Anda di halaman 1dari 28

Makalah Seminar Akuntansi Keuangan

“Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan & Penyajian Laporan Keuangan Sesuai


PSAK I”

Disusun oleh :

Kelompok 3

Artika Paulina 1802123879

Elwiska Admaja 1802110092

Monalisa Theresia Aritonang 1802113829

Nurshadrina Hashifa 1802111811

Ottry Maulana 1802111938

Putri Melani 1802110209

Salwa Nazfa Syahrida 1802110133

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Riau

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
makalah yang berjudul “Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan & Penyajian Laporan
Keuangan Sesuai PSAK I” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,tapi kami
berhasil dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini,
kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung, dan kami juga
berterima kasih kepada dosen kami Bapak Drs. Azwir Nasir, MM.,Ak. yang telah memberi
kesempatan dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Pekanbaru, 18 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan (The Conceptual Framework For Financial
Reporting)..............................................................................................................................................6
2.1.1 Kebutuhan Akan Kerangka Kerja Konseptual......................................................................6
2.1.2 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual...................................................................6
2.1.3 Tingkatan dalam Kerangka Kerja Konseptual...............................................................7
2.2 Penyajian Laporan Keuangan sesuai PSAK 1.............................................................................12
2.2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan...............................12
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan....................................................................................................13
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan.............................................................................................14
2.2.4 Karakteristik Umum Laporan Keuangan............................................................................14
2.2.5 Laporan Posisi Keuangan......................................................................................................18
2.2.6 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain..................................................21
2.2.7 Laporan Perubahan Ekuitas..................................................................................................23
2.2.8 Laporan Arus Kas..................................................................................................................23
2.2.9 Catatan atas Laporan Keuangan...........................................................................................23
2.2.10 Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Kompratif................................................25
BAB 3
PENUTUP................................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................27
3.2 Kritik dan Saran............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi
lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk
membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan seseorang
untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan.

Kerangka kerja konseptual (conseptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai; “a


coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent
standars and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and
reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan, yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang


terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan.

Laporan keuangan yang sering disajikan adalah (1) laporan posisi keuangan, (2) laporan
laba-rugi komprehensif, (3) laporan arus kas, (4) laporan ekuitas pemilik, (5) catatan atas laporan
keuangan, (6) laporan posisi keuangan pada awal periode kompratif . Dalam membuat laporan
keuangan terdapat kerangka kerja konseptual yang mendasari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan. Kerangka kerja konseptual adalah sebuah sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar
yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.

4
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan.
Dalam kerangka kerja konseptual akan membahas karakteristik kualitatif, unsur-unsur dasar,
asumsi-asumsi, prinsip-prinsip, dan kendala-kendala yang ditemui dalam penyusunan laporan
keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kerangka kerja konseptual serta jelaskan bagian-bagian yang terkait dengan
kerangka kerja konseptual?
2. Bagaimana standar penyajian laporan keuangan sesuai PSAK I?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan (The Conceptual Framework For


Financial Reporting)
Kerangka kerja konseptual merupakan suatu system yang koheren yang terdiri dari tujuan
dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan
standar yang konsisten dan penentuan sifat,fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan.

2.1.1 Kebutuhan Akan Kerangka Kerja Konseptual


Mengapa kerangka kerja konseptual dibutuhkan:

1. Pembuatan aturan didasarkan dan dihubungkan dengan konsep-konsep yang jelas.

2. Digunakan sebagai dasar IASB (International Accounting Standards Board) untuk


mengeluarkan aturan-aturan sepanjang waktu.

2.1.2 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual


Selama bertahun-tahun, berbagai organisasi telah mengembangkan serta
mempublikasikan kerangka kerja konseptualnya sendiri, tetapi tidak ada kerangka kerja
yang diterima secara universal dan diandalkan dalam praktek

FASB pada tahun 1976 mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang
akan menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi
pelaporan keuangan. Sejak dokumen itu diterbitkan FASB telah menerbitkan enam
statements offinancial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan
entitas bisnis yaitu:

1. SFAC No.1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises,” yang


menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi

2. SFAC No.2, “Qualitative Characteristics of Accounting Information,” yang


menjelaskan karekateristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat

6
3. SFAC No.3, “Elements of Financial Statementof Business Enterprises,” yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban

4. SFAC No.5, “Recognition and Measurement in Financial Statement of Business


Enterprises,” yang memetapkancriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam LK dan
kapan waktunya

5. SFAC No.6, “Elements of Financial Statements,” yang menggantikan SFAC No 3


dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.

6. SFAC No.7, “Using Cash Flow Information And Present Value In Accounting,” yang
memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan
dan nilai sekarang (presentvalue) sebagai dasar pengukuran.

2.1.3 Tingkatan dalam Kerangka Kerja Konseptual

 TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja setiap perubahan


posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi keuangan yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi non keuangan.
3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

7
4. Memberikan pengungkapan mengenai informasi lain yang berkaitan dengan laporan
keuangan, misalnya informasi mengenai kebijakan akuntansi yang diatur perusahaan,
seperti penentuan metode depresiasi dan penilaian persediaan.
 TINGKAT KEDUA: KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

A. Karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi

FASB mengidentifikasi karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang


membedakan informasi yang lebih berguna dengan informasi yang kurang berguna
untuk pembuatan keputusan.

B. Pengambil keputusan pemakai dan kemampuan memahami

Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambilm keputusan sangat bervariasi, begitu
juga dengan metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan, informasi yang
telah mereka miliki atau dapatkan dari sumber-sumber lain, dan kemampuan mereka
untuk memproses informasi. Agar informasi menjadi bermanfaat harus ada hubungan
(kaitan) antara para pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat. Kaitan ini yaitu
kemampuan memahami adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai
merasakan signifikansi dari informasi tersebut.

Kualitas primer: Relevansi dan Reliabilitas

Relevansi dan reliabilitas merupakan dua kualitas primer yang membuat informasi
akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.

Kualitas Sekunder: Komparabilitas dan Konsistensi

Informasi tentang sebuah perusahaan akan lebih berguna jika diperbandingkan


dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain (komparabilitas) dan dengan
informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda
(konsitensi).

Komparabilitas. Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki


komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama.
Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
riil dalam peristiwa ekonomi antarperusahaan

8
Konsitensi. Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama
untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periodeke periode maka entitas tsb
dianggap konsisten.

C. Unsur-unsur dasar

Salah satu aspek penting dari proses pengembangan struktur teoritis adalah unsure-
unsur dasar (basicelements) atau definisi yang akan dimasukkan ke dalam struktur.
Akuntansi banyak memakai istilah yang memiliki arti khusus. Salah satu istilah
adalah Aktiva.

 TINGKAT KETIGA: KONSEP-KONSEP PENGAKUAN DAN


PENGUKURAN

Profesi akuntasi menggunakan konsep-konsep yang terdapat dalam SFAC No. 5


sebagai pedoman operasional. Konsep-konsep tsb diidentifikasi sebagai asumsi-
asumsi dasar, prinsip-prinsip, dan kendala-kendala.

A. Asumsi-asumsi dasar

Empat asumsi dasar (basic element) yang mendasari struktur akuntasi keuangan
adalah:

1. Entitas ekonomi

Asumsi Entitas Ekonomi. Mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat


diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu.

2. Kelangsungan hidup

Asumsi Kelangsungan Hidup. Yaitu perusahaan akan memiliki umur yang


panjang. Pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami
kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang
panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa perusahaan akan hidup
selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan akan hidup cukup
lama untuk memenuhi tujuan dan komitennya.

9
3. Unit moneter

Asumsi Unit Moneter. Mengandung arti bahwa uang adalah denominator


umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi
pengukuran dan analisis akuntansi. Asumsi ini menyiratkan bahwa unit
moneter adalah cara yang paling efektif untuk menunjukkan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan tentang perubahan modal serta pertukaran barang
dan jasa.

4. Periodesitas

Asumsi Periodesitas. Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi


perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat perusahaan tsb dilikuidasi.
Namun pengambil keputusan tidak bias menunggu selama itu untuk menerima
informasi semacam itu. Pemakai perlu diberitahu tentang kinerja dan status
ekonomi perusahaan dari waktu ke waktu agar dapat mengevaluasi dan
membandingkan dengan perusahaan lain. Jadi informasi harus dilaporkan
secara periodic.

B. Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi


Empat prinsip akuntansi (principlesofaccounting) yang digunakan untuk mencatat
transaksi adalah:

1. Prinsip Biaya Historis.

GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan


dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Hal ini seringkali disebut prinsip
biaya histories. Biaya memiliki keunggulan yang penting dibandingkan
penilaian yang lainnya. Yaitu dapat diandalkan

2. Prinsip Pengakuan Pendapatan.

Persoalan penting yang dihadapi perusahaan adalah kapan pendapatan


harus harus diakui. (1) jika telah terealisasi atau dapat direalisasi dan (2) telah
dihasilkan.

10
Pendapatan dikatakan telah direalisasi jika produk (barang dan jasa),
barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim
atas kas. Pendapatan dapat dikatakan dapat direalisasi apabila aktiva yang
diterimna atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim
atas kas. Aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas apabila dapat dijual
atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga yang dapat ditentukan dengan
mudah tanpa biaya tambahan yang signifikan

3. Prinsip Penandingan

Dalam mengakui beban, pendekatan yang dipakai adalah biarkan


beban mengikuti pendapatan. Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan,
atau ketika pekerjaan dilakukan, atau pada saat produk diproduksi, tetapi
ketika pekerjaan (jasa) atau produk secara actual memberikan kontribusi
terhadap pendapatan. Jadi pengakuan beban berkaitan dengan pengakuan
pendapatan. Praktek ini disebut dengan prinsip penandingan
(matchingprinciple) karena menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan
pencapaian (pendapatan).

4. Prinsip pengungkapan penuh

Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang


umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi
penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini yang sering disebut peinsip
pengungkapan penuh mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang
dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade – off.

C. Kendala
1. Keseimbangan atas biaya dan manfaat

Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan


konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat
tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi
masalah.

11
2. Materialitas

Materialitas berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan


perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah
penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif
maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item
material atau tidak.

3. Praktek Industri

Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan kadang-kadang memerlukan


penyimpangan dari teori dasar.

4. Konservatisme

Konservatisme berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu
tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah
menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan
menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

2.2 Penyajian Laporan Keuangan sesuai PSAK 1


2.2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
• PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan standar yang digunakan
dalam pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan
untuk membuat laporan keuangan. Sedangkan untuk penyajian laporan keuangan
diatur tersendiri pada PSAK 1.

• PSAK 1 menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum


(general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’
agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun
dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi
penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi

12
laporan keuangan. Ruang lingkup dari PSAK 1 ini adalah penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

• Terkait penyusunan PSAK 1, revisi terakhir dibuat pada tahun 2013 dan akan berlaku
efektif mulai tanggal 1 Januari 2015.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi


mengenai entitas yang meliputi:

1. aset;

2. liabilitas;

3. ekuitas;

4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan

6. arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan,
khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

13
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan dianggap lengkap apabila memenuhi komponen-komponen sebagai
berikut:

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan atas Laporan Keuangan

6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif.

Semua komponen laporan keuangan tersebut harus disajikan oleh entitas secara lengkap
dengan tingkat keutamaan yang sama. Selain keenam laporan tersebut, entitas
diperbolehkan juga menyajikan laporan keuangan tambahan yang dinilai penting oleh
entitas untuk disajikan. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan entitas tersebut.

2.2.4 Karakteristik Umum Laporan Keuangan


Laporan keuangan memiliki 8 (delapan) karakteristik umum, yaitu:

1. Penyajian secara wajar dan Kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas.Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari
transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan asset,
liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Penyajian yang wajar juga mensyaratkan entitas untuk:

a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009)


Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.

14
b. Menyajikan informasi secara relevan, andal, dapat dibandingkan dan mudah
dipahami.

c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan syarat khusus PSAK


dinilai tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan.

Apabila entitas tersebut telah menyusun Laporan Keuangan sesuai dan patuh pada SAK,
maka entitas tersebut membuat pernyataan eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.Dalam hal kebijakan akuntansi
entitas yang digunakan tidak tepat, entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi
yang digunakan maupun mengungkapkannya dalam CaLK ataupun materi penjelasan.

Pengecualian terhadap kepatuhan entitas terhadap aturan PSAK (kasus yang jarang
terjadi) dapat dibolehkan apabila dengan dipatuhinya PSAK dapat memberikan
interpretasi berbeda atas laporan keuangan, dan oleh karenanya, entitas harus berusaha
semaksimal mungkin untuk mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan
mengungkapkan nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen
menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan
pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu,
entitas juga mengungkapkan untuk masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian
terhadap masing-masing pos dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh
manajemen untuk mencapai penyajian yang wajar. Dalam hal ini, pihak manajemen harus
mempertimbangkan alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut
dan bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi
persyaratan.

2. Kelangsungan Usaha

Entitas menyusun laporan keuangan dengan didasarkan pada asumsi kelangsungan usaha,
kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan,
atau tidak mempunyai alternative lain yang realistis selain melakukannya.Apabila entitas
menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan

15
laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang
dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

Dalam mempertimbangkan apakah dasar akrual kelangsungan usaha adalah tepat,


manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak
dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan.

3. Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.

4. Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material.Entitas


menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos
tersebut tidak material.Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah
dalam Laporan keuangan tetapi material untuk disajikan terpisah dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.

5. Saling Hapus

Entitas tidak diperbolehkan melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK. Saling
hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan
keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi
maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus
mencerminkan substansitransaksi atau peristiwa.

6. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)


setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek daripada
periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka
entitas mengungkapkan:

16
a. alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan

b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan

7. Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk


seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali
dinyatakan lain oleh SAK.Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Apabila entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan


keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut
tidak praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka
entitas mengungkapkan:

a. Sifat reklasifikasi;

b. Jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan

c. Alasan reklasifikasi

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas
mengungkapkan alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan sifat penyesuaian yang
akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.

8. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara
konsisten, kecuali setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas
atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan
kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi

17
2009) tentang Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan atau
perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.

2.2.5 Laporan Posisi Keuangan


Informasi yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan:

a. Aset tetap
b. Properti investasi
c. Aset tidak berwujud
d. Aset keuangan
e. Berinvestasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. Aset biologis;
g. Persediaan
h. Piutang dan piutang lain-lain
i. Kas dan setara kas
j. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset tersedia untuk dijual dan aset dalam
kelompok tersedia untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
k. Hutang dagang dan hutang lainnya
l. Perkiraan kewajiban
m. Kewajiban keuangan
n. Kewajiban dan aset pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
o. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
p. Liabilitas yang termasuk dalam grup yang dilepas yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
q. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas: dan
r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

1) Aset Lancar dan Tidak Lancar

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :

18
a. Entitas mengharapkan untuk merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual
atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
b. Entitas memegang aset untuk tujuan perdagangan
c. Entitas mengharapkan untuk merealisasikan aset dalam 12 bulan setelah periode
pelaporan
d. Kas atau setara kas (sebagaimana dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas)
kecuali jika aset tersebut dibatasi untuk dipertukarkan atau digunakan untuk
menyelesaikan liabilitas paling lambat 12 bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk dalam kategori tersebut sebagai
aset tidak lancar.

2) Liabilitas

Liabilitas merupakan kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan adanya
transaksi di masa lalu. Menurut Kieso (2008) liabilitas memiliki 3 (tiga) karakteristik
yaitu:

a) Kewajiban sekarang

b) Diperoleh dari kejadian di masa lalu

c) Penyelesaiannya menggunakan sumber daya yang dimiliki entitas.

– Liabiliitas Jangka Pendek

Menurut PSAK 01 terdapat 4 (empat) Kriteria Liabilitas Jangka Pendek, yaitu:

a. Diselesaikan dalam siklus operasi normal;


b. Tujuannya untuk diperdagangkan;
c. Jatuh tempo 12 bulan setelah periode pelaporan ; atau
d. Penyelesaian hutang tidak dapat ditunda sekurang-
kurangnya dari 12 bulan setelah periode pelaporan.

Macam-macam liabilitas jangka pendek

a) Hutang dagang

19
b) Hutang berjangka

c) Bagian hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo

d) Hutang deviden

e) Pendapatan diterima dimuka

f) Hutang Pajak Penjualan dan Pajak Penghasilan

– Liabilitas Jangka Panjang

Menurut PSAK 01, liabilitas yang tidak termasuk dalam kategori liabilitas jangka
pendek maka akan diklasifikasikan sebagai sebagai hutang jangka panjang. Hutang
jangka panjang antara lain:

a) Hutang wesel jangka panjang

b) Hutang obligasi

c) Hutang hipotek

3) Ekuitas

Hal-hal yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas
atau CALK :

a. Untuk setiap jenis saham

i. Jumlah saham modal dasar

ii. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh

iii. Nilai nominal saham

iv. Rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir periode

v. Hak, keistimewaan, dan pembatasan setiap jenis saham

20
vi. Saham yang dikuasai entitas sendiri, entitas anak, atau entitas asosiasi

vii. Saham yang dicadangkan untuk penerbitan hak opsi

b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas

Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit
perwalian, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan poin a di atas, yang
memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis kepentingan ekuitas,
serta hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap kepentingan ekuitas.

2.2.6 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain


PSAK 1 dan IAS 1 merumuskan ketentuan yang serupa atas penyajian dalam Laporan
Laba Rugi dan Komprehensif. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban
yang diakui dalam satu periode (Paragraf 79 PSAK, 81 IAS):

a. dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif; atau

b. dalam bentuk dua laporan:

1. laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah) dan

2. laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen


pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).

Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya


mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut dalam satu periode (Paragraf 80 PSAK, 82
IAS):

a. pendapatan;

b. biaya keuangan;

c. bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas;

21
d. beban pajak;

e. suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:

1. laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan

2. keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang
dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan;

f. laba rugi;

g. setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai


dengan sifat (selain jumlah dalam huruf h;

h. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan

i. total laba rugi komprehensif.

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas:

a. Metode sifat beban

Entitas menggabungkan beban dalam laba rugi berdasarkan sifat, seperti penyusutan,
pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan) dan tidak
merealokasikan menurut berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan
karena tidak memerlukan adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional.

b. Metode fungsi beban (biaya penjualan)

Metode fungsi beban mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian


dari biaya penjualan atau biaya aktivitas distribusi (administratif). Berdasarkan metode
ini, entitas sekurang-kurangnya mengungkapkan biaya penjualan secara terpisah dari
beban-beban lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada

22
pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode sifat beban. Namun,
pengalokasikan biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan alokasi secara arbiter
dan pertimbangan yang matang. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan
fungsi mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban
penyusutan, amortisasi, dan beban imbalan kerja.

2.2.7 Laporan Perubahan Ekuitas


Entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

a. total laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama suatu periode, yaitu
menunjukkan secara terpisah jumlah total yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas kepentingan induk dan non-pengendali
b. untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian
kembali retrospektif diakui sesuai dengan PSAK 25
c. untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara nilai tercatat awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan setiap perubahan yang timbul dari:
(i) laba rugi:
(ii) pendapatan komprehensif lain; dan
(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang mewakili
secara terpisah kontribusi dan distribusi pemilik kepada pemilik dan perubahan
hak kepemilikan di anak perusahaan yang tidak mengakibatkan hilangnya
kendali.

2.2.8 Laporan Arus Kas


Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk
menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas
untuk menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 mengatur persyaratan penyajian dan
pengungkapan informasi arus kas.

2.2.9 Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan

23
perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan
penjelasan naratif dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan
informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan tersebut(Revisi 2013) .

Catatan atas laporan keuangan berisi:

a. menyajikan informasi tentang dasar penyusun laporan keuangan dan kebijakan


akuntansi yang digunakan.

b. mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan dibagian
manapun dalam laporan keuangan.

c. memberikan informasi yang tidak disajikan dibgaian manapun dalam laporan


keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan mempunyai urutan sebagai berikut:

a. Pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK

b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan

c. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi
keuangan dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing
pos

d. Pengungkapan lainnya, termasuk:

a) liabilitas kontinjensi dan komitmen kontraktual yang belum diakui

b) pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan


manajemen risiko keuangan

Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:

24
a. sejumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian
laporan keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode
tersebut juga jumlah dividen per saham; dan

b. jumlah yang tidak diakui dari dividen preferensi kumulatif.

2.2.10 Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Kompratif


a. Informasi Komparatif Minimum

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk


seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali
dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan
untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Entitas menyajikan, minimal, dua laporan posisi keuangan, dua laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, dua laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), dua
laporan arus kas dan dua laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan
yang berhubungan.

Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
periode sebelumnya masih tetap relevan pada periode berjalan. Misalnya, entitas
mengungkapkan dalam periode berjalan rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi,
namun hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan
masih dalam proses penyelesaian. Pengguna laporan keuangan memperoleh manfaat atas
pengungkapan informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya
dan dari pengungkapan informasi tentang langkah-langkah yang telah dilakukan selama
periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.

b. Tambahan Informasi Komparatif

Entitas dapat menyajikan informasi komparatif sebagai tambahan atas laporan keuangan
komparatif minimum yang disyaratkan PSAK/ISAK, sepanjang informasi tersebut
disusun sesuai dengan PSAK/ISAK. Informasi komparatif ini dapat berisi terdiri satu atau
lebih laporan keuangan, namun tidak terdiri dari laporan keuangan lengkap. Ketika hal ini

25
terjadi, entitas menyajikan catatan informasi yang berhubungan dengan laporan tambahan
tersebut.

Misalnya, entitas dapat menyajikan tiga laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain (sehingga menyajikan periode berjalan, periode sebelumnya, dan satu periode
komparatif tambahan). Namun demikian, entitas tidak disyaratkan untuk menyajikan tiga
laporan posisi keuangan, tiga laporan arus kas, atau tiga laporan perubahan ekuitas (yaitu
laporan keuangan komparatif tambahan). Entitas disyaratkan menyajikan, dalam catatan
atas laporan keuangan, informasi komparatif yang terkait dengan laporan tambahan atas
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

Entitas menyajikan tiga laporan posisi keuangan seperti pada awal periode sebelumnya
sebagai tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum yang diwajib syaratkan
dalam paragraf 36A jika:

(a) entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian


kembali retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau reklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangan; dan

(b) penerapan retrospektif, penyajian kembali retropsektif atau reklasifikasi memiliki


dampak material atas informasi dalam laporan posisi keuangan pada awal periode
sebelumnya.

Dalam kondisi yang digambarkan dalam paragraf 38A, entitas menyajikan tiga laporan
posisi keuangan pada:

(a) akhir periode berjalan;

(b)akhir periode sebelumnya; dan

(c) awal periode

26
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerangka kerja konseptual merupakan suatu sistem yang koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Tujuan kerangka kerja konseptual untuk
meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai LK atas pelaporan keuangan dan akan
menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan dari PSAK 1, “penyajian laporan keuangan
adalah untuk memastikan komparabilitas penyajian informasi dengan laporan keuangan
entitas dari periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lainnya.

3.2 Kritik dan Saran


Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, mohon kritikan agar makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Bagi para pembaca makalah ini sebaiknya tidak merasa
puas, karena masih banyak ilmu-ilmu yang bisa didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya
mencari sumber lain untuk lebih memperdalam materi mengenai Financial Reporting
Framework dan Penyajian Laporan Keuangan.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/conceptual-framework-for-financial.html diakses pada


tanggal 17 Februari 2020

http://ruhaeti.blogspot.com/2014/06/rangkuman-ifrs-tentang-conceptual.html diakses pada


tanggal 17 Februari 2020

https://www.academia.edu/23065446/KEL_1_PSAK_1_Penyajian_atas_laporan_keuangan
diakses pada tanggal 17 Februari 2020

https://www.iasplus.com/en/standards/other/framework diakses pada tanggal 19 Februari 2020

https://id.scribd.com/document/391168385/Framework-for-Financial-Reporting-IFRS-Based
diakses pada tanggal 19 Februari 2020

28

Anda mungkin juga menyukai