Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN MATA KULIAH STANDAR PELAPORAN DAN LAPORAN AUDITOR

Nama Kelompok 3:

1. Ghema Purnama Sari (1807531188)

2. I Rai Kevin Agustia Chirsnawan (1807531195)

3. I Putu Wisnu Adi Setiajati Praja (1807531204)

4. I Kadek Peri Andika (1807531239)

5. Bagas Haris Prasetyo (1807531251)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan rangkuman mata kuliah ini yang berjudul
“STANDAR PELAPORAN DAN LAPORAN AUDITOR ”.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan rangkuman mata kuliah ini dapat di mudahkan berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan rangkuman mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan rangkuman mata kuliah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan rangkuman mata kuliah ini.

Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga resume ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Denpasar, 4 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

2.1 Standar Pelaporan..........................................................................................................2

2.2 Laporan Auditor.............................................................................................................5

2.3 Persyaratan Masing – Masing Auditor........................................................................11

2.4 Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor........................................................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Standar Pelaporan Audit merupakan suatu acuan didalam pelaporan audit keuangan yang meliputi
audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Dimana didalam standar
pelaporan ini terdapat empat standar utama yang harus diperhatikan didalam pelaporan audit.

Laporan audit juga merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut aouditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajiban
laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya
berupa audit baku. Laporan ini sangatlah penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainya karena
laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Dan suatu pandangan pemakai, laporan dianggap sebagai produk utama yang diperoleh. Dari
satu pandang pemakai laporan sebagai produk utama dari proses atastasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu standar pelaporan?

2. Apa itu laporan auditor?

3. Apa saja persyaratan masing – masing auditor?

4. Apa saja kriteria wajar dalam auditor?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui standar pelaporan

2. Untuk mengetahui laporan auditor

3. Untuk mengetahui apa saja persyaratan masing – masing auditor

4. Untuk mengetahui apa saja kriteria wajar dalam auditor

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Pelaporan


Standar Pelaporan Audit merupakan suatu acuan didalam pelaporan audit keuangan yang meliputi
audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Dimana didalam standar
pelaporan ini terdapat empat standar utama yang harus diperhatikan didalam pelaporan audit diantaranya
yaitu,

a. Standar Pelaporan Pertama


Pada Standar Pelaporan Pertama ini terkait dengan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Adapun prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip Entitas Ekonomi ( Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip
kesatuan entitas. Prinsip ini mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan.
Maksudnya, bahwa suatu perusahaan adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi
yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik ataupun entitas
ekonomi lainnya ).
2. Prinsip Periode Akuntansi ( Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun
waktu. Arti prinsip ini adalah penilaian dan pelaporan keuangan entitas
usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu ).
3. Prinsip Satuan Moneter ( Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi
keuangan harus dinyatakan dalam bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-
faktor non kuantitatif ).
4. Prinsip Biaya Historis ( Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau
pencatatan transaksi keuangan atas suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa tersebut ).
5. Prinsip Kesinambungan Usaha ( Prinsip kesinambungan usaha menganggap
bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi terus-menerus dan
berkesinambungan ).
6. Prinsip Pengungkapan Penuh ( Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip
akuntansi yang menyajikan informasi keuangan secara lengkap dan informative ).
7. Prinsip Pengakuan Pendapatan ( Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang
terjadi sebagai akibat dari kegiatan usaha seperti penjualan, persewaan,
penerimaan bagi hasil, dan sebagainya ).
8. Prinsip Mempertemukan ( Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang
dikeluarkan perusaan dipertemukan atau di-matching-kan dengan pendapatan
yang diterima ).
9. Prinsip Konsistensi ( Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus
digunakan pada pelaporan keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah ).
10. Prinsip Materialitas ( Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya
pengukuran dan pencatatan akuntansi secara material atau bernilai ).

2
Sesuai dengan sepuluh prinsip akuntansi tersebut maka standat pelaporan pelaporan yang
pertama menyebutkan bahwa “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”. Dimana dalam laporan auditor
pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian oleh auditor sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor, yaitu apakah :
1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan memang berlaku secara umum.
2. Prinsip akuntansi yang dipilih adalah tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
3. Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan
informasi yang memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman,
dan penafsirannya.
4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan
diikhtisarkan dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun terlalu ringkas.
5. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya
dengan cara menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam
batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

b. Standar Pelaporan Kedua


Didalam standar pelaporan yang kedua ini menitik beratkan pada konsistensi penerapan prinsip
akuntansi secara umum. Dalam standar pelaporan yang keduan ini disebutkan bahwa“Laporan audit
harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang dalam hubungannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”
Konsistensi merupakan konsep dalam akuntansi yang menuntut penerapan standar secara terus-
menerus dan tidak diubah-ubah, kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Penerapan dari
standar ini menuntut auditor untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding
laporan keungan. Dimana adanya perbandingan laporan keuangan antara beberapa periode dapat
dipengaruhi oleh :
1. Perubahan prinsip akuntansi.
2. Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya.
3. Perubahan golongan atau reklasifikasi.
4. Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwa dan kejadian dalam
tahun berjalan.

c. Standar Pelaporan Ketiga


Didalam standar pelaporan yang ketiga ini pelaporan audit menitik beratkan pada
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Oleh karena hal itu dalam standar pelaporan
yang ketiga ini menyatakan bahwa “Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan dalam laporan audit”
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, meliputi
pengungkapan informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal-hal tersebut meliputi
bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Apabila pengelola
tidak mengungkapkan informasi yang semestinya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, maka auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar.

d. Standar Pelaporan Keempat

3
Didalam standar pelaporan yang keempat ini menitik beratkan pada pengaitan nama auditor
dengan laporan keuangan, maksudnya adalah adanya petunjuk yang jelas mengenai bidang pekerjaan
auditor dengan tanggungjawabnya. Dimana dalam standar yang keempat ini menyatakan bahwa
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu pernyataan bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal dimana nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikulya”
Standar ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir mengenai tingkat tanggung jawab
yang dipikul auditor ketika namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang auditor akan
dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia mengizinkan namanya dicantumkan dalam
suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan keuangan tersebut. Apabila
auditor dikaitkan namanya dengan suatu laporan keuangan namun auditor tersebut belum mengaudit
atau menelaah laporan itu, maka auditor harus menerbitkan laporan keuangan yang menyatakan
bahwa ia tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Disamping itu, pada setiap
halaman laporan keuangan harus diberi tanda “tidak diaudit (unaudited)”.
Kemudian dari empat standar utama yang berkaitan dengan pelaporan audit tersebut, terdapat
beberapa standar pelaporan tambahan yang menjadi pendukung dari keempat standar utama tersebut.
Strandar-standar tersebut diantaranya yaitu :

a. Standar Pelaporan Tambahan Pertama yang menitik beratkan pada pelaporan


tentang kepatuhan terhadap SAP yang menyatakan bahwa,“Laporan audit harus
menyatakan bahwa audit tersebut dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan”
Dalam hal ini auditor harus mengungkapkan standar yang tidak diikuti, alasan tidak
dapat diikutinya standar tersebut, dan dampaknya terhadap hasil audit. Dalam keadaan
lain, laporan audit tentang laporan keuangan dapat mengacu pada Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik-IAI maupun pada SAP.

b. Standar Pelaporan Tambahan Kedua yang menitik beratkan pada pelaporan tentang
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian internal yang
menyatakan bahwa, “Laporan audit atas laporan keuangan harus : (1) menjelaskan
lingkup pengujian auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan atas pengendalian internal serta menyajikan hasil pengujiannya, atau (2)
mengacu pada laporan keuangan terpisah yang berisi informasi tersebut”.
Dalam menyajikan hasil pengujian tersebut, auditor harus melaporkan ketidakberesan,
unsur perbuatan melanggar atau melawan hukum, ketidakpatuhan lain yang material,
dan kondisi pengendalian internal yang perlu mendapat perhatian. Dalam beberapa
keadaan, auditor harus melaporkan secara langsung ketidakberesan dan unsur perbuatan
melanggar hukum tersebut kepada pihak di luar entitas atau organisasi yang diaudit
seperti instansi kepolisian atau kejaksaan.

c. Standar Pelaporan Tambahan Ketiga yaitu menjelaskan mengenai informasi


istimewa dan rahasia didalam laporan audit, dimana dalam standar pelaporan tambahan
ini menyatakan,“Apabila informasi tertentu dilarang untuk diungkapkan kepada
umum, maka laporan audit harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan
4
tersebut dan persyaratan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut”. Dalam standar tambahan ketiga ini Auditor harus menyatakan sifat informasi
yang tidak dilaporkan dan persyaratan yang menyebabkan tidak dilaporkannya
informasi tersebut. Auditor harus memperoleh jaminan bahwa terdapat persyaratan
yang sah untuk tidak melaporkan informasi tersebut, dan jika dianggap perlu, dapat
berkonsultasi dengan penasehat hukum.

d. Standar Pelaporan Tambahan Keempat yang menitik beratkan mengenai distribusi


laporan audit dimana dalam standar tambahan ini menyatakan,“Laporan tertulis audit
diserahkan oleh organisasi atau lembaga audit kepada pejabat berwenang di
lingkungan pihak yang diaudit dan di lingkungan organisasi yang meminat atau
mengatur audit, termasuk organisasi luar pemberi dana, kecuali jika hukum
melarangnya. Laporan tersebut juga harus dikirim kepada pejabat lain yang
mempunyai kewenangan hukum atas pengawasan atau pihak yang bertanggung
jawab untuk melakukan tindak lanjut terhadap temuan dan rekomendasi audit dan
kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan audit tersebut”.
Apabila akuntan publik ditugasi untuk melakukan audit, maka organisasi yang
ditugasi ini harus memastikan bahwa laporan audit tersebut didistribusikan secara
memadai. Jika akuntan publik yang mendistribusikan laporan audit, maka dalam
perjanjian penugasan, pejabat atau organisasi yang menerima laporan audit tersebut
harus ditunjuk.

2.2 Laporan Auditor


Laporan auditor sangat penting didalam penugasan audit dan asurans karena laporan ini akan
mengomunikasikan temuan-temuan auditor. Penggunaan laporan keuangan mengandalkan pada laporan
auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan suatu entitas atau perusahaan. Laporan auditor
adalah tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit.

1. Jenis-Jenis Laporan Auditor


Didalam laporan auditor terdapat jenis-jenis laporan yang dibuat, laporan terebut
diantaranya adalah,

a. Laporan Audit Bentuk Baku


Laporan audit bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Laporan ini dirancang untuk memisahkan secara jelas antara
tanggung jawab manajemen dengan auditor. Perubahan yang dapat dilihat pada
laporan audit bentuk baku dibanding laporan audit yang lama yaitu :

1. Penambahan paragraph pengantar, dapat terlihat secara jelas perbedaan


tanggung jawab manajemen dengan laporan keuangannya dengan tanggung
jawab auditor dengan pendapatnya atas laporan keuangan yang telah
diauditnya.

5
2. Pengakuan eksplisit bahwa audit member keyakinan dalam konteks
materialitas.
3. Ditambahnya penjelasan ringkas mengenai audit.
4. Penyebutan konsistensi dalam laporan audit, dilakukan apabila prinsip
akuntansi berterima umum tidak secara konsisten dilakukan.
5. Pengubahan cara pelaporan suatu ketidakpastian mengenai material.

A. Kemudian dalam laporan bentuk baku terdapat unsur-unsur pokok laporan audit
bentuk baku yaitu :

1. Judul Laporan
Didalam standar audit mewajibakn bahwa laporan auditor harus
memiliki sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan
tersebut adalah laporan seorang auditor independen, sebagai contoh
penulisannya adalah “Laporan Auditor Independen”.

2. Pihak yang Ditujukan


Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang
diharuskan menurut ketentuan. Laporan auditor pada umumnya ditujukan
kepada pihak-pihak dengan tujuan disusunnya laporan tersebut, seringkali
kepada pemegang saham atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
laporan keuangan yang diaudit.

3. Paragraph Pendahuluan
Didalam paragraf pendahuluan dalam laporan audit harus memuat
beberapa hal-hal diantaranya mengidentifikasi entitas yang laporan
keuangannya diaudit, menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit,
mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari
laporan keuangan, merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan
informasi penjelasan lainnya, dan menyebutkan tanggal atau periode yang
dicakup oleh setiap laporan yang menjadi bagian dari laporan keuangan.

4. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan


Dalam hal ini laporan auditor harus mencangkup suatu bagian yang
berisi tanggung jawab manajemen terkait dengan laporan keuangan tersebut.
Dalam bagian ini menjelaskan tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi
yangbertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan

5. Tanggungjawab Auditor
Dalam bagian ini laporan auditor menyatakan bahwa tanggung jawab
auditor adalah bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk meyatakan suatu
opini atas suatu laporan keuangan berdasarkan audit untuk mengontraskanya
dengan tanggung jawab manajemen atas penyusunan laporan keuangan.
Dalam bagian ini juga harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan
berdasarkan pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
6
Indonesia. Pengacuan pada standar ini digunakan untuk menyampaikan
kepada pengguna laporan auditor bahwa audit telah dilaksanakan dengan
berdasarkan standar.

6. Opini Auditor
Laporan auditor harus mencangkup suatu bagian tentang opini dari auditor
tetang kewajaran laporan keuangan yang diaudit.

7. Tanggung Jawab Pelaporan Lainnya


Jika auditor menyatakan tanggungjawab pelaporan lainnya dalam laporan
auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap
tanggungjawab auditor berdasarkan standar audit untuk melaporkan laporan
keuangan, maka tanggungjawab pelaporan lainnya tersebut harus dinyatakan
dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor.

8. Tanda Tangan, Nama, dan Nomor Register Negara Auditor.


Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor dilakukan dalam
nama kantor akuntan publik dan nama rekan. Selain hal itu laporan juga harus
mencantumkan nomor izin dari kantor akuntan publik dan nomor rekan yang
menandatangani laporan auditor.

9. Tanggal Diselesaikannya Pekerjaan Audit


Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih dari tangal auditor ketika telah
memperoleh laporan keuangan dan termasuh bukti bahwa seluruh laporan
yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
terkait, telah disusun, dan pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah
menyatakan bahwa mereka telah mengambil tanggung jawab atas laporan
keuagan tersbut.

B. Laporan audit baku yang diberikan dalam kondisi yang diantaranya :

1. Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.

2. Semua standar umu dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan dengan
bukti yang cukup.

3. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima


umum.

C. Contoh Laporan Audi Bentuk Baku

Laporan Auditor Independen


7
No : A01//II/KAK/02
Tanggal : 25 Februari 2016

Kepada Yth,
Direksi dan Dewan
Komisaris
PT.RENIKU
Jl. Bougenvile NO. 47
Jakarta utara

Kami telah mengaudit Neraca PT. RENIKU per 31 desember 2015 serta
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir Pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat
atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan


Akuntansi Indonesia. Standar tetrsebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit matrial. suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar
pengujuan, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atasa standar akuntansi yang di
gunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajement, serta penilain
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas


menyaajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT
RENIKU per 31 desember 2015, dan hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umim di indonesia.

Kantor Akuntansi Publik


Dra. Astrid Krisanti, MM

(Dra. Astrid Krisanti, MM)


Reg.Neg.D-24118
NIAP: 09.0001.03

b. Laporan Audit Standar

8
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi manajemen atas
pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat diterapkan apabila
auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam pengendalian internal
atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menerbitkan laporan
audit ini, meliputi :

1. Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.


2. Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
3. Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak
terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan
pada periode berikutnya.

c. Laporan Audit Keuangan


Laporan Audit keuangan merupakan jenis laporan audit yang sering dibuat
oleh auditor independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor membuat laporan audit ini atas
permintaan akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu
saja akan menciptakan pasar bagi auditor independen. Para pemakai laporan keuangan
meminta para auditor melakukan audit atas laporan mereka atas dasar :

1. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara


manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan.
2. Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam
laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
terbukti kewajarannya.
3. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau
belum.
4. Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
dengan menekan risiko informasi.

Adapun manfaat ekonomis dari audit laporan keuangan :


1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan
2. Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
3. Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
4. Mendorong efesiensi pasar modal

Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi :


1. Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya pengujian
serta ketidakakuratannya data pendukung yang menjadi sampel.
2. Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan
memberikan keraguan bagi pemakai laporan keuangan terhadap keakuratan
data yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu lama melakukan audit, maka
9
akan mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan
transaksi setelah tanggal neraca dan akan berdampak pada laporan keuangan.

Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti yang ada
untuk menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan kenyataannya.
Diamana tahapan untuk mengaudit laporan keuangan yaitu :
1. Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum
mengenal klien.
2. Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit.
3. Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai
efektivitas pengendalian intern dan memberikan dasar bagi pemberian
pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
4. Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan
lapangan.
5. Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.

2. Materialitas Mempengaruhi Pelaporan Audit


Materialitas adalah suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang
tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Dalam difenisi ini digunkan tiga tingkatan
yaitu:
a. Jumlahnya tidak material.
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cendrung tidak
mempengaruhi keputusan pemakailaporan, ssalah saji tersebut dianggak tidak
material. Dalam hal ini pendapat tidak wajar dapat diberikan.

b. Jumlahnya meterial tetapi tidak menggangu laporan keuangan secara


keseluruhan.
Jika salah saji di dalam laporan keuanagndapat mempengaruhi
keputusan pemakai, tetapi keseluruahn laporan keuangan tersebut tersaji
dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan salah saji
cukup material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan,
pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian.

c. Jumlahnya sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga


kewajaran laporan keuangansecarah keseluruhan diragukan.
Tingkat materialitas tertinggi yang terjadi jika para pemakai dapat
membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan
secara keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji , kemungkinan untuk
menerbitkan pendapat tidak wajarakan lebih besar dari pada pendapat wajar
dengan pengecualian.

3. Kondisi yang Menyebabkan Penyimpangan Laporan Audit


Kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian dan
materialisme diantaranya :
10
a. Ruang lingkup audit dibatasi ( pembatasan ruang lingkup).
b. Laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku.
c. Auditor tidak independen.

4. Laporan Audit Modifikasi dari Berbagai Macam Situasi dan Kondisi


Para auditor menggunakan suatu proses tersusun dengan baik dalam memutuskan
laporan audit yang tepat pada serangkaian situasi terstentu. Pertama auditor harus menilai
apakah nada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian
standar. Jika ada kondisi tersebut auditor kemudiaan harus menilai materealitas kondisi
tersebut dengan cara :
a. Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar
tanpa pengecualiaan standar.
b. Memutuskan materealitas untuk setiap kondisi, auditor mengevaluasi pengaruh
potensialnya terhadap laporan keuangan.
c. Memutuskan jenis laporan audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan tingkat
materialitas.
d. Menulis laporan audit.

Situasi-situasi berikut merupakan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam
laporan diantaranya :
a. Auditor tidak independen serta mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang substansial tentang
kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (going concern).
c. Terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus
bertahan (going concern), dan informasi mengenai penyebab ketidakpastiaan ini tidak
diungkapakan secara memadai padda catataan kaki.
d. Terdapat deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam menyususn laporan
keuanagn dan prinsip akuntansi lainya telah diterapkan atas dasar yang tidak
konsisten dengan tahun sebelumnya.

2.3 Persyaratan Masing-Masing Auditor


Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang auditor diantaranya :

1. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai bidang yang diauditnya dan kompetensi seorang auditor dibidang auditing
ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.

2. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab atas
penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut.
11
3. Kecermatan dalam melaksanakan tugas
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat (due
professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta
memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup.

2.4 Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor


Pendapat yang terdapat di laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit atapun proses
atestasi lainnya, karena pendapat tersebut merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada
pemakai mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Dimana dalah audit
pendapat auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat ini diberikan auditor bila tidak adanya pembatasan terhadap auditor
dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan pengungkapan yang memadai
dalam laporan keuangan. Laporan audit ini merupakan laporan yang paling diharapkan oleh semua
pihak, baik oleh klien maupun oleh auditor. Ada beberapa kondisi laporan keuangan yang harus
dipenuhi untuk menilai laporan keuangan yang dianggap menyajikan secara wajar kepada posisi
yaitu:

a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dgn
cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas


Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan tertentu
yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut, meskipun tidak mempengaruhi pendapat
wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Adapun keadaan tertentu yang di maksud yaitu :

a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan audit lain.


b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan yang luar biasa,
laporan disajikan menyimpang dari prinsip akuntansi.
c. Adanya kesangsian terhadap kelangsungan hidup entitas/ perseroan / organisasi .
d. Diantara dua periode terdapat perubahan yang material dalam penggunaan prinsip
akuntansi.
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan
komparatif.
f. Data keuangan yang diharuskan Bapepam tidak disajikan.
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang penyajiannya
menyimpang jauh dari pedoman dan auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang
besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan.
12
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuanganyang diaudit secara
material tidak konsisten dengan informasi yang disajiakan dalam laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian


Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian, diantaranya yaitu :

a. Klien membatasi ruang lingkup audit.


b. Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting.
c. Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.
d. Ketidak konsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan.

4. Pendapat tidak wajar


Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor
memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan secara wajar atas
laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar
akuntansi keuangan.
Selain itu pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan
keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam
laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai
informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat


Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, hal ini disebabkan beberapa kondisi,
yaitu adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena
auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah
pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam
laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion)
karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau
karena auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

BAB III
PENUTUP

13
3.1 KESIMPULAN
Standar pelaporan audit merupakan suatu acuan yang harus ada dalam pelaporan audit keuangan
serta meliputi audit atas laporan keuangan dan hal – hal yang berkaitan dengan keuangan. Dimana dalam
standar pelaporan tentunya harus terdapat standar – standar yang telah ditetapkan dalam penyusunannya.
Selain itu laporan auditor merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit karena laporan ini
memeberikan informasi tentang auditor. Dalam hal ini penggunaan laporan keuangan sangat mengandalkan
pada laporan auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan suatu entitas suatu perusahaan dimana
laporan auditor merupakan tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit.

Dalam pembuatan laporan audior terdapat juga persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing –
masing auditor. Hal ini dilakukan agar para auditor dapat melaksankan tugasnya dengan baik. Selain itu juga
terdapat kriteria wajar dalam laporan auditor dimana pendapat yang terdapat laporan audit sangat penting
sekali dalam proses audit, karena pendapat tersebut merupakan informasi yang paling utama yang dapat
diinformasikan kepada pemakai mengenai apa yang harus dilakukan auditor dari kesimpulan yang
diperolehnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Atikah, Siti & Intan, Rakhmawati (2016).Pengantar Audit Berbasis Risiko:Audit atas laporan keuangan.

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-standar-audit-laporan-keuangan-dokumen-yang-dibutuhkan/

https://www.coursehero.com/file/p40suvon/Standar-pelaporan-Penjelasan-standar-pelaporan-pertama-
menyatakan-Laporan-audit/

15

Anda mungkin juga menyukai