Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN & PENYUSUNANNYA DAN


KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI & PERKEMBANGANNYA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan

Dosen : Prof. Dr. Hj. Winwin Yadiati. S.E., M.Si.,Ak.


Evita Puspitasari, S.E.,M.Si.,Ak
Nama NIM
Fajar Maulana 120620200515
Melissa Gumantiny 120620200502

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul ‘‘Standar Akuntansi
Keuangan & Penyusunannya Dan Kerangka Konseptual Akuntansi & Perkembangannya’’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang di
ampu oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Winwin Yadiati, S.E., M.Si., Ak dan Ibu Evitasari Puspitasari,
S.E.,M.Si.,Ak.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki penyusun. Namun, kami
sudah berusaha untuk menyusun Makalah ini dengan sebaik- baiknya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata, kami berharap semoga apa yang disajikan dalam Makalah ini dapat
memberikan manfaat yang besar bagi diri penyusun maupun semua pihak yang membaca.

Bandung, 26 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
I.1. Latar Belakang 4
BAB II PEMBAHASAN 6
II.1 Standar Akuntansi Keuangan & Penyusunannya 6
II.1.1 Pengertian & Sejarah Standar Akuntansi Keuangan 6
II.1.2 Sejarah Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan 8
II.1.3 Anggota Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan 26
II.1.4 Proses Penyusunan SAK 34
II.2 Kerangka Konseptual Akuntansi & Perkembangannya 34
II.2.1 Pembagian KKPK 35
II.2.2 Pengesahan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan dan Standar Akuntansi
Keuangan 36
II.2.3 Level Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan 40
BAB III PENUTUP 45
III. 1 Kesimpulan 45
DAFTAR PUSTAKA 46

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dewasa ini di era globalisasi membuat seluruh negara di dunia lebih mudah untuk
terhubung dan bersatu. Dengan adanya koneksi yang mudah antar negara membuat semakin
seringnya antar negara untuk beriteraksi. Interaksi yang mudah dengan adanya kemajuan
teknologi membuat proses bisnis, ekonomi dan perdagangan di dunia internasional semakin
intens. Adanya perbedaan budaya dan perubahan situasi kondisi antar negara membuat proses
ekonomi dan bisnis dunia internasional semakin beragam. Hal ini menjadikan ekonomi dan
perdagangan dunia mengalami dinamika bisnis dari tahun ke tahun. Dinamika bisnis akan
berjalan secara optimal jika disertai dengan regulasi yang berkembang menyesuaikan terhadap
perubahan dan perkembangan dinamika bisnis ekonomi. Terkait dengan hal tersebut, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan organisasi ikatan profesi akuntan tanggap terhadap
perkembangan ekonomi yang terjadi dan hal yang mempengaruhi dunia bisnis dan profesi
akuntan. Hal ini terlihat dari dinamika pengembangan standar yang dilakukan oleh IAI sejak
Standar Akuntansi Keuangan dibentuk pertama kali di 1973 sampai saat ini.
Adapun beberapa momentum penting dalam tonggak sejarah Standar Akuntansi
Keuangan. Pertama, sejak dibentuk tahun 1973 mendekati pembukaan pasar modal Indonesia
tahun 1974. Berawal dari dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan, GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles), dan GAAS (Generally Accepted Auditing Standard) tahun
1973, selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia (Komite PAI) dan melakukan modifikasi prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”. Berikutnya Komite PAI juga mulai
menerbitkan standar akuntansi khusus untuk industri, badan hukum, asuransi, koperasi, minyak
dan gas bumi, sewa, perbankan, dan badan atau organisasi lainnya. Seiring dengan berjalannya
waktu IAI melakukan revisi secara total terhadap PAI dan dalam buku “Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)” dan mulai mengharmonisasikan standar Indonesia dengan standar
internsasional. Selain itu juga terdapat perubahan nama, PAI menjadi SAK SAK mengalami 7
kali perubahan agar sesuai dengan perkembangan dunia usaha, revisi, dan penyempurnaan pada
tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004, 2007, dan 2009. Ditengah-tengah perubahan SAK, Komite
SAK juga diubah namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) serta

4
mendapat otonomi untuk menyusun dan mengesahkan SAK. Dan, hingga saat ini sesuai dengan
kesepakatan Anggota G-20 tahun 2009, IAI merencanakan untuk melaksanakan program
konvergensi SAK ke International Financial Reporting Standards (IFRS Standards) secara
bertahap.

5
BAB II PEMBAHASAN

II.1 Standar Akuntansi Keuangan & Penyusunannya


II.1.1 Pengertian & Sejarah Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya.
Standar Akuntansi Keuangan mulai dibentuk tahun 1973 mendekati pembukaan pasar
modal Indonesia tahun 1974. Berawal dari dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan,
GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), dan GAAS (Generally Accepted Auditing
Standard) tahun 1973, selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membentuk Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia (Komite PAI) dan melakukan modifikasi prinsip akuntansi yang berlaku di
Indonesia dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”.
Ketika perkembangan pasar modal mulai meningkat, Komite PAI juga mulai
menerbitkan standar akuntansi khusus untuk industri, badan hukum, asuransi, koperasi, minyak
dan gas bumi, sewa, perbankan, dan badan atau organisasi lainnya. Seiring dengan berjalannya
waktu IAI melakukan revisi secara total terhadap PAI dan dalam buku “Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)” dan mulai mengharmonisasikan standar Indonesia dengan standar
internsasional. Selain itu juga terdapat perubahan nama, PAI menjadi SAK, pergantian ini sudah
melalui pertimbangan bahwa prinsip memiliki sifat yang lebih baku sedangkan standar masih
bersifat fleksibel dan dapat berubah mengikuti dinamika bisnis.
SAK mengalami 7 kali perubahan agar sesuai dengan perkembangan dunia usaha,
revisi, dan penyempurnaan pada tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004, 2007, dan 2009. Ditengah-
tengah perubahan SAK, Komite SAK juga diubah namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) serta mendapat otonomi untuk menyusun dan mengesahkan SAK.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang
merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, ISAK 31, ISAK 32,
ISAK 35 dan ISAK 36.

6
Sesuai dengan kesepakatan Anggota G-20 tahun 2009, IAI merencanakan untuk
melaksanakan program konvergensi SAK ke International Financial Reporting Standards (IFRS
Standards) secara bertahap, kurang lebih terdapat dua tahap. Dengan adanya konvergensi ini
juga menyebabkan SAK menjadi bersifat principle-based, banyak menggunakan dasar
pengukuran nilai wajar, memerlukan professional judgement serta pengungkapan dalam laporan
keuangan. Dampak lainnya juga terhadap pencabutan beberapa PSAK khusun untuk indutri
tertentu karena sudah diatur dalam SAK yang mengacu pada IFRS.
Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat
memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik, regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang
dibutuhkan, khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan
dapat menggunakan SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi :
identifikasi isu; konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika diperlukan);
melakukan riset terbatas; pembahasan materi SAK; pengesahan dan publikasi exposure draft;
pelaksanaan public hearing; pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan); pembahasan
masukan publik; dan pengesahan SAK. Sedangkan penyusunan buletin teknis dan annual
improvements tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process procedure.

7
II.1.2 Sejarah Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan

Berikut merupakan riwayat penyusunan Standar Akuntansi Keuangan dengan adanya


perubahan dan perkembangannya sejak berdirinya sampai sekarang.

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
II.1.3 Anggota Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan

26
27
28
29
30
31
32
33
II.1.4 Proses Penyusunan SAK
1. Due Process Procedure penyusunan dan pencabutan standar akuntansi keuangan /standar
akuntansi keuangan syariah adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi isu;
b Konsultasi isu dengan DKS dalam hal ini diperlukan;
.
c. Melakukan riset terbatas
d Pembahasan materi standar akuntansi keuangan / standar akuntansi keuangan
. syariah;
e. Pengesahan dan publikasi exposure draft.
f. Pelaksanaan public hearing;
g Pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan);
.
h Pembahasan masukan public; dan
.
i. Pengesahan standar akuntansi keuangan / standar akuntansi keuangan syariah

2. Due Process Prosedure  penyusunan buletin teknis dan annual improvement tidak wajib


mengikuti keselluruhan tahapan due process yang diatur sebagaimana dimaksud pada
ayat

II.2 Kerangka Konseptual Akuntansi & Perkembangannya

Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan konsep yang


mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi pengguna eksternal. KKPK bukan
merupakan standar serta tidak menganut PSAK tertentu untuk mengaturnya.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual
ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan KKPK, maka
persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam Kerangka
Konseptual.

34
KKPK dapat direvisi oleh DSAK dengan tujuan untuk mengikuti konvergensi IFRS di
Indonesia. KKPK terakhir direvisi pada tahun 2016.
Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen konvergensi
IFRS di Indonesia. DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah mengesahkan Kerangka
Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) yang merupakan adopsi dari the Conceptual
Framework for Financial Reporting per 1 Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku
efektif per 1 Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.
 

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN KERANGKA


PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KONSEPTUAL
(KDPPLK) PELAPORAN
KEUANGAN
Tanggal (KKPK)
4 September  7 September 27 Agustus 28 September 2016
Pengesahan
1988 1994 2014

II.2.1 Pembagian KKPK

1. Bab 1: Tujuan Pelaporan Keunagan Bertujuan Umum


Tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi
keuangan tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor saat ini dan investor
potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam membuat keputusan tentang
penyediaan sumber daya kepada entitas.
2. Bab 2: Entitas Pelapor
Bab ini masih menjadi pembahasan IASB dalam projek Kerangka Konseptualnya.
3. Bab 3: Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan yang Berguna
Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna mengidentifikasi jenis
informasi yang kemungkinan besar sangat berguna untuk pengguna dalam membuat
keputusan mengenai entitas pelapor berdasarkan informasi dalam laporan keuangan
(informasi keuangan).
Agar informasi keuangan menjadi berguna, informasi tersebut harus relevan (relevance)
dan merepresentasi secara tepat apa yang direpresentasikan (faithful representation).
35
Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding
(comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham
(understandable).
4. Bab 4: KDPPLK 1994 (peraturan yang tersisa)
Bab ini mencakup pengaturan yang tersisa dari KDPPLK (1994).

II.2.2 Pengesahan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan dan Standar Akuntansi


Keuangan

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah
mengesahkan Exposure Draft Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (ED KKPK)
menjadi Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) dalam rapatnya pada tanggal 28
September2016. KKPK merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial
Reporting per 1 Januari 2016. KKPK ini akan menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1
Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.

Selain pengesahan KKPK, pada tanggal 28 September 2016, DSAK IAI juga telah
mengesahkan ED amandemen dan penyesuaian tahunan atas beberapa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Berikut ini adalah ikhtisar ringkas amandemen dan penyesuaian
tahunan SAK:

No
SAK Ikhtisar Ringkas Tanggal Efektif
.
1. Amandemen PSAK Amandemen PSAK 2 mensyaratkan entitas 1 Januari 2018
2: Laporan Arus Kas untuk menyediakan pengungkapan yang dengan
tentang Prakarsa memungkinkan pengguna laporan keuangan penerapan dini
Pengungkapan. untuk mengevaluasi perubahan pada liabilitas diperkenankan.
yang timbul dari aktivitas pendanaan,
termasuk perubahan yang timbul dari arus kas
maupun perubahan nonkas.
2. Amandemen PSAK Amandemen PSAK 46: 1 Januari 2018
46: Pajak Penghasilan a. Menambahkan contoh ilustrasi untuk dengan

36
tentang Pengakuan mengklarifikasi bahwa perbedaan penerapan dini
Aset Pajak temporer dapat dikurangkan timbul diperkenankan.
Tangguhan untuk ketika jumlah tercatat aset instrumen
Rugi yang Belum utang yang diukur pada nilai wajar dan
Direalisasi. nilai wajar tersebut lebih kecil dari
dasar pengenaan pajaknya, tanpa
mempertimbangkan apakah entitas
memperkirakan untuk memulihkan
jumlah tercatat instrumen utang
melalui penjualan atau penggunaan,
misalnya dengan memiliki dan
menerima arus kas kontraktual, atau
gabungan keduanya.
b. Mengklarifikasi bahwa untuk
menentukan apakah laba kena pajak
akan tersedia sehingga perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan
dapat dimanfaatkan, maka penilaian
perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan tersebut dilakukan sesuai
dengan peraturan pajak.
c. Menambahkan bahwa pengurangan
pajak yang berasal dari pembalikan
aset pajak tangguhan dikecualikan dari
estimasi laba kena pajak masa depan.
Lalu entitas membandingkan
perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan dengan estimasi laba kena
pajak masa depan yang tidak
mencakup pengurangan pajak yang
dihasilkan dari pembalikan aset pajak
tangguhan tersebut untuk menilai
apakah entitas memiliki laba kena

37
pajak masa depan yang memadai.
d. Estimasi atas kemungkinan besar laba
kena pajak masa depan dapat
mencakup pemulihan beberapa aset
entitas melebihi jumlah tercatatnya jika
terdapat bukti yang memadai bahwa
kemungkinan besar entitas akan
mencapai hal tersebut.
3. PSAK 3 (Penyesuaian PSAK 3 (Penyesuaian 2016) mengklarifikasi 1 Januari 2017
2016): Laporan bahwa pengungkapan interim yang dengan
Keuangan Interim. dipersyaratkan harus dicantumkan dalam penerapan dini
laporan keuangan interim atau melalui diperkenankan.
referensi silang dari laporan keuangan interim
seperti komentar manajemen atau laporan
risiko yang tersedia untuk pengguna laporan
keuangan interim dan pada saat yang sama.
Jika pengguna laporan keuangan tidak dapat
mengakses informasi yang ada pada referensi
silang dengan persyaratan dan waktu yang
sama maka laporan keuangan interim entitas
dianggap tidak lengkap.
4. PSAK 24 PSAK 24 (Penyesuaian 2016) mengklarifikasi 1 Januari 2017
(Penyesuaian 2016): bahwa pasar obligasi korporasi berkualitas dengan
Imbalan Kerja. tinggi dinilai berdasarkan denominasi mata penerapan dini
uang obligasi tersebut dan bukan berdasarkan diperkenankan.
negara di mana obligasi tersebut berada.
5. PSAK 58 PSAK 58 (Penyesuaian 2016) mengklarifikasi 1 Januari 2017
(Penyesuaian 2016): bahwa perubahan dari satu metode pelepasan dengan
Aset Tidak Lancar ke metode pelepasan lainnya dianggap sebagai penerapan dini
yang Dimiliki Untuk rencana awal yang berkelanjutan dan bukan diperkenankan.
Dijual dan Operasi sebagai rencana pelepasan baru. Penyesuaian
yang Dihentikan. ini juga mengklarifikasi bahwa perubahan
metode pelepasan ini tidak mengubah tanggal
38
klasifikasi sebagai aset atau kelompok lepasan.
6. PSAK 60 PSAK 60 (Penyesuaian 2016) mengklarifikasi 1 Januari 2017
(Penyesuaian 2016): bahwa entitas harus menilai sifat dari imbalan dengan
Instrumen Keuangan: kontrak jasa sebagaimana dalam paragraf penerapan dini
Pengungkapan. PP30 dan paragraf 42C untuk menentukan diperkenankan.
apakah entitas memiliki keterlibatan
berkelanjutan dalam aset keuangan dan apakah
persyaratan pengungkapan terkait keterlibatan
berkelanjutan terpenuhi.

39
II.2.3 Level Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan

Level 1 - Tujuan Utama yang terdiri Tujuan Pelaporan Keuangan


● Tujuan secara luas yaitu dapat memuat informasi bagi penggunaanya agar dapat
mengambil keputusan
● Tujuan secara sempit yaitu dapat memuat informasi yang berkaitan dengan berbagai
pihak
● Tujuan yang terakhir yaitu dapat memuat informasi yang dapat menentukan prospek
aliran kas suatu bisnis

Level 2 - Konsep Fundamental


Pada level 2 ini menyangkut dengan pengukuran dan pengakuan sebagai salah satu tujuan
akuntansi. Level 2 ini juga dimaknai sebagai konsep dasar, konsep ini diharapkan dapat
memberikan petunjuk untuk memilih kejadian, mencatat kejadian, meringkasnya dan
mengkomunikasikan nya kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
● Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan
Karakteristik ini dapat memberikan informasi keuangan tanpa menggunakan angka dan
satuan pasti, karakteristik ini dapat memberikan informasi keuangan berupa siapa
40
pembuat keputusan dan bagaimana informasi tersebut dapat mudah dipahami, selain itu
juga informasi yang memiliki kualitas utama yang harus relevan dan dapat dipercaya,
hingga dapat dibandingkan dan konsistensi.
● Elemen Laporan Keuangan
Elemen utama laporan keuangan tersebut antara lain: aktiva, pasiva, ekuitas, investasi,
distribusi, pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian.

Level 3 - Konsep Pengakuan dan Pengukuran yang terdiri dari komponen Asumsi, Prinsip, dan
Batasan
● Asumsi dasar
Asumsi dasar dibagi menjadi empat bagian dasar antara lain: entitas ekonomi,
kesinambungan usaha, unit moneter, dan periodisasi akuntansi.
- Entitas ekonomi (Economy Entity) merupakan kegiatan ekonomi dari suatu badan
usaha yang dapat diakumulasi dan dilaporkan dengan asumsi badan usaha tersebut
sudah terpisah dengan pemilik dan unit bisnis lainnya.
- Kesinambungan usaha (Going Concern) merupakan unit bisnis dengan asumsi bisnis
tersebut tidak akan putus atau yang sering disebut dengan going concern.
- Satuan moneter (Monetary Unit) menjelaskan bahwa uang merupakan satuan
persamaan dalam kegiatan ekonomi.
- Periodisasi (Periodicity) merupakan umur perusahaan, yang dapat dianalogikan untuk
dibagi dalam beberapa periode yang dapay digunakan untuk menyajikan laporan
keuangan.
- Akrual (Accrual) merupakan proses penyusunan laporan keuangan dengan metode
akrual, yaitu pencatatan transaksi pada saat transaksi tersebut terjadi.
● Prinsip
Empat prinsip yang dikenal dalam akuntansi adalah Historis Harga Perolehan, Pengakuan
Pendapatan, Perbandingan, dan Pengungkapan Penuh.
- Historis harga perolehan merupakan pengakuan aktiva dan kewajiban setara dengan
harga perolehan.
- Pengakuan pendapatan merupakan prinsip dasar untuk mengakui pendapatannya yang
telah memenuhi syarat atau yang bisa direalisasikan, dan sudah menjadi haknya.
- Pengakuan beban merupakan prinsip dasar untuk mengakui bebannya yang telah
memenuhi syarat atau yang bisa direalisasikan, dan sudah menjadi kewajibannya.

41
- Pengungkapan penuh merupakan prinsip yang mengatur informasi yang harus
dilaporkan agar informasi tersebut dapat mempengaruhi pertimbangan pengambilan
keputusan.
● Batasan Biaya
Suatu perusahaan perlu untuk mempertimbangkan bagian penting dalam melakukan
pelaporan, salah satunya yaitu mengenai biaya yang dikeluarkan dalam mengeluarkan
informasi keuangan. Dalam pertimbangannya harus disertai perbandingan biaya yang
dikeluarkan untuk pelaporan dengan informasi yang disajikan dalam laporan.

Berikut ini adalah perbedaan dari Level KKPK antara US GAAP dan IFRS:

42
43
44
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya. SAK mengalami 7 kali perubahan agar sesuai dengan perkembangan dunia
usaha, revisi, dan penyempurnaan pada tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004, 2007, dan 2009.
Ditengah-tengah perubahan SAK, Komite SAK juga diubah namanya menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) serta mendapat otonomi untuk menyusun dan mengesahkan SAK.
Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat
memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik, regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang
dibutuhkan, khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan
dapat menggunakan SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan konsep yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi pengguna eksternal. KKPK bukan
merupakan standar serta tidak menganut PSAK tertentu untuk mengaturnya.
KKPK dapat direvisi oleh DSAK dengan tujuan untuk mengikuti konvergensi IFRS di
Indonesia. KKPK terakhir direvisi pada tahun 2016. Adapun beberapa level kerangka konseptual
akuntansi keuangan yaitu Level 1 Tujuan Utama yang terdiri Tujuan Pelaporan Keuangan, Level
2 Konsep Fundamental, Level 3 Konsep Pengakuan dan Pengukuran yang terdiri dari komponen
Asumsi, Prinsip, dan Batasan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Fransisca, D. (2017). Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan. Diambil kembali dari Dosen
Akuntansi: https://dosenakuntansi.com/kerangka-konseptual-akuntansi-keuangan
Harry Andrian Simbolon, S. M. (2011). Perbedaan Kerangka Konseptual US GAAP dan IFRS.
Diambil kembali dari Akuntansi Terapan:
https://akuntansiterapan.com/2011/04/07/perbedaan-kerangka-konseptual-usgaap-dan-
ifrs/
Kieso , D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2020). Conceptual Framework for Financial
Reporting. Dalam Wiley, Intermediate Accounting IFRS Edition (hal. 117). Wiley.
Standar Akuntansi Keuangan . (2021). Aplikasi SAK - IAI. Jakarta, Indonesia: Ikantan Akuntan
Indonesia.
Standar Akuntansi Keuangan. (2021). Diambil kembali dari Ikatan Akuntan Indonesia:
www.iaiglobal.or.id

46

Anda mungkin juga menyukai