DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-RTAP”.
Makalah ini kami buat dengan baik tanpa adanya halangan yang berarti dan dengan tepat
waktu.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Di luar itu, penulis sebagai manusia biasa sepenuhnya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat, maupun isi.Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun
menerima segala kritik dansaran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembaca dan juga penulis.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Penyajian Yang Wajar ........................................................................................ 4
2.2. Kepatuhan Terhadap SAK-ETAP ...................................................................... 4
2.3. Kelangsungan Usaha…………………………………………………………. 4
2.4. Frekuensi Pelaporan ........................................................................................... 5
2.5. Penyajian Yang Konsisten .................................................................................. 5
2.6. Informasi Komparatif ......................................................................................... 6
2.7 Materialitas dan Agregasi .................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Standar Akuntansi merupakan hal penting dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh
karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi akan terus
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Standar
akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh sanksi- sanksi
untuk setiap ketidakpatuhan ( Belkaoui dalam Mulyani, 2015). Salah satu standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP), yang disahkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan- Ikatan
Akuntansi Indonesia (DSAK-IAI) pada tanggal 19 Mei 2009. SAK- ETAP diterapkan untuk
penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. SAK ETAP
merupakan alternatif standar akuntansi keuangan (SAK) yang boleh diterapkan oleh entitas
tanpa akuntabilitas publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik
yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit. SAK ETAP merupakan standar yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK
yang berlaku umum, sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dipahami. Kehadiran
SAK ETAP diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk koperasi, UMKM, dan entitas
tanpa akuntabilitas lainnya dalam menyajikan laporan keuangan. SAK ETAP juga
diharapkan menjadi solusi permasalahan internal perusahaan, terutama bagi manajemen
yang hanya melihat hasil laba yang diperoleh tanpa melihat kondisi keuangan yang
sebenarnya (Silvia, 2015). 2 SAK ETAP disusun terpisah dari SAK yang berlaku umum
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). SAK ETAP yang terpisah dari
PSAK adalah karena PSAK yang mengadopsi International Financial Reporting Standard
(IFRS) dinilai terlalu kompleks jika diterapkan oleh usaha kecil di Indonesia. Maka dari itu
diperlukan standar yang lebih sederhana dan memudahkan usaha kecil dalam penyusunan
laporan keuangan. Menurut Sen Young (2010), dalam beberapa hal SAK ETAP
memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK yang
memuat ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Salah satu entitas yang dapat
1
menerapkan SAK ETAP adalah koperasi. Koperasi merupakan lembaga dimana orang-
orang yang memiliki kepentingan relatif homogen berhimpun untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Dengan kata lain koperasi merupakan suatu bentuk usaha dimana
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Koperasi berlandaskan
asas kekeluargaan sehingga dalam melakukan kegiatan koperasi mengutamakan
kesejahteraan anggotanya. Berdasakan Undang- Undang No. 17 Tahun 2012, Koperasi
adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (KUKM) Republik Indonesia Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012
menyebutkan bahwa tugas pemerintah dalam membangun dan mengembangkan koperasi
sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat adalah untuk mewujudkan
koperasi yang dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya, baik oleh anggota
pada khususnya maupun masyarakat luas pada umumnya. Salah satu tolak ukur koperasi
yang sehat adalah koperasi yang melakukan pengelolaan keuangan secara benar dan tertib.
Sebagai sebuah lembaga ekonomi yang menghasilkan suatu laporan keuangan maka
masalah akuntansi koperasi merupakan salah satu masalah penting yang ada di koperasi. 3
Sesuai dengan surat edaran Deputi Kelembagaan Koperasi dan UMKM RI Nomor:
200/SE/Dept.1/XII/2011 tanggal 20 Desember 2011, maka koperasi dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangannya harus mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
3
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh
transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan
aset, kewajiban, penghasilan dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif. Penerapan SAK ETAP, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,
menghasilkan laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan
tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari
transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan
entitas
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha.
Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi
entitas tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali
melakukan hal-hal tersebut. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika
manajemen menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau
kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas untuk
melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Ketika
4
entitas tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka
fakta tersebut harus diungkapkan, bersama dengan dasar penyusunan laporan keuangan dan
alasan mengapa entitas tidak dianggap mempunyai kelangsungan usaha.
a) fakta tersebut
b) alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek
c) fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi
laporan perubahan ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:
a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian
atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria
pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam Bab 9 Kebijakan Akuntansi,
Estimasi, dan Kesalahan
b) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian
ika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka entitas
harus mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis.
a) sifat reklasifikasi
b) jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi
c) alasan reklasifikasi
5
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus mengungkapkan:
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap
material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi
pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut
dapat menjadi faktor penentu.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyajian laporan keuangan sangatlah penting bagi suatu usaha untuk memberikan
informasi kepada berbagai pihak guna menunjang kinerja dan pembangunan perekonomian
secara menyeluruh. Laporan keuangan menjadi dasar dari berbagai keputusan yang hendak
dibuat oleh manajer serta pengaruhnya terhadap investor. Dengan adanya penyajian suatu
laporan keuangan yang tepat, maka akan tercapailah suatu pola perekonomian yang sehat
dan terstruktur. Dalam akuntansi dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam
pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna
laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan
keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya akan
menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami laporan
keuangan yang ada.
7
DAFTAR
PUSTAKA
https://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/06/sak-etap.pdf