BI. [Internet]. [diunduh 2016 April
14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. [Internet].
[Diunduh 2016 April 14]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.
Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung (ID): ALFABETA.
Iramani Rr, Febrian E. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam
Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya (ID).
Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan [Internet].
24
LAMPIRAN
26
Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,691,694 2,403,615 2,814,123
2 Aktiva tidak lancar 13,272,737 16,155,739 18,698,248
3 Total aktiva (1+2) 14,964,431 18,559,354 21,512,371
4 Kewajiban lancar 3,759,265 4,110,955 3,522,133
5 Kewajiban tidak lancar 941,812 2,614,621 6,291,451
6 Total kewajiban (4+5) 4,701,077 6,725,576 9,813,584
7 Ekuitas 9,890,227 11,415,804 11,284,816
8 Hak minoritas 373,127 417,974 413,971
9 Total ekuitas (7+8) 10,263,354 11,833,778 11,698,787
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 14,964,431 18,559,354 21,512,371
Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,250,013 1,615,006 2,796,883
2 Aktiva tidak lancar 5,771,479 14,764,834 14,861,954
3 Total aktiva (1+2) 7,021,492 16,379,840 17,658,837
4 Kewajiban lancar 1,251,482 3,105,061 3,955,212
5 Kewajiban tidak lancar 3,537,530 6,328,088 7,050,710
6 Total kewajiban (4+5) 4,789,012 9,433,149 11,005,922
7 Ekuitas 2,008,854 6,827,516 6,532,028
8 Hak minoritas 223,626 119,175 120,887
9 Total ekuitas (7+8) 2,232,480 6,946,691 6,652,915
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 7,021,492 16,379,840 17,658,837
Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 1,999,126 1,863,506 1,268,557
2 Aktiva tidak lancar 6,039,666 6,849,568 7,580,235
3 Total aktiva (1+2) 8,038,792 8,713,074 8,848,792
4 Kewajiban lancar 802,905 746,520 571,162
5 Kewajiban tidak lancar 842,988 963,822 939,652
6 Total kewajiban (4+5) 1,645,893 1,710,342 1,510,814
7 Ekuitas 6,392,958 7,002,800 7,331,049
8 Hak minoritas (59) (68) 6,929
9 Total ekuitas (7+8) 6,392,899 7,002,732 7,337,978
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 8,038,792 8,713,074 8,848,792
Neraca
(dalam Jutaan Rupiah)
No Komponen 2013 2014 2015
1 Aktiva lancar 2,187,401 2,742,376 1,732,968
2 Aktiva tidak lancar 3,589,549 4,022,859 5,420,883
3 Total aktiva (1+2) 5,776,950 6,765,235 7,153,851
4 Kewajiban lancar 2,093,876 2,611,834 1,302,633
5 Kewajiban tidak lancar 1,487,627 1,364,886 2,637,166
6 Total kewajiban (4+5) 3,581,503 3,976,720 3,939,799
7 Ekuitas 2,160,362 2,740,275 3,034,052
8 Hak minoritas 35,085 48,240 0
9 Total ekuitas (7+8) 2,195,447 2,788,515 3,034,052
10 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 5,776,950 6,765,235 6,973,851
30
Bulan Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit Pit Pit-1 Dt Rit
Januari 18,850 19,100 (0.0131) 1,072 1,147 (0.0652) 2,075 2,200 (0.0568)
Febuari 18,450 18,850 (0.0212) 1,131 1,072 0.0543 1,930 2,075 (0.0699)
Maret 18,500 18,450 0.0027 1,106 1,131 (0.0221) 1,520 1,930 (0.2124)
April 17,700 18,500 (0.0432) 757 1,106 (0.3158) 1,920 1,520 0.2632
Mei 19,500 17,700 455 0.1274 906 757 0.1978 1,720 1,920 (0.1042)
Juni 19,700 19,500 0.0103 798 906 (0.1193) 1,120 1,720 66 (0.3105)
Juli 15,550 19,700 (0.2107) 607 798 (0.2396) 1,490 1,120 0.3304
Agustus 19,750 15,550 0.2701 757 607 0.2466 1,270 1,490 (0.1477)
September 19,500 19,750 (0.0127) 665 757 (0.1209) 1,600 1,270 0.2598
Oktober 18,600 19,500 160 (0.0379) 773 665 0.1625 1,840 1,600 0.1500
November 22,250 18,600 0.1962 1,064 773 0.3763 1,930 1,840 0.0489
Desember 25,100 22,250 0.1281 1,106 1,064 12 0.0503 1,930 1,930 0.0000
Jumlah 0.3960 0.2050 0.1509
Rataan (Rt) 0.0330 0.0171 0.0126
Lampiran 12 Perhitungan IC
AALI BWPT LSIP SSMS
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Total Kewajiban
14,964,431 18,559,354 21,512,371 7,021,492 16,379,840 17,658,837 8,038,792 8,713,074 8,848,792 6,765,234 6,973,851
dan Ekuitas
Kewajiban
Jangka Pendek 3,759,265 4,110,955 3,522,133 1,251,482 3,105,061 3,955,212 802,905 746,520 571,162 2,611,834 1,302,633
Non Bunga
IC 11,205,166 14,448,399 17,990,238 5,770,010 13,274,779 13,703,625 7,235,887 7,966,554 8,277,630 4,153,400 5,671,218
RIWAYAT HIDUP